ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ARTIKEL
Oleh:
FATMAWATI
NPM. 1210018212003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Analysis Of Factors Influencing Job Satisfaction With Organizational
Citizenship Behavior (OCB) As an Intervening Variable
Fatmawati¹, Dwi Puspa Fitri
2, Rika Desiyanti
3¹Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
2)E-mail : [email protected]
Abstract
This study intends to identify and analyze the factors that influence job satisfaction and organizational citizenship behavior (OCB) as an intervening variable in the Regional Office of Religious Affairs of West Sumatra Province. In this case use the sample population 167 employees, with a sampling technique census method. The results of questionnaires resulted in rate of return of 153 employees.The findings of the analysis showed that there were positive and significant effect of transformational leadership and organizational commitment to job satisfaction. Furthermore, transformational leadership and organizational commitment is also positive and significant impact on organizational citizenship behavior (OCB), another finding does not come with significant influence organizational citizenship behavior (OCB) on job satisfaction. But in this case the organizational citizenship behavior (OCB) can not contribute strengthen the influence of transformational leadership and organizational commitment to job satisfaction.
Keywords: Transformational Leadership, Organizational Commitment, Organizational Citizenship Behavior (OCB) and Job Satisfaction
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja denganorganizational citizenship behavior (OCB) sebagai variabel intervening pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat. Dalam kasus ini digunakan populasi dan sampel 167 orang pegawai, dengan teknik pengambilan sampel metode sensus. Hasil penyebaran kuisioner menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 153 orang pegawai.Temuan analisis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship behavior (OCB), temuan lain tidak tedapat pengaruh yang signifikan organizational citizenship behavior (OCB) terhadap kepuasan kerja. Namun dalam hal iniorganizational citizenship behavior (OCB) tidak dapat berperan memperkuat pengaruh kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja.
Kata Kunci : Kepemimpinan Transformasional, Komitmen Organisasi, Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kepuasan Kerja
1. Pendahuluan
Peranan kepuasan karja karyawan
dalam suatu organisasi saat ini adalah sangat
penting. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Robbins & Judge (2008), Karyawan yang
memiliki kepuasan terhadap
pekerjaannya akan memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk
mangkir dan berhenti pada
menciptakan kepuasan kerja karyawan oleh
organisasi diharapkan akan mengurangi
perilaku- perilaku negatif yang dapat
menghambat unjuk kerja karyawan dalam
suatu organisasi. Lebih lanjut dikatakan
Robbins & Judge (2008), bahwa secara
defenisi kepuasn kerja adalah
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya.
Ketidakpuasan kerja pegawai akan
tercermin pada sikap dan perbuatan pegawai
itu sendiri. Sikap dan perbuatan itu
dapat dilihat seperti, meninggalkan
pekerjaan pada saat jam kantor,
mengabaikan pekerjaan, sering datang
terlambat, tidak menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu, protes pada
pimpinan dan lain- lain. Berikut hasil
obeservasi awal yang peneliti lakukan
indikasi rendahnya kepuasan kerja pada
pegawai Kantor Wilayah Kementerian
Agama Propinsi Sumatera Barat dalam
melaksanakan :
Tabel. 1
Fenomena ketidakpuasan Kerja Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat No Fenomena Jumlah
1 Meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja kantor
167 27 16,1 140 83,9
2 Mengabaikan pekerjaan dengan sering datang terlambat, tidak menyelesaikan tugas tepat waktu
167 33 19,7 134 80,3
3 Tidak setia pada tugas 167 29 17,3 138 82,7 4 Protes pada pimpinan
(Menyuarakan)
167 25 14,9 142 85,1
Rata- rata 17 83
Sumber : Hasil survey awal, Januari s.d Maret 2014
Berdasarkan data di atas, dari 167
pegawai ada 27 pegawai yang meninggalkan
pekerjaan pada saat jam kerja kantor, 33
pegawai yang mengabaikan pekerjaan
dengan sering datang terlambat dan tidak
mengerjakan tugas tepat waktu, 29 pegawai
yang tidak setia pada tugas dan 25 pegawai
yang protes pada pimpinan. Hal ini tentu
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya kepuasan kerja
pada diri pegawai dalam bekerja.
Menurut Hasibuan (2005), salah
satu faktor yang menentukan kepuasan
kerja pegawai dari banyak faktor yang
ada adalah kepemimpinan. Selanjutnya
Organ (2006) menjelaskan bahwa faktor
atau organizational citizenship behavior
(OCB) memiliki hubungan yang kuat
dengan kepuasan kerja dalam artian
pekerjaan dan diberikan tingkat kepuasan
mempengaruhi perilaku pekerja.
Mempedomani banyak faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja seorang
pegawai dalam menjalankan tugas dan
kewajibanya itu, maka penelitian ini
menjadikan factor kepemimpinan
transformasional, komitmen organisasi dan
organizational citizenship behavior (OCB)
sebagai factor yang dapat menentukan dan
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada
Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat
Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini, sebagai berikut :
a. Apakah Kepemimpinan
Transformasional memiliki pengaruh
terhadap Kepuasan Kerja?.
b. Apakah Komitmen Organisasi memiliki
pengaruh terhadap Kepuasan Kerja?.
c. Apakah Kepemimpinan
Transformasional memiliki pengaruh
terhadap Organizational Citizenship
Behavior( OCB )?.
d. Apakah Komitmen Organisasi memiliki
pengaruh terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB)?.
e. Apakah Organizatonal Citizenship
Behavior (OCB) memiliki pengaruh
terhadap Kepuasan Kerja ?.
f. Apakah Kepemimpinan
Tranformasional memiliki pengaruh
terhadap Kepuasan Kerja melalui
Organizational Citizenship
Behavior (OCB) sebagai
Intervening ?.
g.
Apakah Komitmen Organisasi memiliki pengaruh terhadapKepuasan Kerja melalui
Organizational Citizenship
Behavior (OCB) sebagai
Intervening ?.
2. Kajian Teoritis dan
Pengembangan Hipotesis
2.1.Kepuasan Kerja
Penilaian kepuasan dalam
penelitian ini menggunakan indikator
kepuasan kerja yang dikembangkan
oleh Gelluci, Anthony J dan David L.
DeVries (1978), dalam Mas’ud (2004),
dengan indikator sebagai berikut :
Indikator kepuasan terhadap
gaji/upah (pay), dipandang sebagai
bentuk pemenuhan kebutuhan hidup
pegawai yang dianggap layak melalui
penerimaan sumber sumber ekonomi
yang dimiliki organisasi kepada
pegawai. Sedangkan indikator kepuasan
terhadap promosi (promotion),
dipandang sebagai kesempatan untuk
memperoleh peningkatan karier selama
bekerja. Indikator kepuasan terhadap
rekan kerja (workers), adalah faktor
yang berhubungan dengan hubungan
antar pegawai maupun dengan atasan.
Selanjutnya indikator kepuasan terhadap
pekerjaan (work it self), persepsi
yang diberikan kepadanya. Kemudian
indikator kepuasan terhadap pengawasan /
supervisor (supervision), adalah faktor yang
mengambarkan kepuasan kepemimpinan
atau atasan.
2.2 Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Indikator Organizational Citizenship
Behavior (OCB) dapat dibagi sebagai
berikut : (Organ (2006)
a. Altruism, Perilaku pegawai dalam
menolong rekan kerjanya yang
mengalami kesulitan dalam situasi yang
sedang dihadapi baik mengenai tugas
dalam organisasi maupun masalah
pribadi orang lain.
b. Conscientiousness, Perilaku yang
ditunjukkan dengan berusaha melebihi
yang diharapkan organisasi. Perilaku
sukarela yang bukan merupakan
kewajiban atau tugas pegawai.
Dimensi ini menjangkau jauh diatas
dan jauh ke depan dari panggilan tugas .
c. Sportmanship, Perilaku yang
memberikan toleransi terhadap
keadaan yang kurang ideal dalam
organisasi tanpa mengajukan
keberatan-keberatan. Seseorang yang mempunyai
tingkatan yang tinggi dalam
sportmanship akan meningkatkan iklim
yang positif diantara pegawai, pegawai
akan lebih sopan dan bekerja sama
dengan yang lain sehingga akan
menciptakan lingkungan kerja yang
lebih menyenangkan.
d. Courtessy, Menjaga hubungan baik
dengan rekan kerjanya agar
terhindar dari masalah- masalah
interpersonal. Seseorang yang
memiliki dimensi ini adalah orang
yang menghargai dan
memperhatikan orang lain, yaitu
membantu teman kerja, mencegah
timbulnya masalah sehubungan
dengan pekerjannya dengan cara
memberi konsultasi dan informasi
serta menghargai kebutuhan mereka.
e. Civic Virtue, Perilaku yang
mengindikasikan tanggung jawab
pada kehidupan organisasi
(mengikuti perubahan dalam
organisasi, mengambil inisiatif
untuk merekomendasikan
bagaimana operasi atau prosedur–
prosedur organisasi dapat
diperbaiki, dan melindungi
sumber-sumber yang dimiliki oleh
organisasi). Dimensi ini mengarah
pada tanggung jawab yang diberikan
organisasi kepada seorang untuk
meningkatkan kualitas bidang
pekerjaan yang ditekuni.
2.3 Kepemimpinan
Transformasional
Penilaian kepemimpinan
transformasional dalam penelitian ini
diukur mengunakan indikator yang
dikembangkan Behling, Orlando dan
James M. McFillen (1996) dalam
Mas’ud (2004), yaitu melalui atribut
Leader Behavior Questionnaire ) dengan
indikator meliputi :
1. Menunjukkan empati, adalah upaya dan
kemampuan pimpinan untuk memahami
kondisi dan pengharapan yang
diharapkan oleh bawahan serta berusaha
menyelaraskannya dengan kepentingan
dan pencapaian tujuan organisasi.
2. Menjelaskan misi dengan menarik,
gambaran pemimpin yang mampu untuk
menampilkan misi-misi organisasi
dengan baik dan memberikan keyakinan
kepada bawahan akan pentingnya
pencapaian tujuan organisasi.
3. Menunjukkan keyakinan, adalah usaha
dari pimpinan untuk memberikan
keyakinan dan menjadi inspirasi bagi
pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan
4. Meningkatkan image, adalah
kemampuan pimpinan untuk
memberikan menjadikan dirinya contoh
dengan perilaku yang mendukung
pelaksanaan pekerjaan kearah yang
baik.
5. Memberi peluang untuk sukses, adalah
tindakan pimpinan yang memberikan
bantuan dan dukungan kepada bahwa
untuk meningkatkan kemampuannya
untuk peningkatan karir pegawai.
2.4 Komitmen Organisasi
Pengukuran variabel komitmen
orgnisasi dalam penelitian ini mengikuti
pendapat Allen & Meyer, (1990) dalam
Mas’ud (2004), komitmen organisasi
memiliki indikator–indikator sebagai
berikut : Komitmen Afektif (Affective
Commitment), berkaitan dengan
hubungan emosional anggota terhadap
organisasinya, identifikasi dengan
organisasi, dan keterlibatan anggota
dengan kegiatan di organisasi.
Selanjutnya indikator Komitmen
Kontiniu (Continuance Commitment),
Didefenisikan sebagai dedikasi para
anggota organisasi untuk
mempertahankan hidupnya dalam
organisasi. Kemudian indikator
Komitmen Normatif (Normative
Commitment), menggambarkan perasaan
keterikatan untuk terus berada dalam
organisasi. Anggota organisasi dengan
normative commitment yang tinggi akan
terus menjadi anggota dalam organisasi
karena merasa dirinya
harus/berkewajiban berada dalam
organisasi tersebut.
Berikut kerangka konseptual
Gambar 1.Part Analisys
3. Metode Penelitian
Penelitian ini memiliki populasi seluruh
pegawai yang ada pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Barat yaitu sebanyak 167 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode
sensus.
Defenisi Operasioanl dan Pengukuran
Variabel Penelitian
1. Variabel Endogen (Y)
a. Kepuasan Kerja (Y), adalah keadaan
emosi seseorang yang senang atau
emosi positif yang berasal dari
penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja seseorang. Penilaian tingkat
kepuasan kerja pegawai diukur dengan
menggunakan kuisioner yang
dikembangkan oleh Gelluci, Anthony J
dan David L. DeVries (1978), dalam
Mas’ud (2004), dengan indikator
sebagai berikut : kepuasan terhadap
gaji/upah, kepuasan terhadap promosi,
kepuasan terhadap rekan kerja,
kepuasan terhadap pekerjaan, dan
kepuasan terhadap
pengawasan/supervisor.
2. Variabel Eksogen (X)
a. Kepemimpinan transformasional
(X2), adalah adalah kemapuan
pimpinan untuk mengubah
lingkungan kerja, memberikan
motivasi, menumbuhkan kebanggaan
dan loyalitas, serta rasa hormat
bawahan kepada atasan bertujuan
untuk mencapai tujuan organisasi..
Variabel ini diukur dengan
menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh Behling, Orlando
dan James M. Mc Fillen, (1996)
dalam Masud (2004) dengan
pengukuran 5 skala likert dengan
indicator : menunjukan empati,
menjelaskan misi dengan menarik,
menunjukan keyakinan diri,
meningkatkan image, yakin dengan
kemampuan pengikutnya dan
b. Komitmen Organisasi (X2) merupakan
sebagai suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu
serta tujuan-tujuan dan keinginannya
untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi tersebut. Pengukuran
variabel komitmen organisasi dinilai
menggunakan kuisioner yang
dikembangkan oleh Mayer, Allen, dan
Smitt (1998) dalam Mas’ud (2004),
dengan indikator : komitmen efektif
(effective commitment), komitmen
berkesenambungan (continuance
commitment), dan komitmen normatif
(normative commitment)..
c.
Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
(M) sebagai Variabel Moderasi(M) adalah
perilaku yang merupakan
pilihan dan inisiatif individual, dan
tidak berkaitan dengan
reward
formal organisasi tetapi secara
agregat meningkatkan efektifitas
organisasi pada Kantor Wilayah
Kementerian
Agama
Provinsi
Sumatera
Barat.
Organizational
Citizenship
Behavior
(OCB)
diukur dengan menggunakan 12
item yang dikembangkan oleh
Organ, (1988) dala
m Mas’ud
(2004)
, dengan indikator sebagaiberikut :
Altruisme
,Sportmanship
,Conscientousness
dan
Civic Virtue
.4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik
analisisa data model The Structural
Equation Modelling (SEM) dengan
bantuan program AMOS 16. Model
persamaan struktural (SEM) adalah
sekumpulan teknik-teknik statistikal
yang memungkinkan pengujian sebuah
rangkaian hubungan relatif murni
“rumit” secara simultan (Ferdinand,
2002).
5. Hasil Pengujian Dan
Pembahasan
Berikut hasil pengujian pengujian
hipotesis dari 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) yaitu hipotesis yang berpengaruh
1. Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional terhadap
Kepuasan Kerja
Temuan hasil penelitian pada tabel 2
di atas, dapat dilihat bahwa kepemimpinan
transformasional berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan kerja pada
pegawai Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Barat, ini terbukti dengan nilai p
(probabilitas) yaitu nilai yang menetukan
diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian
yaitu sebesar **** atau 0,000, yang
menunjukan bahwa nilai ρ kecil dari nilai
kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan pada hipotesis
penelitian ini bahwa Ha diterima dan H0
ditolak, yang artinya kepemimpinan
transformasional pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai
Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat.
2. Pengaruh Komitmen Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja
Hasil pengujian penelitian dari
komitmen organisasi berpengaruh
positif yang signifikan terhadap
kepuasan kerja pada pegawai
Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Barat. Ini dapat dibuktikan dengan nilai
p (probabilitas) sebesar 0,19, dengan arti
kata ρ kecil dari nilai kesalahan
menolak data sebesar 0,05 atau 0,19 <
0,05. Kesimpulan dari hipotesis
penelitian adalah Ha diterima dan H0
ditolak, maka komitmen organisasi
pengaruh positif yang signifikan
terhadap kepuasan kerja pada pegawai
Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Barat.
3. Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional terhadap
Organizational Citizenship
Behavior
Kemudian hasil penelitian pada
Tabel 2, kepemimpinan
transformasional terdapat pengaruh
organizational citizenship behavior, dengan
nilai p (probabilitas) adalah nilai untuk
menentukan diterima atau ditolaknya
hipotesis penelitian, yaitu sebesar 0,025.
Hasil dari penelitian ini membuktikan
bahwa nilai p (probabilitas) kecil dari nilai
kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau ρ
< 0,05 atau 0,025 < 0,05. Dengan demikian
kesimpulan yang dapat diambil pada
hipotesis penelitian adalah Ha diterima dan
H0 ditolak yang artinya kepemimpinan
transformasional mempunyai pengaruh
signifikan dan positif terhadap
organizational citizenship behavior.
4. Pengaruh Komitmen Organisasi
tehadap Organizational Citizenship
Behavior
Selanjutnya pada tabel penelitian
diatas, bahwa komitmen organisasi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap
organizational citizehip behavior pada
pegawai Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Barat. Nilai p (probabilitas) untuk
menetukan diterima atau ditolaknya
hipotesis tersebut adalah sebesar 0,018 yang
ditunjukkan dengan nilai p < 0,05 yaitu
nilai kesalahan menolak data atau 0,018 <
0,05. Tamuan ini menyimpulkan bahwa
hipotesis penelitian dapat diterima atau
dapat terbukti atau Ha diterima dan H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa komitmen organisasi berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
organizational citizehip behavior pada
pegawai Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Barat.
5. PengaruhOrganizational
Citizenship Behavior(OCB)
terhadap Kepuasan Kerja
Pada variabel organizational
citizenship behavior (OCB) tidak
terdapat pengaruh terhadap kepuasan
kerja pada pegawai Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat. Dimana nilai p
(probabilitas) merupakan nilai untuk
menilai diterima atau ditolaknya
hipotesis penelitian yaitu sebesar 0,451.
Hasil ini berarti nilai p (probabilitas)
lebih besar dari nilai kesalahan menolak
data 0,05 atau p > 0,05. Secara teoritis
arah hubungan dan pengaruh dari
variabel Oganizational Citizenship
Behaviour terhadap kepuasan kerja
masih sesuai dengan landasan teori yang
ada namun dalam hal ini temuan empris
memperlihatkan bahwa penerapan
perilaku OCB oleh pegawai dalam
bekerja belum menjadi bentuk kepuasan
diri pegawai dalam bekerja.
Temuan ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya, hasil
penelitian ini dikarenakan adanya
perbedaan waktu, tempat, jumlah
populasi dan lain sebagainya.
6. Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kepuasan
Kerja Melalui Organizational
Tabel 3
Perbandingan Nilai Pengaruh Langsung Dengan
Pengaruh Tidak LangsungUntuk Hipotesis ke - 6
Uraian
Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Pengaruh Tidak Langsung
(Indirect
Effect) Total Effect
Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja melalui
oganizational citizenship behaviour sebagai intervening
0,534
0,017
(0,251 x 0,069)
0,551
Sumber : Lampiran Pengolahan data, Tahun 2014
Hasil perhitungan dari regression
weight melalui program AMOS 16 pada
tabel 3, kepemimpinan transformasional
secara tidak lansung tidak mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja ini
terlihat pada nilai pengaruh tidak lansung
(indirect effect) sebesar 0,017. Sementara
secara total jumlah pengaruhnya adalah nilai
pengaruh langsung ditambah dengan nilai
pengaruh tidak langsung yaitu 0,534 + 0,017
= 0,551.
Temuan ini menunjukkan bahwa
secara lansung nilai pengaruhnya jauh lebih
baik dibandingkan dengan nilai pengaruh
tidak langsung yang dimediasi oleh
organizational citizenship behavior (OCB)
atau 0,534 > 0,017. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa perilaku ekstra
peran atau organizational citizenship
behavior tidak mampu menjadi variabel
mediasi yang mampu meningkatkan
pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap kepuasan
kerja pada pegawai Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat.
7. Pengaruh Komitmen Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja Melalui
Oganizational Citizenship
Tabel 4
Perbandingan Nilai Pengaruh Langsung Dengan
Pengaruh Tidak Langsung Untuk Hipotesis ke - 7
Uraian
Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Pengaruh Tidak Langsung
(Indirect Effect) Total Effect
Pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja melalui
oganizational citizenship behaviour sebagai intervening
0,221
0,015
(0,217 x 0,069)
0,236
Sumber : Lampiran Pengolahan data, Tahun 2014
Hasilregression weight pada Tabel 4,
variabel organizational citizenship behavior
tidak mampu menjadi mediasi antara
variabel komitmen organisasi terhadap
variabel kepuasan kerja. Ini diketahui nilai
pengaruh tidak langsung (indirect effect)
antara variabel komitmen organisasi
terhadap variabel kepuasan kerja melalui
variabel organizational citizenship behavior
sebesar 0,015. Sementara total pengaruh
keseluruhannya adalah nilai pengaruh
langsung ditambah dengan nilai pengaruh
tidak langsung yaitu 0,221 + 0,015 = 0,236.
Sekali lagi hasil ini menyimpulkan
bahwa nilai pengaruh langsung jauh lebih
baik dibanding nilai pengaruh tidak
langsung melalui variabel intervening atau
0,221 > 0,015. Hal ini juga mengindikasikan
bahwa perilaku ekstra peran atau
organizational citizenship behavior tidak
mampu menjadi variabel mediasi yang
mampu meningkatkan pengaruh komitmen
organisasi terhadap kepuasan kerja pada
pegawai Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Barat.
8. Kesimpulan dan Saran
Hasil pengujian dan pembahasan
dari peneilitian ini menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kepemimpinan transformasional
mempunyai pengaruh signifikan dan
positif terhadap kepuasan kerja pada
pegawai Kementrian Agama
Provinsi Sumatera Barat.
2. Komitmen organisasi mempunyai
pengaruh signifikan dan positif
terhadap kepuasan kerja pada
pegawai Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat
3. Kepemimpinan transformasional
mempunyai pengaruh signifikan dan
positif terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) pada
pegawai Kementerian Agama
4. Komitmen organisasi mempunyai
pengaruh signifikan dan positif terhadap
Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada pegawai Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Barat.
5. Organizational Citizenship Behavior
(OCB) tidak mempunyai pengaruh
signifikan dan positif terhadap kepuasan
kerja pada pegawai Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat.
6. Kepemimpinan transformasional tidak
mempunyai pengaruh signifikan dan
positif terhadap kepuasan kerja melalui
organizational citizenship behavior
(OCB) sebagai variabel intervening
pada pegawai Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Barat.
7. Komitmen organisasi tidak mempunyai
pengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja melalui organizational
citizenship behavior (OCB) sebagai
variabel intervening pada pegawai
Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Barat
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disarankan sebagai berikut :
1. Implikasi Untuk Akademisi
Berdasarkan hasil penelitian ini, semoga
dapat menjadi salah satu bentuk
kontribusi untuk memperkaya ilmu
pengetahuan dan literatur penelitian
serta kepustakaan, terutama yang
berhubungan dengan permasalahan
analisis faktor- faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dengan
organizational citizenship behavior
(OCB) sebagai variabel intervening.
Temuan penelitian ini secara
keseluruhan masih dapat
mengkonfirmasi hasil-hasil
penelitian terdahulu dan
memberikan penguatan atas temuan
baru.
2. Implikasi Untuk Birokrasi
Bagi birokrasi dan pihak-pihak
terkait, hasil penelitian ini diharap
dapat meningkatkan kepuasan kerja
dan timbulnya perilaku ekstra peran
atau Organizational Citizenship
Behavior (OCB) pegawai dalam
perumusan kebijakan atau
pengambilan keputusan dalam
rangka perbaikan organisasi pada
masa yang akan datang. Berikut
temuan dan implikasi
masing-masing variabel penelitian :
a)
Untuk penilaian terhadap variabel kepuasan kerja, untuk peningkatankepuasan terhadap gaji/upah dapat
dilakukan pimpinan melalui
peningkatan tambahan pendapatan
yang memadai dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup
pegawai, seperti tunjangan, bonus
dan insentif. Untuk peningkatan
kepuasan terhadap promosi
pimpinan dalam hal ini dapat
membuat perencanaan yang baik
terhadap pengembangan karir
pegawai dengan sistem pelaksanaan
berkeadilan, sehingga setiap pegawai
memiliki kesempatan yang sama
terhadap jabatan tertentu dalam
organisasi. Untuk peningkatan kepuasan
terhadap penyelia atau supervisi,
pimpinan diharapkan memiliki
kemampuan dalam menata dan
pendistribusian pekerjaan secara lebih
baik dengan memperhatikan
kemampuan dan keahlian (kompetensi)
serta tanggung jawab dari
masing-masing pegawai. Lebih lanjut pimpinan
hendaknya dapat menjadi inspirasi bagi
pimpinan dengan cara menjadikan
dirinya menjadi contoh yang baik bagi
bawahan atau pegawai, baik dalam
pemenuhan kedisiplin kerja, menaati
aturan yang berlaku serta memiliki
tanggung-jawab yang tinggi terhadap
pekerjaan. Disisi lain untuk peningkatan
indikator kepuasan terhadap rekan kerja
dan indikator kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, pimpinan juga
diharapkan dapat menciptakan
lingkungan kerja yang harmonis dan
kondusif melalui komunikasi dua arah
dan koordinasi yang rutin dilakukan
sehingga keterlibatan pimpinan akan
dapat menumbuhkan semagat kerja dan
hubungan komunikasi yang tinggi antar
pegawai dalam bekerja. Selain itu
pimpinan perlu melakukan motivasi
yang lebih baik lagi terhadap para
pegawai untuk meningkatkan hubungan
emosional pegawai dengan
pekerjaannya, melalui koordinasi dan
komunikasi serta memberikan perhatian
serta pujian atau dorongan yang
mampu memotivasi pegawai dalam
meningkatkan kinerjanya.
b)
Penilaian organizational Citizenship Behavior atau perilaku ekstra peran,untuk peningkatan indikator
Altruism yang merupakan
kemampuan pegawai dalam,
keinginan dan kesukarelaan pegawai
dalam memberikan bantuan
terhadap rekan kerja yang
mengalami kesulitan dalam
pekerjaan, pimpinan atau
diharapkan mendorong dan
mendukung serta mengarahkan
perilaku ini bagi setiap pegawai,
dengan jalan komunikasi dan
koordinasi yang efektif dan efisien.
Usaha perbaikan indikator
Conscientiousness yang merupakan
perilaku ekstra peran yang
ditunjukan oleh pegawai yang
berupaya melebih prestasi yang
diharapkan oleh organisasi,
pimpinan dapat memberikan
peningkatan motivasi kerja yang
lebih baik melalui perhatian,
pemberian tambahan pendapatan
berupa tunjangan, insentif atau
bonus atau pun promosi jabatan
tertentu yang ada di organisasi.
Untuk peningkatan indikator
Sportmanship, terkait perilaku yang
memberikan toleransi terhadap
keadaan yang kurang ideal dalam
organisasi tanpa mengajukan atau
protes kepada organisasi, dalam hal ini
pimpinan harus dapat
mengkomunikasikan tentang
keterbatasan dan kekurangan yang ada
dalam organisasi secara transparan dan
memotivasi pegawai untuk
memanfaatkan kondisi yang ada ini
untuk menjadikan organisasi dapat
menjadi yang maju. Sedangkan untuk
perbaikan indikator Civic Virtue yang
merupakan yang merupakan perilaku
ekstra peran yang diperlihatkan pegawai
dalam pemenuhan tanggung-jawab
dalam bekerja yang lebih tinggi,
pimpinan diharapkan dapat memberikan
penilaian dan perhatian yang tinggi serta
mendorong para pegawai dengan jalan
memotivasi melalui pengembangan karir
atau peningkatan profesional kerja
melalui pendidikan dan pelatihan yang
diberikan organisasi.
c)
Untuk peningkatan kepemimpinan transformasional, pimpinan diharapkanmampu memperbaiki kebutuhan dan
tuntutan pegawai, seperti yang adanya
upaya organisasi untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan hidup
pegawai dan keberpihakan organisasi
terhadap keputusan atau
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yang
memiliki perhatian dan dukungan yang
maksimal terhadap pelaksanaan
pekerjaan pegawai. Pimpinan
diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dan pengetahuanleadership
yang dimilikinya dan pemahaman yang
lebih baik terhadap permasalahan yang
ada pada seluruh pekerjaan yang ada
pada bawahan secara ditail melalui
peningkatan pendidikan dan
pelatihan. Untuk pencapaian visi
dan misi organisasi terkait dengan
peningkatan image, pimpinan juga
diharapkan mampu untuk lebih
dapat mengaplikasikan setiap misi
dan tujuan secara lebih transparan
dan menarik untuk menentukan
target-target realisasi kerja yang
dapat dicapai oleh pegawai secara
baik. Untuk memperbaiki image
kepemimpinan, pimpinan
diharapkan dapat menjadi contoh
atau inspirasi bagi setiap bawahan,
dimana setiap pekerjaan yang ada
harus dimulai dengan kesungguhan
diri pimpinan untuk
melaksanakannya dengan mematuhi
seluruh aturan yang ada dan
meningkatkan kedisiplinan kerja.
Untuk peningkatan empati,
pimpinan juga diharapkan memiliki
keterlibatan yang aktif dan
menerima masukan dan saran-saran
yang diberikan bawahan dalam
setiap evaluasi hasil pekerjaan,
sehingga hubungan dan komunikasi
antar sesama pegawai akan
memberikan kemudahan yang baik
bagi pegawai dalam mendorong dan
memotivasi pegawai untuk
berperilaku ekstra peran dalam
meningkatkan komitmen dan
perilaku ekstra peran. Sementara
keyakinan diri dan memberi peluang
untuk suskses, pimpinan harus mampu
memperlihatkan sikap dan kebijakan
yang tinggi terhadap usaha perbaikan
kesejahteraan dan pengembangan karir
pegawai, agar dapat termotivasi dan
memiliki dan komitmen dan perilaku
ekstra peran dalam bekerja
d)
Untuk perbaikan komitmen organisasi, melalui indikator komitmen affektif,pimpinan harus dapat meningkatkan
hubungan emosional yang tinggi
terhadap organisasinya, dalam hal
memberikan perhatian terhadap
kesejahteraan hidup pegawai dan
memenuhi sarana dan prasarna yang
dibutuhkan pegawai dalam bekerja,
menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis dan kondusif dengan
komunikasi yang tinggi antar pegawai.
Kemudian dalam peningkatan indikator
komitmen normatif, pimpinan harus
memperhatikan peningkatan profesional
kerja pegawai, melalui keterlibatan
pegawai secara aktif atau pendelegasian
tugas yang optimal dalam menentukan
metode dan proses pelaksanaan
pekerjaannya. Untuk upaya peningkatan
indikator komitmen kontiniu dalam
meningkatkan kesenambungan dedikasi
pegawai untuk mempertahankan
keberadaanya di dalam organisasi,
pimpinan memberikan motivasi dalam
bentuk penilaian prestasi berkala dan
memberikan apresiasi yang tinggi
terhadap prestasi yang dicapai baik
dalam bentuk tambahan pendapatan
ataupun dalam bentuk peningkatan
karir bagi pegawai yang berprestasi.
Daftar Pustaka
Ferdinand, Augusty. 2002. Structural
Equation Modelling dalam
Penelitian Manajemen.
Semarang:FE UNDIP.
Fuad Mas’ud (2004). Survai Diagnosis
Organisasional Konsep &
Aplikasi. Program Magister
Manajemen Program Magister
Sains Akntansi Universitas
Diponegoro.
Hasibuan, Malayu S.P. 2005.
Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Revisi.Bumi
Aksara: Jakarta
Luthans, Fred. 2006. Perilaku
Organisasi, (Alih Bahasa V.A
Yuwono, dkk),EdisiBahasa
Indonesia, Yogyakarta: ANDI.
Organ, D.W., Podsakoff, Ph.M.,
Mackenzie, S.B., (2006).
Organizational citizenship
behaviour: its nature,
antecedents, and consequences.
Thousand OA: SAGE
Publications.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A.
Judge. 2008.Perilaku Organisasi
Edisi ke-12,Jakarta: Salemba