BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Agar dapat melakukan penelitian ini, dalam tinjauan pustaka penulis akan menggunakan teori dan konsep yang dapat membantu dalam menganalisa dan menjawab masalah yang didasarkan pada judul penelitian mengenai kerja sama Jepang melalui Japan International Cooperation dalam proyek Mass Rapid Train di Indonesia tahun 2013-2019.
Peneliti juga memaparkan beberapa penelitian terdahulu dari sumber jurnal sebagai sumber analisa tambahan.
2.1 Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Neoliberalisme
Neoliberalisme sebenarnya adalah teori pembaharuan dari liberalisme klasik, suatu bentuk liberalisme yang telah dimodifikasi yang cenderung berunjuk pada kapitalis pasar bebas juga sebagai kebijakan ekonomi yang telah menyebar luas dari sekitar awal tahun 1930-an, pernah mengalami kemunduran akibat peristiwa yang terjadi di AS dimana harga saham melonjak turun, peristiwa tersebut dinamakan peristiwa Great Depression. Salah satu yang mengkaji teori ini adalah Friedrich Von Hayek, kata neoliberalisme ini muncul pasca perang dunia II dengan 2 kata neo dan liberal yang diartikan liberalisme baru yang menyesuaikan perkembangan zaman, pada akhir perang dunia II terdapat kelompok yang menganut Mazhab Freiburg kemudian mengembangkan pokok bahasan ekonomi liberal dan pada tahun 1947 menjadi sejarah terbentuknya kelompok Neoliberalisme.
Neoliberalisme dapat dijabarkan sebagai model ideologi dan kebijakan yang menekankan nilai persaingan pasar bebas pemahaman ini mengutamakan konsep leissez faire (persaingan bebas), neoliberal sering ditandai dalam hal keyakinan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebagai sarana untuk kemajuan manusia, kepercayaan pada pasar bebas sebagai alokasi sumber daya yang paling efisien, penekanan pada interfensi negara minimal dalam urusan ekonomi dan sosial dan
komitmennya terhadap kebebasan perdagangan dan modal (Smith, 2019), pandangan neoliberalisme secara filosofis adalah bahwa lembaga-lembaga politik dan ekonomi masyarakat harus sangat liberal dan kapitalis.
Dalam teori ini manusia dianggap sebagai makhluk rasional dapat disebut juga sebagai neoliberal rationality yang condong memandang orang sebagai “homo economicus”, neoliberal rationality berdampak pada masyarakat dengan mensubjekkan seluruh aspek dalam kehidupan sosial kedalam kalkulasi ekonomi. Hal ini mengubah warga menjadi customer-individuals atau enterpreneur-individuals yang bertanggung jawab atas pilihan mereka untuk kondisi kehidupan mereka, kemudian mengutamakan kebebasan dalam tatanan pasar bebas, ekonomi dan globalisme.
Neoliberalisme memandang sistem internasional yang anarki sebagai situasi yang baik untuk melakukan kerjasama internasional demi mencapai absolute gains (keuntungan yang mutlak), kemudian absolute gains didapatkan melalui kepentingan negara tercapai dengan interdependensi sehingga menghasilkan dunia damai tanpa konflik, untuk mengontrol jalannya kerjasama internasional antar aktor diperlukan sebuah institusi internasional dan neoliberalisme ingin mewujudkan free market (pasar bebas) yang membatasi intervensi pemerintah, yang kemudian memunculkan istilah privatisasi.
Kritik yang terdapat dalam teori ini salah satunya adalah dalam bekerjasama juga dapat menimbulkan konflik karena adanya kecurangan dari negara lain untuk kepentingan nasionalnya, teori ini sama halnya dengan liberalism yaitu menekankan kebebasan sebagai nilai politik tertinggi, kebebasan individu dan kebebasan melakukan perekonomian. Negara-negara mempertimbangkan keuntungan absolut dan negara- negara tersebut berupaya melakukan kerjasama dengan mengevaluasi manfaat yang diberikan kepada mereka dan praktek yang dilakukan neoliberal adalah melalui privatisasi aset-aset pemerintahan, terbukanya investasi swasta dalam SDA, adanya fasilitas investasi asing dan terbukanya perdagangan bebas.
Neoliberalisme mempercayai bahwa dengan keterlibatan institusi dan rezim internasional dapat menjadi pengaruh besar dalam hubungan internasional, dengan terbentuknya interdependensi yang besar memungkinkan terciptanya institusi internasional dalam menghadapi masalah (Winarno, 2007) , dalam penelitian ini penulis akan mengkaji organisasi JICA sebagai organisasi penyalur bantuan dari Jepang dibentuk
untuk membantu memecahkan masalah pada negara yang bekerjasama yaitu Indonesia dalam memberi donor pinjaman untuk pembangunan MRT di Jakarta yang digarap pada tahun 2013-2018 sebagai tahap 1. Indonesia tidak memiliki teknologi dan pendanaan yang cukup untuk merealisasikan proyek nasionalnya yaitu MRT, Jepang melalui ODA memberikan harapan bagi Indonesia dalam mengerjakan infrastruktur di wilayah ibu kota Jakarta.
2.2 Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian 1. Richard Theo
Parulian
Japan International Cooperation Agency
(JICA) dan
Kepentingan Jepang di Indonesia (2014–
2018)
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan
alokasi ODA Jepang kepada Indonesia dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo 2014- 2018 dan pemaparan mendalam bantuan luar negeri Jepang melalui JICA.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penanaman modal ODA meningkat selama terpilihnya Presiden RI Joko Widodo pada 2014 lalu, konsep ODA ini membutuhkan
pertanggungjawaban kepada masyarakat Jepang dikarenakan fokus utamanya adalah mensejahterakan
masyarakat Jepang, Jepang menggeser keberadaan Tiongkok sebagai kekuatan regional di kawasan Asia dan menggandeng Indonesia karena merupakan salah satu founding fathers ASEAN. Kepentingan politik dan ekomomi Jepang melalui JICA dianggap selaras dibawah
pemerintahan Presiden Joko Widodo.
2. Yulia Maulidina Kerjasama Antara Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Indonesia dalam Pembangunan di Timor-Leste
Memberi penjelasan kerja sama JICA dengan Indonesia, kemudian mengetahui
perkembangan dalam pembangunan di Timor- Leste dan hasil dari pembangunan di Timor- Leste.
Dalam penelitian ini menyebutkan JICA membuat program jangka panjang yang diberi nama Timor-Leste Strategic Development Plan 2011- 2030 dengan 3 bidang utama yang dipilih Timor-Leste yaitu social capital, pembangunan infrastruktur dan pembangunan ekonomi.
JICA juga menggandeng Indonesia untuk turut berpartisipasi dalam melaksanakan program pembangunan jalan yang diberi nama Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) dikarenakan kualitas SDM di Timor-Leste yang kurang memadahi.
Alasan lain JICA mengajak Indonesia dalam pemberian bantuan ini dikarenakan Indonesia dinilai memiliki banyak kesamaan salah satunya kedua negara merupakan negara berkembang yang mendapat bantuan dari
JICA, kesamaan
geografis dengan Indonesia Timur. 2011- 2012 Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan
UMUM memberi
pelatihan kepada insinyur-insinyur Timor- Leste.
3. Salafi Nugrahani Apakah Keberadaan Mass Rapid Transit Berdampak Terhadap Transjakarta? Studi Kasus Transportasi Publik di DKI Jakarta
Melihat jumlah penumpang
Transjakarta terhadap MRT sebagai moda baru dan mengetahui antara hubungan kenaikan harga tiket MRT terhadap penurunan jumlah penumpang Transjakarta dalam metode regresi data panel dan pendekatan model fixed effect.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
keberadaan MRT
berkaitan dengan kenaikan jumlah penumpang Transjakarta dalam radius 250 m menuju stasiun MRT, karena aksesibilitas halte Transjakarta mendorong jumlah penumpang menggunakan
Transjakarta sebagai pelengkap tujuan perjalanan sebelum dan sesudah menggunakan MRT.
Pada tulisan ini penulis berusaha melihat tujuan dan kepentingan Jepang dalam merealisasikan proyek MRT yang dibangun pada tahun 2013 hingga 2018, pada penelitian terdahulu yang ditulis oleh Richard Theo Parulian penulis akan menggunakan pembahasan dalam sub bab implementasi ODA Jepang di Indonesia melalui JICA, kemudian pada penelitian terdahulu oleh Yulia Maulidina penulis akan membandingkan hasil kerja Timor-Leste Strategic Development Plan 2011-2030 dalam bidang infrastruktur pembangunan jalan dengan pembangunan MRT di Jakarta 2013-2018 dan pada penelitian terdahulu oleh Salafi Nugrahani peneliti dapat menggunakan data penumpang Transjakarta tahun 2019 dengan perbandingan MRT sebagai moda baru. Peneliti dapat melengkapi penelitian terdahulu dengan meninjau penggunaan MRT pada tahun 2019 sebagai moda baru di Jakarta guna menjelaskan keberhasilan bantuan yang diberikan Jepang pada Indonesia yang belum dijelaskan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Indonesia dengan Jepang sudah lama telah menjalin hubungan kerja sama bilateral dengan baik, kerja sama tersebut tidak selalu terfokus pada kegiatan perekonomian, namun terdapat banyak kerja sama yang telah dilakukan Jepang dengan Indonesia yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu melalui Kerjasama dalam bidang teknologi, transportasi dan infrastruktur. Dalam program pembangunan MRT yang telah digagas sejak tahun 1985 dan telah menjadi proyek pembangunan nasional pada tahun 2005 ini telah mengalami pembahasan yang cukup panjang dan telah digarap pada tahun 2013-2018.
Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah kerja sama internasional yang hanya dapat tercipta dengan adanya kerja sama dengan 2 atau lebih negara yang dalam penelitian ini
KERJA SAMA JEPANG MELALUI JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY DALAM PROYEK TRANSPORTASI MASS RAPID TRAINSIT DI INDONESIA TAHUN 2013-2019
Masuknya ODA ke Indonesia
Konsep Kerja Sama Internasional dan Bantuan Luar Negeri
Kepentingan Jepang dalam membantu membangun infrastruktur MRT di Indonesia tahun 2013-2019
Teori Neoliberalisme
merupakan kerja sama bilateral. Dengan begitu penggunaan teori neoliberalisme dapat dilihat dari kepentingan Jepang dalam penyaluran donor pinjaman kepada Indonesia guna menggarap proyek infrastruktur MRT tahap 1 di ibu kota Jakarta. Melalui proyek yang disalurkan JICA kepada Indonesia ini telah mewujudkan banyak perubahan yang hingga saat ini yang dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.