• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA

Sri Utari

SMA Negeri 8 Yogyakarta

Jalan Sidobali No. 1 Muja Muju Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model evaluasi pembelajaran biologi yang sesuai untuk mengetahui efektivitas pembelajaran biologi di SMA.

Penelitian merupakan penelitian pengembangan dengan sepesifikasi produk yang dikembangkan berupa seperangkat instrumen evaluasi pembelajaran biologi yang dapat digunakan untuk sekolah atau lembaga terkait untuk mengetahui efektivitas pembelajaran biologi di SMA. Subjek penelitian adalah 6 kelas dari 3 SMA di kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada 6 guru, 120 peserta didik. Teknik analisis data dengan analisis faktor.

Hasil analisis data menunjukkan reliabilitas instrumen untuk kinerja guru sebesar 0,908, reliabilitas instrumen untuk kinerja peserta didik sebesar 0,903, reliabilitas instrumen untuk iklim kelas sebesar 0, 856 dan reliabilitas instrumen untuk instrumen sikap ilmiah sebesar 0,805. Hasil analisis reliabilitas instrumen menunjukkan instrumen dapat digunakan untuk mengukur efektivitas pembelajaran biologi di SMA. Hasil analisis faktor menunjukkan nilai KMO sebesar 0,829 untuk instrumen kinerja guru, sebesar 0,859 untuk instrumen kinerja peserta didik, 0,847 untuk instrumen iklim kelas dan 0,707 untuk instrumen sikap ilmiah. Hasil ini menunjukkan analisis faktor dapat dilanjutkan untuk mengetahui nilai faktor. Dari nilai total varian dan dilakukan rotasi terhadap komponen matrix diketahui instrumen kinerja guru terdiri dari tiga faktor yaitu kemampuan mengelola pembelajaran, kemampuan memahami karakteristik peserta didik dan kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Instrumen kinerja peserta didik terdiri dari dua faktor yaitu kinerja di dalam kelas dan kinerja di laboratorium. Instrumen iklim kelas terdiri dari dua faktor yaitu dukungan lingkungan kelas dan motivasi diri. Instrumen untuk sikap ilmiah terdiri dari 4 faktor yaitu sikap ingin tahu, respek terhadap data, kreatif dan peka terhadap lingkungan.

Kata kunci : Model pembelajaran, biologi SMA

I. PENDAHULUAN

Evaluasi merupakan langkah penting untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Evaluasi program pembelajaran diperlukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.

(2)

program pembelajaran diperlukan agar kelemahan program pembelajaran yang telah dibuat tidak terjadi lagi pada program pembelajaran berikutnya.

Selama ini evaluasi pembelajaran lebih menekankan pada hasil pembelajaran daripada proses pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru maupun pemerintah sebatas evaluasi hasil pembelajaran berupa ulangan harian, UTS, UAS, UKK maupun UN. Rendahnya nilai evaluasi hasil pembelajaran, jarang dijadikan umpan balik perbaikan program pembelajaran. Untuk itu perlu adanya evaluasi program pembelajaran yang dapat memberi gambaran efektivitas pembelajaran.

Beberapa kurikulum telah dilaksanakan di Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan tetapi belum memberi hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan kajian terhadap permasalahan utama pendidikan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Untuk mengidentifikasi dan mencari fokus masalah evaluasi pembelajaran biologi, peneliti telah menyebarkan kuesioner kepada 10 guru biologi SMA di kota Yogyakarta. Kuesioner dirancang untuk memperoleh informasi tentang persepsi guru terhadap kurikulum, pelaksanaan pembelajaran biologi, evaluasi pembelajaran biologi dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran biologi. Informasi yang diperoleh antara lain: 1) perbaikan pendidikan tidak ditentukan oleh kurikulum yang berlaku tetapi oleh proses pembelajaran di kelas dan efektivitas interaksi guru-peserta didik, 2) substansi penting dalam pembelajaran biologi yang selalu ada dalam setiap kurikulum yang berlaku adalah: apentingnya penilaian kognitif, afektif dan psikomotor, penilaian otentik peserta didik, ketrampilan proses dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.

Guru meyakini perbaikan pendidikan tidak ditentukan oleh kurikulum yang berlaku tetapi ditentukan oleh efektivitas proses pembelajaran di kelas. Keyakinan ini juga merupakan keyakinan peneliti sebagai guru biologi SMA. Kurikulum hanya memberikan pedoman penyelenggaraan pembelajaran secara garis besar untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan mutu pembelajaran lebih ditentukan oleh pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan guru di dalam kelas menjadi proses awal perbaikan mutu pendidikan. Kemampuan guru merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor merupakan tekanan penting dalam pembelajaran biologi SMA di setiap kurikulum yang berlaku. Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran diperlukan evaluasi program pembelajaran yang berbasis proses.

(3)

II.METODE PENELITIAN Model evaluasi

Model evaluasi pembelajaran biologi yang dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan pada model evaluasi logic model. Model evaluasi logic model mempunyai 4 komponen utama yaitu input, activities, outputs dan outcomes tetapi lebih difokuskan pada proses atau aktivitas pembelajaran meliputi kinerja guru dan kinerja peserta didik. Aktivitas akan mempengaruhi dan menghasilkan outputs dan outcomes. Outputs berupa penguasaan konsep sedangkan outcomes berupa sikap ilmiah. Dalam penelitian ini dibatasi pada komponen activities atau proses pembelajaran dan outcomes yaitu sikap ilmiah. Berdasarkan pemikiran tersebut maka diagram model evaluasi pembelajaran biologi SMA digambarkan sebagai berikut (Frechtling, 2007: 21-22)

Gambar 1. Diagram Logic Model Evaluasi Pembelajaran Biolog

Instrumen

Sesuai dengan fokus dan tujuan pengembangan maka instrumen penelitian dibedakan menjadi instrumen aktivitas pembelajaran dan outcome pembelajaran. Instrumen aktivitas pembelajaran digunakan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran. Instrumen dikelompokkan menjadi 4 komponen yaitu kinerja guru, kinerja peserta didik, dan iklim kelas yang dijabarkan dalam bentuk kuesionar guru dan peserta didik. Outcome pembelajaran berupa kuesioner sikap ilmiah.

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan melalui tahap kajian teori, validasi dengan pakar dan guru biologi di kota Yogayakarta. Dari kegiatan tersebut disusun kuesioner untuk guru dan peserta didik. Kuesioner guru untuk mengukur kinerja guru sedangkan kuesioner siswa untuk mengukur kinerja guru, kinerja siswa, iklim kelas dan sikap ilmiah. Instrumen untuk kinerja guru terdiri dari 5 faktor yaitu penguasaan materi biologi (4 aitem), pemahaman karakteristik peserta didik (4 aitem), kemampuan mengelola pembelajaran (8 aitem), penguasaan strategi pembelajaran (2 aitem) dan kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran (6 aitem). Kuesioner untuk kinerja peserta didik terdiri dari 2 faktor yaitu kinerja di kelas (7 aitem ) dan kinerja di laboratorium (10 aitem). Kuesioner iklim kelas terdiri dari 2 faktor yaitu lingkungan fisik (4 aitem) dan budaya kelas (6 aitem). Kuesioner untuk sikap ilmiah terdiri dari 7 faktor yaitu sikap ingin tahu (4 aitem), sikap respek terhadap data (3 aitem), sikap berpikir kritis (4 aitem), sikap penemuan dan kreativitas (5 aitem), sikap

Input Activities Outputs Outcomes

kinerja guru

Penguasaan konsep Sikap ilmiah Rencana Pembelajaran

Fasilitas

(4)

berpikiran terbuka dan kerjasama (6 aitem), sikap tekun (3 aitem) dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar (3 aitem).

Responden

Responden penelitian ini adalah 6 guru dan 120 peserta didik kelas X di SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 5 Yogyakarta dan SMA Negeri 11 Yogyakarta. Pemilihan sekolah berdasarkan level sekolah ditinjau dari input peserta didik. Setiap sekolah diambil 2 kelas dan 2 guru pengampu mata pelajaran biologi kelas X. Jumlah kuesioner peserta didik yang kembali 183 tetapi yang lengkap dan dapat diolah ada 120 kuesioner.

Analisis data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berasal dari instrumen berupa kuesioner guru dan kuesioner peserta didik. Data yang diperoleh dianalisis uji reliabilitas dan Exploratory Factor Analysis (EFA) dengan SPSS 17.0. Analisis EFA dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan variabel dan mereduksi data sehingga diperoleh variabel baru atau faktor. Dari analisis EFA diharapkan diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas kuesioner guru dan peserta didik dilakukan menggunakan Cronbach’s Alpha dengan kriteria koefisien reliabilitas mendekati 1,0 semakin baik, kurang dari 0,6 berarti buruk, 0,7 berarti dapat diterima dan lebih dari 0,8 berarti baik (Sekaran, 2003). Berdasarkan uji reliabilitas variabel menunjukkan bahwa semua variabel yang diuji mempunyai nilai koefisien reliabilitas di atas 0,800. Reliabilitas kinerja guru sebesar 0,908, kinerja peserta didik sebesar 0,903, iklim kelas sebesar 0,856, dan sikap ilmiah sebesar 0,805. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat reliabilitas yang baik.

Exploratory Factor Analysis (EFA)

Exploratory Factor Analysis (EFA) dilakukan untuk menguji 4 variabel yaitu kinerja guru (24 aitem) , kinerja peserta didik (16 aitem), iklim kelas (10 aitem) dan sikap ilmiah (25 aitem). Dari analisis di ketahui nilai KMO and Bartlett’s Test untuk kinerja guru sebesar 0,829, kinerja peserta didik sebesar 0,859, iklim kelas sebesar 0,847 dan sikap ilmiah sebesar 0,707. Nilai KMO and Bartlett’s Test untuk semua variabel lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan bahwa variabel dan sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Selanjutnya hasil analisis faktor akan diuraikan setiap variabel.

A. Kinerja guru

(5)

dalam satu atau beberapa faktor. Nilai communalities 0,570 – 0,860, menunjukkan faktor tetap dapat ditentukan karena rata-rata di atas 50 %. Dari total variance explained, component matrix dan rotated component matrix maka ditentukan pengelompokkan input variabel ke faktor tertentu berdasarkan besar korelasi antara variabel dengan faktor. Dari hasil ini maka variabel kinerja guru yang semula 5 faktor direduksi menjadi 3 faktor yaitu kemampuan mengelola pembelajaran (9 aitem), pemahaman karakteristik peserta didik (7 aitem) dan kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran (7 aitem).

B. Kinerja Peserta didik

Dari analisis diperoleh nilai MSA 0,766 – 0, 9 dan nilai communalities 0,526 – 0,781. Dari total variance explained, component matrix dan rotated component matrix maka ditentukan kinerja peserta didik tetap menjadi dua faktor yaitu kinerja di kelas (7 aitem) dan kinerja di laboratorium (9 aitem).

C. Iklim Kelas

Hasil analisis menunjukkan nilai MSA 0,716 – 0, 901 dan nilai communalities 0,518 – 0,731. Dari total variance explained, component matrix dan rotated component matrixmaka variabel iklim kelas dikelompokkan menjadi 2 faktor yaitu dukungan kelas (6 aitem) dan motivasi diri (3 aitem).

D. Sikap Ilmiah

Untuk variabel sikap ilmiah nilai MSA 0,543 – 0, 803 dan nilai communalities 0,507 – 0,826. Dari total variance explained, component matrix dan rotated component matrix maka variabel sikap ilmiah yang semula terdiri dari 7 faktor dikelompokkan menjadi 4 faktor yaitu respek terhadap data (6 aitem), penemuan/kreatif (6 aitem), peka terhadap lingkungan sekitar (4 aitem) dan rasa ingin tahu (5 aitem ).

Hasil Exploratory Factor Analysis (EFA) terhadap variabel-variabel pembentuk model evaluasi pembelajaran biologi di SMA menunjukkan adanya pengelompokkan aitem-aitem membentuk faktor baru. Variabel kinerja guru yang semula 5 faktor direduksi menjadi 3 faktor, variabel kinerja peserta didik tetap menjadi 2 faktor tetapi ada aitem yang harus dibuang. Variabel iklim kelas tetap menjadi 2 faktor tetapi ada perubahan aitem dan penamaan variabel laten. Variabel sikap ilmiah yang semula 7 faktor menjadi 4 faktor. Faktor-faktor baru yang terbentuk diharapkan dapat memperbaiki instrumen sehingga dapat membangun model evaluasi pembelajaran biologi yang sesuai untuk mengetahui efektivitas pembelajaran biologi di SMA.

IV. KESIMPULAN

(6)

langkah penelitian selanjutnya untuk mengetahui efektivitas program pembelajaran secara utuh. Kajian mendalam tentang tes yang mampu mengukur hasil pembelajaran biologi belum dilakukan dalam penelitian ini. Kajian terhadap hasil pembelajaran berupa sikap ilmiah menunjukkan ada 4 faktor yaitu rasa ingin tahu, respek terhadap data, penemuan/kreatif, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

V. DAFTAR PUSTAKA

Eko Putro Widoyoko, 2011, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Frechtling, J.A, (2007), Logic Modeling Methods in Program Evaluation, USA: John Wiley & Sons Imam Ghozali, (2005), Sructural Equation Modelling, Semarang : Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gambar

Gambar 1. Diagram  Logic Model Evaluasi Pembelajaran Biolog

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan kata- kata jinayah ialah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa

Gunakan baju kerja / ketel pak dan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan kulit jika terjadi paparan debu bahan ini.. Pelindung

Untuk hasil pengujian Hipotesis, didapat bahwa : Tidak terdapat perbedaan mengenai Happiness pada pengguna Go-Jek dan Grab, lalu Task Success Go-Jek lebih baik daripada Task

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) spesies tumbuhan pangan tradisional bernilai penting ( Cultural Significant Plant ) yang diperoleh melalui wawancara

Bohr menghitung energi elektron pada tingkat energi yang dibolehkan untuk atom hidrogen berdasarkan panjang gelombang spektrum garis emisi hidrogen.. Efek

Saya mengirimkan pesan etika yang cukup di seluruh perusahaan agar dapat menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan bagi karyawan untuk melakukan

Dinas kesehatan yang seharusnya juga memiliki tugas dalam pelaksanaan JKN belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi tugasnya sehingga masih hanya sebatas penganggaran dan