• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Daerah Rawan Kecelakaan Pada Ruas Jalan Gombong-Kebumen Kabupaten Kebumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Daerah Rawan Kecelakaan Pada Ruas Jalan Gombong-Kebumen Kabupaten Kebumen"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Daerah Rawan Kecelakaan Pada Ruas

Jalan Gombong-Kebumen

Kabupaten Kebumen

Miftahul Fauziah, Guruh W dan Umar R Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Islam Indonesia

Abstract

Traffic accident was one of the main factors that causes death in

Indone-sia, therefore traffic accident studies were very usefull to evaluate,

pre-vent and reduce the high accident rate. This research program was to

locate the vulnerable areas on Gombong-Kebumen highway, calculate

accident rate and evaluate the accident.

The research data are primary data and secundary data from Polres

Kebumen, Hospital, Sub dinas Bina Marga, and Statistical Center

Bu-reau Office of Kebumen (1997-2001).

The research outcomes show that the vulnerable areas on

Gombong-Kebumen highway found on Km 2.4, Km 3, Km 7.2, Km 8, Km 10, Km 11.5,

Km 13, Km 14, Km 16, Km 18 and Km 19. The condition of vulnerable

areas indicated that there were no traffic mark or the marks were

dam-aged , trotoars have not been functioned trotoar functioned, a lot of

pedestrian crossing, no zebra croos, and shoulders have not been

func-tioned .

Keyword

:

accident, blank spot, acident rate

Pendahuluan

Kabupaten Kebumen secara geografis terletak dibagian selatan propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah yang potensional terhadap pergerakan arus lalu lintas di jalur selatan Pulau Jawa. Sebagai konsekuensi dari keadaan tersebut, maka arus lalu lintas jalan di Kabupaten Kebumen, khususnya jalan Gombong-Kebumen, dari tahun ke tahun cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan. Meningkatnya arus lalu lintas yang tidak terkendali akan berakibat pada kemacetan lalu lintas dan meningkatnya tingkat kecelakaan.

Kecelakaan lalulintas merupakan salah satu faktor penyebab kematian yang terbesar di Indonesia. Dalam kurun waktu dua belas tahun (1980-1992) di Indonesia telah terjadi 466.441 kecelakaan lalulintas dengan akibat 129.583 orang meninggal, 237.024 orang luka berat dan 329.756 orang luka ringan (Dewanti, 1996).

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan Gombong – Kebumen, mencari angka kecelakaan dan mengetahui faktor penyebab kecelakaan yang terjadi. Studi analisis daerah rawan kecelakaan akan sangat bermanfaat untuk mengetahui karakteristik kecelakaan yang terjadi di ruas tersebut, sehingga dapat digunakan untuk mencegah meningkatnya jumlah angka kecelakaan dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dalam berlalu lintas. Studi tentang daerah rawan kecelakaan sangat berguna dalam

merumuskan cara-cara pencegahan kecelakaan (accident prevention) maupun

(2)

peningkatan keselamatan lalu lintas yang telah dilaksanakan.

Upaya penanggulangan kecelakaan perlu dilakukan dengan tujuan agar peluang terjadinya kecelakaan dapat dikurangi dengan cara tindakan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada daerah - daerah yang rawan kecelakaan serta titik/lokasi-lokasi yang berbahaya.

Kajian Pustaka

National Safety Council (1976) dalam Garber (1987) menyatakan bahwa

kecelakaan adalah suatu rentetan kejadian yang biasanya mengakibatkan kematian, luka atau kerusakan harta benda yang tidak disengaja dan terjadi di jalan atau tempat yang terbuka untuk umum dan digunakan untuk lalu lintas kendaraan. Carter (1978) dalam Fachrurrozy (1996) mengartikan kecelakaan lalulintas sebagai suatu peristiwa yang terjadi akibat kesalahan fasilitas jalan dan lingkungan, kendaraan serta pengemudi sebagai bagian dari sistem lalulintas, baik berdiri sendiri maupun saling terkait

Peraturan pemerintah RI No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan (Dirjend Dephub, 1995) menyebutkan bahwa kecelakaan lalulintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lain-nya,mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. korban kecelakaan lalu lintas dapat berupa korban mati, luka berat dan luka ringan dan diperhitungkan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan terjadi.

Kecelakaan lalulintas terjadi sebagai kesalahan di dalam sistem yang terjadi atas unsur-unsur jalan, kendaraan, dan pemakai jalan. Kecelakaan dapat terjadi bila salah satu atau lebih dari unsur tersebut tidak berfungsi dan atau tidak berperilaku sebagaimana mestinya. Apabila ketiga unsur sistem tersebut dapat berfungsi dan berperilaku sebagaimana mestinya, kecelakaan tidak akan terjadi (Yunus ,1992, dalam Fachrurrozy, 1996).

Tipe-tipe kecelakaan ditempat rawan kecelakaan yang umum ditemukan (Nazyf, 1990, dalam Fachrurrozy, 1996) antara lain adalah hilangnya kendali atas kendaraan yang menyebabkan kendaraan selip atau terbalik, tabrakan sewaktu mendahului kendaraan lain (menyalip kendaraan yang ada didepannya), dan pengemudi mengemudikan kendaraan melebihi kecepatan yang ditetapkan untuk jalan tersebut. Korban kecelakaan lalulintas adalah manusia yang menjadi korban akibat kecelakaan lalulintas yg berdasarkan penyebab dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fatal (meninggal dunia), luka berat dan luka ringan (Iskandar, 1986). Menurut UU No 14 Tahun 1992 korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakan lalulintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut. Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kecelakaan. Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian diatas.

Pada dasarnya sebagian besar kecelakaan lalulintas di jalan raya dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor kontribusinya, seperti pelanggaran peraturan rambu lalulintas atau aksi yang membahayakan dari pengemudi maupun pejalan kaki, permukaan jalan, kondisi fisik pengemudi, cuaca buruk maupun jarak pandang yang terlalu dekat. Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan. Menurut Hobbs (1979) Faktor-faktor penyebab kecelakaan dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu: 1) Jalan dan Lingkungan, meliputi kerusakan jalan, geometrik tidak sempurna, kondisi lingkungan dan kegiatannya sangat menarik perhatian pengguna jalan, cuaca dan penerangan jalan, dan 2) kendaraan meliputi Kondisi teknis layak atau tidak layak, serta penggunaan tidak benar. 3) pemakai jalan meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

Pada dasarnya ketiga faktor tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan

(3)

yang bertujuan untuk membedakan pengemudi yang aman dan tidak aman. Hal-hal yang diamati meliputi pandangan ke kaca spion, jumlah gerakan kendaraan, dan respon dikejar dan mengejar.

Menurut Dewanti (1996) dari kejadian-kejadian kecelakaan dapat dikelompokkan

menjadi beberapa bagian yaitu black spot, black site dan black area. Black Area

mengelompokan daerah-daerah di mana sering terjadi kecelakaan. Black Site

menspesifikasikan dari panjang jalan yang mempunyai frekuensi kecelakaan tertinggi.

Black Spot menspesifikasikan lokasi-lokasi kejadian kecelakaan yang biasanya

berhubungan langsung dengan geometrik jalan, persimpangan, tikungan atau perbukitan.

Pada daerah perkotaan, lokasi rawan kecelakaan yang dianggap sebagai black

spot adalah ruas jalan sepanjang 20 – 30 meter, sedangkan untuk jalan luar kota

adalah ruas sepanjang 500 meter (Dewanti, 1996). Kriteria umum yang dapat digunakan

untuk menentukan black spot adalah: 1) Jumlah kecelakaan selama periode tertentu

melebihi suatu nilai tertentu; 2) Tingkat kecelakaan atau accident rate (perkendaraan)

untuk suatu periode tertentu melebihi suatu nilai tertentu; 3) Jumlah kecelakaan dan tingkat kecelakaan, keduanya melebihi nilai tertentu; 4) Tingkat kecelakaan melebihi nilai tertentu yang diturunkan dari analisis statistik tersedia.

Penentuan lokasi black spot dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat

kecelakaan yang memperhitungkan panjang ruas jalan yang ditinjau. Tingkat kecelakaan dapat dihitung dengan persamaan (1).

TK = JK / ( T x L )

dengan : TK = tingkat kecelakaan (kecelakaan per tahun km Panjang jalan)

JK = jumlah kecelakaan selama T tahun

T = rentang waktu pengamatan (tahun)

L = panjang ruas jalan yang ditinjau (km)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan sesuai dengan urutan seperti terlihat pada Gambar (1).

Pengumpulan Data

Data Sekunder : 1. Data dari Polres 2. Data dari BPS 3. Data dari Rumah Sakit

Data Primer : 1. Data Teknis Jalan. 2. Kegiatan Disekitar

Lokasi.

Analisis Data : 1. Analisis Angka Kecelakaan 2. Analisis Black Spot 3. Identifikasi Penyebab Kecelakaan 4. Identifikasi Jenis Kecelakaan

Pembahasan, Kesimpulan dan saran

Selesai Mulai

(4)

Diagram Alir Penelitian

Penelitian dilakukan batasan-batasan sebagai berikut: 1) Data kecelakaan yang diambil dan dianalisis adalah data tahun 1997 – 2001; 2) Ruas jalan yang di teliti adalah ruas jalan Gombong – Kebumen ( Lampu merah pertigaan Gombong ) sampai (Simpang tiga Selang Kedung Bener Kebumen) sepanjang 19 km; 3) Analisis daerah

rawan kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan analisis black spot ; 4) Analisis

angka kecelakaan dilakukan dengan menghitung angka kecelakaan per km, angka keterlibatan kecelakaan, angka kematian berdasarkan populasi, angka kecelakaan berdasarkan kendaraan per km, angka kecelakaan untuk spot, dan angka kecelakaan pada bagian jalan raya; 5) Faktor manusia yang terlibat hanya ditinjau berdasar umur dan status pelaku; 6) Analisis penyebab kecelakan tidak meninjau layak atau tidaknya kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan.

Pengumpulan data

Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer diambil secara langsung dilapangan yang berkaitan dengan kecelakaan lalulintas pada daerah rawan kecelakaan berupa data teknis jalan yang meliputi gambaran umum keadaan teknis ruas yang diteliti, meliputi: !) Keadaan fisik dan topografi di sekitar ruas jalan yang ditinjau berupa panjang jalan, lebar jalan, dan jumlah jalur maupun lajur, rambu marka, penerangan dan kerusakan jalan; 2) Kegiatan yang ada disekitar ruas jalan antara lain berupa sekolahan, rumah makan, pasar, pertokoan, universitas dan perumahan.

Data Sekunder didapat dari data-data yang ada pada POLRES Kebumen, RSUP Kebumen, RSU PKU Muhammadiyah Gombong, Kantor Biro Pusat Statistik, DPU Bina Marga, DLLAJR, dan instansi lain yang terkait, meliputi:

1. Data Kejadian kecelakaan, berupa laporan kejadian kecelakaan lalulintas yang memuat pencatatan kecelakan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 yang didapat dari Polres Kebumen pada ruas jalan Gombong - Kebumen (KM 0 - KM 19);

2. Data jumlah penduduk, data jumlah kepemilikan kendaraan yang didapat dari kantor statistik Kabupaten Kebumen;

3. Data dari rumah sakit (RSUP Kebumen dan RS PKU Muhammadiyah Gombong) berupa jumlah pasien lakalantas, jenis kelamin dan tingkat keparahan korban.

Analisis data

Analisis data dilakukan dengan cara melakukan inventarisasi dan interprestasi serta analisis statistik dari data kecelakaan lalulintas sehingga diperoleh gambaran umum tentang kecelakaan dan hal-hal yang khusus mengenai karakteristik kecelakaaan yang terjadi, analisis faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu

lintas, analisis daerah rawan kecelakaan (black spot)

Hasil Penelitian

(5)

sejak tahun 1997 sampai tahun 2001 dapat dilihat pada Tabei (1).

Tabel 1.

Jumlah Penduduk dan Kendaraan Bermotor di Kab. Kebumen

Sumber : Kantor Biro Pusat Statistik Kab. Kebumen,1997-2001

Jumlah kecelakaan yang terjadi di ruas jalan Gombong–Kebumen di ruas, persimpangan, jumlah dan tingkat keparahan, tipe tabrakan, tercantum pada Tabel.2 sampai Tabel.9.

Tabel 2.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Tingkat Keparahan

!"

Sumber : Polres Kebumen, RSUP, RSU PKU M, 1997-2001

Tabel 3.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau Tipe Tabrakan Di Ruas Jalan Gombong – Kebumen

# $" % # $"

# $" % !" "

# $" % &" $'

&" $' % &" $'

( $") "!'

*" $" " "

!"

(6)

Tabel 4.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari

Jenis Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan di Ruas Jalan

!

" # $%

!"

Sumber: Polres Kebumen + RSUP + RSU PKU M,1997-2001

Tabel 5.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Jenis Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan di persimpangan

!

" # $%

!"

Sumber : Polres Kebumen + RSUP + RSU PKU M,1997-2001

Tabel 6.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Waktu Kejadian Kecelakaan Lalulintas

& % !

+

+

+

+

+

!"

(7)

Tabel 7.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Waktu Kejadian Kecelakaan

," -" ' . !" ""

+ + + + +

*"

/ 0- / 0- / 0- / 0- /

0-!"

Sumber : Polres Kebumen + RSUP + RSU PKU M,1997-2001

Tabel 8.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Status korban Kecelakaan

' " $

1&

2 34

&5") "

*" '

6" ")')5"

!"-"

& $'

Sumber : Polres Kebumen ,1997- 2001

Tabel 9.

Jumlah Kecelakaan Ditinjau dari Umur Pelaku Kecelakaan

(

+

+

+

+

7

!"

(8)

Pembahasan

Karakteristik Kecelakaan di Jalan Gombong – Kebumen

Hasil pengolahan data tahun 1997-2001 dapat ketahui bahwa jumlah kecelakaan yang terjadi di ruas jalan Gombong– Kebumen yang sebesar adalah 132 kejadian sedangkan kecelakaan dipersimpangan jalan sebesar 59 kejadian, sehingga jumlah kecelakaan total sebesar 191 kejadian, dengan jumlah dan tingkat keparahan, tipe tabrakan, seperti tercantum pada Tabel.2 .sampai Tabel.9, dan Gambar.2. sampai Gambar 11.

1997 1998 1999 2000 2001

Tahun

1997 1998 1999 2000 2001

Tahun

Depan - Depan Depan - Belakang Depan - Samping

Samping - Samping Lepas Kendali Tanpa Keterangan

PNS ABRI Swasta Tani Mahasiswa Pelajar Sopir

Mabil Truk Bus Motor N Motor pejalan kaki lain-lain

Gambar.3. Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Th 1997 s/d Th 2001

Gambar.4. Tipe-Tipe Tabrakan Yang Terjadi

Gambar.6. Prosentase jenis kendaraan yang Terlibat Kecelakaan pada Persimpangan

Gambar.7. Prosentase jenis kendaraan yang Terlibat Kecelakaan pada Ruas Jalan Gambar.2. Jumlah Kejadian Kecelakaan

Tahun 1997 s/d 2001

(9)

42

Mobil Truk Bus Motor Non

Motor

Ruas jalan Persimpangan jalan

Gambar.10. Jumlah Kejadian Kecelakaan Berdasar Umur Pelaku Gambar.8. Prosentase jenis kendaraan yang

Terlibat Kecelakaan pada Ruas dan Persimpangan

Gambar.9. Prosentase Waktu Kejadian Kecelakaan

Gambar.11. Prosentase Kondisi Cuaca Saat Kejadian Kecelakaan

Tipe tabrakan

Hampir sebagian besar kecelakaan (77 %) tidak ada keterangan tipe tabrakan yang terjadi. Dari seluruh jenis tipe tabrakan yang dapat teridentifikasi (23%) berupa tipe kecelakaan depan-samping sebanyak 9 kasus, tipe kecelakaan depan-depan dan kecelakaan karena lepas kendali sebanyak masing-masing 7 kasus, tipe kecelakaan depan-belakang dan samping-samping sebanyak masing-masing 5 kasus. Tabrakan yang terjadi pada persimpangan jalan selain diakibatkan oleh kurang hati-hatinya pengemudi juga pada persimpangan tersebut kurang memenuhi syarat atau tidak adanya rambu lalu lintas. Tipe tabrakan depan samping adalah yang sering terjadi pada lokasi ini.

Kendaraan yang terlibat kecelakaan

(10)

Waktu dan Kondisi Cuaca Kejadian Kecelakaan

Waktu kejadian kecelakaan terbesar adalah pada periode jam 12.00 sampai jam 18.00 (41 %). Hasil analisis dengan periode 1 jam kejadian kecelakaan yang terbesar antara jam 14.01 – 15.00 sebesar 22,72 %. Dari hasil ini dapat diperkirakan bahwa waktu waktu tersebut merupakan waktu dimana kondisi fisik manusia pada umumnya telah mengalami penurunan stamina dan kelelahan setelah melakukan aktifitas dari pagi hari, terlebih lagi bagi pengemudi dari luar kota yang melewati jalan Gombong-Kebumen. Menurunnya stamina pengemudi menyebabkan kemampuan pengendalian kendaraan menurun. Kondisi fisik yang telah menurun dapat menjadi penyebab pengemudi lambat dalam mengantisipasi setiap kemungkinan yang ada. Dari hasil studi memperlihatkan jumlah kejadian kecelakaan lebih sering terjadi saat cuaca cerah dibandingkan dengan saat hujan. Kemungkinan hal ini disebabkan karena pada saat hujan umumnya pengemudi kendaraan tidak mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi atau kemungkinan para pengemudi akan lebih waspada dibandingkan dengan saat cuaca cerah. Pada cuaca cerah ini memungkinkan para pengemudi memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dibandingkan dengan pada saat hujan.

Pelaku Kecelakaan

Umur pelaku yang sering terlibat kecelakaan antara umur 25 – 40 tahun dengan 119 kejadian (37,18 %) dan selanjutnya pada umur 15-24 th sebanyak 91 kejadian (28,4 %). Hal ini di karenakan pada usia 25-40 adalah merupakan usia produktif untuk aktif melaksanakan kegiatan di segala bidang baik itu bidang pendidikan, perkantoran, perdagangan dan merupakan pengguna kendaraan yang berlalulalang setiap hari. Dari sebanyak 33 kejadian (10 %) melibatkan korban pada usia 0-14 baik itu sebagai korban atau pelaku kecelakaan, dengan melihat kejadian tersebut maka ada indikasi terjadinya pelanggaran SIM pada usia <14 tahun yang seharusya belum diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor.

Dilihat dari status pelaku kecelakaan pada ruas jalan Gombong – Kebumen yang paling sering terlibat kecelakaan adalah status sopir sebanyak 27 orang (32, 53 %) dan swasta sebanyak 16 orang (19,28 %). Hal ini di karenakan pelaku sopir lebih mendominasi banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.

Lokasi BLACK SPOT dan Angka kecelakaan

Black spot untuk ruas jalan Gombong-Kebumen tahun 1997-2001 diperoleh

(11)

Tabel 10.

Lokasi Black Spot , Tingkat Kecelakaan dan Prosentase Kejadian Kecelakaan

oada Tahun Penelitian 1997 Sampai 2001

*" !' '"

! ")' +

1

* 8 * 8 * 8 * 8 * 8 * 8

+ + + + + +

+ + + +

+ +

+ + + +

+ + + + + +

+ +

+ + + + + +

+ + + +

+ + + + + + + +

+ + + + + + + + + +

Keterangan :

TK : Tingkat Kecelakaan

% : Prosentase kejadian Kecelakaan

Tabel 11.

Angka Kecelakaan pada Tahun Penelitian 1997 Sampai 2001

)

*

2 " . !" "" $ $" -" -! 9 .9 9

2 " " '" ")" " $ !")' " 9 ' $ $ !")'

2 " . !" "" ")" " " "" + -"!" " .9 - " 9

2 " . !" "" $" " " '" -"!" ":" .9 - " 9 9

Adapun uraian kondisi pada lokasi black Spot adalah sebagai berikut.

Lokasi Black Spot pada KM 8

Situasi jalan pada km 8 merupakan persimpangan yaitu simpang empat. Di lapangan tidak ada rambu-rambu lalulintas, tidak ada bahu jalan, banyak pejalan

kaki yang menyeberang jalan, sedangkan zebra croos maupun jembatan

(12)

Lokasi Black Spot pada KM 10

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa rambu-rambu lalulintas sudah ada namun saat ini dalam keadaan rusak, tidak ada bahu jalan, banyak pejalan kaki yang

menyeberang jalan, sedangkan zebra croos maupun jembatan penyeberangan tidak

ada.

Lokasi Black Spot pada KM 11,5

Situasi jalan pada km 11,5 merupakan jalan menikung dan di sekitarnya terdapat kantor kecamatan, Rumah sakit dan sekolahan, tidak ada rambu-rambu lalulintas, tidak ada lampu penerangan jalan dan tidak ada bahu jalan.

Lokasi Black Spot pada KM 13

Situasi jalan pada km 13 merupakan persimpangan yaitu simpang lima, terdapat rambu-rambu lalulintas tetapi sudah rusak , dan bahu jalan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Lokasi Black Spot pada KM 14,5

Situasi jalan pada km 14,5 merupakan persimpangan yaitu simpang tiga tepat pada jalan menikung, tidak ada rambu-rambu lalulintas, tidak ada bahu jalan, banyak

pejalan kaki yang menyeberang jalan, sedangkan zebra croos maupun jembatan

penyeberangan tidak ada.

Lokasi Black Spot pada KM 16

Situasi jalan pada km 16 merupakan jalan dalam kota yang terdapat pertokoan, perkantoran dan terminal bus, tidak ada rambu-rambu lalulintas, belum berfungsinya

trotoar, banyak pejalan kaki yang menyeberang jalan , dan zebra croos maupun

jembatan penyeberangan tidak ada.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan evaluasi di ruas jalan Gombong-Kebumen sepanjang 19 km pada tahun 1997 sampai 2001 dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut: Pertama, jumlah kecelakaan berjumlah 191 kasus kecelakaan

dengan tingkat keparahan korban meninggal yaitu 61 korban, luka berat 76 korban, luka ringan 183 korban.

Kedua, jumlah kecelakaan sering terjadi pada ruas jalan sebesar 132 kali kejadian dibanding dengan kecelakaan di persimpangan jalan sebesar 59 kali kejadian.

Ketiga, tipe kecelakaan yang sering terjadi tidak teridentifikasi sebanyak 149 kasus (77 %), sedangkan yang teridentifikasi (23%) berupa tipe kecelakaan depan-samping sebanyak 9 kasus, tipe kecelakaan depan-depan dan kecelakaan karena lepas kendali sebanyak masing-masing 7 kasus, tipe kecelakaan depan-belakang dan samping-samping sebanyak masing-masing 5 kasus.

Keempat, Jenis kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan pada ruas jalan maupun pada persimpangan jalan adalah sepeda motor, pada ruas sebesar 47 %, dan pada persimpangan sebesar 48 %.

Kelima, waktu terjadi kecelakaan terbesar yaitu antara jam 09.00 - 12.00 (41 %) dan antara jam 09.00 - 12.00 (20 %). Kecelakaan pada waktu kondisi cuaca cerah lebih banyak (66 %) dibanding pada waktu hujan (34 %).

(13)

(32,53 % ) dan swasta (19,20 %) dengan umur pelaku yang paling sering terlibat kecelakaan adalah umur 25-40 sebanyak 119 kasus dan umur 15-24 sebanyak 97 kasus.

Ketujuh, lokasi Black spot pada ruas yang diteliti dengan tingkat kecelakaan tertinggi adalah pada Km 16, Km 14,5 , Km 11,5 Km 10, Km 13, Km 8, Km 7,2, Km 18, Km 3 dan Km 2,4 dengan kondisi umum lokasi berupa tidak ada rambu-rambu lalulintas atau sudah rusak, belum berfungsinya trotoar, banyak penyeberang jalan,

tidak ada zebra croos maupun jembatan penyeberangan, dan bahu jalan tidak ada

atau tidak berfungsi

Saran

Pertama, sesuai hasil penelitian, hendaknya penanganan kecelakaan lebih ditekankan pada lokasi lokasi yang sudah teridentifikasi sebagai lokasi rawan

kecelakaan (black spot)

Kedua, sesuai kondisi yang ditemui pada lokasi black spot penanganan yang disarankan adalah dengan memperbaiki fasilitas jalan yang sudah tidak berfungsi

seperti bahu jalan, memasang atau memperbaiki rambu-rambu, zebra croos maupun

jembatan penyeberangan dan lampu penerangan jalan.

Pustaka Acuan

Biro Pusat Statistik. 2002. Kabupaten Kebumen dalam Angka 1997-2002, Biro Pusat

Statistik, Kebumen

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1995. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang Tertib, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat , Jakarta.

Dewanti. 1996. Karakteristik Kecelakaan Lalulintas di Yogyakarta, Media Teknik no.

3 tahun XVII Edisi November 1996, Yoyakarta.

Fachrurrozy. 1996. Keselamatan lalu lintas, Magister Sistem dan Teknik Transportasi

UGM, tidak dipublikasikan, Yogyakarta.

Garber,N,J. 1987. Traffic and Highway Engineering, John and Willey, New york

Hobs, F.D. 1979. Perancangan & Teknik Lalulintas, Edisi ke 2, UGM Terjemahan,

Yogyakarta.

Iskandar, A. 1986. Analisis Kecelakaan Lalulintas Di Jalan Tol Jakarta- Cikampek,

Artikel Majalah Jalan & Transpotasi edisi 84.

Polres Kebumen. 2001. Laporan kejadian kecelakaan lalulintas di Jalan Kebumen

Gambar

Tabel 1.
Tabel 4.
Tabel 9.
Gambar 11.3.5003.053
+2

Referensi

Dokumen terkait

akreditasi proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau program studi yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor) berdasarkan standar mutu yang telah

• Rendahnya rilis GDP Jerman yang dibarengi dengan kembali melambatnya markit manufacturing PMI nya, turunnya markit manufacturing PMI Italia, Perancis, Inggris, serta Zona

SUKAMAJU RT.03 RW.02 CIMAHI 152 PURWANTININGTYAS ASRAMA ARMED 4 KEBON RUMPUT CIMAHI. 153 RAHMAT HARIS

Parameter pengujian keefektifan pengawet cuka kayu terhadap serangan bubuk yang diamati meliputi derajat proteksi bubuk Dinoderus minutus Farb., kehilangan berat rotan,

iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso, Dima bumi dipijak, di situ langik dijunjuang, Tibo di mato indak dipiciangkan, tiba di

Setiap kumpulan diberi peta yang serupa (lebih elok setiap ahli BSMM diberi setiap seorang) dan mereka diberi beberapa soalan (tugasan), misalnya: mencari grid beberapa

Berdasarkan analisa terhadap perbandingan pupuk KCl, pengaruh nilai kadar air terhadap konduktivitas dan nilai densitas terhadap nillai konduktivitas pada sampel tanah

inicijalne verzije C# jezika dodavala se podrška za rad funkcionalnog programa, reaktivnog, programa s više dretava i sl. Konstantnim razvijanjem C# jezika povećava