SKRIPSI
Oleh
ALDITA RONARISKI SIREGAR NIM. 151000339
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALDITA RONARISKI SIREGAR NIM.151000339
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Pencapaian Cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, September 2019
Aldita Ronariski Siregar
tahun).Puskesmas Sadabuan membawahi 8 kelurahan menunjukkan pencapaian cakupan kelurahan UCI pada tahun 2017-2019 mengalami peningkatan namun tetap tidak mencapai target nasional. Tahun 2018 hanya satu dari delapan kelurahan di wilayah Puskesmas Sadabuanyang sudah mencapai desa/kelurahan UCI, sedangkan tujuh kelurahan lainnya masih belum mencapai target UCI.Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pencapaian UCI yang diduga karena belum optimalnya pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pencapaian cakupanUniversal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan. Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan mendalam tentang pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Sadabuan , Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa hal pendukung pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan belum berjalan dengan optimal. Tenaga pelaksana sudah cukup namun belummaksimal menjalankan perannya dalam pelaksanaan imunisasi. Sarana prasarana yang masih belum memadai. Dana yang belum mencukupi, perencanaan dalam pelaksanaanya sudah dibuat tetapi pengaplikasian dilapangan belum berjalan dengan baik. Kader yang belum bertanggung jawab atas peran dan tugasnya. Kurangnya promosi dan sosialisasi yang dilakukan pihak puskesmas dengan lintas sektor. Kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan imunisasi masih kurang. Komunikasi antara penanggungjawab program dengan penanggungjawab posyandu kurang terjalin baik. Keterlibatan lintas sektor dalam pelaksanaan imunisasi tidak aktif. Promosi dan sosialisasi yang tidak merata dan tidak rutin, evaluasi dilakukan di lokakarya mini bulanan.Perlu kerjasama yang baik antara pimpinan puskesmas dengan seluruh staf puskesmas dan lintas sektor dalam pelaksanaan imunisasi agar target UCI dapat tercapai.
Kata kunci: UCI, dana, kader, pelaksanaan , evaluasi
showed that the achievement of UCI in 8 urban villages coverage in 2017-2019 was improved but still did not reach the national target. The year 2018 only one in eight urban villages in PuskesmasSadabuans area that has reached UCI village/urban villages while the other seven urban villages still have not reached the target UCI. This indicates that there is a gap in the alleged achievement in PuskesmasSadabuan. The purpose of this research is to analyse the achievement of Universal Child Immunization (UCI) coverage in PuskesmasSadabuan. The type of this research uses methods of qualitative approach with in-depth to be known clearly and in depth about achieving UCI coverage at PuskesmasSadabuan , north of Sub- District Padangsidimpuan, year in 2019. The results showed that some supporting immunization implementation in PuskesmasSadabuan have not been running optimally. Sufficient implementing personnel who have not maximized role in implementing immunization. Facility that still not adequate. Insufficient funds, planning in the implementation has been made but application of the field has not gone well. Cadres who have not been responsible for their roles and duties. Lack of promotion and socialization conducted by the Puskesmas with cross-sector. Public awareness to follow immunisation activities is still lacking. Communication between the responsibilities of the program with Posyandu is not well established. Cross- sector involvement in the implementation of immunization is inactive. The promotion and socialization are uneven and not routine, evaluation is conducted in the workshop mini-monthly. Need good cooperation between the leadership of Puskesmas with all the Puskesmas staff and cross-sector in implementing immunizations so that the target of UCI can be achieved.
Keywords: UCI, fund, cadre, implementation, evaluation
yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pencapaian Cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Fauzi, S.K.M selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Dr. Juanita, S.E,
yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepala UPTD Puskesmas Sadabuan dan staf yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
10. Teristimewa untuk orang tua (Armin Siregar dan Kobta Maria Pasaribu) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.
11. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Anggina, Armita dan Arifin) yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman terdekat (Tiffany, Savira, Aisyah) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.
13. Teman-teman seperjuangan skripsi (Angelina, Seri, Leni, Sofia, Winda dan Yolanda) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
Medan, September 2019
Aldita Ronariski Siregar
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
Daftar Istilah xi
Riwayat Hidup xii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 8
Puskesmas 8
Definisi puskesmas 8
Tujuan puskesmas 8
Fungsi puskesmas 8
Imunisasi 9
Definisi imunisasi 9
Tujuan imunisasi 10
Sasaran imunisasi 10
Jadwal pemberian imunisasi 13
Mekanisme penyelenggaraan imunisasi 13
Pelaksanaan imunisasi 16
Universal Child Immunization (UCI) 22
Definisi Universal Child Immunization (UCI) 22
Landasan Teori 22
Kerangka Berpikir 23
Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Metode Analisis Data 27
Hasil dan Pembahasan 28
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 28
Geografi 28
Demografi 28
Sarana pelayanan kesehatan 29
Tenaga kesehatan 29
Karakteristik Informan 30
Analisis Komponen Input 31
Analisis Komponen Proses 39
Analisis Komponen Output 51
Keterbatasan Penelitian 52
Kesimpulan dan Saran 53
Kesimpulan 53
Saran 54
Daftar Pustaka 56
Lampiran 59
1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap 13 2 Sarana dan Prasarana Pada Puskesmas Sadabuan Kecamatan
Padangsidimpuan Utara Tahun 2019 29
3 Jumlah Jenis Sumber Daya ManusiaTenaga Kesehatan pada Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara
Tahun 2019 30
4 Karakteristik Informan 31
1 Kerangka berpikir 23
1 Pedoman Wawancara 59
2 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan 69
3 Surat Izin Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 70
4 Surat Keterangan Selesai Penelitian 71
5 Matriks 72
6 Dokumentasi Penelitian 87
AKB Angka Kematian Bayi
ASEAN Association of Southeast Asian Nation BCG Bacillus Calmette-G
BOK Biaya Operasional Kesehatan DPT Difteri, Pertusis, Tetanus
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia IDL Imunisasi Dasar Lengkap KB Keluarga Berencana KIA Kesehatan Ibu Anak KMS Kartu Menuju Sehat
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
PD31 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PWS Pemantauan Wilayah Setempat RENSTRA Rencana Strategi
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia TBC Tuberculosis
UCI Universal Child Immunization UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan QDA Qualitative Data Analysis
Kota Padangsidimpuan pada tanggal 25 Februari 1998. Penulis beragama Islam, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Armin Siregar dan Ibu Kobta Maria Pasaribu.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan TK Kartika 1- 49 Kota Padangsidimpuan tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 200101 Kota Padangsidimpuan tahun (2003-2009), Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Kota Padangsidimpuan tahun (2009-2012), Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kota Padangsidimpuan tahun (2012-2015), dan selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara .
Medan, September 2019
Aldita Ronariski Siregar
Tinggi rendahnya suatu derajat kesehatan pada suatu negara dapat dilihat melalui salah satu indikator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data Bank Dunia (The World Bank) tahun 2017 Infant Mortality Rate di dunia tahun 2017 sebesar 29,4% dengan lima negara yang memiliki Infant Mortality Rate tertinggi di ASEAN yaitu Laos dengan 48,6 per 1000 kelahiran hidup, Myanmar 38,5 per 1000 kelahiran hidup, Kamboja 25,1 per 1000 kelahiran hidup Filipina 22,2 per 1000 kelahiran hidup dan Indonesia dengan 21,4 per 1000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-lima negara dengan Infant Mortality Rate tertinggi di ASEAN tahun 2017 dengan Infant Mortality Rate sebesar 21,4 per 1000 kelahiran hidup.
Dalam upaya penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang termuat di dalam RENSTRA 2015-2019 mengacu pada RPJMN 2015-2019 memiliki sasaran pokok salah satunya berfokus pada peningkatan derajat kesehatan.
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua rangkaian siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia produktif dan maternal. Dalam upaya meningkatan derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang harus dicapai, yaitu salah satunya menurunnya AKB dari 32 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2018).
Menurut data SDKI tahun 2017 menunjukkan perkembangan AKB di In-
donesia antara tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 yaitu dari angka 32 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup . Artinya capaian AKB tahun 2017 sudah memenuhi target RENSTRA KEMENKES 2015-2019 yaitu AKB berada di angka 24 per 1000 kelahiran hidup. AKB dapat tercapai sesuai target RENSTRA KEMENKES 2015-2019 dapat dilihat dari keberhasilan pelaksanaan imunisasi (Kemenkes, 2018).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I antara lain TBC, difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella dan polio. Apabila imunisasi telah diberikan kepada anak maka akan terlindugi dari berbagai penyakit bahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehataan yang terbukti cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian
kesakitan, kecatatan, kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.Salah satu target program imunisasi adalah tercapainya UCI (Kemenkes, 2018).
UCI merupakan suatu keadaan dimana cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi telah mencapai 95% pada desa/ kelurahan. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 bahwa suatu desa/ kelurahan dinyatakan mencapai UCI bila
≥ 95% dari bayi yang ada di desa/ kelurahan tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan persentase untuk capaian UCI di kabupaten/kota
mencapai 95%. Kementerian Kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 telah menetapkan target cakupan desa/ kelurahan UCI sebesar 95% dan target cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menjadi 93 % untuk tahun 2019 (Kemenkes, 2018). Walaupun angka cakupan UCI sendiri memiliki target,tapi jika target ini tidak terpenuhi pun daerah tersebut juga tidak mendapatkan sanksi apa-apa. Tapi pada puskesmas mungkin akan mendapatkan nilai akreditasi yang rendah.
Secara umum cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2017 belum mencapai 100%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, menyatakan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap bayi tahun 2017 berada di persentase 91,1% dan cakupan desa UCI di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 80,3% (Kemenkes, 2018). Artinya keduanya belum mencapai target RENSTRA KEMENKES 2015-2019 dimana cakupan imunisasi dasar lengkap memiliki target sebesar 93% dan cakupan desa/kelurahan UCI memiliki target sebesar 95%. (Kemenkes, 2015).
Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2016 menunjukkan bahwa pencapaian cakupan UCI di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2015 sampai 2017 menunjukkan angka yang berfluktuasi dimana pada tahun 2015 pencapaian UCI di Sumatera Utara sebesar 75%, di tahun 2016 sebesar 75,5%,dan di tahun 2017 kembali turun sebesar 0,30% menjadi 75,20%. Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk provinsi yang mencapai target UCI karena hanya bisa mencapai angka 75,20 % di tahun 2017. Menurut data Dinas Keseahatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016, Persentase Cakupan UCI per- Kabupaten/Kota memiliki 5 daerah dengan cakupan UCI terendah yaitu Nias Selatan sebesar 8,68%, Binjai sebesar
18,92%, Padang Lawas sebesar 27,06%, Padangsidimpuan sebesar 53,16 % dan Tapanuli Tengah sebesar 57,21%.Kota Padangsidimpuan menempati posisi ke- empat terendah daerah cakupan UCI di tahun 2017 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2017).
Beradasarkan Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2017, cakupan UCI Kota Padangsidimpuan dari tahun 2016 -2018 adalah sebesar 19%
di tahun 2016, sebesar 53,16 di tahun 2017 dan sebesar 77,2% di tahun 2018.
Capaian UCI di Kota Padangsidimpuan selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan,namun capaian ini belum berhasil mencapai target UCI 95% (Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2018).
Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 Kecamatan, 42 Desa, 37 Kelurahan dan 10 Puskesmas. Beradasarkan Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2018 bahwa hanya ada satu kecamatan dengan pencapaian UCI nya yang sudah mencapai 100% yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Padangmatinggi dengan persentase 100% dan Puskesmas Sidangkal dengan persentase 100%. Sedangkan Kecamatan dengan pencapaian UCI terendah adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara yang memiliki 2 puskesmas yang salah satunya adalah Puskesmas Sadabuan dengan persentase 50% dan Kecamatan Angkola Julu yang memiliki 2 puskesmas yaitu salah satunya Puskesmas Pintu Langit dengan persantese 50%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2017, Kecamatan Padangsidimpuan Utara terdiri dari 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Sadabuan dan Puskesmas Wek I (Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara singkat pada tanggal 4 Januari 2019 kepada penanggung jawab program imunisasi Puskesmas Sadabuan, didapatkan informasi bahwa wilayah kerja Puskesmas Sadabuan terdapat 8 Kelurahan dengan jumlah Posyandu sebanyak 16 Posyandu. Setiap Posyandu memiliki 5 Kader . Pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan dilaksanakan secara rutin setiap bulan dengan pelaksana imunisasi sebanyak 4 orang petugas.
Peneliti mengangkat masalah imunisasi di Puskesmas ini karena pada tahun 2018 Puskesmas Sadabuan menjadi puskesmas dengan cakupan UCI terendah dengan angka sebesar 50% yang masih jauh dari target UCI nasional sebesar 95%. Memang besarnya cakupan Puskesmas Sadabuan sama rendahnya dengan Puseksmas Poken Jior namun dibandingkan dengan Puseksmas Poken Jior, Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan jauh lebih baik dari segi pendidikan dan pekerjaan juga kondisi geografis wilayahnya.
Berdasarkan Profil Puskesmas Sadabuan 2017, dari delapan kelurahan hanya ada satu kelurahan yang telah mencapai target UCI 95% yaitu Kelurahan Sadabuan sebesar 105,6%. Hanya terdapat satu kelurahan yang mencapai target UCI sesuai RENSTRA 2015-2019, sedangkan Desa/ Kelurahan yang belum mencapai UCI adalah yaitu Kelurahan Sadabuan (105,6%), Tobat (90,2%), Batang Ayumi Julu (86,4%) dan Kayu Ombun (80%), Kelurahan Bonan Dolok (43,9%), Losung Batu (52,4%), Panyanggar (51,1%) dan Tano Bato (65,4 %) Kelurahan Sadabuan memang memiliki persantase cakupan UCI melebihi 100%, ini diduga bahwa kemungkinan masyarakat dari luar kecamatan dan masyarakat pendatang melakukan imunisasi di Puskesmas Sadabuan.. Berdasarkan latar
belakang yang disajikan diatas bahwa UCI (Universal Child Immunization) desa/
kelurahan tahun 2018 di Puskesmas Sadabuan adalah sebesar 50% dimana angka ini masih jauh di bawah target RENSTRA KEMENKES 2019 yaitu sebesar 95%.
Berdasarkan permasalahan diatas juga dapat diasumsikan kemungkinan penyebab rendahnya cakupan UCI di Puskesmas Sadabuan disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama, kurangnya pemanfaatan SDM seperti jumlah petugas dan kader serta masa pelatihannya. Kedua, kurang layaknya sarana prasarana pendukung pelaksanaan program imunisasi . Ketiga, Dana. Kemungkinan dana yang dibutuhkan petugas untuk turun ke lapangan tidak memenuhi kebutuhan petugas selama dilapangan.
Maka perlu dilakukan analisis pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Sadabuan tahun 2019. Maka peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan agar dapat mengetahui analisis pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsimpuan Utara Kota Padangsdimpuan Tahun 2019 .
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang beserta data pendukung yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pencapaian cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsdimpuan tahun 2019.
Tujuan Penelelitian
Tujuan umum. yaitu Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pencapaian cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsdimpuan tahun 2019.
Tujuan khusus. yaitu untuk mengetahui peranan dari masyarakat khususya ibu, kader, petugas kesehatan dan lintas sektoral dalam pencapaian cakupan UCI.
Manfaat
Manfaat penelitian:
1. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat lebih menyadari pentingya imunisasi bagi bayinya, sehingga dengan kesadaran penuh mereka membawa bayi mereka untuk mengikuti pelaksanaan imunisasi.
2. Bagi Pukesmas, khususnya puskesmas Sadabuan
Agar dapat dijadikan acuan membuat program yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sehingga target yang diharapkan tercapai dan tidak ditemukan lagi desa/kelurahan yang cakupan imunisasinya rendah.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan penulis dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pengertian puskesmas. Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar yang utamanya memberi pelayanan promotif dan preventif pada wilayah kerja di satu atau bagian wilayah kecamatan (Permenkes No 44, 2016).
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes No 75, 2014)
Tujuan puskesmas. Tujuan puskesmas yaitu pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes No 75, 2014).
Fungsi puskesmas . Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yakni kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
UKM di Puskesmas mencakup dua macam, yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. Puskesmas wajib melaksanakan UKM esensial yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
b. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular).
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama, yakni kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes No 75, 2014).
Imunisasi
Definisi imunisasi . Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan ( Permenkes No 12, 2017).Vaksinisasi adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen yang berasal dari suatu patogen dengan antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi antibodi dan sel memori (IDAI, 2017).
Imunisasi dan vaksinisasi seringkali diartikan sama. Imunisasi bersifat pasif yaitu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Sedangkan vaksinisasi bersifat aktif yaitu dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh (IDAI, 2017).
Tujuan imunisasi. Tujuan imunisasi terdiri dari tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum. Mengurangi angka kesakitan,kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi yaitu TBC, difte
-ri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella dan polio.
Tujuan khusus. Tujuan khusus terdiri dari :
1. Tercapainya target RPJMN agar cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada anak usia 0-11 bulan mencapai 93%.
2. Tercapainya Universal Child Immunization/ UCI dengan minimal 80%
bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
3. Tercapainya target imunisasi lanjutan pada anak umur dibawah dua tahun (baduta) dan anak usia sekolah
4. Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi PD3I.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengolahan limbah medis (safety injection practise and waste disposal management) (Permenkes No 12, 2017).
Sasaran imunisasi. Program imunisasi ditargetkan pada sasaran bayi, balita dan anak sekolah (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017).
Program imunisasi. Program imunisasi meliputi :
Imunisasi rutin. Imunisasi rutin yaitu kegiatan imunisasi yang secara rutin
dilaksanakan terus menerus dalam periode waktu tertentu yang terdiri dari : 1. Imunisasi dasar lengkap
Yaitu imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi sebelum berusia satu tahun untuk mendapat kekebalan tubuh Imunisasi yang diberikan meliputi lima jenis imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan
Campak (Lisnawati, 2016).
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penularan TBC (Tuberkolosis). Pemberian imunisasi ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Namun imunisasi BCG tidak dapat mencegah 100%
seseorang tidak terjangkit TBC, hanya saja dengan diberikannya imunisasi BCG dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Pemberian BCG dilakukan satu kali pada bayi usia 0-2 bulan. Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak penderita penyakit kulit berat dan anak yang sedang menderita TBC. Efek samping pemberian imunisasi umumnya tidak menimbulkan demam namun beberapa kejadian terjadi pembesaran kelenjar di sekitar ketiak atau leher yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang memberikan kekebalan tubuh agar terhindar dari penyakit Hepatitis B. Hepatitis B merupakan penyakit yang menyerang organ hati yang menular melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi termasuk darah, ludah, dan air mani atau dari ibu ke anak saat melahirkan.
Pemberian imunisasi ini diberikan tiga kali pada bayi berusia 0-11 bulan ,pada 12 jam setelah lahir, usia satu bulan dan usia tiga sampai enam bulan. Imunisasi juga diberikan kepada anak usia 12 tahun yang semasa kecilnya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada penderita penyakit infeksi berat yang disertai kejang. Efek samping pemberian imunisasi ini
hanya reaksi ringan seperti rasa sakit dan bengkak disekitar tempat suntikan yang akan hilang setelah 2 hari.
c. Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi ini dilakukan agar mencegah tiga penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian imunisasi ini dilakukan 3 kali dimulai pada usia bayi 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval waktu 4 minggu.
Daya perlindungan vaksin difteri dan tetanus sudah cukup baik, namun untuk daya perlindungan vaksin pertusis masih belum baik sehingga anak-anak masih berkemungkinan terkena batuk seratus hari atau pertusis namun lebih ringan. Efek samping dari pemberian imunisasi ini ada yang ringan dan berat. Terjadi pembengakan disekitar penyuntikan dan demam untuk efek samping ringan, efek samping berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran,kejang- kejang,dan syok.
d. Imunisasi Polio
Imunisasi Polio ini diberikan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin DPT. Polio dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf sampai menimbulkan kematian. Pemberian imunisasi ini diberikan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu 4 minggu. Pemberian pertama saat bayi baru lahir, pemberian kedua pada umur satu tahun, pemberian ketiga ketika masuk SD umur 5-6 tahun, pemberian keempat pada usia 12 tahun.
e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan untuk memberikan tubuh kekebalan terhadap penyakit campak. Pemberian vaksin campak diberikan satu kali pada anak umur 9
-11 bulan. Jika terjadi kejadian luar biasa, dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin ini tidak bisa diberikan pada seseorang yang memiliki gangguan respon imun. Efek samping pemberian vaksin ini adalah demam, diare, konjungtivitas dan ruam setelah 7-12 hari pemberian vaksin.
Pemberian imunisasi harus sesuai dengan jenis, jadwal dan waktu yang ditetapkan sesuai pedoman peneyelenggaraan Imunisasi. Imunisasi tidak hanya bias didapatkan di puskemas dan posyandu, juga bisa di dapatkan di praktik dokter ataupun bidan.
Jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap. Jadwal imunisasi pada bayi meliputi:
Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Umur Jenis Interval Minimal Untuk
Jenis Imunisasi yang Sama
0-7 hari 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 9-12 Bulan
Hepatitis B BCG, Polio 1
DPT - HB - Hib 1, Polio 2 DPT - HB - Hib 2, Polio 3 DPT - HB - Hib 3, Polio 4, IPV Campak
0 -7 Hari 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.12 Tahun 2017
Mekanisme Penyelenggaraan Imunisasi. Mekanisme penyelenggaraan imunisasi teridiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pencatatan dan pelaporan.
Perencanaan. Supriyanto dan Damayanti (2007) menyatakan bahwa
perencanaan adalah langkah awal untuk mempersiapkan peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dan menentukan cara untuk mencapai suatu tuju an dimasa depan.Wijono (2007) perencanaan adalah alat untuk mencapai tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah alat yang menjadi langkah awal untuk mempersiapkan peristiwa yang akan terjadi dimasa depan guna mencapai suatu tujuan. Perencanaan merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan imunisasi. Perencanaan meliputi :
1. Menentukan jumlah sasaran
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menjadi dasar dari kegiatan yang akan dilakukan berikutnya. Dengan menentukan jumlah sasaran maka pelaksansaan imunisasi akan menjadi lebih efektif dengan mengetahui sasaran utama dalam pemberian imunisasi agar kedepannya tidak membuang waktu dan biaya serta kegiatan dapat berjalan dengan baik.
2. Menentukan target cakupan
Penentuan target menjadi salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi. Apabila target cakupan terpenuhi maka kegiatan dapat dinyatakan berhasil.
3. Perancanaan kebutuhan vaksin.
Kebutuhan vaksin dilihat dari hasil perhitungan kebutuhan jumlah dosis vaksin yang berasal dari unit pelayanan imunisasi di puskesmas.
4. Perancanaan kebutuhan Cold Chain (Rantai Dingin)
Kebutuhan cold chain sangat penting dalam penyelenggaraan imunisasi.
Penyediaan sarana vaksin yang maksimal sangat mempengaruhi bagaimana kualitas vaksin. Penyediaan sarana cold chain berfungsi untuk melindungi vaksin dari sinar matahari agar vaksin tetap terjaga kualitasnya kualitasnya.
5. Persiapan petugas
Kegiatan persiapan petugas imunisasi sebelum hari pelaksanaan imunisasi terdiri dari:
a. Inventarisasi sasaran
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di puskesmas yang dilakukan oleh kader, dukun terlatih, dan bidan desa.
b. Persiapan vaksin dan peralatan rantai vaksin.
Sebelum dimulainya pelaksanaan imunisasi petugas harus mempersiapkan vaksin yang akan digunakan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan sasaran yang akan diimunisasi.
c. Persiapan ADS dan safety box
Jumlah safety box yang akan dibawa ke lapangan disesuaikan dengan jumlah sasaran imunisasi serta kapasitas safety box yang tersedia di puskesmas itu sendiri.
6. Persiapan masyarakat
Agar pelasanaan imunisasi dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan persiapan dan penggerakan masyarakat agar dapat bekerjasama dalam
pelaksaan imunisasi. Kegiatan ini melibatkan lintas sektoral, organisasi profesi , LSM dan kader.
7. Pemberian pelayanan imunisasi
Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan, pemberian vaksin meliputi vaksin Hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak yang sesuai dosis yang ditentukan. Pemberian vaksin dilakukan oleh petugas kesehatan. Pada kegiatan ini juga kader dan petugas kesehatan saling bekerjasama untuk mendukung pelaksanaan imunisasi (Kepmenkes No 1611, 2005).
8. Koordinasi
Menurut Yahya (2006) bahwa koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan dalam satuan yang terpisah pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik agar dapat melaksanakan ketentuan program secara efektif dan efisien.(Kepmenkes No 1059, 2004)
Pelaksanaan imunisasi. Pelaksanaan imunisasi terdiri dari :
1. Sebelum hari pelaksanaan imunisasi yaitu persiapan kader dan petugas imunisasi yang meliputi :
a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu.
c. Menghubungi Pokja Posyandu, untuk menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan (Ismawati dkk, 2010).
e. Petugas puskesmas terjun langsung untuk menghalo-halokan dan mengadakan kegiatan untuk menggiatkan pelaksanaan imunisasi di wilayah kerja.
2. Pelaksanan pada hari H imunisasi meliputi petugas melakukan pemberian imunisasi sedangkan, kader melakukan persiapan yang mendukung pelaksanaan imunisasi dan melakukan 5 langkah dalam pelaksanaan imunisasi yaitu langkah 1 pendaftaran, langkah 2 penimbangan, langkah 3 pengisian KMS, langkah 4 penyuluhan, dan langkah 5 pemberian imunisasi yang dilakukan petugas kesehatan bersama kader. (Kemenkes RI, 2011)
3. Setelah Pelaksanaan imunisasi yaitu melakukan pencatatan dan pelaporan untuk dilaporkan kepada dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota yang meliputi:
a. Cakupan Imunisasi
b. Stok dan pemakaian Vaksin, ADS, Safety Box c. Monitoring suhu
d. Kasus KIPI atau diduga KIPI. (Permenkes No 12, 2017) SDM Yang Terlibat Pada Pelakasanaan Imunisasi :
1. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan di puskesmas berperan harus bekerja sesuai dengan stan -dar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan (Permenkes No 75, 2014). Tenaga kesehatan dalam pelaksanaan imunisasi terdiri dari:
A. Petugas imunisasi
Hasil kinerja petugas dapat dipengaruhi oleh beberapa hal tingkat pendidikan, pelatihan, lama kerja dan pengetahuan.
a) Tingkat pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima dan mengartikan informasi untuk melakukan suatu tindakan. Tingkat pendidikan dilihat dari jenjang pendidikan terakhir seseorang.
a. Pelatihan
Tanpa adanya pelatihan seseorang akan melakukan suatu kegiatan yang tidak tepat dengan dengan kebutuhan, oleh karena itu mereka harus dilatih
agar lebih menguasai pekerjaan agar dapat terlaksana secara efektif.
b. Lama bekerja
Lamanya seseorang dalam menekuni dan melaksanakan pekerjaannya akan memiliki kelebihan daripada seseorang yang baru dalam hal memulai dan mengemban pekerjaannya.
c. Supervisi
Merupakan monitoring langsung untuk kegiatan lanjutan dalam pelatihan.
Petugas yang sudah dilatih dapat dilihat pengetahuan dan keterampilannya melalui supervisi. Hal-hal yan disupervisi antara lain adalah:
1) Cakupan target imunisasi menurut waktu dan wilayah.
2) Data PD3I menurut tempat dan waktu 3) Peralatan imunisasi,vaksin dan cold chain 4) Pencatatan dan pelaporan
5) Hasil kerja sama lintas program/sektoral 6) Masalah yang ditemukan
Standar tenaga pelaksana di tingkat puskesmas:
1. Petugas imunisasi
Kualifikasi: Jenjang pendidikan terakhir minimal SMA atau SMK dan telah mengikuti pelatihan cold chain.
Tugas: Memberikan penyuluhan dan pelayanan imunisasi.
2. Pelaksana cold chain
Kualifikasi: Jenjang pendidikan terkahir minimal SMA atau SMK dan tel
-ah mendapatkan pelatihan cold chain.
Tugas: Mengelola vaksin,merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat keluar masuknya vaksin, mengambil vaksin di kabupaten/kota.
3. Pengelola program imunisasi
Kualifikasi: Merupakan petugas imunisasi, pelasana cold chain, telah mendapatkan pelatihan untuk mengelola program imunisasi.
Tugas: Membuat perencanaan vaksin dan logistik, mengatur jadwal imunisasi, membuat laporan untuk dikirim ke kabupaten/kota,membuat dan menganalisis PWS bulanan dan merencanakan tidak lanjut (Permenkes No 12, 2017).
2. Masyarakat
Berperan aktif dalam menyelenggarakan program kerja puskesmas.
Contohnya yaitu pelatihan kader-kader posyandu. Masyarakat berpartisipasi dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan (Permenkes No75, 2014).
3. Kader
Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu dan membantu melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu dengan menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran. Serta melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian
makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader (Kemenkes, 2012).
4. Kerjasama Lintas Sektoral
Merupakan kerjasama antara dua bidang yang berbeda dengan dibantu peran sektor pemerintahan setempat.Pada tingkat administrasi, pengelola program imunisasi harus mengisi kegiatan untuk membina kerjasama lintas sektoral (Kepmenkes No 1059, 2004). Kerjasama lintas sektoral contohnya koordinasi antara lurah dan puskesmas mengenai jadwal imnunisasi.
Evaluasi. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota wajib melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan program imunisasi secara berkala, berkesinambungan, dan berjenjang.Kegiatan ini dilakukan guna menemukan, meneliti dan mencari pemecahan masalah yang timbul, sehingga pelaksanaan program kedepannya dapat berjalan lebih baik (Permenkes No 12, 2017).
Pencatatan dan pelaporan. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Imunisasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin dan berkala serta berjenjang kepada Menteri melalui dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota. Pencatatan dan pelaporan meliputi cakupan Imunisasi, stok dan pemakaian Vaksin, ADS, Safety Box, monitoring suhu, kondisi peralatan Cold Chain, dan kasus KIPI atau diduga KIPI.
(Permenkes No 12, 2017)
Universal Child Immunization (UCI)
Universal Child Immunization. Universal Child Immunization adalah
UCI merupakan suatu keadaan dimana cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi telah mencapai 95% pada desa/ kelurahan (Kemenkes, 2018). UCI merupakan program pemerintah yang dimulai pada akhir tahun 1982 dalam bidang kesehatan khususnya imunisasi untuk mencapai komitmen nasional yaitu universal child immunization (UCI) . Pada tahun 1990, Indonesia dapat mencapai UCI nasional ( DPT3, polio 3, dan campak) mencapai minimal 80% pada anak berumur dibawah 1 tahun. Namun pada tahun berikutnya perkembangan UCI terus menurun sehingga pada tahun 2010-2014 (IDAI, 2017).
Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan sistem dimana sistem adalah sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur. Sistem terdiri dari subsistem (elemen) yang saling mempengaruhi dan berfungsi sebagai kesatuan organisasi untuk mempengaruhi dan berfungsi sebagai kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila suatu bagian tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian lainnya (Azwar, 2008).
Unsur sistem terdiri dari elemen atau bagian yang diantaranya menurut Notoadmojo (2007) adalah:
1. Masukan ( Input) 2. Proses
3. Keluaran (Output)
Kerangka Berpikir
Gambar 1.Kerangka berpikir analisis pencapaian cakupan UCI INPUT
1. SDM 2. Dana 3. Sarana
Prasarana
PROSES 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi
OUTPUT Pencapaian cakupan UCI di
Puskesmas Sadabuan
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui hal-hal secra lebih mendalam dari kehidupan seseorang atau sebuah fenomena (Wibowo, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan imunisasi secara jelas dan mendalam tentang pencapaian cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sadabuan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Alasan dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah karena Puseksmas Sadabuan merupakan salah satu puskesmas dengan pencapaian UCI paling rendah ditahun 2017 dan 2018.
Waktu penelitian. Waktu penelitian akan dilaksanakan dimulai dengan survey pendahuluan yang dimulai pada bulan Januari 2019 sampai dengan Agustus.
Subjek Penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling.
informan ini adalah orang- orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini meliputi dua informan yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program imunisasi di Puskesmas Sadabuan, Tenaga pelaksana imunisasi dilapangan.Sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari Kader Posyandu ,lintas sektoral yaitu Lurah , Ibu yang memiliki balita dibawah 1 tahun dan membawa anaknya imunisasi di posyandu dan Ibu yang memiliki balita yang diimunisasi bukan di posyandu.
Definisi Konsep
Berdasarkan gambar diatas dapat dirumuskan definisi kerangka konsep sebagai berikut :
1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menganalisis faktor penyebab rendahnya Universal Child Immunization (UCI) meliputi : SDM .
a. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pelaksanaan imunisasi merupakan orang- orang yang tetlibat dalam pelaksaan imunisasi yang mendukung tinggi rendahnya cakupan UCI. SDM dalam program meliputi teanga kesehatan,masyarakat,kader dan lintas sektoral.
b. Dana
Dana yang dianggarakan untuk pelaksanaan program imunisasi.
c. Sarana Prasarana
Sarana merupakan alat yang digunakan untuk mencapai pelaksaan imunisasi sedangkan prasarana adlah segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi.Sarana prsarana
terdiri dari: vaksin, KMS, ADS, safety box, gedung maupun ruangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
2. Proses (Process) adalah langkah- langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang meliputi :
a. Perencanaan merupakan alat yang menjadi langkah awal untuk mencapai suatu tujuan.
b. Pelaksanaan ialah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan recana menjadi kenyataan meliputi persiapan petugas, persiapan masyarakat, pemberian pelayanan imunisasi dan kerjasama lintas sektoral.
c. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan, meneliti dan mencari pemecahan masalah dari masalah yang timbul sehingga pelaksanaan program kedepannya lebih baik.
3. Keluaran (Output) adalah hasil akhir kegiatan yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan dua sumber data yang terdiri dari:
a. Data primer yaitu dengan wawancara mendalam kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.
b. Data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas, data cakupan IDL per kelurahan,di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan, Profil Kesehatan Dinas kesehatan, dan sumber- sumber lain yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian.
Metode Pengukuran
Kriteria untuk memperoleh keabsahan data pada penelitian kualitatif yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependability dan konfirmabilitas. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik yang memanfaatkan teknik lain (Moleong, 2010).
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yang berbeda dengan menggunakan teknik yang sama yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memeberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2011).
Metode Analisis Data
Menurut Seiddel dalam Moleong (2010) bahwa analisis data kualitatif dimulai dengan melakukan pencatatan dari hasil catatan dilapangan,lalu diberi kode , kemudian mengumpulkan, memilah- memilah dan mengklasifikasikan.
Kemudian diuraikan dalam bentuk narasi dan menyimpulkan analisa secara menyeluruh pada penelitian untuk mempermudah pengkodingan terhadap data.
Geografi. Puskesmas Sadabuan berada di Kelurahan Sadabuan wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan dengan luas wilayahnya 76,59 Ha. Puskesmas Sadabuan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru 2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Sampai saat ini jumlah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Utara sebanyak 16 kelurahan yang 8 kelurahan diantaranya merupakan wilayah kerja Puskesmas Sadabuan yang terdiri dari :
1. Kelurahan Sadabuan
2. Kelurahan Batang Ayumi Julu 3. Kelurahan Tano Bato
4. Kelurahan Tobat
5. Kelurahan Bonan Dolok 6. Kelurahan Panyanggar 7. Kelurahan Kayu Ombun 8. Kelurahan Losung Batu
Demografi. Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan Kecamatan memiliki penduduk yang heterogen dan majemuk terdiri dari berbagai suku dan
agama dengan jumlah penduduk 65.293 jiwa dan 14.775 rumah tangga.
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31.185 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 34.108 jiwa.
Sarana pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan program kesehatan di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara diperlukan dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat. Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan terdiri dari : 1 puskesmas induk, 10 puskesmas pembantu, 16 posyandu, 5 praktik bidan dan 2 praktik dokter dan tidak memiliki poskesdes/polindes .
Tabel 2
Sarana dan Prasarana Pada Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Tahun 2019
Sarana dan Prasarana Jumlah
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 10
Posyandu Praktik Bidan Praktik Dokter
16 5 2
Tenaga kesehatan. Dalam melaksanakan program kesehatan di Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara diperlukan dukungan tenaga kesehatan yang sesuai dengan standar yang ditentukan agar mencukupi dan menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat. Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Sadabuan Tahun 2019 sebanyak 69 orang. Hal tersebut dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Jumlah Jenis Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan Pada Puskesmas Sadabuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara Tahun 2019
Jenis Tenaga Jumlah
Dokter Umum 3
Dokter Gigi 2
Bidan 36 Perawat 12 Sanitarian
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Apoteker
Asisten Apoteker Nutrisionis
Pranata Laboraturium
1 4 3 1 2 2
Karakteristik Informan
Pengumpulan data dilakukan dengan pedoman wawancara terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang, yaitu petugas puskesmas dan masyarakat yang terkait dengan kegiatan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Kahean.
Adapun informan tersebut adalah : 1 orang Kepala Puskesmas Sadabuan , 1 orang penanggung jawab program imunisasi , 1 orang bidan pelaksana, 3 orang kader,2 orang lurah, 1 orang ibu yang membawa anaknya ke posyandu dan 1 orang ibu yang tidak membawa anaknya ke posyandu
Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 20 Juli – 7 Agustus 2019. Karakteristik masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4
Karakteristik Informan Informan Jenis
Kelamin
Umur (Tahun)
Pendidikan Jabatan
Filda Susantanti Holilah
Perempuan 36 S2 Kepala
Puskesmas
Eppiana Perempuan 49 S1 Penanggung
Jawab Program
Karmila Perempuan 32 D3 Bidan
Pelaksana
Jamal Armaya Laki-laki 40 S1 Lurah
R.Surya Siregar
Laki-laki 35 S1 Lurah
(Kelurahan UCI)
Masjuwita Perempuan 38 SMA Kader
Devi Juliana Perempuan 28 S1 Kader
Rosna Julianti Perempuan 46 D3 Kader
(Kelurahan UCI) Lili Suryani
Devita Sari
Perempuan Perempuan
29 27
SMA S1
Ibu bayi dari kelurahan UCI
Ibu bayi dari kelurahan bukan UCI
Analisis Komponen Input
Masukan (Input).Input merupakan komponen yang memberikan masukan untuk berfungsinya satu sistem seperti sistem pelayanan kesehatan.Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM) , sarana dan prasarana, dana dan Perencanaan.
Sumber daya manusia (SDM). Menurut Azwar (2008), sumber daya manusia adalah seluruh orang-orang yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Dengan begitu adapun dikatakan sebagai sumber daya manusia dalam pelaksanaan imunisasi terdiri dari tenaga kesehatan (bidan, perawat, tenaga kesehatan masyarakat), dan tenaga non kesehatan (kader , lintas sektoral).
Untuk terselenggaranya pelayanan imunisasi harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai dengan standar, yaitu memenuhi persyaratan kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan kompetensi. Jumlah dan jenis ketenegaan di puskesmas terdiri dari pengelola program imunisasi, pengelola logistik imunisas, dan pelaksana imunisasi (Permenkes No 12, 2017).
Salah satu faktor keberhasilan suatu program yaitu tersedianya sumber daya manusia yang cukup baik dari segi kuantitas dan kualitas. Tenaga pelaksana meliputi kader dalam pelaksanaan imunisasi di luar gedung idealnya adalah berjumlah 5 orang, jumlah ini disesuaikan dengan sistem 5 meja ataupun 5 langkah (Depkes, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pernyataan informan diperoleh informasi mengenai sumber daya manusia terkait pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan, berikut kutipan wawancaranya :
“Tenaga kesehatan di puskesmas ini sudah cukup dek, sekitar 69 orang dan untuk tenaga kesehatan terkait imunisasi ada 4 orang, kalo kader jumlahnya semua ada 85 orang dimana tiap posyandu terdapat 5 kader dek.”(informan 1)
“Jumlah tenaga kesehatan untuk program ini dek sekitar 4 orang intinya dan kakak sebagai penanggung jawabnya. Sudah cukuplah jumlahya untuk program imunisasi. Kalo yang melakukan pelaksanaan imunisasi di puskesmas kakak sendiri dek tapi kalo dilapangan ada bidannya itu dek, bidan kelurahan tapi di bawah puskesmas dek selain itu pelaksana di lapangan ada juga langsung tenaga dari puskesmas yang ke lapangan dek di beberapa kelurahan. Ya, kakak juga kadang bukan hanya megang
pokja ini aja dek,kadang juga kakak terlibat juga dengan pokja lain,”(informan 2)
Hasil wawancara menunjukkan bahwa SDM pelaksanaan imunisasi sudah mencukupi yang terdiri dari 1 orang sebagai penanggung jawab dan juga sebagai pelaksana imunisasi puskesmas, sedangkan di posyandu pelaksaanya di lakukan oleh bidan pelaksana dan dibantu 5 kader disetiap posyandunya yang sesuai dengan sistem 5 meja. Berdasarkan kutipan diatas bahwa program imunisasi di Puskesmas Sadabuan, ditangungjawabi oleh 1 orang dan di bantu dengan anggota lainnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan di puskesmas , pengkordinasian sampai dengan pencatatan dan pelaporan di puskesmas. Penanggung jawab program juga mempunyai beban kerja yang lain, sehingga beban kerja yang banyak terhadap 1 penanggung jawab program dan juga sebagai pelaksana imunisasi di puskesmas akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi, sehingga apapun yang dilakukan dalam percepatan tidak akan tercapai. Sedangkan yang berprofesi sebagai bidan hanya sebagai penanggung jawab posyandu saja.
Tersedianya tenaga kesehatan yang cukup merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu program. Kekurangan atau kelebihan tenaga kerja berkaitan satu sama lain dan merupakan produk dari proses pembangunan. Kekurangan sumber daya manusia dengan keahlian yang sangat diperlukan adalah salah satu sebab dari kelebihan tenaga kerja tanpa pekerjaan. (Rachbini, 2001).
Pelatihan terhadap tenaga pelaksana. Menurut Notoatmodjo (2009) Pelatihan merupakan upaya yang berkaitan sengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas
tertentu. Hasil wawancara mendalam dengan kepala puskesmas, penanggung jawab program imunisasi, pelaksana imunisasi Puskesmas Sadabuan dan kader tentang pelatihan :
” Kalo tentang pelatihan, petugas imunisasi sama kader ada dapat pelatihan dek, petugas dilatih DINKES langsung sama orang dinas dek, kalo kader dilatih di puskesmas sama petugas langsung.”(informan 1)
“Pelatihan? Ada,ada. Kalo orang kakak dilatih langsung sama orang dinas di DINKES dek, kalo kader dilatih di puskesmas ini sama petugas. Biasanya untuk pelatihan kader ada dek tiap tahun.”(informan 2)
“Iya, kakak ada dapat pelatihan di puskesmas dilatih sama orang puskesmas kemarin, baru sekali aja dek pelatihannya kalo tahun ini. Ga semua si dek itu dapat, biasanya dipilih atau perwakilan aja itu dek.” (informan 5)
“kakak kemarin dilatih juga dengan kader yang lain di puskesmas sama petugas disana.” (informan 6)
Sedangkan informan 3 dan 4, memberikan jawaban yang berbeda:
“Kalo kakak ga di latih lagi dek, soalnya kan memang udah bidang kakak, maksudnya latar belakang sekolah kakak sudah kebidanan.”(informan 3)
“kalo kakak ga mendapat pelatihan dek, alasannya? Kalo dulu kader lama kaya kakak pun pengetahuannya dapat dari kader- kader sebelumnya dek karna udah sering lama-lama udah terbiasa udah tau apa aja yang perlu dilakukan gitu dek pas hari H.” (informan 4)
Berdasarkan kutipan informan diatas bahwa yang mendapatkan pelatihan dalam pelaksanaan imunisasi adalah penanggung jawab program imunisasi dan kader posyandu. Penanggung jawab posyandu tidak ada pelatihan yang diberikan dikarenakan tenaga pelaksananya berlatar belakang pendidikan kebidanan dan keperawatan yang sudah mengerti. Namun, berdasarkan hasil wawancara kepada
informan 5 menyatakan bahwa tidak semua kader yang dilatih hanya perwakilan atau yang dipilih saja dan dari penjelasannya pelatihan jarang dilakukan dapat didukung oleh pernyataan informan yang hanya mendapatkan pelatihan sekali dalam setahun.
Menurut Sagala (2005) dalam penelitiannya disimpulkan hasil bahwa ada kecenderungan semakin banyak frekuensi memperoleh pembinaan, maka kader semakin teliti dalam melaksanakan kegiatan. Kader sebagai tenaga pelaksana.
seharusnya mendapatkan pelatihan yang sering dan merata agar kader dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan maksimal. Oleh karena itu Dinas kesehatan kota dan puskesmas harus lebih sering mengadakan pelatihan untuk kader dan kader secara bergantian dilatih agar seluruh kader mendapatkan pelatihan untuk mencapai tujuan khusus pelatihan kader posyandu
Sarana dan prasarana. Menurut hasil penelitian Mursyid (2003), menyatakan bahwa pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung sehingga program dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Hasil wawancara mendalam tentang sarana dan prasarana dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sadabuan diperoleh informasi bahwa:
“Untuk sarana dan prasarana udah cukup dan layak dek, juga sudah lengkap seperti timbangan, suntik, termos dll. Prasarana di Puskesmas sudah layak dan teratur juga dek.” (informan 1)
“Alat-alat disini sudah lengkap dam tersedia seperti vaksin, termos, juga kulkas penyimpanan vaksin, suntik,dll. Kalo soal prasarana seperti ini lah dek kalo di puskesmas nyaman dan layak, kalau di luar gedung seperti posyandu biasanya di depan
rumah kader ada juga di kantor lurah dek ,disana biasanya dilaksankan dek. Kalo transport nya dek pake kendaraan pribadi, yah maunya pake fasilitas dari puskesmas tapi kadang transport dari puskesmas masih sibuk dipakai untuk hal lain jadi mau tidak mau pakai kendaraan pribadi.”(informan 2)
“Untuk alat-alatnya sudah lengkap dek,biasa yang sering kurang itu KMS dek di beberapa posyandu, kalo untuk sampai ke posyandu- posyandu kakak pakai motor dek, iya kendaraan pribadi. Pelaksanaannya biasa di depan rumah kader atau kantor lurah seperti teras atau halaman rumah.”(informan 3)
Adapun hasil wawancara mendalam kader tentang sarana dan prasarana pelaksanaan imunisasi diluar gedung yaitu :
“Kalau alat untuk keperluan imunisasi lengkap biasa dek, palingan KMS yang sering kurang, kalo tempat ginilah dek di teras kakak ini lah dilaksanakan imunisasi.” (informan 4)
“Sejauh ini sarana prasarananya lengkap kok dek, layak juga, tapi yah gitulah dek kadang KMS masih sering kurang, kalo tempat pelaksanaa nya kalo orang kakak biasa nya di kantor lurah dek, koordinasi kakak ke mereka apa aja yang diperlukan pas hari H.” (informan 5)
“Alat-alatnya lengkap. Kalo tempatnya sudah layak dek. Kami biasa di kantor lurah dilaksanakan.” (informan 6)
Berdasarkan kutipan informan dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada dalam pelaksanaan Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan belum memadai seperti Kartu Menuju Sehat (KMS) yang sering kekurangan di posyandu, sarana dan prasarana penunjang kegiatan seperti kendaraan untuk pelaksanaan imunisasi ke luar gedung (posyandu) tidak menggunakan kendaraan puskesmas melainkan kendaraan pribadi.
Sarana dalam pelaksanaan imunisasi seperti KMS sangat mempengaruhi dalam tercapainya imunisasi UCI di Puskesmas dikarenakan tidak sinkronnya data dari buku KMS bayi buku kohort bayi dan buku register imunisasi sehingga akan
berpengaruh terhadap pencatatan yang berakibatkan tidak sesuainya penghitungan capaian UCI . Sarana dan prasarana penunjang lainnya adalah kendaraan yang sudah terisi bahan bakar minyak dan siap pakai, serta jumlah kendaraan yang tersedia, diwilayah kerja Puskesmas Sadabuan untuk sarana penunjang sepeti kendaraan untuk pelaksanaan imunisasi tidak ada, sehingga petugas memakai kendaraan pribadi mereka, hal ini dapat mempengaruhi kinerja individu.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Handoko (1995) yang menyatakan ketersedian sarana dan prasarana berpengaruh terhadap kinerja individu. Untuk prasarana penunjang seperti tempat pelaksanaan juga mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.
Dana . Dana merupakan sejumlah biaya yang dimanfaatkan dan dianggarkan dalam pelaksanaan program imunisasi. Sumber pembiayaan penyelenggaraan imunisasi berasal dari APBD dan BOK. Hasil wawancara dengan informan , menyatakan bahwa :
“Dana program nya itu dari APBD sama BOK dek. Memang sudah dianggarkan. Kalo menurut kakak ya jujur aja masih kurang dek dananya, gimanaya menurut kakak kalo bisa ada tambahan dana lagi supaya bisa juga dianggarkan seperti pas posyandu, setelah selesai si ibu sama si anak dapat apa gitu dek, kaya makanan tambahan atau hadiah gitu dek biar semakin semangat bawa bayinya imunisasi, kalo sekarang belum bisa terbagi kesitu anggaran dek.” (informan 1)
“Dana untuk program asalnya dari APBD sama BOK dek. Kalo cukup engganya ya gimana ya dek, memang segitulah adanya yang ga cukup, dicukup- cukupkanlah.” (informan 2)
“Dari dana BOK dek APBD juga ada dek dianggarkan ke program. “(informan 3)
Sedangkan kader memberikan jawaban:
“Ada dek diberikan honor ke kakak sebagai kader, 200 ribu dek.
Kalo kakak merasa ya masi kurang lah dek, kakak pun sebagai ibu rumah tangga, menurut kakak jasa yang kakak lakukan masih belum sebanding sama yang kakak dapatkan.”(informan 4)
“Ada dek dapat uang dari puskesmas, kalo ke kakak ya cukup aja, kakak pun masih belum menikahnya jadi ga terlalu banyak beban lah untuk melaksanakan tugas sebagai kader.” (Informan 5)
“Tentu adalah dek, ada anggarannya memang untuk kader, yah kalo dana yah syukuri aja.” (Informan 6)
Berdasarkan hasil penelitian, sumber pembiayaan dalam pelaksanaan program imunisasi bersumber dari dana BOK dan APBD yang kemudian dikelola oleh puskesmas sendiri oleh puskesmas.
Pendanaan program imunisasi dilihat dari pernyataan informan bahwa dana menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan program imunisasi namun setelah mendapat data mengenai berapa dana yang diusulkan dan berapa dana yang disetujui oleh DINKES didapatkan bahwa pada tahun 2018 Puskesmas Sadabuan mengajukan dana kebutuhan untuk program imunisasi sebesar Rp.
49.060.000 dan disetujui oleh DINKES sebesar Rp. 49.060.000 dimana dari data ini seharusnya kekurangan dana bukanlah menjadi masalah karena dana usulan dengan dana yang disetujui adalah sesuai.
Hasil wawancara bersama kepala puskesmas didapatkan bahwa belum adanya dana untuk kegiatan penyuluhan dan sosialisasi dan dana untuk transportasi petugas ke lapangan. Dana tidak tersalurkan dengan baik pada kegiatan ini dapat disebabkan tidak sesuainya anggaran yang didapatkan dengan perencanaan yang dilakukan, dari data yang didapatkan bahwa dana yang