• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS II SD INPRES NIPA-NIPA KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS II SD INPRES NIPA-NIPA KOTA MAKASSAR"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS II SD INPRES NIPA-NIPA KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

ARINI AMRAN NIM. 4513103158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar”

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung resiko dan sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuwan dalam karya saya ini, termasuk dalam klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Makassar, November 2018 Yang Membuat

Arini Amran

III

(4)

Kota Makassar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dibimbing oleh Drs. Mas’ud Muhammadiah, M.Si dan Susalti Nur Arsyad, S.Pd, M.Pd

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Direct Instruction pada pembelajaran PKn pokok bahasan memelihara lingkungan dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Inpres Nipa-nipa Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiriatas beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelasII SD Inpres Nipa-nipa Kota Makassar sebanyak 27 siswa. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan tes yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Direct Instruction dalam pembelajaran PKn pokok bahasan

“Memelihara Lingkungan” dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SD Inpres Nipa-nipa Kota Makassar. Hal tersebut berdasarkan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dari 54,23 pada siklus I menjadi 78,63 pada siklus II dan peningkatan ketuntasan hasil belajar dari 34% pada siklus I menjadi 81% pada siklus II.

Kata Kunci : hasil belajar, PKn, Direct Instruction

IV

(5)

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar” dapat dilaksanakan dalam rangka persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar. Dan tak lupa pula shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW., yang telah menuntun kita dari alam yang gelap gulita kealam yang terang benderang.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidakakan terwujud tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini. Atas segala dukungan dan dorongan semangat selama menyusun skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada.

1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu M.Eng., selaku Rektor Universitas Bosowa.

2. Dr. Asdar, S.Pd. M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

3. Hj. St. Haliah Batau, S.Si., M. Hum,dan Dr. Hj. A Hamsiah, M.Pd., selaku Wakil Dekan I dan Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

4. Susalti Nur Arsyad, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

V

(6)

5. Dr. Mas'ud Muhammadiah, M,Si. Dan Susalti Nur Arsyad, S.Pd.,M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi.

6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, atas bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Bosowa.

7. Ibunda Marhana dan Ayahnda Amran HB yang telah mendoakan, membina, dan memberi dukungan penuh selama pendidikan di kampus.

8. Teman-teman FKIP khususnya Andi Irma, Fitrawati Syam, Hernawati, Lusia Galla, Muhtar Syahril, Jumalia, Sergius Judin serta rekan-rekan seangkatan atas dukungan dan semangat persaudaraan kita.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini karena kesempurnaan hanya milik Allah swt.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran sehingga penulis dapat berkarya lebih baik pada masa mendatang dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, serta bernilai ibadah di sisi-Nya.

Amin.

Makassar, September 2018

Penulis

VI

(7)

HALAMAN JUDUL ... I HALAMAN PERSETUJUAN ... II PERNYATAAN ... III ABSTRAK ... IV KATA PENGANTAR ... V DAFTAR ISI ... VII DAFTAR GAMBAR ... IX DAFTAR TABEL ... X DAFTAR LAMPIRAN ... XI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 8

2. Tujuan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar ... 9

3. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar ... 11

4. Hasil Belajar ... 12

5. Materi Ajar ... 17

B. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 21

1. Pengertian Model pembelajaran ... 21

2. Komponen Pembelajaran ... 23

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Direct Instruction ... 25

4. Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Hipotesis ... 32 VII

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 33

1. Jenis Penelitian ... 33

2. Desain Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Fokus Penelitian ... 35

1. Pra Penelitian ... 35

2. Gambaran Kegiatan Siklus I ... 36

3. Gambaran Kegiatan Siklus II ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Metode Tes ... 38

2. Observasi ... 38

3. Dokumentasi ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 38

1. Tes Hasil Belajar ... 38

2. Lembar Observasi ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN... 71

VIII

(9)

Halaman

2.1 Lingkungan Alam Sungai ... 18

2.2 Lingkungan Alam Gunung ... 19

2.3 Lingkungan Alam Laut ... 19

2.4 Lingkungan Alam Danau ... 20

2.5 Skema Kerangka Pikir ... 32

3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 34

4.1 Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 44

4.2 Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

4.3 Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 61

4.4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa tiap Siklus ... 63

IX

(10)

Halaman

2.1 Tahap pembelajaran direct instruction ... 26

3.1 Pengategorian Hasil Belajar Siswa ... 40

4.1 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Siklus dalam Pembelajaran PKn ... 42

4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus ... 43

4.3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Siklus I ... 50

4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 51

4.5 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar pada siklus I ... 52

4.6 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran PKn ... 59

4.7 Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 60

4.8 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar pada siklus II ... 61

X

(11)

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72 Lampiran 2 Lembar Observasi ... 84 Lampiran 3 Instrumen Tes Hasil Belajar ……... ...

Lampiran 4 Hasil Kerja Siswa ... 88 Lampiran 5 Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 89 Lampiran 6 Riwayat Hidup ... 93

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perada ban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu, pembentukan watak warga Negara menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan watak akan senantiasa dibutuhkan demi perkembangan peradaban bangsa dalam menghadapi perkembangan peradaban dunia, terlebih pada era globalisasi.

Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan kedalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Didalamnya terdapat delapan standar pendidikan yang perlu dilaksanakan. Salah satunya adalah standar isi dan dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam lampiran Standar Isi tahun 2006 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

1

(13)

pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pemberdayaan dan pembudayaan warga Negara dalam pendidikan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi acuan dalam mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Fungsi dan tujuan Pendidikan menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dilihat dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional, dapat dipahami bahwa pendidikan disetiap jenjang, termasuk Sekolah Dasar (SD) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu menjadi insan yang beretika, bermoral, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat.

(14)

Proses demokrasi dan tayangan media yang semakin sering menayangkan perselisihan berbagai pihak, kekerasan bahkan mudahnya akses untuk melihat tayangan asusila dalam masyarakat inilah yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis budaya.

Pendidikan karakter diharapkan menjadi solusi berbagai persoalaan yang terjadi. Pendidikan karakter memiliki makna yang tidak hanya sekedar pendidikan tentang kebaikan. Pendidikan karakter memiliki arti yang lebih tinggi dari pendidikan moral yang mengajarkan mana yang benar mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang mana yang baik, sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan, dan mampu melakukan mana yang baik. Dalam PKn, pendidikan karakter merupakan salah satu misi yang diemban oleh PKn. Misi yang lain adalah pendidikan politik/pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan HAM, dan bahkan sebagai pendidikan anti korupsi (Cholisin, 2011). Misi yang diemban oleh mata pelajaran PKn tersebut jika di internalisasi pada siswa secara komprehensif dan kontinyudi harapkan dapat membentuk karakter kewarganegaraan yang mengarah pada pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan budaya bangsa.

PKn sebagai mata pelajaran yang sering disebut-sebut mata pelajaran yang mengajarkan pendidikan karakter selama ini ternyata hanya terfokus pada pengenalan nilai-nilai karakter saja sehingga peserta didik hanya sekedar tahu. Pembelajarannya pun masih padat ataran nilai- nilai budaya yang masih merupakan nilai-nilai secara umum, sehingga

(15)

kurang mengenalkan nilai-nilai ciri khas budaya bangsa Indonesia,dan belum sampai pada tataran implementasi nilai-nilai tersebut. Dengan kata lain PKn yang selama ini dibelajarkan belum mengajarkan nilai-nilai yang berbudaya dan berkarakter bangsa. Fenomena semakin lunturnya semangat dan rasa kewarganegaraan sudah sangat memberikan dampak yang sangat hebat terhadap perkembangan bangsa dewasa ini, seperti meningkatnya kasus kenakalan remaja dan lainnya menunjukan tidak efektifnya penanaman moral membuat banyak orang menjadi semakin tamak, tidak jujur, berkorupsi, dan semakin individual.

Uraian di atas menunjukkan bahwa tersirat harapan yang begitu besar dari pembelajaran PKn yang diberikan sejak jenjang SD sampai SMA.PKn diharapkan menjadi benteng untuk memperkokoh nilai-nilai berbudaya dan berkarakter peserta didik/siswa. Tentunya hal tersebut bisa terwujud apabila hasil belajar PKn dapat diraih secara optimah oleh setiap siswa.

Pada kenyataannya, pembelajaran PKn yang diterapkan selama ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terjadi pada siswa kelas 2 SD Inpres Nipa-Nipa dimana diketahui dari hasil observasi awal bahwa hasil belajar PKn siswa di kelas tersebut untuk materi Memelihara Lingkungan untuk dua tahun terakhir berada pada kategori rendah. Setelah mewawancari guru mata pelajaran PKn di kelas tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih terlalu berorientasi pada buku. Guru hanya menyajikan materi di papan tulis dan

(16)

siswa pun mencatat apa yang dituliskan oleh guru. Guru kurang menerapkan memberikan penguatan-penguatan terhadap materi-materi yang diajarkannya. Menyikapi masalah yang terjadi pada siswa kelas 2 SD Inpres Nipa-Nipa tersebut maka diperlukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat memahami secara mendalam materi yang disampaikan oleh guru.

Model pembelajaran yang penulis anggap cocok untuk diterapkan sebagai alternatif solusi untuk masalah tersebut adalah model Direct Instruction. Shoimin (2014) mengemukakan bahwa penerapan model Direct Instruction merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. Ini berarti bahwa untuk memberikan pemahaman mengenai gotong royong kepada siswa secara mendalam dapat dipergunakan model pembelajaran Direct Instruction.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian tindakan dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Memelihara Lingkungan melalui Model Pembelajaran Direct Instruction pada Siswa Kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran Direct Instruction dalam pembelajaran PKn Materi Memelihara Lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Direct Instruction dalam pembelajaran PKn Materi Memelihara Lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu antara lain sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Memberikan sumbangan pemikiran yang positif dalam rangka perbaikan pembelajaran PKn khususnya di kelas II SD Inpres Nipa- Nipa Makassar.

(18)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah dan guru

Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dan guru mata pelajaran dalam melakukan perbaikan pembelajaran PKn b. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta wawasan.

c. Bagi siswa

Memperoleh treatment pembelajaran PKn yang lebih berkesan dan meningkatkan hasil belajarnya.

d. Bagi pembaca

Sebagai bahan referensi terkait permasalahan dalam pembelajaran PKn serta metodologi dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu usaha untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga maupun antar warga Negara (norma/hukum) juga sebagai pendidikan pendahuluan bela Negara agar peserta didik menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (Djuwita, 2009).

Permendiknas No.22 Tahun 2006 menyatakan bahwa Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 (Winataputra, 2009).

Menurut Susanto (2013), PKn adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari- hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela

(20)

Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

Berdasarkan pengertian PKn di atas maka dapat disimpulkan bahwa PKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis yang merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran supaya peserta didik mengembangkan kemampuan dirinya untuk mempunyai kecerdasan, keterampilan, bertanggung jawab, demokratis, dan memiliki kesadaran hak serta kewajiban sebagai warga negara.

B. Tujuan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

Mata pelajaran PKn tersebar disetiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, bahkan hingga Perguruan Tinggi. Seperti halnya mata pelajaran lainnya, mata pelajaran PKn pun memiliki berbagai tujuan terutama dalam membentuk karakter individu dalam berkehidupan di bangsa dan bernegara. Proses pembelajaran akan mendapatkan hasil yang baik jika tingkat kebutuhan anak dipenuhi oleh guru, dan diimbangi dengan suasana yang tidak membosankan.

Secara terminologis, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia diartikan sebagai pendidikan politik yang focus materinya adalah peranan warga dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu di proses dalam rangka membina peranan tersebut sesuai dengan

(21)

ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara, Cholisindalam (Winarno, 2013).

Tujuan mata pelajaran PKn menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan.

Kemampuan tersebut ialah :

(a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (d) Berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi”

(Kurikulum, 2006).

Secara lebih luas menurut Susanto (2013) tujuan pembelajaran PKn di SD adalah agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak serta kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dan bertanggung jawab. Agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, bisa disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran

(22)

kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, ketahanan nasional dan mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan melaksanakan hak serta kewajiban secara santun,jujur,dan demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara terdidik dan bertanggung jawab.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 dikemukakan bahwa “ mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokus kan pada pembentukkan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Ditetapkan pula bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan di tuangkan dalam kompetensi yang harus di kuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam Struktur Kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.

Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Ruang lingkup Mata pelajaran PKn untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum

(23)

meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) persatuan dan kesatuan bangsa, 2) norma, hukum dan peraturan , 3) hak asasi manusia, 4) kebutuhan warga negara, 5) konstitusi negara, 6) kekuasaan dan politik, 7) pancasila, 8) globalisasi.

Dari semua kajian yang mencakup aspek-aspek diatas, diharapkan siswa SD mendapatkan pengetahuan dasar PKn, memperoleh kecakapan hidup dalam bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan memiliki sikap ilmiah bagi dirinya sendiri sehingga proses pembelajaran PKn yang dikembangkan guru akan semakin dapat melayani kebutuhan siswa dan pembelajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna.

D. Hasil Belajar

Kata belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari pengertian tersebut secara sederhana dapat dimaknai bahwa seseorang yang telah melakukan proses belajar haruslah memperoleh kepandaian baik itu dalam bentuk adanya tambahan kepandaian terhadap kepandaian yang dimiliki sebelumnya maupun dalam bentuk diperolehnya kepandaian baru yang tidak dimiliki sebelumnya.

Anni (2007) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.Perolehan aspek-aspek yang dipelajari oleh pembelajar.Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan

(24)

konsep. Hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajaran setelah mengalami proses belajar.

Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(25)

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selanjutnya Rifa’i dan Anni (2009) mengklasifikasikan hasil belajar menurut Bloom sebagai berikut:

1) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup enam kategori, yaitu: (1) pengetahuan, merupakan perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya; (2) pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna materi pembelajaran; (3) penerapan, mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran dalam situasi baru dan konkrit; (4) analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti; (5) sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan atau menggabungkan unsur menjadi satu kesatuan baru; dan (6) penilaian, yaitu kesanggupan memberi keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat dan kriteria yang dipakai.

2) Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai.

Kategori dalam ranah afektif yaitu: (1) penerimaan adalah

(26)

kepekaan menerima rangsangan dari luar, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala; (2) penanggapan, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar; (3) penilaian, berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus; (4) pengorganisasian, yakni pengembangan nilai dalam sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya; (5) pembentukan pola hidup, yakni keterpaduan semua nilai pada seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

3) Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik antara lain:

(1) persepsi, berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik; (2) kesiapan, mengacu pada pengambilan kegiatan tertentu, mencakup kesiapan mental, jasmani dan keinginan untuk bertindak;

(3) gerakan terbimbing, berkaitan dengan tahap-tahap awal dalam belajar keterampilan kompleks; (4) gerakan terbiasa, berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang dipelajari telah biasa dan dapat dilakukan dengan mahir; (5) gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran kinerja dan tindakan motorik mencakup pola-pola gerakan kompleks; (6) penyesuaian, berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sehingga dapat

(27)

memodifikasi pola gerakan sesuai persyarayan baru; dan (7) kreatifitas, mengacu pada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu.

Berdasarkan pendapat mengenai hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pada intinya hasil belajar merupakan suatu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar PKn berarti hasil yang diperoleh setelah pembelajaran PKn. Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi masalah hanya pada ranah kognitif yang dapat dianalisis melalui hasil evaluasi siswa, sedangkan psikomotorik dapat dianalisi melalui observasi aktivitas siswa. Sehingga, peneliti akan mengolah data dari tes yang diberikan kepada siswa yang akan menentukan tingkat kelulusan belajar siswa.

E. Materi Ajar

Tema: Memelihara Lingkungan Subtema 3: Memelihara Lingkungan Alam

Arti Mencintai Lingkungan

Lingkungan terdiri dari tanah, air, dan udara.ada bermacam tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Bayangkan bila kita tidak dapat merawat lingkungan. Apa yang akan terjadi pada kelangsungan hidup manusia?

(28)

Karena itu, kita wajib menjaga dan melestarikan alam sekitar supaya alam tidak cepat rusak dan akhirnya habis atau punah. Jika alam sekitar kita rusak, kita tidak lagi bisa menikmati manfaatnya dan pada akhirnya kita yang rugi.

Memelihara Lingkungan Alam

Lingkungan alam memiliki banyak kekayaan dan kita dapat memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan. Namun, kita wajib

mempergunakannya secara benar dan hemat. Tujuannya, agar alam tetap lestari dan dapat terus digunakan sampai ke generasi-generasi yang akan datang. Melestarikan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.

Berbagai cara dapat kita lakukan dalam pemeliharaan lingkungan alam sekitar. Tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air dapat kita jaga dengan berbagai cara yang tepat dan benar agar kita dapat memetik manfaatnya di masa yang akan datang. Memelihara lingkungan alam antara lain yaitu

[1] Memelihara lingkungan tumbuh-tumbuhan [2] Memelihara binatang

[3] Memelihara sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air

(29)

Lingkungan Alam:

Sungai

Gambar 2.1 Lingkungan Alam Sungai (http://www.gitapala.tp.ugm.ac.id) Cara memelihara sungai:

[1] Tidak membuang sampah ke sungai [2] Tidak membuang limbah pabrik ke sungai [3] Tidak menebang pepohonan di sekitar sungai [4] Tidak mengambil batu atau pasir secara liar

[5] Tidak menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan

(30)

Gunung

Gambar 2.2 Lingkungan Alam Gunung (http://student.umm.ac.id) Cara memelihara gunung :

[1] Tidak menebang pohon secara liar dan berlebihan [2] Tidak membakar hutan, terutama bagi peladang liar [3] Tidak memburu/membunuh hewan yang dilindungi

[4] Tidak melakukan penambangan liar yang merusak gunung dan hutan [5] Harus menanami kembali hutan yang telah gundul (reboisasi)

(31)

Laut

Gambar 2.3 Lingkungan Alam Laut (http://www.ugm.ac/id) Cara memelihara laut :

[1] Tidak membuang sampah dan limbah ke pantai dan laut [2] Tidak mengambil terumbu karang

[3] Tidak menangkap ikan dengan bahan peledak

Hanya menangkap ikan besar. Anak-anak ikan dikembalikan agar bisa berkembang biak

(32)

Danau

Gambar. 2.4 Lingkungan Alam Danau (http//www.student.ipb.ac.id) Cara memelihara danau :

[1] Tidak membuang sampah dan limbah ke sungai [2] Tidak menebang pepohonan di sekitar danau [3] Tidak mengambil tanah/pasir di sekitar danau

[4] Tidak menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan Saluran air dan got

Cara memelihara :

[1] Tidak boleh membuang sampah di saluran air karena dapat menjadi sarang nyamuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

[2] Memelihara lingkungan rumah [3] Memelihara lingkungan sekolah

F. Model Pembelajaran Direct Instruction

1. Pengertian Model pembelajaran

Model pembelajaran Direct Instruction adalah pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan perubahan perilaku dengan

(33)

mengutamakan pendekatan deduktif yang berorientasi pada pembelajaran yang terstruktur. Guru berfungsi sebagai penyampai informasi pada pengetahuan prosedural dan deklaratif.

Menurut Agus Suprijono (2010) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Hamalik (2012), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pengertian pembelajaran menurut para pakar pendidikan adalah sebagai berikut (Smith, 2009: 31- 40)

a. Briggs (1992) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan.

(34)

b. Gagne (1981) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.

c. Lave, J. and Wenger,E. (1991) pembelajaran sebagai partisipasi dalam komunikasi praktik. Partisipasi bergerak di pinggiran ke pusat. Pembelajaran akan bermakna jika pengetahuan individu tersebut dalam situasi partisipasi sosial (kelompok).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran, maka dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yang dipilih sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Macam-macam model pembelajaran tersebut antara lain: Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Model Pembelajaran diskusi.

G. Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen- komponen yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Menurut Rusman (2012) komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi:

a. Tujuan

Tujuan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran umum meliputi:

standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan tujuan

(35)

pembelajaran khusus yaitu berupa indikator pembelajaran.Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang ada di luar diri individu siswa yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri atau siswa, apapun bentuknya, apapun bendanya, asal bisa digunakan untuk memudahkan proses belajar maka benda tersebut dapat dikatakan sebagai sumber belajar.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan siswa.

d. Media Pembelajaran

Media pembelajaran berupa software dan hardware untuk membantu proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajar dan sebagai alat bantu bagi guru untuk menunjang penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

e. Evaluasi Pembelajaran

(36)

Evaluasi merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekedar menilai suatu aktivitas spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Anni (2007) pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen sebagai berikut: 1) tujuan, secara eksplisit pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect, selain memperoleh hasil belajar seperti yang dirumuskan dalam TPK, mereka juga akan memperoleh apa yang disebut dampak pengiring (nurturant effect); 2) subyek belajar, merupakan komponen yang utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek.

Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar;

3) materi pelajaran; materi pelajaran yang komprehensif dan terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga tehadap intensitas proses pembelajaran; 4) strategi pembelajaran;

merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini

(37)

efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran; 5) media pembelajaran, merupakan alat/ wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran;

6) penunjang, komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu sistem pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan dalam menciptakan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Rangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

H. Langkah-langkah Model Pembelajaran Direct Instruction

Model Direct Instruction dirancang spesifik untuk meningkatkan pembelajaran pengetahuan faktual yang terstruktur baik, yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah dan dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai keterampilan sederhana maupun kompleks.

Model tersebut dapat dikuasai dalam waktu yang relatif pendek dimana tiga aspek yang mendasari model ini adalah: (1) tipe hasil belajar yang

(38)

dihasilkannya, (2) sintaksis atau aliran kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan, dan (3) lingkungan belajarnya (Arends, 2008).

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi (dalam Trianto, 2009) adalah sebagai berikut.

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan c. Sistem pengelolaan dan lingkungan bejajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Menurut Kardi (dalam Trianto, 2007), pada model Direct Instruction terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Sintaks model pembelajaran Direct Instruction tersebut disajikan dalam lima tahap berikut:

Tabel 2.1 Tahap pembelajaran Direct Instruction

f a s e P e r a n G u r u

F a s e 1

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

F a s e 2

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Menyajikan informasi

F a s e 3 G u r u m e r e n c a n a k a n d a n m e m b e r i k a n Membimbing pelatihan b i m b i n g a n a w a l

(39)

f a s e P e r a n G u r u F a s e 4 M e n g e c e k a p a k a h s i s w a t e l a h b e r h a s i l

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik. Memberi umpan balik

F a s e 5 Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Berdasarkan fase-fase model pembelajaran Direct Instruction pada fase pertama yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa atau tahap orientasi dimana kerangka kerja pelajaran dibangun. Selama tahap ini, guru menyampaikan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran dan menentukan tanggung jawab siswa. Ada tiga langkah yang sangat penting dalam tahap ini, yakni: (1) guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat pelaksanaan praktik; (2) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya;

(3) guru mendiskusikan prosedur-prosedur pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas ini berlangsung.

Tahap kedua guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan atau fase tahap presentasi yakni guru menjelaskan konsep dengan memberikan peragaan serta contoh.Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan dengan siswa dengan memberikan beberapa contoh. Guru mentransfer informasi materi secara lisan dan visual sebagai referensi awal pembelajaran kemudian menguji siswa apakah telah memahami informasi baru tersebut.

Pada fase membimbing pelatihan atau tahap praktik yang terstruktur guru menuntun siswa melakukan contoh paktik dan langkah-

(40)

langkah di dalamnya.Siswa melakukan praktik secara berkelompok dan mendiskusikan jawaban yang ditugaskan oleh guru.Cara yang paling baik dalam hal ini adalah guru dapat menyajikan materi menggunakan media presentasi OHP maupun LCD sehingga semua siswa bisa melihat bagaimana tahap-tahap praktik dilalui.Peran guru dalam tahap ini adalah member respons yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada peforma praktik yang tepat. Jika guru telah mampu menjalankan fungsi tersebut bisa dipastikan semua siswa akan mampu memahami contoh praktik yang benar sebelum menjalankan praktik mandiri.

Tahap keempat yaitu fase guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik atau praktik di bawah bimbingan guru, memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktik dengan kemauan mereka sendiri. Praktik di bawah bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran.Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa.

Tahap kelima adalah guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan atau tahap praktik mandiri.Siswa melakukan praktik dengan caranya sendiri tanpa bantuan dan respon balik dari guru. Tahap ini dilakukanan untuk mengetahui apakah siswa telah stabil. Aktivitas mandiri bisa diterapkan dalam waktu yang singkat untuk

(41)

menilai apakah siswa mampu mempertahankan penyerapan materi yang telah ia terima dan guru akan menilai hasil kinerja siswa (Joyce: 2009).

Sehingga tugas guru dalam penerapan model pembelajaran Direct Instruction adalah menyediakan pengetahuan mengenai hasil-hasil praktik mandiri, siswa mampu mengandalkan diri sendiri dan melakukan penguatan. Guru meningkatkan motivasi siswa melakui aktivitas-aktivitas pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat memperoleh materi dengan mengandalkan diri sendiri.

I. Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction

Model pembelajaran Direct Instruction memiliki bebarapa kelebihan.

Kelebihan model pembelajaran Direct Instruction menurut Silver (2012) antara lain:

a. Permodelan efektif yaitu dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun yang kecil.

c. Dapat digunakan untuk menentukan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

(42)

e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan Keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.

f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa

g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.

h. Kemandirian siswa muncul secara gradual dimana murid akan terlepas dari ketergantungan pada guru menuju pengaplikasian secara mandiri (self-directed) melalui pendekatan lima fase (penyampaian, praktik terarah, praktik terbimbing dan praktik mandiri) mendidik siswa untuk bergerak menuju kemandirian.

i. Belajar dengan bertanya melalui model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat merangsang siswa untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan sendiri.

j. Bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.

(43)

k. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

J. Kerangka Pikir

Pembelajaran PKn di kelas II SD Inpres Nipa-Nipa belum memberikan hasil yang optimal.Hal ini tampak pada rata-rata hasil ulangan harian untuk Materi Memelihara Lingkungan berada di bawah KKM yaitu kurang dari 70. Persentase ketuntasan siswa pun masih di bawah 80%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman mendalam kepada siswa di kelas tersebut untuk Materi Memelihara Lingkungan Alam.

Model pembelajaran yang dapat menjadi solusi untuk persolan tersebut adalah model pembelajaran Direct Instruction. Model ini dapat secara efektif dalam memberikan pemahaman konsep serta keterampilan- keterampilan eksplisit kepada siswa.

Dengan adanya penerapan model Direct Instruction maka siswa dapat menguasai Materi Memelihara Lingkungan dengan baik yang kemudian meningkatkan hasil belajarnya.

Adapun skema kerangka pikir berdasarkan uraian di atas, ditampilkan pada gambar 2.1.

(44)

Rendahnya hasil belajar PKn pada siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar

Diperlukan Perbaikan Pembelajaran yang Dapat Memberikan Penguasaan Materi dengan Baik

Penerapan Model Direct Instruction

Peningkatan Hasil Belajar PKn

Gambar 2.5. Skema Kerangka Pikir K. Hipotesis

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: jika model pembelajaran Direct Instruction diterapkan dalam pembelajaran PKn pada

“Materi Memelihara Lingkungan” maka dapat meningkatkan hasil belajar pada Siswa Kelas II di SD Inpres Nipa-Nipa Makassar.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan bentuk pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Materi Memelihara Lingkungan. Dengan demikian data yang akan dikumpulkan dalam penelitian bersifat deskriptif, yaitu mengenai uraian kegiatan pembelajaran siswa dan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif..

Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi evaluasi dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi secara berulang (Arikunto, 2008). Dengan demikian tindakan tersebut dilakukan oleh guru dan bersama peserta didik , atau oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

(46)

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah model desain penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart yang digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?

Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar yang terletak di Jalan Inspeksi Pam Nipa-Nipa, Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut double shift dalam artian terdapat kelas pagi dan kelas siang.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Inpres Nipa- Nipa Kota Makassar yang masih aktif mengikuti pembelajaran pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Jumlah siswa di kelas tersebut

(47)

adalah 27 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pembelajaran PKn di Kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar sebelum pelaksanaan tindakan (pra tindakan), pada saat proses pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Tindakan dalam hal ini adalah penerapan model pembelajaran Direct Instruction. Berikut rincian tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Pra Penelitian

Tahap pra penelitian merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan tindakan dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi di kelas II SD Inpres Nipa-Nipa pada pembelajaran PKn. Berikut rincian hal-hal yang dilakukan pada tahap ini.

a. Pengamatan Keadaan Kelas

Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran PKn di kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar.

(48)

b. Wawancara

Dalam kegiatan ini dilakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran PKn yang mengajar di kelas II dan beberapa siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar.

2. Gambaran Kegiatan Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan observasi awal dalam rangkamengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi di kelas II SD Inpres Nipa- Nipa pada pembelajaran PKn.

2) Mencari literatur untuk pemecahan masalah

3) Membuat RPP dengan mengintegrasikan Model Direct instruction.

4) Membuat instrumen penelitian 5) Menyiapkan media pembelajaran

6) Melakukan diskusi dengan rekan peneliti mengenai waktu pelaksanaan penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran PKn menggunakan model Direct Instruction dalam pokok bahasan “Materi Memelihara Lingkungan”, dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan model Direct Instruction.

(49)

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan pemantauan sejauh mana pelaksanaan tindakan yaitu penerapan model Direct Instruction dalam pembelajaran PKn. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, peneliti direncanakan akan dibantu oleh 2 orang observer, satu observer utuk mengamati aktivitas siswa dan yang lain mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran dan data keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti menyimpulkan dan mengevaluasi jalannya kegiatan yang telah dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui dan untuk menemukan hal-hal yang terjadi selama kegiatan berlangsung terutama hambatan atau kendala yang dihadapi pada tahap pelaksanaan sebagai bahan masukan pada perencanaan siklus berikutnya.

3. Gambaran Kegiatan Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan kegiatan dalam siklus I. Hanya saja dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan sesuai kenyataan yang ditemukan di lapangan serta dilakukan beberapa penyesuaian materi pelajaran. Dalam hal ini rincian langkahnya sebagai berikut:

(50)

a. Merumuskan tindakan selanjutnya (siklus II) berdasarkan hasil tindakan siklus I.

b. Pelaksanaan tindakan selanjutnya siklus II.

c. Melakukan observasi pada siklus II.

d. Refleksi hasil kegiatan siklus II.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Tes

Metode tes dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Direct Instruction. Tes hasil belajar Tes dilaksanakan pada akhir pertemuan di setiap siklusnya.

2. Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru selama pelaksanaan tindakan yaitu penerapan model pembelajaran Direct Instruction dalam pembelajaran PKn.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data arsip terkait subjek penelitian meliputi identitas sekolah, nama-nama siswa, dan nilai ulangan harian siswa dalam mata pelajaran PKn.

(51)

F. Instrumen Penelitian 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 10 nomor. Hasil tes inilah yang dijadikan sebagai nilai hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Direct Instruction.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari dua bentuk yaitu lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran model Direct Instruction yang dilterapkan oleh guru dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa. Pada lembar observasi tersebut terdapat indikator-indikator aktivitas siswa dan guru berdasarkan tahapan model pembelajaran Direct Instruction.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Adapun statistik deskriptif yang digunakan yaitu sebagai berikut.

1. Persentase

Persentase dihitung menggunakan rumus:

= × 100%

Dimana : P = Nilai presentase

(52)

f =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N =Banyaknya data

Sumber: Sudijono (2004).

2. Rata-rata

Rumus yang digunakan dalam menghitung rata-rata yaitu sebagai berikut:

Dimana: = Rata-rata

= Jumlah nilai keseluruhan

= Jumlah siswa

Sumber: Setyawan (2014).

Hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes juga dilakukan pengategorian. Adapun pengategorian hasil belajar siswa ditampilkan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Pengategorian Hasil Belajar Siswa

Interval Kategori

86%-100% Sangat Tinggi

76%-85% Tinggi

60%-75% Sedang

55%-59% Rendah

≤ 54 % Sangat Rendah

Sumber: Purwanto (2008: 103)

(53)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar PKn pada Materi Memelihara Lingkungan siswa kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar pada tiap siklus dan mencapai ketuntasan klasikal ≥ 80%. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn adalah 70. Dalam artian bahwa apabila banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 telah mencapai 80% maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn di kelas tersebut tuntas secara klasikal.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus untuk menentukan bagaimana cara meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan model pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, mulai dari pemeriksaan tahap studi awal sampai pada siklus kedua diperoleh data sebagai berikut:

1. Deskripsi Tahap Studi Awal

Data yang diperoleh dari observasi dengan guru kelas diperoleh penjelasan bahwa masih ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai PKn yang belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PKn yang ditetapkan di SD Inpres Nipa-Nipa Makassar yaitu 70. Selain itu siswa juga belum menguasai materi PKn yang telah diajarkan. Untuk menentukan seberapa pemahaman siswa dalam menguasai pelajaran tersebut, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran PKn di kelas II SD Inpres Nipa-Nipa Makassar yang menjadi obyek penelitian.

Peneliti menggunakan lembar observasi terhadap siswa sebagai instrument untuk tahap awal. Hasilnya adalah sebagai berikut:

(55)

Tabel 4.1 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Prasiklus dalam Pembelajaran PKn

Kriteria yang Diinginkan No. A k t i v i t a s S i s w a y a n g D i a m a t i T e r c a p a i Belum Tercapai 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dalam metode direct Instruction

2 M e m b a c a b u k u s i s w a P K n 3 Mengerjakan tugas dengan baik

4 Diskusi antar siswa dengan guru 5 Menyajikan hasil pembelajara n

6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 7 Menulis yang relevan dengan KBM 8 M e r a n g k u m p e m b e l a j a r a n 9 M e n g e r j a k a n t e s e v a l u a s i

Dari hasil observasi tahap awal yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2017 diperoleh gambaran keaktifan siswa sebagai berikut:

a. Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru terlalu monoton dan kurang variatif.

b. Pada saat guru sedang menerangkan atau saat pelajaran berlangsung, para siswa masih sering berbicara sendiri c. Siswa belum berani menyampaikan pendapat atau bertanya

kepada guru karena takut dianggap tidak memahami materi.

d. Masih banyak siswa yang bermain-main dan berbicara dengan teman dekatnya sehingga tidak konsentrasi.

(56)

Skor hasil belajar siswa yang diperoleh dari observasi tahap awal terdapat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus

No Nama Jenis Kelamin Nilai

Laki / Perempuan

1 Aibil Mursyah L 40

2 Aidil Mursyah L 30

3 Al Nur Mubarak L 30

4 Azka Afif L 50

5 Fatimah Azzahra P 60

6 Indra L 30

7 Muh. Julyan Ravarda L 60

8 Muh. Resky Aditya L 30

9 Nabila Pratiwi P 30

10 Nabila P 70

11 Nurul Ana Saputri P 60

12 Nur Annisa Fadila P 40

13 Putri Adi Rahayu P 40

14 Reihan L 30

15 Safri L 30

16 Salsabila Nur P 50

17 Sri Mulyani P 30

(57)

18 Putri P 70

19 Alvonsius Maria P 80

20 Chelina P 80

21 Imelda P 70

22 Rama L 20

23 Aditya L 30

24 Masayu P 70

25 Nashilah Arsya P 80

26 Yunia Natalia P 60

27 Muh Rizky Ramadhan L 20

Nilai rata-rata 47,77

Dari data tersebut, dapat diperoleh bahwa skor rata-rata pemahaman siswa adalah 47,77 ( Rendah ). Ada 16 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 8 siswa kategori sedang, dan 3 siswa yang berkategori tinggi. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Nipa-Nipa Makassar termasuk ke dalam kategori “Rendah”. Hal ini disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang monoton dan membosankan. Dari kriteria keaktifan siswa pada kategori “tinggi”, “sedang”, dan “rendah” pada prasiklus dapat dilihat melalui gambar grafik rekapitulasi nilai hasil belajar di bawah ini:

(58)

Frekuensi

16

14

12

10

rendah

8

sedang

6

tinggi 4

2 sangat tinggi

0

rendah sedang

tinggi

sangat

tinggi

Gambar 4.1 Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Prasiklus

Masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran PKn adalah kurangnya pemahaman siswa dalam pembelajaran karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang variatif sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti berusaha

memecahkannya dengan mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih menguasai materi pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan Direct Instruction. Pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan Direct Instruction. Ini dipilih karena guru dapat melihat secara langsung pemahaman siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

(59)

SIKLUS I

1. Perencanaan

Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I mengacu pada hasil observasi Prasiklus yang dilaksanakan pada pembelajaran PKn dengan Standar Kompetensi menampilkan sifat Memelihara Lingkungan serta Kompetensi Dasar Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. Dari hasil observasi awal, permasalahan yang ditemui adalah sebagai berikut:

1) Siswa kurang menguasai materi yang diajarkan guru.

2) Nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn masih rendah.

3) Penggunaan pendekatan pembelajaran oleh guru masih kurang efisien dan tidak inovatif.

Dari permasalahan yang ada, maka diputuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan mata pelajaran PKn kompetensi dasar melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perbaikan pembelajaraan, maka disusun perencanaan sebagai berikut:

1. Menyusun RPP yang sesuai dengan kebutuhan yang ada.

2. Memperhatikan kelebihan dan kelemahan pembelajaran sebelumnya.

3. Menyiapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.

4. Menyiapkan lembar observasi.

Referensi

Dokumen terkait

Semua tersebut di bawah ini benar mengenai Plasmodium falciparum dalam hubungannya dengan aspek klinis, KECUALI :.. Malaria serebral berbasis proses sekuestrasi dari

Berkembangnya teknologi, khususnya komputer tentunya juga akan menyebabkan makin berkembangnya pemakaian komputer.. dan makin bertambahnya populasi komputer. Peluang

– Mempengaruhi evaluasi kesesuaian marketing mix yang dirancang secara domestik untuk pasar luar

Metode penelitian melalui Penilaian Tindakan Kelas atau PTK dengan dua siklus yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran dilaksanakan terkait dengan

Alhamdulillahi rabbil alamin segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia serta ridho-Nya sehingga

Bissmillahirohmanirohim Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah serta kesempatan dan

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang imunisasi.Status imunisasi balita sebagian besar lengkap.Terdapat