BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan usaha salimng melindungi dan tolong menolong diamtara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Di Indonesia lembaga syariah sekarang berkembang dengan sangat pesat baik asuransi ataupun perbankan dan usaha lainnya yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sebagai seorang mahasiswa kita harus bisa mengetahui lebih jauh tentang asuransi syariah, baik perkembangan, pengertian, manfaat, risikonya dan lain-lain.
B. Tujuan
Pembahasan ini bertujuan dalam memahami lebih detail dan mendalam tentang asuransi dan reasuransi syariah baik pengertian, manfaat, risikonya, dasar hukum dan lain-lain. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam pelaksanaan kegiatan asuransi syariah, dan mempermudah mahasiswa/i dalam memahami asuransi dan reasuransi syariah itu sendiri.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi syariah? 2. Bagaimana dalil asuransi?
BAB II PEMBAHASAN A. ASURANSI
1. Pengertian Asuransi
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mua’ammin, sedangkan tertanggung disebut muamman lahu atau musta’min1. .Menurut pasal 246
wetboek wan koophandel (kitab UU perniagaan) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan di mana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.2
Mustafa Ahmad Az-Zarqa memaknai asuransi adalah sebgai suatu cara untuk memelihara manusia dalam menghindarari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam kehidupannya.3
2. Pendapat ulama tentang Asuransi
Di kalangan ulama atau cendikiawan Muslim terdapat dua pendapat tentang hokum asuransi, yaitu:
a. Mengaramkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain sayyid sabiq yang diungkap dalam kitabnya fiqh as-sunnah, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, dan Muhammad Bakhir al-Muth’I, alasannya antara lain: 1) Asuransi sama hakikatnya dengan judi
1 Jubran Ma’ud Ar-Raid, Mu’jam Lughway ‘Ashry, Beirut. Dar al-Islami Li Al Malatin,t,t jilid 1, hal 30
2 Masyfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya, 1986, hlm. 162.
2) Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti 3) Mengandung unsur riba/rente
4) Mengandung unsur eksploitasi karena apabila pemegnang polis tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, bisa hilang atau dikurangi uang premi yang telah dibayarkan. Premi adalah sesuatu yang diberikan hadish, sumbangan, ata sesatu yang dibayar sebagai tambahan (extra) perangsang.4
5) Premi-premi yang telah dibayar oleh para pemegang polis diputar menjadi praktek riba (karena uang tersebut dikreditkan dan dibungakan). Polis adalah bukti tertulis asuransi antara tertanggng dengan penanggung dimana dengan menerima sejumlah premi mengikatkan diri untuk mengganti kerugian yang timbul atas objek yang dipertanggung jawabkan sesuai yang tercantum dalam polis asuransi.5
6) Asuransi termasuk akad sharfi, artinya jual beli atau tukar menukar mata uang tidak dengan uang tunai.
7) Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti mendahului takdir Tuhan yang Maha Esa6
b. Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya dewasa ini.Pendapat ini kemukakan oleh Abdul wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, hammad Yusuf Musa, dan alasan-alasan yang dikemukannya adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada nash al-Qur’an maupun nash Al-Hadist yang melarang asuransi; 2) Kedua pihak yang brejanji (asurador dan yang mempertanggungkan)
dengan penuh kerelaan menerima operasi ini dilakukan dengan memikul tanggung jawab masing-masing.
4 Muhammad Syakir Sula, Asransi Syariah (life and general), konsep dan system operasional, cet 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm 26
5 Veithzal Rivai,Ferri N Idroes, dkk, Bank Syariah Financial Institution Management Conventional & Syaria System, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 1025)
164-3) Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan asuransi menguntungan kedua belah pihak
4) Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan( disalurkan kembali untuk jadi modal) untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembangunan
5) Asuransi termasuk akad mudharabah 6) Asuransi termasuk syirkah ta’awuniyah
7) Dianalogika atau diqiyasan dengan system pension, seperti taspen
8) Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan bersama
9) Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan, dan kepribadian.
Dengan alasan-alasan yang demikian, asuransi dianggap membawa manfaat bagi persertanya dan perusahaan asuransi secara bersamaan. Praktik atau tindakan yang dapat mendatangkan kemaslahatan orang banyak dibenarkan oleh agama.7
3. Dasar Hukum Al-Maidah ayat 2
ي
ي
دد دلٱ
هههي ليوي مياريههحي ري ههش
دلٱ ده
ش ل ليوي ههلشل ريئهععيعشي ااوللحهتت لي ااونتمياءي نييذهلش اهييلأ
ٱ
ٱ
ٱ
ي يعيع
ننويع رهوي ههههببرش نههمب لن في نيوههغتتي يي مياريحي ت
ي بي ن
ي يمباءي ليوي ديئهلعيعقي ليوي
اااااا اا
دض
ااادم
دض
اا
دب
دلٱ
دي دلٱ
دلٱ
ن
ه ههع
ي ك
دم
ت ودلههص
ي نأ
ي مم ههقي نتا نيههشي ههكتنشميره يي ليوي ودتاطي في ههتت ليحي اذيإهوي
دو
دم
دج
ااااااا
دص ٱ
ااا
دم دل
ااونتوياههعيتي ليوي وي تشل وي ربههبه ىههليعي ااونتوياههعيتيوي ودتتي تي نأي م
ااى ىى اادق ٱ
دلٱ
ااا
دع
ه اريح
ي دهج
دلٱ
ه
دس دلٱ
مي
ب
ه اقيعه دتيدهش
دلٱ
ي هيلشل نشإه لشل ااوقتتش وي ويع عت وي م
ٱ
ىهه ٱ
ٱ ا نن دد دلٱ
ه إه ىليع
دث دلٱ
ي
٢
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang-binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
Al-Quran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan praktik asuransi seperti yang ada saat ini, walaupun begitu al-qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang mempunyai nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai-nilai dasar tolong-menolong, atau semangat untuk memproteksi diri terhadap peristiwa kerugian (peril) dimasa mendatang.
Dan juga dalam surat a. Al-Baqarah ayat 185 b. Al-Baqarah ayat 261
c. Al-Hasyr ayat18 Dan As-Sunnah:
“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit, maka bagian lain akan turut menderita.” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir)
Kaidah fiqh :
“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” “Segala mudharat harus dihindarkan”
4. Fungsi dan Tujuan Asuransi Syariah
Adapun yang menjadi tujuan dari pendirian asuransi adalah8menjaga konsistensi
pelaksanaan syariah di bidang keuangan.
a. Antisipasi terhadap makin meningkatnya kemakmuran bangsa b. Turut meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat
c. Menumbuhkan kemampuan umat Islam di bidang pengelolaan industri asuransi
Sedangkan fungsi dari asuransi syariah adalah:9
a. Fungsi dari segi pelaksanaan Syariat Islam
Fungsi yang pertama ini mengandung makna bahwa asuransi syariah merupakan realisasi dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam syariat Islam itu sendiri, yang bahwa prinsip operasional asuransi syariah ini mengacu kepada al-Quran dan al-Sunnah serta pendapat para fuqaha. Di dalam syariat Islam terkandung substansi anjuran tentan sikap saling melindungi antar sesama manusia, sikap saling tolong menolong, berlomba-lomba dalam kebajikan dan hidup bekerjasama. Kehadiran Asuransi Syariah ini merupakan sebuah media untuk terjelmahnya kemaslahatan umat. sedangkan kemaslahatan umat itu sendiri merupakan tujuan utama dari syariat Islam. Hal ini berarti bahwa kehadiran
8 Yadi, J. Asuransi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. . 2005 halaman 13
asuransi syariah seiring dengan tujuan yang dikehendaki disyariatkannya ajaran Islam kepada umat manusia, yakni kemaslahatan manusia itu sendiri.
b. Fungsi dari segi pembangunan nasional
Sedangkan jika dilihat dari segi pembangunan nasional adalah bagaimana bisa mensejahterakan dan mententramkan kehidupan rakyat. Kehadiran asuransi syariah memiliki fungsi untuk mensejaterahkan dan mententramkan rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.
c. Fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan ekonomi umat
Kehadiran asuransi syariah sebagai sebuah lembaga keuangan syariah tampaknya bisa lebih mengelola dan mendayagunakan potensi ekonomi umat Islam secara maksimal Keterlibatan masyarakat menjadi peserta asuaransi dengan membayar sejumlah premi akan mengakibatkan terkumpulnya sejumlah dana yang bisa dijadikan sebagai modal usaha. Bila modal itu diinvestasikan kepada bank syariah, maka akan memperkokoh permodalan yang dimiliki oleh perbankan syariah.
5. Asuransi dalam Sistem Islam
Dijelaskan oleh Muhamad Netajullah Shiddiqi bahwa asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan satuan. Asuransi merupakan organisasi penyantun masalah-masalah yang universal, seperti kematian mendadak, cacat , penyakit pengangguran, kebakaran, banjir ,badai, dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi serta kerugian finansial yang disebabkannya.
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nila-nilai islam ang diajukan oleh Muhammad Netajullah Shiddiqi adalah sebagai berikut.
tugas yang diperintahkan oleh majikannya. Beban pertolongan dang anti rugi dibebankan kepada setelah mengakibatkan mengangurnya orang yang bersangkutan. Bersamaa dengan ini haruslah individu diberi kebebasan mengambil asuransi guna menanggulangi kerugian yang terjadi pada kepentingan dirinya dan keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga dapat memelihara oleh berbagai kecelakaan sehingga ia dapat memelihara produktivitas ekonomi serta kelanjutan bisnisnya.
Asuransi seperti diatas harus menjadi kepentingan Negara dengan membawa semua asuransi ke bawah wewenagn dilaksanakan oleh Negara. Negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan dan harta milik orang banyak dari kebakaran, banjir , kerusakan gempa buymi, badai, dan pencurian. Kesempatan harus diberikan kepada setiap individu untuk mengambil asuransi terhadap kerusakan finansial yang terjadi. Uang ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam setiap kasus menurut persetujuan kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi oleh pemilik kekayaan. Dalam hal seseorang jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah, orang tersebut harus ditolong dari kemiskinannya dengan system jaminan social. Jaminan ini mesti dapat diperoleh tanpa pembayaran premi apapun. Akan cocok kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seprti industry pesawat terbang wajib untuk diasuransikan, rumah tempat tinggal juga dapat dipertimbangkan menurut jalur-jalur ini, badan swasta yang melakukan usaha asuransi bagi barang-barang kekayaan juga dpat diizinkan
b. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang berkaitan dengan jiwa, pertdagangan laut, kebakaran, dan kecelakaan dimasukkan dalam sector Negara. Beberapa diantaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-hak, dan kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang biasa diserahkan kepada sector swasta. 10
6. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional N
o
Uraian Asuransi Syariah Asuransi
Konvensional 1 Konsep Sekumpulan orang yang saling
bantu-membantu, saling menjamin dan bekerjasama antara satu dengan yang lain. Dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru’( bagian dari pembayaran premi)
Akad Tabarru’ dan Tijarah (mudharabah, musyarakah, wakalah, dll)
Akad jual beli (Tabadduli) 3 Sumber hukum Al-Qur’an, Hadist, dan sumber-sumber
hokum islam lainnya
Bersih dari praktek gharar, masyir, riba Tidak selaras dengan syariat
Ada, bersungsi melakukan pengawasan terkait kepatuhan terhadap syriah
Tidak ada
6 Pengelolaan resiko
Sharing of Risk, dimana terjadi proses menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya
asuransi 8 Investasi. Dapat dilakukan investasi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. Bebas dari riba dan jenis investasi terlarang lainnya.
Biaya yang dikenakan atas pengelolaan asuransi harus transparan dan dijelaskan di polis
Pembayaran kliam bersumber dari rekening dana tabarru’
Pembayaran klaim bersumber dari dana perusahaan asuransi 11 keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi asuransi dan reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan tetapi dilakukan bagi hasil atau free (tergantung akad)
Pembebanan biaya operasional
tahun pertama. 11(sumber: Agung Jatmika, 2007)
B. REASURANSI
Reasuransi adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara dua pihak, yang masing-masing disebut pemberi sesi dan penanggung ulang dengan jalan pemberi sesi menyetujui menyerahkan penanggung ulang menyetujui menerima suatu resiko yang telah di tentukan dengan persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian.
1. Prinsip Reasuransi
Prinsip reasuransi adalah bila penanggung setelah menandatangani polis merasa takut bahwa resiko yang dipertanggungkan terlalu berat atau tidak sesuai dengan usahanya, mereasuransikan resiko itu kepada penaggung lain.
a. Loss Unexpected
Resiko harus berkaitan dengan kemungkinan dan tidak dapat diperkirakan. b. Reasonable
Resiko merupakan benda yang memiliki nilai, baik daari pihak penanggung maupun tertanggng.
c. Catastrophic
Resiko tersebut haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat besar.
d. Homogeneous
Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat. Barang atau benda yang akan di pertanggungkan haruslah homogeny, yaitu banyak barang yang serupa atau sejenis.12
11 Agung jatmika, asuransi syariah. Materi seminar insurance goes to campus di FE UNAIR Surabaya
2. Reasuransi dan Retafakul
Reasuransi syariah (retafakul) adalah suatu proses saling menanggng antara pemberi sesi dengan penanggung ulang, di mana ada proses suka sama suka (saling menyepakati) resiko dan persyaratannya yang ditetapkan dalam akad.
Tujuan asuransi (retafakul) adalah mengurangi atau memperkecil beban resiko yang diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau sebagian resiko itu kepada pihak penanggung lain.
a. Reasuransi memberi jaminan atas perlingdungan kepada penanggung dari kerugian-kerugian underwriting (underwriting losses) yang dapat sewaktu-waktu membahayakan likuiditas,, solvabilitas dan kelestarian kegiatan usaha mereka.
b. Reasuransi menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan atas resiko-resiko melampaui batas kemampuannya karena kelebihan tanggung-gugat yang tidak bisa mereka tamping sendiri akan dijamin oleh penanggung ulang yang telah bersedia menampung.
c. Reasuransi adalah alat penyebaran resiko, baik dipasaran reasuransi dalam negeri maupun pasaran luar negeri.
d. Bila kerja sama atas reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antarsesama perusahaan asuransi, akan terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai penyebaran resiko dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang mampu, meningkatkan pendapatan premi yang ditahan karena disamping adanya pengeluaran terdapat pula pemasukan premi.
Reasuransi meningkatkan dan memperbesar kelelusaan dalam melakukan pemasaran berbagai produk asuransi, baik yang konvensional maupun yang baru dengan segala macam tingkat besar kecilnya resiko.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
asuransi adalah sebgai suatu cara untuk memelihara manusia dalam menghindarari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam kehidupannya.dalil yang menyatakan kebolehan asuransi syariah dalah hadist nabi SAW, Beliau bersabda “Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit, maka bagian lain akan turut menderita.” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir)
Di kalangan ulama atau cendikiawan Muslim terdapat dua pendapat tentang hokum asuransi, yaitu: Mengaramkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang ini,Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya dewasa ini.
Prinsip reasuransi adalah bila penanggung setelah menandatangani polis merasa takut bahwa resiko yang dipertanggungkan terlalu berat atau tidak sesuai dengan usahanya, mereasuransikan resiko itu kepada penaggung lain.
a. Loss Unexpected
Resiko harus berkaitan dengan kemungkinan dan tidak dapat diperkirakan. b. Reasonable
Resiko merupakan benda yang memiliki nilai, baik daari pihak penanggung maupun tertanggng.
c. Catastrophic
Resiko tersebut haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat besar.
Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat. Barang atau benda yang akan di pertanggungkan haruslah homogeny, yaitu banyak barang yang serupa atau sejenis
DAFTAR PUSTAKA
Jubran Ma’ud Ar-Raid, Mu’jam Lughway ‘Ashry, Beirut. Dar al-Islami Li Al Malatin,t,t jilid 1
Masyfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya, 1986
Muhammad Syakir Sula, Asransi Syariah (life and general), konsep dan system operasional, cet 1 (Jakarta: Gema Insani Press), 2004
Veithzal Rivai,Ferri N Idroes, dkk, Bank Syariah Financial Institution Management Conventional & Syaria System, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,PT Raja Walipers, 2011
Yadi, J. Asuransi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. . 2005