• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila UU dan UUD 1945 Memandang Koru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pancasila UU dan UUD 1945 Memandang Koru"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pancasila, UU dan UUD 1945 Memandang Korupsi

I. Pancasila

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia, didalamnya terdapat sila-sila yang mengatur bangsa Indonesia itu sendiri. Berikut sila-sila Pancasila, dan bagaimana sila-sila tersebut memandang korupsi:

Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini mengajarkan agar semua rakyat Indonesia taat dalam beragama sesuai dengan agama yang dianut. Dalam ajaran beragama tidak ada agama yang mebenarkan umatnya untuk mencuri, serakah. Korupsi sama halnya dengan mencuri, mencuri uang rakyat. Dan pastinya merupakan hal yang bertentangan dengan ajaran beragama.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Korupsi dikatakan melanggar sila kedua karena menyebabkan kemiskinan di Indonesia. Bagaimana tidak, uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat umum digunakan untuk kepentingan pribadi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya mengakibatkan stratifikasi sosial yang begitu tampak kehidupan bangsa ini. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sebagai manusia Indonesia kita harus mampu menem-patkan persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi melanggar nilai-nilai persatuan yang sudah dimiliki bangsa ini sejak jaman peradaban kerajaan. Sebagai manusia Indonesia yang memiliki amanah sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan tugas yang diberikan negara bukan mempermainkan tanggung jawab demi memperkaya ataupun memperoleh kenikmatan tanpa memikirkan yang lain. Sekecil apapun tindakan korupsi itu jika bukan mengedepankan kepentingan negara, akan ada potensi perpecahan baik ditingkat lembaga, wilayah daerah maupun nasional. Pemberantasan korupsi seharusnya adalah upaya tegas berbentuk persatuan lembaga-lembaga penegak hukum, anggota masyarakat dan pemerintah.

Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawa-ratan Perwakilan. Dalam upaya pemberantasan korupsi ataupun penegakkan hukum atas tindakannya keputusan yang diambil harus mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini Pancasila mengajarkan seluruh bangsa Indonesia untuk memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melakukan permusyawaratan artinya tidak perlu dibutuhkan semua elemen bangsa ini dapat mengatasi masalah apapun dalam menghadapi masalah nasional termasuk korupsi.

(2)

penegakan hukum di Indonesia belum seadil yang diharapkan. sebagai perbandingan Kasus pencurian sandal jepit yang dilakukan bocah 15 tahun berinisial AAL yang mencuri sandal milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi Harahap rasanya tak sebanding dengan ancaman hukuman lima tahun penjara sementara banyak koruptor yang dihukum hanya 1,5 tahun. Itu pun sewaktu di dalam jeruji besi pelaku korupsi dalam menikmati penjara versi hotel bintang 5 yang dilengkapi dengan fasilitas hotel bintang 5 seperti yang dirasakan oleh Artalyta Suryani yang tersandung kasus penyuapan jaksa kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 2008 silam.

II. Undang-Undang (UU)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dansejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, pemberantasan tindak pidana korupsi yangterjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Olehkarena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan secaraprofesional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikankeuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunannasional;b. bahwa lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsibelum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidanakorupsi;c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi, perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukanpemberantasan tindak pidana korupsi;d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi;Mengingat :1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negarayang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851);4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4150);Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

(3)

III. UUD 1945

Indonesia sedang memasuki krisis multidimensi. Artinya, terdapat gejala-gejala kemunduran, bahkan mungkin kehancuran, yang terjadi di hampir semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi, yang paling pokok dari semua kemunduruan itu adalah menjauhnya kita dari cita-cita nasional: masyarakat adil dan makmur.

Kehidupan rakyat kecil makin memburuk: orang miskin harus susah payah banting tulang untuk sekedar makan sehari, harga-harga kebutuhan pokok terus melonjak naik, lapangan pekerjaan sulit didapatkan, layanan publik telah diswastakan, dan lain sebagainya.

Dari kondisi carut-marut itu, muncullah berbagai pandangan tentang akar dari berbagai persoalan itu. Lalu, sebagai upaya untuk menjawab persoalan itu, ada sebagian orang yang berkesimpulan bahwa korupsi-lah akar dari semua persoalan itu. Mereka pun berkampanye sangat gencar untuk melawan korupsi.

Bagi kami, korupsi memang merupakan masalah besar bangsa ini. Tetapi, meletakkan soal korupsi sebagai masalah paling pokok, atau penyebab utama, dari berbagai persoalan bangsa itu adalah sebuah kesalahan.

Para pendukung liberalisasi berpendapat bahwa pengurangan peran negara dan reformasi ekonomi akan mengurangi korupsi. Dengan begitu, kalau mau disederhanakan, negara sebagai organisasi politik dianggap sebagai biang kerok korupsi.

Pada masa lalu, negara pernah memainkan peranan yang tidak kecil dalam mengelola ekonomi dan menggunakannya untuk kemakmuran rakyat. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara telah memainkan peranan penting dalam menjamin kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan lain-lain.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa peranan besar yang dimainkan oleh negara dalam lapangan perekonomian, termasuk oleh perusahaan-perusahaan milik negara, telah melahirkan praktek-praktek korupsi. Tetapi, lahirnya korupsi itu tidak terlepas dari keburukan persoalan

(4)

Dan, tidak bisa disangkal pula, keterlibatan negara dalam mengelola ekonomi dan memobilisasi sumber daya untuk kesejahteraan rakyat dianggap kurang menguntungkan kelompok swasta atau pemilik modal.

Mereka pun beranggapan bahwa berbagai intervensi negara dalam perekonomian, seperti subsidi dan proteksi, sebagai sesuatu yang negatif dan tidak efisien. Padahal, bagi mayoritas rakyat, kehadiran subsidi dan proteksi sangat membantu mereka keluar dari keterbatasan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, neoliberalisme memukul “negara” dalam kepentingan menghentikan proses akumulasi keuntungan yang ditujukan kepada

kepentingan rakyat banyak. Yang hendak dipangkas dari peran negara adalah “fungsinya melindungi kesejahteraan rakyat”.

Lalu, di bawah rejim neoliberal, seluruh proses keuntungan mengarah pada kemakmuran segelintir swasta nasional dan perusahaan asing. Merekalah yang menikmati subsidi dan menggunakannya untuk mengakumulasi keuntungan pribadi.

Neo-liberalisme bertujuan menghancurkan pengertian negara sebagai kolektif atau penjamin kesejahteraan, demi menerapkan tipe ideologi korporat yang menyerukan

pengambil-alihan dan penjarahan kekayaan kolektif yang diakumulasikan berkali-kali oleh dua, tiga, empat, atau lima generasi.

Dengan sendirinya, karena motifnya kepada kepentingan segelintir korporasi, maka negara neoliberal sebetulnya jauh lebih korup. Ketika penyelenggaraan ekonomi tidak lagi dirumuskan sebagai “usaha bersama”, tetapi diputuskan oleh segelintir elit bisnis dan kekuatan politik, maka disitulah praktek korupsi akan tumbuh subur bak jamur di musim hujan.

(5)

Dalam hal ini, jika mau serius memberantas korupsi, maka perlu menegakkan kembali fondasi perekonomian Indonesia yang diwariskan oleh pendiri bangsa, yaitu pasal 33 UUD 1945.

Sebagai misal, pasal 33 UUD 1945 menghendaki agar perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar azas kekeluargaan. Jika mengacu pada ayat itu, maka kegiatan perekonomian mesti diselenggarakan secara demokratis, kerjasama, dan solidaritas, sehingga tidak memungkinkan adanya segelintir tangan yang mengakumulasi kemakmuran.

Referensi

Dokumen terkait

Kesulitan belajar siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 1 Kembayan yang disebabkan oleh faktor internal dengan persentase sebesar 66% dan termasuk pada

Keberadaan Balai Pengembangan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat di Provinsi Gorontalo sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai

Dari enam variabel penjelas terdapat lima variabel yang memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi IUD di Indonesia tahun 2012 yaitu daerah tempat tinggal, jumlah pengetahuan

1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Petunjuk Teknis Fasilitasi Sarana Kesenian di Satuan Pendidikan Tahun 2018. 2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab

Untuk variasi putaran 150 rpm dan 200 rpm terutama bagian diameter luar yang relatif memiliki struktur equiaxed halus, meng- hasilkan angka kekerasan yang tidak berbeda jauh

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.. SEMESTER

Sehubungan dengan hal tersebut, Program Studi Magister Manajemen Teknologi (MMT) ITS menyelenggarakan Seminar Nasional MMT XXV dengan tema: Berbagi Pengetahuan Global