• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TEKNIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII TEKNIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan

Setiap pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, walaupun dengan pola proses, media dan penilaian yang sama. Hal ini dikarenakan di tiap-tiap sekolah maupun kelas diisi oleh guru dan siswa yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Namun demikian, betapa pun perbedaan yang secara alamiah tersebut muncul dengan sendirinya perlu adanya suatu tahapan yang bersifat teknis tetapi dalam dipahami dan dilakukan dengan mengacu pada suatu standar tertentu. Dalam bab ini menyajikan beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai acuan atau standar umum agar penilaian yang dilakukan tidak terjadi bias maupun kekeliruan.

Dengan demikian, setelah mengikuti perkuliahan ini, anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan berbagai teknik penilaian dalam pembelajaran.

2. Dapat membedakan minimal 3 atau lebih dari masing-masing teknik penilaian. 3. Menganalisis persamaan dan perbedaan dari jenis-jenis teknik penilaian. 4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis teknik penilaian. 5. Melakukan salah satu dari teknik penilaian yang ada.

B. Penilaian Otentik 1. Pengertian

Agar guru dapat melaksanakan penilaian selama dan setelah pembelajaran, diperlukan pemahaman tentang penilaian pembelajaran yang bersifat autentik. Penilaian autentik menurut Herrington dan Herrington (1998) yang mengutip pendapat Torrance adalah : “Authentic Assessment is a generic term….. to describe a range of new approaches to assessment. The basic implication of the term seems to be that the assessment tasks designed for students should be more practical, realistic and challenging that want one might call “traditional” paper-and-pencil tests” (Herrington & Herrington, 1998; 307)

▸ Baca selengkapnya: kelebihan teknik asesmen penilaian diri

(2)

Definisi ini menunjukan bahwa penilaian autentik sebenarnya identik dengan penilaian kelas yang bentuknya dapat saja merujuk ke berbagai bentuk Performance-based assessment, portfolio assessment dan Coursework assessment. Istilah penilaian autentik dipilih sebagai nama umum atau generic yang membedakan dengan tes tulis (yang selama ini dikenalkan), berkaitan dengan pelaksanaan penilaian ini dilakukan ketika proses pembelajaran sedang dan masih berlangsung, bukan (hanya) setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Hal ini memungkinkan adanya pertautan yang erat antara penilaian (assessment) dengan pembelajaran, satu mendukung yang lain dan sulit dipisahkan jika ingin mendapatkan pembelajaran yang membelajarkan siswa (Brookhart, 2003)

Penilaian autentik terjadi di dalam kelas dan pendekatan penilaiannya dapat bervariasi, karena tidak dibatasi sekedar paper and pencil tests (saja). Penilaian autentik dengan demikian sangat erat kaitannya dengan pembelajaran dan sangat mungkin dipakai untuk memantau proses belajar siswa. Keterkaitan ini memunculkan kondisi kelas seperti yang disebut Brookhart (2003) sebagai “Intergration of assessment and instruction” atau oleh nitko (1989) “assessment that is integrated with instruction”. Jika pendapat tersebut sesuai, maka penilaian autentik pada dasarnya adalah penilaian kelas, yang mengambil bentuk tidak sekedar ujian tulis tetapi lebih bervariasi sehingga mencakup pengamatan langsung guru terhadap kinerja siswa, pemberian tugas-tugas pembelajaran dan sebagianya. Penilaian seperti ini dapat lebih berpusat kepada siswa, dan dapat melibatkan siswa secara langsung untuk menilai (penguasaan) kompetensi mereka sendiri atau teman satu kelasnya.

Dikarenakan dua hal (penilaian kelas dan pembelajaran) merupakan aktivitas yang terencana dan terimplikasi dengan penuh kesadaran, maka keduanya harus dipersiapkan secara matang dan serius. Lebih lanjut, penilaian kelas tidak dapat meninggalkan suasana belajar di kelas, karena faktor suasana belajar di kelas menjadi bagian dari kondisi penilaian. Suasana belajar ikut menentukan kualitas penilaian autentik ini.

Tahapan pengembangan pendekatan penilaian autentik atau penilaian kelas (Stiggins & Chappuis, 2012) dapat diuraikan antara lain mencakup aktivitas utama sebagai berikut :

(3)

a. Tentukan tujuann penilaiannya. Guru perlu menyadari tujuan penilaian dalam kelas yang akan didukung dengan informasi yang diperoleh. Untuk itu, perlu kejelasan alas an penilaian kelasnya, siapa yang memerlukan informasinya, apakah siswa termasuk memerlukan. Guru harus jelas memahami informasi hasil penilaiannya akan dipakai untuk apa saja.

b. Jabarkan target dalam kurikulum menjadi sasaran antara yang rinci dan terdefinisi dengan baik. Guru perlu menjabarkan sasaran atau target kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum menjadi target – target dalam kelas yang achieveable (dapat dicapai) dan terukur, yang sering disebut sebagai indicator capaian (enabling objectives atau classroom target). Target ini dapat berbentuk kemampuan kognisi (Knowledge), kemampuan penalaran (high thinking order), kemampuan berbuat /kinerja (performance skills), kemampuan menghasilkan sesuatu yang terlihat (product) dan atau kemampuan afeksi (Affective)

c. Rancangan pendekatan (pembelajaran) dan penilaian yang baik. Berdasarkan indicator capaian butir (2) ini, guru perlu mengembangkan pembelajaran yang mengarah pada penguasaan kompetensi yang ditetapkan kurikulum (moss, 2003) dan tentuu diharapkan juga memenuhi syarat reliabilitas. Jika berorientasi pada kemampuan bernalar, maka paper and pen mungkin tepat; afeksi mungkin observasi atau instrument berbentuk skala afeksi dapat dipilih; jika kemampuan berbicara maka tugas presentasi, diskusi terhadap topic tertentu dan keterampilan berbicara dapat diobservasi guru dan skala penilaian dapat disiapkan.

d. Pilih model mengkomunikasikan hasil yang tepat. Model yang biasa dipakai di sekolah adalah skor akhir, namun tidak ada salahnya jika disajikan dalam bentuk profil individu siswa dan profil kelas, beserta narasinya. Penetapan skor akhir atau profil siswa dapat dibuat, sehingga memudahkan interpretasi dan komunikasi dengan mereka yang membutuhkan informasi hasil penilaian. Jika diasumsikan bahwa berbagai kemampuan siswa itu dapat digabung menjadi satu, dapat disusun skor akhir. Jika asumsinya seperti itu tidak mungkin diterima, maka model profil prestasi belajar dapat disusun untuk setiap individu siswa. Jika mencakup berbagai keterampilan, guru dapat menyimpulkan dengan naratif (sehingga muncul nilai deskriptif)

(4)

Tahapan yang lebih rinci dapat saja disusun dengan kebutuhan praktis guru dan sekolah.

Integrasi penilaian dan pembelajaran di kelas akan memunculkan konsep belajar yang berbeda dengan konsep belajar dan pemaknaan prestasi belajar seperti yang dikenal selama ini. Jika diinginkan siswa belajar dengan baik dan termotivasi, guru harus berusaha sasaran capaian dalam belajar yang awalnya dijabarkan guru, secara perlahan tetapi pasti harus didorong untuk menjadi milik siswa. Artinya, setiap siswa perlu dibantu untuk menginternalisasikan target belajar menjadi sasaran capaian dirinya. Ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan ketekunan dan memerlukan keseriusan guru.

Jika sasaran capaian belajar sudah milik siswa, penilaian akan mudah dikomunikasikan kepada siswa agar apapun hasilnya haruslah dipahami sebagai posisi kemampuan dirinya (saat penilaian dilakukan) relatif terhadap target belajar yang telah disepakati. Dari sini muncul kesadaran “raport” diri siswa tadi menjadi cermin kekurangan dan /atau kelebihan masing – masing individu siswa. Siswa dapat didorong untuk merefleksikan diri apakah usaha untuk menguasai kompetensi yang menjadi sasaran belajar dalam kurikulum sudah maksimal atau belum. Pemahaman siswa, bahwa dalam belajar perlu usaha dan kerjasama antar siswa untuk mencapai sasaran capaian belajar. Setiap individu siswa menyadari dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Belajar kolaboratif diharap mudah diciptakan dan mereka dapat saling menilai keberadaan masing – masing dan saling kerja sama mencapai level penguasaan kompetensi setinggi – tingginya. Belajar kolaboratif tidak terkait dengan pengerjaan soal ujian secara bersama, sehingga yang terakhir ini tentu menjadi tindakan yang seharusny dicegah dan dihindarkan.

Interaksi penilaian dalam kelas dan pembelajaran ini akan menghasilkan model penilaian yang mendorong perbaikan proses dan secara perlahan diharapkan mampu mengefektifkan pembelajaran. Hasil yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan kualitas prestasi siswa, menguatnya karakter positif siswa dan berkurangnya kecurangan dalam proses penilaian. Hasil akhirnya adalah kualitas pendidikan meningkat.

(5)

2. Strategi melakukan penilaian Otentik

Strategi yang bisa dilakukan dalam melaksanakan penilaian otentik di dalam kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Turunkan semua KD semester ke dalam indikator se operasional mungkin.

b. Tentukan target operasional atau criteria ketuntasan minimal siswa sesuai dengan kompetensi guru, daya dukung sekolah dan kemampuan awal siswa c. Tentukan instrumen apa saja yang dibutuhkan dalam penilaian kelas ini (jika

dibutuhkan instrumen non tes atau pun Lembar Kerja hendaknya dibuat seoperasional mungkin agar siswa dapat langsung mengerjakannya)

d. Buatlah butir tes (soal) di awal pembuatan program pembelajaran

e. Buatlah kunci jawaban dan pedoman pensekoran /penilaian di awal pembuatan program pembelajaran (untuk menghindari kesalahan butir/ butir tidak ada jawabannya)

f. Jika menggunakan instrumen non tes atau tes uraian, maka buatlah rentang parameter pengukurannya dan pedoman penilaian.

g. Tulislah sekor maksimal pada tiap butir tes (jika butir tes uraian), agar siswa setidaknya dapat mengukur kemampuannya sendiri tanpa harus dijelaskan lebih detail oleh guru.

h. Jika dibutuhkan buatlah pre test agar guru memahami kondisi awal siswa.

i. Sosialisasikan pengukuran apa saja yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan menterjemahkan indicator semudah mungkin agar siswa dapat memahaminya.

j. Disarankan, tiap kali selesai KD (atau beberapa indicator), adakan ulangan harian secara mandiri sebagai bentuk tes formatif. Hal ini agar memudahkan guru dalam memetakan kemampuan siswa serta mengetahui sejauh mana program pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai (umpan balik proses). k. Gunakan formulasi yang logis dalam penyusunan tes sumatif berdasarkan

analisis konseptual (misal: butir mudah 30% sedang 50% dan sulit 20%,)

l. Perbandingan dan sebaran butir serta indicator juga hendaknya diperhatikan secara seksama (KD 1 = 4 indikator, KD 2 = 3 indikator, hendaknya turunan butir pada 3 indikator di KD 2 lebih banyak dari 4 indikator di KD 1, karena KD 1 sudah diukur dalam tes formatif)

m. Jika nilai psikomotor diukur secara terpisah, dapat digunakan Penilaian Acuan Terpadu dalam menformulasikannya (presentasi).

(6)

n. Nilai afektif terpisah sebagai bahan pertimbangan dalam rapat dewan guru sehingga hendaknya penilaian afektif dapat dideskripsikan dengan gambling disertai bukti atau pun hasil pengukurannya.

C. Penilaian Unjuk Kerja 1. Pengertian

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas. Penilaian ini cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntu siswa melakukan tugas tertentu, seperti praktik di bengkel, praktik laboratorium, praktik sholat, bermain musik dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Penilaian unjuk kerja ini dapat dilksanakan dengan menggunakan teknik cek lis atau ya/ tidak maupun dengan pengukuran berskala atau memiliki rentang parameter pengukuran tertentu (0 – 4 atau 1 -5) terhadap tiap butir yang dinilai berdasarkan indikator yang telah dikembangkan. Siswa dapat dikatakan kompeten manakala dapat menunjukan “unuk kerja” yang baik pada tiap indikator.

2. Strategi dalam melaksanakan penilaian unjuk kerja

Dalam melaksanakan penilaian unjuk kerja ini ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan, yaitu:

a. Langkah – langkah kerja yang diharapkan merujuk pada suatu kompetensi tertentu.

b. Kelengkapan dan ketepatan sarana pendukung haruslah tersedia

c. Kemampuan khusus yang dinilai memiliki ciri yang jelas, sehingga terlihat ketika dilaksanakan dalam penyelesaian tugas.

d. Kemampuan yang akan dinilai hendaknya berurutan, sehingga memudahkan dalam penilaian.

D. Penilaian Portofolio 1. Pengertian

Penilaian portofolio merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan dengan menggunakan bukti – bukti hasil belajar yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dipelajari. Bukti hasil belajar dapat berupa karya peserta didik dari proses

(7)

pembelajaran yang dianggap terbaik atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu.

Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja yang ditentukan oleh guru atau siswa bersama guru sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi yang ditentukan kurikulum.

Portofolio digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian hasil belajar siswa atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa bukan apa yang tidak dapat dikerjakan oleh siswa.

Di samping menyajikan kumpulan hasil pekerjaan atau hasil belajar siswa, Portofolio juga menyajikan wawasan tentang banyak hal mengenai perkembangan siswa dalam belajarnya, seperti : cara berpikir, pemahaman atas pelajaran, kemampuan mengungkapkan gagasan, sikap terhadap mata pelajaran dll.

Apabila dilihat dari jumlah peserta didik, maka penilaian portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu portofolio perorangan dan portofolio kelompok. Jika dilihat dari sistem, portofolio dapat dibagi dua jenis, yaitu portofolio proses dan portofolio produk

2. Strategi dalam melaksanakan penilaian Portofolio

Dalam menggunakan penilaian Portofolio ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan, antara lain

a. Jelaskan kepada siswa tujuan penggunaan penilaian Portofolio b. Jelaskan sampel-sampel portofolio

c. Peserta didik diharuskan mengumpulkan dan mengarsipkan hasil kerjanya d. Cantumkan tanggal pembuatan

e. Tentukan kriteria pensekoran dan penilaian

f. Lakukan pensekoran dan penilaian terhadap berbagai tugas yang diberikan g. Berikan umpan balik dalam bentuk perbaikan yang dianggap belum sesuai

(8)

E. Penilaian Sikap 1. Pengertian

Penilaian sikap merupakan penilaian yang berbasis pada perubahan pola tingkah laku yang berupa kesiapsiagaan mental yang diorganisasikan lewat pengalaman, dan mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapannya terhadap suatu objek belajar, melalui situasi yang berhubungan dengan lingkungannya. Penilaian sikap dapat diukur melalui tiga dimensi atau aspek yaitu: (1) Komponen afeksi, (2) Komponen kognisi, (3) Komponen konasi.

Aspek afeksi menyangkut perasaan baik suka maupun tidak suka terhadap suatu objek belajar. Aspek kognisi menyangkut penilaian baik atau buruk terhadap suatu objek belajar sedangkan aspek konasi menyangkut pada tindakan yang dilakukannya terhadap suatu objek, yaitu mendekat atau malah menjauh dari objek tersebut.

Contoh sederhana adalah sikap yang menyangkut kedisiplinan, jika seorang perasaan seorang siswa suka denga keteraturan, maka aspek afeksinya akan mendorong siswa tersebut menyukai disiplin baik dalam belajar maupun mengikuti aturan sekolah. Begitu pula, jika disiplin tersebut dinilai oleh siswa adalah suatu perbuatan yang baik, maka aspek kognisinya akan menilai disiplin adalah suatu kebaikan. Berikutnya, jika siswa menilai baik dan suka dengan perilaku atau perbuatan yang teratur dan sesuai aturan, maka perilakunya pun cenderung mendekati perilaku disiplin baik secara mental maupun secara fisik.

2. Strategi dalam melaksanakan penilaian Sikap

a. Tentukan secara spesifik sikap dalam hal jenis apa yang akan dilakukan penilaian dan pengukuran

b. Tentukan definisi konseptual, operasional dan buat indikator yang operasional untuk mengukur sikap tentang apa yang akan dinilai dan diukur

c. Buat butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada siswa.

d. Tentukan kutub-kutub rentang parameter pengukuran yang mengindikasikan kejelasan dari jenis sikap yang akan diukur dengan memilih salah satu rentang dari beberapa skala sikap yang tersedia. Seperti likert, semantik diferensial, guttman, dll.

(9)

F. Penilaian Diri 1. Pengertian

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.

Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.

Kriteria penyusunan lembar penilaian diri:

a. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal.

b. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden. c. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus

d. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian e. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti

f. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden

2. Strategi dalam melaksanakan penilaian Diri

a. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai b. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan

c. Merumuskan format penilaian, seperti daftar tanda cek list atau skala penilaian d. Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri

(10)

e. Memberikan umpan balik terhadap hal-hal yang sekiranya belum memenuhi kriteria.

G. Penilaian proyek 1. Pengertian

Penilaian proyek merupakan suatu kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau rentang waktu tertentu. Tugas tersebut berupa kegiatan sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data. Teknik ini dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswa secara menyeluruh dalam pengorganisasian dan pelaksanaan suatu kompetensi.

2. Strategi dalam melaksanakan penilaian Proyek

Dalam penilaian proyek umumnya menghasilkan suatu produk baik berupa produk berbentuk barang, perencanaan atau proposal maupun desain sebuah produk. Namun demikian, segala produk yang dihasilkan dari penilaian proyek ini hendaknya disertai pula dengan laporan tertulis. Untuk melaksanakan penilaian proyek ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Kemampuan dalam manajerial /pengolahan. Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu untuk pengumpulan data serta penulisan laporan.

b. Relevansi. Kesesuaian subject atau mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. c. Orisinalitas atau keaslian, Proyek dilakukan siswa adalah hasil karyanya dengan

mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta dukungan proyek kepada siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan subyek dengan hasil pemeriksaan penyaring hematologi yang normal khususnya nilai hematokrit, jumlah trombosit; tidak ada kelainan urin dan kadar

Data nilai hasil pekerjaan siswa yang telah diperoleh digunakan seba- gai data masukan oleh program dan ke- luaran program yang dihasilkan berupa ha- sil evaluasi soal yang

Selain itu dari pengamatan ini mahasiswa praktikan memperoleh gambaran mengenai seorang guru dalam proses belajar mengajar, yang meliputi cara mengelola kelas,

dalam masyarakat tersebut telah hidup falsafah sagu salempeng patah dua yang.. menjadi pola hidup yang mengatur tatanan kehidupan sosial masyarakat

Dari gambar 4.6 dan gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa dengan semakin bertambahnya sudut defleksi flap maka perbedaan tekanan yang terjadi pada permukaan atas

Hak Kebendaan (zakelijk recht) ialah hak mutlak atas suatu benda, hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Hak

PEMBUATAN ALAT EVALUASI PRODUK BUSANA PESTA MODEL DRAPERI Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu |

Kedapatan pemineralan U di Sektor Kayu Ara pada batuan kuarsit serisit terakumulasi dalam fraktur berarah NW - SE dan NE - SW berbentuk urat dan kadang-kadang menipis seperti