• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

NOVEL

DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

SKRIPSI

Oleh:

USWATUN SIWI P.

K1208125

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Uswatun Siwi P

NIM : K1208125

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”NOVEL DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI

SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

)”

ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

(3)

commit to user

iii

NOVEL

DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

Oleh :

USWATUN SIWI P.

K1208125

Skripsi

Ditulis dan Disajikan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

(6)

commit to user

vi

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

When there is a will, There is a way

(Alm. Ayahanda)

Jangan merusak apa yang kau miliki sekarang dengan mengejar sesuatu yang

tidak mungkin kau miliki. Sebab, apa yang ada padamu saat ini bisa jadi

merupakan salah satu dari banyak hal yang paling kau impikan

(USP “Penulis”)

Pintere Butuh Sregep, Sinaune Butuh Greget

(Zakkiy Nanang Al Rasyid, S.E.)

Jangan pernah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan,

yakinlah suatu saat hal itu akan terwujud karena doa dan usahamu

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Ya Rabb, dengan segala rasa syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini sebagai

salah satu wujud cinta dan terima kasihku untuk:

Alm.Ayah & Bunda tercinta “Suparman Manduro & Kasih Manduro”

Alm.Ayah adalah ayah yang luar biasa yang dulu tak pernah henti memberiku

nasihat, motivasi, menyayangiku, dan memanjakanku. Bunda yang tak pernah jemu

mendoakan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan yang telah diberikan

untukku selama ini dan mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas

cinta dan kasih sayang kalian. Aku bangga dan bahagia punya kalian.

 Abangku tersayangZakkiy Nanang Al Rasyid dan kakakku Niken Eka C.

Terimakasih abang kau selalu belajar menjadi pengganti Ayah untuk selalu

menasihati dan memotivasiku. Kak Niken terimakasih untuk selalu mendukung

hatiku ketika semua tak memihak saat hatiku telah memilih.

Fandri Minandar

Terimakasih sudah mau mengisi hatiku untuk mengikuti alur hidupku. Aku

berharap semoga cerita indah pada akhirnya.

 Sahabatku Five Bamboe (Rina, Nadin, Nita, dan Winda)

Terimakasih kalian telah menemaniku selama ini, kalian adalah hal terindah yang

aku miliki. Semua kenangan kita selama ini tak akan pernah aku lupakan.

Teman-teman Bastind angkatan‟08

Terimakasih atas kerja sama dan dukungan kalian selama ini.

(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Uswatun Siwi P.. K1208125. NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN

NILAI PENDIDIKAN). Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Sirazhy, (2) faktor yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Sirazhy, (3) nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy, (4) tanggapan pembaca mengenai novel Dalam

Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah novel

Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dan informan. Pengumpulan

data dilakukan dengan analisis dokumen yang berupa novel, langkah-langkahnya: (1) membaca novel Dalam Mihrab Cinta secara berulang-ulang, (2) mencatat kutipan kalimat-kalimat yang menggambarkan objek yang dianalisis. Validitas data yang diperoleh melalui triangulasi teori. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Simpulan penelitian ini adalah: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy; penokohan (tokoh utama: Syamsul; tokoh protagonis: Silvie dan Zizi; tokoh antagonis: Burhan, tokoh tambahan: Ayub, Pak Broto, Pak Heru, Zaim, Bu Bambang, Nadia, Della, Dody Alpad, Kiai Miftah, Kiai Baejuri), plot/ alurnya maju, latar/ setting di pesantren,

sudut pandangnya persona ketiga “Dia” jenis mahatahu, temanya tentang lika-liku

kehidupan yang harus dilalui oleh seorang, (2) faktor yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta, yaitu adanya becik ketitik ala kethara

bahwa yang baik akan terlihat dan yang tidak baik akan tampak nantinya, (3) nilai pendidikan (nilai agama: ketakwaan pada Tuhan; nilai sosial: tolong menolong, menyadari keterbatasan diri, musyawarah; nilai moral: kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, larangan memfitnah, optimis, husnudzon, menepati janji, dermawan; nilai estetis: penggunaan kata dari bahasa jawa, berhubungan dengan kasih sayang/ romantisme), (4) tanggapan pembaca mengenai novel Dalam Mihrab Cinta, pada umumnya mereka merasa terbawa suasana ketika membaca novel tersebut.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul ”NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA

HABUBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN

NILAI PENDIDIKAN)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan dalam skripsi ini.

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Program Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan persetujuan dalam skripsi

ini.

4. Almh. Dra. Suharyanti, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi

ini selesai.

5. Dr. Suyitno, M.Pd., selaku pengganti pembiming I yang telah mengarahkan

saya dalam penyelesaian ujian skripsi hingga akhir.

6. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai.

7. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini turut

(10)

commit to user

x

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan beragam ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Keluarga tercinta yang telah membiayai dan menyediakan sarana prasarana selama

kuliah dan selalu memberi doa serta semangat setiap saat.

10. Teman-teman Bastind angkatan‟08 dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan selama penelitian.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat pahala

dan imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dan pengajaran Bahasa

Indonesia.

Surakarta, Juli 2012

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan ... 5

B.Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 21

C.Data dan Sumber Data ... 22

D.Teknik Pengambilan Sampel ... 22

E. Pengumpulan Data ... 22

F. Uji Validitas Data ... 22

(12)

commit to user

xii

H.Prosedur Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data ... 25

B.Analisis Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El

Shirazy ... 26

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.Simpulan ... 94

B.Implikasi ... 97

C.Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Berpikir ... 20

2. Model Analisis Jalinan atau Mengalir ... 24

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Biografi Pengarang ... 102

2. Sinopsis Novel Dalam Mihrab Cinta ... 105

3. Hasil Wawancara dengan Pembaca I ... 110

4. Hasil Wawancara dengan Pembaca II ... 111

5. Hasil Wawancara dengan Pembaca III ... 113

6. Hasil Wawancara dengan Pembaca IV ... 115

7. Hasil Wawancara dengan Pembaca V ... 117

8. Surat Permohonan Izi Menyusun Skripsi ... 119

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan

kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan, antara lain seperti perasaan,

semangat, kepercayaan, dan keyakinan sehingga mampu membangkitkan

kekaguman.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik

sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan

konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra

juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. (dalam Warren & Wellek, 1990:

109).

Sastra adalah bagian hidup dari sebagian besar pencipta dan penikmat

karya sastra. Oleh sebab itu, pada zaman ini kedudukan sastra dianggap

mempunyai peran penting. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni

yang objeknya adalah manusia dan kehidupan dengan bahasa sebagai media

penyampaiannya. Hasil dari sastra berupa karya sastra. Karya sastra merupakan

bentuk cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang kreatif dan produktif

dalam menghasilkan sebuah karya. Melalui karya sastra pengarang berusaha

mengungkapkan kehidupan masyarakat yang mereka alami atau yang mereka

rasakan dalam bentuk sebuah tulisan.

Sebuah karya sastra dikatakan baik bukan hanya terlihat dari keberhasilan

karya tersebut dalam merangkai kata-kata yang indah, tetapi juga dari

kemanfaatan karya tersebut memahami pola-pola kehidupan manusia pada

umumnya dan juga memahami adanya nilai-nilai pendidikan dalam suatu karya

tersebut.

Karya sastra baik itu novel, cerpen, puisi, dan drama merupakan dokumen

(17)

commit to user

yang menyangkut moral, sosial, psikologi, agama, kasih sayang, nafsu, dan cinta

yang dialami manusia, juga lukisan penderitaan manusia. Hal tersebut terkadang

terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh, tempat, dan

peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat

pada kurun waktu tertentu.

Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema

kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra

menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh

terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai

karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah

anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak

dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan

sekaligus membentuknya.

Karya sastra bersifat dulce et utile yang artinya bahwa karya sastra itu

harus indah dan berguna. Kata indah dapat diartikan bahwa sastra harus dapat

menjadi hiburan, sedangkan kata berguna diartikan bahwa sastra mampu

memberikan nilai tambah terhadap pembacanya.

Pengarang dalam menciptakan suatu karyanya selalu mengaitkan cerita

dengan kehidupan sehari-hari pengarang ataupun masyarakat di sekitarnya.

Tinjauan sosiologi sastra berhubungan langsung dengan stabilitas sosial yang

menghubungkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini merupakan

tinjauan mengenai proses-proses sosial yang terjadi di masyarakat. Sosiologi juga

berhubungan dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi secara

berangsur-angsur maupun secara revosioner dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

perubahan tersebut.

Sosiologi mempelajari permasalahan manusia dalam kehidupannya.

Sosiologi menggambarkan mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural,

yang dengannya individu dialokasikan pada penerimaan peran-peran tertentu

(18)

commit to user

Habiburrahman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul “Dalam Mihrab Cinta” merupakan novel pembangun jiwa untuk memukau penggemar sastra agar

bisa dijadikan pedoman hidup. Pembaca novel ini bisa menumbuhkan rasa

cintanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membekali hidupnya yang

bermanfaat, karena novel ini mengisahkan seorang pemuda yang memiliki

cita-cita menjadi seorang ulama, tetapi dikarenakan ulah fitnah dari seorang temannya

maka nasib pemuda itu terabaikan sehingga ia dikeluarkan dari pesantren, dengan

memilih hidupnya merantau ke daerah lain sehingga nasibnya yang malang itu

berubah menjadi lebih baik dan cita-citanya tercapai pula dengan ia hidup

mandiri.

Novel Dalam Mihrab Cinta ini banyak diminati pembaca dari semua

kalangan, selain ceritanya yang membangun jiwa, novel ini juga merupakan novel

terbaru dari Kang Abik dan laris di pasaran. Dalam cerita novel ini terdapat

banyak konflik dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tokoh utama dalam

novel ini. Selain itu, terdapat juga nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut,

maka dengan itu semua saya selaku peneliti tertarik untuk menganalisis novel

tersebut dengan judul “Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habibburrahman EI

Shirazy (Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?

2. Faktor apa yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Sirazhy?

3. Bagaimanakah nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy?

4. Bagaimanakah tanggapan pembaca terhadap novel Dalam Mihrab Cinta

(19)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan:

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

2. Faktor yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

3. Nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy.

4. Tanggapan pembaca mengenai novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah secara teoretis

kepada pembaca dalam hal telaah karya sastra, khususnya untuk kajian

sosiologi sastra.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan dan minat baca khususnya bagi mahasiswa agar lebih

memahami karya sastra, dan dapat mengambil nilai positif terhadap

karya yang disajikan.

b. Bagi guru/ dosen Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan acuan dalam pembelajaran sastra dan dapat

dipraktikkan dalam pengajaran sastra tentang nilai-nilai yang ada dalam

(20)

commit to user

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan dari kata

novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan

jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis

novel ini muncul kemudian (Tarigan, 1991: 164).

Burhan Murgiyantoro (2005: 4) dalam bukunya yang berjudul Teori

Pengkajian Fiksi mengungkapkan bahwa novel sebagai suatu karya fiksi

yang menawarkan suatu dunia, yaitu dunia yang berisi suatu model yang

diidealkan, dunia imajiner, yang dibandingkan melalui berbagai unsur

intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut

pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif.

Dalam “The American College Dictionary” dapat dijumpai keterangan

bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif serta adegan kehidupan

nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak

kacau atau kusut. Selain itu, dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of

Current English” dapat kita jumpai keterangan bahasa novel adalah suatu

cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang

menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif (dalam

Tarigan, 1991: 164).

Novel menyajikan kehidupan itu sendiri. Sebagian besar terdiri atas

kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan

subyektivitas manusia (Wellek dan Warren, 1990: 109).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian novel, dapat

disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu wujud cerita rekaan yang

(21)

commit to user

segala pergolakan jiwa dan melahirkan suatu konflik yang pada akhirnya

dapat mengalihkan jalan kehidupan mereka atau nasib hidup mereka.

b. Jenis-jenis Novel

Mochtar Lubis yang dikutip dalam Henry Guntur Tarigan

menyebutkan berpendapat bahwa jenis novel seperti: 1) novel avontur, 2)

novel psikologis, 3) novel detektif, 4) novel sosial, 5) novel kolektif (1984:

167).

Novel avontur adalah novel lakon atau hero utama. Pengalaman

pertama dimulai pada awal cerita, melalui pengalaman-pengalaman lain

hingga ke akhir cerita. Dalam novel avontur tersebut juga terdapat tokoh

yang mempunyai sifat-sifat romantis, yaitu heroisme atau lakon wanita.

Pengalaman-pengalaman itu sering merupakan rintangan-rintangan bagi

lakon untuk mencapai tujuan. Novel psikologis mengutamakan pemeriksaan

seluruhnya dari semua pikiran-pikiran para pelaku atau tokoh. Novel detektif

merupakan novel yang menceritakan cara membongkar rahasia kejahatan

pelaku. Dalam novel detektif dibutuhkan bukti-bukti kejahatan yang kuat

agar dapat menangkap si pelaku kejahatan. Dalam novel sosial pelaku pria

dan wanita tenggelam dalam masyarakat, dalam kelas atau golongannya.

Tiap-tiap golongan suatu waktu akan bentrok, berbenturan, pemogokan, dan

revolusi. Fiksi gotik menceritakan cerita-cerita horor fakta-fakta disajikan

sedemikian rupa sehingga memancing dan melahirkan mimpi yang

menakutkan.

c. Unsur-unsur Novel

Dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang membangun di

dalamnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Adanya unsur-unsur

tersebut merupakan keharusan untuk dimasukkan dalam suatu karya sastra

baik novel, cerpen, puisi, dan drama.

1) Unsur Intrinsik

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 23) unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang

(22)

commit to user

setting, sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana cerita. Ketujuh unsur

intrinsik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Plot/ Alur cerita

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit

orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara

berbagai unsur fiksi yang lain.

Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 113)

mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur

peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam

pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk

mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

Lebih lanjut H.G Tarigan (1991: 126) mengemukakan bahwa

pada prinsipnya seperti bentuk sastra lainnya, suatu fiksi haruslah

bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui suatu

pertengahan (middle) menuju suatu akhir (ending) yang dalam

dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan

resolusi (atau denouement).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa plot/ alur adalah salah satu unsur intrinsik yang

merupakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang berurutan dan

membangun suatu cerita di mana peristiwa yang satu dapat

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain sehingga membuat

seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang

selanjutnya.

b) Tema

Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna

(pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang

menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk

melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman)

kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu

(23)

commit to user

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005: 70) mengartikan tema

sebagai “makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana”. Tema,

menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama

(central idea) dan tujuan utama (central purpose).

Shipley mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik

umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita.

Shipley membedakan tema-tema karya sastra ke dalam lima

tingkatan. Tingkatan tersebut pertama didasarkan tingkatan

pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling

sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang

paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 80)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

tema adalah makna khusus atau gagasan umum dari sebuah cerita

yang dipergunakan oleh penulis untuk mengembangkan cerita.

c) Penokohan

Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165), penokohan

adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-194) tokoh-tokoh

dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis

penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan.

Adapun beberapa tokoh cerita tersebut antara lain:

(24)

commit to user

Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya

dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu

pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005:

178) mengatakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang

kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut

hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma,

nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis juga disebut

tokoh baik yang dapat mendatangkan simpati para

pembacanya. Tokoh antagonis dapat disebut sebagai tokoh

jahat, yaitu yang menimbulkan perasaan antipati dan benci

pada para tokoh pembacanya.

3. Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah

tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu

sifat watak yang tertentu saja. Tokoh sederhana boleh saja

melakukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu

akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang memiliki dan

yang diformulakan itu.

Tokoh bulat, kompleks, berbeda halnya dengan tokoh

sederhana adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan

berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya

dan jati dirinya.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 183)

dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih

menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di

samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan,

(25)

commit to user 4. Tokoh statis dan tokoh berkembang

Alterbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 188)

mengatakan bahwa tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara

esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan

perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa. Tokoh

berkembang, adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan

dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan

(dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Tokoh

berkembang secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya,

baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya, yang

kesemuanya itu akan memengaruhi sikap, watak, dan tingkah

laku.

5. Tokoh tipikal dan tokoh netral

Alterbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 190)

mengatakan bahwa tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya

sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih

banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya,

atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili.

Tokoh netral merupakan tokoh cerita yang

bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan

tokoh imajiner yang hanya hidup dan berinteraksi dalam dunia

fiksi. Tokoh netral hadir (atau dihadirkan) semata-mata demi

cerita atau bahkan tokoh inilah yang sebenarnya mempunyai

cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan. Kehadirannya tidak

berprestensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu

yang di luar dirinya, seseorang yang berasal dari dunia nyata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa penokohan merupakan penentuan

tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang terlibat dalam berbagai peristiwa

(26)

commit to user d) Latar/ Setting

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 216). Selanjutnya,

Stanton mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke

dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan

dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita

fiksi.

Menurut H.J Waluyo dan Nugraheni (2009: 34) setting

adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat

berkaitan dengan aspek fisik aspek sosiologis, dan aspek psikis.

Namun, setting juga dapat diartikan dengan tempat dan waktu.

Hudson (dalam H.J Waluyo dan Nugraheni, 2009: 34) menyatakan

bahwa setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang di

dalamnya meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup

tokoh.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

latar atau setting adalah suatu keadaan atau suasana yang

menggambarkan suatu tempat, ruang, dan waktu di mana peristiwa

itu terjadi.

e) Sudut pandang

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 248) menyatakan

bahwa point of view atau sudut pandang merupakan cara dan atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Point of view atau sudut pandang adalah teknik yang

digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita itu (H.J

(27)

commit to user

Menurut Genette (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 250)

pemilihan sudut pandang menjadi penting karena hal itu tak hanya

berhubungan dengan masalah gaya saja, waktu tak disangkal

bahwa pemilihan bentuk-bentuk gramatika dan retorika juga

penting dan berpengaruh. Namun, biasanya pemilihan

bentuk-bentuk tersebut bersifat sederhana, di samping hal itu merupakan

konsekuensi otomatis dari pemilihan sudut pandang tertentu.

Sudut pandang banyak macamnya tergantung dari sudut

mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Nurgiyantoro

(2005: 256-269) membedakan sudut pandang menjadi tiga bagian,

yaitu sudut pandang persona ketiga “dia”, sudut pandang persona

pertama “aku”, dan sudut pandang campuran.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara

pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut

mana pengarang memandang ceritanya, yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu sudut pandang orang pertama “aku”, sudut pandang

orang ketiga “dia”, dan sudut pandang campuran.

f) Gaya bahasa

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 276-277)

stile (style, gaya bahasa) adalah cara mengucapkan bahasa dalam

prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu

yang akan dikemukakan. Lebih lanjut, Nurgiyantoro

mengungkapkan bahwa pada hakikatnya style merupakan teknik,

teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili

sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri di pihak lain,

juga merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat

pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam

sebuah karya.

g) Suasana cerita

Forster (dalam Nurgiyantoro, 2005: 91) mengartikan cerita

(28)

commit to user

urutan waktu. Sebuah cerita merupakan hal yang fundamental

dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak

mungkin terwujud. Sebab, cerita merupakan inti sebuah karya fiksi

yang sendiri. Bagus tidaknya cerita yang disajikan, di samping

akan memotivasi seseorang untuk membacanya, juga akan

memengaruhi unsur-unsur pembangun lainnya.

Seperti halnya Forster, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

91) juga memberikan pengertian cerita sebagai sebuah urutan

kejadian yang sederhana dalam urutan waktu, dan Kenny

mengartikannya sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi

berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.

Jadi, dalam cerita peristiwa yang satu berlangsung sesudah

terjadinya peristiwa yang lain.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suasana

cerita adalah cara yang digunakan pengarang untuk

menggambarkan atau melukiskan secara keseluruhan cerita dalam

suatu karya fiksi berdasarkan urutan waktu.

2) Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat

dikatakan sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita karya

sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau

demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun

cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel

haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2005: 24) menyatakan

bahwa unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, di dalamnya

terdapat keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan

(29)

commit to user

pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya.

Unsur ekstrinsik selanjutnya adalah psikologi, baik psikologi

pengarang, psikologi pembaca, maupun psikologi dalam karya.

Keadaan lingkungan pengarang, ekonomi, politik, dan sosial juga akan

sangat berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal tersebut termasuk

juga ke dalam unsur ekstrinsik.

2. Pendekatan Sosiologi Sastra

a. Hakikat Sosiologi Sastra

Secara harfiah sosiologi berasal dari kata Latin “socius” yang berarti

“sahabat, kawan atau masyarakat” dan kata Yunani “logos” yang berarti

“ilmu”. Jadi, sosiologi adalah ilmu mengenai masyarakat atau ilmu tentang

cara bergaul yang baik dalam masyarakat.

Lewat penelitian mengenai lembaga-lembaga sosial, agama,

ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama-sama membentuk apa

yang disebut sebagai struktur sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga

yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur

sosial. Sosiologi dikatakan memeroleh gambaran mengenai cara-cara

menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat

tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialitas, proses belajar secara

kultural yang dengannya individu-individu dialokasikannya pada dan

menerima peranan tertentu dalam struktur sosial itu.

Menurut Ratna (2009: 332-333) ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat

dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat,

sebagai berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita,

disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat.

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek

kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga

(30)

commit to user

3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui

kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung

masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan adat-istiadat dan

tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan

juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga

aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat

intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu

karya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra

dapat meneliti melalui tiga perspektif, pertama, perspektif teks sastra,

artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan

masyarakat dan sebaliknya. Kedua, persepektif biologis, yaitu peneliti

menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan

kehidupan pengarang dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga,

perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat

terhadap teks sastra.

b. Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi menganalisis manusia dalam masyarakat,

dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Sosiologi

sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta,

namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan

pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat

hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu

mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup

luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu

oleh karya sastra.

Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada

aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra

(31)

commit to user

Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi

sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas

hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain.

1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek

kemasyarakatannya.

2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek

kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.

3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan

masyarakat yang melatarbelakangi.

4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra

dengan masyarakat.

5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara

sastra dengan masyarakat.

Dalam bukunya A Glossary of Literarye Terms (1981: 178).

Abrams menulis bahwa dari sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat

dilakukan oleh kritikus atau peneliti, yaitu:

1. Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.

2. Karya dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.

3. Audiens atau pembaca.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak

terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra

sebagai objek yang dibicarakan.

3. Hakikat Nilai Pendidikan

Nilai merupakan sesuatu yang menjadi faktor kelayakan/ kepatuhan bagi

suatu benda, makhluk atau apapun yang ditunjuknya. Istilah pendidikan secara

etimologi berasal dari bahasa Inggris to educate yang berarti mendidik dan

kemudian berkembang menjadi education yang kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yang berarti pendidikan.

Redja Mudyaharjo (2001: 45-46) mengartikan pendidikan sebagai

(32)

commit to user

hidup. Segala situasi hidup yang memengaruhi perkembangan individu dapat

disebut sebagai pendidikan.

Menurut UU No. 20 th 2003 (dalam Hasbullah, 2005: 4) pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat nilai

pendidikan adalah suatu kegiatan pengamatan belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup yang secara sadar, disengaja, terencana,

dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta

didik untuk mewujudkan suasana belajar sehingga peserta didik aktif

mengembangkan potensi dirinya dalam segala hal.

4. Nilai Pendidikan dalam Sastra

Hubungan antara sastra dan pendidikan sengatlah erat dan tidak

terpisahkan. Hubungan ini disebabkan oleh kandungan nilai didik di dalam karya

sastra. Nilai pendidikan di dalam karya sastra tidak selalu berupa nasehat atau

petuah pembaca, tetapi dapat pula berupa kritikan yang pedas maupun yang

membangun bagi seseorang, sekelompok orang atau struktur sosial yang tidak

sesuai dengan harapan pengarang di dalam kehidupan nyata.

Berbagai jenis nilai sastra secara garis besar nilai pendidikan dalam sastra

dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu nilai agama, nilai sosial, dan

nilai moral, dan nilai estetis.

a. Nilai Agama dalam Sastra

Nilai agama adalah nilai yang mendasari dan menuntun tindakan

hidup ketuhanan manusia, dalam mempertahankan dan mengembangkan

ketuhanan manusia dengan cara dan tujuan yang benar. Atar Semi (1993:

(33)

commit to user

bahwa agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham

sekaligus karya sastra bermuara pada agama.

Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2005: 327) juga berpendapat

bahwa kehadiran unsur religious dan keagamaan dalam sastra adalah

keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang

bersifat religious.

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih

baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai

religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat

karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan

yang bersumber pada nilai-nilai agama.

b. Nilai Sosial dalam Sastra

Nilai pendidikan sosial adalah tata sosial tertentu yang

mengungkapkan sesuatu hal yang bisa direnungkan. Dalam karya sastra

dengan ekspresi pengungkapan nilai sosial pada akhirnya dapat dijadikan

cermin sikap para pembacanya. Karya sastra dapat berfungsi sebagai daya

penggoncang nilai-nilai sosial yang sudah mapan (Suyitno, 1986: 5).

c. Nilai Moral dalam Sastra

Moral memang sulit dipisahkan dari masalah agama dan sosial.

Dalam moral ada unsur moral agama, sosial, dan moral-moral yang lain,

sehingga moral ini merupakan sesuatu yang kompleks yang selalu dihadapi

seseorang. Budi pekerti teladan seringkali dihubungkan dengan masalah

moral. Berkaitan dengan karya sastra yang diibaratkan dengan itikad baik

tidak sunyi dari untaian hikmah di antara seru derunya konflik/ peristiwa

akan lebih memberikan kekayaan nilai didik bagi pembacanya.

d. Nilai Estetis dalam Sastra

Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk estetis, makhluk yang

dapat merasakan dan menghayati keindahan, maksudnya adalah mendidik

agar seseorang dapat merasakan dan mencintai segala sesuatu yang indah

(34)

commit to user

Atar Semi (1993: 56) berpendapat bahwa fungsi estetika sastra

adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan

keindahan bagi pembacanya. Suyitno (1989: 11) berpendapat bahwa sastra

tidak hanya sekedar memberi kesenangan, tetapi juga memberi pengetahuan

serta pencernaan yang menghayat tentang hakikat kehidupan bernilai.

B.

Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Ana Fitria Vivi

S (2011), mahasiswa Program Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan

judul Kehidupan Pesantren dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khaleqy

(Kajian Sosiologi Sastra). Hasil dari penelian tersebut dapat disimpulkan

bahwa dalam novel Geni Jora Karya Abidah El Khaleqy membahas tentang

sosiologi sastra yang mempelajari tentang hubungan sosial antara sesama

individu, antara individu dengan kelompok dan masyarakat.

2. Penelitian yeng dilakukan oleh Susilowati (2004), mahasiswa Program

Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Kumpulan Cerpen

Mereka Bilang Saya Monyet Karya Djenar Mahesa Ayu (Tinjauan Sosiologi

Sastra)”. Berkesimpulan: 1) keterjalinan unsur intrinsik dalam membangun

makna totalitas dalam cerita; 2) pandangan dunia pengarang merupakan

gambaran nyata dari realitas sosial yang ada dalam masyarakat; 3) nilai

edukatif yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut.

3.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Hamdan Nugroho (2011),

mahasiswa Program Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Analisis Sosiologi Sastra

Antara Religiusitas Pengarang dengan Karyanya: Sebuah Studi Literatur

Terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”. Hasil

dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa novel tersebut membahas

hubungan latar belakang sosial pengarang dengan karyanya dan adanya nilai

(35)

commit to user

C.

Kerangka Berfikir

Sastra merupakan realita sosial dan juga lembaga sosial yang tidak lepas

dari situasi sosial di luarnya, yaitu masyarakat. Novel sebagai salah satu kajian

karya sastra yang merupakan hasil rekaan yang mengutamakan perasaan dan

kehidupan. Walaupun rekaan tetapi novel tidak lepas dari kenyataan sosial, baik

yang dilihat maupun yang dialami sendiri oleh pengarang.

Melalui novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy,

penulis mengkaji dengan kajian sosiologi sastra. Pendeskripsian bagaimana cara

pengarang mengangkat masalah dalam novel dan dihubungkan dengan keadaan

sosial setempat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

pemahaman pembaca terhadap unsur intrinsik apa yang terdapat dalam novel

Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, latar belakang pengarang

dalam menciptakan novel tersebut mengenai apa yang ingin disampaikan oleh

pengarang lewat karyanya, dan tanggapan pembaca mengenai novel Dalam

Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, sehingga dapat diketahui

eksistensi Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sebagai novel.

(36)

commit to user

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kesusastraan, sehingga tidak

ada pembatasan khusus terhadap tempat dan waktu karena objek yang dikaji

berupa naskah (teks) sastra. Objek penelitian ini adalah novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Pelaksanaan ini dilakukan pada bulan

Januari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan/ Tahun 2012

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan Judul X

2. Pengajuan Proposal X X

3. Perizinan Penelitian X

4. Pengumpulan Data X X

5. Analisis Data X X

6. Penyusunan Laporan X X

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan

dalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan untuk mengetahui makna totalitas suatu karya sastra.

Metode atau jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Data yang ada

berupa pencatatan dokumen terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

(37)

commit to user

C. Data dan Sumber Data

1. Dokumen, yaitu kutipan kalimat-kalimat dari novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Ihwah Publishing

(Jakarta).

2. Informan, yaitu melakukan wawancara dengan pengamat sastra/ dosen dan

pembaca umum.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik yang digunakan untuk pengambilan data penelitian ini, yaitu

dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan data yang

didasarkan pada pertimbangan tertentu (Sutopo, 2002: 56). Pertimbangan tertentu

artinya disesuaikan dengan tujuan penelitian, peneliti tidak memilih data secara

acak melainkan memilih data yang relevan dengan tujuan penelitian. Sampel

dalam penelitian ini adalah Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen yang

berupa novel. Langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut: 1)

membaca novel Dalam Mihrab Cinta secara berulang-ulang; 2) mencatat kutipan

kalimat-kalimat yang menggambarkan unsur intrinsik, latar belakang penciptaan

novel, dan nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta.

F. Uji Validitas Data

Dalam penelitian ini, uji validitas data yang digunakan penulis adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai

(38)

commit to user Triangulasi yang digunakan penulis adalah:

1. Triangulasi teori, yaitu melakukan penelitian terhadap topik yang sama dan

datanya dianalisis dengan menggunakan teori yang berbeda-beda.

2. Teori sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh. Hal ini dilakukan dengan membandingkan

data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Dari data yang telah

terkumpul kemudian dianalisis.

G. Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam novel Dalam Miharab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy ini ada tiga komponen pokok, yaitu 1) reduksi data; 2)

penyajian data; dan 3) penarikan kesimpulan. Adapun keterangannya sebagai

berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan memlih-milih data yang penting dan

membuang data yang kurang penting. Data yang dipilih kemudian difokuskan

dan disesuaikan menurut kebutuhan penelitian, sehingga peneliti dapat

menyajikan data secara sistematis.

2. Penyajian Data (data display)

Langkah ini berupa kegiatan merakit informasi atau data secara teratur

dan terperinci supaya mudah dimengerti dan dianalisis.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusing drawing)

Kegiatan yang sudah memasuki tahap membuat kesimpulan dari data

yang telah diperoleh sejak awal penelitian dan sampai akhir penelitian. Untuk

(39)

commit to user Masa Pengumpulan Data

---

Reduksi Data

Antisipasi Selama Pasca

Penyajian Data = Analisis

Selama Pasca

Penarikan Kesimpulan

Selama Pasca

Gambar 2: Model Analisis Jalinan atau Mengalir (Mattew B. Miles dan

A. Michael Huberman, 1992: 18)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur ini melalui beberapa tahap antara lain:

1. Pengumpulan data yang berupa kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

2. Menyeleksi serta memilah data yang berupa kutipan yang telah berdasarkan

objek yang akan dianalisis, yaitu tentang unsur intrinsik, latar belakang

penciptaan novel, dan nilai pendidikan.

3. Menganalisis data yang telah diseleksi.

4. Menarik kesimpulan.

5. Membuat laporan penelitian.

(40)

commit to user

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data

Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dikaji

dengan kajian sosiologi sastra yang mendeskripsikan tentang unsur intrinsik

pada novel ini yang dilihat dari segi penokohan dengan pembagian beberapa

tokoh, yaitu tokoh utama (main character) dan tokoh tambahan (peripheral

character), tokoh protagonis dan antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat,

tokoh statis dan tokoh berkembang, dan tokoh tipikal dan tokoh netral. Latar

dalam novel Dalam Mihrab Cinta dilihat dari latar tempat, latar waktu, dan

latar sosial. Alur dalam novel ini dikembangkan sangat beragam, secara garis

besar dalam pembentukannya alurnya bersifat linear namun ada beberapa

peristiwa kecil yang menjadikan pola alur berubah, misalnya, dengan

memakai pola alur bawahan. Novel ini memiliki titik fokus pada tema.

Pendeskripsian faktor yang melatarbelakangi novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Sirazy adalah tentang perjalanan hidup

seorang pemuda yang penuh liku-liku dan dengan optimis melangkah

mencapai kesuksesan, baik soal ketakwaan pada Tuhan maupun mengenai

kisah percintaannya.

Pendeskripsian nilai pendidikan dalam novel ini memuat nilai agama,

sosial, moral, dan estetis. Pemahaman mengenai nilai agama melalui data

ucapan maupun perbuatan tokoh yang berhubungan dengan Tuhan. Nilai

sosial ditunjukkan melalui hubungan baik keluarga, masyarakat, dan

persahatan. Nilai moral berhubungan dengan sifat baik atau buruk para

tokohnya. Nilai estetis berkaitan dengan gaya bahasa atau majas yang

digunakan pengarang pada kedua novel tersebut dan nilai estetis yang bersifat

(41)

commit to user

B.

Analisis Novel

Dalam Mihrab Cinta

Karya Habiburrahman El Shirazy

1. Unsur Intrinsik Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy

Analisis unsur intrinsik novel merupakan sebuah penelitian yang

mendasarkan objeknya pada unsur-unsur internal karya sastra. Unsur-unsur

instrinsik yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: penokohan, alur,

latar, sudut pandang, dan tema.

a. Penokohan

Dalam novel Dalam Mpihrab Cinta ini, penokohan sangat beragam

dan berkembang, maka penulis akan menarasikan dan menganalisis

penokohan yang ada dalam novel Dalam Mihrab Cinta sesuai dengan

kriteria dan jenis tokohnya yang belum tentu dari jumlah tokoh yang tidak

termasuk pada beberapa jenis tipikal tokoh.

1) Tokoh Utama (Main Character)

Tokoh utama novel Dalam Mihrab Cinta adalah Syamsul.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas tokoh utama adalah tokoh yang

mendominasi dalam keseluruhan cerita. Tokoh Syamsul merupakan

tokoh yang selalu ada dalam cerita novel ini. Dari awal cerita sampai

akhir cerita Syamsul selalu ada dan merupakan sudut pandang

penceritaan.

Dalam cerita ini, Syamsul adalah tokoh keras kepala (dalam

hal menentukan jalan hidupnya), berani, nekat, jujur, sopan, tanggung

jawab dan amanah. Di awal cerita diceritakan Syamsul merupakan

tokoh yang kontradiktif dengan keluarganya. Dia keras kepala dalam

menentukan jalan hidupnya. Keluarganya menginginkan dia menjadi

seseorang pengusaha batik yang sukses namun Syamsul berkeinginan

lain. Dia memilih menjadi santri di Kediri sebagaimana saran dari

imam Masjid Agung Pekalongan. Hal ini terlihat dalam kutipan

(42)

commit to user

“Saat ia mengutarakan niatnya ke pesantren, ayah dan kedua

kakaknya terang-terangan tidak setuju. Tetapi ibu dan adik perempuan satu-satunya mendukungnya.

“Ke pesantren? Mau jadi santri gudig?” Sinis kakak sulungnya.

“Kalau Cuma santri gudig mending, hla kalau nanti jadi teroris

bagaimana?” Sengit kakak keduanya.

“Kalian ini kok berpikiran buruk seperti itu. Ibumu ini dulu

juga pernah nyantri di Kaliwungu Kendal, pernah hidup di pesantren lho. Apa kalian melihat ibumu ini seperti yang kalian katakan itu? Gudigen atau teroris? Kalau adikmu ini mau ke pesantren malah bagus. Di antara anggota keluarga ini nanti ada yang benar-benar ngerti agama.”

Pembelaan ibunya itu semakin membulatkan tekadnya. Ia telah menentukan jalannya. Bersama restu ibu ia takkan ragu

melangkah....” (DMC: 13)

“Ia genggam baik-baik pesan sang Imam. Ia semakin tahu jalan

mana yang harus ia tempuh. Restu ibu pun telah ia genggam.

tetapi tetap selalu beralasan ketika dia meminta untuk melompat kelas

sandainya dia merasa sudah menguasai kitab yang sedang

dipelajarinya, yang secara peraturan tidak sesuai dengan sistem

pendidikan yang ada di pesantren Al Furqan. Seperti dalam kutipan

berikut:

“Begini, saya ini katakanlah masih nol. Maka begitu masuk

kitab Mabadi‟ul Fiqhiyyah. Kelas paling dasar. Nahwunya ya

Jurumiyyah. Katakanlah kurikulum kelas itu adalah enam bulan. Saya masuk dan saya belajar sendiri kepada para senior di luar jam resmi. Akhirnya dalam waktu tiga bulan saya bisa menguasai seluruh materi kelas itu, saya minta ijin untuk melompat ke kelas atasnya. Begitu bagaiman? Sebab jika saya

ikut waktu yang ditentukan, maka untuk sampai kelas Ihya‟ Ulumuddin saya umur berapa?” Jelas Syamsul secara terbuka.

(43)

commit to user

Keinginan Syamsul yang terkesan memaksa itu membuat

pengurus pesantren merasa tidak dihargai. Namun setelah

musyawarah, dan melihat kesungguh-sungguhannya, permintaan

Syamsul diterima.

Tidak hanya keras kepala, namun Syamsul memiliki

keberanian dan kejujuran yang luar biasa. Keberanian yang sangat luar

biasa ketika Syamsul pertama kali bertemu Zizi, dia menyelamatkan

Zizi dari seorang pencuri. Yang kedua ketika dia mencoba

mempertahankan keyakinannya ketika dia dituduh mencuri. Dia

berani bersumpah atas nama Allah dan berani menyumpahi Kiai

Miftah terhadap keputusannya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya

tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah mengantarnya pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknat

Allah menimpa saya jika saya berdusta!” Syamsul bersumpah

dengan suara lantang. Kedua matanya menyala seperti mata elang. (DMC: 77-78)

“Pak Kiai, Panjenengan belum melakukann tabayun yang

sesungguhnya pada saya.” Ia lalu memandangi wajah pengurus

pesantren yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian

memutuskan hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini kezaliman! Suatu saat kalian akan tahu siapa sebenarnya rayap itu. Saya tak akan memaafkan dosa Pak Kiai dan dosa kalian sebelum kalian mencium kaki saya. (DMC: 82-83)

Di samping Syamsul adalah tokoh yang nekat dalam

menempuh alur ceritanya. Setelah ia dikeluarkan dari pesantren

karena difitnah mencuri, dia pergi ke Semarang dan ke Jakarta.

Karena kondisi yang sedang kepepet dia melakukan pencurian yang

sebenarnya, dia mencopet seorang perempuan muda yang

(44)

commit to user

“Dan...naas!”

“Korbannya, seorang perempuan muda yang sangat waspada. Ia ketahuan. Perempuan itu meneriakinya, “Copet! Tolong!”

Seketika itu juga langsung lompat dari bis dan lari sekencang-kencangnya. Bis berhenti. Semua orang berteriak-teriak,

Copet, copet!” Orang mendengar hal itu langsung berlarian

mengejarnya. Ia lari ke arah Ngaliyan. Terus berlari. Sesungguhnya ia adalah pelari yang cepat. Tetapi tubuhnya yang lemas karena belum makan tidak bisa diajak kompromi. Sampai dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. Ia babak belur dihakimi massa. Untung ada patroli polisi. Nyawanya diselamatkan oleh polisi. (DMC: 105)

Selanjutnya, kenekatan Syamsul ketika dia menjadi guru ngaji Della.

Syamsul nekat datang menawarkan diri menjadi guru ngajinya

Della berdasarkan informasi dari Satpam, sementara dia sedang

melakukan observasi (menyamar).

“Lalu dengan mantap ia memakir sepeda motornya di depan

rumah di Jalan Flamboyan no. 17. Ia pencet bel dan mengucapkan salam. Seorang pembantu wanita agak tua dan seorang anak muda membuka pintu garasi.

“Oh pak ustadz. Mau ketemu siapa?” Tanya anak muda. “Pak Broto ada?”

“Ada. Silakan masuk Pak Ustadz.”

Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk bersarung dan berbaju koko keluar.

“Oh Udtadz. Di mana kita pernah ketemu ya Pak Ustadz?” Pak

Broto merasa kenal.

Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Begini Pak Broto langsung saja, ada yang memberi tahu saya katanya Pak Broto perlu guru Privat ngaji untuk si kecil Della. Apa

betul?” Ujar Syamsul dengan tenang. (DMC: 132-133)

Selanjutnya, di samping kenekatan-kenekatan yang dilakukan

Syamsul namun dia juga tokoh yang tanggung jawab dan amanah. Hal

ini bisa dilihat ketika Syamsul akan diberi hadiah umroh oleh keluarga

Silvie namun dia menolaknya karena telah dipercaya sebagai

pelaksana kegiatan Ramadhan di tempat dia tinggal. Seperti dalam

(45)

commit to user

“Ini Ustadz sebagai tanda terimakasih. Saya ingin memberikan

hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini dibidang travel. Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan hadiah tiket dan

akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan ini.”

Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat dengan program Ramadhan untuk remaja masjid yang telah ia rancang bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya. Dengan hati berat ia menjawab,

“Bukannya saya menolak Bu. Sungguh saya ingin umroh.

Namun Ramadhan ini saya punya tanggung jawab penuh mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan tempat

saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa.” (DMC: 177)

Syamsul sebagai tokoh yang bertanggung jawab dan amanah,

bisa tercermin pada alur peristiwa-peristiwa yang dilaluinya. Pada

permulaan cerita Syamsul diceritakan ingin menjadi ahli agama yang

tidak sesuai dengan keinginan keluarganya. Meskipun perjalanan

menempuh itu banyak rintangan, namun Syamsul bisa

membuktikannya dengan dia menjadi seorang mubalig terkenal. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan

di Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak dibicarakan orang, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim. Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris kewalahan memenhui undangan yang terus berdatangan datang.

Syamsul mulai laris sibuk ceramah di banyak tempat di daerah Parung dan sekitarnya. Kini, selain mengajar Della, aktif kuliah, dan mengisi ceramah, Syamsul juga memiliki jadwal rutin untuk syuting di studio sebuah televisi swasta.” (DMC: 211)

2) Tokoh Protagonis

Jika dilihat dari peran-peran dalam pengembangan plot, dapat

dibedakan adanya protagonis. Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta,

tokoh protagonis ditampilkan secara dominan dan menampilkan

banyak tokoh. Misalnya, Syamsul sebagai tokoh utama, Silvie

Gambar

  Gambar
Tabel
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Novel Cinta Suci Zahrana sarat akan nilai pendidikan yang terdiri dari nilai pendidikan agama yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya, nilai moral yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa nilai- nilai pendidikan akhlak dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el- Shirazy meliputi :

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam novel Bidadari Bermata Bening terdapat nilai-nilai kemanusiaan yakni hubungan manusia dengan Tuhan,

Namun manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan tanpa bantuan bimbingan pihak lain

Tujuan penelitian ini adalah memaparkan unsur cerita novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, menganalisis nilai-nilai religius yang terdapat dalam novel

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: (1) Nilai pendidikan akhlak terhadap Allah, yaitu: beribadah kepada Allah (shalat dan puasa),

Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy meliputi 1 Nilai agama yang terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana adalah taat dalam