iv ABSTRAK
PENGARUH DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER
Ray Sagitama Wibowo, 2008; Pembimbing I : Sri Utami Dra., M. Kes Pembimbing II : Hartini Tiono dr.
Dalam beraktivitas, manusia tidak luput dari luka. Berbagai usaha dilakukan untuk menyembuhkan luka mulai dari mencuci luka, pemberian antiseptik, sampai menggunakan tumbuh-tumbuhan untuk menyembuhkan luka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah daun sirih dapat mempercepat penyembuhan luka.
Hewan percobaan yang digunakan adalah 30 ekor mencit betina dewasa galur Swiss Webster. Kulit paha masing-masing mencit dicukur bulunya, lalu dibuat sayatan (luka) sepanjang 8 mm. Mencit dibagi dalam tiga kelompok, kelompok pertama tidak diobati, kelompok kedua diobati dengan povidone iodine 10% secara topikal, kelompok ketiga diobati dengan daun sirih secara topikal. Pengobatan dan pengukuran panjang luka dilakukan setiap hari sampai luka menutup sempurna.
Dari hasil percobaan diperoleh rata-rata waktu yang diperlukan oleh setiap kelompok untuk penyembuhan luka, pada kelompok pertama 6,8 hari, kelompok kedua 5,8 hari, dan kelompok ketiga 5,9 hari.
Kesimpulan yang didapat adalah daun sirih (Piper betle Linn.) mempercepat waktu penutupan luka pada mencit betina.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF Piper betle Linn. TO WOUND HEALING PROCESS ON SWISS WEBSTER STRAIN FEMALE MICE
Ray Sagitama Wibowo, 2008; Tutor I : Sri Utami Dra., M. Kes Tutor II : Hartini Tiono dr.
In daily activity, no one free from injury. Many kind of treatment is taken to heal the wound like washing and cleaning the wound, using antiseptic topically, or using herbs for wound healing.
The purpose of this research is to know the effect of Piper betle to improve the healing process.
The experimental animals were 30 adult Swiss Webster female mice. The hair on each mouse’s thigh were cut, then made an 8 mm slice on the skin. Divide mice into three groups, the first group were not treated, while the second group treated with povidone iodine 10% topically, and the third group treated with Piper betle topically. Treating and measuring wound were done everyday until the wound heal perfectly.
From the research, it is shown that the average time needed to heal perfectly in first group is 6,8 days, second group is 5,8 days, and third group 5,9 days.
It is concluded that the treatment with Piper betle can influence the velocity of wound healing in mice compared to the first (untreated).
viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Identifikasi Masalah ...2
1.3 Maksud dan Tujuan ...2
1.4 Kegunaan Penelitian...2
1.4.1 Kegunaan Akademis...2
1.4.2 Kegunaan Praktis...2
1.5 Kerangka Pemikiran ...3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ...3
1.5.2 Hipotesis ...3
1.6 Metode Penelitian...3
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5
2.1 Kulit ...5
2.1.1 Pembagian Kulit Secara Histologis ...6
2.1.2 Appendix Kulit...11
2.1.3 Fungsi Kulit...12
2.2 Luka dan Penyembuhan Luka...14
2.2.1 Definisi Luka...14
2.2.2 Jenis-Jenis Luka ...14
2.2.3 Penyembuhan Luka ...15
2.2.4 Klasifikasi Penyembuhan Luka...17
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ...19
2.2.6 Komplikasi Penyembuhan Luka pada Kulit ...21
2.3 Daun Sirih (Piper betle L.)...22
2.3.1 Taksonomi Daun Sirih...22
2.3.2 Asal dan Morfologi Tumbuhan ...22
2.3.3 Kandungan Kimia dan Zat Aktif Daun Sirih ...24
2.3.4 Manfaat Daun Sirih ...25
2.3.5 Kekurangan Daun Sirih ...25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...27
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ...27
3.1.1 Alat ...27
3.1.2 Bahan ...27
3.1.3 Hewan Coba ...27
3.2 Metode Penelitian...28
3.2.1 Desain Penelitian...28
3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ...28
3.2.3 Variabel Penelitian ...28
3.3 Prosedur Kerja ...29
3.3.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji...29
3.3.2 Persiapan Hewan Coba ...29
3.3.3 Prosedur Penelitian...29
3.4 Metode Analisis ...30
3.5 Hipotesis Statistik...30
3.6 Kriteria Uji...30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31
4.1 Hasil Penelitian ...31
4.2 Uji Hipotesis ...36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...38
5.1 Kesimpulan ...38
5.2 Saran...38
DAFTAR PUSTAKA ...39
LAMPIRAN ...41
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Faktor yang menghambat penyembuhan luka ...20 Tabel 4.1. Rata-rata panjang luka (mm) pada kelompok I (kontrol negatif),
kelompok II (kontrol positif), dan kelompok III (Daun sirih) ...31 Tabel 4.2 Waktu yang dibutuhkan oleh setiap mencit dalam proses menutupnya
luka ...33
Tabel 4.3 Lembar Panjang Luka Terbuka yang Terpendek dalam mm pada Tabel Kelompok Mencit I, II, dan III Mulai Hari 1 sampai Hari ke 8...34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Kulit Manusia...5
Gambar 2.2. Lapisan Epidermis dan Dermis ...6
Gambar 2.3. Lapisan-lapisan Epidermis ...9
Gambar 2.4. Papillary Dermis. ...10
Gambar 2.5. Pars Retikulare Dermis ...11
Gambar 2.6 Reaksi Segera Dalam Penyembuhan Luka ...18
Gambar 2.7 Penyembuhan Luka Pada Hari 3-7 ...18
Gambar 2.8 Fase Maturasi ...19
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Grafik rata-rata panjang luka pada kelompok 1, kelompok 2, dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...41
Lampiran 2 ...42
Lampiran 3 ...43
Lampiran 4 ...44
41
Lampiran 1
Tabel Berat Badan Mencit Tiap Kelompok
NO
KONTROL -
KONTROL +
DAUN SIRIH
1 20,15 22,07 23,03
2 28,47 21,85 24,36
3 25,61 21,03 22,08
4 26,64 23,82 26,35
5 21,71 23,4 21,25
6 23,02 22,71 24,2
7 22,63 27,65 24,15
8 24,03 25,15 23,1
9 23,8 22,5 24,15
10 25,1 23,25 21,35
10 6,8000 1,03280 ,32660 6,0612 7,5388 5,00 8,00 10 5,8000 ,91894 ,29059 5,1426 6,4574 5,00 7,00 10 5,9000 ,56765 ,17951 5,4939 6,3061 5,00 7,00 30 6,1667 ,94989 ,17343 5,8120 6,5214 5,00 8,00 kontrol negati
kontrol positif daun sirih Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
hasil
6,067 2 3,033 4,075 ,028
20,100 27 ,744
Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons Dependent Variable: hasil
1,10000* ,37908 ,007 ,3222 1,8778 1,00000* ,37908 ,014 ,2222 1,7778 -1,10000* ,37908 ,007 -1,8778 -,3222 -,10000 ,37908 ,794 -,8778 ,6778 -1,00000* ,37908 ,014 -1,7778 -,2222 ,10000 ,37908 ,794 -,6778 ,8778 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
43
Lampiran 3
Hasil Pengamatan Kontrol negatif
No. Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8
Hasil Pengamatan Kontrol positif
44
Lampiran 4
Hasil Pengamatan Daun Sirih
No. Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8
Subset for alpha = .05
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, manusia tidak pernah luput dari luka. Luka yang paling sering terjadi adalah luka yang mengenai jaringan kulit, seperti luka lecet (ekskoriasi), ataupun luka iris (skisum). Berbagai usaha telah dilakukan
manusia untuk menyembuhkan luka, mulai dari mencuci luka sampai pemberian obat antiseptik.
Jauh sebelum ditemukannya obat-obatan untuk menyembuhkan luka, manusia telah menggunakan tumbuh-tumbuhan untuk mengurangi radang dan
menyembuhkan luka. Salah satu tumbuhan yang sampai saat ini masih digunakan sebagai penyembuh luka adalah daun sirih (Piper betle Linn.)
Tanaman sirih adalah salah satu jenis tumbuhan merambat yang termasuk famili Piperaceae. Tanaman sirih tumbuh subur di sepanjang Asia tropis hingga
Afrika Timur, menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilanka, India, hingga Madagaskar. Di kawasan Asia Tenggara, tradisi makan daun sirih sudah dimulai sejak 3000 tahun yang lalu dan kebiasaan ini digemari oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, orang dewasa bahkan sampai pembesar istana dan raja-raja.
Daun sirih dipercaya memiliki sifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka, obat saluran pencernaan, menguatkan gigi, membersihkan tenggorokan, antiseptik, juga sebagai antioksidan dan fungisida (Rini Damayanti Moeljanto, 2006).
Beberapa zat kimia yang terkandung dalam daun sirih antara lain minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, chavicol, seskuiterpene, hidrosichavicol, cavibetol, estragole, eugenole, dan karvakrol (Rini Damayanti Moeljanto, 2006).
Beberapa penelitian telah dilakukan antara lain oleh Puspa Aria dari fakultas
2
Universitas Kristen Maranatha mencoba menggunakan daun sirih sebagai obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah penggunaan daun sirih (Piper betle Linn.) dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas daun sirih sebagai obat penyembuh luka.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah daun sirih dapat mempercepat penyembuhan luka.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Memberikan informasi ilmiah dalam bidang farmakologi mengenai daun sirih sebagai tanaman obat yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daun sirih yang dapat
3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Penyembuhan luka dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain nutrisi, vaskularisasi dan ada tidaknya bakteri pada luka yang dapat memperlambat proses penyembuhannya.
Daun sirih memiliki zat-zat kimia yang berperan sebagai antibakteri yang
merupakan faktor pendukung untuk penyembuhan luka (Rini Damayanti Moeljanto, 2006).
Zat-zat kimia yang terkandung dalam daun sirih antara lain chavicol yang mempunyai daya bunuh bakteri lima kali lipat dari fenol biasa, eugenole yang
memiliki sifat sebagai antiseptik, analgesik, dan anti peradangan, estragole
memiliki sifat antibakteri, terutama terhadap Shigella sp, monoterpene dan
seskuiterpene memiliki sifat sebagai antiseptik, anti peradangan dan analgetik (Rini Damayanti Moeljanto, 2006).
1.5.2 Hipotesis
Daun sirih (Piper betle Linn.) mempercepat waktu penutupan luka pada mencit betina.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, memakai rancangan
percobaan acak lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diambil adalah kecepatan penyembuhan luka dari ketiga kelompok mencit yang telah dilukai pada hari pertama setiap hari hingga luka benar-benar sembuh.
Kelompok pertama adalah kontrol negatif (luka dibiarkan tanpa diobati).
4
Universitas Kristen Maranatha ketiga adalah kelompok mencit yang diobati dengan daun sirih secara topikal dengan satu kali pemberian setiap harinya.
Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan dengan = 0,05
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha Bandung
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Daun sirih (Piper betle Linn.) mempercepat waktu penutupan luka pada
mencit betina.
5.2 Saran
♦ Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat lain dari daun sirih pada
manusia.
39 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2006. Menangani Luka.
http://www.republika.co.id/kirim_berita.asp?id=243242&kat_id=105&edisi=
Cetak. 2 Desember 2008.
Anonim 2. 2006. Chavicol.
http://en.wikipedia.org/wiki/Chavicol. 2 Januari 2008.
Astrini W. S., 2005. Daun Sirih Memiliki Khasiat Serba Guna.
http://cinta-kes.blogspot.com/2005_01_01_archive.html. 30 November 2007.
Diyah Triarsari, 2007. Daun Sirih Mengobati Mimisan Sampai Keputihan.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=
27&Itemid=3. 7 Januari 2008.
Falanga, Vincent. 2006. Wound Healing.
http://www.aad.org/professionals/Residents/MedStudCoreCurr/DCWoundHea
ling.htm. 19 Desember 2007.
Galli, Suzanne K Doud. 2006. Wound Closure Technique.
http://www.emedicine.com/ent/topic35.htm. 30 November 2007.
King, David. 2006. Introduction to Skin Histology.
http://www.siumed.edu/~dking2/intro/skin.htm. 30 November 2007.
Luiz Carlos Junquiera. 2002. Text and Atlas Basic Histology. 7th ed.
McGraw-Hill. p. 369-381.
Mooryati, S., 1998. Alam Sumber Kesehatan. Jakarta : Balai Pustaka. H. 347-349.
Plaskett, Lawrence. 2006. The Healing Properties of Aloe Vera.
http://www.dietahoodia.com/the-healing-properties-of-aloe-vera. 2 Desember
2007.
Rien Kuntari, 2006. Mimisan dan Fenomena Sirih.
http://www.sarapanpagi.org/kesehatan-mimisan-dan-fenomena-sirih-vt657.html. 25 September 2007.
Rini Damayanti Moeljanto, Mulyono. 2006. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat
40
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC. h. 68-72,92-93.
Robbins, Stanley L. and Ramzi Cotran.2005. Pathologic Basis of Disease. 7th ed.
Elsevier Saunders. p. 107-116.
Swanson, Jason R. 1996. Dermatology.
http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/medicine/dermatology/melton/ski
nlsn/sknlsn.htm. 2 Januari 2008.
Syarif M. Wasitaatmadja. 2002. Anatomi Kulit. Dalam : Adhi Djuanda, Mochtar
Hamzah, Siti Aisah eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 3-6.
____. 2002b. Faal Kulit. Dalam : Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah eds.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. h. 7-8.
Unus Suriawiria. 2006. Obat Berguna Sepanjang Masa.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/012006/26/cakrawala/lainnya01.ht
m. 24 September 2007.