• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Umum II Pertemuan 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi Umum II Pertemuan 10"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Psikologi Industri dan Organisasi

(PIO atau

I/O Psychology

)

(2)

KERANGKA BAB

1.

Asal Mula Psikologi Industri dan Organisasi

2.

Psikologi Industri

3.

Psikologi Organisasi

4.

Organizational Culture

(Budaya Organisasi)

(3)

1. ASAL USUL PIO

Datangnya Manajemen Saintifk.

Ergonomika: Di Mana Psikologi Bertemu Ilmu

Teknik.

Studi-studi Hawthorne dan Pendekatan

(4)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI

Job Analysis (Analisis Jabatan) dan Job Evaluation

(Evaluasi Pekerjaan)

Personnel Selection (Seleksi Personel):

Testing

Wawancara

Work Samples and Exercises

Training (Pelatihan):

Orientation

Formal TrainingMentoring

Performance Appraisal (Penilaian Kinerja)

Sumber-sumber Bias pada Rating Performansi360-Degree Feedback

Pentingnya Fairness

Other Performance Measures: Thinking Outside the Box and

(5)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI

Pendekatan terhadap Manajemen

Gaya Manajemen “Japanese”  Teori X dan Teori Y

 Strengths-Based Management

Kepuasan Kerja

Komitmen Pekerja

Komitmen Afektif

 Komitmen Continuance  Komitmen Normatif

Makna dari Pekerjaan

Kepemimpinan

Kepemimpinan Transaksional

(6)

4. BUDAYA ORGANISASI

Tipe-tipe Budaya Organisasi

Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap

Budaya Organisasi yang Positif

Faktor-faktor Toksik di Tempat Kerja

Sexual Harassment

(7)

5. PIO DAN KESEHATAN DAN

KESEJAHTERAAN

Stress at Work

(8)

Psikologi Industri dan Organisasi

(PIO atau

I/O Psychology

)

(9)

1. ASAL USUL PIO

1.

Datangnya Manajemen Ilmiah.

2.

Ergonomika: Di Mana Psikologi Bertemu

Ilmu Teknik.

3.

Studi-studi Hawthorne dan Pendekatan

(10)

1.1. Datangnya

Scientifc

Management

(Manajemen Ilmiah)

Pelopor dalam aplikasi metode ilmiah adalah

insinyur, dengan fokus pada manajemen ilmiah.

Manajemen ilmiah adalah flosof manajerial

yang menekankan bahwa:

pekerja adalah:

 mesin yang diminyaki secara baik,

 dan penentu metode yang paling efsien untuk

(11)

1.1. Datangnya

Scientifc

Management

(Manajemen Ilmiah)

1911: Frederick Winslow Taylor –

mastermind

dari ide

manajemen ilmiah:

 Pekerjaan-pekerjaan harus dianalisis secara hati-hati untuk

mengidentifkasi cara optimal untuk melaksanakannya.

 Karyawan harus dipekerjakan berdasarkan karakteristik yang

dikaitkan dengan kesuksesan dalam tugas.

Karakteristik-karakteristik ini harus diidentifkasi dengan mempelajari orang-orang yang sudah sukses pada suatu pekerjaan.

 Karyawan harus dilatih pada pekerjaan yang akan

dilaksanakannya.

 Karyawan harus dihargai produktivitasnya untuk mendorong

(12)

1.1. Datangnya

Scientifc

Management

(Manajemen Ilmiah)

Frank and Lilian Gilbreth:

time and motion studies

(kajian mengenai

gerakan-gerakan yang diperlukan untuk

memenuhi suatu tugas dan mengidentifkasi

dan mengurangi gerakan yang tidak diperlukan.

1913: Assembly line

(jalur perakitan)

Henry Ford (

Ford Motor Company

).

1914-1918: Perang Dunia I:

Militer (

selection, training of recruits

)

(13)

1.2. Ergonomi: Di Mana Psikologi Bertemu

Ilmu Teknik

Ergonomi/Human Factors:

Fokus: memahami dan meningkatkan keamanan dan

efsiensi interaksi manusia-mesin.

Bidang yang mengombinasi keteknikan dan psikologi.

Lahir pada Perang Dunia II, ketika militer dilengkapi

jet.

Bidang ini merupakan asal usul istilah

applied

psychology

.

Fokus saat ini: persepsi, atensi, kognisi, learning,

psikologi sosial dan lingkungan.

(14)
(15)

1.3.

Hawthorne Studies

dan Pendekatan

Hubungan-hubungan antar Manusia dalam

Manajemen

1927-1932: Elton Mayo

Studi-studi di

Western

Electric Hawthorne Works

(dekat Chicago):

Bagaimana berbagai kondisi kerja (penerangan,

kelembaban, istirahat, jam kerja, gaya manajemen,

memengaruhi produktivitas).

Hawthorne efect

: kecenderungan individu

(16)

1.3.

Hawthorne Studies

dan Pendekatan

Hubungan-hubungan antar Manusia dalam

Manajemen

Hawthorne studies

merupakan tonggak karena:

 Menyajikan kasus tempat kerja sebagai sistem sosial yang

ditempati oleh individu-individu yang berelasi satu sama lain, dan bekerja dalam cara yang tidak selalu jelas.

 Menunjukkan bahwa walaupun kemampuan individu

penting, pekerja dengan kemampuan apapun berada pada jaringan sosial dari tempat kerja, dan kinerja mereka

dipengaruhi tekanan sosial dan norma kelompok (Sonnenfeld, 1985).

Howthorne studies membuat para peneliti meninggalkan

(17)

1.3.

Hawthorne Studies

dan Pendekatan

Hubungan-hubungan antar Manusia dalam

Manajemen

Human relations approach

:

Menekankan pada karakteristik psikologis dari

pekerja dan manajer, serta faktor-faktor signifkan

seperti moral, sikap, nilai, dan perlakuan

manusiawi para pekerja.

Menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan

(18)

PIO saat ini:

 Tetap dipengaruhi pendekatan: manajemen ilmiah,

ergonomi, human relations.

 Pusat perhatian: “What works at work.”

 PI fokus pada memaksimalkan efsiensi, keselamatan,

dan efektivitas biaya.

 PO fokus pada proses human relations yang

berkontribusi terhadap rasa puas.

 Fokus pada organisasi yang sukses. The best places to

work:

flexiible,

diverse,

learning-oriented,

(19)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI

Job Analysis (Analisis Jabatan) dan Job Evaluation

(Evaluasi Pekerjaan)

Personnel Selection (Seleksi Personel):

Testing

Wawancara

Work Samples and Exercises

Training (Pelatihan):

Orientation

Formal TrainingMentoring

Performance Appraisal (Penilaian Kinerja)

Sumber-sumber Bias pada Rating Performansi360-Degree Feedback

Pentingnya Fairness

Other Performance Measures: Thinking Outside the Box and

(20)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI

Job Analysis

(Analisis Jabatan) dan

Job Evaluation

(Evaluasi Pekerjaan):

 mengorganisasi dan menggambarkan tugas-tugas yang terlibat

dalam suatu pekerjaan, dan menentukan nilai moneter dari posisi tersebut.

Personnel Selection

(Seleksi Personel):

 Mencocokkan orang terbaik untuk setiap pekerjaan.

Training

(Pelatihan):

 Membawa/mendidik karyawan baru supaya dapat segera

memenuhi kebutuhan suatu posisi

Performance Appraisal

(Penilaian Kinerja):

 Mengevaluasi apakah orang tertentu melaksanakan

(21)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI: Job

Analysis and Job Evaluation (1)

Pengertian

job analysis

:

proses menciptakan suatu deskripsi mengenai apa yang terlibat dalam suatu pekerjaan,

termasuk pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi suatu pekerjaan.

Elemen:

1. Prosedur yang sistematis.

2. Memecah suatu pekerjaan

 (yang memungkinkan penemuan keterampilan yang

semula tidak dianggap penting).

3. Analisis harus mengarah pada manual yang secara

(22)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI: Job

Analysis and Job Evaluation (2)

Fokus:

A job-oriented description

A person-oriented (KSAO atau KSA)

 Melibatkan:

Analis, individu yang memiliki pekerjaan, supervisors, observer terlatih.

 Kuesioner, atau deskripsi langsung melalui wawancara.

Dictionary of Occupational Titles 20.000 pekerjaan;

Occupational Outlook Handbook  permintaan pekerjaan.

 Job evaluation: penentuan nilai moneter dari pekerjaan

(23)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI:

Personnel

Selection

Testing:

Personality traits & motivation.

Cognitive ability test.

Integrity test:

Kejujuran? (overt integrity test)

Biographical inventory.

Wawancara:

Interviewer illusion

kecenderungan pewawancara untuk secara keliru meyakini

kemampuannya memperoleh kebenaran dari wawancara.

Structured interview

“Dapatkah Anda menceritakan suatu kejadian saat Anda memiliki

konflik dengan seseorang, dan bagaimana mengatasinya?”

Work samples and exiercises:

Fotografer, desingner dll.

(24)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI:

Training

1. Orientation:

 Pengenalan tujuan organisasi, memperkenalkan aturan

dan regulasi, mengetahui bagaimana mengerjakan berbagai hal dalam organisasi.

Nilai-nilai dan flosof.

2. Formal training:

Apa tujuan pelatihan? Bilamana dinyatakan siap?

 Tujuan kunci: overlearning (latihan setelah mencapai

keterampilan yang dapat diterima sehingga menjadi otomatis).

3. Mentoring:

Hubungan antara karyawan berpengalaman dan yang

(25)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI:

Performance

Appraisal (1)

Evaluasi kesuksesan pada pekerjaan.

Manfaat:

 Feedback perubahan yang diperlukan

 Keputusan mengenai promosi, pemecatan.

Objective measure & subjective rating

.

Sumber bias:

 Halo efect: nilai yang sama pada seluruh item.

Distributional error: leniency error atau severity errors

(26)

2. PSIKOLOGI INDUSTRI:

Performance

Appraisal (2)

360-Degree Feedback

Lihat gambar 13.8 h. 500.

Pentingnya

fairness

Pengukuran performansi lainnya:

Thinking outside the box

Organizational citizenship behavior (OCB)

Contextual performance.

Pengaruh: produktivitas dan sukses ekonomis, sistem

(27)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI

Pendekatan terhadap Manajemen

Gaya Manajemen “Japanese”  Teori X dan Teori Y

 Strengths-Based Management

Kepuasan Kerja

Komitmen Pekerja

Komitmen Afektif

 Komitmen Continuance  Komitmen Normatif

Makna dari Pekerjaan

Kepemimpinan

Kepemimpinan Transaksional

(28)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI:

Pendekatan terhadap Manajemen

Gaya Manajemen “Japanese”:

1940: W. Edwards Deming: “Father of the Quality Revolution: Industri harus

mencakup inovasi dan rencana masa depan, tidak berfokus sempit pada hasil ekonomis.

Gaya: mengambil resiko, membuat keputusan berdasarkan kualitas,

mendorong hubungan kuat dengan pemasok, pekerja, dan pelanggan.

Teori X dan Teori Y:

1960: Douglas Mc Gregor: 2 pendekatan terhadap manajemen.

Manajer teori X: kerja pada dasarnya tidak menyenangkan, dan orang memiliki

hasrat kuat untuk menghindarinya.

Manajer ini yakin bahwa karyawan perlu pengarahan, tidak suka tanggung

jawab, dan harus ada di jalurnya. Kontrol dan hukuman mengancam.

Manajer teori Y: bergiat dalam perilaku berusaha adalah alami. Kontrol dan

hukuman bukan cara satu-satunya untuk memotivasi pekerja. Orang mencari tanggungjawab dan motivasi dapat muncul dari membolehkan mereka

menyarankan solusi kreatif dan bermakna.

Teori Y Waigawa system: anyone can have input.

Strengths-Based Management

2002: Donald Clifton: Manajer perlu menemukan dan menggali kekuatan

karyawannya.

(29)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI: Kepuasan

Kerja

Pengukuran a.l.:

Rating scale: laporkan reaksi terhadap pekerjaan

Prediktor bervariasi pada pekerjaan dan

budaya.

Tidak bergantung kepada jumlah uang,

tetapi pada persepsi bahwa ia dibayar

secara layak.

(30)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI: Komitmen

Pekerja

Komitmen Pekerja

Komitmen Afektif:

 Kelekatan emosional seseorang terhadap tempat kerja.

Komitmen

Continuance

:

 Bersumber dari persepsi karyawan bahwa meninggalkan

organisasi akan terlalu mahal, baik secara ekonomis maupun sosial.

Komitmen Normatif:

 Rasa kewajiban yang dirasakan karyawn terhadap

(31)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI: Makna dari

Pekerjaan

Cara orang berpikir mengenai pekerjaan

dan tempat pekerjaan itu dalam

kehidupannya mempunyai dampak pada

performansi kerja, tempat kerja, dan

kehidupannya secara umum.

“Job” (no training, no personal control, little

freedom)

focus on the material beneft of work.

“Career” (batu loncatan)

pencapaian yang

lebih baik.

“Calling” (training, personal control, freedom)

valuable endeavor, meaningful, fulflling

psychological wellbeing

. Job crafting

to make

(32)

3. PSIKOLOGI ORGANISASI:

Kepemimpinan

Pemimpin:

Orang yang memengaruhi, memotivasi, dan

menyebabkan orang lain menuju sukses.

Kepemimpinan

Kepemimpinan Transaksional:

 Hubungan pertukaran: “You do a good job and I will

reward you”

Kepemimpinan Transformasional

positive

organizational outcomes :

(33)

4. BUDAYA ORGANISASI

Tipe-tipe Budaya Organisasi

Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap

Budaya Organisasi yang Positif

Faktor-faktor Toksik di Tempat Kerja

Sexual Harassment

(34)

4. BUDAYA ORGANISASI

Nilai-nilai, keyakinan, norma, kebiasaan yang

(35)

4. BUDAYA ORGANISASI: Tipe-tipe

1.

Power culture

:

Kontrol terpusat pada beberapa orang.

2.

Role culture

Terstruktur, otoritas terdelegasi.

3.

Task culture

Penggunaan tim untuk pemecahan masalah.

4.

Person culture

Setiap orang yakin bahwa dirinya lebih dari

(36)

4. BUDAYA ORGANISASI

Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap

Budaya Organisasi yang Positif:

Leadership, exiplicit policies, less tangible aspects

such as the feel of an organization.

Compassion (semangat)

(37)

5. PIO DAN KESEHATAN DAN

KESEJAHTERAAN

Stress at Work

Sumber utama: role confict.

Burnout :

An extremely distressed psychological state in which a

person experiences emotional and exhaustion and little motivation for work.

Managing Job Stress

Referensi

Dokumen terkait

PROFESIONAL , adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Seorang Profesional

psikologi sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena dapat memberikan kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia dan orang yang ingin sukses dalam segalanya harus mengetahui

Menurut Bohlander dan Snell (2010) manajemen sumber daya manusia yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan,

Jackson et al., (2009) menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah setiap orang yang ikut andil dalam menjalankan pekerjaan suatu organisasi, dan juga setiap

Midi Utama Indonesia sehingga menghasilkan karyawan yang kompeten dan juga mengevaluasi karyawan – karyawan yang sudah menjadi full- time / probation sehingga menghasilkan

pembagian tugas atau dispatching me- nentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja.  Aturan prioritas

Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri. Dalam Pasal 1340 KUHPerdata dinyatakan

- Nama/NRP: Chianna Francesca Gomed / 210147 Contoh : Keluarga saya merupakan keluarga yang sangat private, orang tua saya memang sudah sering berkata dan mengingati untuk tidak