• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Garing (Tor tambra) dan Penyebarannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Ikan Garing (Tor tambra) dan Penyebarannya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Garing (Tor tambra) dan Penyebarannya

Kelompok ikan Garing merupakan penghuni sungai pada hutan tropis terutama pada kawasan pegunungan.Habitat asli ikan tambra umumnya pada bagian hulu sungai di daerah perbukitan dengan air yang jernih dan berarus kuat (Haryono dan Subagja, 2008).Persebaran ikan Garing berada pada daerah Sumatera, Jawa, Malaya, Burma, Thailand dan Indochina (Kottelat dkk., 1993).Tor sp.tersebar luas di sungai pegunungan seluruh Semenanjung Melayu dankepulauan Indonesia termasuk Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Roberts, 1999).

Menurut Hardjamulia dkk. (1995) yang memaparkan bahwa ikan Garing

(Tor tambra) memiliki nama lain yang berbeda di berbagai daerah seperti dikenal

dengan ikan Semah yang merupakan jenis ikan yang terdapat di Danau Ranau dan di Sungai Selabung, Sumatera Selatan. Ikan Semah (nama lokal di Sumatera Selatan dan Jambi) mempunyai nama lokal lainnya, seperti Kancera (Jawa Barat), Garing (Sumatera Barat), Silap (Kalimantan Barat), Padak (Kalimantan Selatan), sedangkan di Sumatera Utara lebih dikenal dengan nama ikan Jurung dan ikan Garing.

(2)

Indonesia terdapat empat jenis, yaitu: Tor tambroides Blkr., T. tambra (C.V.), T.

douronensis (C.V.), dan T. soro (C.V.). Sinonim dari kelasTor adalah

Labeobarbus(Gambar 2); untuk membedakan keempat jenis kerabat ikan tambra

yang berasal dari Indonesia sementara ini masih berdasarkan ada tidaknya cuping pada bibir bawah dan ukuran cuping itu sendiri (Kottelat et al., 1993 dan Roberts, 1999).

Klasifikasi ikan Garing menurut Kottelat,dkk.(1993) sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Class : Actinopterygii Order : Cypriniformes Family : Cyprinidae Kelas : Tor

Spesies : Tor tambra

Gambar 2. Ikan Garing (Tor tambra)

Kottelat dkk. (1993) telah merevisi nama kelas Labeobarbus menjadiTor. Secara morfologi Tor soro dapat memiliki panjang maksimal 1 meter dengan

lateral lineralis 24-28, Tor tambra dapat memiliki panjang maksimal 1 meter

(3)

punggung, bibir bawah tanpa celah di tengah.Tor tambra memiliki cuping berukuran sedang pada bibir bawah tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari terakhir sirip punggung yang mengeras lebih pendek dari pada kepada tanpa moncong. Sedangkan menurut Saanin (1984) menyebutkan bahwa kelas

Labeobarbus memiliki ciri-ciri sirip punggung yang licin, kepala tidak

berkerucut, antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik.

Di Sumatera ikan Garing mempunyai nilai ekonomi karena digemari masyarakat.Jenis ini memiliki nilai penting bagi masyarakat Batak di Sumatera Utara yang menggunakan jenis ini untuk upacara adat dan keberadaannya semakin terbatas. Di Kuningan, Jawa Barat terdapat beberapa kolam yang berisi ikan jenis ini dan dipelihara karena ikan ini dianggap keramat. Permasalahan yang dihadapi sekarang ialah keberadaan jenis ikan ini mulai terancam kepunahan (Hardjamulia dkk., 1995).

Sungai Batang Gadis

(4)

Sungai adalah sistem yang berfungsi secara normal dipengaruhi oleh kecepatan aliran, volume air, suhu, keseimbangan oksigen, jumlah bahan terlarut, substrat geologi dan budaya masyarakat. Keterkaitan sungai dengan daratan sekitarnya sangat erat dan bervariasi mulai dari kemampuan aliran yang menyebabkan erosi, debit sungai, curah hujan yang terjadi di daerah tangkapan air sekitarnya, pasokan air tanah yang ada, berbagai bentuk pemanfaatan dan vegetasi sepanjang pinggir sungai. Air yang mengalir pada sungai menimbulkan erosi dan deposit yang menyebabkan terbentuknya delta di daerah menuju ke laut (Muller, 1980).

Sungai merupakan suatu bentuk ekositem perairan yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat

dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosisten tersebut (Suwondo, dkk., 2004).

(5)

yang mengandung unsur hara yang secara tidak langsung menentukan jumlah populasi ikan (Lagler, 1977).

Sungai merupakan sumber air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia.Sungai berfungsi sebagai transportasi sedimen dari darat ke laut, untuk pengumpul hujan dan juga di berbagai kehidupan manusia.Umumnya sungai digunakan untuk pembangkit listrik, pelayaran, perikanan, industry, dan irigasi atau persawahan (Yeanny, 2005).

Sungai sejak jaman purba menjadi suatu unsur alam yang sangat berperan dalam membentuk corak kebudayaan suatu bangsa.Ketersediaan airnya, lembahnya yang subur merupakan potensi yang menarik manusia untuk bermukim disekitarnya. Kehidupan sehari-hari mereka tidak akan lepas dari memanfaatkan sungai dengan konsekuensi yang harus dihadapi adalah manusia akan melakukan rekayasa terhadap sungai agar mendapatkan lebih banyak manfaat. Segala tindak pemanfaatan terhadap sungai akan menimbulkan dampak perubahan sifat dan keadaan sungai sebagai penyesuaian terhadap tindakan yang dilakukan pada sungai tersebut (Mulyanto, 2007).

Sungai Batang Gadis berada pada wilayah administrasi Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.Kabupaten Mandailing Natal berada di bagian selatan wilayah Provinsi Sumatera Utara pada lokasi geografis 0°10'–1°50' Lintang Utara dan 98°50'–100°10' Bujur Timur ketinggian 0–1.915 m di atas permukaan laut. Kabupaten Mandailing Natal merupakan bagian paling selatan dari Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas wilayah kabupaten (Siregar, 2011):

(6)

Batas bagian Timur : Kabupaten Padang Lawas Batas bagian Selatan : Provinsi Sumatera Barat Batas bagian Barat : Samudera Indonesia.

Potensi hidrologi sungai cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum (sanitasi), transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Beberapa sungai yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal di antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180,00 km dan lebarnya 65 m, dengan volume normal sekitar 25.781,11 m3 Secara umum sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) dan lainnya (Siregar, 2011).

(7)

bahwa daerah Kabupaten Mandailing Natal adalah daerah yang subur dan menjadi lumbung pangan bagi wilayah sekitarnya (Pemkab Madina, 2013).

Kebiasaan Makan

Makanan adalah organisme, bahan maupun campuran zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya.Sedangkan kebiasaan makan (feeding habit) adalah tingkah laku ikan saat mencari dan mengambil makanan. Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makananya, pada ikan terdapat apa yang disebut sebagai feeding periodicity yaitu masa ikan aktif mengambil makanan selama 24 jam. Makanan merupakan faktor pengendali populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan (Effendie, 1979). Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan untuk memelihara tubuh dan menggantikan alat-alat tubuh yang rusak, kelebihan makanan akan digunakan untuk pertumbuhan. Makanan yang dikonsumsi minimal mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Ketiga zat ini masing-masing akan diubah menjadi energi yang sangat dibutuhkan untuk melakukan aktivitas (Mudjiman, 2009).

(8)

Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Makanan yang telah digunakan oleh ikan tadi akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan bagi setiap individu ikan serta keberhasilan hidupnya (survival). Adanya makanan dalam perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik seperti tersebut diatas, ditentukan pula oleh komponen abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan (Effendie, 2002).

Ikan membutuhkan makanan yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.Keberadaan suatu jenis ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya.Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan dapat dilihat hubungan ekologis diantara organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Selain itu pengamatan juga dilakukan untuk tujuan domestikasi ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan (Lagler, 1977).

(9)

Hal-hal yang tercangkup di dalam kebiasaan makan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimanfaatkan oleh ikan.Oleh karenanya, kebiasaan makanan ikan secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.Ketersediaan makanan merupakan faktor penentu jumlah populasi, pertumbuhan, reproduksi, dan dinamika populasi serta kondisi ikan yang ada di suatu perairan (Effendie, 1979).

Salah satu informasi penting dari studi kebiasaan makanan yaitu, antara lain kita dapat menentukan komposisi makanan dalam lambung ikan baik sebagai makanan utama, makanan pelengkap, dan makanan tambahan serta merupakan faktor yang menentukan suatu spesies ikan mau memakan organisme adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, suhu air, dan kondisi fisiologis ikan (Asriansyah, 2008).

Kebanyakan ikan mencari makan dengan menggunakan mata.Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 2002).

(10)

Tabel 1. Perbedaan struktur anatomis saluran pencernaan pada ikan-ikan hebivora, karnivora, dan omnivora.

Organ Kategori Ikan

Herbivora Karnivora Omnivora

Tapis Insang Banyak, Panjang, Rapat

Sedikit, pendek, kaku Tidak terlalu banyak Tidak terlalu panjang Tidak terlalu rapat Rongga

mulut

Sering, tidak bergerigi Umumnya bergerigi tajam dan kuat

Bergerigi kecil

Lambung Tidak berlambung atau berlambung palsu

Berlambung dengan bentuk bervariasi

Berlambung dengan bentuk kantung

Usus Ukuran sangat

panjang, beberapa kali

Effendie (1979) menyatakan bahwa urutan kebiasaan makan pada ikan diketahui dari jenis dan jumlah makanan ikan.Urutan tersebut adalah makanan utama yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah besar, makanan pelengkap yaitu makanan yang ditemukan dalam jumlah sedikit, makanan tambahan yaitu makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan dalam jumlah sangat sedikit.Selain itu, ada pula makanan pelengkap yaitu makanan yang hanya dikonsumsi apabila makanan utama tidak tersedia.

Pengelompokan ikan berdasarkan makanannya menurut Effendie (2002) terbagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan pemakan campuran.Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit

dan monophagic ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja.

Plankton

(11)

hewani, tergantung pada jenis ikan tertentu.Jenis-jenisnya dapat berupa plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga filamen (lumut), alga dasar (kelekap), detritus campur bakteri dan cendawan, organisme bentos, tanaman air submersum (tumbuhan di dalam air), tanaman air yang mengapung (neuston dan pleuston) serta binatang-binatang nekton (Mudjiman, 2009).

Plankton adalah organisme mengapung yang pergerakannya seringkali tergantung pada arus.Ukurannya sangat kecil sehingga hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop.Plankton mampu hidup di perairan manapun atau mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan perairan sebagai habitatnya.Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton memiliki pigmen yang berfungsi dalam proses fotosintesis, seperti pigmen pada tumbuhan tinggi, sedangkan zooplankton adalah plankton yang dapat bergerak aktif seperti hewan. Baik fitoplankton maupun zooplankton hidup terapung atau terhanyut di daerah pelagik (Nugroho, 2006).

Plankton adalah organisme (tumbuhan dan hewan) yang hidup melayang-layang di dalam air tanpa mempunyai kemampuan untuk melawan gerakan air.Pada umumnya plankton berukuran renik.Akan tetapi, ada beberapa jenis yang berukuran sedang sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang, misalnya kutua air jenis copepod.Plankton dapat berupa jasad-jasad nabati atau tumbuhan (fitoplankton, plankton nabati) dan jasad-jasad hewani atau binatang (zooplankton, plankton hewani) (Mudjiman, 2009).

(12)

Flagellata seperti Chlamydomonas, Tetraselmis, Dunaliella, dan Isochrysis.Anggota Diatomeae (ganggang kersik) contohnya Cyclotella, Synedra, Navicula, Nitzschia, Chaetoceros dan Skeletonema.Beberapa jenis hewan yang merupakan zooplankton diantaranya Infusoria, Brachionus, Artemia, Daphnia, Moina, Cyclops dan Calanus (Mudjiman, 2009).

Komunitas fitoplankton meliputi kelas diatom (Bacillariophyceae), Chlorophyceae, Crysophyceae, Chryptophyceae, Cyanophyceae dan Dinophyceae.Kelimpahan fitoplankton didefinisikan sebagai jumlah individu fitoplankton per satuan volume air yang umumnya dinyatakan dalam individu per meter kubik (ind/m3) atau sel per meter kubik (sel/m3) (Nugroho, 2006).

Kelompok fitoplankton yang mendominasi perairan tawar umumnya terdiri dari diatom dan ganggang hijau serta dari kelompok ganggang biru.Jenis yang umumnya sangat banyak ditemukan pada perairan adalah dari kelas

Oscillatoria, Aphanizomenon, Anabaena dan Microcystis aeruginosa. Dari

kelompok diatom yang umumnya dijumpai adalah Stephanodiscus hantzchii,

Cyclotella meneghiniana, Melosira granulate, Asterionella Formosa dan Synedra

acus. Dari kelompok Chlorophyta yang sering dijumpai adalah Scenedesmus quadricauda, Ankistrodesmus acicularis, Coelastrum reticulatum, Euglena

pisciformis, kelas Chlamydomonas dan Pandorina morum.Kelompok zooplankton

yang banyak terdapat di ekosistem air adalah dari jenis Crustaceae (Copepoda dan Cladocera) serta Rotifera (Barus, 2004).

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

(13)

fisika dan kimia yang mempengaruhi keberadaan organisme di sungai Batang Gadis diuraikan sebagai berikut.

Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).

(14)

kecepatan metabolisme.Kecepatan metabolisme berpengaruh terhadap konsumsi oksigen.Suhu optimal untuk ikan berkisar antara 20-28˚C (Nugroho, 2006).

Kedalaman

Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika, semakin dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang. Kedalaman merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk ke dalam suatu sistem perairan (Gonawi, 2009). Pengukuran kedalaman menggunakan tongkat berskala yang digunakan dengan menancapkan hilang ke dasar perairan dan dicatat nilai ambang batas air pada skala.

Kecepatan Arus

Arus merupakan ciri utama dari jenis perairan mengalir. Kecepatan arus dapat bervariasi sangat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran yang sama (membujur atau melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu serta merupakan faktor berharga yang patut dipertimbangkan untuk dapat diukur, kecepatan arus di sungai ditentukan oleh kemiringan, kekerasan, kedalaman dan kelebaran dasarnya (Odum, 1996).

(15)

Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.Kecerahan merupakan ukuran transparansi yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk, dimana nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter.Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2003).

Ketersediaan cahaya dalam badan air baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), tempat (letak geografis, kedalaman), kondisi prevalen di atas permukaan air (penutupan awan, inklinasi matahari) atau dalam perairan (refleksi, absobsi oleh air dan materi-materi terlarut serta penghamburan oleh partikel tersuspensi) (Asriyana dan Yuliana, 2012).

Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan.Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003).

(16)

ion buffer atau penyangga untuk menyangga kisaran pH di perairan agar tetap stabil. Nilai pH berpengaruh langsung pada keanekaragaman dan distribusi organisme serta berpengaruh juga pada beberapa reaksi kimia alami yang terjadi di lingkungan perairan (Goldman dan Horne (1983) diacuAnzani (2012)).

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan produktivitas suatu perairan.pH sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup, termasuk didalamnya fitoplankton. pH yang ideal untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah 6,5 –8,0. Pada perairan yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6, organisme yang menjadi pakan ikan (fitoplankton) tidak akan hidup dengan baik (Asriyana dan Yuliana, 2012). Batas toleransi ikan terhadap pH berkisar antara 4,0 (acid death point) – 11,0 (basic death point). Ikan tumbuh dengan baik pada pH 5 –9, sedangkan pH di bawah 4 dan di atas 10 dapat menghambat bahkan menyebabkan kematian ikan (Nugroho, 2006).

Dissolve Oxygen (DO)

(17)

suhu 0º C dan 8 mg/liter pada suhu 25º C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi, 2003).

Gambar

Gambar 2. Ikan Garing (Tor tambra)
Tabel 1. Perbedaan struktur anatomis saluran pencernaan pada ikan-ikan hebivora, karnivora, dan omnivora

Referensi

Dokumen terkait

Makanan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra), ketersediaan pakan

Parasit merupakan suatu organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya dan merugikan bagi inang tersebut., sehingga parasit tidak

ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. 3) Luas penutupan adalah proporsi atara luas tempat yang ditutup oleh suatu spesies tumbuhan dengan

pada perairan lotik maupun perairan lentik hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme dan mineral yang terdapat didalam air, kecepatan aliran air akan bervariasi secara

Makanan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan Garing ( Tor tambra ), ketersediaan pakan

Bioerosion mempunyai peranan yang sangat penting dalam ketahanan terumbu karang karena dapat menghilangkan karang mati dan membersihkan substrat untuk kolonisasi organisme

Organisme yang digunakan dalam pengendalian hayati antara lain individu atau populasi yang avirulen atau hipovirulen yang terdapat pada spesies patogen tersebut,

Menurut Anwar (2008), kondisi suatu perairan sangat menentukan kemelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme mempunyai kebutuhan dan lingkungan