• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN KONVENSIONAL PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP KARTIKA I-2 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN KONVENSIONAL PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP KARTIKA I-2 MEDAN."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN KONVENSIONAL

PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP KARTIKA I-2 MEDAN

Oleh:

Ratna Sari Harahap NIM 409611008

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

Judul Skripsi : Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual dan Konvensional Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Kartika I-2 Medan

Nama Mahasiswa : Ratna Sari Harahap

NIM : 409611008

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof.Dr.Sahat Saragih, M.Pd NIP. 196102051988011003

Mengetahui:

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual dan Konvensional Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Kartika I-2 Medan“, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak Prof.Dr.Sahat Saragih, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS, Drs. J. Ambarita, M.Pd dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai dosen penguji. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Drs.Syafari, M.Pd sebagai dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan wakilnya serta Bapak Guru Matematika yang telah banyak membantu selama penelitian ini. Teristimewa saya sampaikan kepada Ayah, Ibu, kakak dan abang saya yang sudah berdoa dan memberi dorongan serta bantuan materi kepada saya dalam menyelesaikan studi di Unimed. Terima kasih pula saya sampaikan kepada tante saya Dr. Fauziyah Harahap, M.Si yang sudah memberi bantuan moril, semangat dan nasehat kepada saya dalam menyelesaikan studi saya.

(5)

v

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(6)

iii

Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual dan Konvensional Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial

Kelas VII SMP Kartika I-2 Medan

Ratna Sari Harahap (NIM 409611008)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan konvensional pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di kelas VII SMP kartika I-2 Medan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di kelas VII SMP kartika I-2 Medan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP kartika I-2 Medan yang terdiri dari empat kelas. Sampel penelitian diambil sebanyak dua kelas secara acak dimana untuk kelas eksperimen 1 terdiri dari 40 orang siswa dan 40 orang siswa untuk kelas eksperimen 2.

Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa pokok bahasan Aritmatika Sosial digunakan tes. Kemudian data hasil penelitian diuji normalitas dan homogenitasnya, maka diperoleh kedua sampel berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen.

(7)

vi

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran 11

2.1.2. Kemampuan Koneksi Matematika 12

2.1.3. Pendekatan Pembelajaran Matematika 15 2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual 16 2.1.5. CTL Dalam Pembelajaran Matematika 21 2.1.6. Model Pembelajaran Konvensional 23

2.2. Aritmatika Sosial 25

2.2.1. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi 25

(8)

vii

2.2.1.2. Rugi 26

2.2.1.3. Harga Pembelian dan Harga Penjualan 27

2.2.2. Persentase Untung dan Rugi 27

2.2.2.1. Menentukan Persentase Untung dan Rugi 27 2.2.2.2. Menentukan Harga Pembelian atau Harga Penjualan Berdasarkan

Persentase Untung atau Rugi Yang Diketahui 28 2.2.3. Rabat (Diskon), Bruto, Tara dan Neto 28

2.2.3.1. Rabat atau Diskon 28

2.2.3.2. Bruto, Tara dan Neto 28

2.2.4. Bunga Tabungan dan Pajak 29

2.2.4.1. Bunga Tabungan (Bunga Tunggal) 29

2.2.4.2. Pajak 30

2.3. Kerangka Konseptual 30

2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan 31

2.5. Hipotesis Penelitian 31

3.4. Variabel Penelitian 33

3.4.1. Variabel Bebas 33

3.4.2. Variabel Terikat 33

3.5. Alat Pengumpulan Data 34

3.5.1. Validitas Tes 34

3.5.2. Analisis Lembar Observasi 34

3.6. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 35

3.7. Prosedur Penelitian 36

3.8. Teknik Analisis Data 38

(9)

viii

3.8.2. Untuk Menghitung Simpangan Baku 38

3.8.3. Untuk Menghitung Varians 38

3.8.4. Uji Normalitas 38

3.8.5. Uji Homogenitas 39

3.8.6. Uji Hipotesis Penelitian 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 42

4.1.1. Data Pre-Tes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 42 4.1.2. Data Pos-Tes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 43

4.2. Uji Analisis Data 44

4.2.1. Uji Normalitas 44

4.2.2. Uji Homogenitas 45

4.2.3. Uji Hipotesis 46

4.3. Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses Pembelajaran 47

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1. Kesimpulan 51

5.2. Saran 51

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2. Randomized Subject, Pretes-Postes Control Group Design 35

Tabel 4.1.1. Rangkuman Data Pretes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 43

Tabel 4.1.2. Rangkuman Data Postes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 44

Tabel 4.2.1. Rangkuman Uji Normalitas Data 45

Tabel 4.2.2. Rangkuman Uji Homogenitas 45

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 55

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 70

Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 86

Lampiran 4. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 92

Lampiran 5. Lembar Validasi Soal 95

Lampiran 6. Instrumen Koneksi Matematika (Pre Test) 98

Lampiran 7. Kunci Jawaban Pre Test 99

Lampiran 8. Instrumen Koneksi Matematika (Post Test) 102

Lampiran 9. Kunci Jawaban Post Test 103

Lampiran 10. Data Kelas Eksperimen 106

Lampiran 11. Data Kelas Kontrol 108

Lampiran 12. Rubrik Penskoran Koneksi Matematika 110

Lampiran 13. Perhitungan Rata-Rata, Varians, Dan Standar Deviasi Data Penelitian 111

Lampiran 14. Uji Normalitas Data Penelitian 115

Lampiran 15. Uji Homogenitas Data Penelitian 118

Lampiran 16. Uji – t Data Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 120

Lampiran 17. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 124

Lampiran 18. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 125

Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Guru 127

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam standar kurikulum dan evaluasi matematika sekolah yang dikembangkan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 1989, koneksi matematika atau mathematical connections merupakan bagian penting yang harus dapat penekanan di setiap jenjang pendidikan. Koneksi matematika adalah keterkaitan antara topik matematika, keterkaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan matematika dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.

Upaya untuk menjadikan matematika menjadi lebih bermakna bagi yang mempelajarinya dan untuk mendorong cara berfikir matematis dalam disiplin ilmu lain, telah lama direkomendasikan oleh The National Committee on Mathematics Requirements, yaitu sejak tahun 1923. Sedangkan pada tahun 1940, The

Commission on The Secondary School Curriculum of the Progressive Education

Assosiation, menekankan pentingnya suatu kurikulum yang terkoneksi (Coxford,

1995). Dalam kurikulum 2004, koneksi matematika tidak distandarkan secara khusus, namun penekanan terhadap pentingnya pembelajaran matematika yang lebih bermakna sudah dijabarkan dengan jelas.

Menurut NCTM (1989), kurikulum hendaknya membantu siswa untuk dapat melihat bagaimana ide-ide matematika saling berkaitan. Kurikulum matematika umumnya dipandang sebagai kumpulan sejumlah topik. Akibatnya, perhitungan, geometri, pengukuran, dan pemecahan masalah cendrung diajarkan secara terpisah, sehingga siswa harus belajar dan mengingat konsep dan keterampilan yang terlalu banyak dan tidak mengenali prinsip-prinsip umum yang relevan dengan berbagai bidang. Apabila ide matematika dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari siswa maka siswa menjadi sadar akan kegunaan matematika.

(14)

matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan topik yang tidak saling berkaitan. Siswa harus mendapat kesempatan untuk mengamati interaksi antara matematika dengan mata pelajaran lain dan kehidupan sehari-hari (everyday society).

Dua tipe umum koneksi yang penting menurut NCTM, adalah koneksi pemodelan (modeling conections) dan koneksi matematika (mathematical conections). Modeling conection yaitu hubungan antara situasi dan masalah yang

dapat muncul di dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematikanya. Sedangkan dengan mathematical conection yaitu hubungan antara dua representasi ekuivalen dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi.

Sebagai contoh suatu situasi masalah memiliki modeling connection dengan persamaan aljabar dan grafik, maka representasi aljabar memiliki koneksi matematik dengan representasi grafik. Koneksi matematik juga terjadi antara proses perhitungan aljabar dengan analisis grafik yang menghasilkan penyelesaian yang sama.

Coxford (1995:4) merumuskan 3 aspek yang terkait dengan koneksi matematika, yaitu :

1. Penyatuan tema-tema (unifying themes)

(15)

mempelajari fungsi linear, karena data berpasangan sering ditampilkan dengan grafik fungsi.

Bentuk adalah tema lain yang dapat digunakan untuk memperlihatkan koneksi matematika. Sebagai contoh bentuk kurva berkaitan dengan karakteristik datanya.

2. Proses matematika (mathematical proceses)

Aspek mathematical proceses dari koneksi matematika meliputi : representasi, aplikasi, problem solving dan reasoning. Empat kategori aktifitas ini akan terus berlangsung selama seseorang mempelajari matematika. Agar siswa dapat memahami konsep secara mendalam, mereka harus membuat koneksi diantara representasi. Aktifitas aplikasi, problem solving, dan reasoning, membutuhkan berbagai pendekatan matematika, sehingga siswa dapat menemukan koneksi. Sebagai contoh untuk mencari turunan menggunakan defenisi fungsi, siswa harus mengaplikasikan limit dan komposisi fungsi. Komposisi fungsi dengan polinom berderajat besar melibatkan ekspansi binomial, yang kofisiensinya dapat diperoleh melalui perhitungan kombinatorik. Aktifitas program solving seperti pencarian nilai optimum, melibatkan pemodelan, representasi aljabar atau kalkulus. Pembuktian rumus-rumus turunan merupakan kegiatan reasoning yang melibatkan ide-ide matematika.

3. Penghubung-penghubung matematika (mathematical conectors)

Fungsi, matrik, algoritma, grafik, variabel, perbandingan, dan transformasi merupakan ide-ide matematika yang menjadi penghubung ketika mempelajari topik-topik matematika dengan spectrum yang luas. Algoritma adalah penghubung yang sering digunakan dalam matematika. Grafik membantu siswa melakukan koneksi matematika dengan lebih mudah. Keterkaitan matematika dapat diperlihatkan melalui penghubung variabel. Rasio atau perbandingan berguna hampir di setiap tingkat pembelajaran matematika. Oleh karena itu, rasio dapat menjadi penghubung siswa dengan matematika.

(16)

pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran harus membangun koneksi baru dan menggunakan koneksi yang telah terbentuk untuk menyelesaikan suatu masalah. Jika siswa tidak mampu untuk membangun suatu koneksi, maka koneksi tidak berperan apa-apa dalam pemecahan masalah.

Menurut NCTM (1989) kurikulum matematika biasanya dipandang orang sebagai kumpulan sejumlah topik, sehingga pengajaran tentang hasil perhitungan dari suatu pemecahan masalah geometri dan pengukuran cenderung dianggap saling terpisah. Padahal kurikulum matematika bertujuan untuk membangun siswa agar dapat melihat antara topik/ide-ide di dalam dan di luar matematika tersebut saling berkaitan.

Tanpa koneksi, anak-anak harus belajar dan mengingat terlalu banyak keterampilan dan konsep yang terisolasi bukannya mengenali prinsip umum yang relevan dari beberapa area pengetahuan. Ketika ide-ide matematika setiap hari dikoneksikan pada pengalamannya, baik di dalam maupun di luar sekolah, maka anak-anak akan menjadi sadar tentang kegunaan dan manfaat dari matematika. Hal ini sesuai dengan NCTM (1989:32) yang menyatakan bahwa, melalui koneksi matematika maka pengetahuan siswa akan diperluas, siswa akan memandang matematika sebagai suatu kesatuan yang utuh bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta siswa akan menyadari kegunaan dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu pada salah satu konsep atau materi matematika yang sedang dipelajari, tetapi secara tak langsung siswa memperoleh berbagai konsep/area pengetahuan yang berbeda, baik di dalam matematika maupun di luar matematika.

Jadi sangatlah penting agar siswa dapat mengoneksikan antara ide-ide/area pengetahuan tersebut, yang akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

(17)

tersebut caranya yaitu pertama-tama memperkenalkan suatu topik yang digunakan pada seluruh program matematika kemudian para guru menangkap peluang yang membangun dari situasi kelas untuk menghubungkan area berbeda penggunaan matematika. Selanjutnya siswa diminta untuk membandingkan konsep dan prosedur yang telah mereka terima. Mereka dibantu untuk membangun suatu jembatan antara hal yang nyata dengan yang abstrak, serta antara cara-cara yang berbeda dalam mempresentasikan suatu masalah atau konsep.

Menurut NCTM (1989-146) tujuan koneksi matematika diberikan pada siswa sekolah menengah (kelas 9-12) diharapkan agar dapat :

1. Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama

2. Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen

3. Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik matematika

4. Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain. Keterangan NCTM diatas mengindikasikan bahwa koneksi matematika terbagi kedalam 3 aspek kelompok koneksi, yaitu aspek koneksi antar topik matematika (K1), aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain (K2) dan aspek koneksi dengan dunia nyata siswa/koneksi dengan kehidupan sehari-hari (K3).

Oleh karenanya, berkaitan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang berdayaguna meningkatkan kemampuan koneksi matematika, maka salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang dan diyakini dapat mencapai tujuan tersebut adalah dengan pendekatan kontekstual.

Kemampuan–kemampuan yang dirangkum dari standar kurikulum NCTM tersebut, biasa disebut kemampuan koneksi matematika, yang secara lebih ringkas dinyatakan sebagai kemampuan melakukan koneksi antara topik matematika, antara matematika dengan disiplin ilmu lain dan antara matematika dengan dunia nyata.

(18)

sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Kemudian bapak Manhar menuturkan, “guru matematika di SMP Kartika I-2 Medan termasuk beliau belum mengaitkan materi matematika dengan pendekatan kontekstual, mungkin saja ini yang menyebabkan siswa sulit menyelesaikan soal-soal dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan dunia nyata, termasuk materi aritmatika sosial dimana soal-soalnya berbentuk soal cerita tentang kehidupan sehari-hari”.

Dari hasil observasi di kelas, penulis menemukan siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan koneksi, baik koneksi antar topik matematika, koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh kasus, terdapat 200 orang penumpang suatu pesawat terbang, dimana 75 penumpang adalah wanita. Berapakah persentase penumpang wanita dan persentase penumpang pria ? Untuk menyelesaikan soal tersebut siswa harus mampu menuliskan permasalahan tersebut dalam konsep bilangan pecahan dimana siswa harus mengetahui mana pembilang dan mana penyebut, dimana untuk menyelesaikannya membutuhkan koneksi antar topik matematika. Kebanyakan siswa tidak bisa mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dan dari pecahan campuran ke bentuk desimal. Dari 37 orang siswa, 8 orang siswa hanya bisa menuliskan, misalkan 75

200 x 100 = 37,5 namun tidak bisa menyelesaikannya, 5 orang menjawab benar dan sisanya tidak menjawab atau jawabannya salah.

Kenyataan di lapangan hasil belajar dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan saat ini belum memenuhi harapan, guru masih mengajar secara konvensional. Guru belum memberikan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk menciptakan dan memecahkan masalah dalam bidang matematika dan dalam konteks dunia nyata.

(19)

membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan dunia nyata siswa. Guru belum maksimal memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka dan bahkan siswa enggan untuk bertanya jika mereka belum paham terhadap materi yang baru disajikan guru.

Secara umum kesulitan siswa muncul karena bilangan pecahan di Sekolah Dasar (SD) hanya diberikan aturan perhitungan simbol tanpa pengertian secara nyata (peragaan). Kesulitan juga muncul karena metode pembelajaran pecahan yang keliru, di mana pelajaran matematika bukan pelajaran bernalar tapi menghapal. Meskipun kurikulum berubah, pendekatan pembelajaran guru masih banyak menggunakan cara mengajar konvensional.

Sedangkan hasil belajar dengan pendekatan pembelajaran kontektual lebih baik dibanding dengan pembelajaran secara konvensional. Dimana siswa pada pendekatan secara kontekstual mereka lebih aktif, lebih antusias dalam belajar, dapat berdiskusi dengan temannya dan mengemukakan pendapat mereka. Berdasarkan pendekatan kontekstual, siswa dapat menggunakan cara dengan memahami masalah kontekstual, menjelaskan masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan koneksi matematika siswa melalui pendekatan kontekstual dan konvensional. Maka judul dari penelitian ini adalah: “Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual dan Konvensional Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP Kartika I-2 Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

(20)

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan pengkoneksian antar topik matematika, matematika dengan disiplin ilmu lain maupun matematika dengan kehidupan nyata

3. Pembelajaran kontekstual belum sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran 4. Guru pada umumnya mengajarkan matematika dengan metode ceramah

(pembelajaran tradisional/konvensional) yang berpusat pada guru 5. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasi di atas, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional dalam pembelajaran pada materi pokok Aritmatika Sosial di kelas VII SMP Kartika I-2 Medan

2. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan koneksi matematika siswa pada materi pokok Aritmatika Sosial di kelas VII SMP Kartika I-2 Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apakah kemampuan koneksi matematika siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan koneksi matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional ?

(21)

1.5. Tujuan Penelitian

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dengan pendekatan secara konvensional

2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Aritmatika Sosial kelas VII SMP Kartika I-2 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Secara khusus, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi guru

Melalui penelitian ini, diharapkan semakin menambah pengetahuan dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dalam matematika

2. Bagi siswa

Melalui penelitian ini, diharapkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa

3. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk penelitian yang sejenis. Sekaligus sebagai langkah awal dalam mengembangkan proses belajar mengajar.

1.7. Definisi Operasional

(22)

1. Kemampuan koneksi matematika siswa adalah kemampuan siswa menghubungkan konsep matematika, memahami antar topik matematika, menggunakan matematika dalam bidang studi lain ataupun kehidupan sehari-hari.

2. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual di kelas harus memiliki tujuh komponen, yaitu: (1) Konstruktivisme, (2) Inkuiri, (3) Bertanya, (4) Masyarakat belajar, (5) Pemodelan, (6) Refleksi, dan (7) Penilaian autentik. 3. Pendekatan konvensional adalah pembelajaran yang bersifat informatif, guru

menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual adalah 76,475 sedangkan rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional adalah 69,375. Dengan demikian, kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada yang diajar dengan pendekatan konvensional pada pokok bahasan aritmatika sosial di kelas VII SMP Kartika I-2 Medan tahun ajaran 2012-2013.

2. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar menggunakan pembelajaran kontekstual yaitu semakin kearah yang sangat baik. Ini berarti siswa semakin aktif dalam pembelajaran yaitu dengan persentase rata-rata observasi adalah

75,5%.

5.2. Saran 1. Bagi guru,

(24)

2. Bagi calon guru,

Apabila menggunakan pendekatan kontekstual, hendaknya memperhatikan alokasi waktu juga ketertiban siswa dalam proses belajar mengajar, karena waktu dan ketertiban dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Peneliti lainnya,

(25)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M. C. dan Sugiyono, (2004), Matematika Untuk SMP Kelas VII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Annisah, (2009), http://anisah89.blogspot.com/2009/02/kelemahan-dan- kelebihan-ctl-dan pakem.html (accessed).

Arikunto, S. , (2007), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Budiningsih, C.A., (2005), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

http://nofytaarlianti.wordpress.com/2010/12/15/makalah-evaluasi-kemampuan-komunikasi/

James Hiebert, H. Rodney Sharp Professor of Education., (1999), Relationships Between Research and the NCTM Standards ,University of Delaware, School of Education, Newark, DE 19716; hiebert@udel.edu

Johson, E. B. , (2009), Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Penerbit Mizan Media Utama, Bandung.

Kurniati, Dwi Zaenab. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Pendidikan Matematika. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010

Loedji, Willa Adrian Soekotjo, (2008), Pelajaran Matematika Bilingual, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Marzuki, A. , (2006), Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Siswa, Tesis, Program Pascasarjana Unimed, Medan.

(26)

54

Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume 38 No. 1 Januari 2005

Muslich, M. , (2008), KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Penerbit Bumi Aksara

NCTM, (1989), Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Reston, VA: Authur

Nazir, Mohammad. , (1988), Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Timur

S. Nungki P. , (2008), Membantu Anak Belajar Matematika, Penerbit Tugu, Yogyakarta

Sapti Mujiyem. , (2009), Kemampuan Koneksi matematis (Tinjauan terhadap

Pendekatan Pembelajaran SAVI), Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah, Purworejo

Sastriawati, Gusni., dan Kurniawati, Lia. (2008), Menggunakan Fungsi-Fungsi Untuk Membuat Koneksi-koneksi Matematika, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol.3 No.01 Juni.2008

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

Sudrajat, A., (2008), http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/

pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/.

Syaban, M., (2009), Menumbuhkembangkan Daya Matematika Siswa, http://educare.efkipunla.net/index.

UPI, (2009), http://perpustakaan.upi.edu//index.php?option=com-wrapper&itemid=28 (accessed).

Walpole, R. E., (1995), Pengantar Statistika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gambar

Tabel 3.2. Randomized Subject, Pretes-Postes Control Group Design
Gambar 4.1.1. Diagram Batang Hasil Pre-Tes Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis mengungkapkan bahwa program ILC episode “PKI, hantu atau nyata?” dikonstruksikan dengan menempatkan PKI sebagai pihak yang bersalah, dan kekejaman PKI pada

Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan mempelajari

Pelajaran sejarah melalui pembelajaran berbasis nilai sejarah lokal pada hakikatnya merupakan mata pelajaran yang sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu untuk

Analisis Statistik Data Profil lipida Kontrol Awal.. Test distribution

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik hayati pada beberapa variasi dosis pupuk npk terhadap pertumbuhan tanaman sawi ( Brassica

Program yang dilakukan di Pondok Sosial Kalijudan merupakan kebijakan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya, melalui Dinas Sosial.. Dengan demikian,

Telah dirancang sebuah alat Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang merupakan suatu metode untuk membangkitkan energi listrik dengan cara memutar turbin angin

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan oleh masyarakat, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah terhadap Ormas atau ormas yang didirikan oleh warga negara asing