• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

HIBA DERTYANA SIREGAR NIM. 8126176013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Hiba Dertyana Siregar (NIM: 8126176013) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan keterampilan proses sains

siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation

dengan model pembelajaran direct instruction, perbedaan keterampilan proses

sains siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi dan rendah, dan

interaksi model pembelajaran kooperatif group investigation dan model

pembelajaran direct instruction dengan pemahaman konsep awal dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Sampel dalam penelitian

ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana

kelas X-3 sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran direct

instruction dan kelas X-2 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif group investigation. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes pemahaman konsep awal dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal dan tes keterampilan proses sains dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif group investigation, 2) ada perbedaan keterampilan proses sains siswa

yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi dan rendah, 3) terdapat interaksi

antara model pembelajaran kooperatif group investigation dan pemahaman

konsep awal terhadap keterampilan proses sains siswa.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif group investigation, pemahaman

(6)

ii

ABSTRACT

Hiba Dertyana Siregar (NIM: 8126176013) Effect of Cooperative Learning Model Group Investigation and Preliminary Concepts Understanding Of Science Process Skills in Senior High School Students. Postgraduated School, State University of Medan in 2015.

This study aims to: know the difference science process skills of students using cooperative learning model group investigation with direct instruction teaching model, know the difference science process skills of students who have an understanding of the concept of high and low initial, and the interaction model of cooperative learning group investigation and learning model with an understanding of the concept of direct instruction beginning in improving students' science process skills.

This study is quasi exsperiment. The sample in this research was done by using cluster random sampling two classes, where class X-3 as the control class is taught by direct instruction and learning model class X-2 as the experimental class taught by cooperative learning model group investigation. Instruments used in this research is understanding the concept of the initial test in the form of multiple-choice comprised of 10 questions and test science process skills in the form of 15 questions of multiple choice. From the results of this study concluded that: 1) there are differences in students' science process skills are taught using cooperative learning model group investigation, 2) there is a difference science process skills of students who have an understanding of the concept of high and low initial, 3) there is an interaction between the model of cooperative learning group investigation and understanding of the initial concept of the science process skills that students have a better learning model applied to students who have an understanding of the high initial concept.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dan

Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak

Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D dan Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd selaku dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga

selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu

Dr. Betty M. Turnip, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya

penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof.

Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Terima kasih juga kepada Bapak Drs. Haron Wilson Nainggolan selaku

kepala sekolah SMA Methodist 8 Medan yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian, kepada Bapak Fernando Lumbanraja, S.Pd

selaku guru bidang studi fisika atas bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada

(8)

iv

Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda

terkasih yang tampan J. Siregar yang senantiasa memberikan doa, motivasi,

semangat, penghiburan, dukungan moril dan materil serta kasih sayang yang tiada

pernah berhenti kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Hal yang sama

juga penulis ucapkan kepada Ibunda Almh. R. Sianturi yang walaupun telah tiada

tapi selalu menjadi penyemangat dan kekuatan tersendiri dihati penulis. “Ayah,

Ibu.. aku sayang kalian”. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga

yang senantiasa memberi doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat istimewa penulis Christy

Lubis, Dewi Pakpahan, Jeliana Sirait, Melva Pangaribuan, Pandapotan Malau,

Risa Pardede, Susi Siringoringo, dan Tika Mawar untuk semangat dan

motivasinya. Dan tak lupa, penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman

mahasiswa Program Pascasarjana angkatan XXII kelas B 2012 (terkhusus Dian,

Fera, kak Dahlia, Purnama dan Sri).

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,

namun penulis menyatakan masih banyak kelemahan baik dan segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurna tesis ini. Kiranya tesis ini bermanfaat

dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2015

Penulis,

(9)

v

2.1. Kerangka Teoritis 14

2.1.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains 14

2.1.2. Pengertian Pemahaman Konsep 19

2.1.3. Model Pembelajaran 22

2.1.3.1. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation 27

2.1.3.2. Model Pembelajaran Direct Instruction 35

2.2. Penelitian yang Relevan 38

2.3. Kerangka Konseptual 41

2.3.1. Ada Perbedaan Model Pembelajaran Group 41

Investigation dengan Model Direct Instruction Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

2.3.2. Ada Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa 42

yang Memiliki Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah

2.3.3. Ada Interaksi Antara Model Pembelajaran Group 44

Investigation dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

2.4. Hipotesis Penelitian 45

BAB III : METODE PENELITIAN 46

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 46

3.2. Populasi dan Sampel 46

3.2.1. Populasi 46

3.2.2. Sampel 46

3.3. Variabel Penelitian 47

(10)

vi

3.4.1. Jenis Penelitian 47

3.4.2. Desain Penelitian 48

3.5. Prosedur Penelitian 49

3.6. Instrumen Penelitian 52

3.6.1. Tes Pemahaman Konsep Awal 52

3.6.2. Tes Keterampilan Proses Sains 53

3.6.3. Lembar Observasi Siswa 53

3.7. Analisis Data 54

3.7.1. Validitas Tes 54

3.8. Teknik Analisis Data 55

3.8.1. Menghitung Skor 55

3.8.2. Untuk Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) 56

3.8.3. Untuk Menentukan Simpangan Baku 56

3.8.4. Untuk Menentukan Varians 57

3.8.5. Uji Normalitas 57

3.8.6. Uji Homogenitas 58

3.8.7. Uji Kesamaan Rata-rata 59

3.8.8. Uji Hipotesis 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 62

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.1.2. Data Pretes 62

4.1.2.1. Uji Normalitas 63

4.1.2.2. Uji Homogenitas 65

4.1.2.3. Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 65

4.1.3. Data Pemahaman Konsep Awal 66

4.1.4. Data Postes 68

4.1.5. Deskripsi Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan 69

Pemahaman Konsep Awal

4.1.6. Uji Hipotesis 72

4.1.6.1. Pengujian Hipotesis Pertama 75

4.1.6.2. Pengujian Hipotesis Kedua 75

4.1.6.3. Pengujian Hipotesis Ketiga 76

4.2. Pembahasan 80

4.2.1. Ada Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa 80

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Model Pembelajaran Direct Instruction

4.2.2. Ada Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa 82

Antara Siswa yang Memiliki Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah

4.2.3. Tidak Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran 84

Kooperatif Group Investigation dan Model Pembelajaran Direct Instruction dengan

(11)

vii

Proses Sains Siswa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 89

5.1. Kesimpulan 89

5.2. Saran 89

DAFTAR PUSTAKA 91

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Hubungan Antar Ketiga Variabel 47

Gambar 3.2. Alur Pelaksanaan Penelitian 51

Gambar 4.1. Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 63

Gambar 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 64

Gambar 4.3. Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 69

Gambar 4.4. Data Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan 70

Pemahaman Konsep Awal

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif Pemahaman Konsep 22

Tabel 2.2 Struktur Model Pengajaran dan Pembelajaran Group 34

Investigation

Tabel 2.3 Sintaks Model Pengajaran Langsung 38

Tabel 2.4 Jurnal-jurnal Penelitian 38

Tabel 3.1 Two Group Pretest-Posttest Design 48

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep 52

Tabel 3.4 Tes Keterampilan Proses Sains 53

Tabel 3.5 Lembar Observasi Siswa 53

Tabel 3.6 Deskripsi Kategori Penilaian Keterampilan Proses Sains 54

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 63

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 64

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 65

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 65

Tabel 4.5 Data Pemahaman Konsep Awal 66

Tabel 4.6 Data Kelompok Pemahaman Konsep Awal Tinggi pada 67

Kelas Kontrol dan Eksperimen

Tabel 4.7 Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 68

Tabel 4.8 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan 69

Pemahaman Konsep Awal

Tabel 4.9 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Pemahaman 71

Pemahaman Konsep Awal Pada Masing-masing Kelas

Tabel 4.10 Hasil ANAVA 72

Tabel 4.11 Statistik ANAVA 72

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains dengan 73

Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalur 74

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 95

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 108

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 127

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 141

Lampiran 5. Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal 157

Lampiran 6. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains 160

Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Awal 165

Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains 170

Lampiran 9. Data Pemahaman Konsep Awal 179

Lampiran 10. Tabulasi Data Pretes 181

Lampiran 11. Tabulasi Data Postes 183

Lampiran 12. Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains 185

Kelas Kontrol

Lampiran 13. Lembar Observasi Siswa 187

Lampiran 14. Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains dengan 195

Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah

Lampiran 15. Lembar Validasi 196

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian 205

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai

sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara.

Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea

IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pendidikan seakan tidak

pernah berhenti. Beragam program inovatif seperti pengembangan kompetensi

guru, pengembangan kurikulum, pengelolaan pembelajaran dan pengembangan

bahan ajar dan masih banyak hal yang telah dilakukan untuk menjadikan

pendidikan di Indonesia semakin baik. Sejalan dengan perkembangan dibidang

pendidikan, maka adanya sebuah gagasan demokratisasi dikembangkan dengan

sebuah paradigma baru tentang pelibatan peserta didik dalam proses pembelajaran

yang tidak sekedar membuat mereka aktif dalam proses pembelajarannya, tetapi

juga mereka diberi kesempatan dalam menentukan aktivitas belajar yang mereka

(16)

2

Salah satu tujuan pembelajaran yang penting adalah membantu peserta

didik dalam memahami konsep utama dalam suatu subyek, bukan sekedar

mengingat fakta yang terpisah-pisah. Sebagian besar dari proses perkembangan

berlangsung melalui kegiatan belajar. Proses pembelajaran di kelas harus dapat

mengembangkan cara belajar peserta didik untuk mendapatkan, mengelola,

menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses

belajar tersebut. (Suryosubroto, 2002: 71)

Terdapat lebih dari hanya satu aspek yang harus diperhitungkan dalam

proses pembelajaran. Sebagai pengajar harus dapat merangsang terjadinya proses

berpikir, harus dapat membantu sikap kritis serta mampu mengubah pandangan

para peserta didik. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru.

Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal

ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan

pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk

mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan

nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.

Fisika merupakan ilmu sains yang mempelajari bagian-bagian dari alam

dan proses interaksi didalamnya. Sehingga fisika sangat penting peranannya

dalam upaya membina dan membentuk SDM yang baik. Dalam fisika salah satu

faktor yang dapat menentukan keberhasilan pesrta didik adalah keaktifan peserta

didik yang berkaitan dengan objek konkret. Pembelajaran fisika melibatkan

(17)

3

pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman kepada peserta

didik.

Survei yang dilakukan oleh Programme for International Student

Assessment (PISA) tahun 2009 untuk tingkat pencapaian sains, Indonesia berada

diperingkat 60 dari 65 negara sebagai peserta yang mengikuti studi PISA. (Tim

PISA Indonesia, 2011). Di tahun 2012, Indonesia kembali menjadi peserta dalam

PISA. Dari hasil survei tersebut untuk bidang sains, Indonesia berada di urutan

64. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ditahun 2012 ini Indonesia

mengalami kemunduran. (Giyato, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara yang tidak terstruktur yang dilakukan

peneliti pada guru bidang studi fisika di salah satu SMA di Medan tanggal 09

Februari 2014 diperoleh bahwa banyak kendala yang sering ditemui selama proses

pembelajaran fisika berlangsung, antara lain daya tangkap siswa yang terbatas

serta berbeda-beda dan penguasaan konsep fisika siswa yang masih kurang baik.

Untuk pembelajaran di dalam kelas ada siswa yang aktif dan masih ada juga siswa

yang kurang aktif. Dari hasil wawancara tidak terstruktur ini juga didapati bahwa

guru cenderung menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode

ceramah, tanya jawab, sesekali melakukan praktikum. Sehingga peserta didik

masih kurang dalam melakukan pengamatan, menerapkan konsep, mengajukan

pertanyaan dan membuat hipotesis. Dengan kata lain, keterampilan proses peserta

didik masih rendah.

Penggunaan metode ceramah dan tanya jawab memang tidak menekankan

(18)

4

dalam pemerolehan pembelajaran. Pembelajaran seperti ini merupakan

pembelajaran yang “teacher centered”. Dimana peran aktif guru saja yang

mendominasi proses pembelajaran dan tentu saja ini menyebabkan peran aktif

siswa tidak jadi muncul.

Sains dan pembelajarannya tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat

ilmiah saja, tetapi terdapat juga dimensi-dimensi ilmiah yang penting lainnya.

Dimensi pertama adalah muatan sains (content of science) yang secara

keseluruhan terarah baik kognitif maupun psikomotor yang menemukan suatu

fakta, konsep, hukum dan teori. Dimensi inilah yang menjadi obyek kajian ilmiah

manusia. Dimensi kedua adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan

sikap ilmiah dari aktivis sains. Proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang

terkait dengan sains inilah yang disebut dengan keterampilan proses sains (science

proccess skills). Keterampilan proses ini melibatkan kognitif, manual dan sosial.

Keterampilan proses ini digunakan para ilmuwan ketika mengerjakan

aktivitas-aktivitas sains. Karena sains adalah tentang mengajukan pertanyaan dan mencari

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka keterampilan ini dapat

juga diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita menemukan

persoalan-persoalan keseharian dan kita harus mencari jawabannya. Jadi,

mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan

mengajarkan keterampilan yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan

keseharian mereka.

Belajar dapat diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dan

(19)

5

yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Gulo (2008: 8) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang

mengubah tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. Belajar pengetahuan

meliputi tiga fase, yaitu: (1) fase eksplorasi, dimana peserta didik mempelajari

gejala dengan bimbingan, (2) fase pengenalan konsep, dimana peserta didik

mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala, dan (3) fase aplikasi

konsep, dimana peserta didik menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain

lebih lanjut. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 14).

Keterampilan proses sains memiliki peran penting dalam menemukan

konsep sains. Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki

oleh siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip artinya

untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu

konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Pemahaman konsep-konsep

yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran

yang diberikan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep

fisika siswa yaitu: siswa sulit memahami konsep fisika sehingga siswa sering

menghapal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari dan

siswa kurang aktif dan terlatih dalam proses pembelajaran. Ada dua cara yang

dapat digunakan untuk mengamati dan memperoleh informasi yang digunakan

peserta didik untuk mencapai konsep, yaitu: (1) setelah suatu konsep dicapai, kita

(20)

6

berlangsung, (2) kita dapat meminta siswa untuk menuliskan hipotesis mereka.

(Joyce et.al, 2011: 133).

Penggunaan model pembelajaran dapat membantu penerapan konsep pada

peserta didik, bahkan sebuah model pembelajaran yang digunakan guru dapat

mempengaruhi keterampilan proses sains yang dialami siswa. Bagaimana peserta

didik dapat mencapai tujuan yang diharapkan dapat dipengaruhi oleh model

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dikarenakan model pembelajaran

memiliki fase-fase yang digunakan, dapat menjadikan proses pemberian

pengetahuan menjadi terstruktur.

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan,

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dan tujuan yang

direncanakan akan dicapai. Tetapi, perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya

pemilihan suatu model pembelajaran yang digunakan akan tergantung kepada

tujuan yang hendak dicapai, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat

perkembangan peserta didik serta kemampuan guru dalam mengolah

pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada model

pembelajaran kooperatif, peserta didik diberi kesempatan untuk berkomunikasi

dan berinteraksi sosial dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat aktif

(21)

7

Group investigation merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

dimana para peserta didik secara kolaboratif dalam kelompoknya memeriksa,

mengalami dan memahami topik kajian yang akan dipelajari. Model ini memiliki

manfaat untuk melatih peserta didik untuk menerima perbedaan pendapat dan

bekerja dalam melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah

bersama-sama dengan peserta didik lain yang berbeda latar belakangnya.

Tugas anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi yang

disajikan guru dan setiap anggota kelompok harus saling membantu untuk

mencapai ketuntasan materi tersebut. Belajar belum selesai jika masih ada anggota

dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran. Apabila ada peserta didik

memiliki pertanyaan, teman satu kelompoknya diminta untuk menjelaskan,

sebelum menanyakan jawabannya kepada guru. Dengan demikian, pembelajaran

group investigation dapat menjadikan peserta didik secara aktif menverbalisasi

gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada

pembentukan konsep. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik

dalam materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan hasil belajar para peserta

didik. Slavin (2005: 215) mengemukan bahwa komunikasi dan interaksi

kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila

dilakukan dalam kelompok kecil.

Sharan telah meneliti group investigation dan tim kerjanya melaporkan

bahwa semakin tinggi daya kooperatif suatu kelompok, maka akan semakin

positif energi yang dimiliki peserta didik dalam mengerjakan tugas maupun

(22)

8

pembelajaran juga dapat meningkatkan skill yang dimiliki siswa. (Joyce et.al,

2011: 321).

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Panjaitan (2013), hasil

temuan dalam penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan

pemecahan masalah pada siswa yang diberikan model grup investigasi dan model

pembelajaran langsung. Diperoleh rata-rata pada kelas eksperimen dengan grup

investigasi sebesar 65,68 sedangkan pada kelas kontrol dengan model

pembelajaran langsung sebesar 61,65. Dapat disimpulkan pemecahan masalah

pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Ini menunjukkan

bahwa model pembelajaran grup investigasi lebih baik dibandingkan model

pembelajaran langsung.

Sutriyono (2012: 59-73) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa

prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran suhu dan kalor dengan strategi

group investigation berbantuan CD interaktif menghasilkan rata-rata 73,84 dan

melewati nilai KKM sebesar 68.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti mencoba menggunakan

sebuah model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sebagai

pemecahan solusi tersebut. Dengan model pembelajaran kooperatif group

investigation diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

(23)

9

Investigation Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut.

1. Keterampilan proses sains siswa masih rendah.

2. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi.

3. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses

pembelajaran.

4. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah.

5. Daya tangkap siswa terhadap materi pokok terbatas dan berbeda-beda.

1.3.Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan

mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

group investigation.

2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah besaran dan satuan.

3. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains siswa menurut Peter

C. Gega yaitu mengamati, mengklasifikasi, mengukur, berkomunikasi,

(24)

10

4. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X semester I di SMA Methodist 8

Medan tahun pelajaran 2015/ 2016.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada batasan masalah, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation dengan

model pembelajaran direct instruction?

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang memiliki

pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman konsep awal rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif group

investigation dan model pembelajaran direct instruction dengan

pemahaman konsep awal terhadap keterampilan proses sains siswa?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang

diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif group

investigation dengan model pembelajaran direct instruction.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang

memiliki pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman konsep awal

(25)

11

3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran kooperatif group

investigation dan model pembelajaran direct instruction dengan

pemahaman konsep awal terhadap keterampilan proses sains siswa.

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

terhadap pembelajaran fisika terutama pada penerapan model pembelajaran

kooperatif group investigation sebagai pemecahan masalah dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Kepada peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di sekolah.

b. Kepada guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran

serta sumber informasi dalam menentukan alternatif yang tepat pada materi

pokok besaran dan satuan.

c. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation

diharapkan bisa mendorong siswa lebih siap dalam belajar fisika serta dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa dan dapat meningkatkan rasa

tanggung jawab dan kebersamaan dalam sebuah kelompok.

d. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang

(26)

12

e. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pembanding untuk dapat

mengembangkan lebih lanjut serta sebagai referensi terhadap penelitian yang

relevan dengan permasalahan yang sejenis.

1.7.Definisi Operasional

a. Keterampilan proses sains

Keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan proses

sains meliputi mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, memprediksi,

berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, mengajukan

pertanyaan dan mengkomunikasi.

b. Pemahaman konsep awal

Adapun pemahaman konsep merupakan pemahaman dengan menggunakan

konsep, kaidah dan prinsip. Penguasaan konsep juga dapat dikatakan sebagai

kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara ilmiah. Pemahaman

konsep dapat diperoleh melalui benda-benda, gambar-gambar dan penjelasan

verbal serta menuntut kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada

sejumlah objek. (Winkel, 2004: 367).

c. Model pembelajaran kooperatif group investigation

Model pembelajaran kooperatif group investigation termasuk kedalam model

(27)

13

bersama dalam sebuah kelompok. Model ini bermanfaat dan komprehensif,

model ini memadukan tujuan penelitian akademik, integrasi sosial dan

pembelajaran serta proses sosial. Model ini juga suatu cara langsung yang

efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademik. (Joyce et.al,

2011: 321).

d. Model pembelajaran direct instruction

Model pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran dimana

kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih dan mengarahkan tugas

pembelajaran, menegaskan peran inti selama memberi instruksi dan

meminimalisir jumlah percakapan peserta didik yang tidak berorientasi

(28)

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation dengan

model pembelajaran direct instruction. Keterampilan proses sains siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif group

investigation lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran direct

instruction.

2. Ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal rendah dan pemahaman konsep awal tinggi. Keterampilan proses

sains kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi lebih

baik dari keterampilan proses sains kelompok siswa yang memiliki

pemahaman konsep rendah.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif group investigation dan

pemahaman konsep awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains

siswa.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation sebagai berikut

(29)

90

1. Pendidik hendaknya dapat memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan

model pembelajaran group investigation serta memperhatikan kelengkapan

sumber belajar, alat serta bahan yang diperlukan dalam mengoptimalkan

pelaksanaan pembelajaran.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation, guru

sebaiknya memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam

melakukan eksperimen dan menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3. Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif group investigation,

sebaiknya memperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok agar

setiap siswa dalam satu kelompok mendapat pembagian tugas dengan efektif.

4. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam membelajarkan

materi, sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya hendaknya memberitahu

siswa materi yang akan diajarkan untuk pertemuan berikutnya pada setiap

akhir pembelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi tersebut terlebih

(30)

91

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2001. Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends. R. I. 1997. Learning To Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.

Terjemahan oleh Helly Prajitno & Sri Mulyantini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R. 1991. Teori- Teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama.

Delismar. 2013. Peningkatan Kreativitas dan Keterampilan Proses Sains Siswa

Melalui Penerapan Model Group Investigation. Jurnal Edu-Sains Vol.1

No. 2.

Dewi, R. 2012. Penerapan Model Group Investigation Terhadap Hasil Belajar

Materi Bahan Kimia di SMP. Jurnal Unnes Vol.1 No. 2.

Dwi, I. M., Arif, H., & Sentot, K. 2013. Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 9

Hal. 8-17ISSN1693-1246.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gega, P. C. 1994. How To Teach Elementary School Science. New York:

Macmillan Publishing Company.

Giyato. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. http://m.suaramerdeka.com.

Diakses pada 28 Desember 2013.

Gulo, W. 2008, Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hadianto, U. 2009. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dengan Group

Investigation Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi. Surakarta: Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Harlen, W. & Elsgeest, J. 1992. UNESCO Sourcebook for Science in the Primary

School. France: Imprimerie de la Manutention.

(31)

92

Jacobsen, D. A., Eggen, P., & Kauchak, D. 2009. Methods for Teaching Edisi

kedelapan. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2003. Models of Teaching (fifth edition). Prentice

Hall: New Delhi.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2011. Models of Teaching (edisi kedelapan).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margono, S. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mayasari, R. 2012. The Use of Group Investigation To Improve Students’ Ability

In Writing Skill On Analytical Exposition Text. Ecounter Vol. 3 No. 2.

Mitchell, M., et.all,. 2008. Group Investigation as a Cooperative Learning

Strategy: An Integrated Analysis of the Literature. The Alberta Journal of

Educational Research Volume 54 No. 4 Hal 388-395.

Rustaman, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Panggabean, D.D,. 2012. Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran

Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Jurnal

Online Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 2 ISSN 2301-7651.

Panjaitan, M. 2013. Analsisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan

Masalah Fisika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Grup Investigasi dan Model Pembelajaran Langsung. Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pitoyo, dkk. 2014. The Effect of Group Investigation Learning Model,

Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style. Journal of Education and Practice Vol. 5 No.1 ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222 288X (Online).

Primarinda. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Group Investigation (GI) Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran

2011/ 2012. Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 2 Hal. 60-71.

Radiyanti, dkk. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

(32)

93

Rizal, M,. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan

Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains Vol. 2 No. 3 Hal 159-

165.

Rosyada, D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED Press.

_____________. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shiddiqui, M. H. 2013. Group Investigation Model of Teaching Enhancing

Learning Level. Indian Journal of Research Volume: 3, Issue 4.

Sianipar, E. 2013. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) Berbasis Keterampilan Eksperimen Laboratorium Terhadap Keterampilan Generik Siswa Pada Hukum Newton Di SMAN 4 Tebing Tinggi. Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa

Media.

Solihatin, E., M.Pd dan Raharjo, S.Pd. 2008. Cooperative Learning. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sudjana, M. A. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Susanti, Y., Darsana, I., & Ardana, I. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Berdasarkan Keterampilan Proses Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus 2 Mengwi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

(33)

94

Group Investigation Berbantuan CD Interaktif Kelas. Jurnal Penelitian

Pembelajaran FisikaVol. 3 No. 1hal 59-73 ISSN 2086-2407.

Tim PISA Indonesia. 2011. Survey Internasional PISA. litbang.kemdikbud.go.id.

Diakses tanggal 15 Agustus 2011.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Ulfa, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap

Keterampilan Proses Sains Pada Materi Koloid di SMA. Pontianak: FMIPA Universitas Tanjungpura.

Wahyuni, D., Fihrin, & Muslimin. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Fisika pada

Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan. Jurnal Pendidikan Fisika

Tadulako Vol. 2 No. 1 ISSN 2338-3240.

Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Wiranata, I., Sadia, I & Suma, K. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Terhadap

Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Sains Siswa SMP. e-Journal

Gambar

Gambar 3.1. Hubungan Antar Ketiga Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dari menyusun teks eksplanasi, model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai alternatif dalam meningkatkan

dengan satu rasa dalam hubungan, Anda mungkin sedang menjauhkan diri dari. pengalaman indah

Demikianlah Berita Acara Pembukaan (download) file II penawaran pekerjaan Perencanaan Landscape Kawasan Rumah Jabatan Bupati Muara Enim ini dibuat dengan sebenarnya untuk

As stated in the research question in the previous chapter, this study aims to find out whether the use of mind mapping effective to improve students writing ability at eight

1) Pembesar di raja tetap menghadiri majlis raja sebagaimana sebelumnya. Dia tidak mengundurkan diri kerana yakin dengan diri dan kebenaran yang dianutinya. Dia mengetahui

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Strata Satu Jurusan Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas

Rangkaian ini telah disediakan tombol reset, yaitu tombol yang akan mereset semua logika IC kembali pada keadaan awal sehingga rangkaian ini siap

Tipe SQ, perangkat solusi antrian standar yang dapat digunakan tanpa komputer8. Tipe SCQ, perangkat solusi antrian standar yang digunakan