1
Yayasan Islam Paramartha
Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin bisa berkaitan dengan masalah-masalah penyakit hati pada manusia dan karena perkembangan emosi pada saat bayi merupakan landasan yang sangat
penting bagi perkembangan pada masa selanjutnya.
Emosi itu apa sih?. Dalam bahasa sehari-hari kata emosi bisa berarti, perasaan
yang tampilannya bisa dramatis meluap-luap, contohnya seperti marah. Tampilan emosi bisa juga berupa perasaan harap-harap cemas yang muncul pada saat kita memasuki situasi baru. Kata emosi bisa juga merujuk pada perasaan ibu yang
lemah lembut, saat ia menggendong bayinya yang lucu dan cantik.
Apa yang dimaksud dengan emosi pada bayi?
Pada awalnya emosi pada bayi itu hanya tampil sebagai pernyataan diri yang hanya akan tampil bila keadaan isiologisnya f (bayi) tidak
menyenangkan.misalnya, perut bayi kosong, (kita menyebutnya dia lapar). Pada saat itu kontraksi lambungnya membuat perutnya terasa sakit, maka bayi akan
sayang, di tepuk-tepuk, disusui. Rasa lapar bayi hilang ,rasa sakitnya juga hilang, dia digendong ditepuk-tepuk, dia merasa hangat, dan merasa senang. Emosi yang terkait pada hal-hal yang bersifat fisiologis ini disebut sebagai emosi primer,
biasanya berlangsung sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, dan mulai berkurang pada usia sekitar 1 tahun. Bentuk emosi primer adalah gembira, sedih, tidak
suka, marah, terkejut dan takut. Emosi-emosi primer ini bisa di tampilkan dalam bentuk yang intens, kuat, atau bisa juga ditampilkan dalam bentuk yang sedang-sedang saja.
Pada usia sekitar 1 1/2 tahun yaitu setelah bayi mengenali bahwa diri berbeda dari orang lain maka bayi akan mengembangkan emosi yang sekunder, yaitu
emosi yang terkait dengan kesadaran dirinya, disebut juga emosi yang dikaitkan dengan kehadiran orang lain. Emosi sekunder ini juga akan mengalami perkembangan. Pada awalnya bayi mengembangkan rasa empati (kalau melihat
teman menangis,bayi ikut menangis), dia juga bisa merasa iri/ jelus pada anak lain atau pada adik kalau sudah ada adik, selain itu bayi sudah bisa menunjukkan rasa
malu. Empati, rasa iri dan rasa malu ini mulai berkembang sekitar usia 1 1/2 hingga usia 2 tahun.
Selanjutnya hingga usia 2½tahun bayi bisa mengembangkan rasa bangga akan
diri, (Andi sekarang punya mobil baguuuusss sekali). Bersamaan dengan itu ia juga mengembangkan rasa bersalah dan rasa malu. Emosi-emosi ini terkait
tingkah lakunya secara sederhana. contohnya, Karin usia 3 tahun, karena tidak bisa mengendalikan dirinya ketika marah pada teman, dia memukul teman hingga teman menangis. Orang tua Karin sudah pernah memberi tahu pada Karin
bahwa memukul teman akan menyebabkan teman merasa kesakitan, jadi kalau teman melakukan kekeliruan sebaiknya teman itu diberi tahu ,jangan dipukul.
Ketika melihat teman menangis, Karin baru sadar bahwa dia melakukan kesalahan, muncul rasa bersalah pada Karin.
Mengapa emosi pada bayi dan anak menjadi penting? 1. Emosi pada bayi menjadi penting karena (kata buku sih)
Aktivitas emosi bisa merangsang perkembangan system syarafnya. Selanjutnya menurut para ahli, kalau proses kematangan system syaraf di otak berlangsung baik maka keadaan ini sebaliknya akan membuat emosi anak
lebih stabil, demikian pula kemampuan anak untuk meregulasi, mengendalikan emosi-emosinya juga akan lebih wajar. Pemenuhan
kebutuhan emosi oleh ibu atau pengasuh yang memberikan rasa nyaman dan rasa aman yang dialami semenjak bayi akan menjadi landasan yang kokoh untuk bisa mengembangkan kapasitas kapasitas menalar yang diharapkan
akan dikembangkan di usia sekolah. Oleh karena itu, pendidikan dibawah usia 6 tahun seyogyanya dipusatkan pada pengembangan rasa aman dan nyaman
2. Selain itu emosi pada masa bayi juga merupakan bahasa pertama yang terjalin antara ibu dan bayinya sebelum dia mampu berbicara. Bayi bereaksi pada saat memandang ekspresi wajah dan nada suara orang tuanya. Sebagai
jawabannya ibu atau pengasuh berusaha memahami apa yang ingin disampaikan oleh bayi dan berusaha menjawab dengan tepat apakah
“keluhan” atau “kegembiraan “ bayinya. Setelah melihat “jawaban” Ibu atau pengasuh yang responsive itu, bayi akan menunjukkan “reaksi-reaksi” jawabannya yang selanjutnya akan membuat “percakapan ekspresi emosi” ini
menjadi semakin menarik. Dengan cara yang menyenangkan kedua belah pihak ini ibu atau orangtua yang responsive membantu bayinya
mengembangkan rasa aman dan rasa nyamannya. Konon, kata para peneliti psikologi, rasa aman yang terbentuk akibat relasi emosi yang menyenangkan antara bayi dan ibu atau pengasuhnya, kelak di kemudian hari akan membuat
individu merasa bahwa dirinya memang berharga, yang pada gilirannya akan membuat individu tersebut mengembangkan kepercayaan diri dan
mengembangkan keyakinan-keyakinan bahwa dirinya mampu serta berharga. Para ahli juga mengungkapkan bahwa rasa aman dan nyaman yang terbina pada masa usia dini ini kelak akan membuat individu merasa bahwa
lingkungan itu aman dan nyaman, bahwa orang lain bukanlah tokoh
yang menakutkan. Rasa aman ini akan membuat anak lebih berani untuk
Bagaimana peran ibu hingga dia bisa mengoptimalkan perkembangan emosi bayi? 1. Yang paling penting adalah seyogyanya ibu mengenali kebutuhan-kebutuhan
bayinya dan bereaksi sesuai dengan apa yang bayi butuhkan. Bayi
membutuhkan ibu yang bisa diandalkan, yang bisa merespons kebutuhan-kebutuhannya dengan tepat dan segera, karena itu ibu harus mempunyai
pengetahuan yang banyak mengenai perkembangan bayi, ibu harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan bayinya, dan karena emosi amat terkait dengan rasa senang, rasa cinta, maka pada saat mengasuh bayinya ibu harus
membawa serta rasa cinta dan kasihnya.
2. Hal kedua yang tidak kalah penting adalah ibu atau pengasuh seyogyanya
menghindarkan terjadinya ekpresi emosi yang berlarut-larut pada bayinya. Ini bisa juga berarti bahwa bila bayi menunjukkan reaksi emosi menangis,seyogyanya ibu segara berusaha meredakannya.Hal ini penting
dilakukan karena, dengan dihibur atau ditepuk tepuk sambil dinyanyikan atau di ajak bicara, bayi akan berusaha mengendalikan rasa marahnya. Ini
merupakan awal dari perkembangan pengendalian diri pada bayi. Selain itu usaha meredakan amarah pada bayi juga akan membuat pengeluaran hormon stress yang terjadi pada saat bayi marah menjadi mereda.
3. Pada suatu saat bilamana hadir adik, maka relasi ibu-anak yang penuh pengertian ini akan diuji. Pada saat ini kemungkinan untuk mengembangkan
perasaan dan pengalaman kakak) berkurang. Ibu harus memahami bahwa rasa iri pada kakak memang ada. Tugas ibu adalah meyakinkan kakak melalui berbagai cara bahwa relasi yang penuh pengertian dan cinta kasih itu tidak
berubah. Caranya ?
Tetap melibatkan kakak dalam situasi interaksi Tetap menghargai kesediaan kakak berpartisipasi
Tetap menanamkan konsep baru dalam pikiran kakak
Yakin bahwa timnya bertambah, bukan hanya ayah, ibu dan kakak saja,
tapi sudah menjadi tim 4, ayah, ibu, kakak, dan adik
Tetap memberikan kesempatan kakak untuk mengutarakan
kekhawatiran-khawatirannya dan memberi jaminan bahwa tim 4 akan lebih baik daripada tim 3.
Dengan demikian, mudah-mudahan menjadi jelas apa itu emosi bayi, apa
gunanya emosi pada bayi dan apa peran ibu dalam pengembangan emosi bayi.
Sampai jumpa, w assalamuallaikum W r. Wb.
Bandung 22 Januari 2009.
Kepustakaan.