SUKA DUKA
PAHLAWAN DEVISA NEGARA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Nama : Syam Sariffudin Romadhon
NIM : 11.12.5908
Kelompok : Demokrasi
Program Studi : Pendidikan Pancasila
Jurusan : Sistem Informasi
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Suka Duka Pahlawan Devisa Negara”. Berbagai sumber telah penulis ambil sebagai bahan dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan penulis juga menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dimasa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
3
Daftar Isi
Kata Pengantar... 2
Abstrak... 4
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang... 5
I.2. Rumusan Masalah... 5
Bab II Pembahasan 1. Sejarah TKI... 6
2. Alasan warga Indonesia menjadi TKI... 8
3. Masalah yang dihadapi para TKI... 10
4. Hasil yang didapat setelah menjadi TKI... 13
5. Hubungan TKI dengan Pancasila sekarang... 14
Bab III Penutup A. Kesimpulan... 16
B. Saran... 16
4
Abstrak
Sejarahnya dulu TKI sudah ada sejak zaman penjajahan kolonial Belanda,penduduk jawa yang ekonominya sangat kurang dibawa ke Suriname untuk dijadikan budak. Sejak saat itu belum ada lembaga yang menanganinya dan karena semakin banyak maka sekarang sudah ada lembaga-lembaga yang menanganinya.
Banyak alasan warga Indonesia untuk menjadi TKI,tetapi yang terutama alasannya adalah karena perekonomian keluarga sehingga menyebabkan warga memutar otak bagaimana harus mendapatkan penghasilan yang banyak dan bisa mencukupi kebutuhan keluarga,kalau hanya mengharapkan pekerjaan dari daerah masing-masing pasti tidak mungkin,untuk itulah mereka rela bekerja keluar negeri meninggalkan anak dan keluarga.
TKI yang bekerja diluar negeri tidak mungkin langsung lancar mulus tanpa ada halangan yang menghadang,beberapa dari mereka mendapatkan masalah mulai pengurusan perizinan untuk berangkat juga masalah ketika sampai di negara tujuan,yaitu berupa penyiksaan,pelecehan bahkan sampai mendapatkan hukuman mati. Keadaan yang terjadi dilapangan berangkat dari para TKI itu sendiri yang memiliki keinginan tinggi dan impian yang menjanjikan jika mendapat kesempatan untuk bekerja diluar negeri dengan imbalan tinggi.
Setelah beberapa lama bekerja disana tidak sedikit para TKI yang mengalami trauma akibat kelakuan dari para majikannya,itu dapat dilihat dari beberapa berita yang disiarkan diberbagai media,mereka terlihat sangat lemas dan ketakutan setelah pulang dari sana. Tetapi yang mendapatkan majikan baik tentunya mereka senang dan betah bekerja disana,upah terbayarkan kebutuhanpun tercukupi juga bisa untuk ditabung terlebih dahulu.
Disisi lain TKI yang kerja di luar negeri, merantau ke negeri orang lain supaya bisa memberikan uang yang lebih banyak buat keluarga mereka. Mereka sering mengirimkan uang ke Indonesia, buat anak istri ataupun anggota keluarga lainnya. Otomatis hal ini membuat uang yang ada di dalam negara bertambah banyak. Secara tidak langsung, TKI membantu pemerintah dalam mewujudkan Pancasila, terutama sila kelima yang berbunyi : Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah telah dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini,salah satunya yaitu TKI(Tenaga Kerja Indonesia) atau biasa disebut dengan Pahlawan Devisa Negara. Banyak ataupun sedikit masalah tentang para TKI inilah yang membuat nama negara dipertaruhkan,karena kalau TKI membuat masalah di negara orang pasti negara serta warganya yang terkena getahnya. Kecuali kalau sabaliknya,tentu akan mebawa nama negara ini lebih baik di dunia.
Dan apakah lapangan pekerjaan di Indonesia kurang banyak sehingga lebih memilih bekerja di negara lain?ternyata tidak juga,warga Indonesia bekerja di negara lain ternyata malah memberikan devisa negara yang melimpah. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan betul nasib para TKI yang ada disana,tetapi apakah diperhatikan betul?banyak sekali berita-berita “negatif” tentang para pekerja Indonesia,topik ini lah yang akan penulis angkat.
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah adanya TKI?
Apa alasan warga Indonesia ingin bekerja di luar negeri menjadi TKI? Masalah apa saja yang dihadapi para TKI?
Apa hasil yang didapat setelah menjadi TKI?
6
BAB II PEMBAHASAN
I. Sejarah TKI
Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui penempatan buruh kontrak ke negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah koloni Belanda.
Bahan yang diperoleh dari Direktorat Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) menyebutkan, sejak 1890 pemerintah Belanda mulai mengirim sejumlah besar kuli kontrak asal Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di perkebunan di Suriname.
Tujuannya untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih lapangan kerja yang dikehendaki.Dampak pembebasan para budak itu membuat perkebunan di Suriname terlantar dan mengakibatkan perekonomian Suriname yang bergantung dari hasil perkebunan turun drastis.Adapun dasar pemerintah Belanda memilih TKI asal Jawa adalah rendahnya tingkat perekonomian penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi dan padatnya penduduk di Pulau Jawa.Gelombang pertama pengiriman TKI oleh Belanda diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan Kapal SS Koningin Emma.Pelayaran jarak jauh ini singgah di negeri Belanda dan tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890.Jumlah TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang terdiri 61 pria dewasa, 31 wanita, dan 2 anak-anak.Kegiatan pengiriman TKI ke Suriname yang sudah berjalan sejak 1890 sampai 1939 mencapai 32.986 orang, dengan menggunakan 77 kapal laut.
7
Penempatan TKI yang didasarkan pada kebijakan pemerintah Indonesia baru terjadi pada 1970 yang dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 4/1970 melalui Program Antarkerja Antar Daerah (AKAD) dan Antarkerja Antarnegara (AKAN), dan sejak itu pula penempatan TKI ke luar negeri melibatkan pihak swasta (perusahaan pengerah jasa TKI atau pelaksana penempatan TKI swasta).
Dalam upaya meningkatan kualitas penempatan dan keamanan perlindungan TKI telah dibentuk pula Badan Koordinasi Penempatan TKI (BKPTKI) pada 16 April 1999 melalui Keppres No 29/1999 yang keanggotannya terdiri 9 instansi terkait lintas sektoral pelayanan TKI untuk meningkatkan program penempatan dan perlindungan tenaga kerja luar negeri sesuai lingkup tugas masing-masing.
Pada 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan (2) mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No 81/2006 tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur instansi pemerintah pusat terkait pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub, Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam), Sesneg, dan lain-lain.
Pada 2006 pemerintah mulai melaksanakan penempatan TKI program Government to Government (G to G) atau antarpemerintah ke Korea Selatan melalui Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) di bawah Direktorat Jenderal PPTKLN Depnakertrans.
Pada 2007 awal ditunjuk Moh Jumhur hidayat sebagai Kepala BNP2TKI melalui Keppres No 02/2007, yang kewenangannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.Tidak lama setelah Keppres pengangkatan itu yang disusul pelantikan Moh Jumhur Hidayat selaku Kepala BNP2TKI, dikeluarkan Peraturan Kepala BNP2TKI No 01/2007 tentang Struktur Organisasi BNP2TKI yang meliputi unsur-unsur intansi pemerintah tingkat pusat terkait pelayanan TKI.
8
Dasar peraturan ini adalah Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan dan perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden. Akibat kehadiran BNP2TKI pula, keberadaan Direktorat Jenderal PPTKLN otomatis bubar berikut Direktorat PPTKLN karena fungsinya telah beralih ke BNP2TKI.
II. Alasan warga Indonesia menjadi TKI
Kemiskinan yang menjadi dan pekerjaan yang tidak menetap serta upah minimum itu mungkin masalah utama yang menyebabkan para warga menginginkan bekerja di luar negeri,tentunya tergiur dengan upah yang begitu besar jauh dari penghasilan mereka ketika mereka bekerja di daerah asal mereka.
Ajakan dan rayuan-rayuan manis dari para calo TKI itu lah yang menyebabkan mereka berisi keras untuk bisa bekerja diluar negeri. Dengan kemampuan seadanya dan bahasa luar negeri yang belum tentu mereka paham,mereka nekat menjadi TKI walaupun menjadi pembantu rumah tangga disana,asalkan yang terpenting adalah mendapatkan upah yang besar dan bisa mencukupi kebutuahan keluaraga.Tetapi yang lebih parahnya lagi mereka para ibu yang masih mempunyai anak kecil rela membawa anaknya kesana,dengan alsan tidak ada yang mengasuh dirumahnya.
Bandung - Kebutuhan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) terus melonjak. Namun pasokan tenaga pembantu semakin sulit. Akibatnya, beberapa penyalur PRT di Bandung kesulitan memenuhi permintaan.Seorang penyalur PRT di kawasan Jalan Stasiun Barat, Mumun (30) mengatakan, pihaknya kesulitan memenuhi permintaan karena semakin hari semakin sulit mencari orang yang mau jadi PRT.Dia mengatakan, dalam sehari menerima permintaan hingga 60
9
tenaga pembantu. Namun karena kekurangan tenaga, pihaknya hanya bisa memenuhi sepertiganya.
"Kita kesulitan memenuhi permintaan. Mencari orang yang mau jadi PRT semakin sulit, sementara permintaan nggak pernah sepi," ujar wanita yang mengelola Yayasan Suwito itu kepada wartawan, Rabu (7/9/2011).Mumun mengatakan, sekarang orang lebih memilih menjadi TKI di luar negeri atau buruh pabrik daripada menjadi pembantu. Sementara yang tetap bertahan sebagai PRT lebih memilih kembali ke majikannya yang lama.Menurutnya, sekarang hanya orang yang tidak punya keahlian saja yang tetap memilih menjadi PRT. "Sementara yang punya keahlian lebih memilih bekerja di luar negeri jadi TKI," tandasnya. Sumber: inilah.com
Daerah-daerah di pulau Jawa yang paling banyak menjadi pemasok TKI ke luar negeri, Sebanyak 19.610 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jawa Tengah siap diberangkatkan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17.577 berasal dari kaum perempuan, sedangkan 2.033 lainnya dari kaum laki-laki.
“Jumlah tersebut sudah pasti beramgkat,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Provinsi Jawa Tengah, Edison Ambarura, di Semarang, Senin (26/9).Berdasarkan data dari Disnakertransduk Jawa Tengah, total jumlah tenaga kerja yang terdaftar di kabupaten/kota sebanyak 54.065 orang. Terdiri dari 41.435 tenaga informal dan 12.630 tenaga kerja formal.
Negara-negara yang banyak menjadi tujuan dari TKI asal Jawa Tengah diantaranya Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong. Edison menjelaskan ada beberapa negara yang terkena moratorium dari pengiriman TKI ini. “Yang kena moratorium Malaysia, Arab Saudi, Kuwait dan Yordania,” katanya.
Akibat adanya moratorium ini, pengiriman TKI ke negara-negara tersebut dihentikan. Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jawa Tengah, AB Rachman, mengatakan sejak Januasi 2011 lalu sudah tidak ada pengiriman ke Arab Saudi. “Belum ada kesepakatan gaji tenaga kerja,” ujarnya.
10
Untuk masalah upah dijelaskannya lebih banyak menimpa TKI mandiri. Saat kembali ke Indonesia beberapa majikan menahan upah mereka sebagai jaminan kembali bekerja. “Sementara setelah pulang ke negaranya biasanya beberapa TKI memilih untuk tidak kembali dan mengadukan masalah penahanan upah tersebut,” ucapnya.
Meski begitu, dirinya tak menampik jika hingga saat ini masih ada tenaga kerja asal Jawa Tengah yang bekerja di Arab Saudi. Jumlah TKI sendiri dijelaskannya terus meningkat. Data yang ada di BP3TKI Jawa tengah menyebut hingga Juli 2011 jumlah TKI Jateng yang mengadu nasib ke 36 negara sebanyak 63 ribu orang. Kondisi itu lebih banyak dibanding selama 2010 dimana jumlah TKI adalah 53 ribu orang.
“Peningkatan tersebut menjadi keprihatinan tersendiri mengingat kondisi itu bisa menjadi gambaran bahwa negara kita belum bisa menyediakan lapangan kerja yang layak bagi warganya,” jelasnya. Sumber:
Republika.co.id,Semarang(30/09/2011)
III. Masalah yang dihadapi para TKI
Penyiksaan, penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan pemerasan. Aksi-aksi itu merepresentasikan beberapa masalah utama yang dialami para tenaga kerja Indonesia atau TKI, selama bekerja diluar negeri. Belum lagi kasus pembunuhan, hal mana bagian organ tubuh mereka diambil untuk dijual. Tidak jarang, sekaligus orangnya yang dijual. Itulah yang menjadi faktor utama pada praktek perdagangan manusia atau yang lebih dikenal dengan istilah human
trafficking, yang banyak menjadi profesi para sindikat dan mafia diluar negeri.
Mereka disebut human trafficker. Untuk secara maksimal bisa memberantas aksi-aksi itu, perlu adanya integrasi semua instansi terkait dengan proses TKI, termasuk pemerintah daerah, dalam negeri, dan tentu, luar negeri.
Permasalahan TKI sering terjadi karena inti dari permasalah tidak lepas dai lalainya atau lemahnya ketertiban dan kelayakan. Tentu, keterbitan berkaitan
11
dengan akuntabilitas dan kejujuran pihak praktisi yang mengawasi dan menentukan kelayakan masing-masing TKI yang didaftarkan. Kelayakan, tentu berkaitan dengan kompetensi dan kualitas masing-masing TKI yang diberangkatkan. Jika integrasi itu tidak kuat dan terpercaya, pihak pemerintah luar negeri, dalam hal ini, Departemen Luar Negeri, akan direpotkan dengan upaya melayani dan melindungi para tenaga kerja yang terlibat masalah.
Banyak TKI, sejarah mencatat, yang bermasalah karena tidak bisa memenuhi keinginan majikan untuk bekerja sesuai dengan yang harapankan, tentu dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi. Ada, karena tidak fasif berbahasa, memancing kegemasan dan kekesalan majikan sehingga keadaan itu menghadiahkan kedua pihak suatu perseteruan yang melibatkan kekerasan. Lagi lagi, ini berkaitan dengan kompetensi yang tidak dapat membentuk kualitas standar. Dari sisi lain, ada juga majikan yang memang menuntut pekerjanya untuk bisa memenuhi hasrat dan melayani majikan dengan seni seks. Bagi yang menolak, tentu akan diancam dan siksa. Bagi yang menerima, banyak diantaranya yang hamil, tanpa pertanggungjawaban dari majikan. Terjadilah masalah.
Keadaan yang terjadi dilapangan berangkat dari para TKI itu sendiri yang memiliki keinginan tinggi dan impian yang menjanjikan jika mendapat kesempatan untuk bekerja diluar negeri dengan imbalan dolar, ringgit, atau riyal. Karena kuatnya impian itu ingin dicapainya, mereka rela berbohong dan memalsukan data administrasi. Hal ini bisa dihindari dengan adanya pengawasan dan penentuan oleh pihak praktisi, dalam hal ini pemerintah, yang bertanggung jawab. Tanpa tanggung jawab yang dapat dipercaya, permasalahan tenaga kerja Indonesia akan sulit diatasi.
Beberapa pejabat pemerintah yang terkait dengan TKI mengaku banyak kasus terjadi karena pemalsuan data sekaligus menyalahkan para majikan karena telah berlaku kasar dan tidak berkenan bagi bangsa Indonesia, tapi tidak karena melanggar HAM melainkan merusak citra bangsa. Sementara itu, dapat diyakinkan bahwa pemalsuan dan manipulasi data oleh TKI dan para agen, terjadi karena pihak yang mengawasi dan menentukan membolehkan dan terkadang menawarkan praktek itu dilancarkan.
12
Namun demikian, ada seorang TKI yang mengaku bahwa dirinya termasuk yang beruntung. Dia sudah 8 tahun bekerja di Singapura tanpa masalah apapun. Bahkan, dia juga mengambil injsiatif untuk membentuk kelompok bersama teman-teman TKI lainnya untuk memberikan layanan yang sama dengan yang ditawarkan dalam Citizen Service. "Sebenarnya kalau pemerintah Indonesia benar-benar serius, masalah-masalah yang selama ini terjadi bisa berkurang banyak. Tapi sayangnya, pemerintah tunggu sampai masalahnya sudah menjadi besar dan buruk. Maka itu, saya mau bantu para TKI yang baru datang kesini supaya mereka dibekali dengan pengetahuan dasar yang penting untuk menghindari terjadinya kerugian bagi mereka. Kasihan kali." Itulah yang disampaikannya dengan nada sedih. TKI itu berasal dari Simpang Lima, Medan, Sumut, namanya Nurifah Rasidi. Sumber: waspada .co.id
Untuk menghindari ketidakamanan yang akan diderita oleh buruh migran (khususnya Pembantu Rumah Tangga) maka Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menegaskan bahwa “Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri”. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh migran adalah:
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan keluarganya.
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa “Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan buruh migran di luar negeri.” Dan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan buruh migran di luar negeri.
Saat ini pemerintah malah sebaliknya, kurang memperhatikan nasib para TKI. Padahal perlindungan buruh migran sudah jelas tertera pada peraturan
perundang-13
undangan diatas. Pemerintah menunggu masalahnya sampai membesar dulu baru mereka bergerak,inilah yang sangat memprihatikan. Permasalahan TKI tak perlu dilindungi,jika sudah ada pencegahannya tentunya.
IV. Hasil yang didapat setelah menjadi TKI
Banyak para calon dan para TKI yang menginginkan hasil yang lebih setelah mereka nanti menjadi TKI di luar negeri.Jika ditarik geras besarnya hasil setelah menjadi TKI itu ada 2,yaitu untung(positif) atau malah rugi(negatif).
Sekarang sisi negatif setelah menjadi TKI,trauma yang sangat mendalam setelah mendapatkan penyiksaan, penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan pemerasan,bahkan sampai kematian juga hukuman mati yang didapat karena TKI melawan majikannya. Ini sangat ironis,apalagi kita bangsa Indonesia yang dikenal sopan santun dan berpedoman pada Pancasila harus mendapatkan sisi-sisi negatif setelah menjadi pekerja di luar negeri,dan sepertinya grafik negatif ini terus meningkat dari tahun ke tahun,sebagai contohnya : Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene menyatakan bahwa pihaknya saat ini sedang berupaya keras memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) Tuti Tursilawati binti Warjuki yang akan menghadapi hukuman pancung di Jeddah, Arab Saudi, usai Hari Raya Idul Adha. Menurut Michael, kasus yang menimpa TKI asal Majalengka, Jawa Barat, ini menjadi perhatian khusus Kemenlu dan Satgas TKI. "Kasus ini memang sudah jadi perhatian khusus. Kita sudah upayakan komunikasi membantu yang bersangkutan. Kita berupaya agar dia mendapatkan pemaafan dari pihak keluarga korban," kata Michael Tene pada wartawan, Jumat (7/10). Selain itu, perwakilan Indonesia di Arab Saudi, kata Michael, juga sudah memperingatkan agar terus menjalin komunikasi terkait hukuman yang akan dihadapi WNI. "Kita juga sudah peringatkan Arab untuk tidak mengulangi lagi kasus Ruyati," kata dia. Sumber : liputan6.com
14
Walaupun begitu warga masih banyak yang menginginkan menjadi TKI,karena mungkin mereka tahu ada orang atau tetangga mereka yang sukses setelah bekerja di luar negeri. Memang beberapa orang bisa sukses karena menjadi TKI,upah terbayarkan dan di sana mendapatkan majikan yang baik yang tidak menyiksa mereka sedikitpun,bahagianya mereka yang seperti ini. Bisa menabung uang hasil kerja keras darisana,bisa dipakai usaha bahkan bisa untuk melanjutkan sekolah di luar negeri,inilah sisi positf ketika bekerja di luar negeri,tentu sebelumnya sudah memiliki kemampuan yang dan melngkapi surat-surat yang disyaratkan. Sedikit contoh TKI yang sukses, Pemikiran dari mantan TKI yang satu ini layak ditiru. Dia tidak mau membelanjakan uang hasil jerih payahnya bekerja di luar negeri dengan cara konsumtif seperti kebanyakan TKI lainnya. Urti Maing lebih memilih membelanjakan uangnya dengan membangun rumah dan membuka warung sembako. Dengan adanya warung sembako tersebut, sekarang ia memiliki pekerjaan baru untuk mencukupi kebutuhan keluarganya tanpa perlu untuk pergi ke luar negeri untuk bekerja. Urti Maing yang berasal dari Kabupaten Tangerang, berangkat ke Arab Saudi pada 2007 sebagai Penata Laksana Rumah tangga. Dia mendapatkan gaji 800 real setiap bulannya. Gaji tersebut kemudian ia tabung sebagai bekal nanti untuk buka usaha ketika sudah tidak lagi menjadi TKI. Sumber :Wikipedia Indonesia
V. Hubungan TKI dengan Pancasila sekarang
Banyak sudah warga Indonesia yang merantau ke negara lain mencari kerja dan penghidupan disana, dan beberapa dari mereka masih ingat dengan sila-sila Pancasila yang merupakan pedoman Bangsa Indonesia,ada pula anak kecil yang dibawa orang tuanya ke Malaysia menyanyikan lagu Garuda Pancasila ketika tak sengaja penulis melihatnya di youtube.
Di Malaysia,pemerintahnya kelabakan ketika mengetahui penduduknya bertambah sekitar ratusan ribu pendatang gelap tanpa izin tinggal. Dimana sebagian besar tambahan penduduk gelap itu adalah asalnya dari negara sekular pancasila yang berusaha mencari sesuap nasi untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Tetapi tentu saja, mereka yang tinggal gelap ini tidak banyak
15
berbuat dan tidak bisa berjalan dengan bebas. Akhirnya, karena perut mereka perlu juga diisi makanan,maka tidak ada jalan lain selain melalui jalan gelap juga. Sehingga menimbulkan tindakan-tindakan kearah kriminal yang menggoyahkan pondasi keamanan masyarakat setempat. Karena itu tidak heran kalau masyarakat setempat sudah menyapu-ratakan bahwa pendatang gelap dan mereka yang sudah habis masa izin tinggalnya itu kerjanya hanya kerja gelap yang merugikan masyarakat setempat. Dan ini sudah menjadi pembicaraan umum di masyarakat Malaysia. Jelas, dalam hal ini penulis juga menyayangkan dan menganggap salah serta melanggar hukum negara setempat dengan cara tinggal tanpa izin dari pemerintah setempat. Dan bukan sampai disitu itu saja, melainkan sampai kepada melakukan tindakan kriminil sehingga menjadikan coreng hitam bagi pendatang lainnya dari negara sekular pancasila yang sudah mempunyai status dan izin tinggal.
Tetapi disisi lain Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kerja di luar negeri, merantau ke negeri orang lain supaya bisa memberikan uang yang lebih banyak buat keluarga mereka. Mereka sering mengirimkan uang ke Indonesia, buat anak istri ataupun anggota keluarga lainnya. Secara otomatis, hal ini membuat uang yang ada di dalam negara bertambah banyak. Jumlah pengiriman uang TKI hingga Juli 2011 mencapai lebih dari Rp 28.5 triliun. Jumlah tersebut dinilai masih tinggi, apalagi mengingat ada penghentian pengiriman TKI sementara di sektor penata laksana rumah tangga di sejumlah negara yaitu Kuwait, Malaysia, dan terakhir Arab Saudi per 1 Agustus 2011.
Secara tidak langsung, TKI membantu pemerintah dalam mewujudkan Pancasila, terutama sila kelima yang berbunyi : Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Peran mereka sangat penting artinya buat negara, karena itu TKI yang berada di negara lain, perlu mendapatkan perhatian dan kesajahteraan dari pemerintah,mereka adalah aset berharga para pahlawan devisa negara.
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. TKI sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda,yang saat itu warga negara di jawa sangat rendah perekonomiannya dan akan dikirim ke Suriname. Mereka menggantikan pekerjaaan tugas para budak asal Afrika sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi kerja yang dikehendaki,dan sejak itulah mulai dibentuk lembaga-lembaga yang mengurusinya sampai sekarang terbentuk BNP2TKI. 2. Alasannya adalah kerena lapangan pekerjaan yang kurang di negara sendiri
dan ekonomi keluarga yang sangat minimum sehingga mereka lebih memilih menjadi TKI dengan upah yang sangat besar demi mencukupi kebutuhan keluarga.
3. Masalah para TKI mulai dari yang kecil dari yang besar,seperti pengurusan surat izin sampai penyiksaan, penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan pemerasan,bahkan ada yang mendapatkan hukuman mati karena menimbulkan masalah di tempat mereka bekerja.
4. Hasil yang didapat oleh para TKI untuk negatifnya mereka mengalami trauma yang mendalam karena penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan oleh majikan. Tetapi untuk positifnya,tentu mereka bisa mencukupi kebutuhan keluarga bahkan sampai ada yang lebih dan bisa untuk membuka usaha. 5. Hubungannya secara tidak langsung, TKI membantu pemerintah dalam
mewujudkan Pancasila, terutama sila kelima yang berbunyi : Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Walaupun beberapa dari mereka harus mendapatkan hal negatif yang tidak diinginkan.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa sangat besar jasa para pahlawan devisa negara kita,jangan menganggap remeh mereka dan pemerintah harus selalu cepat tanggap jika ada TKI bermasalah. Permasalahan TKI tak perlu dilindungi,jika sudah ada pencegahannya tentunya.
17 REFERENSI http://www.bnp2tki.go.id http://www.inilah.com http://www.vivanews.com http://www.liputan6.com http://id.wikipedia.org http://www.republika.co.id http://www.waspada.co.id