• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah eksperiment bu met revisi terakhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah eksperiment bu met revisi terakhir"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PRAKTIKUM EKSPERIMEN DALAM BELAJAR PENGARUH PELATIHAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

1. Erlanno Rian Septa P (14081069) 2. Aldi Widiyanto (14081095)

3. Ayu Andriani (14081101)

4. Nila Sari Fitriana (14081129) 5. Endah Sulistiyo (14081137) 6. Wening Nurfitri (14081187) 7. Satrio Bayu Triatmojo (14081237) 8. Amynda Belti Syaifudin (14081295)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2017

(2)

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa sebagai individu yang mengenyam perguruan tinggi diharapkan memiliki keahlian yang nantinya akan memudahkan mahasiswa mencapai apa yang dicita-citakan (Sianturi,2013). Sehingga mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan berbicara di depan umum, selain keahlian mengungkapkan pikirannya secara tertulis. Kemampuan mengungkapkan pikiran secara lisan memerlukan kemampuan penguasaan bahasa yang baik agar mudah dimengerti oleh orang lain dan membutuhkan pembawaan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum lebih banyak menggunakan metode diskusi kelompok dan presentasi. Mahasiswa diharuskan mampu menjadi pembicara, pendengar dan pelaku media yang kompeten dalam berbagai setting lingkungan, seperti situasi personal dan sosial, seperti di dalam kelas, tempat kerja, maupun sebagai anggota masyarakat. Akan tetapi, mahasiswa seringkali merasa cemas untuk mengungkapkan pikirannya secara lisan, baik pada saat diskusi kelompok, saat mengajukan pertanyaan pada dosen, ataupun ketika harus berbicara di depan kelas saat mempresentasikan tugas (Anwar, 2012)

(3)

Berbeda selama menjadi siswa, tingkat perguruan mahasiswa dihadapkan pada situasi belajar yang menuntut mereka lebih mandiri, aktif dan berinisiatif dalam mencari informasi. Hal ini untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi yang mandiri dan inovatif ketika terjun kemasyarakat dan mengabdikan ilmunya. Mahasiswa di tuntut untuk memiliki kemampuan berbicara di depan umum, selain mengungkapkan pikirannya secara tertulis, kemampuan mengunggapkan secara lisan memelukan penguasaan bahas yang baik agar mudah di mengerti oleh orang lain dan membutuhkan pembawaan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum lebih banyak menggunakan metode diskusi kelompok dan presentasi. Akan tetapi, mahasiswa sering merasa cemas untuk mengendapkan pemikirannya secara lisan, baik pada saat diskusi kelompok, saat mengajukan pertanyaan pada dosen, ataupun ketika harus berbicara di depan kelas saat mempresentasikan tugas. (Wahyuni,2014).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2013) pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menghasilkan data 56% mahasiswa mempunyai kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi, 24,36% mahasiswa mempunyai kcemeasan berbicara di depan umum sedang dan 19,64% mahasiswa mempunyai kecemasan berbicara di depan umum yang rendah. Penelitian lain juga dilakukan oleh Suwandi (2010) di Fakultas Teologi Universitas sanata dharma, 32,8% mengalami kecemasan berbicara di depan umum sedang, 48,3% mahasiswa mengalami kecemasan sangat tinggi dalam situasi berbicara di depan umum.

(4)

seharusnya karena rasa ketidakpercayaan diri tersebut Jika seseorang percaya diri, maka akan mampu melakukan apapun (Wahyuni, 2013). Kecemasan yang dialami bukan karena persoalan apa yang mereka alami melainkan pada persoalan keyakinan dan kepercayaan yang salah yang menjadi penguat adanya kecemasan (Adler & Rodman dalam mutmainah,2005). Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Agustiar dan Asmi (2010), faktor yang meyebabkan kecemasan berbicara di depan umum adalah rasa tidak percaya diri. Dan diperkuat oleh penelitian lainnya (Wahyuni, 2014) yang mengatakan bahwa adanya hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara lain adalah relaksasi, pencitraan perilaku, intervensi kognitif, dan pelatihan kepercayaan diri. (Greenberger, 2014). Dan adapun intervensi yang peneliti gunakan adalah pelatihan kepercayaan diri. Rasa percaya diri adalah pikiran yang tidak dapat dibuktikan menimbulkan perasaan yang tidak enak (Ririn, 2013). pelatihan kepercayaan diri terbukti efektif untuk menangani kecemasan berbicara di depan umum, hal ini senada dalam penyataan Andhika & Rochman (2012) yang menyatakan bahwa dengan adanya masalah yang terjadi karena dipertahankan oleh disfungsional kognisi dan keyakinan tertentu terhadap diri sendiri sehingga ini perlu dirubah. Hal ini pula diperkuat dengan pernyataan (Kusumawati, 2014) menyatakan bahwa pelatihan kepercayaan diri adalah mengenai bagaimana seseorang mempercayai dirinya sendiri bahwa dapat melakukan suatu tindakan. Dan di perkuat pula dengan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2012) yang menunjukan bahwa kepercayaan diri memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kecemasan berbicara di depan umum.

(5)

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Sedangkan menurut Komarudin (2013) kepercayaan diri berisi keyakinan seseorang terkai dengan kekuatan, kemampuan diri, untuk melakukan dan meraih sukses serta bertanggung jawab terhadap apa yang terlah ditetapkan oleh dirinya. Sedangkan, Pelatihan menurut Noe (dalam yuwono,2005) adalah suatu usaha terencana yang dilakukan oleh suatu lembaga untuk memfasilitasi proses pembelajaran bagi anggotanya meliputi pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku. Jewell & Siegall (dalam Sianturi, 2013) menyebutkan bahwa pelatihan adalah pengalaman belajar yang terstruktur dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan khusus dan pengetahuan atau sikap tertentu.

(6)

Menurut Rakhmat (2009), apabila orang merasa tidak percaya diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang lain, dan menghindar untuk berbicara di depan umum, karena takut orang lain menyalahkannya. Kecemasan dalam interaksi sosial lebih sering dikarenakan adanya pikiran-pikiran negatif dalam diri individu. Individu merasa orang lain tidak dapat menerima dirinya karena perbedaan-perbedaan yang dimilikinya, seperti perbedaan status sosial, status ekonomi dan tingkat pendidikan. Kepercayaan diri mahasiswa diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecamasan mereka di dalam berbicara di depan umum. Mahasiswa dengan memiliki kepercayaan diri yang memadai akan dapat meminimalisir kecemasan yang terjadi pada diri mereka saat mengadakan sebuah presentasi, dan mahasiswa tersebut dapat menyikapi sebuah proses presentasi dengan respon yang positif. Mahasiswa tidak akan menganggap presentasi sebagai sebuah ancaman yang harus di hindari, tetapi mahasiswa dapat menyikapi hal tersebut sebagai sebuah proses belajar dan tantangan. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan oleh peneliti di atas, maka permasalahan yang akan diteliti ini adalah apakah ada Pengaruh Pelatihan kepercayaan diri Terhadap Penurunan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Universitas Mercubuana Yogyakarta?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari pelatihan kepercayaan diri terhadap penurunan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Universitas Mercubuana Yogyakarta.

1. Manfaat Teoritis

(7)

penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya psikologi klinis dan psikologi pendidikan

2. Manfaat Praktis.

Manfaat praktis dalam Eksperimen ini adalah hasil penelitian ini jika hipotesis penelitian terbukti, maka diharapkan pelatihan berpikir positif ini dapat direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam kaitannya berbicara di depan umum.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

1. Pengertian Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

Kecemasan berasal dari kata anxius (latin) yang menurut Calhoun dan Acocella (1990) yaitu ketakutan yang tidak nyata, suatu perassaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Freud (dalam Suryabrata, 2005) mengemukakan kecemasan adalah suatu pengalaman yang menyakitkan dan ditimbulkan oleh ketegangan– ketegangan dalam tubuh. Ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat syaraf yang otonom. Kondisi psikologis seseorang yang cemas antara lain adanya perasaan was-was, gelisah, khawatir, merasa tidak tenang, tertekan dan merasa jiwanya terancam, merasa tidak berdaya.

(8)

intensitas atau durasi yang tidak berkepanjangan sehingga individu dapat tetap memberikan respon yang adaptif. Sedangkan menurut Maramis (dalam Sianturi,2013) kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman, khawatir yang ditimbulkan karena dirasakan akan mengalami keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan kata lain, kecemasan dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan yang luas yang disebabkan oleh beberapa faktor psikologis atau faktor fisik atau gabungan dari keduanya. Kecemasan tidak sebabkan oleh sesuatu yang terdapat diluar individu, namun lebih diakibatkan oleh cara berpikir inidividu tersebut tentang apa yang akan terjadi pada dirinya.

Sedangkan kecemasan berbicara di depan umum pada mulanya dikenal dengan “Demam Panggung” dan difokuskan pada kecemasan berbicara di depan umum. McCroskey (dalam Sianturi, 2013) menyebutkan kecemasan berbicara didepan umum sebagai “communication apprehension”. Burgoon dan Ruffner (dalam Fatwa, 2012) mendefinisikan kecemasan berbicara di depan umum sebagai kecemasan yang timbul dalam upaya untuk mengatasi situasi berbicara di depan umum. Kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu hal yang normal, bahkan dapat dikatakan sehat apabila kecemasan tersebut mendorong seseorang untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengantisipasi apa yang ditakutkannya, namun kecemasan yang terlalu tinggi pada saat berbicara di depan umum akan menghambat seseorang untuk menunjukkan kapasitas dirinya.

Apollo (dalam Wahyuni, 2015) menyebut kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah

(9)

2. Komponen-komponen Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

Rogers (dalam Astrid, 2010) membagi kompenen kecemasan berbicara di depan umum menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Komponen Fisik, biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda-beda pada setiap individu. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung semakin cepat, suara yang bergetar atau kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernapas dan hidung berlendir.

b. Komponen proses mental, misalnya sering mengulang kata atau kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkannya selanjutnya.

c. Komponen emosional, yang termasuk komponen emosional ialah adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang bisa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan malu setelah berakhirnya pembicaraan.

(10)

Dan adapun menurut Adler & Rodman (1991) menyatakan terdapat dua hal yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan, yaitu :

a. Pengalaman negatif dimasa lalu, yaitu adanya suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dimasa lalu mengenai suatu peristiwa yang dapat terulang kembali di masa mendatang apabila individu tersebut menghadapi kejadian dan situasi yang sama dan juga tidak menyenangkan.

b. Pikiran yang tidak rasional, para ahli psikologi memperdebatkan bahwa pada saat terjadi kecemasan bukan kejadiannya yang membuat individu cemas tetapi kepercayaan atau keyakinan tentang itulah yang menjadi penyebab kecemasan. 4. Cara Menangani Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui ada beberapa cara atau tekhnik yang dapat digunakan dalam mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan berbicara di depan umum (Utami,1998). Cara atau tekhnik tersebut adalah :

a. Teknik Positive Words

Kemampuan menerapkan positive words merupakan salah satu solusi mengurangi kecemasan berbicara di depan umum. Namun kemampuan ini harus ditanamkan sejak dini (pada anak-anak) baik orang tua, pengajar dan orang dewasa lainnya. Hal ini bertujuan agar tercipta keselaran antara pikiran dan hati individu sehingga kata-kata positif yang diucapkan dengan hati akan menghasilkan yang baik (Urban, 2007)

(11)

Menurut pendekatan kognitif, secara konsisten individu mengalami distorsi terhadap realistis sehingga individu membuat kesimpulan yang tidak masuk akan sehubungan dengan kemampuan menghadapi lingkungannya. Oleh karena itu tujuan dari teknik kognitif ini adalah memodifikasi pikiran, premis, asumsi dan sikap yang ada pada individu (Meichenbaum dalam Utami dan Purnamaningsih, 1998)

c. Teknik Relaksasi Otot

Relaksasi merupakan salah satu teknik atau metode di dalam terapi perilaku yang dapat digunakan untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang ketika individu mengalami kecemasan berbicara di depan umum. Dengan belajar melemaskan otot-otot yang tegang dalam badan, maka rasa takut dapat di kontrol. Individu yang melakukan relaksasi ketika mengalami kecemasan berbicara di depan umum, maka reaksi-reaksi fisiologis yang dirasakan individu akan berkurang, sehingga akan merasakan rileks. Dalam keadaan rileks, individu dapat berpikir dengan tenang dan berkonstrasi, akibatnya individu mampu berbicara dengan lancar (Bower dalam Utami dan Purnamaningsih, 1998)

d. Pelatihan Kepercayaan ciri

(12)

akan kemampuan yang ia miliki maka rasa taku ataupun cemas ketikan berbicara di depan umum dapat terkontrol dengan baik (Edward dalam Yusinta, 2011) Berdasarkan beberapa cara atau teknik menangani atau mengurangi kecemasan berbicara di depan umum yang di telah dikemukankan beberapa para ahli diatas, peneliti memilih pelatihan kepercayaan diri dalam mengurangi tingkat kecemasan berbicara di depan umum. Alasan dipilihnya pelatihan kepercayaan diri dalam penelitian ini karena teknik ini terbukti efektif untuk menangani kecemasan berbicara di depan umum. Ramond (2008) menyatakan bahwa pelatihan kepercayaan diri adalah mengenai keyakinan pada diri individu atas kemampuan yang ia miliki.. Hal ini senada dalam pernyataan Cooper dan Duffy (Andhika & Rochman, 2012) yang menyatakan bahwa dengan adanya masalah yang terjadi karena dipertahankan oleh disfungsional kognisi dan keyakinan tertentu sehingga hal yang perlu dirubah melalui perasaan percaya dirinya terlebih dahulu. Hal ini pula diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara pelatihan kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum. Dan penelitian lainnya dilakukan oleh Prakoso (2014) yang mengatakan ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum.

B. Pelatihan Kepercayaan Diri

(13)

Kemampuan itu meliputi potensi fisik dan mental sedangkan keterampilan merupakan potensi khusus. Sedangkan Goldstain (dalam Hartati,2003) mengatakan bahwa pelatihan adalah suatu usaha yang terencana untuk mencapai keterampilan, peraturan, konsep atau sikap yang di hasilkan dari perkembangan perfomance (kinerja) dalam lingkungan yang lain, artinya pelatihan merupakan usaha terencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap-sikap yang sesuai dengan tujuan tertentu.

Wheelen (dalam Wulandari, 2005) menjelaskan bahwa pelatihan adalah salah satu metode untuk mendidik seseorang sehingga menguasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk lebih efektif dalam melakukan aktivitas. Individu yang telah mengikuti pelatihan akan dituntut dapat berlatih mengenai materi yang di sampaikan dalam pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk mengembangkan sumber daya manusia (Parcek dalam Harjana, 2002). Menurut Thana (2001) menandaskan bahwa metode pelatihan saat ini telah menjadi sarana pendidikan yang penting, karena pendidikan tidaklah cukup dengan mengubah pengetahuan semata, melainkan juga harus merubah aspek lain seperti keterampilan, keyakinan, orientasi serta pengalaman lapangan dengan mengubah metode, suasana dan waktu.

(14)

Berdasarkan uraian diatas pelatihan kepercayaan diri merupakan usaha terencana yang diselenggarakan guna mencapai kemampuan individu untuk lebih percaya pada kemampuan diri sendiri yang diperoleh pada suatu keyakinan yang dimilki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang di harapkan.

C. Ciri-ciri kepercayaan diri

Teori Lauster (2003) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu:

a. Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.

b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.

c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya.

d. Berani mengungkapkan Pendapat, Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.

(15)

harus berbicara di depan umum. Oleh sebab itu, diharapkan pelatihan kepercayaan diri ini dapat menurunkan kecemasan ketika berbicara didepan umum.

B. Hipotesis

(16)

METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional.

a. Variabel

 Variabel Bebas : Pelatihan Kepercayaan Diri

 Variabel Terikat : Kecemasan Berbicara Di depan Umum  Variabel Ekstrane :

 Lingkungan (suhu ruangan, cahaya, suara, jendela)

 Cara mengontrol: suhu ruangan diatur dengan cukup menyesuaikan keadaan, suara diatur agar tidak terjadi kebisingan ataupun kegadukan ketika pelatihan dan cahaya diatur menyesuaikan keadaan dan kebutuhan dan menutup jendela agar konsentrasi subyek tidak terganggu.

1. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk me–ngembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampai–kan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa diukur menggunakan skala kecemasan berbicara di depan umum berdasarkan dari aspek kecemasan berbicara di depan umum dari Rogers (dalam Astrid, 2010) yakni komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional. Nilai skala yang diperoleh subyek merupakan dasar untuk menentukan tinggi rendahnya kecemasan berbicara di depan umum. Skor skala yang tinggi menunjukan kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi.

(17)

pelatihan kepercayaan diri merupakan usaha terencana yang diselenggarakan guna mencapai kemampuan individu untuk lebih percaya pada kemampuan diri sendiri yang diperoleh pada suatu keyakinan yang dimilki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang di harapkan.

Dalam pelatihan ini akan menerapkan metode-metode yang ada dalam pelatihan dan juga akan menerapkan aspek-aspek yang ada pada kepercayaan diri yang diungkapkan oleh Lauster (2003) Percaya pada kemampuan sendiri, Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, Berani mengungkapkan Pendapat, Berani mengungkapkan Pendapat yang digabungkan dengan metode dalam pelatihan agar tingkat kecemasan berbicara didepan umum yang dialami oleh mahasiswa dapat menurun.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Karakteristik subyek adalah :

a. Mahasiswa berusia 18-22 tahun

Menurut Rakhmat (2013) Mahasiswa harus dapat berkomunikasi dengan baik terutama di depan umum, agar mahasiswa dapat menyampaikan dan mengabdikan ilmu yang didapatkannya selama menjadi mahasiswa kepada masyarakat.

b. Mahasiswa dengan skor kecemasan berbicara di depan umum sedang- tinggi.

(18)

Seleksi subyek dilakukan dengan memberikan skala kecemasan berbicara di depan umum kepada 14 mahasiswa yang di lakukan secara purposive sampling. Setelah data keseluruhan terkumpul, skor subyek penelitian diurutkan untuk mengetahui subyek yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum dari kategori rendah sampai tertingg. Sebanyak 10 mahasiswa yang memenuhi syarat dengan tingkat kecemasan berbicara di depan umum sedang sampai tinggi yang akan di pilih untuk dijadikan subyek penelitian. Yang kemudian akan diberi pelakuan berupa pelatihan kepercayaan diri. Dalam penelitian ini akan menggunakan one shoot pretest posttest control group design yang dimana seluruh subyek yang terpilih akan diberikan pelatihan kepercayaan diri.

D. Rancangan Eksperimen

Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest posttest control group design. Desain tersebut digunakan karena dalam penelitian ini efek suatu perlakuan terhadap variabel tergantung diuji dengan cara membandingkan keadaan kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan, dengan kelompok control yang tidak dikenai perlakuan. Kelompk eksperimen adalah kelompok yang akan diberikan pelatihan relaksi otot. Sedangkan kelompok control adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.

(19)

Tabel

Rancangan Eksperimen

P Pre-test Perlakuan Post-test

KE T1 X T2

KK T1 - T2

Keterangan :

KE : Kelompok Eksperimen

KK : Kelompok Kontrol

P : Purposive Assigment

T1 : PEngukuran kecemasan berbicara didepan umum

T2 : pengukuran kecemasan berbicara didepan umum

X : pelatihan kepercayaan diri

- : tanpa perlakuan

(20)

rendah sedangkan hasil post test kelompok control tidak terjadi penurunan, maka eksperimen tersebut dinyatakan berhasil serta perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen memang disebabkan oleh perlakuan (Sugiyono, 2009).

Kelompok eksperimen akan di berikan pelatihan berupa pelatihan kepercayaan diri selama satu hari dan 5 kali sesi dengan durasi waktu adalah 120 menit yang akan di lakukan oleh Trainner dan Co-Trainner. Sedangkan kelompok control akan diajak untuk menonton film biografi yang akan di saksikan bersama-sama dengan jumlah durasi film 120 menit. Dan selama dilakukan penelitian subyek akan diobeservasi oleh peneliti untuk data tambahan.

Setelah diberi pelatihan dalam waktu 2 hari kemudian subyek akan diberikan post kepada kelompok control ataupun kelompok eksperiment untuk mengetahui adanya pengaruh pelatihan kepercayaan diri terhadap penurunan kecemasan berbicara di depanumum yang dialami oleh subyek. pretest dan Posttest di lakukan menggunkan skala pengukuran kecemasan berbicara didepan umum.

Rangkaian Kegiatan Pelatihan Kepercayaan Diri

No Waktu Sesi Tujuan

1 08.00 – 08.20 Opening session Pembukaan, do’a, perkenalan dan kontrak belajar guna peserta memahami rangkaian pelatihan dan menyepakati tentang hal-hal yang ingin dicapai dalam pelatihan

08.21 – 08.30 Ice Breaking Peserta dapat menjadi lebih akrab dengan yang lain

2 08.31 – 09.45 Materi

Kepercayaan diri

(21)

kepercayaan diri. 3 09.46 – 09.55 Ice breaking dan

Relaksasi

Peserta mengikuti instruksi dari fasilitator untuk melakukan relaksasi sehingga menjadi lebih rileks dan terjadi proses internalisasi dalam diri peserta

4 09.556 – 10.00 Evaluasi Peserta dan fasilitator mengulas kembali materi yang telah disampaikan dan melakukan evaluasi mengtahui sejauh mana peserta mengerti dan memahami materi yang disampaikan

5 10.00 – 10.05 Closing session Peserta dapat mengontrol pikiran dan benar benar mengerti tentang materi yang telah disampaikan dan penutup

E. Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Mercubuana Yogyakarta. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan berupa persiapan administrasi yaitu peminjaman ruangan yang akan digunakan untuk pelakukan pelatihan berpikir positif. Dengan mengajukan surat peminjaman ruangan kepada BOP kampus 3. Kemudian eksperimenter akan menyiapkan ruangan dan mengatur ruangan akan tidak ada variabel ekstrane ketika melakukan pelatihan kepercayaan diri yaitu dengan cara mengatur suhu, mengatur cahaya. Dan mengatur posisi tempat duduk. Baik yang akan digunakan untuk kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen.

(22)

yang memiliki kecemasan berbicara didepan umum dari sedang ke tinggi. Pembagian kelompok dilihat dari hasil skor pretest, skor tertinggi di letakkan di kelompok ekpseriment dan skor sedang diletakkan di kelompok kontrol. 5 orang akan di arahkan untuk keruangan ekperiment dan 5 orang akan diarahkan untuk keruangan control. Namun ketika pelatihan dimulai yang hadir hanya 4 mahasiswa di kelompok eksperimen dan 4 di kelompok control. Kemudian setiap subyek di persilahkan untuk menempati kursi yang telah di sediakan dan kemudian kelompok ekperimen akan di mulai di beri pelatihan Kepercayaan diri yang dilakukan oleh Trainner dan di bantu oleh co-Trainner. Dan kelompok kontrol akan di beri film biografi dan menonton film bersama-sama. Pelatihan ini akan berlangsung selama 120 menit.

Selama diberikan perlakuan subyek yang berada di kelompok control ataupun ekperiment dilakukan observasi, di kelompok eksperiment terlihat penurunan kecemasan berbicara di depan umum ketika pelatihan kepercayaan diri berlangsung hal ini dilihat ketika subyek berani dan mampu untuk berbicara di depan umum dan menjalankan pelatihan kepercayaan diri dengan baik. Namun, di kelompok control subyek tidak terlihat perubahan yang terjadi. Dalam pelatihan kepercayaan diri ini semua berjalan dengan baik hanya saja trainer datang sedikit terlambat namun tidak mempengaruhi jalannya kegiatan yang sudah di atur. Dalam pelatihan ini ada beberapa variabel ekstranee yang tidak tertangani yaitu jendela yang memperlihatkan orang-orang berlalu lalang membuat focus subyek tidak hanya kepada trainer dan co-trainner saja, dan ketika jalannya penelitian eksperimenter sering keluar masuk karena ada beberapa kendaa yang harus di selesaikan dan hal tersebut juga membuat subyek tidak focus hanya dalam pelatihan yang sedang berlangsung saja.

(23)

persilahkan pulang kerumah masing-masing. Setalah diberi jeda dua hari dari pelatihan tersebut subyek diminta kembali untuk mengisi posttest, post test dilakukan berjarak dua hari agar jawaban yang dipilih oleh subyek tidak terjadi bias sehingga hasilnya akan sesuai dengan yang dirasakan subyek. Kemudian setelah post test dilakukan maka peneliti akan mengalisis data yang telah dilakukan subyek dan melihat apakah ada pengaruh yang terjadi setelah dilakukan pelatihan berpikir positif terhadap kecemasan berbicara di depan umum yang dialami oleh subyek.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala dan observasi. Menurut Azwar (2013) skala adalah perangkat pertanyaan yang disusun untuk mengungkap atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan tersebut. Skala digunakan untuk mengungkap atribut psikologi mencakup afektif dan kognitif seperti kemampuan potensial umum (inteligensi), kemampuan potensial khusus (bakat) maupun kemampuan aktual (prestasi).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala kecemasan berbicara di depan umum dengan validitas 0,250 yang disusun berdasarkan aspek kecemasan berbicara di depan umum dari Rogers (dalam Sianturi, 2013). Adapun aspek kecemasan berbicara di depan umum yang di maksud meliputi komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional adalah :

a. Komponen Fisik, biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda-beda pada setiap individu. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung semakin cepat, suara yang bergetar \, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernapas dan hidung berlendir.

(24)

yang sangat penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkannya selanjutnya.

c. Komponen emosional, yang termasuk komponen emosional ialah adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang bisa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya secar mendadak muncul rasa tidak berdaya seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan malu setelah berakhirnya pembicaraan.

Aitem-aitem dalam skala ini hanya dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok favourable

dan kelompok unfavourable, karena peneliti menginginkan kecemasan berbicara di depan umum pada diri subyek lebih dapat diketahui. Skala kecemasan berbicara di depan umum disusun berdasarkan model skala Lkiert dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Jawaban netral pada pernyataan skala tidak digunakan karena jawaban netral akan berpengaruh pada baik tidaknya suatu pernyataan mengungkap aspek-aspek tertentu (Azwar, 2013). Pernyataan favorable diberi bobot nilai: (SS) = 4, (S) = 3, (TS) = 2 dan (STS) = 1. Dan sebaliknya pernyataan Unfavourable

diberi bobo nilai (SS) = 1 , (S) = 2, (TS) = 3 dan (STS) = 4. Setiap pernyataan diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori jawaban yang diberikan pada pernyataan kemudian di jumlahkan sehingga terdapat skor total pada skala (Azwar, 2013). Semakin tinggi skor subyek maka semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum yang dialami oleh mahasiswa, demikian pula semakin rendah skor subyek maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum yang dialami oleh mahasiswa. Distribusi aitem kecemasan berbicara di depan umum dapat di lihat pada tabel :

(25)

No .

Aspek Jumlah Item Total

Fav Unfav

1. Komponen fisik 8, 13, 16 1,5,15 6

2. Komponen proses mental

9, 17 2, 6, 17 5

3. Komponen emosional 4, 10, 14, 18 3, 7, 12 7

TOTAL 18

Tabel skala Kecemasan Berbicara di depan umum posttest

No

3. Komponen emosional 17,18,2,3 9, 13,14 7

TOTAL 18

(26)

G. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data Independent Sample T-test dan teknik Paired Sample T-test. Independent sample T-test digunakan untuk menganalisis perbedaan gained score (selisih nilai pretestt dan posttest) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, untuk mengetahui apakah pelatihan kepercayaan diri mampu menurunkan kecemasan berbicara di depan umum yang dialami oleh mahasiswa; sedangkan teknik Paired Sample T-test digunakan untuk menganalisis perbedaan skor pretestt dan posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui perbedaan kecemasan berbicara di depan umum subjek sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

C. Alat Penelitian

 Skala Kecemasan berbicara di depan umum  Observasi

 Alat tulis

 Modul eksperiment  Informed consent

\

HASIL DAN PEMBAHASAN

(27)

1. Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis adalah data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest Skala kecemasan berbicara di depan umum. Dari hasil analisis data berikut diperoleh, Rerata hipotetik sebesar (1 x 18) + (4 x 18) : 2 = 45 dengan standar deviasi sebesar (72-18) : 6 = 9. Data empirik dari skor variabel kecemasan berbicara di depan umum diperoleh skor terendah 36 dan skor tertinggi 54.

Hasil pengumpulan data pretest menunjukan skor kecemasan berbicara di depan umum pada kelompok eksperimen terendah sebesar 58 dan skor tertinggi 64. Sedangkan pada kelompok kontrol pretest dengan skor terendah 45 dan tertinggi 52. Hasil pengumpulan postest menunjukkan kecemasan berbicara di depan umum pada kelompok eksperimen setelah di beri perlakuan menunjukan terendah 40 dan skor tertinggi 42. Sedangkan kelompok kontrol hasil posttest dengan skor terendah 41 dan 52.

Subyek Skor Pretest Skor Posttest

KE

1 64 41

2 63 42

3 58 40

4 58 42

KK

1 47 48

2 45 45

3 45 46

(28)

a. Kategori subyek

Azhar (2013) mengemukakan bahwa kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Didalam penelitian ini menggunakan 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Deskripsi data kategorisasi kecemasan berbicara didepan umum dapat dilihat pada dibawah ini:

Kategori data pretest Skor kecemasan berbicara di depan umum (kelompok eksperimen)

No Batasan Skor Pretest Posttest

Frekuensi Persentase (%) Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kategori

1 Z ≥ µ + 1.α Z ≥ 54 4 100 Tinggi 0 0 tinggi

2

3

(µ - 1. α) ≤ Z < (µ - 1 + α)

36 ≤ Z < 53 0 0 Sedang 4 100 sedang

Z < µ - 1. Α Z ≤ 36 0 0 Rendah 0 0 rendah

Keterangan : Z = Z-skor subyek; µ = Mean (rerata); α = standar deviasi

(29)

tedapat subyek yang berada pada ktegori tinggi dan rendah melainkan subyek 4 mahasiswa berada di kategori sedang. Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan skor kecemasan berbicara di depan umum pada kelompok eksperimen setelah diberi pelakuan berupa pelatihan kepercayaan diri.

Kriteria dan distribusi skor pretest dan posttes subyek pada kelompok control pada tebel berilkut ini :

Kategori data pretest Skor kecemasan berbicara di depan umum (kelompok eksperimen)

No Batasan Skor Pretest Posttest

Keterangan : Z = Z-skor subyek; µ = Mean (rerata); α = standar deviasi

(30)

pretest. Berdarkan dalam kategorisasi tersebut dapat diketahui bahwa tidak terjadi penurunan skor kecemasan berbicara di depan umum pada kelompok kontrol.

B. Analisis Uji Data

Langkah awal yang dilakukan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan dan independent sampel T-test dan Teknik paired T-test. Teknik ini digunakan untuk menguji adanya perubahan sebelum diberi perlakuan dan sesudah di beri perlakuan dan untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen yang diberi pelakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.

1. Uji Homogenitas dan Independent Sampel T-Test..

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan nilai F levene terhadap data pretest dan posttest sebesar 0,150 (p > 0,050) menunjukkan data tersebut memiliki varians yang homogen. Sedangkan untuk independent sampel T-test di peroleh p = 0,11 dengan kaidah p< 0,050 berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperiment dengan kelompok control. Berdasarkan kaidah tersebut ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diberikan pelatihan kepercayaan diri dengan kelompok control yang diberikan film biografi. Mahasiswa yang diberikan pelatihan kepercayaan diri memilki kecemasan berbicara didepan umum lebih rendah (mean = 41,25) dibandingkan dengan kelompok control yang hanya diberikan film biografi (mean = 48,00) . dengan data tabel sebagai berikut:

(31)

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

assumed 2.722 .150 -3.663 6 .011 -6.750 1.843 -11.259 -2.241

Equal variances not

assumed -3.663 3.432 .028 -6.750 1.843 -12.218 -1.282

2. Uji paired sampel T-test.

Untuk kelompok eksperiment dengan p= 0,001 berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperiment sebelum dan setelah diberikan perlakuan pelatihan kepercayaan diri. Kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa setelah diberikan pelatihan kepercayaan diri lebih rendah daripada kecemasan berbicara di depan umum sebelum diberikan pelatihan kepercayaan diri, dengan demikian pelatihan kepercayaan diri dapat menurunkan kecemasan berbicara di depan umum.

(32)

Dengan tabel sebagai berikut :

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 kecemasan pretest KE 60.75 4 3.202 1.601

kecemasan posttest KE 41.25 4 .957 .479

Pair 2 kecemasan pretest KK 47.25 4 3.304 1.652

kecemasan posttest KK 48.00 4 3.559 1.780

Paired Samples Test

kecemasan posttest KE 19.500 3.109 1.555 14.553 24.447 12.544 3 .001

Pair 2 kecemasan pretest KK

-kecemasan posttest KK -.750 .500 .250 -1.546 .046 -3.000 3 .058

3. Uji Hipotesis

(33)

lebih rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umumnya dibandikan subyek yang tidak mengikuti pelatihan kepercayaan diri.

Pengujian hipotesisi dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data independent sampel t-test. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan skor kecemasan berbicara didepan umum pada mahasiswa yang diberikan pelatihan kepercayaan diri dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan pelatihan kepercayaan diri. Mahasiswa yang diberikan pelatihan kepercayaan diri (kelompok eksperimen) mengalami penurunan kecemasan berbicara di depan umum dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan pelatihan kepercayaan diri (kelompok control). Hasil uji t ditemukan koefisien perbedaan (nilai t) sebesar -3.663 dengan p = 0,011 (p=<0,050). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis delam penelitian ini dterima. Mahasiswa yang diberi pelatihan kepercayaan diri memilik skor kecemasan berberbicara di depan umum lebih rendah (mean = 41.25) dibendingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan pelatihan kepercayaan diri (mean = 48.00).

(34)

C. Pembahasan.

Berdasarkan hasil analisi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan anata kelomopok eksperiment yang di berikan pelatihan kepercayaan diri dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai (signi 2 tailed) sebesar p = 0,001 (p<0,001). Dari perbandingan mean posttest kedua kelompok terlihat bahwa mean posttest kelompok eksperiemen sebesar 41.25 lebih rendah dari pada mean posttest kelompok control sebesar 48. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada perbedaan tingkan kecemasan berbicara didepan umum antara mahasiswa yang diberi pelatihan kepercayaan dan yang tidak diberi peaihan kepercayaan diri, dimana subyek yang mengikuti pelatihan kepercayaan diri lebih rendah tingkat kecemasan berbicara di depan ummnya dibandingkan yang tidak mengikuti pelatihan kepercayaan diri.

Apollo (dalam Wahyuni, 2015) menyebut kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah

(35)

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara lain adalah relaksasi, pencitraan perilaku, intervensi kognitif, dan pelatihan kepercayaan diri. (Greenberger, 2014). Salah satunya adalah pelatihan kepercayaan diri (Kurniawan,2014) . penurunan skor kecemasan berbicara di depan umum membuktikan bahwa pelatihan kepercayaan diri mampu untuk menurunkan gejala kecemasan berbicara di depan umum yang dialami oleh mahasiswa. Tujuan dari pelatihan kepercayaan ini adalah untuk menurukan kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa agar mampu menjadi lebih percaya dengan kemampuan yang mahasiswa miliki sehingga mahasiswa dapa lebih tenang ketika harus berbicara di depan umum.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan diketahui bahwa pelatihan kepercayaan diri dapat menurunkan kecemasan berbicara didepan umum pada mahasiswa. Hal ini ditunjukan dengan semakin rendahnya skor kecemasan berbicara didepan umum pada mahasiswa setelah mendapatkan perlakuan pelatihan kepercayaan diri dibandingkan sebelumnya, selain itu juga terdapat perbedaan skor kecemasan berbicara didepan umum antara kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok yang tidak diberi perlakuan berupa pelatihan kepercayaan diri.

(36)

takut, panik, dan kurang kontrasi dapat teratasi. Hingga dapat meningkatkan perilaku produktivitas dan lebih percaya pada kemampuan apapun yang dimiliki.

A. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran bagi beberapa pihak, yaitu

1. Bagi mahasiswa

Pelatihan kepercayaan diri dapat menurunkan gejala kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa, sehingga dapat direkomendasikan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum dengan rutin

melakukan cara-cara dalam pelatihan kepercayaan diri sehinggadapat meningkatkan kemampuan ketika berbicara di depan umum.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk :

a. Lebih memperhatikan variabel ekstranee sehingga hasil dari pelatihan akan lebih maksimal dan tidak mempengaruhi penelitian. Contohnya jendela yang

memperlihatkan orang yang sedang berlalu lalang.

b. Persiapan subjek harus di lakukan jauh-jauh hari sebelum penelitian, karena sulitnya waktu yang dapat diluangkan oleh mahasiswa mengingat kesibukan yang dijalaninya.

Gambar

Tabel skala Kecemasan Berbicara di depan umum posttest

Referensi

Dokumen terkait

Moncrief, 2001, The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work Ourcomes of Salespeople, Journal of the Academy of Marketing

Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi. Sumatera Utara ini

Both present a risk, the variable rate represents a cash flow risk and the fixed rate an opportunity cost. Reasons for fluctuations in

2.Berdasarkan hasil criticaly ana/isis dengan metode birnbaum dan bantuan software &#34;Reliasoft&#34; dan data data kegagalan dari sistem bongkar muat pelabuhan

Sistem pengukuran kinerja BSC yang menggunakan beragam ukuran baik keuangan maupun non keuangan menunjukkan adanya target dan sasaran khusus yang lebih jelas untuk dicapai

Asumsi atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang dipakai untuk berpijak bagi peneliti dalam

Dengan kurang maksimalnya penegakan hukum terhadap penambang pasir tanpa izin di Kabupaten Bener Meriah dapat kita pahami bahwa hukum belum bekerja secara baik terhadap

Berdasarkan hasil uji Annova terlihat bahwa variabel independen Peran Pemerintah yang terdiri dari Kemitraan, Ekonomi dan Informasional secara serentak berpengaruh