BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia
diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat maupun bersilaturahmi
dengan sesama serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan manusia lain. Secara
kodrat, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam
kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah
makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama. Manusia
lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa karena dan bersama manusia lain. Maka
definisi manusia sebagai makhluk sosial secara langsung bermaksud menegaskan
bahwa hanya dalam lingkup tata hidup bersama kesempurnaan manusia akan
menemukan kepenuhannya. Dalam ajarannya, Aristoteles (384-322 sebelum masehi),
seorang filsuf Yunani menyatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, artinya
pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul
dengan manusia lain. Dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia
dikenal sebagai makhluk sosial.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial atau dapat dikatakan proses
sosial.1 Interaksi sosial merupakan hubungan–hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar orang–orang–perorangan, antara kelompok–kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.2 Suatu bentuk
terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
merupakan mengadakan hubungan langsung maupun tidak langsung bertemu
terhadap manusia lain, sedangkan komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran kepada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak–gerak
badaniah atau sikap), perasaan – perasaan apa yang ingin di sampaikan.3
Selain berpindah tempat untuk melakukan interaksi terhadap saudara dalam
struktur kekerabatan, manusia juga berpindah tempat untuk melakukan perdagangan
maupun merantau. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merantau berasal dari
kata “rantau”, yakni daerah (negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah
(negeri) di luar kampung halaman; dan “merantau” adalah pergi ke negeri lain (untuk Melakukan suatu interaksi tidak selalu dalam satu tempat saja, akan tetapi
dapat di tempat lain. Selain itu manusia juga memiliki struktur kekerabatan dalam
kehidupan, yakni saudara keturunan dari ayah maupun saudara keturunan dari ibu.
Sebelum hadirnya kemajuan teknologi seperti saat ini, untuk melakukan interaksi
terhadap saudara dalam struktur kekerabatan manusia harus berpindah dari tempat
asalnya ke tempat lain atau tujuannya yang merupakan tempat dari saudara dalam
struktur kekerabatan.
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, hal.55
2
Ibid
3
mencari penghidupan, ilmu, dsb).4
Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana trans berarti
seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi,
transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Untuk melakukan perpindahan tempat tersebut
manusia membutuhkan transportasi.
5
Transportasi jalan raya seringkali dikatakan sebagai urat nadi bagi kehidupan
dan perkembangan ekonomi, sosial, dan mobilitas penduduk yang tumbuh mengikuti
maupun mendorong perkembangan yang terjadi pada berbagai sektor dan bidang
kehidupan tersebut. Transportasi khususnya transportasi jalan raya, menjalankan dua
fungsi, yaitu sebagai unsur penting yang melayani kegiatan–kegiatan yang sudah atau
sedang berjalan dan sebagai unsur penggerak penting dalam proses pembangunan. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang
diberikan, guna menolong manusia dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke
tempat lain.
Transportasi bukan hanya berupa gerakan barang dan manusia dari suatu
tempat ke tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis tanpa perubahan, tetapi
transportasi selalu diusahakan perbaikan dan kemajuannya sesuai dengan
perkembangan peradaban teknologi. Dengan demikian, transportasi lebih diusahakan
perbaikan dan peningkatannya, sehingga akan tercapai efisiensinya yang lebih baik.
6
Sebelum menggunakan kendaraan bermotor, manusia menggunakan roda
Rustian Kamaludin, Ekonomi Transportasi (Karakteristik, Teori, dan Kebijakan), Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003 hal.13
6
dalam membantu kehidupannya. Gerobak merupakan suatu alat terbuat dari papan
kayu dengan roda berada disampingnya untuk berjalan. Gerobak dengan dua roda
buatan orang Mesir oleh orang–orang Yunani dan Romawi. Mereka menggunakannya
terutama sebagai kereta perang, atau pada upacara keagamaan dan untuk balapan.7
Setelah menggunakan roda atau gerobak sebagai alat penggerak untuk
mobilitas dalam kehidupannya, manusia membuat suatu inovasi yakni kendaraan
beroda dengan menggunakan mesin. Mulai hadirnya kendaraan bermotor pertama,
dalam hal ini sepeda motor, tiba di Indonesia pada tahun 1893. Walaupun pada masa
itu Indonesia berada di bawah pendudukan Belanda dan bernama Nederlands Indië
(Hindia Belanda), tetapi orang pertama yang memiliki kendaraan bermotor di
Indonesia bukanlah orang Belanda, melainkan orang Inggris. Orang itu bernama John
C Potter yang bekerja sebagai masinis Pertama di Pabrik Gula Oemboel, Probolinggo,
Jawa Timur.
Pada mulanya dipasang untuk menarik gerobak. Tetapi segera diganti dengan kuda,
yang dirasa lebih cocok, dan lebih cepat berlari.
8
Satu tahun setelah hadirnya sepeda motor, pada tahun 1894, mobil pertama
tiba di Pelabuhan Semarang. Dengan demikian, mobil pertama hadir di Indonesia, Sepeda motor pesanan John C Potter itu tiba di Pulau Jawa, melalui
Pelabuhan Semarang, pada tahun yang sama. Dan sepanjang tahun 1893, John C
Potter tercatat sebagai satu–satu nya orang yang menggunakan kendaraan bermotor di
Indonesia, dalam hal ini sepeda motor.
7
Sutrisno Eddy, Kisah – Kisah Penemuan Sepanjang Zaman (Transportasi), Jakarta: Inovasi, 2002 hal. 3
8
hanya delapan tahun setelah mobil pertama dibuat di Jerman (1886). Mobil itu
bermerek Benz Viktoria beratap terpal milik Soesoehoenan Soerakarta Pakoe
Boewono X.9
Delapan tahun sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, di Tapanuli Selatan
berdiri sebuah perusahaan angkutan umum bus yang dinamai Fa. Odp Sibualbuali.
Nama Sibualbuali diambil dari nama gunung di wilayah Sipirok Tapanuli Selatan
yang memiliki ketinggian 1,819 meter (5,968 ft) di atas permukaan laut dengan
koordinat
Uniknya, mobil itu tiba di Surakarta dua tahun sebelum Belanda
menerima mobil pertamanya di Den Haag pada tahun 1896. Tahun 1902, Prof. Dr. W
Schüffner, seorang dokter medis di Medan memiliki mobil Benz yang merupakan
mobil pertama yang hadir di Pulau Sumatera.
Kendaraan bermotor roda empat tersebut hanya dimiliki oleh orang–orang
tertentu saja. Transportasi yang digunakan masyarakat Sumatera Utara sebelum
adanya angkutan umum orang dan barang menggunakan sado atau gerobak yang
memiliki roda dan ditarik oleh sapi atau kerbau maupun kereta kuda. Pada masa kini
kendaraan tersebut terlihat kuno dengan banyaknya kendaraan bermotor yang
berlalu-lalang di jalan raya. Namun kendaraan sederhana ini lah yang membantu masyarakat
dalam mengangkut barang atau melakukan perjalanan jarak jauh di masa sebelum
banyaknya kendaraan bermotor roda empat yang hadir di Indonesia.
10
9
Ibid., hal. 61
Kata Sibualbuali berasal dari kata “Marbual”
(bahasa Angkola) yang memiliki arti “Berasap” maka Sibualbuali dapat diartikan
sebagai “Bergumpal–gumpal”. Yang dimaksud dari “Bergumpal–gumpal” adalah
10
asap yang dikeluarkan dari gunung tersebut karena gunung Sibualbuali bersifat aktif.
Gunung Sibualbuali merupakan simbol Kota Sipirok. Karena Kota Sipirok dikatakan
sebagai Napani Sibualbuali atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Dataran
lembah gunung Sibualbuali karena kata Napa dalam bahasa Indonesia Dataran
lembah.11
Perusahaan bus ini didirikan secara resmi pada tahun 1937.
12
Pendirinya
adalah Sutan Pangurabaan Pane seorang guru dan sastrawan lokal di Tapanuli
Selatan yang dikemudian hari beliau lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh
terkenal seperti Sanusi Pane seorang sastrawan Indonesia, Armijn Pane dan Lafran
Pane pendiri dari organisasi kemahasiswaan yakni Himpunan Mahasiswa Islam.13
Pada awal pendiriannya armada bus Sibualbuali melayani angkutan
penumpang dan barang dengan tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah
selatan Sumatera Utara seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung.14
11
Hasil wawancara dengan Bapak Asrul Siregar Dosen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara yang berasal dari kota Sipirok pada 28 Februari 2013.
12
Piagam Penghargaan dari Dewan Pimpinan Pusat Organda, yang mencantumkan bahwasanya Fa. Sibualbuali “Telah mengabdikan diri untuk Bangsa dan Negara yang disumbangkan melalui penyelenggaraan transportasi angkutan umum di jalan sejak Tahun 1937 s/d 2006 yang diberikan pada HUT ORGANDA ke 44 Tahun 2006”, di Jakarta, 30 Juni 2006 ditujukan kepada Nurdin Siregar selaku direktur utama Fa. Sibualbuali pada saat itu yang di tanda tangani oleh U.T. Murphy Hutagalung, MBA selaku ketua umum Organda dan M. Hatta Rajasa selaku Menteri Perhubungan RI.
13
Hasil wawancara dengan bapak Basyral Hamidy Harahap pada 7 Februari 2013 di kediaman beliau, pada saat wawancara beliau sedang menulis buku yang didalamnya terdapat bab tentang bus Sibualbuali.
14
Hasil wawancara dengan bapak Basyral Hamidy Harahap 7 Februari 2013
Untuk
tujuan jarak jauh bus Sibualbuali dengan tujuan utama Pematang Siantar dan Kota
Medan dengan loket bus yang memiliki peranan penting berada di Kota Padang
Sidempuan. Menurut Basyral Hamidy Harahap dalam bukunya, “Pemerintah Kota
“Sejak berdirinya, Kota Padang Sidempuan telah menjadi kota terpenting sebagai
kota pusat jalan raya dan pasar yang sangat ramai (zeer drukke pasar)”.15 Ini
menjadi pembahasan yang sangat unik dimana kantor pusat dari perusahaan bus
tersebut berada di Kota Sipirok namun loket yang memiliki peranan penting berada di
Kota Padang Sidempuan. Menurut foto peta dokumentasi masa kolonial, bila
melakukan perjalanan dari Kota Padang menuju Kota Medan menggunakan jalur
darat, Kota Padang Sidempuan berada di tengah–tengah jalur lintas kedua ibukota
masing–masing provinsi tersebut.16
Minat masyarakat Sumatera Utara terhadap moda angkutan umum ini
terbilang cukup tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Baginda Tambangan
Harahap, “Ketika saya menjadi ketua Koperasi kota Padang Sidempuan tahun 1969 –
1971, saya sering menggunakan bus Sibualbuali untuk pulang pergi Sidempuan -
Medan. Loket bus di kota Sidempuan berada di Jalan Merdeka kalau sekarang
jalannya berubah menjadi Jalan Sudirman. Untuk trip menuju Medan dari
Sidempuan, itu bisa dibilang selalu penuh karena masyarakat memiliki kepentingan –
kepentingan ke Medan, ada yang bersilahturahmi, ada yang berdagang, ada juga
kepentingan lainnya. Jumlah penumpang yang bisa ditampung bus Sibualbuali
berjumlah 25 penumpang karena hitungan bangku nya 5 x 5. Tapi bila trip dari
Medan–Sidempuan itu jarang penuh bila menaikkan penumpang dari loket di Jalan
Bintang Medan. Jadi terkadang supir bus nya bila ada orang yang ingin menumpang
dengan menyetop dipinggir Lintas Sumatera, dinaikkan saja. Untuk penumpang yang
15
Basyral Hamidy Harahap, Pemerintah Kota Padang Sidempuan Menghadapi Tantangan Zaman, Padang Sidimpuan : Pemerintah Kota Padang Sidempuan, 2003 hal. 33
16
tidak resmi tersebut ya langsung membayar ke Cincu (pengelola keuangan untuk
bensin, makan supir, dan pelaporan uang masuk dalam sekali perjalanan bus)”. 17
Pada pertengahan dekade tahun 1980–an, perusahaan bus ini mengalami
beberapa masalah internal pada dewan direksinya. Karena perusahaan angkutan
umum ini bersifat firma, maka banyak orang (saudagar, pebisnis) yang dapat
memiliki bus lebih dari satu. Dari hasil pembagian keuntungan yang tidak merata,
manajemen yang bermasalah dan kalah bersaingnya armada bus Sibualbuali dengan
armada perusahaan bus yang lainnya yang menggunakan bus pabrikan Jerman.
18
Selain menjadi moda angkutan umum jarak jauh pertama di pulau Sumatera,
ada suatu hal yang menaikkan nama bus Sibualbuali, yakni menjadi bagian dari film
“Pencopet” pada tahun 1973 yang dibintangi oleh Sophan Sophian (alm) dan
Widyawati yang disutradarai oleh Matnoor Tindaon. Menjadi bagian dari film
“Pencopet” tersebut diyakini oleh seluruh narasumber dalam penulisan ini dan
menurut mereka bus ini menjadi ikon Sumatera Utara pada saat itu pada bidang
transportasi. Selain itu bunyi klakson bus ini yang memiliki ciri khas pada dekade
tahun 1950–1980 menjadi sebuah memori indah bagi masyarakat Sumatera Utara, Maka perusahaan ini mengalami penurunan minat dan namanya semakin dilupakan
oleh masyarakat Sumatera Utara dan kota Padang Sidempuan pada khususnya.
Namun sampai saat ini perusahaan bus ini masih beroperasi walau tidak seperti dulu
lagi.
17
Hasil wawancara dengan bapak Baginda Tambangan Harahap selaku Dewan Pimpinan Adat kota Padang Sidempuan pada 26 Februari 2013
18
bahwasanya dahulu bus ini pernah mengalami masa kejayaan.
Dari paparan di atas, tentu menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik
untuk mengangkat dan mengikuti perkembangan sejarah perusahaan bus angkutan
umum Sibualbuali yang peranannya pada masa sekarang mulai terlupakan. Sebagai
alat transportasi jarak jauh yang memiliki banyak peranan pada masa sebelum
kemerdekaan dan setelah kemerdekaan terhadap masyarakat Sumatera Utara yang
merantau dan berpindah untuk pendidikan serta menjadi mobilitas perdagangan
masyarakat maupun membantu komunikasi dengan pengiriman surat menjadi sesuatu
hal yang menarik untuk ditulis sejarahwan. Selain itu, walaupun kantor pusat
perusahaan bus Sibualbuali ini berada di kota Sipirok namun loket atau stasiun yang
memiliki peranan penting dan ramai akan penumpang berada di kota Padang
Sidempuan. Begitu juga dengan perubahan armada bus tersebut pada setiap dekade
juga menarik untuk ditulis karena perusahaan bus tersebut mengikuti perkembangan
otomotif sebagai penarik minat masyarakat untuk menggunakan jasanya di tengah
persaingan pelayanan jasa bus jarak jauh yang lainnya. Namun mulai hadirnya
pesaing–pesaing dengan armada yang lebih canggih dan permasalahan dalam direksi
perusahaan bus ini membuat perusahaan bus tersebut mengalami penurunan minat
masyarakat Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menjadikan
perusahaan bus ini sebagai objek penelitian. Untuk itu, diangkatlah sebuah judul
SEJARAH PERUSAHAAN BUS ANGKUTAN UMUM SIBUALBUALI (1937-1986). Adapun skop temporal yang diangkat adalah sekitar abad ke 20 yaitu antara 1937 sampai dengan 1986. Pada 1937 adalah tahun di mana perusahaan bus ini
merupakan mulai berkurangnya minat masyarakat Sumatera Utara khususnya
Tapanuli Selatan akan angkutan umum tersebut. Rentang waktu antara 1937-1986
akan dibahas bagaimana sejarah perusahaan bus angkutan umum Sibualbuali.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam melakukan sebuah penelitian, sudah seharusnya ada yang menjadi
pokok permasalahan yang akan di bahas. Pokok permasalahan ini sangat penting
karena pokok permasalahan inilah yang menjadi landasan dan dasar sebuah
penelitian. Dengan adanya pokok permasalahan akan sangat membantu peneliti agar
penelitian yang dilakukan menjadi terarah dan tepat sasaran sesuai dengan objek yang
telah ditentukan.
Sesuai dengan judul Sejarah Perusahaan Bus Angkutan Umum Sibualbuali
1937-1986 maka ditetapkan beberapa pokok pertanyaan yang bertujuan sebagai
batasan dalam penelitian. Pokok permasalahan yang telah dimaksudkan untuk
mempermudah pembahasan yaitu:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya perusahaan angkutan umum bus
Sibualbuali?
2. Bagaimana perkembangan armada angkutan umum bus Sibualbuali?
3. Bagaimana peranan angkutan umum bus Sibualbuali pada masyarakat
Sumatera Utara?
4. Faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya minat masyarakat
Sumatera Utara untuk menggunakan jasa bus Sibualbuali untuk perjalanan
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dalam melakukan sebuah penelitian tentang Sejarah Perusahaan Bus
Angkutan Umum Sibualbuali 1937-1986 ini tentu mempunyai tujuan dan manfaat
yang dapat diberikan kepada pembaca dan seluruh jajaran sejarahwan serta akademisi
dan masyarakat Sumatera Utara. Adapun tujuannya antara lain:
1. Menjelaskan bagaimana latar belakang berdirinya perusahaan bus
angkutan umum Sibualbuali.
2. Menjelaskan bagaimana perkembangan armada angkutan umum bus
Sibualbuali dari tahun 1937 sampai dengan tahun 1986.
3. Menjelaskan bagaimana peranan angkutan umum bus Sibualbuali pada
masyarakat Sumatera Utara.
4. Menjelaskan faktor–faktor yang menyebabkan berkurangnya minat
masyarakat Sumatera Utara untuk menggunakan jasa bus Sibualbuali
untuk perjalanan jarak jauh.
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam penulisan
sejarah transportasi dewasa ini
2. Memperkaya khasanah penelitian sejarah transportasi, khususnya sejarah
perusahaan bus angkutan umum Sibualbuali.
3. Sebagai sumber informasi untuk meneliti bagi para akademisi,
sejarahrawan, dan masyarakat bahwa transportasi memiliki peranan lain,
selain mengangkut manusia dan barang juga mengangkut surat untuk
melancarkan komunikasi manusia sebelum adanya teknologi modern
4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain apabila membahas tentang
sejarah transportasi, maupun perkembangan sarana transportasi di
Sumatera Utara.
1.4 TINJAUAN PUSTAKA
Ketika kita menulis karya ilmiah, maka diperlukanlah beberapa literatur untuk
mendukung penulisan tersebut. Literatur-literatur itulah yang peneliti sebut dengan
tinjauan pustaka. Tinjauan adalah literatur yang relevan dan memiliki keterkaitan
secara dekat dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi
tentang uraian-uraian yang mengarahkan peneliti betapa pentingnya literatur sehingga
digunakan sebagai sumber acuan yang menimbulkan ide, sumber informasi dan
pendukung penelitian. Adapun literatur yang digunakan untuk mendukung penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Soerjono Soekanto dalam bukunya “Sosiologi Suatu Pengantar” menguraikan
bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi, bermasyarakat
maupun bersilaturahmi dengan manusia lain baik yang memiliki hubungan
kekerabatan maupun tidak serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi
kebutuhannya. Hal inilah yang dijadikan penulis sebagai acuan bahwasanya manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dengan manusia lain yang berada dalam satu
wilayah namun dapat berinteraksi pula dengan manusia lain yang berada di wilayah
berbeda. Maka penulis dapat menulis latar belakang manusia membutuhkan
Prof. Drs. H. Rustian Kamaludin dalam bukunya “Ekonomi Transportasi
(Karakteristik, Teori, dan Kebijakan)” sangat membantu penulis dalam penulisan
sejarah transportasi. Dalam buku tersebut diuraikan tentang definisi dari transportasi
dengan mendefenisikan bahwasanya transportasi merupakan suatu jasa yang
diberikan, guna menolong manusia. Dalam buku itu juga dipaparkan makna
transportasi bukan hanya berupa gerakan barang dan manusia dari suatu tempat ke
tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis tanpa perubahan, tetapi transportasi
selalu diusahakan perbaikan dan kemajuannya sesuai dengan perkembangan
peradaban teknologi.
Sutrisno Eddy dalam bukunya “Kisah–Kisah Penemuan Sepanjang Zaman
(Transportasi)” menguraikan dengan sangat baik akan awal mula hadirnya
transportasi dengan terciptanya roda dalam kehidupan manusia. Dari roda mulai
berkembang menjadi gerobak. Lalu dari gerobak dimodifikasi dengan kuda, kerbau,
dan keledai sebagai alat penggerak dari gerobak sehingga mobilitas menjadi semakin
cepat pada masa sebelum hadirnya kendaraan bermotor.
James Luhulima dalam bukunya “Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil Di
Negeri Ini” menguraikan dengan sangat baik bagaimana hadirnya kendaraan
bermotor di Indonesia lebih tepatnya di Pulau Jawa. Dibuku itu juga dijelaskan
bahwasanya pada tahun 1902, Prof. Dr. W Schüffner, seorang dokter medis di Medan
memiliki mobil Benz yang merupakan mobil pertama yang hadir di Pulau Sumatera.
Piagam Penghargaan dari Dewan Pimpinan Pusat Organda kepada perusahaan
Fa. Sibualbuali, menjelaskan bahwasanya memang betul perusahaan bus Sibualbuali
30 Juni 2006 oleh U.T Murphy Hutagalung, Mba selaku Ketua Umum Organda dan
M. Hatta Rajasa selaku Menteri Perhubungan RI.
Basyral Hamidy Harahap dalam bukunya “Pemerintah Kota Padang
Sidimpuan Menghadapi Tantangan Zaman” menguraikan bahwa Kota Padang
Sidempuan merupakan kota transit di kawasan Sumatera Utara sejak masa kolonial
sampai dengan sekarang. Bila melakukan perjalanan dari Kota Padang menuju Kota
Medan menggunakan jalur darat, menurut foto peta dokumentasi masa kolonial, Kota
Padang Sidempuan berada di tengah–tengah jalur lintas kedua ibukota masing–
masing provinsi tersebut. Ini menguatkan bahwasanya Kota Padang Sidempuan
memang merupakan kota transit di kawasan Sumatera Utara sejak masa kolonial.
1.5 METODE PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah
sangatlah penting.19
1. Heuristik adalah tahapan paling awal dalam metode sejarah. Pada tahapan ini
peneliti berusaha mengumpulkan sumber atau data melalui dua metode,
yaitu metode kepustakaan (library research) dan metode penelitian lapangan
(field research).
Metode sejarah adalah suatu tahapan yang digunakan dalam
penelitian sejarah ilmiah. Dengan adanya metode penelitian dapat menjadi petunjuk
peneliti untuk memperoleh sumber-sumber yang relevan terhadap pokok pembahasan
sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam metode sejarah adalah:
19
Penelitian dengan metode kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data
tertulis melalui buku-buku, arsip, artikel ataupun sumber tertulis lainnya.
Adapun yang digunakan sebagai sumber antara lain Soerjono Soekanto dalam
bukunya “Sosiologi Suatu Pengantar” membantu penulis memperoleh data
bahwasanya dalam berinteraksi, manusia memerlukan transportasi.
Sedangkan pengumpulan data dengan metode penelitian lapangan dilakukan
dengan teknik wawancara terhadap beberapa informan khususnya yang
mengetahui sejarah akan bus angkutan umum Sibualbuali ataupun masyarakat
kota Padang Sidempuan yang memiliki kenangan akan bus angkutan umum
tersebut. Prof. Drs. H. Rustian Kamaludin dalam bukunya “Ekonomi
Transportasi (Karakteristik, Teori, dan Kebijakan)” membantu penulis dalam
mendefenisikan arti dari kata transportasi menurut teori. Sutirno Eddy dalam
bukunya “Kisah–Kisah Penemuan Sepanjang Zaman (Transportasi)”
membantu penulis untuk mengetahui bahwasanya awal mula adanya
transportasi dengan hadirnya roda dan gerobak untuk mobilitas dalam
kehidupan manusia. James Luhulima dalam bukunya “Sejarah Mobil & Kisah
Kehadiran Mobil Di Negeri Ini” membantu penulis untuk mendapatkan data
awal mula masuknya kendaraan bermotor roda empat di Indonesia, Pulau
Jawa lebih tepatnya dan kehadiran mobil pertama yang hadir di Sumatera
Utara tepatnya di Kota Medan. Piagam Penghargaan dari Dewan Pimpinan
Pusat Organda kepada perusahaan Fa. Odp. Sibualbuali sangat membantu
penulis dalam mencantumkan tahun pasti berdirinya perusahaan bus
Daerah Sumatera Utara”, buku ini memberikan data tentang sejarah
pendidikan di Tapanuli. Basyral Hamidy Harahap dalam bukunya
“Pemerintah Kota Padang Sidimpuan Menghadapi Tantangan Zaman”
memberikan data bahwa kota Padang Sidempuan merupakan kota transit sejak
berdirinya kota itu. Koleksi foto Arsip Nasional Republik Indonesia dalam
foto, ”Peta Jalur Lintas Kota Padang Menuju Medan” membantu penulis
akan keabsahan kota Padang Sidempuan merupakan kota transit karena berada
di tengah–tengah jalan raya lintas dari Kota Padang menuju Kota Medan.
Sedangkan pengumpulan data dengan metode penelitian lapangan dilakukan
dengan teknik wawancara terhadap beberapa informan khususnya yang
mengetahui sejarah bus angkutan umum Sibualbuali ataupun masyarakat yang
memiliki kenangan akan bus angkutan umum tersebut.
2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah. Pada tahapan ini
peneliti bertugas untuk mengkritik terhadap sumber-sumber yang diteliti agar
peneliti lebih dekat lagi dengan nilai kebenaran dan keaslian dari sumber yang
diperoleh. Dalam melakukan kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan
cara mengcroschek data dengan menelaah kembali kebenaran isi atau fakta
dari sumber buku, arsip ataupun hasil wawancara dengan informan, dan
kemudian diuji kembali keaslian sumber tersebut demi menjaga keobjektifan
suatu data.
3. Interpretasi adalah tahapan ketiga dalam metode sejarah. Pada tahapan ini
peneliti hendaknya menafsirkan data-data yang diperoleh agar menjadi suatu
sumber, mengkritik tentang objek kajian bus angkutan umum Sibualbuali.
Dengan adanya interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data sementara
sebelum peneliti menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
4. Historiografi adalah tahapan terakhir dalam metode sejarah. Tahapan ini dapat
disebut juga sebagai penulisan laporan. Pada tahap ini, peneliti menjabarkan
secara kronologis dan sistematis fakta-fakta yang diperoleh agar
menghasilkan tulisan yang ilmiah dan bersifat objektif. Pada penulisan bus
sejarah angkutan umum ini, penulis dalam menjelaskan atau menerangkan
dunia alat transportasi ini tentu memiliki pendekatan tertentu. Dengan adanya
pendekatan ilmiah ini diharapkan dapat memudahkan orang lain untuk
memahami maksud dan pengetahuan bagi orang yang membacanya. Yang
perlu diperhatikan ialah hubungan antara bus angkutan umum itu dengan
zamannya, dengan dunia sekelilingnya dan terjalin erat dengan riwayat