• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM MENGKADER PENGHAFAL AL-QUR’AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DALAM MENGKADER PENGHAFAL AL-QUR’AN "

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENGKADER PENGHAFAL AL-QUR’AN

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Magister Agama

Diajukan Oleh Tarmizi NPM : 2016920038

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Penelitian ini dilakukan di rumah tahfidz lingkungan Daarul Qur’an yang berada di Yogyakarta, baik yang merupakaan rumah tahfidz yang didirikan oleh PPPA Daarul Qurán, mitra maupun mandiri yang terdata dalam Rumah Tahfidz Center (RTC) PPPA Daarul Qur’an. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (quantitative research) dengan metode ini peneliti mengambil sampel 14 (Empat Belas) rumah tahfidz dari populasi 42 (Empat Puluh Dua) rumah tahfidz dengan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling.

Pendirian rumah tahfidz di Yogyakarta menjadi awal pergerakan rumah tahfidz di Indonesia, hingga sejak saat itu mulai banyak berdirinya rumah-rumah tahfidz sebagai pergerakan dalam mengkader para penghafal al-Qurán. Dan penelitian ini akan memberikan kontribusi postifit dalam pengembangan data base rumah tahafidz, pengembangan kurikulum dan akan memberikan kontribusi untuk rumah tahfidz menjadi lembaga yang mempuyai tata kelola dan manajemen yang baik.

Kata kunci : sejarah, perkembangan, kurikulum, kader penghafal al-Qurán

(6)

v

Yogyakarta, which was established by the PPPA Daarul Qur'an, a partner, or an independent that recorded in the Rumah Tahfidz Center (RTC) of PPPA Daarul Quran. This research is a type of qualitative research. Along with this method, the researcher took 14 (fourteen) Tahfidz houses from a population of 42 (Forty-two) Tahfidz houses as a sample and using purposive sampling and snowball sampling.

The establishment of the Tahfidz house in Yogyakarta became the pioneer of the Tahfidz house movement in Indonesia. From that time onwards, the establishment of many Tahfidz houses turns into a movement to form the memorizers of the Qur'an cadres. This research will contribute positively to the development of the tahfidz house database, it's curriculum, and also for tahfidz house itself so that it can change into institutions that have good governance and management.

Keywords: history, development, curriculum, Qur'an memorizers cadre.

(7)

vi

يفِ ُهُلَمَع ىَرَج ُثْحَبلا اَذَه ينآرُقلا يظاَّفُيلِ ييداَدْعلإا يجيمَنََْبَلل يةَعيباَتلا يْيْيرَكلا ينآرُقلا يظْييفَْتَ يرْوُد

( ْتَّلَقَ تْسا ْوأ ،نآرُقلا ُراَد ُدَهْعَلما اَهيئاَنيب ْيفِ َكيراَش امم ُرْوُدلا يهيذَه تَناَك ٌءاَوَس ،تاْرَكاَيْكوُي عْرَ ف ) PPPA

،يةَّييزَكرَلما يظْييفْحَّتلا يراَد يفِ اَهُلْ ييجْسَت ََّتََو يسْييسْأَتليبِ

ْحَبلا يعْوَ ن ْنيم ُثْحَبلا اذَه .نآرُقلا ُراَد ، PPPA يث

( ّييفْيَكلا qualitative research

ْنيم ًةَنْ يَع َةَرْشَع َعَبْرأ ُثيحاَبلا يهْييف ُذُخيأ ّييثَْبَ ٌجَهْ نَم َوُهَو ، )

( ًةَفيداَه ًةَنْ يَع اميدْخَتْسم ،ينآرُقلا يظْييفْحَتيل اًراَد ْيْيعَبْرأَو َتََنثا يةَعْوُمَْمَ

purposive sampling

)

َّييعَجْرَم ًةَنْ يَعَو snowball sampling ( ًة

َةَطْقُ ن ُليّثَُتُ َتاْرَكاَيْكوُي يعْرَ ف يظْييفْحَّتلا يراَد ُسْييسَْتَ َناَك . )

َحَك ىَرْخلأا ُرْوُدلا ُريشَتْ نَ ت ْتأَدَب يراَّدلا يهيذَه ْنيم .اَييسيينْوُدْنيبِ يظْييفْحَّتلا يرْوُد يةَأْشَنيل يق َلَيطْنلاا ُفيدَْتَ ٍةَكَر

يلْييهأتيل يفْحَّتلا يراَديل يتَنَاَيَ بلا يةَديعاَق يرْييوْطَت يفِ يبِاَْيْلإا ُهُرْوَد ُهَل ُثْحَبلا اَذَه .ينآْرُقلا يظاَّفُح يريداَوَك ، يظْي

اَّطلا يتاَذ ٍةَسَّسَؤُم لىيإ اَهيلْييوْحَتيب يظْييفْحَّتلا َراَد ُميدَْيَ ُهّنأ اَمَك ،ّييساَريّدلا يجَهْ نَلما يرْييوْطَتَو .يدْييشّرلا ّييراَدلإا يعيب

.ينآرُقلا يظاّفُح ُريداَوَك ،ّييساَريّدلا ُجَهْ نَلما ،ُرُّوَطَّتلا ،ُةَْيْيّسلا :ُةَّييحاَتف يلما ُتاَميلَكلا

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia dan Ridho-Nya, akhirnya tesis dengan judul “ Rumah Tahfidz Yogyakarta: Sejarah, Perkembangan, dan Kurikulum dalam Mengkader Penghafal Al-Qur’an “ ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasullah SAW, keluarga, sahabat serta ummatnya hingga akhir zaman.

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelas Magister S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Pendidikan Agama Islam. Penulis menyadari tesis ini dapat tersusun dan selesai dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak terhingga, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Bahkri, S.H., M.H., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta atas kesempatan yang diberikan untuk belajar.

2. Ibu Rini Fatma Kartika, S. Ag., M.H., selaku Dekan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta atas kesempatan dan kerjasamanya antara Daarul Qurán dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

(9)

viii

dan arahan pada saat ujian proposal tesis.

4. Bapak M. Hilali Basya, M.A., Ph.D, terima kasih atas bimbingannya selama di kelas dan bimbingannya saat ujian proposal tesis.

5. Prof. Dr. H. Armai Arief, M.Ag., selaku pembingg tesis, terima kasih untuk bimbingannya selama di kelas dan bimbingan, saran dan arahan hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen, citivitas akademika dan sahabat-sahabat sekelas di Universitas Muhammadiyah Jakarta Magister Program Pendidikan Agama Islam.

7. Teristimewa untuk orang tua saya Alm. Bapak Salbini dan Ibu Hj.

Aisiah dan juga mertua saya alm. Bapak H. Royani dan alm. Hj. Siti Aminah

8. Tercinta untuk istri saya Hj. Maryati, S.Ag dan anak-anak saya Najla Sayyidah At-Tirmidzi dan Aaisy G. Shabah Mubarak yang senantiasa medoákan dan selalu mendukung Abinya.

9. KH. Yusuf Mansur yang telah memberikan kesempatan untuk Saya terus belajar

10. KH. Ahmad Kosasih, M.A yang menjadi tempat saya bertanya tentang fatwa dan masalah pendidikan.

11. Ust. H. Ahmad Jameel, S.E., M.A dan Ust. Dr. H. Anwar Sani, S.Sos.I., M.E, Ustadzah Hj. Nurdiana Dewi, S.E., M.E dan sahabat-sabahat

(10)

ix dengan doa.

12. Ust. Sholehuddein dari RTC, Ust. Muhaimin dari Biro Tahfidz Pesantren Tahfidz Daarul Qurán, Mas Maman dari Divisi Pengembangan rumah tahfidz, Ust. Murdianto dari Biro Litbang Pesantren Tahfidz Daarul Qurán, terima kasih untuk dukungan data dan wawancaranya.

13. Kawan-kawan di Yogyakrata seperti : Mas Maulana (Kacab PPPA Daarul Qurán Yogyakarta), Mas Afif ( Koordinator Wilayah) rumah tahfidz, staff PPPA Daarul Qurán Yogyakarta dan semua pengurus rumah-rumah tahfidz se-Yogyakarta, terima kasih untuk sambutan hangatnya, bantuan dan dukunganya dalam membantu penyelesian tesis ini. Mas Zali, Mas Gumanti dan Mas Bowo terima kasih telah meluang waktu untuk diskusi buat saya dalam penyelesian tesis ini dan semua pihak yang telah membantu.

Semoga tesis ini banyak memberikan manfaat, segala upaya dan ikhtiar yang dilakukan akan menjadi amal sholeh dan bermanfaat bagi masyarakat. Penulis manyadari dalam pembuatan tesis ini masih tedapat kekurangan, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang seluas-luasnya.

Terima kasih.

Tarmizi

(11)

x

PERNYATAAN ORISINALITAS ……….. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……….... iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ………... v

ABSTRACT (ARABIC ) ………... vi

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

A. Latar Belakang Maslalah ………. 1

B. Indentifikasi Masalah ……….. 12

C. Batasan Masalah ……….. 13

D. Perumusan Masalah ………... 13

E. Tujuan Penelitian……….. 14

F. Manfaat Penelitian ………... 14

G. Sistematika Penulisan ……….. 15

(12)

xi

1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an dan Al-Qur’an ………... 16

2. Penghafal Al-Qur’an dalam pengumpulan Al-Qur’an .. 19

3. Pengumpulan Al-Qur’an dalam Kontek Hafalan pada Masa Nabi ………. 20

4. Penulisan Al-Qur’an di Masa Rasullah dan Sahabat …. 23 5. Keutamaan Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an ……… 27

6. Faedah bagi Penghafal Al-Qurán ……….. 29

7. Kaidah dalam Menghafal Al-Qurán ……….. 31

B. Definisi Sejarah dan Perkembangan ……… 32

1. Definisi Sejarah ………. 32

2. Definisi Perkembangan ………. 36

C. Definisi Kurikulum … ………. 38

D. Definisi Kader dan Rumah Tahfidz ………. 40

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………. 42

F. Kerangka Pemikiran ………. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 49

A. Metode Penelitian ………. 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 51

D. Instrumen Penelitian ……… 51

(13)

xii

BAB IV HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN ………. 55

A. Program Pendayagunaan PPPA Daarul Qur’an ……… 55

1. Tentang PPPA Daarul Qurán ……….. 55

2. Program Pendayagunaan PPPA Daarul Qur’an ……….. 57

B. Sejarah dan Perkembangan Rumah Tahfidz ………. 64

1. Tentang Rumah Tahfidz ……….. 64

2. Visi dan Misi Rumah Tahfidz ……….… 65

3. Tujuan Program ……….. 66

4. Prinsip Program ……….. 67

C. Sejarah dan Perkembangan Rumah Tahfidz di Yogyakarta ………... 67

1. Sejarah Berdirinya Rumah Tahfidz di Yogyakarta … 67 2. Perkembangan Rumah Tahfidz di Yogyakarta ……... 73

3. Hubungan Rumah Tahfidz Yogyakrta dengan Rumah Tahfidz Center (RTC) dan PPPA Daarul Qur’an ………. 75

4. Hubungan Rumah Tahfidz Center dengan Rumah Tahfidz ……… 78

D. Kurikulum Tahfidz Rumah Tahfidz ……… 84

1. Kurikulum Tahfidz Tingkat SD/MI ……… 87

(14)

xiii

E. Wisuda Akbar dan Wisuda Tahfidz Nasional … ………….. 104

1. Wisuda Akbar ……….. 104

2. Wisuda Tahfidz Nasional ………. 111

F. Implementasi Kurikulum Tahfidz dan Akademik di Rumah Tahfidz Yogyakarta ………. 116

1. Implementasi Kurikulum Tahfidz ……… 118

2. Implementasi Kurikulum Akademik ……… 120

G. Kaderisasi di Rumah Tahfidz ……….. 122

BAB V PENUTUP ………. 124

A. Kesimpulan ………... 124

B. Saran ………. 127

C. Rekomedasi ……….. 129

DAFTAR PUSTAKA ……….. 132

LAMPIRAN ……… 139 RIWAYAT HIDUP PENULIS

(15)

xiv

a. Data Jumlah Rumah Tahfidz di seluruh Indonesia ……….. 74

1) Data Rumah Tahfidz Indonesia Tahun 2018 ……… 74

2) Data Rumah Tahfidz Indonesia Tahun 2017 ……… 74

3) Data Rumah Tahfidz Indonesia Tahun 2016 ……….. 74

b. Data Perkembangan Rumah Tahfidz Yogyakarta ……….. 75

1. Kurikulum Tingkat SD/MI ………. 87

a. Tingkat SD/MI Kelas 1 SD ……… 87

b. Tingkat SD/MI, Kelas 2 SD ……….. 88

c. Tingkat SD/MI, Kelas 3 SD ……….. 89

d. Tingkat SD/MI, Kelas 4 SD ……….. 91

e. Tingkat SD/MI, Kelas 5 SD ……….. 92

f. Tingkat SD/MI, Kelas 6 SD ……….. 94

2. Kurikulum Tingkat SMP/MTs ………. 96

a. Tingkat Kelas 1 SMP……….. ………. 96

b. Tingkat Kelas 2 SMP ………. 97

c. Tingkat Kelas 3 SMP ………. 99

3. Kurikulum Tingkat SMA/MA ………. 100

d. Tingkat Kelas 1 SMA ……….. ……….. 100

e. Tingkat Kelas 2 SMA ………. 102

f. Tingkat Kelas 3 SMPA ……….. 103

(16)

xv

1. Kerangka Pemikiran ……….. 48

2. Logo Rumah Tahfidz Daarul Qurán ……… 77

3. Logo Rumah Tahfidz Daarul Qurán Mitra Dan Mandiri ………. 78

4. Gambar Gambar Struktur Rumah Tahfidz Center ……… 85

(17)

xvi 1. Lampiran 1 : Rangkuman Hasil Wawancara

Implementasi Kurikulum Tahfidz di Rumah Tahfidz ………. 139 2. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara

dengan Pengurus Rumah Tahfidz Mandiri ………. 151 3. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara

dengan Pengurus Rumah Tahfidz PPPA Daarul Qurán ………. 168 4. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara

dengan Pengurus Rumah Tahfidz Mitra ……… 169 5. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara

dengan Ketua Yayasan Daarul Qurán Nusantara ……….. 205 6. Lampiran 6 : Transkrip Wawancara

dengan Direktur Rumah Tahfidz Center ……… 207 7. Lampiran 7 : Transkrip Wawancara

dengan Kepala Biro Tahfidz Pesantren Tahfidz Daarul Qurán ………….. 210 8. Lampiran 8 : Transkrip Wawancara

dengan Kepala Litbang Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an………. 213 9. Lampiran 9 : Transkrip Wawancara

dengan Koordinator Daerah Rumah Tahfidz Wilayah Yogyakarta ……… 215 10. Lampiran 10 : Foto Dokumentasi ……… 220 11. Surat Penelitian ……… 226

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an sebagai pedoman dan sumber utama hukum Islam mempunyai sejarah yang panjang dalam proses turunnya kepada Muhammad SAW. Pada usia 40 tahun yang disebut dalam surat al-Ahqaf ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, Muhammad Saw diangkat menjadi Nabi. Ditandai dengan dengan turun dan diterimanya surat pertama Iqra’ bismi Rabbikaladzi kholaq 1.

Aisyah ra menyatakan bahwa pendahuluan kenabian Muhammad adalah kesempurnaan impiannya: Dalam masa enam bulan ia melihat mimpi begitu akurat menjelma seperti kenyataan. Kemudian, ketika wahyu pertama turun sewaktu beliau menyendiri di Goa (Hira), Malaikat Jibril as muncul di depannya berkali-kali minta agar membaca. Saat melihat sikap dan penjelasan Muhammad bahwa ia seorang buta huruf, Jibril tetap ngotot hingga akhirnya dapat menirukan ayat-ayat pertama dalam surat al-Alaq.2

Momentum Muhammad menerima wahyu yang pertama di Goa Hira, Jabal Nur, pada tahun 610 M atau bertepatan dengan Bulan Ramadhan, menjadi

1 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung, Penerbit Mizan, Cet. ke-2, April 1996) hlm. 46

2 M.M al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, Terj. Dr.

Sohirin Solihin dkk, (Depok : Gema Insani, 2014), Cet. Ke-1, hlm. 24

(19)

tugas awal kenabian Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam sebagai agama rahmatan lil ’alamiin.

Ayat yang pertama kali turun adalah:

ٱ

ۡۡأَرۡق

ۡۡ ب

ۡ م ۡس ٱ

ۡ َك ب َر ۡ

ۡٱ ي ذَّل

ۡ

ۡ َقَلَخ ١

ۡۡ

َۡقَلَخ

َۡن ََٰسن ۡلۡ ۡٱ

ٍۡقَلَعۡ ۡن م ۡ ٢

ۡۡ

ۡ

ۡۡأَرۡق ۡٱ

ۡۡ َكُّب َر َو ۡ

ۡ م َر ۡكَ ۡلۡ ٱ

ۡ ٣

ۡۡ

ۡٱ ي ذَّل

ۡ بَۡمَّلَع ۡ

ۡ مَلَقۡل ٱ

ۡ ٤

َۡمَّلَع ۡ

َۡن ََٰسن ۡلۡ ٱ

ۡ ۡمَل ۡعَيۡ ۡمَلۡاَم ۡ ٥

ۡۡ

ۡ

◆◆⧫

⧫◼⬧⧫

⧫⬧⬧➔⧫

ۡ

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al Alaq : 1-5) 3

Rasullah SAW selanjutnya menerima wahyu secara bertahap dan berangsur-angsur hingga wahyu terakhir yang diterima saat melaksanakan ibadah Haji Wada’ pada Jum'at Tahun 10 Hijriyah (632 M) di Padang Arafah yakni QS Al Maidah ayat 3:

َۡم ۡوَيۡل ٱ

ۡ م كَلۡ تي ض َر َوۡي تَمۡع نۡ ۡم كۡيَلَعۡ ت ۡمَمۡتَأ َوۡ ۡم كَني دۡ ۡم كَلۡ تۡلَم ۡكَأ ۡ

َۡمََٰل ۡس ۡلۡ ٱ

ۡ

ۡٞۡۚا ٗني د ٣

ۡۡ

ۡ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

Syeikh Muhammad Al-Khudhariy dalam kitabnya, Tarikh al-Tasryi’ al- Islami dan Syekh Abdul Al-Aziz Al-Khuli dalam kitabnya, al-Qur’an Wash

3 Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. HLM. Aunur Rafiq El- Majani, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2016), Cet. Ke-14, hlm. 79

(20)

fuhu,Hidayatahu, ‘ Atsaru I’jajihi, termasuk yang berpendapat bahwa ayat 3 Surat al-Maidah ini sebagai ayat pungkasan.4

Salah satu aspek kemukjizatan al-Qur’an adalah al-Qur’an terpelihara keotentikannya secara lafal bacaan maupun tulisan. Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat, dan 6.236 ayat. Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, semua mushafnya al-Qur’an beredar di seluruh dunia memiliki jumlah juz, surat dan ayat sama, dengan lafal yang bunyi sama dalam Bahasa Arab. Mushaf al-Qur’an di seluruh dunia bersifat sama dan seragam tidak ada perbedaan sedikitpun di antara satu mushaf dengan mushaf lainnya. Mushaf al-Qur’an yang dipegangi kaum muslimin di Arab Saudi, sama lafal dan bahasanya dengan mushaf al-Qur’an yang dipegangi umat Islam di benua Afrika, Amerika, Eropa, Australia, dan Asia. 5

Al-Qur’an juga merupakan sebuah mukjizat dilihat dari sudut pandang keotentikan (keaslian) bacaanya. Kitab Suci ini bisa dihafal secara penuh, 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, dengan bunyi setiap kata dan dan kalimat serta ayatnya yang sama persis dengan tulisan di dalam al-Qur’an. Keseluruhan lafal ayat dan surat dalam al-Qur’an bisa ditransfer dari tulisan di dalam mushaf, ke dalam otak dan hati manusia dalam bentuk hafalan, yang kemudian bisa dimunculkan kembali melalui proses al-tasmi wal al-Ardh, yaitu mengulangi dan mendengarkan hafalan al-Qur’an kepada orang lain.6

Dengan budaya membaca dan menghafal al-Qur’an, tak heran bila di Gaza

4 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. Ke- 2, hlm. 28

5 Abu Umar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Negeri-Negeri Penghafal al-Qur’an, Inspirasi dan Motivasi Semarak Tahfizh Al-Qur’an dari 32 Negara di 4 Benua plus Nampak Tilas

Perjalanan Syaikh Fahf Al-Kandari Dalam Safari al-Qur’an di lebih 20 Negara, (Sukoharjo : Al- Wafi Publishing, 2015), Cet. ke-1, hlm. 76

6 Ibid., hlm. 77

(21)

pada tahun 2011 terdapat sebanyak 13 ribu penghafal Qur’an. Tahun berikutnya menjadi sebanyak 23 ribu orang lebih, dengan 5000 yang hafal keseluruhan.

Tahun 2013, lebih banyak lagi, dan 6000-an di antaranya hafal 30 juz Qur’an.7 Menurut Ketua Komite Aliansi Internasional untuk Al-Aqsa, Syeikh Saud Abu Mahfuz, pada tahun 2012 lalu tidak kurang 60.000 hafizh al-Qur’an di Jalur Gaza. Selain itu, kota yang terus dikepung Israel dengan dukungan Barat ini juga menjadi kota terkecil dengan jumlah masjid terbanyak di Timur Tengah, dan dengan populasi yang berpendidikan tinggi terbanyak. 8

DR. H. Ahmad Fathoni, Lc, MA, dalam makalahnya yang berjudul Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Tahfidz Al-Quran di Indonesia (2014), memaparkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tradisi menghafal dan menyalin al-Qur’an telah lama dilakukan diberbagai daerah di Nusantra. Pelaksanaan penyalinan al-Qur’an tidak dapat dilakukan oleh setiap orang, karena dalam pelaksanaanya diperlukan kemampuan menulis huruf Arab yang benar. Dalam penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan tahun 2003- 2005 ditemukan sekitar 250 naskah al-Qur’an tulisan tangan di berbagai daerah Nusantara yang diperkirakan merupakan hasil karya ulama Indonesia yang diduga hafal al-Qur’an 30 juz (Fadhal AR Bafadal pada pendahuluan, 2005). Usaha menghafal al-Qur’an (Hifzul Qur’an) pada awalnya dilakukan oleh perorangan melalui guru tertentu, kalaupun ada yang melalui lembaga. Lembaga itu bukan

7 Majalah DAQU, Edisi 006 VOL VI, Juli 2013 M, hal : 47

8 https://www.hidayatullah. com/berita/palestina-terkini/read/2012/03/22/57779/gaza- dikepung-lahirkan-60-000-hafiz-al-quran.html

(22)

khusus Tahfidz al-Qur’an, tapi sebagai pesantren biasa yang secara kebetulan terdapat guru (kiai) yang hafal al-Qur’an. 9

Bagi seorang guru, mengajar hukumnya fardhu kifayah dan berubah menjadi fardhu ain jika yang bisa melakukannya hanya satu orang. Jika di situ terdapat sekelompok orang yang mampu mengajar dan semuanya tidak melakukannya maka semuanya berdosa. Akan tetapi jika sebagian dari mereka telah melakukannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain.10

Di Indonesia, pesantren tahfidz semakin besar dan semaki pesat pertumbuhannya. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya santri-santri yang telah hafal (hâfîdz) telah mengabdikan dirinya dalam masyarakatnya baik dengan membangun pondok tahfiz baru, menjadi generasi penerus orang tuanya yang telah mempunyai pesantren maupun sebagai imam-imam da’i dan pengajar al- Qur’an di masjid daerahnya.

Namun yang jelas pesantren-pesantren tahfidz telah menyebar di berbagai penjuru Tanah Air. Di Jawa Timur meliputi: Gresik, Surabaya, Tuban, Malang, Kediri, Jombang, Mojokerta, Nganjuk, Pasuruan, Banyuwangi; Jawa Tengah:

Pati, Kudus, Demak, Semarang, Wonosobo, Kendal, Pekalongan, Purworejo, Bumiayu, Purwadadi, Brebes; Di Jawa Barat: Bogor, Ciamis Bandung, Cirebon, Indramayu). Banten (Banten, Pandeglang); Yogyakarta: Sleman, Bantul, Kulon Progo; Pesantren-pesantren tahfiz juga marak di luar Jawa (Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, Sumatra Utara, NTB, Maluku). Banyak lagi pesantren-pesantren baru yang belum teridentifikasi yang menyebar diberbagai

9 http://www.baq.or.id/2018/02/sejarah-perkembangan-pengajaran-tahfidz.html

10 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Tibyan, Adab Penghafal Al-Qur’an, Terj. Umniyatul Sayyidatul Hauro dkk, (Sukoharjo, Al-Qowan, 2016), Cet. Ke-6, hlm. 36

(23)

penjuru tanah air. Terdapat juga pesantren tahfidzal-Qur’an yang mengkhususkan santrinya hanya untuk anak-anak kecil. Seperti yang terdapat di Kudus dan Sidayu, Gresik. 11

Di samping itu, ada beberapa ulama yang merintis pembelajaran tahfidz dengan mendirikan pesantren khusus Tahfidzul Qur’an seperti Pesantren Krapayak (Al-Munawir) di Yogyakarta dan al-Hikmah di Benda Bumiayu.

Selanjutnya, kecenderungan untuk menghafal al-Qur’an mulai banyak diminati masyarakat, dan untuk menampung keinginan tersebut dibentuk lembaga tahfizul Qur’an pada pesantren (salafiayah) yang telah ada atau berdiri sendiri (takhasus tahfizul Qur’an), bahkan ada diantaranya yang menambah (kurikulumnya) dengan kajian bidang lain, seperti Ulumul Qur’an dan Tafsir al-Qur’an. 12

Diriwayatkan dari Umar bin Khatab ra bahwa Rasullah SAW menyatakan:

“Sungguh, Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab (Al-Qur’an) dan merendahkan (kaum) yang lain” (HR Bukhari dan Muslim).13

Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2013, ada sekitar 54 persen dari total populasi umat Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Hasil survei Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakarta menyebutkan bahwa 65 persen umat Islam di Indonesia ternyata masih buta aksara al-Qur’an. Perwakilan Cinta al- Quran Sumatera Selatan (Sumsel), Muhammad Jamhur, mengatakan, hanya 35 persen yang bisa membaca al-Qur’an, sedangkan yang membaca dengan benar hanya 20 persen. Menurut hasil survei Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 65

11Ahmad Atabik,“The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an Di Nusantara

“Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1, Februari 2014

12 http://www.baq.or.id/2018/02/sejarah-perkembangan-pengajaran-tahfidz.html

13 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Op.Cit., hlm. 7

(24)

persen umat Islam di Indonesia buta aksara al-Qur’an. Sebanyak 35 persennya hanya bisa membaca al-Qur’an saja, sedangkan yang mampu membaca dengan benar hanya 20 persen. Sedang survey yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia bersama Goethe Institute juga menunjukkan data yang memprihatinkan. Survey yang dirilis pada 14 Juni 2011 itu mencatat kaum muda Muslim di sejumlah kota besar yang selalu membaca al-Qur’an hanya 10,8 persen, yang sering 27,5 persen, yang kadang-kadang 61,1 persen, dan yang tidak pernah 0,3 persen. 14

Ketua Umum LSM Ummi Maktum Voice, Entang Kurniawan, menyebut dari sekitar 2 juta tuna netra Indonesia baru 10% diantaranya yang bisa membaca Al-Qur’an Braille (hidayatullah.com, 22/12/2010).

Itulah tantangan besar bagi gerakan dakwah di Indonesia, termasuk buat Daarul Quran.Kiprah Daarul Qur’an dalam melahirkan penghafal al-Qur’an di Indonesia terjadi sekitar tahun 2005. Saat itu, Ustadz Yusuf Mansur mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an dengan tujuan untuk mencetak Seratus Ribu penghafal Al Qur’an.

Pada tahun 2009, Ustadz Yusuf Mansur bersama PPPA Daarul Qur’an mengulirkan program rumah tahfidz sebuah program inovatif untuk mendirikan rumah tahfidz diberbagai daerah di Indonesia yang bertujuan untuk mencetak ribuan penghafal al-Qur’an.

Program ini ditawarkan secara terbuka oleh PPPA Daarul Qur’an kepada masyarakat untuk membuat rumah tahfidz yang sistem pendirian yang dibuat dengan sederhana yaitu ; tidak harus mempuyai lahan yang luas, bangunan yang

14 Majalah DAQU, Edisi 01 VOL VIII, April 2015 M, hlm. 18

(25)

stadar hanya cukup rumah kotrakan, rumah sewaan, rumah makan, hotel dapat membuat rumah tahfidz, selain itu santri-santri juga diharuskan tetap mengikuti pendidikan formal tanpa harus rumah tahfidz mendirikan sekolah tetapi berkerjasama dengan sekolah sekitarnya untuk menerima santri-santri rumah tahfidz untuk bergabung belajar di sekolah tersebut atau mengambil program belajar paket, dan santri-santri lulusan dari rumah tahfidz dapat bersaingan dengan anak-anak lulusan pesantren atau sekolah formal bahkan ada dari beberapa santri lulusan rumah tahfidz yang mendapat beasiswa dan belajar di luar negeri.

Portal berita Republika tanggal 25 September 2010, memuat, Indonesia secara proporsional boleh berbangga. Pasalnya, ternyata jumlah penghafal al- Quran di Indonesia tertinggi di dunia, yakni mencapai 30 ribu orang. Arab Saudi bahkan hanya memiliki 6.000 orang penghafal al-Qur’an.15

Dan pada tanggal 29 Juni 2015, portal berita detik.com memberitakan, Yayasan Daarul Qur'an Indonesia dipilih sebagai Yayasan al-Quran terbaik di dunia oleh lembaga tahfidz internasional atau Al-Haiah Al-‘Alamiyyah Li Tahfidz il Quran. Yayasan yang didirikan oleh Ustaz Yusuf Mansur ini menyisihkan perwakilan 65 negara yang ikut dinilai dalam Al-Haiah.16

Sejak tahun 2010 sampai dengan 2016, PPPA Daarul Qur’an telah menyelenggarakan tujuh kali Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Al-Qur’an (IMQ) dan dihadiri oleh ribuan santri rumah tahfidz dari berbagai daerah di Indonesia. Rumah Tahfidz tersebut beragam bentuknya; rumah tahfidz yang

15 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/24/136336- jumlah-penghafal-alquran-indonesia-terbanyak-di-dunia

16 http://news.detik.com/berita/2956073/daarul-quran-terpilih-sebagai-yayasan-alquran- terbaik-di-dunia

(26)

berada di masjid, hotel, perkantoran, lembaga pendidikan, restoran atau rumah makan.

Pada Wisuda Akbar IMQ yang ke- 4 dan ke-5, PPPA Daarul Qur’an menyelenggarakannya di Gelora Bung Karno dan dihadiri oleh Imam Masjid Nabawi Syeikh Saad Al Ghomidi, Imam Mekkah Syeikh Al Kabani, Syeikh Syamsan, Imam Masjid Quba, Ketua Ha'iah Al-Alamiah Litahfidil Qur'anil Karim Syeikh Ali Basfar, Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Umum MUI). Tahun 2015.

Selain Wisuda Akbar, Daarul Qur’an melalui Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an juga mengadakan Wisuda Tahfidz Nasional (WTN) dengan tujuan menghasilkan kader-kader tahfidz yang mempunyai kualitas hafalan yang baik dan pemberian ijazah sanad al-Qur’an dari Dewan Tahfidz Daarul Qur’an kepada santri-santri yang telah lulus tes dalam pemberian ijazah sanad.

Hisanori Kato (49), peneliti dari Jepang yang pernah lama bermukim di Indonesia sejak 1991, tertarik pada fenomena maraknya rumah Tahfidz di Indonesia. Mulanya ia pengajar Bahasa Jepang di Jakarta International School pada tahun 1991-1994. Alumnus Universitas Hosei Tokyo dan The School of Studies in Religion, University of Sydney, Australia, ini lalu meneliti tentang peran agama Islam dalam pembentukan masyarakat demokratis di Indonesia.Pria sederhana yang berasal dari Kamakura, Jepang, ini sekarang pengajar dan peneliti di Osaka Butsuryo College di Osaka, Jepang. Ia juga anggota dewan kehormatan Centre of Asia Studies yang bermarkas di Indonesia. Kato datang kerRumah tahfdiz Al-Azmy di Kampung Pondok Miri, Desa Rawakalong, Kec Gunung Sindur, Bogor, Ia tertarik untuk meneliti tentang rumah tahfidz Daarul Qur'an

(27)

setelah berdialog dengan Ustadz Yusuf Mansur. '' Saya sampai pada tahap tertarik dengan agama Islam, meskipun belum memeluk Islam,'' kata Kato-san yang mengaku beragama Buddha. Sebelumnya, Kato berdialog dengan Ustadz Yusuf Mansur di Pesantren Daarul Qur'an Ketapang, Tangerang. Peneliti ini mengaku sangat kagum dengan program-program PPPA Daarul Qur'an di bidang pendidikan, pemberdayaan, kemanusiaan dan kesehatan. 17

Setelah menyimak laporan-laporan program rumah Qur'an di pedalaman NTT dan aksi kemanusiaan di Somalia, Kato menyatakan ingin sekali melihat aktivitas program di lapangan. Rumah Tahfidz Al-Azmy dan rumah tahfidz di Jogja, Ia juga ingin melihat Rumah Qur'an Merapi 18

Tahun 2009, program rumah tahfidz PPPA Daarul Qur’an mendapat sambutan dan dukungan yang baik dari masyarakat. Ini terwujudkan dengan berdirinya berbagai rumah tahfihz di beberapa daerah di Indonesia. Menurut data base Rumah Tahfidz Center (RTC), divisi yang membina dan mendampingi perkembangan rumah tahfidz di PPPA Daarul Qur’an, sampai Desember 2018, rumah tahfidz yang terdata berjumlah 1.027 dengan jumlah santri 50.178 yang menyebar di pulau Jawa, pulau Kalimantan, pulau Sumatra, pulau Sulawesi, Papua, NTB, NTT, Batam, Maluku dan Bali.19 Dan jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan perkembangan PPPA Daarul Qur’an dan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an.

17 http://www.ikadi.or.id/component/content/article/60-nusantara/1034-profesor-jepang- kagumi-rumah-tahfidz.html?directory=1 (ringkasan berita)

18 Ibid

19 Sumber Data base RTC yang diberikan oleh Abdur Rohman ( Manager Pengembangan Ruham Tahfidz) yang diberikan pada bulan 28 Desember 2018

(28)

Menurut data base RTC PPPA Daarul Qur’an yang updated, jumlah Rumah Tahfidz di Yogyakarta mencapai 42 dengan jumah santri 3.387, terdiri dari santri mukim 1.656 orang dan santri non mukim 1.731 orang. Rumah tahfidz sebanyak 42 itu terdiri dari: 22 rumah tahfidz mandiri, 18 rumah tahfidz mitra dan 2 rumah tahfidz Daarul Qurán.20

Data-data di atas menunjukkan bahwa perkembangan tahfidz di Indonesia sejak tahun 2000-an mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat.

Program gerakan dakwah al-Qur’an yang dilakukan oleh Daarul Qur’an tentu menjadi salah satu faktornya.

Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan data dan informasi mengenai perkembagan rumah tahfidz dalam belajar dan menghafal al-Qur’an terutama di daerah Yogyakarta. Dengan latar belakang di atas, maka diperlukan penjelasan lebih luas mengenai “ Rumah Tahfidz Yogyakarta: Sejarah, Perkembangan, dan Kurikulum dalam Mengkader Penghafal Al-Qur’an“.

Semoga banyak memberikan manfaat.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan kepada rumah tahfidz di Jogja: sejarah, perkembangan, dan kurikulum dalam mengkader penghafal al-Qur’an:

20 Sumber Data base RTC, Ibid

(29)

1. Masih kecilnya jumlah penghafal al-Qurán dan minimnya masyarakat di Indonesia yang mampu menghafal dan membaca al-Qurán dengan baik.

2. Sejarah dan perkembangan rumah tahfidz di Yogyakarta.

3. Hubungan rumah tahfidz binaan, mitra dengan RTC (Rumah Tahfidz Center) dan PPPA Daarul Qur’an.

4. Kerjasama antara rumah tahfidz dengan sekolah mitra dalam mendidik santri-santri penghafal al-Qur’an

5. Integrasi kurikulum tahfidz dengan kurikulum pendidikan dengan sekolah mitra rumah tahfidz

6. Keberlangsungan pendidikan santri yang sudah dikader menjadi santri penghafal al-Qur’an.

7. Pola kaderisasi rumah tahfidz di Yogyakarta

C. Batasan Masalah

Rumah tahfidz yang diteliti adalah rumah tahfidz di lingkungan Daarul Qur’an yang berada di Yogyakarta, baik yang merupakaan rumah tahfidz yang didirikan oleh PPPA Daarul Qurán, mitra maupun mandiri yang terdata dalam Rumah Tahfidz Center (RTC) PPPA Daarul Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas maka perumusan masalah tentang tema ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

(30)

1. Bagaimana sejarah berdirinya rumah tahfidz PPPA Daarul Qur’an di Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan dan perkembangan program rumah tahfidz PPPA Daarul Qur’an khususnya program rumah tahfidz di Yogyakarta?

3. Bagaimana hubungan rumah tahfidz binaan, mitra dengan RTC (Rumah Tahfidz Center) dan PPPA Daarul Qur’an ?

4. Bagaimana penerapam kurikulum tahfidz dan kurikulum pendidikan di rumah tahfidz PPPA Daarul Qur`an Yogyakarta ?

5. Bagaimana pola kaderisasi di rumah tahfidz PPPA Daarul Qur`an Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui dan menganalisa perkembangan pelaksanaan program- program PPPA Daarul Qur’an khususnya rumah tahfidz di Yogyakarta.

2. Mengetahui dan menganalisa sejarah berdirinya rumah tahfidz di Yogyakarta.

3. Mengetahui dan menganalisa pelaksanaan kurikulum tahfidzdan kurikulum pendidikan di rumah tahfidz di Yogyakarta.

4. Mengetahui hubungan rumah tahfidz binaa, mitra dengan Rumah Tahfidz Center dan PPPA Daarul Qur’an.

(31)

5. Mengetahui pola mengemukan kaderisasi yang dilakukan di rumah tahfidz di Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian ini, diharapdapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teori: menjadi referensi teori dalam pendirian lembaga pendidikan non formal dengan memaksimalkan potensi masyarakat.

2. Praktek: menjadi sarana praktek kepada lembaga lain dalam penerapan hal yang sama di lembaganya.

3. Kebijakan: dapat menjadi acuan kebijakan pemerintah atau instansi terkait dalam membanguan dan mengembangakan sistem pendidikan berbasis tahfidzal Qur’an.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika untuk memberikan gambaran umum dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan. Bab ini menguraikan kerangka umum dalam menyusun penelitian ini, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II – Tinjauan Pustaka. Pada bagian ini peneliti menyajikan secara padat dan komprehensif mengenai perkembangan pendidikan tahfidzal-Qur’an dari berbagai literatatur dan manfaatnya untuk lembaga dan santrinya.

(32)

Bab III – Metodologi Penelitian. Pada bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, sumber data, populasi dan sampel, alat penelitian dan tahapan analisis data.

Bab IV – Pembahasan. Pada bab ini akan disajikan mengenai deskripsi objek serta analisis data dan pembahasan yang dilakukan, sesuai alat analisis yang digunakan.

Bab V – Kesimpulan. Bab ini menyajikan kesimpulan dari pemaparan serta saran-saran untuk perbaikan pengelolaan rumah tahfidz di Yogyakarta.

(33)

16 A. Al-Qur’an dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an dan Al-Qur’an

Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir mim dari kata اًظْيِفْحَت – ُظِ فَحُي – َظَّفَح yang mempunyai arti menghafalkan. Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal. 1

Kata al-Qur’an, menurut Syeikh Manna Al-Qathhan adalah, berasal dari qara’a yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang tearatur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atun waqur’anan. Allah menjelaskan dalam surat al-Qiyamah ayat 16-17:

َّ نِإ

َّ هَع ۡمَجَّاَنۡيَلَع َّ

َّ هَناَء ۡر ق َو ۥَّ

ۥَّ

١٧

ََّفَّ هََٰنۡأ َرَقَّاَذِإَف ََّّ

َّۡعِب ت ٱ

َّ هَناَء ۡر ق َّ

ۥَّ

١٨

ََّّ

َّ

1 http://pesantrenkhairunnas.net/2016/04/12/pengertian-tahfidz-quran/

(34)

“ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17), Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. “

Qur’anah di sini berarti qira’ah (bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) yang menurut wazan (tasyrif) dari kata fu’lan seperti

“ghufran” dan syukran. Kita dapat mengatakan qura’tuhu qur’an, qira’atan, dan qur’anan, dengan satu makna. Dalam konteks ini maqru' (yang dibaca sama dengan qur’an) yaitu satu penamaan isim maf’ul dengan masdar.

Secara khusus, al-Qur'an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam. Jadilah ia sebagai sebuah indentitas diri.

Dan, sebutan al-Qur'an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian dari pada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka, jika kita mendengar satu ayat al-Qur'an dibaca misalnya, kita dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca al-Qur'an. 2

Dan apabila Al-Qur'an itu dibacakan, maka dengartah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat Rahmat" (Al-A'raf: 204)

Menurut Ibnu Khaldun, al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang tertulis di antara lembaran-lembaran mushaf.

Riwayat tentang turunnya Al-Qur'an ini mutawatir di antara umat Islam. Hanya saja para sahabat meriwayatkannya dari Rasulullah SAW melalui beberapa

2 Manna Al-Qathan, Op.Cit., hlm. 16-17

(35)

riwayat yang berbeda tentang beberapa ayatnya dan dalam membaca huruf- hurufnya.3

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, al-Qur’an secara harfiah berarti "bacaan sempuna" merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menmdingi al-Qur'an al-Karim bacaan sempuma lagi nama itu.

Tiada bacaan semacam al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan Juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya.

Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.

Tiada bacaan melebihi al-Qur’an dalam perhatian yang diperolehya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.4

Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan lainnya bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW, yang pembacaannya menjadi suatu ibadahlm. Maka kata “Kalam"yang termaktub dalam definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.5

3 Ibnu Khaldun, Mukaddimah, terj. Masturi Ilham, dkk, (Jakarta : Pustaka Kautsar, C 2016), Cet. ke-7, hlm.808

4 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Perbagai Persoalan Umat, (Bandung : PT. Mizan, 1996 ), Cet. Ke-2, hlm.3

5 Manna Al-Qathan, Op.Cit., hlm. 18

(36)

2. Penghafal Al-Qur’an dalam pengumpulan Al-Qur’an

Pengumpulan Al Qur`an (jam’ul Quran) merupakan suatu tahap penting dalam sejarah al-Qur`an. Dari itu Al-Qur`an terpelihara dari pemalsuan dan persengketaan mengenai ayat-ayatnya sebagaimana terjadi pada ahli kitab, serta terhindar dari kepunahan. Mengenai pemeliharaan al-Qur’an, Allah berjanji:

َََّّّ َنو ظِف ََٰحَلَّۥ هَلَّا نِإ َوَّ َر ۡكِ ذلٱَّاَنۡل زَنَّ ن ۡحَنَّا نِإ

َّ

“ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur`an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al Hijr : 9).

Di dalam kamus Ulum Al-Qur’an dikenal istilah jam’u Al-Qur’an, Istilah ini, menurut Dr. Shubhiy Shalih dalam Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an mempunyai dua pengertian yaitu Al-hifzhu (menghafal) dan Al kitabah, yakni menulis Al- Qur’an pada benda-benda yang dapat ditulis. 6

Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya, Al-Qiraat, menyebutkann sejumlah sahabat yang mengusai Al-Qur’an sepenuhnya, mereka adalah sebagai berikut ; dari kalangan Muhajirin, Abu Bakar, Umar bin Khathhab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Ibnu Mas’ud, Khudzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Sa’ib, Ibnu Zubair, Abdullah Bin Umar, Abdullah bin Abbas, Amr bin Al-Ash, Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Dari kalangan Ashar ; Ubai bin Ka’ab, Abu Darda, Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Ubadah bin Al- Shamit, Mu’adz alias Abu Hulaimah, Fadhlan bin Ubaid dan Maslamah bin Mukhallad. 7

6 Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.

Ke-2, hlm. 64-65

7 Ibid., hlm. 66-67

(37)

Jadi, setiap kali menerima wahyu A1-Qur,an, kata Ibnu Katsir ketika menjelaskan pengertian ayat 16-20 surat A1-Qiyamah, ada tiga tahap penting yang dilalui Rasulullah Saw.

Pertama, tahap penghimpunan Al-Qur’an di benak Rasulullah Saw., yakni penghafalan.

Kedua, tahap pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Artinya Jibril membacakan ayat-ayat yang baru saja ia sampaikan di hadapan Rasullah Saw.

Ketiga, tahap penjelasan atau tahap bayan. Pada tahap ini Rasullah SAW, diberitahukan pengertian atau maksud ayat yang beliau terima. 8

3. Pengumpulan Al-Qur’an dalam Kontek Hafalan pada Masa Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, amat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya, persis seperti dijanjikan Allahlm.

“ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan (di dadamu) dan pembacanya.’’

Oleh sebab itu, Ia adalah hafizh pertama dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya, sebagai bentuk cinta, sebagai bentuk cinta mereka kepada sumber agama dan risalah Islam. 9

Menurut Al-Zarkasyi di dalam Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an-nya, berlomba-lomba menguasai A1-Qur’an baik bacaan maupun tulisan. Mereka tak ingin kalau sampai ada ayat Al-Qur’an yang tidak mereka kuasai. Misalnya, Abdullah bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ubai binKa'ab, selain empat sahabat

8 Ibid., hlm.65-66

9 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 151-152

(38)

Rasulullah Saw. Yang sempat menduduki kursi khilafah, atau yang biasa juga disebut "empat besar", yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali .10

Dalam kitab Shahih-nya, Al-Bukhari telah mengemukakan tentang tujuh penghafal A1-Qur'an dengan tiga riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas'ud, Salim bin Ma'qil maula Abi Hudzaifah, Muadz bin jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Ad-Darda'. 11

Penyebutan para penghafal yang berjumlah tujuh atau delapan orang di atas, tidak berarti pembatasan, karena beberapa keterangan dalam kitab-kitab sejarah dan Sunan menunjukkan bahwa para sahabat berlomba menghafalkan A1- Qur'an dan mereka memerintahkan anak-anak dan istri- istri mereka untuk menghafalkannya. Mereka membacanya dalam shalat di tengah malam, sehingga alunan suara mereka terdengar bagai suara lebahlm. Rasulullah pun sering melewati rumah-rumah orang Anshar, lalu berhenti untuk mendengarkan alunan suara mereka yang sedang membaca Al-Qur'an.

Menurut Abu Musa Al-Asyari, Bahwasanya Rasululullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya’

"Seandainya engkau melihatku tadi malam, di waktu aku mendengarkan engkau membaca Al-Quran? Sungguh engkau telah diberi satu seruling dari seruling Nabi Dawud.”

Diriwayatkan Abdullah bin Amr, ia berkata,"Aku telah menghafal Al- Qur'an dan aku mengkhatamkannya pada setiap malam. Hal ini

10 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 66

11 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm.152

(39)

sampaikan kepada Nabi, maka sabdanya, ‘” Khatamkanlah dalam masa satu bulan. “ 12

Pembatasan tujuh orang sebagaimana disebutkan Al-Bukhari dengan tiga riwayat di atas, maksudnya, mereka itulah yang hafal seluruh isi Al-Qur'an di luar kepala, dan selalu merujukkan hafalannya di hadapan Nabi, isnad-isnadnya sampai kepada kita. Sedangkan para penghafal Al-Qur'an lainnya yang berjumlah banyak-tidak memenuhi hal-hal tersebut, terutama karena para sahabat telah tersebar di pelbagai wilayah dan sebagian mereka menghafal dari yang lain.

Cukuplah sebagai bukti tentang hal ini bahwa para sahabat yang terbunuh di Bi’ru Ma'unah semuanya disebut qurra’ jumlahnya tujuh puluh orang sebagaimana disebutkan dalam hadits shahihlm. Menurut A1-Qurthubi, "Ada tujuh puluh orang qari' yang terbunuh pada Perang Yamamahlm. Pada masa Nabi, dalam pertempuran di Bi’ru Ma'unah, terbunuh juga sebanyak itu." 13

Generasi sahabat, menurut Syekh Muhammad bin Muhammad (penulis buku At-Nasyr fi Al-Qiraat Al-'Asyr), lebih banyakmengandalkan hafalan ketimbang tulisan. Artinya, mereka lebih suka menghafalkannya. Hal ini dapat dimengerti mengingat pada zaman itu lidak banyak orang yang mampu baca-tulis.

Penggunaan alat tulis-menulis masih jauh dari populer. Selain itu, dengan menghafal ayat-ayat Al-Quran yang mereka hafal itu segera mereka pakai untuk

12 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm.153

13 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm.154

(40)

bacaan salat. Meskipun demikian, tidak berarti penulisan Al-Qur’an belum dikenal generasi mereka.14

4. Penulisan Al-Qur’an di Masa Rasullah dan Sahabat a. Penulisan Al-Quran pada zaman Rasulullah SAW

Untuk penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, Rasulullah SAW. Mengangkat beberapa orang sebagai juru tulis. Tugas mereka merekam dalam bentuk tulisan semua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Mereka adalah Abu Bakar, Umm, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka'ab, Tsabit bin Qais, dan beberapa sahabat lainnya.

Alat-alat yang mereka gunakan masih sangat sederhana. Para sahabat menulis AI-Qur’an pada 'usub (pelepah kurma), likhaf (batu halus berwarna putih), riqa' (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung unta). Salah seorang juru tulis wahyu yang mendapat kepercayaan dari Rasulmah SAW., yaitu Zaid bin Tsabit, menuturkan pengalamannya dalam riwayat Al-Bukhari sebagai berikut: “ Dahulu karni di sisi Rasulullah menyusun AI-Qur’an dari riqa’

Aku mengumpulkannya dali riqa’aktaf (tulang unta) dan hafalan- hafalan orang.

Untuk menghindari kerancuan akibat bercampuraduknya ayat-ayat a1- Quran dengan lainnya, misalnya hadis Rasulullah SAW., maka beliau tidak membenarkan seorang sahabat menulis apa pun selain Al-Quran. 15

14 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 69

15 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm.164

(41)

b. Penghimpunan AI-Quran Pada Zaman Abu Bakar As-Shidiq Setelah Rasulullah SAW. wafat, Abu Bakar As-Shiddiq terpilih menjadi Khalifah pertama. Sejak hari-hari pertama sebagai kepala negara sahabat yang juga mertua Rasullaah Saw. Ini telah dihadang sejumlah masalah berat. Salah satu di antaranya adalah soal murtadnya sejumlah orang dari Islam.

Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun dua belas Hijrah melibatkan sejumlah besar sahabat penghafal Al-Qur’an. Dalam peperangan itu tujuh puluh qari’ dari para sahabat gugur. Umar bin Khatab merasa sangat khawatir melihat kenyataan ini, lalu menghadap Abu Bakar dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an karena khawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak mengugur para qari’ (penghafal Al-Qur’an). 16

Oleh karena menghimpun Al-Quran merupakan tugas berat, Abu Bakar menunjuk Zaid. Khalifah pertama ini tahu, Zaid berkecakapan untuk melaksanakan tugas itu. la masih muda, pintar, dan mempunyai mental yang terpuji. 17

Benar saja, begitu mendapat mandat, Zaid yang dibantu oleh Umar segera bergerak. ‘’Aku lalu melacak keseluruhan Al-Qur’an yang terdapat pada usub, likhaf dan hafalan orang,’’ ujar Zaid.18

Menurut Syekh Al-Sakhawiy, baru bisa menerimanya bila memang ayat itu ditulis di hadapan Rasulmah Saw. dan disaksikan oleh dua ornng

16 Manna Al-Qaththan, Op.Cit., hlm.158

17 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 72-73

18 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 73

(42)

sahabat lainnya. Dan Umar yang dalam hal ini menjadi partner Zaid mengambil sikap yang sama, yakni untuk sumber-sumber dali hafalan sahabat, juga berlaku penyaksian dua orang sahabat pria lainnya. semua dilakukan sebagai terobosan untuk menjaga kesucian dan keaslian AI- Qur’an.19

c. Penghimpunan AI-Quran pada Zaman Ustman bin Affan

Ketika penyerbuan Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak termasuk Hudzaifah bin Al-Yaman. la melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaea Al-Qur'an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan ketidakfasihan, masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan puncak nya mereka saling mengafirkan. Melihat kenyataan demikian, Hudzaifah segera menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Utsman juga berpendapat demikian bahwa sebagian perbedaan itu pun terjadi pada orang orang yang mengajarkan qiraat kepada anak-anak. Lalu Anak-anak itu akan tumbuh sedang di antara mereka terdapat perbedaan dalam qira'at. Para sahabat amat memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat Islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan- bacaan baku pada satu huruf.

19 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 73

(43)

Utsman kemudian mengirim utusan kepada Hafshah (untuk meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya), dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam (tiga orang Quraisy).

Lalu ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.

Keputusaan Utsman membentuk"Panitia Empat", yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al· Ash dan Abd Al- Rahman bin Al-Harits, adalah langkah konkrit untuk mengatasi kenyataan pahit yang teljadi. Apabila masa-masa dua khalifah sebelumnya,"Mushaf Abu Bakar"hanya disimpan di rumah maka Utsman melihat Perlunya memasyarakatkan mushaf itu. Langkah Utsman memang lebih tepat dianggap memasyarkatkan Mushaf Abu Bakar sekaligus menyatukan bacaan. Alasannya? Utsman tetap menyertakan Zaid bin Tsabit di dalam 'Panitia Empat". Zaid yang sejak zaman Rasulullah SAW. Dan Abu Bakar terlibat langsung dalam penulisan dan penghimpunan Al-Qur’an, dapat dipastikan lebih banyak berperan ketimbang tiga anggota panitia lainnya.

Sehingga kemungkinan teradinya perubahan, penambahan atau hilangnya kalimat tertentu dapat ditekan sampai pada titik nol dan keaslian Al-Quran tetap terjamin. Kemudian penyalinan mushaf itu diambil berdasarkan

(44)

inforrnasi dan usul Hudzaifah bin Al-Yaman dan disalin menjadi beberapa mushaf yang lalu dikirim ke beberapa daerah guna menyeragamkan qiraat.

Langkah Utsman lainnya, semua mushaf yang ada ditarik dan dibakar.

Dengan demikian, kaum Muslimin hanya mengenal satu mushaf.

Beberapa riwayat yang bisa dipegang mengatakan bahwa Panitia Empat berhasil menyalin enam buah mushaf, sedangkan aslinya dikembalikan kepada Hafshahlm. Mushaf yang kemudian dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani itu dikirim ke Mekah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah dan Kuffahlm. (Lihat Tarikh Al-Qur’an, oleh 1brahim Al Abyari, hlm. 90). 20 5. Keutamaan Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an

Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa, banyak hadist Rasullah SAW, yang mendorong untuk menghafal Al-Qur’an atau membacanya di luar kepala, sehingga dari seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti hadist yang diriwiyatkan oleh Ibnu Abbas secara Marfu’

َّ نِإ يِذ لا َّ

ََّسْيَل َّ

يِف َّ

َِّهِف ْوَج َّ

َّ ءْيَش َّ

ََّن ِم َّ

َِّنآ ْر قلا َّ

َِّتْيَبلاَك َّ

َِّب ِرَخلا َّ

.َّ

)هنعَّاللهَّيضرَّسابعَّنباَّنعَّيذمرتلاََّّهاورَّثيدح(

َّ

“ Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur’an sedikitpun adalah seperti rumah mau runtuh “ (HR. Tirmidzi). 21 Hadits.

20 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm. 77

21Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Kitab: al-Jami’ al-Kabir – Sunan at- Tirmidzi, Editor: Basysyar ‘Awad Ma’ruf Daar al-Gharb al-Islami (Beirut : Daar al-Gharb al- Islami, 1998), Jilid V, hlm.27

(45)

Dan Rasullah SAW, memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mempunyai keahlian dalam membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, memberitahukan mereka kedudukan mereka dibandingkan dengan orang lain.

Itu kedudukan mereka di dunia, ketika mereka meninggal dunia Rasullah SAW, mendahulukan orang yang menghafal lebih banyak dari yang lainnya, seperti terjadi ketika mengurus syuhada perang Uhud.

Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal Al- Qur’an saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya. Dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al- Qur’an.

Buraidah mengatakan bahwa Rasullah SAW bersabda :

“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) dan tidak didapatkan didunia, keduanya bertanya “ maka kami dipakaikan jubah ini ?” Dijawab, karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari AL- Qur’an’’. (HR Al-Hakim). 22

22 Yusuf Al-Qaradhawi, Op.Cit., (ringkasan halaman 191-194)

(46)

Sedangkan menurut Imam Abu Zakariah Yahya bin Syaraf An- Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan keutamaan pembaca dan penghafal Al- Qur’an mengutip 23

َّ نِإ

ََّنيِذ ل ٱ

َّ َبََٰتِكَّ َنو لۡتَي َّ

َِّ للّ ٱ

َّْاو ماَقَأ َو َّ

ََّة َٰوَل صل ٱ

َّ ۡم هََٰنۡق َز َرَّا مِمَّْاو قَفنَأ َو َّ

َّ َرو بَتَّ ن لَّ ّٗة َر ََٰجِتَّ َنو ج ۡرَيَّ ّٗةَيِن َلََع َوَّ ا ّٗ رِس ٢٩

َّۡم هَيِ ف َو يِل َّ

َّ ۡم ه َرو ج أ َّ

َِّهِل ۡضَفَّنِ مَّم هَدي ِزَي َو

َّ ۦ

َّ ه نِإ َّ

َّ ٞرو كَشَّ ٞرو فَغ ۥَّ

٣٠

ََّّ

َّ

“ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri .” QS. Fathir (35) 29-30

Dalam hadist lain : 24

َّْنَم

ََّأَرَق َّ

ََّنآ ْر قْلا َّ

َّاًجاَتَِّةَماَيِقْلاََّم ْوَيَّ ه دِلا َوَّ َسِبْل أَِّهيِفَّاَمِبََّلِمَع َو ،

َِّء ْوَضَّ ْنِمَّ نَسْحَأَّ ه ء ْوَض

َِّهيِفَّ ْتَناَك َوَّاَيْنُّدلاَِّتو ي بَّيِفَّ ِسْم شلا

، اَمَف

َّ

َّْم كُّنَظ يِذ لاِب

ََّل ِمَع َّ

ََّّسنأَّنبَّذاعمَّنعَّمكاحلاَّهاورَّثيدح(َّ.َِّهِب َّ

َّ)هنعَّاللهَّيضرَّينهجلا

َّ

“Siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya niscaya pada hari kiamat nanti orang tuanya akan

23 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Op.Cit., hlm. 5

24 Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad al-Hakim an-Nisaburi, Al- Mustadrak ‘alash shahihain, Editor: Abu Abdurrahman Muqbil bin Hadi al-Wadi’I, (Cairo : Daarul Haramain, 1417 H/1997 M), Cet. Ke-, 1, Jilid I, hlm. 756

(47)

dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih terang daripada matahari di rumah-rumah di dunia. Apatah lagi bagi anak yang mengamalkannya.”

(HR. Alhakim dari Mu’adz bin Anas al-Juhani r.a.)

6. Faedah bagi Penghafal Al-Qurán

Menurut Yahya Abdul Fattah Az-Zamawi ada beberapa faedah yang didapatkan para penghafal al-Qurán diantaranya : 25

a. Allah mencintai para penghafal Al-Qurán

َّ نِإ

َِّ ِللّ َّ

ََّنيِلْهَأ َّ

ََّن ِم َّ

َّ ِسا نلا ََّّ

َّ

َّ"

او لاَق

َّْنَم َّ:

َّْم ه َّ

اَي َّ

ََّلو س َر َّ

َِّ اللّ َّ

؟ َّ

ََّلاَق

َّ"َّ:

َّ لْهَأ

ََّّ

َِّنآ ْر قْلا

َّْم ه َّ

ََّّ

َّ لْهَأ

َِّ اللّ َّ

مكاحلاَّهاورَّثيدح(َّ ه ت صاَخ َو َّ

َّنعَّدمحأو

)هنعَّاللهَّيضرَّسنأ

َّ

“ Sesunggunya Allah memiliki ahli-ahli dalam golongan manusia, lalu ditanyakan siapakah ahli Allah dari mereka ?’. Beliau menjawab,

“yaitu ahlul Qurán (orang-orang yang hafal al-Qurán dan mengamalkannya), Mereka adalah ahli Allah (wali-wali Allah) dan memiliki kedudukan yang khusus di sisi-Nya (HR. Ahmad dalam musnadnya dengan sanad yang hasan ).26

25 Yahya Abdul Fattah Az-Zamawi, Revolusi Menghafal Al-Qurán, Cara meghafal, Kuat Hafalan dan Terjaga Seumur Hidup, Terjemah Dita, (Surakarta : Insan Kamil, 2015), Cet. Ke-8, Ringkasan hlm.31-39

26 Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal asy-Syaibani, Musnad Ahmad bin Hambal, Editor: Assayyid Abul Mu’athi an-Nuri (‘ Alam al-Kutub, 1417 H/1997 M), Cet. Ke-1, Jilid III, hlm. 127

(48)

b. Allah menolong para penghafal al-Qurán, jika ingin menjadi kuat dan pemberani, berpegang teguhlah kepada al-Qurán

c. Al-Qurán memacu semangat dan membuat lebih giat dalam beraktifitas, al-Qurán merupakan kitab yang indah. Setiap kali orang muslim membacanya, niscaya akan bertambah bersemangat dan keaktifitannya.

d. Allah memberkahi para penghafal al-Qurán

e. Selalu menemani al-Qurán merupakan salah satu sebab mendapatkan pemahaman yang benar, setiap kali seorang muslim membaca, mencintai dan menghafalnya maka Allah akan mengaaruniakannya pemahaman yang benar

f. Doá ahli al-Qurán (orang yang hafal al-Qurán) tidak tertolak Abu Hurairah RA, berkata bahwa Nabi Saw bersabda :

“Ada tiga golongan di mana doá mereka tidak akan tertolak oleh Allah : orang yang berdzikir kepada Allah, orang yang teraniaya (dizhalimi), dan imam yang adil. (HR. Al-Baihaqi dan dihasankan oleh Al-Albani dalam shahih Al-Jami’ 3034)

g. Orang yang menghafal al-Qurán adalah orang yang memiliki perkataan yang baik.

7. Kaidah dalam Menghafal Al-Qurán

Menghafal al-Qurán bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus, kesungguhan, mengerahkan kemampuan, dan keseriusan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi indikator mutu rotan maka dipilih secara selektif dari beberapa sifat fisik mekanik seperti tersebut di atas. Sifat-sifat yang terpilih akan

adalah gabungan kuliah-kuliah konvensional dan syariah dengan orientasi kepada aspek keuangan dan ekonomi (course based), selain ke aspek. fiqh/syariah (umumnya

Dari peta zonasi rawan bencana tsunami di pesisir kota Bandar Lampung terlihat pada tinggi gelombang tsunami mencapai 5m daerah yang terkena dampaknya adalah daerah

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk

Forum Dosen Akuntansi Perguruan Tinggi (FDAPT) Jawa Timur IAI KAPd merasa perlu untuk melakukan Pengabdian Masyarakat dalam bentuk workshop/pelatihan tentang update

Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan.. strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya

Rencana Strategis Inspektorat Kabupaten Tuban Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen perencanaan strategis untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun

Sekretaris Rayon 104/