• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATISTIKA DASAR. Edisi Pertama IMAM TAHYUDIN. Teori dan Praktek. Zahira Media Publisher

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATISTIKA DASAR. Edisi Pertama IMAM TAHYUDIN. Teori dan Praktek. Zahira Media Publisher"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

STATISTIKA DASAR

Teori dan Praktek

Edisi Pertama

IMAM TAHYUDIN

(2)

STATISTIKA DASAR

Teori dan Praktek

Oleh : Imam Tahyudin

Penyunting

: Qurrotul A’Yuni

Lay-out dan Desain Sampul : Fachry Diyo Asela

Cetakan Pertama, Februari 2012

Penerbit :

Zahira Media Publisher

Hak Cipta © 2012 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

(3)

“Mother hold their children’s hands a While,

And their hearts forever” (Fandy Tjiptono, 2004)

Buku ini didedikasikan untuk :

Mama, Mimi, Kakak dan Adiku

Laililyah Tahyudin

Amirah El-Zahira Tahyudin

“Untuk mengetahui jalan pikiran seseorang

lihatlah ucapannya dan untuk mengetahui ide dan gagasan

seseorang lihatlah karya tulisannya”

(4)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Berkat pertolongannya Alhamdulillah buku ini dapat terbit. Ide penulisan buku ini telah mengendap cukup lama. Berawal dari pengalaman dan pengkajian mendalam penulis selama belajar dan mengajar.

Dalam penulisan buku ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari sejumlah pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Istriku Lailiyah dan Putriku Amirah El-Zahira Tahyudin atas pengertian dan dukungannya dengan cara-cara yang unik selama proses penulisan buku ini.

2. Qurrotul A’yuni atas bantuannya mengedit penulisan buku ini.

3. Fachry Diyo Asela atas bantunya merancang sampul dan lay-out buku ini.

4. Dr. Idha sihwaningrum, M.Sc. (UNSOED), Dr. Mashuri (UNSOED), Dr. Nunung Nurhayati (UNSOED) dan Jajang, M.Si (UNSOED) atas wawasan dan inspirasi selama kuliah.

5. Berlilana, S.Kom., M.Si (Ketua STMIK Amikom Purwokerto) atas wawasan dan inspirasi selama mengabdi mengajar.

6. Teman-teman di STMIK AMIKOM Purwokerto (Pa Amang, Pa Taqwa, Pa Giat, dll) atas dukungan moral selama penulisan buku ini.

Penulis sangat mengharapkan buku ini bisa bermanfaat bagi semua yang menaruh minat pada Statistika Dasar. Segala masukan dan kritik konstruktif sangat Penulis harapkan. Selamat membaca dan mengkaji buku ini.

Purwokerto, Februari 2012 Imam Tahyudin

(5)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ... .01

BAB II. PENYAJIAN DATA... 24

BAB III. DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI ... 53

BAB IV. UKURAN PEMUSATAN ... 78

BAB V. UKURAN PENYEBARANError! Bookmark not defined.

BAB VI. MODEL DISTRIBUSI DATAError! Bookmark not defined.

BAB VII. PROBABILITAS ... Error! Bookmark not defined.

BAB VIII. PERMUTASI ... Error! Bookmark not defined.

BAB IX. KOMBINASI ... Error! Bookmark not defined.

BAB X. POPULASI DAN SAMPELError! Bookmark not defined.

BAB XI. DISTRIBUSI PROBABILITASError! Bookmark not defined.

BAB XII. DISTRIBUSI NORMAL ... Error! Bookmark not defined.

BAB XIII. PENDUGAAN PARAMETERError! Bookmark not defined.

BAB XIV. PENGUJIAN HIPOTESISError! Bookmark not defined.

BAB XV. REGRESI... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

PENDAHULUAN

A. PERANAN STATISTIKA

Dunia penelitian atau riset yang dilaksanakan melalui penelitian laboratorium atau penelitian lapangan di manapun dilakukan, mendapat manfaat dengan menggunakan dan memecahkan masalah melalui statistika. Hal ini dilakukan para peneliti untuk mengetahui apakah hasil penelitian dengan suatu metode yang baru lebih baik jika dibandingkan dengan metode yang lama. Dalam pembuatan model dari suatu penelitian, untuk menyatakan bahwa model tersebut dapat dipakai atau tidak maka digunakan teori statistika. Bahkan statistika cukup mampu untuk menentukan apakah faktor yang satu dipengaruhi oleh faktor lainnya. Jika ada hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya, berapa kuat hubungan tersebut? apakah dapat faktor yang satu ditinggalkan dan faktor lainnya dipakai untuk studi lanjut?

Statistik yang diartikan dalam bahasa Latin sebagai

“status” atau negara, sangat berperan di dalam pengelolaan

semua manajemen baik manajemen yang besar maupun yang sekecil-kecilnya, manajemen negara pada umumnya, ekonomi, pertanian, perindustrian, kesehatan, farmasi, sampai ke manajemen rumah tangga pun dengan tidak disadari telah memanfaatkan statistik dan lain sebagainya.

Peranan statatistik di dalam dunia penelitian dan riset

baik penelitian di bidang sosialmaupun sains, selalu

menggunakan ilmu statistik, mulai dari persiapan penelitian, teknik pengambilan data, sampai ke pengolahan data agar

informasi-informasi atau gambaran – gambaran mengenai

(7)

lainnya.

Salah satu contoh pemanfaatan statistik di dalam pengelolaan negara, di waktu akan diadakan PEMILU oleh pemerintah, mulai membuat sensus penduduk yang akan digunakan sebagai data untuk mempersiapkan apa-apa yang

akan diperlukan, baik bahan, tempat, waktu sampai

keperkiraan biaya yang akan digunakan pada pelaksanaan pemilu tersebut.

Contoh yang lain di bidang farmasi misalnya, untuk membuat campuran obat-obatan harus terlebih dahulu membuat tabel mengenai takaran-takaran, jenis bahan yang diperlukan.

Di kantor-kantor khususnya di bagian personalia sering kita lihat tabel-tabel yang tergantung pada dinding mengenai nama pegawai, jumlah pegawai, jenis kelamin, golongan, masa kerja, alamat dan lain sebagainya, Ini juga

merupakan statistic yang dinamakan dengan statistik

kepegawaian.

Uraian singkat di atas menyatakan bahwa statistika sangat diperlukan bukan saja dalam bidang yang terbatas

kepada dunia penelitian tetapi mencakup dunia ilmu

pengetahuan. Mengingat hal tersebut di atas maka dalam penjelasan berikut diuraikan tentang metode statistika yang diharapkan dapat digunakan dalam berbagai bidang dan atau berbagai disiplin ilmu, bukan statistika teoritis, oleh sebab itu tidak diuraikan tentang penurunan rumus, pembuktian sesuatu sifat atau dalil-dalil.

(8)

B. STATISTIK DAN STATISTIKA

1. Statsitik

Statistik berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah

“status” atau negara. Pada mulanya statistika berhubungan

dengan fakta dan angka yang dikumpulkan oleh pemerintah untuk bermacam-macam tujuan. Statistik juga diturunkan dari kata bahasa Inggris yaitu state atau pemerintah.

Pengertian yang sangat sederhana tentang statistic adalah sebagai suatu kumpulan data yang berbentuk angka dan tersusun rapi dalam suatu tabel, grafik, gambar, dan lain-lain. Misalnya tabel mengenai keadaan pegawai di kantor-kantor, grafik perkembangan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, dan lain sebagainya.

Sedangkan pengertian yang lebih luas mengenai statistic

adalah merupakan kumpulan dari teknik mengumpulkan,

analisis, dan interpretasi data dalam bentuk angka. Dan statistic

juga merupakan bilangan yang menunjukkan sifat-sifat

(karakteristik) data yang dikumpulkan tersebut. 2. Statsitika

Statistika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara

mengumpulkan fakta/data, pengolahan data, kemudian

menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan/keputusan.

Statistik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik Induktif (inferiens). Kedua macam statistic tersebut sebagai suatu metode yang mengandung kegiatan-kegiatan dari suatu proses untuk lebih mudah dipahami dan dapat digambarkan dengan bagan alir seperti pada Gambar 1.2.

(9)

Yang dimaksud dengan statistik deskriptif adalah usaha penjelasan arti secara fisis (bentuk) atau gambaran tentang karakteristik data agar dapat dengan mudah dipahami oleh pihak lain. Misalnya setelah dikumpulkan data, kemudian diolah dan dianalisis data tersebut sehingga dapat diambil

kesimpulan yang akan ditunjukkan kepada yang

membutuhkannya.

(10)

pembuatan inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Misalnya seorang dokter ingin mengambil

suatu kesimpulan tentang penyakit seseorang tentunya

disamping pemeriksaan secara komunikasi efektif juga

berdasarkan data yang diperoleh dari laboratorium dapat memperkirakan penyakit apa yang dialami oleh orang sakit tersebut. Jadi dari sini dapat diterangkan inferensi adalah merupakan kerja perkiraan, peramalan kemudian pengambilan keputusan dan sebagainya.

C. D A T A

Data dan statistik cukup banyak digunakan sebagai ilmu

pengetahuan yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia sehari-sehari, baik di bidang eksakta maupun sosial. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa data dan statistik sangat erat hubungan antara keduanya.

Data adalah sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.

Selain dari pada itu data juga dapat diterangkan dengan dua arti yaitu; arti secara kuantitatif dan arti secara kualitatif, data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau nilai, contohnya, 6, 40, 100, 250 dan sebagainya, sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata, contohnya, baik, sedang, buruk, dan lain sebagainya.

Kedua data tersebut dapat dikonversikan antara satu dangan lainnya, misalnya dalam bentuk kuantitatif nilainya 80, maka nilai 80 apabila dikonversikan ke dalam bentuk

(11)

kualitatif (dalam bentuk kata-kata) adalah baik (nilai 80 = nilainya baik).

1. Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sensus dan sampling. Sensus adalah pengumpulan data yang mencakup seluruh elemen atau seluruh anggota populasi yang diselidiki, dimana data populasi adalah merupakan sekumpulan informasi (elemen) atau angka yang menyeluruh pada suatu obyek. Misalnya data yang diperoleh melalui sensus penduduk, data yang diperoleh dari hasil penggerebekan di suatu tempat yang tidak menyenangkan, data ini juga dikatakan data populasi karena data tersebut adalah hasil pemeriksaan semua objek yang ada di tempat itu. Sedangkan sampling (data sampel) merupakan data perkiraan atau data yang berasal dari sebahagian kecil data populasi (elemen populasi).

Perlu diketahui bahwa di dalam suatu penelitian jarang sekali mempergunakan data populasi melainkan data sampel. Kenapa? karena jika mengambil data populasi akan banyak memerlukan tenaga ahli, banyak membutuhkan biaya, dan butuh waktu yang lebih lama dan lain-lain.

2. Macam-Macam Data

Pengambilan data banyak sekali caranya, antara lain dapat mendatangi langsung ke obyek yang akan diteliti, ataupun melalui kuesioner yang diisi oleh obyek penelitian ataupun melalui bacaan-bacaan yang dikutip dari artikel- artikel yang tersedia di perpustakaan maupun di kantor-kantor sebagai laporan yang telah diarsipkan.

(12)

Jika data yang diperoleh atau yang akan digunakan untuk tujuan penelitian disebut data observasi, sedangkan data yang diperoleh dengan datang langsung ke obyek ataupun

melalui kuesioner terhadap obyek peneliti disebut data primer dan data yang diperoleh dari bacaan-bacaan atau yang dikutip dari laporan-laporan yang sudah ada baik di perpustakaan maupun di kantor-kantor disebut data sekunder.

3. Data dan Variabel

Variabel/peubah: ciri yang menunjukkan keragaman “hubungan antara kepemimpinan dan iklim organisasi dengan

kepuasan kerja”.

Skala:

Nominal :

- paling rendah dalam level pengukuran

- hanya berupa satu-satunya kategori

- Contoh : data jenis kelamin, alamat pada KTP dll.

Ordinal :

- levelnya lebih tinggi dari variabel nominal - terdapat tingkatan data/kategori

(13)

- contoh : data tentang preferensi terhadap suatu hal, data peringkat

Interval:

- Ada tingkatan data

- Jarak antar kategori pasti

- Tidak ada nol mutlak

- Contoh: skala pada termometer, (preferensi?)

Rasio:

- Ada tingkatan data

- Jarak antar kategori pasti

- ada nol mutlak

- Contoh: berat badan, tinggi badan, kecepatan

LATIHAN SOAL

1. Sebutkan arti dan definisi statistik!

2. Sebutkan arti statistik diskriptif dan statistik induktif! 3. Apa yang dimaksud dengan data?

4. Jelaskan perbedaan anatara data populasi dan data sampel! 5. Apa yang dimaksud dengan observasi?

6. Jelaskan perbedaan antara data primer dan data sekunder! 7. Sebutkan apa manfaat statistik di dalam suatu pengelolaan

perusahaan dan berikan contohnya!

8. Berikan alasan-alasan pemanfaatan statistik dalam bidang penelitian!

(14)

I. PENYAJIAN DATA

A. Tabel/Daftar : 1. daftar baris kolom

2. daftar distribusi frekuensi B. Grafik/Diagram :

1. diagram batang 2. diagram garis

3. diagram lingkaran/pastel 4. diagram dahan daun 5. diagram pencar/titik 6. diagram lambang/simbol

7. Histogram dan poligon frekuensi 8. Ogive

DIAGRAM BATANG

Cara penyusunan :

1. Buat sumbu datar dan sumbu tegak berpotongan tegak lurus 2. Bagilah sumbu datar dan tegak menjadi beberapa bagian

dengan skala yang sama. Perbandingan skala antara sumbu tegak tidak harus sama.

Contoh : Jumlah mahasiswa P.S Manajemen pendidikan Universitas Pakuan

(15)

0 10 20 30 40 50 60 70 I III V VII Semester J u m la h M a h a s is w a DIAGRAM GARIS 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1998 1999 2000 2001 Tahun masuk Ju m la h M a h a si sw a DIAGRAM PASTEL/LINGKARAN

(16)

II. DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI

A. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi

1. Tentukan Rentang

Rentang = data terbesar – data terkecil

2. Tentukan banyak kelas interval

 Antara 5 – 15

aturan sturges : banyak kelas = 1 + (3.3) log n dengan n adalah banyaknya data dan hasilnya dibulatkan.

3. Tentukan panjang kelas interval (p).

4. Buat kolom tabulasi dan tentukan batas-batas kelas interval dengan data terkecil sebagai batas bawah.

5. Hitunglah frekuensi dari masing masing kelas interval dan masukkan nilai-nilainya pada kolom tabulasi.

6. Buat tabel distribusi frekuensi berdasarkan hasil tabulasi data. Contoh :

Nilai ujian statistika 60 mahasiswa STMIK AMIKOM PURWOKERTO: 62 76 40 65 41 58 76 80 89 66 65 67 81 76 34 32 47 47 65 23 45 42 56 59 67 63 72 39 44 60 51 55 39 65 76 77 51 90 87 54 50 92 40 37 60 65 55 89 67 44 73 50 32 27 35 47 32 54 55 60 Rentang p = --- Banyak kelas

(17)

 Rentang : 92 – 23 = 69

 Banyak kelas interval :

Banyak kelas = 1 + (3.3) log 60 = 1 + (3.3) . (1.7782)

= 6.8679 dibulatkan menjadi 7

 Panjang kelas interval : 69

p = --- 7

= 9.86 dibulatkan menjadi 10

 Batas-batas kelas dan tabulasi :

NILAI UJIAN TABULASI FREKUENSI

23 - 32  5 33 - 42   9 43 - 52   10 53 - 62    12 63 - 72    11 73 - 82   8 83 - 92  5

 Tabel Distribusi frekuensi Hasil Ujian Statistika menjadi :

NILAI UJIAN FREKUENSI

23 - 32 5 33 - 42 9 43 - 52 10 53 - 62 12 63 - 72 11 73 - 82 8 83 - 92 5

(18)

B. Tabel Distribusi Frekuensi Relatif

Pada tabel distribusi frekuensi relatif, frekuensi dinyatakan dalam % sehingga diperoleh :

 kelas pertama (23-32) : 5 --- x 100% = 8.3 % 60  Kelas ke dua (33-42) : 9

--- x 100% = 15 %, dan seterusnya, sehingga menjadi : 60

NILAI UJIAN FREKUENSI (%)

23 - 32 8.3 33 - 42 15 43 - 52 16.7 53 - 62 20 63 - 72 18.3 73 - 82 13.3 83 - 92 8.3 Jumlah 100

Jika distribusi absolut dan relatif digabungkan menjadi

NILAI UJIAN Fabs. f rel.

23 - 32 5 8.3 33 - 42 9 15 43 - 52 10 16.7 53 - 62 12 20 63 - 72 11 18.3 73 - 82 8 13.3 83 - 92 5 8.3 Jumlah 60 100

(19)

C. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif

1. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang dari : NILAI UJIAN Fkum.

Kurang dari 23 0 Kurang dari 33 5 Kurang dari 43 14 Kurang dari 53 24 Kurang dari 63 36 Kurang dari 73 47 Kurang dari 83 55 Kurang dari 93 60

Jika tabel distribusi kumulatif kurang dari dibuat dalam bentuk diagram, akan dihasilkan Ogive positif.

2. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif atau lebih : NILAI UJIAN Fkum.

23 atau lebih 60 33 atau lebih 55 43 atau lebih 46 53 atau lebih 36 63 atau lebih 24 73 atau lebih 13 83 atau lebih 5 93 atau lebih 0

Jika tabel distribusi kumulatif atau lebih dibuat dalam bentuk diagram, akan dihasilkan Ogive negatif.

(20)

Latihan:

Hasil tes pengetahuan tentang Management of change terhadap 30 mahasiswa adalah sebagai berikut:

65 67 81 76 44 53 68 67 65 42 59 60 63 72 79 64 60 71 54 51 71 69 65 76 77 51 89 87 66 69 Tugas

1. Buat tabel distribusi frekuensi (log 30 = 1,4771) 2. Buat histogram frekuensi

3. Buat tabel distribusi frekuensi relatif 4. Buat tabel distribusi kumulatif kurang dari 5. Buat tabel distribusi kumulatif atau lebih. 6. Buat ogive positif

(21)

IV. UKURAN PEMUSATAN

A. Rata-Rata Hitung

 Rata-rata hitung data tanpa pengelompokan: n

 Xi

i = 1 x1 + x2 + x3 + ... + xn

Ẋ = ____________ = __________________ n n

dengan Ẋ = rata-rata hitung (untuk parameter disimbolkan dengan ) dan n = banyaknya data

Contoh :

Indeks prestasi 5 orang mahasiswa adalah sbb: 2,7; 3,2; 3; 2,4 dan 2,1

Maka rata-rata indeks prestasi ke 5 mahasiswa tersebut adalah: 2,7+ 3,2+ 3+2,4+ 2,1

Ẋ = _________________ = 2,68 5

 Rata-rata hitung data yang dikelompokkan (metode kodifikasi) fi.ci

Ẋ = Y0 + p  _______ dengan Y0 disebut TANDA KELAS

fi Contoh tabel distribusi :

Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3

(22)

Langkah menghitung rata-rata yaitu: tentukan nilai tengah (Yi) masing-masing kelas interval, tentukan tanda kelas dan nilai kodenya (Ci) sehingga tabelnya menjadi:

Nilai fi Yi Ci Fi.Ci 31 – 40 2 35.5 -3 -6 41 – 50 4 45.5 -2 -8 51 – 60 10 55.5 -1 -10 61 – 70 15 65.5 0 0 71 – 80 6 75.5 1 6 81 - 90 3 85.5 2 6 40 -12 Rata-rata hitung: - 12 Ẋ = 65.5 + 10  _____ = 62,5 40 B. Modus (Mo)

 Nilai yang sering muncul

 Modus data tidak dikelompokkan :

- Urutkan data dari yang terkecil hingga terbesar (optional) - Tentukan nilai yang paling banyak muncul

- Nilai modus mungkin lebih dari satu.

- Contoh data yang sudah berurut: 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 9, 11 maka modus (Mo) data tersebut adalah 7.

 Modus data dikelompokkan: b1

Mo = b + p ( ______) b1 + b2

b = batas bawah kelas modus (kelas dengan frekuensi terbesar)

p = panjang kelas interval

(23)

sebelum kelas modus

b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas interval setelah kelas modus

Contoh tabel distribusi sbb:

Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3 b = 60.5; p = 10; b1= 15 – 10 = 5 dan b2 = 15 – 6 = 9 maka 5 mo = 60.5 + 10 ( _______) = 61.6 5+9 C. MEDIAN (Me)

 Suatu nilai yang apabila semua data hasil pengamatan diurutkan maka 50% data hasil pengamatan berada di atas dan di bawah nilai tersebut.

 Median data tidak dikelompokkan:

Urutkan data, tentukan titik tengahnya ( jika data ganjil maka median tepat pada satu data, jika data genap maka median terletak antara dua data dan untuk menentukannya jumlahkan kedua data tersebut dan bagi dua)

Contoh:

Diketahui data sbb:

(24)

Titik tengah terletak antara data ke7 dan data ke 8 (angka 6 dan 7) maka: 6 + 7 Me = ______ = 6.5 2 Data : 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 9,11, 12 ( n = 15) median terletak pada data ke 8 sehingga Me = 7

 Median data dikelompokkan: ½ n - F

Me = b + p ( ____________ ) f

b = batas bawah kelas median p = panjang kelas median n = banyaknya data

F = jumlah seluruh frekuensi sebelum kelas median f = frekuensi kelas median

Contoh tabel distribusi ( n = 40)

Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3

Karena n = 40 maka kelas median terletak antara data ke 20 dan data ke 21 atau terletak pada kelas dengan interval 61 – 70, sehingga diperoleh komponen-komponen:

(25)

b = 60.5; p = 10; n = 40; F = 16 dan f = 15 ( ½.40) -16

Me = 60.5 + 10 ( ___________ ) = 63.2 15

D. Kuartil (K)

 Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan menjadi seperempatan.

 Ada tiga kuartil yaitu K1, K2 dan K3 Kuartil data yang tidak dikelompokkan:

- Urutkan data - Tentukan letak kuartil ke i dengan Ki = data ke i/4.(n+1)

- Tentukan nilai masing-masing kuartil - Contoh data yang telah diurutkan sbb: 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7,

7, 8, 8, 9, 9, 11 Letak kuartil: K1 = data ke 1/4 (14+1) = data ke 3 ¼ K2 = data ke 2/4 (14+1) = data ke 7 ½ K3 = data ke 3/4 (14+1) = data ke 11 ¼ Nilai Kuartil

K1 = data ke 3 + ¼ (data ke 4 – data ke 3) = 6 + ¼ (6 – 6) = 6

K2 = 7 + ½ (7-7) = 7

K3 = 8 + ¼ (9 – 8) = 8 ¼ Kuartil data dikelompokkan :

- Tentukan posisi K1, K2 dan K3 seperti pada data yang tidak dikelompokkan

- Tentukan nilai masing-masing kuartil dengan rumus: in

---- - F 4

Ki = b + p ( --- ) f

(26)

Ki = nilai kuartil ke i b = batas bawah kelas Ki p = panjang kelas Ki

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Ki f = frekuensi kelas Ki Contoh : Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3

Lokasi kuartil : K1 = data ke 1/4 (40+1) = data ke 10 ¼

K2 = data ke 2/4 (40+1)

= data ke 20 ½ K3 = data ke 3/4 (40+1) = data ke 30 ¾

Kelas kuartil K1 = kelas dengan interval 51 – 60 K2 = kelas dengan interval 61 – 70 K3 = kelas dengan interval 61 – 70

Nilai Kuartil ke-1( K1) ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10) 1.40 --- - 6 4 K1 = 50.5 + 10 ( --- ) 10 = 54.5

(27)

2.40 --- - 16 4 K1 = 60.5 + 10 ( --- ) 15 = 63.2

Nilai Kuartil ke-3( K3) ( b = 60.5, p = 10, F = 16, f = 15) 3.40 --- - 16 4 K1 = 60.5 + 10 ( --- ) 15 = 69.8 E. Desil (D)

 Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan menjadi sepersepuluhan.

 Ada sembilan kuartil yaitu D1, D2, …D9

 Desil data yang tidak dikelompokkan:

- Urutkan data - Tentukan letak desil ke i dengan

Di = data ke i/10 (n+1)

- Tentukan nilai masing-masing kuartil - Contoh data yang telah diurutkan sbb:

5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 9, 11 Letak desil: D1 = data ke 1/10 (14+1) = data ke 1 ½ D2 = data ke 2/10 (14+1) = data ke 3 D3 = data ke 3/10 (14+1) = data ke 4 ½ dan seterusnya … Nilai Desil

D1 = data ke 1 + ½ (data ke 2 – data ke 1) = 5 + ½ (5 – 5) = 5

(28)

D2 = 6

D3 = 6 + ½ (6 – 6) = 6 Desil data dikelompokkan :

 Tentukan posisi D1, D2 dan D3

 Tentukan nilai masing-masing desil dengan rumus: in ---- - F 10 Di = b + p ( --- ) f Ki = nilai Desil ke i b = batas bawah kelas Di p = panjang kelas Di

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Di f = frekuensi kelas Di Contoh : Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3 40

 Lokasi desil : D1 = data ke 1/10 (40+1) = data ke 4 1/10

D2 = data ke 2/10 (40+1)

= data ke 8 1/5 D3 = data ke 3/10 (40+1) = data ke 12 3/10

(29)

dimanakah letak D4, D5, D6, D7, D8 dan D9? Kelas desil D1 = kelas dengan interval 41 – 50 D2 = kelas dengan interval 51 – 60 D3 = kelas dengan interval 51 – 60

Nilai desil ke-1 ( b = 40.5, p = 10, F = 2, f = 4) 1.40 --- - 2 10 D1 = 40.5 + 10 ( --- ) 4 = 45.5 Nilai Desil ke 2 ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10) 2.40 --- - 6 10 D2 = 50.5 + 10 ( --- ) 10 = 52.5

Nilai Desil ke-3 ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10) 3.40 --- - 6 10 D3 = 50.5 + 10 ( --- ) 10 = 56.5 F. Persentil (P)

 Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan menjadi seperseratusan.

 Ada 99 persentil yaitu P1, P2, …P99

Kuartil data dikelompokkan :

 Tentukan posisi P1, P2, …P99

(30)

in ---- - F 100 Di = b + p ( --- ) f Pi = nilai Persentil ke i b = batas bawah kelas Pi p = panjang kelas Pi

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Pi f = frekuensi kelas Pi Contoh : Nilai fi 31 – 40 2 41 – 50 4 51 – 60 10 61 – 70 15 71 – 80 6 81 - 90 3 40

Lokasi persentil : P10 = data ke 1/100 .10 (40+1) = data ke 4 1/10

Kelas kuartil P10 = kelas dengan interval 41 – 50 Nilai persentil ke-10 ( b = 40.5, p = 10, F = 2, f = 4) 10.40 --- - 2 100 P10 = 40.5 + 10 ( --- ) 4 = 45.5

(31)

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang hasil tes tentang Management of change pada latihan sebelumnya, hitunglah:

1. Rata-rata hasil tes

2. Modus 3. Median

4. Kuartil ke 1, 2 dan 3 5. Desil ke 6

(32)

V. UKURAN PENYEBARAN

A. Rentang

Rentang=data terbesar – data terkecil

B. Rentang antar kuartil (RAK)

RAK= K3 – K1

C. Simpangan Kuartil

Simpangan kuartil: ½ (K3 - K1)

D. Rata-Rata Simpanga

Jumlah semua jarak antara tiap data dengan rata-rata dibagi banyaknya data

 xi – x  RS = ___________ n Contoh: 4, 5, 7, 8, 8, 10 ( n = 6 dan x = 7)  4 – 7  +  5 – 7  + ...  10 – 7  maka RS = __________________________ = 1.67 6

E. Ragam (s2 atau 2) disebut juga Kuadrat Tengah

akar kuadrat dari ragam disebut Simpangan baku Ragam Data Tidak dikelompokkan:

JK =  ( xi – x)2 ... Jumlah kuadrat (JK) s2 = ________ n-1 ... Derajat bebas (DB) Langkah-langkah:  hitung x

 hitung selisih antara x1 – x, x2 –x dst.

(33)

 jumlahkan seluruh kuadrat-kuadrat tersebut  bagilah dengan n-1

Ragam data dikelompokkan: n.  fi.ci2 – ( fi.ci)2

s2 = p2 ( _________________) n. (n-1)

p = panjang kelas interval fi = frekuensi kelas ke i

ci = nilai tanda (kelas dengan fi terbesar diberi nilai tanda 0) Struktur data:

Nilai fi ci ci2 fi.ci fi.ci2

fi= n fi.ci fi.ci2 Ragam Gabungan

Jika beberapa kelompok data masing masing mempunyai nilai ragam, maka ragam gabungan seluruh kelompok data tersebut adalah:

 (ni-1).si2 s2 = __________ ni-k

(34)

Jika ada 3 kelompok data maka:

(n1-1).s12 + (n2-1).s22 + (n3-1).s32

s2 = ___________________________

(n1 + n2 + n3 ) -3

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang hasil tes tentang Management of change pada latihan sebelumnya, hitunglah:

1. rentang

2. rentang antar kuartil 3. simpangan kuartil 4. ragam

(35)

VI. MODEL DISTRIBUSI DATA

A. Ukuran Kemiringan (Skewness)

Ukuran kemiringan adalah ukuran yang menyatakan sebuah model distribusi yang mempunyai kemiringan tertentu. Dengan mengetahui koefisien kemiringan dapat ditentukan suatu distribusi data memiliki bentuk kurva yang tergolong positif, simetrik atau negatif seperti gambar beriku:

(36)

1. Koefisien kemiringan pertama dari Pearson

X - Mo Koefisien kemiringan = ______ s

dengan: X = rata-rata, Mo = modus dan s = Simpangan baku

2. Koefisien kemiringan kedua dari Pearson

3 (X – Me) Koefisien kemiringan = _________ s

dengan: X = rata-rata, Me = median dan s = Simpangan baku

3. Koefisien kemiringan dengan menggunakan nilai kuartil

K3 – 2K2 + K1

Koefisien kemiringan = __________ K3 – K1

Dengan K1 = kuartil ke-1, K2 = kuartil ke-2 dan K3 = kuartil

ke-3

4. Koefisien kemiringan dengan menggunakan nilai Persentil

P90 – 2P50 + P10

Koefisien kemiringan = _____________ P90 – P10

Dengan P90 = persentil ke-90, P50 = persentil ke-50 dan P10 =

Persentil ke 10

Kriteria:

1. Jika koefisien kemiringan kurang dari nol maka bentuk distribusinya negatif

(37)

2. Jika koefisien kemiringan sama dengan nol maka bentuk distribusinya simetrik

3. Jika koefisien kemiringan lebih dari nol maka bentuk distribusinya positif

Selain dengan menghitung koefisien kemiringan, bentuk distribusi juga dapat ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai modus (Mo), median (Me) dan rata-rata (X).

kriteria:

1. Distribusi simetrik jika Mo=Me=X 2. Distribusi positif jika Mo<Me<X 3. Distribusi negatif jika Mo>Me>X

B. Ukuran Keruncingan (Kurtosis)

Kurtosis adalah derajat kepuncakan dari suatu distribusi. Suatu distribusi yang relatif tinggi dinamakan leptokurtik, jika puncaknya datar disebut platikurtik dan jika puncaknya tidak terlalu tinggi atau terlalu datar disebut mesokurtik.

Untuk mengetahui keruncingan kurva dapat ditentukan dengan menghitung koefisien kurtosis:

½ (K3-K1) K = ________ P90 – P10

(38)

dengan K3= kuartil ke-3, K1= kuartil ke-1, P90 = persentil ke-90 dan P10 = persentil ke-10

Kriteria:

1. Jika koefisien kurtosis kurang dari 0,263 bentuk distribusi:

platikurtik

2. Jika koefisien kurtosis sama dengan 0,263 bentuk distribusi:

mesokurtik

3. Jika koefisien kurtosis lebih dari 0,263 bentuk distribusi:

leptokurtik

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi hasil tes tentang Management of change pada latihan sebelumnya, tentukan model

distribusi berdasarkan koefisien kemiringan dan koefisien

(39)

VII. PROBABILITAS

A. Arti Probabilitas

1. Probabilitas adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yang acak.

2. Probabilitas atau peluang merupakan ukuran numeric tentang seberapa sering peristiwa itu akan terjadi. Semakin besar nilai probabilitas menyatakan bahwa peristiwa itu akan sering terjadi.

3. Kejadian Acak atau random event ialah suatu kejadian yang tak dapat ditentukan dengan pasti sebelumnya.

4. Probabilitas merupakan suatu frekuensi relatif dari suatu sukses yang diperoleh jika suatu percobaan dilakukan berulang-ulang sampai tak terbatas didalam situasi dan kondisi yang sama.

Nilai Probabilitas berkisar antara 0 dan 1.

Bila kejadian A terjadi dalam m cara pada ruang sampel S yang terjadi dalam n cara, maka probabilitas kejadian A adalah :

P (A) = n(A)/n(S) = m/n

Perumusan ini harus memenuhi ketentuan :

Probabilitas A harus merupakan bilangan non-negatif atau bukan bernilai negatif, yaitu : P (A) 0 .

Nilai probabilitas suatu peristiwa berkisar antara :

0 P (A) 1

Jumlah probabilitas A ditambah A (bukan A) harus sama dengan 1.

Atau : P (A) + P (A) = 1 P (A) = 1 – P (A) Contoh :

Sebuah dadu yang seimbang memiliki enam sisi. Lima dari keenam sisi tersebut dicat biru sedangkan satu sisi selebihnya

(40)

dicat hijau.bila dadu tersebut dilempar sebanyak satu kali, berapa :

a. Probabilitas timbulnya sisi yang bercat biru b. Probabilitas timbulnya sisi yang bercat hijau Jawab : a. P (Biru) = 5/6

b. P (Hijau) = 1/6

Dalam mempelajari probabilitas, ada 3 kata kunci : 1. Eksperimen

Proses pengumpulan data dari sebuah fenomena yang memperlihatkan variasi pada hasilnya.

2. Ruang sampel

Kumpulan dari seluruh kemungkinan hasil yang didapatkan dari suatu eksperimen, dilambangkan dengan S.

3. Peristiwa/Event/Kejadian

Kumpulan hasil-hasil dasar yang digolongkan oleh suatu ciri tertentu.

B. Peristiwa (event) dan Notasi Himpunan 1) Ruang sampel

Kumpulan (himpunan) dari semua hasil yang mungkin muncul atau terjadi pada suatu percobaan.

Keseluruhan dari titik sampel dinamakan Ruang sampel dan dilambangkan dengan S.

Contoh : S = { 1,2,3,4,5,6} ruang vektor

Kejadian yang dapat terjadi di dalam suatu eksperimen (percobaan) dan biasanya dilakukan berulang kali dinamakan Titik Sampel. A = { 2 }

2) Peristiwa/kejadian (event)

Kumpulan (himpunan) dari hasil yang muncul atau terjadi pada suatu percobaan statistik.

(41)

Peristiwa A atau B dinotasikan dengan A  B

Peristiwa A dan B dinotasikan dengan A  B

Peristiwa A dan B merupakan peristiwa yang saling lepas, A  B = 0

(42)

N

n

A

p

(

)

13

/

7

)

(

B

C

P

C. Probabilitas Suatu Peristiwa

Probabilitas memberikan nilai kuantitatif pada peryataan seberapa sering suatu peristiwa terjadi.

Probabilitas peristiwa A : Beberapa sifat : a. P(A)=1-P(A‟) b. 0<=P(A)<=1 c. P(S)=P(A)+P(A‟) Contoh :

Suatu kemasan berisi 6 Flash Disk A, 4 Flash Disk B dan 3 Flash Disk C. Bila seseorang mengambil satu Flash Disk secara acak, maka :

– Peluang terambil satu Flash DIsk A, karena 6 dari 13 disket

adalah Flash A, maka peluang peristiwa A, satu Flash A terpilih secara acak adalah : P(A)=6/13

– Peluang terambil satu disket B (peristiwa B) atau disket

C(peristiwa C) karena terdapat 7 dari 13 disket adalah disket B atau disket C maka :

Peristiwa yang saling lepas (Mutually Exclusive)

Bila A dan B dua kejadian sembarang pada S dan berlaku A  B =Ø, maka A dan B dikatakan dua kejadian saling lepas atau saling terpisah. Secara matematis dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas atau terpisah (disjoint) jika dan hanya jika mereka tidak memiliki unsur yang sama dan A  B = 0 (himpunan kosong).

Bila A dan B saling lepas dan merupakan peristiwa dalam sebuah ruang sampel yang terbatas , maka :

(43)

5

/

4

)

(

A

B

P

Dimana : A B = 0 dan P (A B) = 0. Contoh :

Bila sebuah dadu dilempar sekali , berapakah probabilitas timbulnya mata dadu 1 atau 3 ?

Jawab : Jika A = peristiwa timbulnya mata dadu 1

B = peristiwa timbulnya mata dadu 3 P(A) = 1/6 dan P(B) = 1/6

A dan B merupakan dua peristiwa yang saling lepas. P (A B) = P (A) + P (B) = 1/6 + 1/6 = 2/6 = 1/3

Dua peristiwa dikatakan tidak saling lepas bila kedua peristiwa tersebut tidak usah terpisah.

Peristiwa tidak saling lepas / kejadian majemuk

Bila A dan B peristiwa sembarang pada ruang sampel S,

maka gabungan kejadian A dan B ditulis A  B adalah kumpulan

semua titik sampel yang ada pada A atau B atau pada kedua-duanya. Kejadian A  B disebut kejadian majemuk, dan A  B yaitu kumpulan titik sampel yang ada pada A dan B disebut kejadian majemuk.

P (A B) = P (A) + P (B) – P (A B)

Contoh :

Peluang seorang murid SD yang lulus mata pelajaran matematika adalah 2/3 dari peluang ia lulus mata pelajaran

bahasa Indonesia adalah 4/9. Bila sekurang – kurangnya

satumata pelajaran diatas adalah 4/5, berapa peluang ia lulus kedua mata pelajaran tersebut !

Jawab : P(A) = 2/3; P(B) =4/9;

(44)

13

/

4

52

/

16

52

/

1

52

/

13

52

/

4

)

(

)

(

)

(

)

(

A

B

P

A

P

B

P

A

B

P

12 , 0 ) 4 , 0 )( 3 , 0 ( ) ( ). ( ) (A BP A P B   P

52

/

1

)

(

A

B

P

= 2/3 + 4/9 – 4/5 = 14/45

Peristiwa yang saling bebas (independen)

Dua peristiwa dikatakan independen jika dan hanya jika

terjadi atau tidak terjadinya peristiwa pertama tidak

mempengaruhi peristiwa kedua.

Dua kejadian A dan B dalam ruang sampel S dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak mempengaruhi kejadian B dan sebaliknya kejadian B tidak mempengaruhi kejadian A. Jika A dan B merupakan dua kejadian saling bebas, maka berlaku rumus :

P (A B ) = P (A) . P (B)

Contoh :

1) Kita ambil satu kartu secara acak dari satu set kartu bridge yang lengkap. Bila A = kejadian terpilihnya kartu as dan B = kejadian terpilihnya kartu wajik, Hitung peluang !

Jawab: P(A) = 4 /52; P(B) = 13/52; maka

2) Jika diketahui dua kejadian A dan B saling bebas dengan P(A)= 0,3 dan P(B)= 0,4 maka berlaku:

D. Probabilitas bersyarat

Probabilitas suatu peristiwa A seringkali harus

dimodifikasikan bila ada informasi bahwa terdapat peristiwa b yang berkaitan dengan peristiwa a tersebut telah terjadi sebelumnya. Perubahan nilai probabilitas peristiwa A bila diketahui bahwa peristiwa b telah terjadi disebut sebagai

(45)

0

)

(

;

)

(

)

(

)

/

(

bilaP

B

B

P

B

A

P

B

A

P

)

/

(

).

(

)

(

A

B

P

B

P

A

B

P

)

....

|

(

)....

|

(

)

|

(

)

(

)

....

(

A

1

A

2

A

3

A

k

P

A

1

P

A

2

A

1

P

A

3

A

1

A

2

P

A

k

A

1

A

2

A

k1

P

)

(

)

(

)

(

A

B

P

A

P

B

p

)

(

)...

(

).

(

)

....

(

A

1

A

2

A

3

A

k

P

A

1

P

A

2

P

A

k

P

probabilitas bersyarat a bila diketahui b terjadi dan dinotasikan dengan P(A|B).

Probabilitas terjadinya kejadian A dengan syarat bahwa B sudah terjadi atau akan terjadi disebut Probabilitas bersyarat

(conditional probability).

Rumus Probabilitas bersyarat

Rumus diatas dapat ditulis kembali sebagai :

dan dinyatakan sebagai aturan perkalian, bila terdapat tiga peristiwa A,B, dan C

maka sesuai dengan aturan perkalian didapatkan:

Apabila terdapat suatu kondisi dimana probabilitas P(A/B) menjadi bernilai sama dengan P(A), maka dalam hal ini peristiwa B tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya peristiwa A, sehingga :

P(B/A)=P(B) atau

P(A/B)=P(A)

Kondisi ini dinamakan sebagai peristiwa yang saling bebas(independent) antara A dan B,Sesuai dengan aturan perkalian maka kondisi saling bebas tersebut :

Dengan demikian, bila terdapat peristiwa A1, A2,...,Ak yang saling bebas maka:

(46)

Contoh :

1) Misalkan ruang sampel menyatakan populasi media

penyimpanan data (disket dan CD) pada suatu kantor tertentu.Media penyimpan data tersebut dikelompokan menurut kondisinya: Diadakan audit untuk mengetahui kondidi media penyimpanan data dikantor tsb. Dengan cara mengambil sampel secara acak pada kotak media penyimpanan.Bila media yang terpilih ternyata mempunyai kondisi baik, berapakah peluang yang terpilih itu media CD ?

Jawab : Bila M=CD yang terpilih

E=Kondisi media yang terpilih baik :

2) Dalam sebuah kotak terdapat 10 gulungan film, dan diketahui bahwa 3 diantaranya rusak. Hitung peluang bila 2 buah gulungan filem diambil acak satu persatu secara beruutan.

Jawab: Misal A: peristiwa terambil gulungan pertama eusak

B: peristiwa terambil gulungan kedua rusak Maka peluang kedua gulungan rusak adalah :

(47)

VII. PERMUTASI

Dalam beberapa macam cara suatu peristiwa dapat terjadi ? Dalam berapa macam cara suatu pemilihan terhadap sebagian dari keseluruhan obyek dapat dilakukan? Pertanyaan sedemikian itu acapkali timbul dalam persoalan tentang cara menghitung berbagai kemungkinan memilih sampel dari suatu populasi tertentu. Pada asasnya, persoalan diatas sama dengan persoalan mencari jumlah cara menyusun atau mengatur suatu himpunan obyek tertentu.

A. Permutasi

Masalah penyusunan kepanitiaan yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara dimana urutan dipertimbangkan merupakan salah satu contoh permutasi. Jika terdapat 3 orang (misalnya Amir, Budi dan Cindy) yang akan dipilih untuk menduduki posisi tersebut, maka dengan menggunakan Prinsip Perkalian kita dapat menentukan banyaknya susunan panitia yang mungkin, yaitu:

 Pertama menentukan Ketua, yang dapat dilakukan dalam 3 cara.

 Begitu Ketua ditentukan, Sekretaris dapat ditentukan dalam 2 cara.

 Setelah Ketua dan Sekretaris ditentukan, Bendahara dapat ditentukan dalam 1 cara.

 Sehingga banyaknya susunan panitia yang mungkin adalah 3:2:1 =6. Secara formal, permutasi dapat didevinisikan sebagai berikut.

(48)

Definisi 1.1

Permutasi dari n unsur yang berbeda adalah

pengurutan dari n unsur tersebut. Contoh 1.1

Tentukan permutasi dari 3 huruf yang berbeda, misalnya ABC ! Permutasi dari huruf ABC adalah ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA. Sehingga terdapat 6 permutasi dari huruf ABC.

Teorema 1.1

Terdapat n! permutasi dari n unsur yang berbeda. Bukti. Asumsikan bahwa permutasi dari n unsur yang berbeda merupakan aktitas yang terdiri dari n langkah yang berurutan. Langkah pertama adalah memilih unsur pertama yang bisa dilakukan dengan n cara. Langkah kedua adalah memilih unsur kedua yang bisa dilakukan dengan n 1 cara karena unsur pertama sudah terpilih. Lanjutkan langkah tersebut sampai pada langkah ke-n yang bisa dilakukan dengan 1 cara. Berdasarkan Prinsip Perkalian, terdapat permutasi dari n unsur yang berbeda.

Contoh 1.2

Berapa banyak permutasi dari huruf ABC ? Terdapat 3.2.1 = 6 permutasi dari huruf ABC. Contoh 1.3

Berapa banyak permutasi dari huruf ABCDEF jika subuntai ABC harus selalu muncul bersama?

Karena subuntai ABC harus selalu muncul bersama, maka subuntai ABC bisa dinyatakan sebagai satu unsur. Dengan demikian terdapat 4 unsur yang dipermutasikan, sehingga banyaknya permutasi adalah 4.3.2.1 = 24.

(49)

Denisi 1.2

Permutasi-r dari n unsur yang berbeda adalah

pengurutan dari sub-himpunan dengan r anggota dari himpunan . Banyaknya permutasi-r dari n unsur yang berbeda dinotasikan dengan P(n; r).

Contoh 1.4

Tentukan permutasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya ABCDE. Permutasi-3 dari huruf ABCDE adalah :

Sehingga banyaknya permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 60.

Teorema 1.2

Banyaknya permutasi-r dari n unsur yang berbeda adalah

Bukti.

Asumsikan bahwa permutasi- dari unsur yang berbeda

merupakan aktitas yang terdiri dari langkah yang berurutan. Langkah pertama adalah memilih unsur pertama yang bisa dilakukan dengan n cara. Langkah kedua adalah memilih unsur kedua yang

bisa dilakukan dengan cara karena unsur pertama sudah

(50)

bisa dilakukan dengan cara. Berdasarkan Prinsip Perkalian, diperoleh

Contoh 1.5

Gunakan Teorema 3.2 untuk menentukan permutasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya ABCDE.

Karena r = 3 dan n = 5 maka permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah

Jadi banyaknya permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 60

B. Permutasi dari n obyek yang berbeda tanpa pemulihan obyek yang terpilih

1. Permutasi dari n obyek seluruhnya

DEFINISI 5.3.1. :

Bila n menyatakan bilangan bulat positif, maka hasil penggandaan bilangan tersebut dari 1 sampai dengan n dinamakan n faktorial dan diberi tanda n!.

Penjelasan :

Jika n = 1, 2, . . . , maka n! = n (n-1) (n-2) . . . 2. 1 = n (n-1)! Dan (n+1)! = (n+1)n!

2. Permutasi sebanyak r dari n obyek

DEFINISI : Pengaturan atau penyusunan sebanyak r obyek yang diambil dari suatu himpunan yang terdiri dari n obyek yang berbeda secara matematis dinamakan permutasi secara sekaligus sebanyak r dari n obyek yang berbeda dimana rPn. secara simbolis, permutasi sedemikian itu dinyatakan sebagain P.

(51)

Contoh :

Jika kita gunakan perumusan nPr = n! (n-r)!

untuk menghitung jumlah permutasi 2 huruf yang diambil dari kata “laut” dalam contoh 5.3.1. maka akan diperoleh hasil :

nPr = 4P2 = 4! = 12

(4-2)!

3. Permutasi keliling (circular permutation)

Permutasi suatu himpunan obyek yang membuat suatu lingkaran dinamakan Permutasi keliling. Bila suatu himpunan obyek disusun secara teratur dalam sebuah lingkaran, permutasi obyek yang bersangkutan sebetulnya memper soalkan kedudukan relatif obyek - obyek diatas bila melintasi lingkaran dalam arti yang tertentu.

4. Permutasi sebanyak r dari n obyek dengan pemulihan obyek yang terpilih

TEOREMA .4.1. Permutasi sebanyak r dari n obyek dengan pemulihan obyek yang terpilih. Jumlah permutasi dari suatu himpunan yang terdiri dari n obyek dan yang diambil sekaligus sebanyak r dengan pemulihan obyek yang telah terpilih ialah : nPr = n*r

dengan ketentuan r dan n merupakan bilangan bulat positif.

5. Permutasi sebanyak r dari n obyek yang tidak seluruhnya dapat dibedakan

Secara intuitif, jumlah permutasi dari obyek yang dapat dibedakan tentunya lebih banyak daripada jumlah permutasi dimana terdapat beberapa kumpulan obyek yang sama. Hal sedemikian mudah sekali dimengerti. Kumpulan {a, a, a} terdiri

(52)

dari 3 unsur yang tidak dapat dibedakan dan hanya dapat dipermutasikan dalam satu cara saja. Jika kita bedakan unsur himpunan diatas menjadi {a1, a2, a3} , jumlah permutasi himpunan {a1, a2, a3} akan menjadi :

(53)

VIII. KOMBINASI

Kombinasi adalah susunan unsur-unsur dengan tidak memperhatikan urutannya. Pada kombinasi AB = BA. Dari suatu himpunan dengan n unsur dapat disusun himpunan bagiannya

dengan untuk Setiap himpunan bagian dengan k unsur dari

himpunan dengan unsur n disebut kombinasi k unsur dari n yang dilambangkan dengan,

Contoh :

Diketahui himpunan .

Tentukan banyak himpunan bagian dari himpunan A yang memiliki 2 unsur!

Jawab :

Banyak himpunan bagian dari A yang memiliki 2 unsur adalah C (6, 2).

Cara cepat mengerjakan soal kombinasi

dengan penulisan nCk, hitung 10C4 kita langsung tulis 4 angka dari 10 mundur lalu dibagi 4!, yaitu 10.9.8.7 dibagi 4.3.2.1 jadi 10C4 = 10x9x8x7 / 4x3x2x1 berapa itu?

(54)

jika ditanya 10C6 maka sama dengan 10C4, ingat 10C6=10C4. Contoh lainnya 20C5=20C15 3C2=3C1 100C97=100C3 melihat polanya!

Kombinasi r obyek yang dipilih dari n obyek adalah susunan r obyek tanpa memperhatikan urutan/posisi

Misalkan: Kombinasi 3 dari 3 obyek A, B dan C adalah:

ABC = ACB = BAC = BCA = CAB = CBA ( Hanya terdapat 1 kombinasi)

Dalil-1 Kombinasi : Kombinasi r dari n obyek adalah

C

n

r n r

r n

!

!(

)!

Contoh :

Dari 40 nomor rekening akan diundi untuk memenangkan 3 hadiah yang sama. Berapa banyaknya susunan pemenang yang mungkin terbentuk? C3 40 40! 3 40 3 40! 3 37 40 39 38 37 3 37           ! ( )! ! ! ! ! ! = 9880

Jika anda hanya mempunyai 1 rekening, maka peluang anda menjadi salah satu pemenang adalah: P(Menang) =

9880

1

 Kaidah Perkalian & Kombinasi

Dalam banyak soal, kaidah penggandaan/perkalian dan kombinasi seringkali digunakan bersama-sama.

(55)

Contoh :

Manajer SDM mengajukan 10 calon manajer yang berkualifikasi sama, 5 calon berasal dari Kantor Pusat, 3 calon dari Kantor cabang dan 2 dari Program Pelatihan manajer.

(a) Berapa cara Manajer SDM dapat memilih 6 manajer baru dengan ketentuan 3 berasal dari Kantor Pusat. 2 dari Kantor Cabang dan 1 dari Program Pelatihan manajer?

Pemilihan 3 dari 5 calon dari Kantor Pusat =

C

35

5

3 2

10

!

! !

Pemilihan 2 dari 3 calon dari Kantor Cabang =

C

23

3

2 1

3

!

! !

Pemilihan 1 dari 2 calon dari Program Pelatihan=

C

12

2

1 1

2

!

! !

n = Pemilihan Manajer = 10  3  2 = 60 cara

(b) Berapa cara memilih 6 dari 10 kandidat manajer? N = Pemilihan 6 dari 10 kandidat manajer = 106

10!

6!4

210

C

!

(c) Berapa peluang 6 manajer baru tersebut terdiri dari 3 dari Kantor Pusat, 2 dari Kantor Cabang dan 1 dari Program Pelatihan? P(manajer) =

n

N

60

210

 Kombinasi adalah suatu pengacakan dari objek-objek dengan

tidak memperhatikan urutan.

Banyaknya kombinasi

r

unsur dari himpunan dengan n

unsur dinotasikan dengan C ,

 

n r atau 

     r n . Perhatikan

(56)

bilangan bulat positif, maka C ,

 

0 r . Hal tersebut akan berakibat bahwa

 

1 0 0 0 , 0       

C . Fakta berikutnya adalah

untuk bilangan bulat tidak negatif n berlaku C

 

n,0 1,

 

n n C ,1  dan C

 

n,n 1 Untuk rn, P

 

n,rr!C

 

n,r Akibatnya,

 

! ! ! , r n r n r n r n C           Kombinasi

Berbeda dengan permutasi yang urutan menjadi

pertimbangan, pada kombinasi urutan tidak dipertimbangkan. Misalnya pemilihan 3 orang untuk mewakili kelompak 5 orang (misalnya Dedi, Eka, Feri, Gani dan Hari) dalam mengikuti

suatu kegiatan. Dalam masalah ini, urutan tidak

dipertimbangkan karena tidak ada bedanya antara Dedi, Eka dan Feri dengan Eka, Dedi dan Feri. Dengan mendata semua kemungkinan 3 orang yang akan dipilih dari 5 orang yang ada, diperoleh:

Sehingga terdapat 10 cara untuk memilih 3 orang dari 5 orang yang ada.

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan kombinasi secara formal seperti di bawah ini.

(57)

Definisi

Kombinasi-r dari n unsur yang berbeda adalah seleksi tak terurut r anggota dari himpunan { (sub-himpunan dengan r unsur). Banyaknya kombinasi-r dari n unsur yang berbeda dinotasikan dengan C(n,r) atau (n,r ).

Contoh 3.6

Tentukan kombinasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya ABCDE. Kombinasi-3 dari huruf ABCDE adalah:

ABC ABD ABE ACD ACE

ADE BCD BCE BDE CDE

Sehingga banyaknya kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Teorema

Banyaknya kombinasi-r dari n unsur yang berbeda adalah C(n, r) = ! )!. ( ! r r n n  Bukti.

Pembuktian dilakukan dengan menghitung permutasi dari n unsur yang berbeda dengan cara berikut ini.

 Langkah pertama adalah menghitung kombinasi-r dari n, yaitu C(n; r).

 Langkah kedua adalah mengurutkan r unsur tersebut, yaitu r!. Dengan demikian, seperti yang diinginkan.

P(n,r) = C(n, r).r! C(n,r) =

!

)

,

(

r

r

n

P

=

!

)!

/(

!

r

r

n

n

= ! )!. ( ! r r n n

(58)

Contoh 3.7

Gunakan Teorema 3.3 untuk menentukan kombinasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya ABCDE.

Karena r = 3 dan n = 5 maka kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah C(5,3) = ! 3 )!. 3 5 ( ! 5  =

2

!.

3

!

!

5

=

2

4

.

5

= 5.2 = 10 Jadi banyaknya kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 10. Contoh 3.8

Berapa banyak cara sebuah panitia yang terdiri dari 4 orang bisa dipilih dari 6 orang. Karena panitia yang terdiri dari 4 orang merupakan susunan yang tidak terurut, maka masalah ini merupakan kombinasi-4 dari 6 unsur yang tersedia. Sehingga dengan mengunakan Teorema 3.3 dimana n = 6 dan r = 4 diperoleh:

C(6,4) = ! 4 )!. 4 6 ( ! 6  =

2

!.

4

!

!

6

=

2

5

.

6

= 3:5 = 15

Jadi terdapat 15 cara untuk membentuk sebuah panitia yang terdiri dari 4 orang bisa dipilih dari 6 orang.

Contoh 3.9

Berapa banyak cara sebuah panitia yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 3 ma-hasiswi yang bisa dipilih dari 5 mahasiswa dan 6 mahasiswi?

Pertama, memilih 2 mahasiswa dari 5 mahasiswa yang ada, yaitu:

C(5,2) = ! 2 )!. 2 5 ( ! 5  =

3

!.

2

!

!

5

=

2

4

.

5

= 5.2 = 10

Kedua, memilih 3 mahasiswi dari 6 mahasiswi yang ada, yaitu:

C(6,3) = ! 3 )!. 3 6 ( ! 6  =

3

!.

3

!

!

6

=

2

.

3

4

.

5

.

6

= 5.4 = 20

(59)

Sehingga terdapat 10:20 = 200 cara untuk membentuk sebuah panitia yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 3 mahasiswi yang bisa dipilih dari 5 mahasiswa dan 6 mahasiswi?

 Generalisasi Kombinasi

Generalisasi kombinasi merupakan perluasan dari kombinasi yang membolehkan pengulangan suatu unsur. Misalnya kita ingin memilih 4 kelereng dari sebuah kantong yang berisi paling sedikitnya 4 kelereng dari masing-masing warna yaitu merah, biru dan kuning. Kemungkinan terpilihnya 4 kelereng tersebut adalah

Sehingga terdapat 15 kemungkinan terpilihnya 4 kelereng tersebut.

Permasalahan di atas dapat kita nyatakan sebagai seleksi dari 4+3-1 simbol yang terdiri dari 4 simbol o sebagai kelereng dan 3 1 simbol k sebagai pemisah kelereng yang berbeda warna. Selanjutnya kita menentukan posisi dari simbol-simbol tersebut, yaitu:

(60)

Dari seleksi diperoleh 15 kemungkinan pengaturan simbol-simbol tersebut.Secara umum permasalahan diatas dapat disajikan dalam teorema berikut ini.

Teorema 3.5

Jika X merupakan sebuah himpunan yang mempunyai t unsur dimana pegulangan diperbolehkan, maka banyaknya seleksi k unsur tak terurut dari X adalah

Bukti.

Misalkan . Asumsikan bahwa terdapat k +t

- 1 slot yang akan diisi oleh k+t - 1 simbol yang terdiri dari k simbol o dan t - 1 simbol .Penempatan simbol-simbol pada slot tertentu

merupakan representasi dari proses seleksi. Bilangan dari simbol

(61)

bilangan dari simbol o dari simbol yang pertama hingga simbol

yang kedua merepresentasikan seleksi dari ; dan seterusnya

sampai seleksi dari .Karena terdapat C(k + t – 1, t - 1) cara untuk menentukan posisi simbol , maka juga terdapat C(k +t - 1, t - 1) seleksi. Hal ini juga sama dengan C(k + t – 1, k) cara untuk menentukan posisi simbol o. Sehingga terdapat

C(k + t 1; t 1) = C(k + t 1; k)

seleksi k-unsur tak terurut dari X dimana pengulangan diperbolehkan. Contoh 3.11

Gunakan Teorema 3.5 untuk menentukan banyaknya cara memilih 4 kelereng dari sebuah kantong yang berisi paling sedikitnya 4 kelereng dari masing-masing warna yaitu merah, biru dan kuning. Karena ada 3 warna kelereng dan 4 kelereng akan dipilih, maka t = 3 dan k = 4. Sehingga banyaknya cara pemilihan 4 kelereng adalah:

Contoh 3.12

Berapa banyak solusi bilangan bulat tak negatif dari persamaan

Setiap solusi dari persamaan tersebut ekuivalen dengan pemilihan 10

butir dari jenis . Sehingga banyaknya seleksi adalah

(62)

LATIHAN SOAL

A. Probabilitas

1. Dua buah dadu dilempar sekaligus sebanyak sekali. Hitunglah peluang muncul mata dadu berjumlah 10 atau 7 !

2. Sebuah kotak berisi 4 bola merah, 6 bola putih,7 bola hijau, 3 bola biru. Semua bola sama bentuk,besar dan bobotnya. Apabila sebuah bola diambil secara random, berapa probabilitasnya bahwa :

a. bola itu merah b. bola itu hijau B. Permutasi

1. Suatu Organisasi akan memilih ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara & humas. Jika ketua & wakil ketua dipilih dari 5 orang, sedangkan sekretaris, bendahara & humas dipilih dari 7 orang yang lain. Maka banyak cara menyusun pengurus organisasi tersebut adalah?

C. Kombinasi

1. Ada 8 siswa baru yang belum saling mengenal satu sama lain. Apabila mereka ingin berkenalan dengan berjabat tangan, maka jabatan tangan yang akan terjadi sebanyak?? 2. Suatu perkumpulan terdiri dari 7 orang pria & 5 orang wanita

akan mengirimkan utusan untuk mengikuti rapat yang hanya terdiri dari 3 orang pria & 2 orang wanita. Bnyaknya susunan utusan tersebut adalah..?

(63)

IX. POPULASI DAN SAMPEL

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi (universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian). Objek atau nilai disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, hasil produksi, rumah tangga, dan tanah pertanian.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa memiliki populasi. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.

3. Parameter dan statistik adalah besaran yang berupa data ringkasan atau angka ringkasan yang menunjukan suatu ciri dari populasi data sampel. Parameter dan statistik merupakan hasil hitungan nilai dari semua unit di dalam populasi dan sampel yang bersangkutan.

B. CARA PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data ada 2, yaitu:

1. Sensus : cara pengumpulan data yang mengambil setiap elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi. 2. Sampling : cara pengumpulan data hanya mengambil

sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi.

(64)

Alasan dipilih sampling:

1) Objek penelitian yang homogen 2) Objek penelitian yang mudah rusak 3) Penghematan biaya dan waktu 4) Masalah penelitian

5) Ukuran populasi 6) Faktor ekonomis Contoh: Darah

Metode sampling pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu probabilitas dan nonprobabilitas.

I. Probabilitas ( Sampling Random / Sampling Acak )

a. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Bentuk sampling random yang sifatnya sederhana, tiap sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas sama untuk terpilih dari populasi.

b. Sampling Acak Bertingkat (Stratified Random Sampling) Bentuk sampling random yang populasinya atau elemen populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.

c. Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) Bentuk sampling random yang mengambil elemen-elemen yang akan diselidiki berdasarkan urutan tertentu dari populasi yang akan disusun secara teratur.

d. Sampling Kelompok atau Sampling Kluster (Cluster Sampling) Bentuk sampling random yang populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok (cluster) dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, seperti batas-batas alam dan wilayah administrasi pemerintah

(65)

II. Nonprobabilitas ( Sampling NonRandom / Sampling Tidak Acak )

Cara pengambilan sampel yang semua objek atau elemen populasinya tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Seperti :

a. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah bentuk sampling nonrandom yang merincikan lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan pengambilan sampel.

b. Sampling Pertimbangan

Sampiling pertimbangan adalah bentuk sampling nonrandom yang pengambilan sampelnya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan dan kebijaksanaan.

c. Sampling Seadanya

Sampling seadanya adalah bentuk sampling nonrandom yang

pengambilan sampelnya dilakukan seadanya atau

(66)

X. DISTRIBUSI PROBABILITAS

A. VARIABEL RANDOM

Definisi 1:

Variabel random adalah suatu fungsi yang memetakan ruang sampel (S) ke himpunan bilangan Real (R), dan ditulis X : S  R CONTOH 1:

Pelemparan uang logam setimbang sebanyak tiga kali. Ruang sampelnya S = {GGG, GGA, GAG, AGG, GAA, AGA, AAG, AAA}. Dari percobaan ini dapat didefinisikan beberapa variabel random yang mampu memetakan ruang sampelnya ke dalam bilangan real. Salah satu variabel random yang dapat dibuat adalah X = banyaknya sisi gambar yang muncul. Maka nilai numerik 0, 1, 2, atau 3 dapat diberikan pada setiap titik sampel.

Definisi 2 :

Ruang Sampel Diskrit adalah apabila ruang sampelnya mengandung titik sampel yang berhingga atau terhitung banyaknya.

Variabel random yang didefinisikan di atas ruang sampel diskrit disebut variabel random diskrit.

CONTOH 2 :

- banyaknya barang yang cacat, dalam pengambilan sampel sebesar k barang.

- banyaknya yang meninggal karena terserang suatu infeksi pernafasan setiap tahun di Surabaya.

Gambar

Gambar 1 : Kurva Normal
Diagram 1.1  25,20  2  1  2  5   n(x|,σ2X) = F(x) = 22)()12(21xXe 1.2
Diagram 3. fungsi kepekatan normal standar
diagram 1.4 Kurva normal standar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis jenis pertanyaan siswa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) peningkatan kemampuan bertanya siswa secara kualitatif dan kuantitatif, dengan hasil

Data kualitatif yang berbentuk uraian diskriptif tidak dapat diolah secara statistik sebelum dikonversikan menjadi data kuantitatif berdasarkan skala tertentu dengan asumsi

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan wawancara dan

Data kualitatif yang berbentuk uraian diskriptif tidak dapat diolah secara statistik sebelum dikonversikan menjadi data kuantitatif berdasarkan skala tertentu dengan asumsi

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yakni data kualitatif (yang berbentuk kata-kata atau kalimat) dan data kuantitatif

1) Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk uraian. 2) Data

Secara umum peramalan terdiri atas dua jenis, yakni peramalan kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kualitatif tidak menuntut data seperti yang diperlukan pada peramalan

Secara garis besar, keberadaan data dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu : data bermuatan kualitatif dan data bermuatan kuantitatif Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik