• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MASERAT LIDAH BUAYA (ALOE VERA) TERHADAP HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (MUS MUSCULUS SWISS WEBTER) JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MASERAT LIDAH BUAYA (ALOE VERA) TERHADAP HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (MUS MUSCULUS SWISS WEBTER) JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MASERAT LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TERHADAP HISTOLOGI PANKREAS MENCIT

(Mus musculus Swiss Webster) JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Oleh:

FIRSDA YUNITA

0901973

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Maserat Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Histologi Pankreas Mencit

(Mus musculus Swiss Webster) Jantan yang Diinduksi Aloksan

Oleh Firsda Yunita

0901973

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Saefudin, M.Si. NIP. 196307011988031003

Pembimbing II

Dra. Soesy Asiah Soesilawati, M. Si. NIP. 195904011983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(3)

PENGARUH MASERAT LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TERHADAP HISTOLOGI PANKREAS MENCIT

(Mus musculus Swiss Webster) JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Oleh:

FIRSDA YUNITA

0901973

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

© Firsda Yunita 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)
(5)

Pengaruh Maserat Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Histologi Pankreas

Mencit (Mus musculus Swiss Webter) Jantan yang Diinduksi Aloksan

ABSTRAK

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh maserat lidah buaya (Aloe vera) terhadap histologi pankreas mencit (Mus musculus) jantan yang diinduksi aloksan telah dilakukan. Aloksan disuntikan sebanyak 0.65 ml/100 gram BB secara intravena. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 25 ekor mencit putih jantan dikelompokkan menjadi lima kelompok, setiap kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol netral diinduksi aloksan sebanyak 0.65 ml/100 gram BB dan diberi terapi dengan pemberian ekstrak daun Aloe vera sebanyak 0.70 gram/100 gram BB/hari, 1.05 gram/100 BB/hari, atau 1.40 gram/100 gram BB/hari. Mencit diberi perlakuan dengan pemberian oral maserat lidah buaya selama 30 hari. Pada hari ke-31 mencit dibedah dan diambil pankreas lalu dibuat preparat. Dihitung jumlah pulau Langerhans dan luas pulau Langerhans dalam satu preparat dengan tiga pengulangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa maserat Aloe vera dapat memperbaiki gambaran histologi pulau Langerhans yang diinduksi aloksan. Dosis Aloe vera 0.70 ml/100 gram BB/hari merupakan dosis efektif dalam memperbaiki gambaran histologi pulau Langerhans yang diinduksi aloksan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa maserat lidah buaya berpengaruh untuk memperbaiki pulau Langerhans pankreas mencit yang diinduksi aloksan.

(6)

Aloe vera Leaf Gel Macerate Effect to Male Mice (Mus musculus Swiss Webter)

Pancreatic Histology with Alloxan-Induced

ABSTRACT

Research with the aim to determine the Aloe vera maserat effect on the histology of the mice (Mus musculus) pancreatic with alloxan-induced male has been done. Alloxan was induced into mice body as much as 0,65 ml/100 g BW intravenously. This research was conducted using 25 male white mice were grouped into five groups, each treatment group except the neutral control group with alloxan-induced as much as 0.65 ml/100 g BW/day and were treated with Aloe vera leaf gel macerate as much 0.70 g/100 g BW/day, 1.05 g/100 g BW/day, or 1.40 g/100 g BW/day. Mice were treated with Aloe vera maserat oral administration for 30 days. On day 31, mice were dissected and pancreas were taken and made preparations. Calculated vast number of islands and islets of Langerhans in the preparations with three repetitions. The results of the data analysis showed that administration of Aloe vera maserat can fix pancreatic histology with alloxan-induced. Aloe vera dose of 0.70 ml/100 g body BW/day is an effective dose in improving pancreatic histology with alloxan-induced. Based on the results of this study concluded that administration of Aloe vera maserat effect can improve the mice islets of Langerhans of the pancreas with alloxan-induced.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Asumsi ... 3

G. Hipotesis ... 4

BAB II MASERAT LIDAH BUAYA, HISTOLOGI PANKREAS MENCIT JANTAN, DAN INDUKSI ALOKSAN A. Maserat Lidah Buaya ... 5

B. Histologi Pankreas Mencit Jantan ... 11

C. Induksi Aloksan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 17

B. Desain Penelitian ... 17

C. Populasi dan Sampel ... 18

D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

(8)

1. Tahap Persiapan ... 19

a. Persiapan Alat dan Bahan ... 19

b. Persiapan Hewan Uji Coba (Mus musculus) ... 19

c. Pembuatan maserat Aloe vera ... 19

2. Tahap Pelaksanaan ... 20

a. Penginduksian aloksan ... 20

b. Pemberian maserat Aloe vera ... 20

3. Tahap pembuatan preparat histologi pankreas ... 21

a. Pengambilan Organ Pankreas ... 21

b. Pembuatan Preaparat Histologi ... 21

c. Pewarnaan Hematoxilin-Eosin ... 22

4. Pengamatan dan Analisis Data ... 23

5. Alur Penelitian ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ... 25

1. Jumlah Pulau Langerhans Pankreas Mencit ... 25

2. Luas Pulau Langerhans ... 27

3. Gambaran Histologi Pankreas Mencit ... 29

B. Pembahasan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komponen-komponen dalam lidah buaya ...10

3.1 Pengaturan Randomisasi Mencit ...18

3.2 Hasil randomisasi mencit dan jenis perlakuan ... 18

4.1 Rata-Rata Jumlah Pulau Langerhans Preparat Pankreas

Mencit (1000x) ...26

4.2 Rata-Rata Luas Pulau Langerhans Preparat Pankreas Mencit

[image:9.595.117.507.189.638.2]
(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Aloe vera (lidah buaya) yang dijadikan maserat ...7

2.2 Mencit (hewan uji coba) ... 11

2.3 Anatomi Tikus ...12

2.4 Histologi pankreas tikus ... 13

3.1 Bagan Alur Penelitian ... 24

4.1 Grafik Rerata Hasil Pengukuran Jumlah Pulau Langerhans Mencit (µ) ...27

4.2 Grafik Rerata Hasil Perhitungan Luas Pulau Langerhans Mencit (pulau). ...28

4.3 Perbandingan preparat pankreas kontrol normal dan kontrol positif ...29

4.4 Perbandingan preparat pankreas kontrol normal dan perlakuan I ...30

4.5 Perbandingan preparat pankreas kontrol normal dan perlakuan II ...30

4.6 Perbandingan preparat pankreas kontrol normal dan perlakuan III ...31

4.7 Perbandingan preparat pankreas kontrol positif dan perlakuan I ...31

4.8 Perbandingan preparat pankreas kontrol positif dan perlakuan II ...32

[image:10.595.119.507.183.673.2]
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data Jumlah dan Luas Pulau Langerhans Pankreas

Mencit Persatuan Luas Pandang ...44

1.1 Data Jumlah Pulau Langerhans Pankreas Mencit

Persatuan Luas Pandang ...44

1.2 Data Luas Pulau Langerhans Pankreas Mencit

Persatuan Luas Pandang ...45

2 Data Berat Badan Mencit selama Aklimatisasi ...46

3 Data Berat Badan Mencit selama Perlakuan ...48

4 Uji Statistika Hasil Pengukuran Jumlah Pulau

Langerhans Pankreas Mencit Setelah Diberi Perlakuan

Maserat Daun Aloe vera dengan Software SPSS 18 for

Windows ...50

4.1 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Jumlah

Pulau Langerhans Pankreas Mencit (Mus musculus)

Persatuan Luas Pandang ...50

4.2 Hasil Uji Homogenitas Levene Jumlah Pulau

Langerhans Pankreas Mencit (Mus musculus)

Persatuan Luas Pandang ...50

4.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata (Kruskall-Wallis)

Jumlah Pulau Langerhans Pankreas Mencit (Mus

musculus) Persatuan Luas Pandang ...51

4.4 Hasil Uji Perbandingan Post Hoc Tukey Jumlah Pulau

Langerhans Pankreas Persatuan Luas Pandang Mencit

(12)

5 Uji Statistika Hasil Pengukuran Luas Pulau

Langerhans Mencit Setelah Diberi Perlakuan Maserat

Daun Aloe vera dengan Software SPSS 18 for

Windows ...52

5.1 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pengukuran Luas Pulau Langerhans (Mus musculus) ...52

5.2 Hasil Uji Homogenitas Levene Pengukuran Luas Pulau Langerhans Mencit (Mus musculus) ...52

5.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata (ANOVA) Pengukuran Luas Pulau Langerhans Mencit (Mus musculus) ...53

5.4 Hasil Uji Perbandingan Post Hoc Tukey Luas Pulau Langerhans Pankreas Persatuan Luas Pandang Mencit (Mus musculus) ...53

6 Uji Statistika Hasil Pengukuran Berat Badan Mencit Setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Aloe vera dengan Software SPSS 18 for Windows ... 54

6.1 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pengukuran Berat Badan Mencit (Mus musculus) ...54

6.2 Hasil Uji Homogenitas Levene Pengukuran Berat Badan Mencit (Mus musculus) ...54

6.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata (ANOVA) Pengukuran Berat Badan Mencit (Mus musculus) ...55

7.1 Daftar Alat yang Digunakan Dalam Penelitian ...56

7.2 Daftar Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian ...57

8 Tabel Konversi Penghitungan Dosis Aloksan ...58

9 Gambar Kegiatan Penelitian ...59

[image:12.595.119.506.126.717.2]
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kadar gula (glukosa) darah merupakan refleksi dari keadaan nutrisi, dan

fungsi endokrin. Suatu keadaan ketika kadar glukosa darah sangat tinggi melebihi

kadar normal disebut hiperglikemia. Hiperglikemia umumnya terjadi akibat

kegagalan sekresi insulin dan atau kerja insulin (El-Soud et al., 2007).

Hiperglikemia juga dapat disebabkan apabila sel beta dalam pulau Langerhans

tidak dapat menghasilkan insulin atau mengalami defisiensi insulin. Defisiensi

insulin menyebabkan gangguan proses biokimia dalam tubuh, yaitu penurunan

asupan glukosa ke dalam sel dan peningkatan pelepasan glukosa dari hati ke

dalam sirkulasi darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan tingginya kadar gula

darah pada tubuh, jika kondisi ini berlanjut maka tubuh akan menderita diabetes.

Penyakit metabolik seperti diabetes cenderung meningkat, dimana angka

mortalitas dan morbiditas cukup tinggi. Perlu dicari suatu obat alternatif dari

bahan alami yang mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai penurun kadar

glukosa darah dan dapat mempercepat regenerasi sel beta pankreas.

Tumbuhan yang mengandung flavonoid, glikosida, alkaloid, terpenoid,

dan keratenoid mempunyai efek sebagai anti-diabetes (Kim et al., 2006).

Obat-obatan dari bahan kimia memiliki efek tertentu seperti menyebabkan hipoglikemia

pada dosis yang lebih tinggi, kerusakan pada hati, asidosis laktat dan diare (Helal

et al., 2003). Hal ini dikarenakan efek samping obat-obatan dari bahan kimia yang

digunakan, sehingga ada kebutuhan untuk agen yang tidak menimbulkan efek

samping selama masa pengobatan. Penggunaan tanaman obat yang mempunyai

potensi anti-diabetes dalam pengobatan modern penderita DM dapat mengurangi

resiko efek samping pada penggunaan dalam waktu yang lama. Salah satu

tanaman obat yang dapat digunakan sebagai tanaman obat anti-diabetes adalah

Aloe vera (lidah buaya).

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan pengaruh maserat lidah buaya

(14)

2

tersebut, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan hewan uji mencit putih

jantan yang diinduksi aloksan monohidrat yang dimaksudkan untuk merusak

sel-sel beta pankreas. Keberhasilan dari agen anti-hiperglikemia ini perlu dibuktikan

secara empiris salah satunya melalui pengamatan terhadap pankreas, yang

merupakan organ penghasil insulin. Penelitian ini dilakukan dengan melihat

histologi organ pankreas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada pada

tugas akhir ini adalah “Bagaimana pengaruh pemberian maserat lidah buaya (Aloe

vera) terhadap histologi pankreas mencit (Mus musculus Swiss Webster) jantan

yang diinduksi aloksan?”.

Dari rumusan masalah yang ada maka dapat diuraikan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang diajukan ialah:

1. Apakah pengaruh dari pemberian maserat lidah buaya (Aloe vera) terhadap

histologi pankreas mencit (Mus musculus Swiss Webster) jantan yang

diinduksi aloksan?

2. Berapakah dosis efektif maserat lidah buaya (Aloe vera) dalam

mempengaruhi histologi pankreas mencit (Mus musculus Swiss Webster)

jantan yang diinduksi aloksan?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian eksperimental ini, agar tidak menyimpang dari tujuan

yang hendak dicapai, maka pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus Swiss

Webster) usia empat bulan.

2. Sampel daun Aloe vera didapat dari tempat budidaya lidah buaya di daerah

Subang.

(15)

3

4. Parameter yang diteliti adalah jumlah pulau Lengerhans dan luas

pulau Langerhans pankreas mencit (Mus musculus Swiss Webster) jantan

pada setiap perlakuan.

5. Dosis aloksan yang digunakan adalah 0,65 ml/100 gram BB yang

diberikan sekali pada awal perlakuan (Nugrahani, 2008).

6. Dosis ekstak Aloe vera yang digunakan terdiri dari 3 dosis, yaitu 0,70 ml/

100 gram BB/ hari; 1,05 ml/ 100 gram BB/ hari; 1,40 ml/ 100 gram BB/

hari.

D. Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

maserat lidah buaya (Aloe vera) terhadap histologi pankreas mencit (Mus

musculus Swiss Webster) jantan yang diinduksi aloksan, khususnya terhadap

jumlah dan luas pulau Langerhans.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai pengaruh pemberian maserat lidah buaya (Aloe vera) terhadap histologi

pankreas mencit (Mus musculus Swiss Webster) jantan yang diinduksi aloksan

serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

F. Asumsi

1. Senyawa toksin, diabetogenik (aloksan) dapat membuat degenerasi sel β

Langerhans pankreas sehingga mengakibatkan produksi insulin sangat

rendah atau berhenti sama sekali (Nugroho, 2006).

2. Sel β merupakan terbanyak dalam pulau Langerhans, kerusakan sel β

pulau Langerhans dalam jumlah besar ditandai dengan penurunan jumlah

dan luas pulau Langerhans (Vessal et al., 2003).

3. Aloe emodin, antrakuinon, dan turunan zat flavonoid lainnya yang

terkandung didalam Aloe vera merupakan zat anti-hiperglikemia

(16)

4

4. Senyawa aktif golongan polifenol dan antioksidan pada tanaman

mempunyai aktivitas antioksidan dan anti-diabetes (Widowati, 1997).

5. Pemberian agen anti-diabetes masih dapat merangsang kemampuan sel β

Langerhans pankreas untuk mensekresi insulin (Helal et al., 2003).

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi yang disebutkan, maka hipotesis yang

diajukan pada penelitian ini adalah pemberian maserat daun Aloe vera

berpengaruh terhadap histologi pankreas mencit jantan (Mus musculus Swiss

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian

eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan

pengadaan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir,

2003).

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL), dimana terdapat kelompok perlakuan dan kontrol dengan faktor

lingkungan yang homogen (Nazir, 2003). Kelompok hewan uji terdiri dari lima

kelompok. Kelompok perlakuan pemberian maserat Aloe vera terdiri dari tiga

kelompok. Masing-masing kelas diberi perlakuan dengan pemberian maserat daun

Aloe vera 0,70 ml/100 gram BB/hari; 1,05 ml/100 gram BB/hari; 1,40 ml/100

gram BB/hari. Kemudian terdapat kontrol netral, kelompok ini terdiri dari

kelompok mencit yang tidak diberi perlakuan, lalu kontrol positif, tidak diberi

maserat Aloe vera namun diberi aloksan. Banyaknya pengulangan (replikasi) yang

dilakukan diperoleh dari Gomez & Gomez (1995) yaitu:

(T – 1) (r – 1) > 15 (5 – 1) (r – 1) > 15 4r – 4 > 15

r > 19/4 Keterangan: T = jumlah perlakuan

r > 5 r = jumlah replikasi

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah pengulangan yang

dilakukan untuk setiap perlakuan ialah r > 5. pengulangan yang dibutuhkan pada

setiap kelompok sebanyak 5 kali atau 5 ekor mencit sehingga jumlah total mencit

yang digunakan sebanyak 25 ekor ditunjukkan dari hasil perhitungan diatas.

(18)

18

menunjukkan kelompok yang berbeda. Setelah itu, randomisasi dilakukan untuk

pengelompokan setiap mencit sehingga didapatkan kelompok mencit yang akan

menempati setiap kandang.

Tabel 3.1 Pengaturan Randomisasi Mencit.

1C 2A 3E 4E 5C

6C 7E 8A 9A 10C

11B 12D 13A 14D 15D

16B 17E 18D 19E 20C

[image:18.595.116.510.223.641.2]

21B 22B 23D 24B 25A

Tabel 3.2 Hasil randomisasi mencit dan jenis perlakuan.

Kandang Perlakuan NomorMencit

A Kontrol netral 2 25 8 13 9

B Kontrol positif 22 11 16 21 24

C Aloe vera 0,70 ml/ 100 g BB/ hari 10 5 1 20 6 D Aloe vera 1,05 ml/ 100 g BB/ hari 12 23 14 15 18 E Aloe vera 1,40 ml/ 100 g BB/ hari 17 4 19 3 7

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mencit (Mus musculus)

jantan. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pulau Langerhans

pankreas mencit (Mus musculus) jantan usia empat bulan.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Perlakuan dilakukan di kandang mencit pribadi di Geger Kalong,

Bandung. Pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium Struktur Tumbuhan

Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Waktu yang digunakan untuk

(19)

19

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian dipersiapkan. Daftar alat

dan bahan yang digunakan dalam penelitian yang digunakan terdapat pada

Lampiran 7.

b. Persiapan Hewan Uji Coba (Mus musculus)

Hewan yang digunakan adalah 25 ekor mencit (Mus musculus) jantan

albino dengan berat sekitar (20-30 gram). Mencit ini didapat pertama kali saat

berumur tiga bulan dan sebelum ke tahap perlakuan, seluruh hewan percobaan

diaklimatisasi selama 30 hari hingga usianya mencapai empat bulan.

Penimbangan berat badan dilakukan selama aklimatisasi dan selama perlakuan.

Dua puluh lima ekor mencit (Mus musculus) ini dipelihara dalam lima kandang

yang dipelihara di rumah di kawasan Geger Kalong. Kandang mencit terbuat dari

wadah plastik berukuran 28 cm x 30 cm x 12 cm. Wadah plastik diberi medium

tempat hidup mencit berupa serutan kayu. Bagian atas bak ditutupi ram kawat

untuk mencegah mencit keluar dari kandang. Kandang diberi tempat minum

mencit sebanyak satu buah setiap kandang. Keadaan selama aklimatisasi dan

perlakuan dikontrol pada kisaran lingkungan yang tetap dengan tujuan agar hewan

uji beradaptasi dengan kondisi yang akan ditempati selama percobaan. Selama

percobaan suhu ruangan berkisar antara 23oC-27oC. Makanan yang diberikan

adalah PC 551 sebanyak 5 gram/ekor mencit dan minum berupa air matang

dengan cara ad libitum. Pencahayaan dilakukan selama 12 jam/hari dari pukul

06.00 WIB hingga 18.00 WIB.

c. Pembuatan Maserat Lidah Buaya (Aloe vera)

Pembuatan maserat lidah buaya dilakukan dengan. Metode maserasi atau

perendaman (Pachanawan et al., 2008) dengan beberapa modifikasi. Pelarut yang

(20)

20

adalah daun lidah buaya yang berasal dari perkebunan lidah buaya di Subang,

Jawa Barat. Determinasi didasarkan pada buku klasifikasi Conqruist. Dilanjutkan

dengan pemilihan daun yang berdaging banyak.

Tanaman direndam pada pelarut dengan perbandingan 1:2 (w/v), pada

penelitian ini digunakan 500 gram potongan gel yang telah dianginkan selama 48

jam untuk menghilangkan eksudatnya dan dilarutkan dalam 1 L alkohol 70%.

Perendaman dilakukan selama 72 jam untuk melarutkan komponen bioaktifnya

kemudian dilakukan penyaringan bertahap untuk memisahkan larutan dengan

ampas potongan tanaman. Terakhir dilakukan evaporasi alkohol pada suhu ruang

untuk menghasilkan ekstrak dalam akuades. Hasil ekstrak akhir diuji

kandungannya dengan menggunakan GCMS OP-2010 Ultra yang dilakukan di

Laboratorium Kimia Analitik UPI Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penginduksian Aloksan

Aloksan merupakan derivat pirimidin sederhana yang merusak sel beta

pankreas sehingga menurunkan produksi insulin. Pada tahap pelaksanaan ini

dilakukan induksi pemberian aloksan untuk menciptakan keadaan hiperglikemik

pada mencit (Mus musculus). Aloksan yang didapatkan dalam bentuk serbuk 10

gram yang kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L. Dalam percobaan

ini mencit disuntikan aloksan sebanyak 0,65 ml/ 100 gram BB secara intravena

melalui ekor (Nugrahani, 2008). Hewan percobaan yang telah diadaptasi selama 1

minggu diinduksi dengan aloksan 0,65 ml/ 100 gram BB secara intravena melalui

ekornya. Pemberian aloksan dilakukan satu sekali lalu untuk melihat pengaruhnya

dilakukan optimasi selama 72 jam (Simanjuntak et al., 2002).

b. Pemberian Maserat Aloe vera

Pemberian maserat Aloe vera dilakukan selama 30 hari secara gavage, satu

kali dalam sehari. Tiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi maserat Aloe

(21)

21

perlakuan. Jarum gavage digunakan pada saat pemberian maserat lidah buaya

terhadap hewan uji, dimana hewan percobaan dibagi 5 kelompok :

a. Kelompok I adalah kelompok kontrol netral yang tidak diberi induksi

apapun.

b. Kelompok II adalah kelompok kontrol positif yaitu hewan yang diberi

induksi aloksan namun tidak diberi maserat Aloe vera.

c. Kelompok III adalah kelompok hewan hasil induksi aloksan yang diberi

maserat lidah buaya dengan dosis 0,70 ml/ 100 gram BB/ hari

d. Kelompok IV adalah kelompok hewan hasil induksi aloksan yang diberi

maserat lidah buaya dengan dosis 1,05 ml/ 100 gram BB/ hari.

e. Kelompok V adalah kelompok hewan hasil induksi aloksan yang diberi

maserat lidah buaya dengan dosis 1,40 ml/ 100 gram BB/ hari.

Penggunaan tabel konversi Laurence & Bacharach (1964) digunakan

dalam penentuan dosis yang didasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan

pada tikus putih dengan nilai konversi tikus putih 200 gram ke mencit 20 gram

senilai 0,14 (Lampiran 7).

3. Tahap Pembuatan Preparat Histologi Pankreas

a. Pengambilan Organ Pankreas

Pada akhir perlakuan (hari ke-30 pasca induksi aloksan dan maserat Aloe

vera) semua mencit dilakukan pembedahan dengan penyayatan pada kulit dan otot

abdominal hingga rongga perut terbuka. Selanjutnya dilakukan pengambilan

organ pankreas. Pankreas yang telah dipisahkan dari tubuh hewan dibersihkan

dengan larutan NaCl 0,9% lalu diukur panjang dan beratnya. Setelah itu, organ

pankreas difiksasi dengan formalin 10% sampai tahap pembuatan blok parafin.

b. Pembuatan Preparat Histologi

Pembuatan preparat histopatologi pada organ pankreas dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut;

i. Fiksasi

(22)

22

ii. Dehidrasi

Pankreas yang sudah difiksasi dengan formalin dipindahkan kedalan

larutan alkohol bertingkat (60 %, 70 %, 80 %, 90 %, 96 %, alkohol absolut)

masing-masing selama 2 jam.

iii. Penjernihan

Setelah itu organ dimasukan kedalam larutan alkohol absolut yang

dicampur dengan xilol (1:1) selama 10 menit. Kemudian organ dipindahkan

kedalam xilol murni selama 15 menit.

iv. Penanaman

Organ yang sudah jernih dipindahkan kedalam campuran xilol parafin

lunak (1:1) lalu dimasukan kedalam oven dengan suhu 48oC selama 30 menit.

Setelah itu dipindahkan kedalam parafin lunak murni lalu dimasukan kembali

kedalam oven dengan suhu 48oC selama 1 jam. Lalu dipindahkan lagi kedalam

parafin keras dan dimasukan kedalam oven 58oC selama 1.5 jam. Setelah itu

dilakuakan embedding (penanaman organ di blok) dengan ukuran blok 2x1.

v. Penyayatan

Setelah pembuatan blok selesai diamkan blok parafin sampai keras dan

siap untuk disayat. Setelah itu masing-masing blok disayat dengan ketebalan 4

(empat) mikron dengan alat mikrotom, lalu lembaran-lembaran atau pita parafin

hasil penyayatan dilekatkan diatas object glass yang sudah diberi larutan Haupt

dan akuades dan dapat dilakukan pewarnaan.

c. Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Pewarnaan yang akan dilakukan adalah pewarnaan hematoxylin-eosin.

Pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) termasuk dalam jenis pewarnaan ganda

(double straining) karena dua jenis zat warna digunakan untuk pengamatan

struktur umum jaringan. Pada pewarnaan ganda umumnya pewarna yang

digunakan satu bersifat asam dan yang lain bersifat basa. Kekontrasan dan

pengenalan bagian tertentu dapat lebih cepat dan lebih jelas terlihat disebabkan

(23)

23

Tahapan yang dilakukan dalam pewarnaan HE dimulai dengan proses

deparafinisasi, yaitu penghilangan parafin dengan memasukkan preparat ke dalam

seri larutan xilol III, xilol II, dan xilol I. Kemudian dilanjutkan dengan proses

rehidrasi, yaitu dengan memasukkan preparat ke dalam seri larutan alkohol

absolut sampai alkohol 70% secara berurutan. Preparat diwarnai dengan pewarna

hematoksilin dilanjutkan dengan pencucian dalam akuades. Setelah itu preparat

diwarnai dengan eosin lalu preparat dimasukan kedalam alkohol bertingkat mulai

alkohol 70% sampai alkohol absolut setelah itu dilakukan penjernihan (clearing)

dengan xilol murni. Sediaan ditutup dengan cover glass (mounting) dan siap untuk

dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

4. Pengamatan dan Analisis Data

Parameter pengamatan adalah perubahan gambaran histologi pankreas

mencit secara kuantitatif, yaitu jumlah pulau Langerhans dan luas pulau

Langerhans. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya,

dan mikrometer serta didokumentasikan dengan pemotretan menggunakan digital

camera (Nikon Coolpix S4100). Penghitungan jumlah pulau Langerhans,

dilakukan pada tiga lapang pandang pada satu preparat pada perbesaran 1000x

yang berbeda secara acak pada setiap preparat jaringan. Penghitungan luas pulau

Langerhans dilakukan satu lapang pandang pada satu preparat pada perbesaran

1000x yang berbeda secara acak pada setiap preparat jaringan. Data yang

didapatkan diuji nilai normalitas, homogenitas dan signifikansinya.

Test of Normality (Kolmogorov-Smimov) digunakan untuk uji normalitas

dan Test of Homogenity of Variances (Levene Statistic) digunakan untuk uji

homogenitas. Data yang berdistribusi normal atau bervarian homogen dianalisis

secara statistik parametrik yaitu, analisis varian (ANOVA). Data yang memiliki

nilai signifikansi dibawah 0,5 pada uji ANOVA kemudian diuji lebih lanjut dengan

uji lanjut Post Hoc LSD untuk mengetahui data yang tidak memiliki perbedaan

signifikan terhadap data lainnya. Software PASW Statistics 18 digunakan untuk

(24)

24

5. Alur Penelitian

Urutan penjelasan mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan

[image:24.595.117.508.193.699.2]
(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian

maserat Aloe vera dapat memperbaiki kerusakan pada pankreas yang disebabkan

oleh induksi aloksan. Perbaikan tersebut dilihat dari meningkatnya jumlah dan

luas pulau Langerhans pankreas mencit. Dosis maserat Aloe vera 0,70 ml/100

gram BB merupakan dosis efektif dalam perbaikan pulau Langerhans pankreas

mencit.

B. Saran

Penelitian perlu dilanjutkan dengan pewarnaan imunohistokima untuk

mengetahui korelasi lebih spesifik antara distribusi sel β pankreas dengan

perbaikan pulau Langerhans. Waktu pemberian maserat Aloe vera perlu ditambah

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Banerjee, M. & Bhonde, R. R. (2003). Islet Generation From Intra Islet

Precursor Cells of Diabetic Pancreas: In Vitro Studies Depicting In Vivo

Differentiation. Jop,4(4), 137-145.

Baynes, J. W. & Dominiczak, M. H. (2005). Medical Biochemistry (2nd ed.).

China: Elsivier Mosby.

Bernard, C., Berthault, M. F., Saulnier, C., & Ktorza, A. (1999). Neogenesis vs.

Apoptosis as Main Components of Pancreatic β Cell Mass Changes in

Glucose-Infused Normal and Mildly Diabetic Adult Rats, FASEB Journal,

13:1195-1205.

Bloom, H., Briggs, L. H., & Cleverley, B. (1959). Physical Properties of

Anthraquinone and Its Derivatives. Part I. Infrared spectra. Journal of the

Chemical Society (Resumed), 33: 178-185.

Boorman, G. A., & Beth, W. G. (1999). Pathology of The Mouse. USA: Cache

River Press. Pp 191-193.

Butler, A. E., Janson, J., Bonner-Weir, S., Ritzel, R., Rizza, R. A., & Butler, P. C.

(2001). Cell Deficit and Increased Cell Apoptosis in Humans with Type 2

Diabetes. Diabetes, 32: 102-110.

Conqruist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants.

New York: Columbia University Press.

Doxey. (1995). Platelet-Derived Growth Factor Levels in Wounds of Diabetic

Rat. Life Sciences, 1111-1123.

El-Soud, N. H., Khalil, M. Y., Hussein, J. S., Oraby, F., & Farrag, A. H. (2007).

Antidiabetic Effects of Fenugreek Alkaliod Extract in Streptozotocin

Induced Hyperglycemic Rats. Journal of Applied Sciences Research,

1073-1083.

Fit. (1983). Aloe vera: The Miracle Plant. Anderson World Books. Inc., Mountain

(27)

39

Furnawanthi, I. (2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Agro Media Pustaka.

Jakarta.

Ganiswarna. (1995). Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Diterjemahkan oleh

Rianto Setiabudy, dkk. Jakarta: FKUI.

Gerritson M. E., Carley W. W., Ranges G. E., Shen C. P., & Phan S. A. (1995).

Flavonoids Inhibit Cytokine-Induced Endothelial Cell Adhesion Protein

Gene Expression. Am J Pathol, 147(2): 278-92.

Gomez K. A., & Gomez A. A. (1995). Statistical For Agricultural Research.

USA: John Wiley & Son. Inc.

Guyton A. C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh

Irawati Setiawan. Jakarta: EGC.

Guz, Y., Nasir, I., & Teitelman, G. (2001). Regeneration of Pancreatic β Cells

From Intra-Islet Precursor Cells in an Experimental Model of Diabetes.

Endocrinology, 142(11): 4956-4968.

Hamman, J. H. (2008). Composition and Applications of Aloe vera Leaf Gel.

Journal of Molecules, 13: 1599-1616.

Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G., & Rakesh, D. D. (2008). Extraction

Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: International

Centre for Science and High Technology.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tetumbuhan. Bandung. ITB.

Helal, E. G., Hasan, M. H., Mustafa, A. M., & Al-Kamel, A. (2003). Effect of

Aloe vera Extract on Some Physiological Parameters in Diabetic Albino

Rats. The Egyptian Journal of Hospital Medicine, 53-61.

Henry, R. (1979). An Up Dated Review of Aloe vera. Cosm. and Toiletri, 94: 2-50

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1. Badan Litbang

Kehutanan (Penerjemah), Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Hii, C. S. T. & Howell, S. L. (1985). Effects of Flavonoids on Insulin Secretion

and 45Ca2+ Handling in Rat Islets of Langerhans. Journal of

(28)

40

Hu, Y., Xu, J., & Hu, Q. (2003). Evaluation of Antioxidant Potential of Aloe vera

(Aloe barbadensis Miller) extracts. Journal of Agricultural and Food

Chemistry, 51(26), 7788-7791.

IM Walde, S. S., Dohle, C., Schott-Ohly, P., & Gleichmann, H. (2002). Molecular

Target Structures in Alloxan Induced diabetes in mice. Life Sciences,

71(14), 1681-1694.

Irianto K. (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.

Bandung: Irama Widya.

Kalaivani, A., Umamaheswari, A., Vinayagam, A., & Kalaivani, K. (2008).

Anti-Hyperglycemic and Antioxidant Properties of Cassia Auriculataleaves and

Flowers on Alloxan Induced Diabetic Rats. Pharmacologyonline, 204-217.

Kim, J. S., Ju , J. B., Choi , C. W., & Kim, S. C. (2006). Hypoglycemic and

Antihyperlipidemic Effect of Four Korean Medicinal Plants in Alloxan

Induced Diabetic Rats. American Journal of Biochemistry and

Biotechnology, 154-160.

Klein, G., Kim, J., Himmeldirk, K., Cao, Y., & Chen, X. (2007). Antidiabetes and

Anti-obesity Activity of Lagerstroemia speciosa. Antidiabetic compounds

from banaba, 401–407.

Laurence, D. R. & Bennet, P. N. (1992). Clinical Pharmacology. Ed ke-7. New

York: Churcil Livingstone.

Laurence J., & Bacharach, M. (1964). Analytical Toxology. Philadelphia: CRC

Press.

Lienhard, G. E., Slot, J. W., James, D. E., & Mueckler, M. M. (1992). How Cells

Absorb Glucose. Scientific American, 86-91.

Malaisse, W. J., Lagae, F. M., Sener, A. & Pipeleers, D. G. (1982). Determinants

of The Selective Toxicity of Alloxan to The Pancreatic B Cell. Proc. Nad

Acad. Sci. USA 79 , 927-930.

Mukkamala, Ravindranath, Weiss, & Richard G. (1996). Physical Gelation of

Organic Fluids by Anthraquinone-Steroid-Based Molecules. Structural

(29)

41

Musthafa, Z. (2000). Peran Antioksidan dalam Penghambatan Aterosklerosis

pada Tikus Wistar Diabetes Melitus. Cermin Dunia Kedokteran, 32-33.

Moriwaki, K. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical

Research. Tokyo: Karger.

Morsy, E. M. (1991). The Final Technical Report of Aloe vera: Stabilization and

Processing for The Cosmetics Beverage and Food Industries. Aloe

Industry and Technology Institute. Phoenix. USA.

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nihlatussania, S. (2012). Keefektifan Insektisida Nabati dengan Dua Metode

Ekstraksi yang Berbeda. Bogor: IPB.

Nugrahani, A. R. (2008). Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba

Daun Sendok (Plantago mayor L.) pada Kelinci Jantan yang Dibebani

Glukosa. Surakarta. UMS.

Nugroho, A. E. (2006). Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi Dan

Mekanisme Aksi Diabetogenik. Biodiversitas, 378-382.

Noor, A., Gunasekaran, S., Soosai Manickam, A., & Vijayalakshmi, M. A.

(2008). Antidiabetic Activity of Aloe vera and Histology of Organs in

Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Current science, 94(8), 1070-1076.

Nuraliev, I. U. N., & Avezov, G. A. (1992). The Efficacy of Quercetin in Alloxan

Diabetes. Eksperimental'naia i klinicheskaia farmakologiia, 55(1), 42.

Pachanawan A, Pumkhachorn P, & Rattanachaikunsopon P. (2008). Potential of

Psidium guajava Supplemented Fish Diets in Controlling Aeromonas

hydrophila Infection in Tilapia (Oreochromis niloticus). International

Journal of Pharma and Bio Sciences, 106: 419–424.

Pecere, T., Gazzola, M.V., Mucignat, C., Parolin, C., Vecchia, F.D., Cavaggioni,

A., Basso, G., Diaspro, A., Salvato, B., Carli, M. & Palu, G. (2000).

Aloe-emodin is a new type of anticancer agent with selective activity against

neuroectodermal tumor. Cancer Res, 60: 2800–2804.

Purwaningsih S., Salamah E., & Ayuningrat, E. (2008). Penapisan awal

komponen bioaktif dari kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai

(30)

42

Ressang A. A. (1963). Patologi Khusus Veteriner. Denpasar: Bali Cattle Desease.

Rattan, S. I. S., Eskildsen-Helmond, Y. E. G., & Beedholm, R. (2004). Molecular

Mechanisms of Anti-Aging Hormetic Effects of Mild Heat Stress on

Human Cells. Biol Toxicol Med, 2(2): 105–16.

Runiana, E. D. (2009). Distribusi Sel Insulin Pankreas pada Tikus Hiperglikemia

yang Diberi Diet Tempe. Bogor: IPB.

Schloithe, Ann C., Woods. C. M., & Saccone, Gino T. P. (1995). An isolated rat

pancreas preparation for studying pancreatic spinal mechano sensitive

and chemosensitive afferent activity. Department of Surgery. Flinders

University. Adelaide, South Australia.

Scoebi, Ian N. (2007). Atlas of Diabetes Mellitus 3th. Informa. UK Ltd.

Setijono, M. M. (1985). Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed ke-2.

Diterjemahkan: Brahn U. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Simanjuntak JW, Badjongga HT, Yulinah, & Andreanus AS. (2002). Pengaruh

Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia jack) pada Organ

Reproduksi, Testosteron dan Perilaku Seksual Tikus Sprague Dawley

Jantan dan Mencit ddY Jantan. Sekolah Farmasi. Bandung. ITB.

Skinner, H. A. (1949). The Origin of Medical Term. The Williams and Wilkins.

Baltimore.

Slack, J. M. W. (1995). Developmental Biology of The Pancreas. ICRF

Developmental Biology Unit, Department of Zoology, Oxford University,

South Parks Road, UK.

Squires, J. E. (2003). Applied Animal Endocrinology. UK: CABI Publishing.

Szkudelski, T. (2001). The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B

Cells of The Rat Pancreas. Physiological Research, 50(6), 537-546.

Tjokroprawiro, A. (2001). Diabetes Melitus, Klasifikasi, Diagnosa dan Terapi.

Gramedia Pustaka Utama.

(31)

43

Vesal, M., Zal, F., & Vaseei, M. (2003). Effects of Teucrium Polium on Oral

Glucose Tolerance Test, Regeneration of Pancreatic Islets and Activity of

Hepatic Glucokinase in Diabetic Rats. Archives of Iranian Medicine, 6(1):

35-39.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Watkins D, Cooperstein SJ, & Lazarow. (2008). A. Effect of alloxan on

permeability of pancreatic islet tissue in vitro.

Widowati , W. (2008). Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes. JKM, 1-11.

Widowati, L., Dzulkarnain, B., & Sa'roni. (1997). Tanaman Obat untuk Dibetes

Mellitus. Cermin Dunia Kedokteran, 53-60.

Winarto, A. (2007). Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Gambaran Sel β Pankreas dan Efek Hipoglikemik Glibenklamid pada Tikus Jantan galur wistar Diabetik. Fakultas Kedokteran Hewan.

Bogor: IPB.

Yagi, A. (1997). Isolation and Characterization of The Glycoprotein Fraction

with Aproliferation-Promoting Activity on Human and Hamster Cells

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel Konversi Penghitungan Dosis Aloksan ................................58
Tabel 3.2 Hasil randomisasi mencit dan jenis perlakuan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba membuat informasi mengenai resep masakan melalui Adobe Photoshop CS yang merupakan program aplikasi yang ditujukan

Apabila partai politing melanggar ketentuan hukum yang ada akan mendapat sanksi juga seperti yang terdapat dalam pasal 47 ayat 2 undang-undang no 2 tahun 2011 yang

Maka POKJA Peradilan III ULP KORWIL Peradilan Provinsi Nusa Tenggara Barat mengumumkan Pemenang Lelang pada paket pekerjaan tersebut di atas, sebagai berikut :.

Hasil uji s tatistik diperoleh nilai p sebesar 0,703 < dari nilai α (0,05) yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan status

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian di pasar Kenali karena mayoritas pedagang yang terdapat di pasar tersebut adalah beragama Islam, akan

Para siswa dan siswi dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa baik ketercapaian pendidikan karakter terintegrasi yang diberikan kepada diri mereka dan

Dengan metode ini , robot dapat menentukan keputusan yang tepat untuk menemukan solusi pencarian dan menentukan banyak memori yang dibutuhkan serta waktu tempuh robot

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaaan self regulated learning antara siswa akselerasi dan siswa reguler pada siswa kelas VII di SMPN 1