• Tidak ada hasil yang ditemukan

YEPE Elektronika Tak Linier 2017 A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "YEPE Elektronika Tak Linier 2017 A"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Elektronika Tak Linier

Elektronika Tak Linier

Yuliman Purwanto

2017

(2)

Silabi

Silabi

1. Pendahuluan : komponen tak linier.

2. Teorema Dioda : dioda penyearah, dioda zener,

dioda terobos (

tunnel dioda

), varactor, LED.

3. Teorema transistor : pra-tegangan, titik kerja,

penguat tak linier

4. Rangkaian tak linier : RL, RC, RLC, tanggapan

frekuensi, untai resonansi.

5. Rangkaian operasional : penunda, pemotong,

pembatas, pembanding.

6. Multivibrator : monostabil, bistabil, astabil,

penyulut Schmitt (Schmitt

trigger

)

(3)

Pustaka

Pustaka

J. Millman and C. C. Halkias, “Electronic Devices and

Circuits”, McGraw-Hill, 1967.

J. Millman and C. C. Halkias, “Integrated Electronics”,

McGraw-Hill, 1972.

J. Millman and H.Taub, “Pulse, Digital and Switching

Waveforms”, McGraw-Hill, 1965.

Leonard Strauss, “Wave Generationg and Shaping”,

McGraw-Hill, 1960.

(4)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Komponen Elektronik tak Linier

Induktor

Kapasitor

(5)

Induktor (kumparan, koil)

Induktor (kumparan, koil)

Induktor

: komponen pasif elektronika yang tersusun

dari

lilitan

kawat

(dengan inti besi maupun tanpa inti)

yang bisa menghasilkan medan magnet bila dialiri arus

listrik dan sebaliknya bisa menghasilkan listrik  bila

diberi medan magnet.

Sifat

:

Bereaksi terhadap sinyal AC, yakni nilai impedansi/

reaktansi akan meningkat dengan meningkatnya

frekuensi sinyal

Z

L

= j

w

L

Fungsi :

(6)
(7)
(8)

Kapasitor (kondensator)

Kapasitor (kondensator)

Kondensator

: komponen pasif elektronika yang tersusun

dari 2 lempengan logam (baik dengan dielektrik maupun

tidak) yang bisa menyimpan medan listrik.

Sifat

:

Bereaksi terhadap sinyal AC, yakni nilai impedansi/

reaktansi akan menurun dengan meningkatnya

frekuensi sinyal

Z

C

= 1/j

w

C

Fungsi :

(9)
(10)
(11)

Semikonduktor

Semikonduktor

Struktur Atom Silikon (Si) dan Germanium (Ge)

(12)

Semikonduktor (Si) jenis N

(13)
(14)

Dioda

Dioda

Dioda

: komponen pasif elektronika yang

terbentuk dari bahan semikonduktor p-n yang

mampu mengalirkan arus pada satu arah.

Sifat

:

Mengalirkan arus listrik pada satu arah dan

menahan arus listrik pada arah sebaliknya.

Fungsi :

Penyearah arus AC

Pembatas arus DC

(15)

Karakteristik dioda

Karakteristik dioda

Dioda standar : Dioda terowongan (tunnel diode) :

(16)

Karakteristik dioda

Karakteristik dioda

(17)

Jenis Dioda

Jenis Dioda

Dioda sinyal kecil

Dioda penyearah

Dioda zener

Dioda terowongan/esaki

Dioda varactor/varicap

Dioda foto

Dioda kontak titik/kristal

Dioda penyearah terkendali silikon (SCR)

Dioda pancar cahaya (LED, LASER)

Dioda Gunn

Dioda PIN

Dioda Schottky

Dioda Shockley

Dioda Peltier

(18)
(19)

Rangkaian dioda

Rangkaian dioda

(20)

Rangkaian dioda

Rangkaian dioda

(21)
(22)
(23)
(24)

Dioda varactor

(25)

Aplikasi dioda varactor : FM modulator

• Tegangan dari sumber informasi (modulating signal) akan

mengubah nilai kapasitansi varactor CD yang terpasang paralel dengan “tank circuit” (rangkaian tertala) pada rangkaian

osilator.

• Perubahan nilai kapasitansi akan langsung mengubah nilai

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Tugas !

Buatlah film pendek tentang bahan pembentuk, karakteristik dan

contoh aplikasi dari beberapa jenis dioda (lihat materi di pembagian kelompok).

• Panjang film minimum 5 menit dan diunggah di Youtube.

Beri nama file : Kelompok... Tugas Elektronika tak Linier Fakultas

Teknik UDINUS 2017.

Batas waktu pengunggahan : 5 April 2017. Film akan diputar di kelas

(31)

Pembagian Kelompok

1. Kelompok 1 : Revaldi, Yullyandre, Angga Indrias, Guntur. Materi : dioda sinyal kecil, dioda penyearah dan dioda zener.

2. Kelompok 2 : Yuda Agustanto, Eki Yuni, Iskandar Wibowo, Nurul Wafa. Materi : dioda terowongan/esaki, dioda varactor/varicap, dioda foto.

3. Kelompok 3 : Qodri Andrian, Herdian Fajar, Satria Yoda,

Andriyanto. Materi : dioda kontak titik/kristal, dioda penyearah terkendali silikon (SCR), dioda pancar cahaya LED.

4. Kelompok 4 : Rahmat S., Agung Budi H, Rois M, Gilang Ardi. Materi : dioda LASER, dioda Gunn, dioda PIN

5. Kelompok 5 : Dicky Setya, Bagas F, Agung Dwiyanto, Nova

Andriawan. Materi : dioda Schottky, dioda Shockley, dioda Peltier 6. Kelompok 6 : Veronica Tia P, Ariefi Putri Herlino, Nindi Devi.

(32)

Transistor

Transistor

Transistor

: komponen aktif elektronika yang terbentuk

dari bahan semikonduktor p-n-p, n-p-n, atau efek medan (p

atau n) yang mampu menguatkan sinyal masukan, atau

berfungsi sebagai saklar.

Sifat

:

Menguatkan sinyal masukan

Memutus-sambung arus listrik

Fungsi :

Penguat sinyal

Penyangga sinyal

Saklar arus

Jenis :

Bipolar Junction Transistor : PNP, NPN

(33)

Transistor

Transistor

(34)
(35)
(36)
(37)

Karakteristik Transistor Bipolar

(38)

Karakteristik Transistor JFET

(39)

Karakteristik Transistor MOSFET

(40)

Pra-tegangan (

bias

)

Transistor

Tujuan :

• Menentukan garis beban (titik kerja).

Menentukan kategori kelas penguat  menentukan daerah kerja (garis beban) transistor.

• Garis beban : perbandingan arus kolektor

I

C dan besarnya tegangan kolektor-emiter

V

CE

.

• Garis beban dibedakan atas : garis beban DC dan garis beban AC.

Cara memberikan pra-tegangan : 1. Pra-tegangan Basis.

2. Pra-tegangan Pembagi Tegangan. 3. Pra-tegangan Umpan Balik Emitter. 4. Pra-tegangan Umpan Balik Kolektor. 5. Pra-tegangan Emiter.

Pra-tegangan (

bias

)

Transistor

Tujuan :

• Menentukan garis beban (titik kerja).

Menentukan kategori kelas penguat  menentukan daerah

kerja (garis beban) transistor.

• Garis beban : perbandingan arus kolektor

I

C dan besarnya tegangan kolektor-emiter

V

CE

.

• Garis beban dibedakan atas : garis beban DC dan garis beban AC.

Cara memberikan pra-tegangan : 1. Pra-tegangan Basis.

(41)

Besaran Properti Transistor

• VCEO : tegangan maksimal kolektor-emiter dalam keadaan basis terbuka

 Tegangan kerja antara kolektor dan emitor harus berada di bawah

nilai VCEO.

• IC : arus maksimal yang mengalir pada kolektor  Besar arus maksimal

ini tidak boleh dilampaui.

• Pd max : disipasi daya maksimal transistor  Daya yang dibebankan

kepada transistor harus berada di bawah nilai Pd.

• fT : frekuensi maksimal dari sinyal yang bisa ditangani transistor

Transistor tidak bisa bekerja dengan sinyal berfrekuensi di atas fT.

• hFE : nilai penguatan (gain) arus DC. Arus basis akan mempengaruhi

besar arus pada kolektor, karena IC = IB x hFE.

• hfe : nilai penguatan (gain) arus AC (sinyal yang diproses). Nilai hFE dan

hfe bisa tidak sama.

Besaran Properti Transistor

• VCEO : tegangan maksimal kolektor-emiter dalam keadaan basis terbuka

 Tegangan kerja antara kolektor dan emitor harus berada di bawah nilai VCEO.

• IC : arus maksimal yang mengalir pada kolektor  Besar arus maksimal ini tidak boleh dilampaui.

• Pd max : disipasi daya maksimal transistor  Daya yang dibebankan kepada transistor harus berada di bawah nilai Pd.

• fT : frekuensi maksimal dari sinyal yang bisa ditangani transistor

Transistor tidak bisa bekerja dengan sinyal berfrekuensi di atas fT.

• hFE: nilai penguatan (gain) arus DC. Arus basis akan mempengaruhi

besar arus pada kolektor, karena IC = IB x hFE.

• hfe : nilai penguatan (gain) arus AC (sinyal yang diproses). Nilai hFE dan

(42)

Contoh

Datasheet

Transistor 2N2222

(43)

Contoh

Datasheet

Transistor 2N2222 (lanjut)

(44)

Contoh

Datasheet

Transistor 2N2222 (lanjut)

(45)

Pra-tegangan Basis Sumber Luar :

Pra-tegangan Basis Sumber Luar :

• Basis diberi tegangan buka

dari sumber luar yang akan menghasilkan arus basis IB .

Arus basis akan menentukan

besarnya arus kolektor IC dan besarnya tegangan kolektor-emiter VCE.

• Di mana b = hFE transistor.

(46)

Pra-tegangan Pembagi Tegangan :

Pra-tegangan Pembagi Tegangan :

Tegangan basis :

• Tegangan emiter :

• Arus emiter :

Menentukan arus kolektor :

(47)

Pra-tegangan Umpan Balik Emiter :

Pra-tegangan Umpan Balik Emiter :

Menentukan arus kolektor :

(48)

Pra-tegangan Umpan Balik Kolektor :

Pra-tegangan Umpan Balik Kolektor :

Menentukan arus kolektor :

(49)

Pra-tegangan Emiter :

Pra-tegangan Emiter :

Pada emiter diberikan

tegangan dari sumber luar.

Menentukan arus emiter :

(50)

Contoh :

Gambarkan garis beban DC untuk rangkaian transistor di bawah ini. Jawab :

 Maka garis beban DC-nya :

Contoh :

Gambarkan garis beban DC untuk rangkaian transistor di bawah ini. Jawab :

(51)

Klasifikasi Penguat

Berdasarkan konfigurasi transistornya :

1. Penguat emiter bersama (common emitter/CE amplifier) 2. Penguat kolektor bersama (common collector/CC amplifier) 3. Penguat basis bersama (common base/CB amplifier)

• Berdasarkan sinyal masukannya :

1. Penguat sinyal kecil (small signal amplifier) 2. Penguat sinyal besar (large signal amplifier)

• Berdasarkan jenis keluarannya

1. Penguat tegangan (voltage amplifier) 2. Penguat arus (current amplifier)

3. Penguat daya (power amplifier)

Berdasarkan komponen aktifnya :

1. Penguat transistor bipolar 2. Penguat efek medan (FET)

Berdasarkan jumlah tingkatnya :

1. Penguat satu tingkat (single stage amplifier)

2. Penguat bertingkat banyak (multistage amplifier)

Klasifikasi Penguat

Berdasarkan konfigurasi transistornya :

1. Penguat emiter bersama (common emitter/CE amplifier) 2. Penguat kolektor bersama (common collector/CC amplifier) 3. Penguat basis bersama (common base/CB amplifier)

• Berdasarkan sinyal masukannya :

1. Penguat sinyal kecil (small signal amplifier) 2. Penguat sinyal besar (large signal amplifier)

• Berdasarkan jenis keluarannya

1. Penguat tegangan (voltage amplifier) 2. Penguat arus (current amplifier)

3. Penguat daya (power amplifier)

Berdasarkan komponen aktifnya :

1. Penguat transistor bipolar 2. Penguat efek medan (FET)

Berdasarkan jumlah tingkatnya :

1. Penguat satu tingkat (single stage amplifier)

(52)

Klasifikasi Penguat (lanjut)

Berdasarkan kondisi pengoperasiannya :

1. Penguat kelas A 5. Penguat kelas D 2. Penguat kelas B 6. Penguat kelas E, F 3. Penguat kelas AB 7. Penguat kelas G, H 4. Penguat kelas C 8. Penguat kelas S

• Berdasarkan frekuensi kerjanya :

1. Penguat frekuensi audio (audio frequency/AF amplifier)

2. Penguat frekuensi menengah (intermediate frequency/IF amplifier) 3. Penguat frekuensi radio (radio frequency/RF amplifier)

Berdasarkan metoda kopling/penyambungan antar tingkatnya :

1. Penguat kopling langsung (direct coupling/DC amplifier) 2. Penguat kopling kapasitor

3. Penguat kopling transformator

Berdasarkan lebar pita frekuensinya :

1. Penguat berpita sempit (narrow band amplifier) 2. Penguat berpita lebar (wide band amplifier)

Klasifikasi Penguat (lanjut)

Berdasarkan kondisi pengoperasiannya :

1. Penguat kelas A 5. Penguat kelas D 2. Penguat kelas B 6. Penguat kelas E, F 3. Penguat kelas AB 7. Penguat kelas G, H 4. Penguat kelas C 8. Penguat kelas S

• Berdasarkan frekuensi kerjanya :

1. Penguat frekuensi audio (audio frequency/AF amplifier)

2. Penguat frekuensi menengah (intermediate frequency/IF amplifier) 3. Penguat frekuensi radio (radio frequency/RF amplifier)

Berdasarkan metoda kopling/penyambungan antar tingkatnya :

1. Penguat kopling langsung (direct coupling/DC amplifier) 2. Penguat kopling kapasitor

3. Penguat kopling transformator

Berdasarkan lebar pita frekuensinya :

(53)

• Karakteristik :

 Konfigurasi basis bersama : menghasilkan penguatan tegangan namun tidak menghasilkan penguatan pada arus.

 Konfigurasi kolektor bersama (disebut juga sebagai pengikut emiter (emitter follower) menghasilkan penguatan tegangan mendekati 1.

(54)

Penguat tegangan :Penguat arus :

(55)

• Penguat frekuensi audio : • Penguat frekuensi menengah :

(56)

• Penguat kopling langsung: • Penguat kopling kapasitor :

(57)

• Penguat pita sempit :

• Aplikasi : penguat RF pada stasiun

pemancar radio.

• Penguat pita lebar :

• Aplikasi : penguat/booster

(58)

Kelas Penguat Transistor

Berdasarkan titik kerjanya secara prinsip penguat transistor dibagi menjadi tiga kelas :

1. Penguat Kelas A : garis beban ada di daerah aktif (di tengah-tengah) dengan VCE = setengah VCC.

2. Penguat Kelas B : garis beban ada di daerah

cut off

sehingga untuk mengaktifkan transistor diperlukan tegangan buka yang cukup dari sinyal masukan.

3. Penguat AB : garis beban ada di daerah

cut off

tetapi mendekati daerah aktif sehingga untuk mengaktifkan

transistor hanya diperlukan tegangan buka yang kecil dari sinyal masukan.

4. Penguat Kelas C : garis beban ada di daerah di bawah

cut off

sehingga untuk mengaktifkan transistor diperlukan tegangan buka dari sinyal yang lebih besar dibanding dengan Kelas B.

Kelas Penguat Transistor

Berdasarkan titik kerjanya secara prinsip penguat transistor dibagi menjadi tiga kelas :

1. Penguat Kelas A : garis beban ada di daerah aktif (di tengah-tengah) dengan VCE = setengah VCC.

2. Penguat Kelas B : garis beban ada di daerah

cut off

sehingga untuk mengaktifkan transistor diperlukan tegangan buka yang cukup dari sinyal masukan.

3. Penguat AB : garis beban ada di daerah

cut off

tetapi mendekati daerah aktif sehingga untuk mengaktifkan

transistor hanya diperlukan tegangan buka yang kecil dari sinyal masukan.

4. Penguat Kelas C : garis beban ada di daerah di bawah

cut off

(59)

Penguat Kelas A :

Rangkaian dasar :

• Transistor diberi pra-tegangan maju sehingga selalu siap untuk

memperkuat sinyal masukan.

• Walau tanpa sinyal masukan, daya (DC) tetap terdisipasi  efisiensi

rendah.

Penguat Kelas A :

Rangkaian dasar :

Transistor diberi pra-tegangan maju sehingga selalu siap untuk

memperkuat sinyal masukan.

• Walau tanpa sinyal masukan, daya (DC) tetap terdisipasi  efisiensi

(60)

• Penentuan titik kerja :

Garis beban dan titik kerja :

• Misalkan : VCC = 15 V, R1 = R2 = 33k, RC = 1k, RE = 100 ohm

• Maka : ICsat = 15V/1k+100 = 0.013A = 13mA, VB = 15V.33k/(33k+33k)

= 7.5V, RB = R1.R2/R1+R2 = 33k.33k/(33k+33k) = 16500 ohm = 16k5, IB = VB/RB = 7.5V/16500 = 0.00045A = 0.45mA

• Penentuan titik kerja :

Garis beban dan titik kerja :

• Misalkan : VCC = 15 V, R1 = R2 = 33k, RC = 1k, RE = 100 ohm

• Maka : ICsat = 15V/1k+100 = 0.013A = 13mA, VB = 15V.33k/(33k+33k)

(61)

Sifat dan karakteristik penguat Kelas A :

Dirangkai secara emiter bersama (

common emiter

).

Menghasilkan sinyal keluaran sesuai dengan masukannya, tanpa

distorsi.

Sinyal masukan dan sinyal keluaran berbeda fasa 180

o

.

Hampir tidak memiliki distorsi.

Penguatan daya rendah, penguatan tegangan tinggi.

Efisiensi daya rendah (max 50%).

Digunakan untuk daya rendah (beberapa miliwatt).

Aplikasi : penguat awal (

pre-amplifier

), penguat sangga (

buffer

amplifier

), pembangkit sinyal (

oscillator

), penguat linier,

pencampur sinyal (

mixer

),

penguat pemodulasi (

modulator

) dan

pendemodulasi (

demodulator

), dlsb.

Sifat dan karakteristik penguat Kelas A :

Dirangkai secara emiter bersama (

common emiter

).

Menghasilkan sinyal keluaran sesuai dengan masukannya,

tanpa

distorsi

.

Sinyal masukan dan sinyal keluaran berbeda fasa 180

o

.

Hampir tidak memiliki distorsi.

Penguatan daya rendah, penguatan tegangan tinggi.

Efisiensi daya rendah (max

50%

).

Digunakan untuk daya rendah (beberapa miliwatt).

Aplikasi : penguat awal (

pre-amplifier

), penguat sangga (

buffer

amplifier

), pembangkit sinyal (

oscillator

), penguat linier,

(62)

Penguat Kelas B :

Rangkaian dasar :

• Penguat Kelas B menghasilkan cacat pada keluarannya (hanya setengah

gelombang, mirip dengan penyearah setengah gelombang).

• Untuk mengatasinya digunakan penguat Kelas B push-pull agar dicapai

keluaran sinyal gelombang penuh.

Penguat Kelas B :

Rangkaian dasar :

• Penguat Kelas B menghasilkan cacat pada keluarannya (hanya setengah

gelombang, mirip dengan penyearah setengah gelombang).

• Untuk mengatasinya digunakan penguat Kelas B push-pull agar dicapai

(63)

Penguat Kelas B

push-pull

:

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Digunakan 2 buah transistor yang bekerja secara komplementer

(NPN-PNP), di mana masing-masing transistor memperkuat setengah gelombang yang bersesuaian.

• Misalkan : VCC = 15V, RB = 15K, β = 10. Maka : IB = VCC/RB = 15V/15k =

1mA, β = IC/IB, IC = β.IB, IC = 10.1mA = 10mA, VCEcutoff = Vout = ½ VCC  = ½.15V= 7.5V

Penguat Kelas B

push-pull

:

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Digunakan 2 buah transistor yang bekerja secara komplementer

(NPN-PNP), di mana masing-masing transistor memperkuat setengah gelombang yang bersesuaian.

• Misalkan : VCC = 15V, RB = 15K, β = 10. Maka : IB = VCC/RB = 15V/15k =

(64)

Sifat dan karakteristik penguat Kelas B :

Menghasilkan sinyal keluaran yang terdistorsi pada sekitar

daerah perlintasan nol

(cross over distortion

)

.

Penguatan daya rendah hingga tinggi.

Efisiensi daya lebih besar dibanding Kelas A, yakni 78,5%.

Digunakan untuk daya kecil hingga tinggi (ratusan watt).

Aplikasi : penguat daya audio sederhana, penguat instrumentasi,

penguat

switching,

penguat daya frekuensi radio jenis FM, dlsb.

Sifat dan karakteristik penguat Kelas B :

Menghasilkan sinyal keluaran yang

terdistorsi

pada sekitar

daerah perlintasan nol

(

cross over distortion

)

.

Penguatan daya rendah hingga tinggi.

Efisiensi daya lebih besar dibanding Kelas A, yakni

78,5%

.

Digunakan untuk daya kecil hingga tinggi (ratusan watt).

Aplikasi : penguat daya audio sederhana, penguat instrumentasi,

(65)

Penguat Kelas AB

push-pull

:

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Mirip dengan Kelas B, hanya titik kerjanya ada di daerah antara Kelas

A dan Kelas B  transistor dalam kondisi hampir aktif.

• Misalkan VCC = 12V, RB = 10k, dan β = 10, maka IC = β.IB  IB = VCC/RB

= 12V/10k = 1.2mA, IC = 10.1.2mA = 12mA dan VCE =  ½ VCC = ½.12V = 6V

Penguat Kelas AB

push-pull

:

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Mirip dengan Kelas B, hanya titik kerjanya ada di daerah antara Kelas

A dan Kelas B  transistor dalam kondisi hampir aktif.

(66)

Sifat dan karakteristik penguat Kelas AB :

Menghasilkan sinyal keluaran dengan sedikit distorsi pada

sekitar daerah perlintasan nol

(cross over distortion

)

.

Penguatan daya rendah hingga tinggi.

Efisiensi daya sedikit lebih kecil dibanding Kelas B, yakni

sekitar 60%.

Digunakan untuk daya kecil hingga tinggi (ratusan watt).

Aplikasi : penguat daya audio, penguat instrumentasi, penguat

daya frekuensi radio jenis AM dan FM, dlsb.

Sifat dan karakteristik penguat Kelas AB :

Menghasilkan sinyal keluaran dengan

sedikit

distorsi

pada

sekitar daerah perlintasan nol

(cross over distortion

)

.

Penguatan daya rendah hingga tinggi.

Efisiensi daya sedikit lebih kecil dibanding Kelas B, yakni

sekitar

60%

.

Digunakan untuk daya kecil hingga tinggi (ratusan watt).

Aplikasi : penguat daya audio, penguat instrumentasi, penguat

(67)

Penguat Kelas C :

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Mirip dengan Kelas B, hanya titik kerjanya ada di daerah bawah Kelas B

sehingga transistor membutuhkan sinyal masukan yang lebih besar untuk bekerja  keluaran hanya terdiri dari kurang dari setengah

gelombang  hanya cocok untuk penguat frekuensi tinggi (radio).

Gelombang yang cacat diperbaiki oleh rangkaian penala LC yang

berfungsi sebagai tapis lolos bawah.

Penguat Kelas C :

Rangkaian dasar :

• Garis beban dan titik kerja :

• Mirip dengan Kelas B, hanya titik kerjanya ada di daerah bawah Kelas B

sehingga transistor membutuhkan sinyal masukan yang lebih besar untuk bekerja  keluaran hanya terdiri dari kurang dari setengah gelombang  hanya cocok untuk penguat frekuensi tinggi (radio).

Gelombang yang cacat diperbaiki oleh rangkaian penala LC yang

(68)

Sifat dan karakteristik penguat Kelas C :

Menghasilkan sinyal keluaran dengan distorsi maksimum namun

bisa diatasi dengan rangkaian penala LC.

Penguatan daya rendah hingga menengah.

Efisiensi daya paling besar, mendekati 100%.

Digunakan sebagai penguat daya menengah (beberapa puluh

watt) hingga sangat tinggi (ribuan watt).

Aplikasi : penguat daya RF, penguat instrumentasi.

Sifat dan karakteristik penguat Kelas C :

Menghasilkan sinyal keluaran dengan

distorsi maksimum

namun

bisa diatasi dengan rangkaian penala LC.

Penguatan daya rendah hingga menengah.

Efisiensi daya paling besar, mendekati

100%

.

Digunakan sebagai penguat daya menengah (beberapa puluh

watt) hingga sangat tinggi (ribuan watt).

(69)

Penguat Kelas D :

• Bekerja sebagai switching amplifier : penguat transistor/MOSFET

bekerja seperti saklar (tidak seperti penguat yang memiliki bati).

Sinyal yang akan diperkuat berupa pulsa-pulsa yang akan memberi

pra-tegangan pada penguat sehingga penguat ON dan OFF sesuai dengan pulsanya.

• Sinyal analog yang akan diperkuat dimodulasikan menjadi PWM atau

jenis modulasi pulsa lainnya sebelum diumpankan ke penguat.

• Setelah dikuatkan, pulsa keluaran bisa diubah kembali menjadi sinyal

analog menggunakan LPF.

Keuntungan : efisiensi daya lebih tinggi, idealnya bisa 100%.

Penguat Kelas D :

• Bekerja sebagai switching amplifier : penguat transistor/MOSFET

bekerja seperti saklar (tidak seperti penguat yang memiliki bati).

• Sinyal yang akan diperkuat berupa pulsa-pulsa yang akan memberi

pra-tegangan pada penguat sehingga penguat ON dan OFF sesuai dengan pulsanya.

• Sinyal analog yang akan diperkuat dimodulasikan menjadi PWM atau

jenis modulasi pulsa lainnya sebelum diumpankan ke penguat.

• Setelah dikuatkan, pulsa keluaran bisa diubah kembali menjadi sinyal

analog menggunakan LPF.

(70)

Contoh penguat Kelas D pada alat bantu dengar :

(71)

Sifat dan karakteristik penguat Kelas D :

• Bekerja sangat efisien, tidak menghasilkan panas  hemat daya.

Kerugian : menghasilkan derau elektromagnetik.

• Relatif lebih murah, rangkaiannya kompak, ukuran dan berat rendah

karena tidak memerlukan sirip pendingin.

Bisa beroperasi dengan sumber sinyal digital tanpa perlu DAC (digital

analog converter) untuk mengubah sinyal ke bentuk sinyal analog.

• Aplikasi : sistem audio home theatre, sistem audio pada telepon mobil

(menghemat baterai), alat bantu dengar (hearing aids) untuk

menghemat baterai, speaker aktiv (sub woofer), penguat nada bass pada tata suara modern, dlsb.

Sifat dan karakteristik penguat Kelas D :

• Bekerja sangat efisien, tidak menghasilkan panas  hemat daya.

Kerugian : menghasilkan derau elektromagnetik.

• Relatif lebih murah, rangkaiannya kompak, ukuran dan berat rendah

karena tidak memerlukan sirip pendingin.

Bisa beroperasi dengan sumber sinyal digital tanpa perlu DAC (digital

analog converter) untuk mengubah sinyal ke bentuk sinyal analog.

• Aplikasi : sistem audio home theatre, sistem audio pada telepon mobil

(menghemat baterai), alat bantu dengar (hearing aids) untuk

(72)

Penguat Kelas E :

• Penguat kelas E ditemukan oleh Nathan O. Sokal dan Alan D. Sokal, 1972. • Seperti Kelas D, penguat Kelas E bekerja sebagai switching amplifier

efisiensi mendekati 100%.

• Yang membedakan dengan Kelas D adalah adanya kapasitor yang

dipasang pada keluaran transistor ke ground. Prinsip kerjanya sbb.:

Pulsa keluaran hasil penguatan sinyal masukan diumpankan ke beban

lewat rangkaian LC  LC membentuk resonator paralel dan L0C0

membentuk resonator serial  sinyal keluaran ke RL menjadi sinus.

Aplikasi : penguat yang memerlukan efisiensi tinggi.

Penguat Kelas E :

• Penguat kelas E ditemukan oleh Nathan O. Sokal dan Alan D. Sokal, 1972. • Seperti Kelas D, penguat Kelas E bekerja sebagai switching amplifier

efisiensi mendekati 100%.

• Yang membedakan dengan Kelas D adalah adanya kapasitor yang

dipasang pada keluaran transistor ke ground. Prinsip kerjanya sbb.:

Pulsa keluaran hasil penguatan sinyal masukan diumpankan ke beban

lewat rangkaian LC  LC membentuk resonator paralel dan L0C0 membentuk resonator serial  sinyal keluaran ke RL menjadi sinus.

(73)

Penguat Kelas F :

• Penguat kelas F dibuat untuk memperbaiki efisiensi penguat frekuensi

radio (RF)  Caranya dengan memberikan rangkaian resonansi

tambahan pada bagian pra-tegangan.

Penguat kelas F banyak diaplikasikan pada penguat daya radio berdaya

tinggi.

Penguat Kelas F :

• Penguat kelas F dibuat untuk memperbaiki efisiensi penguat frekuensi

radio (RF)  Caranya dengan memberikan rangkaian resonansi tambahan pada bagian pra-tegangan.

Penguat kelas F banyak diaplikasikan pada penguat daya radio berdaya

(74)

Penguat Kelas G, H :

• Penguat Kelas G dan H dibuat untuk

memperbaiki efisiensi penguat Kelas AB dengan distorsi yang rendah dan tanpa efek radiasi elektromagnetik.

Penguat Kelas G memiliki garis beban

yang mirip dengan Kelas AB tetapi sistem catu daya lebih dari 1 pasang, mulai dari catu daya tegangan rendah hingga tinggi.

Tujuannya : meningkatkan efisiensi. • Penguat Kelas H mirip dengan Kelas G,

hanya catu dayanya dibuat lebih “kontinyu” dan linier sesuai dengan kebutuhan keluarannya sehingga semakin efisien.

• Contoh penguat Kelas G :

Aplikasi : penguat daya audio.

Penguat Kelas G, H :

• Penguat Kelas G dan H dibuat untuk

memperbaiki efisiensi penguat Kelas AB dengan distorsi yang rendah dan tanpa efek radiasi elektromagnetik.

Penguat Kelas G memiliki garis beban

yang mirip dengan Kelas AB tetapi sistem catu daya lebih dari 1 pasang, mulai dari catu daya tegangan rendah hingga tinggi.

Tujuannya : meningkatkan efisiensi. • Penguat Kelas H mirip dengan Kelas G,

hanya catu dayanya dibuat lebih “kontinyu” dan linier sesuai dengan kebutuhan keluarannya sehingga semakin efisien.

• Contoh penguat Kelas G :

(75)

Contoh rangkaian penguat Kelas G

(76)

Prinsip penguat Kelas H :

Prinsip penguat Kelas H :

• Pendeteksi sinyal akan menghasilkan informasi besarnya tegangan

yang diperlukan untuk memberi catu daya.

• Tracking supply akan menghasilkan tegangan catu daya yang sesuai

(77)

Penguat Kelas I :

• Penguat Kelas I menggunakan 2 set peralatan switching yang bekerja

secara komplementer (push-pull) yang dipasang paralel, masing-masing mencuplik untuk setengah gelombang yang bersesuian (plus dan minus, seperti Kelas B).

Saat tak ada sinyal masukan, atau saat sinyal sedang mencapai titik

simpang nol, peralatan switching akan ON dan OFF secara simultan dengan duty cycle 50%.

• Saat sinyal mencapai setengah gelombang positip, maka peralatan

switching positip akan menaikkan duty cycle dan peralatan switching negatif akan menurunkan duty cycle dengan nilai yang sama  PWM  disebut penguat PWM bersisipan.

Penguat Kelas I :

• Penguat Kelas I menggunakan 2 set peralatan switching yang bekerja

secara komplementer (push-pull) yang dipasang paralel, masing-masing mencuplik untuk setengah gelombang yang bersesuian (plus dan minus, seperti Kelas B).

Saat tak ada sinyal masukan, atau saat sinyal sedang mencapai titik

simpang nol, peralatan switching akan ON dan OFF secara simultan dengan duty cycle 50%.

• Saat sinyal mencapai setengah gelombang positip, maka peralatan

(78)

Contoh Penguat Kelas I : penguat daya audio

(79)

Penguat Kelas S :

• Penguat Kelas S merupakan penguat dengan mode pensaklaran

(switching) seperti pada Kelas D.

• Cara kerja : penguat kelas S mengubah sinyal masukan analog ke pulsa

digital dengan menggunakan modulator delta-sigma, memperkuatnya, dan didemodulasi dengan sebuah BPF.

• Karena kondisi sinyal hanya ada “ON” dan “OFF” maka efisiensi

penguat bisa mencapai 100%.

• Aplikasi : penguat daya audio, penguat daya radio HF. • Contoh :

Penguat Kelas S :

• Penguat Kelas S merupakan penguat dengan mode pensaklaran

(switching) seperti pada Kelas D.

• Cara kerja : penguat kelas S mengubah sinyal masukan analog ke pulsa

digital dengan menggunakan modulator delta-sigma, memperkuatnya, dan didemodulasi dengan sebuah BPF.

• Karena kondisi sinyal hanya ada “ON” dan “OFF” maka efisiensi

penguat bisa mencapai 100%.

(80)

Penguat Kelas T :

• Sering disebut sebagai

“penguat digital”.

• Prinsip kerja : penguat Kelas T

mengubah sinyal analog ke sinyal PWM switching

transistor serta filter seperti pada Kelas D.

• Keuntungannya : aras distorsi

yang rendah (seperti Kelas AB) dan efisiensi daya (seperti

pada Kelas D).

Aplikasi : digunakan pada

sistem penguat audio digital yang diproses dengan DSP (digital signal processing).

• Contoh :

Penguat Kelas T :

• Sering disebut sebagai

“penguat digital”.

• Prinsip kerja : penguat Kelas T

mengubah sinyal analog ke sinyal PWM switching

transistor serta filter seperti pada Kelas D.

• Keuntungannya : aras distorsi

yang rendah (seperti Kelas AB) dan efisiensi daya (seperti

pada Kelas D).

Aplikasi : digunakan pada

sistem penguat audio digital yang diproses dengan DSP (digital signal processing).

(81)

Perbandingan karakteristik konduksi penguat :

(82)

Penguat linier :

Memperkuat sinyal masukan tanpa distorsi. Jenis penguat kelas

A dan kelas AB.

Efisiensi rendah (<50%)

Aplikasi : penguat awal, penguat penyangga, penguat kendali,

penguat daya linier pemancar AM (AM-FC, DSB-SC, SSB, VSB)

Penguat linier :

Memperkuat sinyal masukan tanpa distorsi. Jenis penguat kelas

A dan kelas AB.

Efisiensi rendah (<50%)

Aplikasi : penguat awal, penguat penyangga, penguat kendali,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan ampas kecap dalam ransum itik Mojosari petelur sampai umur 28 minggu hingga taraf 10 %

44 Sumatera Utara Kab.. Bangka Belitung Kab. Bangka Belitung Kab. Bangka Belitung Kab. Bangka Belitung Kab. Bangka Belitung Kab. Bangka Belitung Kab.. Rak Pintu Ayun). 188 Jawa

Prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar yang dilakukan Bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

stimulation adalah bahwa kepemimpinan transformasional para karyawan berjuang bersama untuk mempraktikkan inovasi yang mereka.

Lamk atau yang dikenal dengan nama daerah Johar dari famili Caesalpiniaceae telah lama digunakan se€ara tradisional untuk mengobati malaria.. Untuk melengkapi

McLaren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak, jika di suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan keadaan hygiene yang buruk,

1) Data tentang proses dan hasil belajar siswa dengan dengan media Strip Story pada pembelajaran Bahasa Arab kelas IVdi MI TPI Keramat Banjarmasin Timur Tahun