• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Makanan - Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Makanan - Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pola Konsumsi Makanan

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal

maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis

adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh

zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi

kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk

memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sedioetama 1996).

Menurut Enoch (1980) konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya

makanan yang dimakan dan dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah

kalori dan zat gizi. Konsumsi makanan dan zat gizi yang adekuat memiliki peranan

penting bagi anak usia sekolah untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan anak yang optimal (Brown, 2005). Konsumsi pangan merupakan faktor

utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan

energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta

untuk pertumbuhan (Harperet al, 1986).

Anak usia sekolah mengalami perubahan tinggi badan dan berat badan yang

tidak mencolok seperti pada usia balita. Walaupun pada masa ini pertumbuhan fisik

anak relatif stabil, nafsu makan dan konsumsi makanan anak cenderung meningkat.

(2)

pertumbuhan, membutuhkan banyak energi untuk beraktivitas, meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi, serta memiliki cadangan zat gizi untuk pertumbuhan di

masa remaja (Mc Williams, 1993).

2.2. Susu

2.2.1. Definisi Susu

Susu adalah cairan hasil kelenjar susu dari hewan memamah biak. Hewan

-hewan yang menghasilkan susu adalah sapi, kambing, domba, keledai. Namun, yang

sering dikenal manusia adalah susu sapi (Corputty, 1977). Susu merupakan bahan

makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti

sapi, kerbau, kuda, kambing, dan unta.

Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi

oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan

makanan dan sumber zat gizi bagi anaknya. Sedangkan menurut Buckle (1985), susu

didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya.

2.2.2. Kandungan Zat Gizi Susu

Susu merupakan sumber gizi yang hampir lengkap karena mengandung

hampir semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, dan mineral, serta air (zat vital nongizi). Hanya serat makanan (dietary fibre) saja yang tidak terkandung dalam susu (Soehardi, 2004).

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar zat

gizi esensial ada dalam susu, yaitu protein bernilai biologi tinggi, kalsium, fosfor,

vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik

(3)

susu di dalam saluran cerna. Akan tetapi susu sedikit sekali mengandung zat besi dan

vitamin C (Almatsier, 2009).

Di dalam susu, terdapat kandungan zat gizi karbohidrat berupa laktosa.

Karena sifat gulanya yang tidak terlalu manis, gula laktosa susu tidak terlalu merusak

gigi. Zat gizi lain yang dikandung oleh susu adalah lemak, sumber vitamin larut

lemak seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin D. Susu juga menjadi sumber asam

lemak esensial dan hormon. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik,

yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Kandungan zat gizi yang terdapat dalam susu adalah sebagai berikut.

a. Air

Kandungan air dalam susu sangat tinggi yaitu sekitar 88,5%. Susu berfungsi

sebagai emulsi lemak dalam air serta sebagai pelarut berbagai senyawa (Winarno,

1993).

b. Protein

Susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi. Kadar protein

susu segar sekitar 3,5%. Protein susu mewakili salah satu mutu protein yang nilainya

sepadan dengan daging dan hanya diungguli oleh protein telur. Protein susu

mengandung lisin dengan jumlah yang relatif sangat tinggi (Winarno, 1993).

Protein yang terutama terdapat dalam susu antara lain kasein dan laktalbumin.

Protein susu memberikan asam-asam amino esensial dengan perbandingan yang

(4)

c. Lemak

Kadar lemak dalam susu sekitar 3,0-3,8%. Lemak susu, khususnya trigliserida

mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi kadarnya, serta rendah dalam

konsentrasi asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated acid) terutama linoleat dan

linolenat. Lemak susu berbentuk emulsi dan mudah dicerna (Winarno,1993).

d. Karbohidrat

Karbohidrat utama yang terdapat dalam susu adalah laktosa. Laktosa adalah

disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Enzim laktase bertugas memecah

laktosa menjadi gula-gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa. Pada usia bayi

tubuh kita menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup sehingga susu dapat

dicerna dengan baik. Namun seiring dengan bertambahnya usia, keberadaan enzim

laktase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila

mengkonsumsi susu (Khomsan, 2004).

Didalam susu terdapat zat gizi karbohidrat berupa laktosa, sekitar 4-6%.

Meskipun kandungan gulanya cukup tinggi, tetapi rasanya tidak manis. Daya

kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa

bersama dengan garam bertanggung jawab terhadap rasa susu yang spesifik

(Winarno, 1993).

e. Kalsium

Susu merupakan sumber kalsium terbaik yang dapat meningkatkan kekuatan

tulang. Satu cangkir susu mengandung lebih dari 300 mg kalsium, hampir sepertiga

dari kebutuhan kalsium harian. Hal itulah yang mendasari susu dianggap sebagai

(5)

Kalsium adalah mineral yang penting bagi manusia. Fungsi kalsium bagi

tubuh yaitu pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, katalisator

reaksi-reaksi biologik, kontraksi otot. Beberapa fungsi lainnya adalah meningkatkan

transfor membran sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran,

transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2009).

Penyerapan kalsium dipengaruhi umur dan kondisi tubuh. Pada usia

anak-anak atau masa pertumbuhan, sekitar 50-70% kalsium yang dicerna diserap. Tetapi

pada usia dewasa, hanya sekitar 10-40% yang mampu diserap tubuh. Penyerapan

kalsium terjadi pada usus kecil bagian atas, tepat setelah lambung. Penyerapan

kalsium dapat dihambat apabila ada zat organik yang dapat bergabung dengan

kalsium dan membentuk garam yang tidak larut. Contoh senyawa organik tersebut

adalah asam oksalat dan asam fitat (Winarno, 2004).

f. Fosfor

Susu merupakan sumber fosfor yang baik yaitu sekitar 90 mg. Kebutuhan

fosfor pada anak-anak sekitar 800-1200 mg. Fosfor biasanya bekerja sama dengan

kalsium dan vitamin D. Fosfor berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.

g. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang

sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu,

harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik

(6)

Susu mengandung 100 IU vitamin D (25% kebutuhan vitamin D harian), 400

mg potassium (12% kebutuhan harian), dan 0,4 mg riboflavin (vitamin B2) atau

sekitar 23% kebutuhan harian (Wirakusumah, 2007).

Perbedaan komposisi zat gizi yang terkandung dalam beberapa jenis susu per

100 gram dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Susu per 100 gram

Komposisi

Energi (kkal) 61 160 509 336 138 36

Protein (g) 3,2 6,3 24,60 8,20 7 3,5

Fosfor (mg) 60 101 694 209 195 97

Besi (mg) 1,7 0,2 0,60 0,2 0,2 0,1

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (Depkes RI,2005)

2.2.3. Jenis Susu

Beberapa jenis susu dijual di pasaran dalam bentuk sebagai berikut.

a. Susu Segar

Susu segar ialah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau

ditambahkan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat secara kontinu

(7)

Susu segar umumnya lebih mahal daripada susu dalam bentuk lain. Susu segar

cepat membusuk, apalagi bila cara memerah dan tempat penampungannya kurang

bersih. Susu yang cukup terjamin kebersihannya hanya dapat menahan pembusukan

selama 24 jam, kecuali bila susu disterilisasi (Maryati, 2000).

Susu sapi segar adalah hasil pemerasan sapi secara langsung, tanpa ditambah

zat-zat lain ataupun mengalami pengolahan. Susu ini tidak begitu manis dan

mengandung protein kira-kira tiga kali konsentrasinya dalam ASI.

b. Susu Kental

Susu kental adalah susu murni yang diuapkan sampai kadar airnya berkurang

dan susu menjadi kental. Ada 2 macam susu kental dalam kaleng yaitu susu kental

manis dan tidak manis. Keduanya harus dicampur air bila akan diminum. Disamping

susu kental manis, biasa terdapat pula susu kental manis yang telah diberi cokelat

sehingga memudahkan dalam membuat susu cokelat (Maryati, 2000).

Susu ini biasanya dikemas dalam kaleng dan dihasilkan dengan menguapkan

sebagian airnya dari susu segar. Susu ini tidak baik diberikan pada bayi, tetapi masih

dapat dikonsumsi oleh orang dewasa. Karena sangat manis, biasannya susu ini

dipakai campuran dalam air kopi, air teh atau air cokelat. Susu kental manis lebih

tahan bila dibuka kalengnya, karena adanya gula kadar tinggi tersebut. Namun

demikian jangan dibiarkan terlalu lama karena dapat juga terjadi pembusukkan

(Hardinsyah dan Rimbawan, 2000).

c. Susu Kering (Susu Tepung)

Susu tepung berasal dari susu segar yang dikeringkan. Ada dua macam susu

(8)

susu segar yang semua airnya diuapkan sehingga tinggal tepung saja, kadar airnya

tinggal 2%. Sedangkan susu skim tepung adalah hasil dari susu segar yang kadar

lemaknya telah dikurangi tinggal 0,1% dan airnya diuapkan hingga tinggal 3%.

Karena susu skim tepung ini kandungan proteinnya tinggi dan kadar lemaknya

rendah, maka susu tersebut cocok untuk bayi atau anak-anak yang sedang mengalami

masa pertumbuhan (Girisonta, 1995).

Jenis-jenis susu berdasarkan cara pengolahannya antara lain sebagai berikut

(Anonim, 2008).

a. Susu Pasteurisasi (Pasteurized Milk)

Susu pasteurisasi adalah susu yang diberi perlakuan panas sekitar suhu 63-750

C selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen berbahaya.

Proses ini tidak membunuh seluruh mikroorganisme dan pengaruhnya hanya bersifat

sementara. Karena itu, susu pasteurisasi tetap mudah rusak dan harus disimpan pada

suhu rendah (5-60C) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari.

Walaupun susu pasteurisasi tidak menggunakan zat pengawet, namun

hasilnya susu aman untuk diminum dan memperlama daya simpannya. Selain itu,

susu pasteurisasi harus disimpan di lemari pendingin dan kualitasnya bisa bertahan

hingga seminngu.

b. Susu UHT (Ultra High Temperature Milk)

Susu UHT adalah susu yang dipasteurisasi dengan menggunakan Ultra High

Temperature, yaitu 1430 C dalam detik. Susu UHT diolah dengan menggunakan

pemanasan dengan suhu tinggi (135-1540 C) dalam waktu singkat selama 2-5 detik.

(9)

pembusuk maupun patogen). Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk

mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma, dan rasa

yang relatif tidak berubah, seperti susu segarnya.

Kelebihan susu UHT adalah umur simpannya yang sangat panjang pada suhu

kamar, yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak perlu dimasukkan

ke lemari pendingin. Susu UHT dapat bertahan selama 2 tahun tanpa disimpan dalam

lemari pendingin. Namun, begitu kemasannya telah dibuka maka harus disimpan di

lemari pendingin dan tidak boleh lebih dari 5 hari. Bila dibiarkan dalam suhu ruang,

susu akan menjadi asam (rusak) dalam sehari.

c. Susu Bubuk (Powdered Milk)

Susu bubuk adalah susu yang berasal dari susu segar yang dikeringkan.

Umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer atau roller dryer.Umur simpan susu bubuk maksimal 2 tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk tidak perlu disimpan di lemari pendingin karena kandungan uap

airnya sangat rendah. Susu bubuk rentan terhadap perubahan gizi karena mudah

beroksidasi dengan udara.

Susu bubuk terjadi dengan mengeringkan susu sehingga tertinggal komponen

terpadat dari susu tersebut. Karenanya komponen padat ini merupakan sekitar 14%

dari susu asalnya. Pada proses pengeringan ini terjadi perubahan atau kerusakan pada

beberapa zat gizi komponennya, diantaranya vitamin A dan beberapa vitamin anggota

B kompleks. Karena itu pada susu bubuk ditambahkan berbagai zat gizi yang rusak

(10)

Susu bubuk adalah susu yang diawetkan dengan cara menguapkan airnya.

Dalam keadaan kering, tidak ada bakteri yang dapat hidup sehingga susu dapat

bertahan lama. Mula-mula susu dikentalkan dalam keadaan tekanan rendah,

kemudian diembuskan melalui semprotan halus hingga menjadi partikel-partikel yang

sangat halus. Susu bubuk terbagi menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk skim, susu

bubukwhole, dan susu bubukbuttermilk.

d. Susu Skim (Skimmed Milk)

Susu skim adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi hingga berada di

bawah batas minimal yang ditetapkan. Susu skim sering juga disebut susu non fat.

Pada proses pembuatan susu skim, bagian lemak (krim) susu diambil sebagian atau

seluruhnya. Susu skim kandungan kalorinya lebih rendah dari susu segar. Susu skim

cocok dikonsumsi ketika seseorang sedang menjalani diet rendah kalori.

Susu ini sebenarnya limbah produksi mentega, setelah lemak dalam susu

tersebut diambil untuk dijadikan mentega. Susu skim mengandung energi lebih

rendah, karena diambil lemaknya. Jenis susu ini masih baik dikonsumsi sebagai

suplemen protein, yang masih tetap berkualitas baik dan bahkan konsentrasinya

meningkat dengan pengurangan lemak tersebut. Kerugian lain dari susu skim adalah

kurangnya vitamin-vitamin yang larut lemak, terutama vitamin A dan D ( Hardinsyah

dan Rimbawan, 2000).

2.2.4. Manfaat Susu

Susu merupakan salah satu jenis minuman yang menyehatkan karena

kandungan gizinya yang lengkap dan mengandung semua asam amino esensial dalam

(11)

susu minimal 2 gelas per hari (setara dengan 480 ml) terutama untuk kesehatan tulang

(Almatsier, 2009).

Menurut Khomsan (2004), susu mempunyai peranan sangat penting dalam

mencegah osteoporosis. Hal ini disebabkan karena susu merupakan sumber kalsium

dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia

mengalami turning over, yaitu peluruhan dan pembentukan secara kesinambungan.

Pada saat usia muda, pembentukan tulang berlangsung lebih cepat dibandingkan

peluruhannya. Sedangkan pada usia tua, peluruhan tulang berlangsung lebih cepat

dibandingkan pembentukannya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi proses

kehilangan masa tulang.

Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, susu juga memiliki manfaat

lainnya. Susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produk melatonin.

Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari.

Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa

beristirahat dengan baik. Susu mengandung banyak asam amino triptofan yang

merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Sehingga dianjurkan untuk meminum

susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, susu juga

mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi.

Dengan demikian, susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam

berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang

(12)

2.3. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif

lama (Supariasa dkk, 2001).

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari

keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat

keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir

rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk

Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (berat badan

menurut tinggi badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat

dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya

memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat

tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004).

2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan

Menurut Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI, beberapa faktor yang

mempengaruhi tinggi badan adalah sebagai berikut.

1. Faktor Genetik

Tidak semua orang mempunyai panjang/tinggi badan sama. Kemampuan

untuk menjadi tinggi atau pendek diturunkan menurut ketentuan tertentu, sehingga

(13)

2. Beberapa hormon yang mempengaruhi hormon pertumbuhan

a. Hormon pertumbuhan hipofise mempengaruhi pertumbuhan jumlah sel

tulang.

b. Hormon tiroid yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan tulang.

c. Hormon kelamin pria di testis dan kelenjar suprarenalis. Wanita juga

mempunyai kelenjar suprarenalis, merangsang pertumbuhan selama

jangka waktu yang tidak lama. Di samping itu hormon tersebut juga

merangsang kematangan tulang sehingga pada suatu waktu pertumbuhan

berhenti. Hormon ini bekerja terutama pada pertumbuhan cepat selama

masa akil baligh.

3. Penyakit akut atau kronis

Penyakit akut yang berat dapat menghambat pertumbuhan anak, tetapi bila

hambatan yang terjadi tidak besar, maka kelambatan pertumbuhan tersebut masih

dapat dikejar. Penyakit kronis juga akan menghambat pertumbuhan dan kelambatan

pertumbuhan yang diakibatkan lebih sukar dikejar.

4. Faktor Gizi

Faktor gizi dari makanan merupakan penyebab tidak langsung yang

memengaruhi tinggi badan. Beberapa zat gizi yang memengaruhi tinggi badan adalah

kalori, protein, kalsium, iodium, vitamin A, besi, dan seng.

2.4. Anak Usia Sekolah

Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu

golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya

(14)

yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak

dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan

orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa

anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009).

Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik mulai

mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan norma.

Pada usia sekolah, variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti pertumbuhan

dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian,

serta asupan makanan (Yatim, 2005).

Anak usia sekolah merupakan masa-masa pertumbuhan paling besar kedua

setelah balita. Kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal

pula. Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak.

Makanan yang kaya akan nutrisi sangat memengaruhi tumbuh kembang otak dan

organ-organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang

optimal (Istiany dan Rusilanti, 2013).

2.4.1. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Pada anak usia sekolah biasanya gigi susu tanggal secara berangsur dan

diganti dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang

disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan

aktifitas fisik. Kebutuhan gizi besar pada kelompok usia ini terutama untuk

(15)

Anak usia 7-12 tahun masuk dalam kategori praremaja. Pada periode ini,

pertumbuhan anak berjalan terus walaupun tidak secepat bayi. Pada umumnya

kelompok usia ini mempunyai kondisi kesehatan yang lebih baik daripada balita,

tetapi nafsu makan kurang sehingga kalori yang dibutuhkan tidak mencukupi

(Notoatmodjo, 1997). Hal ini karena biasanya anak usia sekolah banyak melakukan

aktivitas di luar rumah, sehingga sering melewatkan waktu makan.

Selama usia sekolah, pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil

dibanding masa bayi atau remaja. Bertambahnya berbagai ukuran tubuh pada proses

tumbuh, salah satunya dipengaruhi oleh faktor gizi. Asupan gizi yang tepat

berpengaruh pada proses tumbuh (Istiany dan Rusilanti, 2013).

1. Protein

Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah, kulit,

tulang dan jaringan serta organ-organ tubuh lain. Protein juga digunakan untuk

menyediakan energi. Pada anak, fungsi terpenting protein adalah untuk pertumbuhan.

Bila kekurangan protein berakibat pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat

mencapai kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Kecukupan protein juga untuk

membangun antibodi sebagai pelindung dari penyakit infeksi.

2. Lemak

Lemak merupakan zat gizi esensial yang berfungsi untuk sumber energi,

penyerapan beberapa vitamin dan memberikan rasa enak pada makanan. Selain itu,

lemak juga sangat penting untuk pertumbuhan , terutama untuk komponen membran

sel dan komponen sel otak. Lemak yang esensial untuk pertumbuhan anak adalah

(16)

3. Karbohidrat

Karbohidrat terdiri dari monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa),

disakarida (glukosa, laktosa, dan maltosa), tepung, dan serat makanan merupakan

sumber energi makanan. Tepung, glikogen, dan serat makanan (selulosa, pektin)

sebagai karbohidrat kompleks tidak bisa dicerna sehingga tidak memberikan energi,

tetapi masih sangat penting dalam mencegah penggunaan protein menjadi energi.

Kelebihan konsumsi karbohidrat akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen

atau lemak tubuh sehingga akan mengakibatkan kegemukan bahkan obesitas.

Kebutuhan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam proses pertumbuhan.

4. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang jauh lebih kecil

daripada protein lemak dan karbohidrat, tetapi sangat esensial untuk tubuh. Keduanya

mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia Sekolah

Zat Gizi Usia 7-9 Tahun Usia 10-12 Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Energi (Kkal) 1800 1800 2050 2050

Protein (gr) 45 45 50 50

Kalsium (mg) 600 600 1000 1000

Besi/Fe (mg) 10 10 13 20

Vitamin A (RE) 500 500 600 600

Vitamin C (mg) 45 45 50 50

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2005

2.4.2. Masalah Gizi Anak Usia Sekolah

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan

atau masyarakat yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi yang

(17)

Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan

konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/

kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak

hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi

kelebihan gizi.

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih

bahan makanan. Hal yang diakibatkan dari masalah gizi pada anak utamanya berupa

penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis, serta alergi

(Arisman, 2008).

2.5. Peranan Susu terhadap Tinggi Badan Anak

Usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan tinggi kedua

setelah usia 0-3 tahun. Hal ini merupakan masa terpenting dalam pembentukan

kualitas fisik orang dewasa. Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena

mengandung protein yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan

daya tahan tubuh anak sekolah.

Pada masa usia ini terjadi peningkatan massa tulang yang pesat. Untuk itu,

diperlukan pangan yang kaya kalsium dan fosfor. Susu memiliki kandungan kalsium

dengan kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Black, dkk (2002)

mengungkapkan bahwa anak (usia 3-10 tahun) yang tidak menyukai susu (termasuk

susu sapi) pada jangka panjang akan memiliki resiko mengalami ukuran tubuh lebih

(18)

bahwa anak yang tidak suka susu memiliki ukuran skleton yang lebih kecil dan

kandungan mineral tulang yang lebih rendah daripada ukuran skleton dan kandungan

mineral tulang anak yang meminum susu.

Angka kecukupan rata-rata kalsium yang dianjurkan pada anak usia 6-12

tahun sebanyak 600-1000 mg kalsium. Sedangkan kalsium yang dapat diserap oleh

tubuh anak-anak sebesar 50-70%. Sehingga jika anak-anak mengkonsumsi susu

dengan jumlah yang cukup per hari maka dapat membantu mengoptimalkan

kecukupan kalsium per hari. Misalnya dengan mengkonsumsi susu bubuk 100 gram

(904 mg kalsium) per hari maka dapat memenuhi kebutuhan kalsium harian anak.

2.6. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan (Sumber: Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI, 2002; Black dkk,2002)

(19)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.2Kerangka Konsep Penelitian

Pada masa usia sekolah yaitu 6-12 tahun terjadi peningkatan massa tulang

yang pesat. Untuk itu, diperlukan pangan yang memberi sumbangan yang cukup dan

kaya akan protein dan kalsium. Asupan makanan yang mengandung energi, protein,

dan kalsium yang cukup bagi tubuh anak sangat membantu proses pertumbuhan

tinggi badan anak. Selain berasal dari makanan pokok dan lauk pauk, ketiga zat gizi

tersebut juga dapat diperoleh dari susu. Susu memberi tambahan energi, protein, dan

kalsium dengan kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Dengan adanya

kandungan kalsium dalam susu tersebut, maka diasumsikan dapat memengaruhi

pertumbuhan tinggi badan anak.

Dalam penelitian ini akan diketahui hubungan pola konsumsi makanan dan

konsumsi susu dengan tinggi badan anak menurut umur di SDN 173538 Balige. Pola

konsumsi makanan dan konsumsi susu dapat memberikan sumbangan energi, protein,

dan kalsium yang dapat mempengaruhi tinggi badan anak. Selain itu faktor genetik

yaitu tinggi badan orang tua juga memengaruhi tinggi badan anak. Konsumsi

Makanan

Kecukupan Energi, Protein,

dan Kalsium

Tinggi Badan Anak

Konsumsi Susu

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Susu per 100 gram
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi  Badan(Sumber: Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI, 2002; Black dkk,2002)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dikemudian hari ternyata melanggar atau pernyataan ini tidak benar maka saya siap menerima segala konsekuensinya sesuai dengan hukum yang berlaku..

dengan harapan dalam kinerja, harapan terhadap usaha yang dilakukan ( Effort Expectancy ) yang berarti pengukuran kesenangan pengguna dalam menggunakan Taxi Online

Sebelum kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan, mahasiswa terlebih dahulu menempuh kegiatan yaitu pra PPL melalui pembelajaran mikro dan kegiatan

Sherlyta Mutia Hutabarat, selaku Kepala Puskesmas Silinda yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan yang telah diberikan oleh Gubernur sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini dan belum memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban

Dalam konteks dunia global, kemajuan sesuatu Negara hanya boleh dicapai melalui penggunaan ilmu yang berdaya maju, dan hal ini antara lainnya boleh dilakukan

selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Bangka Belitung serta pembimbing yang telah banyak memberikan arahan serta masukan dalam menyelesaikan

Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SMPN 2 Mawasangka