• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V Sekolah Dasar."

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM 2013

PADA SUBTEMA CARA MENJAGA KERUKUNAN UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Yasni Bulan Viola Kasih Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh-contoh dan buku-buku yang dapat membantu proses pembelajaran di dalam kelas seperti Lembar Kerja Siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah produk lembar kerja siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013, serta menguraikan kualitas produk lembar kerja siswa tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord and Gall. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi produk, sehingga menghasilkan desain produk terkait lembar kerja siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V sekolah dasar. Dalam melakukan penelitian untuk analisis kebutuhan menggunakan instrumen wawancara dan daftar pertanyaan. Instrumen wawancara ini diberikan untuk guru kelas V SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk melakukan validasi kualitas produk terkait lembar kerja siswa yang di validasi oleh 4 validator, dua guru sekolah kelas V dan 2 pakar kurikulum.

Berdasarkan hasil validasi oleh ke empat validator, dua pakar kurikulum memberikan skor 4,0 (Baik) dan 3,86 (Baik), sedangkan dua guru kelas V SD memberikan skor 3,95 (Baik) dan 3,95 (Baik). lembar kerja siswa ini memperoleh skor rata-rata 3,97 dengan kategori Baik. Hasil Validasi berpedoman pada 12 aspek yaitu 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi di atas maka lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar sudah layak diujicobakan lebih lanjut di sekolah dasar sebagai salah satu alat pembelajaran di dalam kelas mengacu kurikulum 2013.

(2)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF STUDENT WORK SHEET USING MODEL-BASED LEARNING PROBLEMS ON HOW TO KEEP COHESION SUBTHEMES 2013 REFER

CURRICULUM FOR PRIMARY CLASS V Yasni Bulan Viola Kasih

Sanata Dharma University 2016

The research was done because there are many teachers who need examples and books that can help the learning process in the classroom such as the Student Worksheet. The main objective of this research is to produce a product in the form of Student Worksheet using the model PBL curriculum refers to 2013.

This research is research and development. Development of Student Worksheet using the procedure of research and development put forward by Bord and Gall. Development procedures used in this study includes five steps: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) product design, 4) validation expert, 5) revision of the design, resulting in product design in the form of Student Worksheet using the model PBL refers to curriculum 2013 for students of class V SDN Kalasan 1. In doing research for requirements analysis using instruments interviews and questionnaires. Instruments of this interview given to classroom teachers SDN Kalasan 1, while questionnaires were used to validate the quality of the product in the form of worksheets that in validation by 4 validator, two fifth grade school teacher and two curriculum specialists.

Based on the results of validation by four validator, two curriculum specialists give it a score of 4.09 (Good) and 3.86 (Good), while the two fifth grade elementary school teacher give a score of 3.95 (Good) and 3.95 (Good). Student Worksheet have obtained an average score of 3.96 with good category. Results Validation based on the 12 aspects: 1) The identity or title LKS, 2) Basic Competence to be achieved, 3) The time of completion, 4) Equipment or materials required, 5) information is brief, 6) Step work, 7) The task to be done, 8) reports that must be done, 9) Problems are shown, 10) aspects developed, 11) Use of EYD, and 12) display LKS.dari to one aspect of this validation by four validator and the result will determine the LKS is feasible used. Based on the above results, the Student Worksheet using PBL models on subtema way of maintaining harmony of class V SD is already fit for use as a learning tool in the classroom curriculum refers to 2013.

(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM 2013 PADA

SUBTEMA CARA MENJAGA KERUKUNAN UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yasni Bulan Viola Kasih

NIM. 121134278

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

TUHAN YESUS KRISTUS

Yang selalu memberikan penyertaan dan perlindungan, dalam kemudahan, kesehatan, dan kelancaran selama hidupku

Almh. Mama tersayang, Almh. Mama tua, Alm. Bapa tua, dan Alm. Bapa Piter

yang selalu mendoakan saya dari surga, yang menjadi penyemangat dan menjadikanku seorang yang selalu sabar dan selalu tersenyum

Bapa, Mama, dan adik-adik (Bapa Alex, Mama Yumlin, Umbu Artho, Ambu Nensi) yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang

Keluarga besarku di Sumba

(Mama Nae, Bapa Mae, Bapa Ne, Mama Ibu, Bapa Di, Mama eta, Om Goris, Mama Ina, Bapa Mon, Tante Nora, Kaka Ama, Ka nona, Kaka No, Kaka Cacing, kaka Nela, Bu, Aldi, Ega, Vebi,

Vini, Yesi, Yusni, Yefta, Nadil, Nanda)

yang telah membantu dalam doa dan memberikan semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

Keluarga besar PPGT Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Yang selalu memberikan motivasi dan dukungan yang bermaanfaat bagi kehidupanku

Teman-teman tersayang

yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini (Shinta, Widy, Ester Delu, k Ivon, Tya, Yanti, Yaris, Renol, Esan)

Teman-teman kelompok tersayang

Yang selalu menyemangati dan memberi dukungan satu sama lain (Any, k Fani,k Selin, Bang Oca, Bang Syaiful)

(7)

v MOTTO

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah

kemuliaan sampai selama-lamanya

(Roma 11:36)

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan

tidak ada rencana-Mu yang gagal

(ayub 42:2)

Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak

terpahami,yakni hal-hal yang tidak kau ketahui.

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM 2013

PADA SUBTEMA CARA MENJAGA KERUKUNAN UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Yasni Bulan Viola Kasih Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh-contoh dan buku-buku yang dapat membantu proses pembelajaran di dalam kelas seperti Lembar Kerja Siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah produk lembar kerja siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013, serta menguraikan kualitas produk lembar kerja siswa tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord and Gall. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi produk, sehingga menghasilkan desain produk terkait lembar kerja siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V sekolah dasar. Dalam melakukan penelitian untuk analisis kebutuhan menggunakan instrumen wawancara dan daftar pertanyaan. Instrumen wawancara ini diberikan untuk guru kelas V SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk melakukan validasi kualitas produk terkait lembar kerja siswa yang di validasi oleh 4 validator, dua guru sekolah kelas V dan 2 pakar kurikulum.

Berdasarkan hasil validasi oleh ke empat validator, dua pakar kurikulum memberikan skor 4,0 (Baik) dan 3,86 (Baik), sedangkan dua guru kelas V SD memberikan skor 3,95 (Baik) dan 3,95 (Baik). lembar kerja siswa ini memperoleh skor rata-rata 3,97 dengan kategori Baik. Hasil Validasi berpedoman pada 12 aspek yaitu 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi di atas maka lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar sudah layak diujicobakan lebih lanjut di sekolah dasar sebagai salah satu alat pembelajaran di dalam kelas mengacu kurikulum 2013.

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF STUDENT WORK SHEET USING MODEL-BASED LEARNING PROBLEMS ON HOW TO KEEP COHESION SUBTHEMES 2013 REFER

CURRICULUM FOR PRIMARY CLASS V Yasni Bulan Viola Kasih

Sanata Dharma University 2016

The research was done because there are many teachers who need examples and books that can help the learning process in the classroom such as the Student Worksheet. The main objective of this research is to produce a product in the form of Student Worksheet using the model PBL curriculum refers to 2013.

This research is research and development. Development of Student Worksheet using the procedure of research and development put forward by Bord and Gall. Development procedures used in this study includes five steps: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) product design, 4) validation expert, 5) revision of the design, resulting in product design in the form of Student Worksheet using the model PBL refers to curriculum 2013 for students of class V SDN Kalasan 1. In doing research for requirements analysis using instruments interviews and questionnaires. Instruments of this interview given to classroom teachers SDN Kalasan 1, while questionnaires were used to validate the quality of the product in the form of worksheets that in validation by 4 validator, two fifth grade school teacher and two curriculum specialists.

Based on the results of validation by four validator, two curriculum specialists give it a score of 4.09 (Good) and 3.86 (Good), while the two fifth grade elementary school teacher give a score of 3.95 (Good) and 3.95 (Good). Student Worksheet have obtained an average score of 3.96 with good category. Results Validation based on the 12 aspects: 1) The identity or title LKS, 2) Basic Competence to be achieved, 3) The time of completion, 4) Equipment or materials required, 5) information is brief, 6) Step work, 7) The task to be done, 8) reports that must be done, 9) Problems are shown, 10) aspects developed, 11) Use of EYD, and 12) display LKS.dari to one aspect of this validation by four validator and the result will determine the LKS is feasible used. Based on the above results, the Student Worksheet using PBL models on subtema way of maintaining harmony of class V SD is already fit for use as a learning tool in the classroom curriculum refers to 2013.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Subtema Cara Menjaga Kerukunan Mengacu Kurikulum 2013 Untuk

Kelas V Sekolah Dasar dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti memiliki banyak kekurangan, tetapi dapat terbantu dengan adanya bimbingan dari bapak/ibu dosen, dan dukungan dari banyak pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi yang dibuat dapat terselesaikan dengan baik. Maka kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD. 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT yang selama ini telah memberikan

banyak motivasi dan dukungan.

5. Drs. Paulus wahana, M.Hum selaku Dosen Pembimbing dan juga validator pakar SD Kurikulum 2013 yang telah memberikan dukungan dan bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik.

7. Brigita Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, sebagai pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dengan melakukan validasi produk. 8. Sarjono, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 Sleman Yogyakarta yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Uswatun Kazanah S.Pd, Selaku guru kelas V SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 8

1. Kurikulum SD 2013 ... 8

a. Pengertian dan Hakikat Kurikulum 2013 ... 8

b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 9

c. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 ... 11

(15)

xiii

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 22

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 24

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 26

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 27

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29

3. Lembar Kerja Siswa ... 30

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 30

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran ... 31

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 32

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa ... 33

e. Langkah-langkah Lembar Kerja Siswa ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Pikir ... 39

D. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Prosedur Pengembangan ... 45

C. Teknik Pengumpulaan Data ... 49

D. Instrumen Penelitian ... 49

E. Validasi Pakar Model PBM ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Jadwal Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 59

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 59

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 63

B. Deskripsi Produk Awal... 64

C. Data Hasil Validasi Pakar Model PBM ... 65

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas V Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 68

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 70

1. Kajian Produk Akhir ... 70

(16)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan Pengembangan ... 77

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 81

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 50

Tabel 2. Kuesioner Validasi LKS ... 52

Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 55

Tabel 4. Kriteria Skor Skala Lima ... 57

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 57

Tabel 6. Saran Pakar Model PBM dan Revisi... 66

Tabel 7. Saran Guru Kelas V SD dan Revisi ... 69

Tabel 8. Data Mentah Hasil Validasi ... 71

(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... 82

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Wawancara ... 83

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 84

Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Pakar Model PBM dan Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 87

Lampiran 5 Silabus ... 99

Lampiran 6 Biodata Penulis ... 291

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Trianto (2010:23) menyatakan bahwa pada kurikulum dalam dunia pendidikan menyimpulkan masih banyak guru yang masih sulit dan kurang kreatif untuk membangunkan semangat siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa. Lembar kegiatan siswa ini dibuat sekreatif mungkin agar dapat menarik minat siswa untuk bekerja. Dalam penyusunannya perlu memperhatikan berbagai unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menyusun lembar kegiatan siswa tersebut. Lembar kegiatan siswa ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam memahami, dan menerapkan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Lembar kegiatan siswa tersebut akan menjadi pedoman pengajaran bagi siswa. Dalam menyusun lembar kerja siswa tersebut guru juga merasa kesulitan karena harus memberikan petunjuk motivasi agar siswa sangat antusias pada saat bekerja.

Kemendikbud (2013b) dalam buku Yunus (2014:159) menyatakan bahwa memandang model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan kepada peserta didik berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan dan diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencampaian materi pembelajaran.

(21)

belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model yang digunakan untuk melibatkan siswa dan keterampilan siswa dalam memecahkan sebuah masalah yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dan membuat siswa percaya diri dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 10.30 WIB bersama Ibu “U” guru wali kelas V SDN Kalasan 1 terkait pelaksanaan kurikulum 2013, guru U mengatakan bahwa masih perlu adanya pendampingan, monitoring terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013. Selain itu, perlu adanya ketersediaan buku, media pembelajaran, dan aplikasi penilaian yang dapat memudahkan guru-guru untuk merekap nilai menjadi rapor. Konsep-konsep dalam kurikulum 2013 sudah dipahami oleh ibu U. Model Pembelajaran yang cocok menurut ibu U yang dapat membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah hidup sehari-hari terkait dengan tema dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah dapat bereksplorasi dengan tahapan-tahapan yang ada dalam pendekatan saintifik.

(22)

lingkungan dan kondisi lokal yang ada di sekitar kehidupan siswa agar siswa lebih mudah dalam memahaminya.

Dalam menyusun dan mengembangkan RPP dan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah banyak kesulitan yang dihadapi oleh guru-guru khususnya bagi ibu U yaitu dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama dan harus adanya target pokok bahasa perharinya. Dalam menyelesaikan kesulitan ada usaha yang dilakukan oleh ibu U yaitu melaksanakannya setelah tema-tema di buku sudah selesai atau sudah habis. Contoh-contoh RPP dan LKS memang sudah ada tetapi itu masih sedikit sehingga masih sulit dan masih diperlukan atau dibutuhkan ibu U untuk menyusun dan mengembangkannya.

Dalam hal ini peneliti ingin mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah dalam sub tema menjaga kerukunan dengan menggabungkan pendekatan saintifik dan model pembelajaran berbasis masalah menjadi satu dalam RPP dan LKS mengacu pada kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SDN Kalasan 1.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah-masalah di bawah ini:

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan produk LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema cara menjaga kerukunan untuk siswa kelas V sekolah dasar?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai:

1. Mengembangkan langkah-langkah produk LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema cara menjaga kerukunan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk berupa LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema cara menjaga kerukunan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini : 1. Bagi mahasiswa

Peneliti memperoleh pengalaman untuk melakukan penelitian Research and Development (R&D) khususnya dalam mengembangkan LKS dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya untuk Mengembangkan LKS pada subtema cara menjaga kerukunan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Guru memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh LKS pada subtema cara menjaga kerukunan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

(24)

siswa pada subtema cara menjaga kerukunan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat memperoleh contoh perangkat pembelajaran kurikulum 2013 dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya dalam model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya untuk mengembangkan lembar kerja siswa pada subtema cara menjaga kerukunan untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

5. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh contoh perangkat pembelajaran kurikulum 2013 dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya dalam model pembelajaran berbasis masalah

dalam upaya untuk Mengembangkan LKS pada subtema cara menjaga kerukunan untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah di bawah ini berdasarkan apa yang akan dibahas pada BAB II pembahasan:

1. Kurikulum 2013 menurut Fadillah (2014:16) menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah perubahan kurikulum dari kurikulum yang telah ada pada tahun 2004 maupun KTSP pada tahun 2006.

(25)

3. LKS Menurut Trianto (2010:25) menyatakan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan lembar yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang sudah terprogram. Lembar kegiatan siswa juga merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mengaktifkan siswa saat pembelajaran berlangsung.

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu berupa Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Produk yang dikembangkan menggunakan langkah-langkah model berbasis masalah dan saintifik.

1. Komponen LKS yang disusun lengkap, terdiri dari: a) Identitas LKS yang meliputi:

1) Judul LKS 2) Nama siswa 3) Nomor urut siswa b) Kompetensi Inti c) Kompetensi Dasar d) Indikator

(26)

2. LKS disusun dan dirancang dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan dengan tidak menghilangkan langkah-langkah Pendekatan Saintifik. Kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan tetap dimunculkan dalam kegiatan inti pembelajaran pada RPPTH.

3. LKS dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH). Jumlah RPPTH sebanyak 6 buah sesuai dengan jumlah pembelajaran dalam Subtema cara menjaga kerukunan.

4. Petunjuk kerja pada lembar kerja siswa memuat langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah secara detail dan jelas dan dipadukan dengan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Pengertian dan Hakikat Kurikulum 2013

Fadillah (2014:13) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Saylor, Alexander, dan Lewis dalam buku Fadillah (2014:14), mengartikan kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Fadillah (2014:16) berpendapat bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah perubahan kurikulum dari kurikulum yang telah ada pada tahun 2004 maupun KTSP pada tahun 2006. Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(28)

pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam membantu memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pemikiran para ahli di atas, kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai pedoman yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan tidak hanya karakter sikap anak tetapi diharapkan nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik tercapai dan diterapkan dalam sebuah pembelajaran di kelas.

b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Fadillah (2011:31-34) menyatakan bahwa elemen-elemen perubahan cakupan kurikulum, mulai dari sekolah tingkat dasar sampai sekolah menengah atas. Elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 antara lain :

1) Kompetensi Lulusan

Mengenai kompetensi lulusan, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

2) Kedudukan mata pelajaran

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, dan SMA maupun SMK.

3) Pendekatan isi

(29)

4) Struktur kurikulum

Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya) jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6, dan jumlah jam bertambah 4 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran.

5) Proses pembelajaran

Semua jejaring pendidikan standar proses yang semula terfokus pada elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam pemyampaian materi pembelajaran untuk tingkat SD disampaikan melalui tematik dan terpadu.

6) Penilaian hasil belajar

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kriteria penilaian hasil belajar sebagai berikut.

a. Penilaian berbasis komptensi

b. Pergeseran dari penilaian melalui tes menuju penilaian otentik.

c. Memperkuat PAP (penilaian acuan patokan), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal. d. Penilaian tidak hanya level kompetensi dasar tetapi juga kompetensi inti

dan standar kompetensi lulusan.

(30)

7) Ektrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar program tertulis di dalam kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut berada di luar jam pembelajaran sekolah. Untuk sekolah dasar meliputi Pramuka (wajib), UKS, PMR, dan Bahasa Inggris.

c. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Barringer dalam Abidin

(2014:125) berpendapat bahwa pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang di dalamnya menerapkan pembelajaran yang aktif. Siswa aktif dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, serta dapat mengomunikasikan hasilnya secara aktif di dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1. Mengamati

(31)

2. Menanya

Kegiatan menanya ini diharapkan siswa aktif dalam bertanya terkait dengan kegiatan mengamati yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini guru dapat menilai juga sikap siswa dan kognitif siswa dalam bertanya. 3. Menalar

Kegiatan menalar merupakan proses berpikir siswa untuk memperoleh jawaban-jawaban sementara atau hipotesis.

4. Mencoba

Dalam kegiatan ini siswa mencoba melakukan sebuah eksperimen terkait dengan pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang dipelajari. Guru membantu siswa untuk memcahkan masalah-masalah yang di alami siswa selam proses pembelajaran.

5. Mengkomunikasikan

Pada akhir kegiatan siswa harus mengkomunikasikan kegiatan atau eksperimen yang telah dilakukan di depan kelas dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dan membagikan beberapa pengetahuan dengan teman lainnya.

d. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 1) Silabus

a) Pengertian

(32)

kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan suatu pokok dalam kegiatan pembelajaran. Silabus digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas.

b) Prinsip-prinsip pengembangan silabus

Dikutip dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan karya Mulyasa dalam Fadillah (2014:138-140) berpendapat bahwa prinsip-prinsip sebagai berikut:

(1) Ilmiah, yaitu keseluruhan dari materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

(2) Relevan, yaitu ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, misalnya tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

(3) Fleksibel, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan kondisi dan perkembangan peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, tanpa harus terikat sebagaimana yang terdapat dalam silabus.

(33)

(5) Konsisten, yaitu antara kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsiten dalam membentuk kompetensi peserta didik.

(6) Memadai, yaitu ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sitem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

(7) Aktual dan kontekstual, yaitu ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, sistem penilaian yang dikembangkan memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yangg sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat.

(8) Efektif, yaitu memerhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telas ditetapkan.

(9) Efisien, yaitu upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.

Ada beberapa komponen dalam silabus menurut (Akbar, 2013:112) antara lain:

a) Identitas mata pelajaran

(34)

b) Standar Kompetensi

Chamsiatin dalam Akbar (2013:8) menyatakan bahwa standar kompetensi sebagai kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat atau semester.

c) Kompetensi Dasar

Chamsiatin dalam Akbar (2013:9) menyatakan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar disusun berdasarkan standar kompetensi yang sudah ada.

d) Materi Pokok

Materi pokok adalah inti pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Dalam materi poko terdapat nilai pengetahuan, sikap. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai substansi SK, KD, dan indikator yang dapat digali, dan dikonfirmasi dari berbagai sumber belajar.

e) KBM

(35)

f) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator merupakan penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku yang dapat diukur. Indikator digunakan sebagai acuan dalam penyusunan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber, media, dan alat penilaian.

g) Kata kerja operasional

Chamsiatin dalam Akbar (2008:8) menyebutkan selain komponen silabus, terdapat juga prosedur pengembangan silabus dapat juga dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas 2) Mengkaji standar kompetensi 3) Mengkaji kompetensi dasar 4) Mengkaji materi pokok

5) Mengembangkan pengalaman belajar 6) Merumuskan indikator

7) Menentukan jenis penilaian 8) Menentukan sumber belajar

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)

(36)

Kurniawan (2014:122) menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian adalah detail aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD. Waktu yang digunakan dalam RPP lebih singkat dibanding dengan silabus, yaitu satu sampai tiga kali pertemuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat sebagai acuan oleh setiap guru untuk digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas agar lebih terarah dan terfokus dalam materi yang akan diajarkan.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Prastowo (2014:69) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

Menurut Majid (2009:176) Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Menurut Belawati (2003:32) Lembar Kerja Siswa bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan

(37)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran kertas yang di dalamnya terdapat materi dan tugas-tugas serta petunjuk-petunjuk yang akan dipelajari siswa secara mandiri. 4) Instrumen Penilaian

Penilaian dilakukan oleh para guru dalam tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Setiap aspek yang dinilai harus menggunakan instrumen yang jelas dan detail. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik (Kosasi, 2014:134).

e. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurinasih & Sani (2014:2) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum 2013, yaitu kelebihan dan kekurangan yang masih saja terjadi.

1) Keunggulan Kurikulum 2013

a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. b) Adanya penilaian dari semua aspek.

c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional.

(38)

f) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills, hard skills, dan kewirausahaan.

g) Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

h) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

i) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

j) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan.

k) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

l) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

m) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan secara lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP serta menerapkan pendekatan saintifik secara benar.

2) Kekurangan Kurikulum 2013

(39)

b) Banyak guru yang belum siap secara mental dengan adanya Kurikulum 2013 ini.

c) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik.

d) Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP. e) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

f) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat.

g) Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. h) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses

pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013 karena Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat.

i) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu.

j) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(40)

digunakan dalam mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Nurulwati dalam Trianto (2009: 22) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka model yang dikembangkan berdasarkan teori pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam kelas.

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Hamdatama (2014: 209) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan berbagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapai secara ilmiah.

Duch dalam Shoimin (2014:130) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

(41)

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dan kritis dalam memecahkan masalah dan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasarkan teori yang dikembangkan (Barrow, Min Liu dalam Shoimin, 2014: 130) menjelaskan karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah, antara lain:

1) Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2) Authentic problems form the organizing through self-directed learning.

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3) New information is acquired through self-directed learning.

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. 4) Learning accurs in small groups.

(42)

5) Teachers act as facilitators.

Pada pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

Sedangkan menurut Rusman (2013:232) model pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); 4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan

kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

(43)

10)Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah menurut Amir (2008:24) adalah sebagai berikut:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Pada tahap ini harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat di dalam masalah.

2) Merumuskan masalah

Pada tahap ini kejadian yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara kejadian itu. Siswa harus mampu masalah yang harus diperjelas agar dapat dipecahkan.

3) Menganalisis masalah

Pada tahap ini siswa dapat menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah. Siswa berdiskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi atau ide-ide yang ada, apakah itu benar atau salah.

4) Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang menunjang, mana yang bertentangan, dan lainnya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

(44)

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok).

Pada tahap ini siswa harus mencari informasi tambahan terkait masalah, menentukan di mana hendak dicari, mengatur jadwal, dan menentukan sumber informasi.

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen atau kelas.

Laporan secara mandiri maupun kelompok dipresentasikan di depan kelas. Siswa lainnya menanggapi dan mendapatkan informasi-informasi baru.

Adapun Variasi langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan oleh Moust dan kawan-kawan dalam Sani (2013:142) antara lain:

1) Mengklarifikasi konsep yang belum jelas 2) Mendefinisikan permasalahan

3) Menganalisis permasalahan 4) Diskusi

5) Merumuskan tujuan belajar 6) Belajar mandiri

7) Evaluasi

Berdasarkan langkah-langkah di atas menurut para ahli, peneliti menggunakan langkah-langkah antara lain:

1) Mengklarifikasi konsep yang belum jelas 2) Merumuskan masalah

(45)

5) Pengujian hipotesis

6) Merumuskan pemecahan masalah d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Amir (2008: 26) mengungkapkan model pembelajaran berbasis masalah mempunyai berbagai potensi atau manfaat antara lain:

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar. Dengan konteks melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar hafal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi.

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa “merasakan” lebih baik konteks operasinya

di lapangan.

3) Mendorong untuk berpikir.

Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis dan kreatif, pemelajar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan.

4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.

(46)

5) Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills).

Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini.

6) Memotivasi belajar.

Dengan adanya model pembelajaran berbasis masalah, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari pembelajar, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan senang dan bersemangat untuk menyelesaikannya.

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam setiap model-model pembelajaran yang diterapkan memiliki kelebihan. Trianto (2009:96) mengungkapkan kelebihan dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain:

1) Realistik dengan kehidupan siswa

Model Pembelajaran Berbasis Masalah cenderung mengedepankan masalah nyata yang sering dialami dan ditemui oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, siswa mudah mengingat dan memahami serta menemukan solusi pemecahannya.

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

Isi pelajaran yang diterapkan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah disesuaikan dengan kebutuhan siswa karena cenderung mengambil masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(47)

Siswa dilatih untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap masalah yang disajikan. Wujud keingintahuan siswa adalah melalui usaha untuk menemukan solusi terhadap masalah.

4) Retensi konsep jadi kuat

Model Pembelajaran Berbasis masalah membantu siswa untuk menyimpan atau mengingat sebuah kensep secara lebih kuat dan bertahan lama. Hal demikian terjadi karena masalah yang disajikan merupakan masalah yang tidak asing lagi bagi siswa. Selain itu, siswa berusaha bekerja sendiri di dalam kelompok dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang dicari sendiri sehingga tidak mudah dilupakan.

5) Memupuk kemampuan problem solving

Siswa dilatih untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Solusi yang diberikan harus dipikirkan terlabih dahulu secara matang dan masuk akal.

Selain itu, juga dikatakan oleh Shoimin (2014:132) diantara beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah ialah sebagai berikut:

a) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

b) Siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.

(48)

e) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

f) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. g) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah

dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. h) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching. f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam setiap model-model pembelajaran tidak hanya dilihat dari sisi kelebihan tetapi juga kita harus mengetahui sisi kekurangan dari model yang digunakan. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki tidak hanya kelebihan melainkan kekurangan. Kekurangan dari model pembelajaran berbasis masalah menurut Shiomin (2014:132) sebagai berikut:

1) Model Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran karena ada bagian tertentu di mana guru harus berperan aktif dalam menyajikan materi.

2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa ynag tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Selain itu, menurut Trianto (2009: 97) model pembelajaran berbasis masalah memiliki empat kekurangan yaitu:

a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang belum kompleks Konsep dan permasalahan yang disampaikan cenderung rumit dalam tahap persiapan. Media (alat) yang hendak digunakan dalam pembelajaran juga cenderung sulit untuk dibuat.

(49)

Pada dasarnya, masalah dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak namun sulit untuk disesuaikan dengan materi pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa.

c) Sering terjadi miss-konsepsi

Siswa sering memiliki pandangan yang berbeda-beda terhaap masalah. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan semua pandangan siswa tersebut agar mencapai satu konsep yang sama dan sesuai dengan inti materi pelajaran.

d) Konsumsi waktu

Model Pembelajaran Berbasis Masalah memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses penyelidikan masalah.

3. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Prastowo (2014:69) menyatakan bahwa lembar kerja siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

Menurut Majid (2009:176) lembar kerja siswa merupakan lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

(50)

materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehinga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran kertas yang di dalamnya terdapat materi dan tugas-tugas atau soal-soal serta petunjuk-petunjuk yang akan dipelajari siswa secara mandiri. b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran

Durri Andriani dalam Prastowo (2014:270) menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa memiliki fungsi, tujuan, dan manfaat yang berbeda-beda selama pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan fungsi, tujuan, dan manfaat dari adanya Lembar Kerja Siswa.

1) Fungsi Lembar Kerja Siswa

a) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa.

b) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

c) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih. d) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

2) Tujuan penggunaan Lembar Kerja Siswa

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar siswa.

(51)

a) Mendapatkan kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat di dalam materi yang dibahas.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Dalam LKS menurut Prastowo (2014:272) terdapat lima jenis Lembar Kerja Siswa, yaitu:

1) LKS yang Penemuan (Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep)

LKS ini memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis.

2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang telah Ditemukan)

LKS ini membantu siswa untuk menerapkan berbagai konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS ini sesuai dengan langkah-langkah atau petunjuk yang ada di dalamnya sehingga dapat memudahkan siswa dalam mengerjakan LKS.

4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi yang dikemas di dalam LKS lebih menekankan pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini lebih tepat jika digunakan dalam pengayaan.

5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

(52)

demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Jenis-jenis lembar kerja siswa yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. LKS yang Penemuan (Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep) LKS ini memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis.

b. LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS ini sesuai dengan langkah-langkah atau petunjuk yang ada di dalamnya sehingga dapat memudahkan siswa dalam mengerjakan LKS.

c. LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa

Prastowo (2014:273) LKS terdiri dari beberapa unsur utama yang meliputi: 1) Judul

2) Petunjuk belajar

3) Kompetensi dasar atau materi pokok 4) Informasi pendukung

(53)

Namun demikian, beliau juga mengatakan lagi bahwa yang lebih spesifiknya itu format Lembar Kerja Siswa memiliki delapan unsur yaitu:

1) Judul

2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai 3) Waktu penyelesaian

4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas 5) Informasi singkat

6) Langkah kerja

7) Tugas yang harus dilakukan 8) Laporan yang harus dikerjakan.

Menurut Peneliti unsur-unsur lembar kerja siswa yang akan digunakan yaitu: 1) Judul

2) Kompetensi Dasar 3) Tujuan Pembelajaran 4) Alat dan Bahan 5) Informasi Singkat 6) Langkah Kerja

7) Tugas yang harus dilakukan

e. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa

Dalam penyusunan LKS harus diperhatikan 4 langkah di bawah ini menurut Prastowo (2014:275) sebagai berikut:

1) Melakukan Analisis Kurikulum Tematik

(54)

caranya adalah dengan melihat materi pokok dan pengalaman belajar serta pokok bahasan yang akan diajarkan.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta Kebutuhan LKS dibuat untuk mengetahui materi-materi yang harus ditulis dalam LKS.

3) Menentukan Judul LKS

Judul LKS yang mengacu Kurikulum 2013 disesuaikan dengan tema utama dan pokok bahasan yang diperoleh dari pemetaan Kompetensi Dasar dan materi pokok atau pengalaman belajar antar mata pelajaran di Sekolah Dasar. 4) Penulisan LKS

Penulisan LKS juga dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Merumuskan indikator dan atau pengalaman belajar antarmata

pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati. b) Menentukan alat penilaian

c) Menyusun materi

d) Menyusun materi berdasarkan struktur LKS 5) Mengembangkan LKS Bermakna

LKS yang bermakna dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi siswa. Hal ini mendorong siswa agar lebih tertarik dan belajar lebih giat. Beberapa langkah pengembangan LKS, yaitu:

a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dimasukkan ke dalam LKS. b) Mengumpulkan materi.

(55)

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari informasi dengan menggunakan sumber-sumber lain yang ada keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya. Berikut ini adalah ketiga penelitian-penelitian relevan yang dikutip dari penelitian skripsi penelitian dan pengembangan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan penelitian pengembangan lembar kerja siswa.

Pertama, Santosa (2009) melakukan penelitian peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus pertama dan siklus ke dua dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

(56)

Kedua, Ernawati (2008) melakukan penelitian peningkatan motivasi prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V latar belakang penelitian ini adalah masih banyak siswa memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran IPS. Penyebabnya karena metode yang biasa diterapkan guru dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi, sehingga siswa merasa bahwa mata pelajaran IPS membosankan, tidak menarik, banyak hafalan, dan merasa tidak relevan dengan masalah mereka. Di samping itu, sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang bekeja sama, bertukar pikiran dengan teman sebayanya, dan siswa kurang terlibat akti dalam proses pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas V melalui implementasi pendekatan model pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS kelas V khususnya pada materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia. Penelitian ini terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 64% dan meningkat pada akhir siklus II menjadi 90% sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 43,24% pada akhir siklus I sebesar 72% dan pada akhir siklus II adalah sebesar 94,4%.

(57)

transaksi keuangan perusahan jasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan media gambar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk pembelajaran materi analisis transaksi keuangan perusahaan jasa kelas XI IPS SMA. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil penilaian dari ahli materi, kualitas LKS bergambar ditinjau dari aspek pembelajaran dan aspek isi termasuk dalam kategori “Sangat Baik”

dengan rerata skor sebesar 4,38; (2) hasil penilaian dari ahli media pembelajaran, kualitas LKS bergambar ditinjau dari aspek tampilan dan aspek penyajian termasuk dalam kategori “Baik” dengan rerata skor sebesar 3,95; (3) hasil penilaian dari guru mata

pelajaran, kualitas LKS bergambar ditinau dari aspek pembelaran dan aspek isi termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan rerata skor sebesar 4,48; (4) hasil penilaian dari

siswa pada uji coba perorangan. Kualitas LKS bergambar ditinjau dari keseluruhan aspek penilaian termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan rerata skor sebesar 4,32; (5)

hasil penilaian dari siswa pada uji coba kelompok kecil, kualitas LKS bergambar ditinjau dari keseluruhan aspek penilaian termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan rerata

skor sebesar 4,23; (6) hasil penilaian dari siswa pada uji coba kelompok besar, kualitas LKS bergambar ditinjau dari keseluruhan aspek penilaian termasuk dalam kategori “Baik” dengan rerata skor sebesar 4,05.

(58)

masalah dan mengembankan lembar kerja siswa, akan tetapi jenis penelitian, model, media pembelajaran serta jenjang pendidikan yang digunakan berbeda.

Berdasarkan ketiga hasil penelitian di atas, maka pengembangan LKS dan model Pembelajaran yang akan peneliti lakukan memiliki perbedaan. Pada pengembangan LKS ini peneliti menggunakan jenis penelitian dan pengembangan LKS dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang akan diterapkan kepada siswa kelas V SD mengacu kurikulum 2013. Langkah-langkah atau pendekatan saintifik juga digunakan dalam LKS ini. Tujuannya agar siswa dengan mudah dapat mengaitkan masalah yang terjadi dan dapat memcahkan masalah dengan manusia maupun lingkungan.

C. Kerangka Pikir

LKS Menggunakan Model Pembelajaran PBM Mengacu Kurikulum 2013

1. Model PBM (Hakikat Model PBM, Karakteristik model PBM, langkah-langkah model PBM, manfaat model PBM, kelebihan dan kekurangan model PBM)

2. Lembar kerja Siswa (Pengertian LKS, fungsi, Tujuan, dan manfaat LKS dalam Pembelajaran, jenis-jenis LKS, unsur-unsur LKS, langkah –langkah membuat LKS)

Analisis Kebutuhan

Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 (Pengertian dan Hakikat Kurikulum 2013, elemen perubahan kurikulum, pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013, perangkat pembelajaran dalam Kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013)

Spesifikasi produk yang dikembangkan

1. Komponen LKS yang disusun lengkap

2. LKS disusun dengan menggunakan model PBM model PBM dan mengacu kurikulum 2013

3. LKS dilengkapi dengan RPPTH

4. Petunjuk kerja pada LKS memuat langkah-langkah model PBM, pendekatan saintifik, dan tematik integratif

(59)

Bagan 1. Kerangka Pikir Pengembangan LKS Model PBM

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun kerangka pikir tentang pengembangan LKS subtema Indoneisaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD. Perubahan kurikulum 2013 dibuat dengan menggunakan pendekatan saintifik bertujuan untuk memudahkan siswa dalam belajar mengenal masalah dan mengatasi masalah menggunakan proses-proses saintifik yang telah ditentukan.

Setelah dilakukannya analisis kebutuhan hasil yang diperoleh adalah guru masih banyak membutuhkan contoh-contoh LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang mengacu pada kurikulum 2013. Guru juga masih kurang memahami atau kesulitan dalam membagi waktu dengan baik dalam pembuatan LKS mengguakan model pembelajaran berbasis masalah, karena untuk menyususn LKS dibutuhkan rentang waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha mengembangkan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V. Pada penyususnan LKS, peneliti lebih mengutamakan pada model pembelajaran berbasis masalah yang melekat pada LKS itu sendiri.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan produk berupa Lembar Kerja Siswa subtema Cara Menjaga Kerukunan mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

(60)

Gambar

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
Tabel 2. Kuesioner Validasi LKS
Tabel  3. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima
Tabel 4. Kriteria Skor Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang dihadapi dalam menjalankan pembinaan keterampilan adalah alih fungsi yang dimiliki oleh Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Batusangkar, faktor kapasitas tempat yang

Shallow foundation is usually used when the soil surface is quite strong and rigid to support the loads imposed where it supports the type of structure is not too heavy and not

Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa.konsumen

Cakupan ASI eksklusif dari 11 Kecamatan di Kota Padang, ternyata pencapaian di Kecamatan Lubuk Kilangan menduduki peringkat terendah dibandingkan dengan Kecamatan lain, dimana

This war was motivated by the struggle for territory between the Kauravas (descendants of King Dhritarashtra) and the Pandavas (descendants of Pandu).. According to Javanese

Struktur balok adalah suatu struktur yang terdiri dari sebuah batang yang dijepit pada satu ujungnya atau ditumpu oleh dua buah dukungan atau lebih, sehingga

dah anllE fattopfaltor tebli tidak sling b€rkoEldi Pcn8lnpule dd trhdd.p 100 Espoden dilaluktu de4u swd laisioner

[r]