IMPLEMENTASI PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELADAN KECAMATAN
MEDAN KOTA TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
DEYANA TRIANDRA MARISKA NIM. 141000277
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELADAN KECAMATAN
MEDAN KOTA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
DEYANA TRIANDRA MARISKA NIM. 141000277
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Implementasi Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Deyana Triandra Mariska Nomor Induk Mahasiswa : 141000277
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Pembimbing:
( dr. Fauzi, S.K.M.) NIP. 14005264900
Dekan
( Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001
Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 13 Desember 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.
Anggota : 1. dr. Rusmalawati, M.Kes.
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.
Abstrak
Memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama untuk memperoleh penurunan angka kematian ibu dan bayi. Agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkaap secara lebih mudah disatu tempat, maka dibentuk sebuah integrasi upaya swadaya masyarakat dinamakan Pos Pelayanan Terpadu atau disingkat posyandu yang dilaksanakan oleh Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dengan informan sebanyak 10 orang, yaitu kepala puskesmas, koordinator pelaksana program posyandu, kepala lingkungan, kepala lurah, kader posyandu bagian penimbangan, kader posyandu bagian pencatatan, kader posyandu bagian penyuluhan, ibu balita yang sering posyandu, ibu balita yang jarang posyandu, dan ibu balita yang tidak pernah posyandu.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan juga dilengkapi dengan cara observasi. Analisis data dilakukan secara manual dengan menulis hasil wawancara kemudian meringkas hasil tersebut kedalam bentuk matriks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pelaksanaan Posyandu di Wilayah Medan Kota belum berjalan dengan baik sesuai dengan petunjuk Kementrian Kesehatan. Dalam proses pelaksanaan posyandu sudah cukup baik karena masyarakat sudah mulai aktif untuk datang ke posyandu melakukan imunisasi, penimbangan, pemberian makanan tambahan untuk balita.
Kata kunci: Implementasi, posyandu
Abstract
Empower the community and make it easy for the community to obtain basic health services, most importantly to reduce maternal and infant mortality. In order for the community to be able to obtain faster services more easily in one place, an integrated non-governmental effort was formed called the Integrated Service Post or abbreviated as posyandu which was carried out by the Teladan Health Center in Medan City District.The research used is a qualitative research.
This research was conducted at Posyandu in the Work Area of the Teladan District Health Center in Medan City with 10 informants, namely the Head of the Puskesmas, Posyandu program coordinator, Head of the environment, Head of the Village Head, Head of Posyandu in weighing section, Posyandu Cadre in the recording section , Posyandu cadre in the counseling section, mothers of toddlers who are often posyandu, mothers of toddlers who are rarely posyandu, and mothers of toddlers who have never been posyandu.Data collection is done by in- depth interviews and also equipped with observation. Data analysis was performed manually by writing the results of the interview then summarizing the results into a matrix. The results showed that the procedures for implementing Posyandu in Medan Kota Region were not going well according to the Ministry of Health's instructions. In the process of implementing the posyandu it is already quite good because the community has begun to actively come to the posyandu to carry out immunizations, weighing, and providing additional food for toddlers.
Keywords: Implementation, posyandu
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi
6. Putri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji II saya yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan saran saran kepada penulisan perbaikan skripsi.
7. Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan saran kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Administasi Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulisan mengikuti pendidikan.
9. Dr. Suryadi Panjaitan, M.Kes., Sp.PDFINASIM., selaku Kepala Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota yang telah memberikan izin penelitian dan seluruh staf atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis tercinta (H. Ridwan, S.H., M.H., dan Hj. Sri Lestina Hajar, S.H.) yang senantiasa memberikan motivasi, doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materi yang tidak terhingga dan tidak akan pernah bisa terganti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara-saudari penulis tercinta August Perdana Riswansyah dan Deasy Dwintasari Tinawan yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan skripsi penulis, teman-teman PBL, teman-teman LKP, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Konsep Implementasi 9
Pengertian Posyandu 13
Tujuan posyandu 14
Sasaran posyandu 14
Penyelenggaraan Posyandu 14
Kader 15
Petugas puskesmas 17
Stakeholder (unsur pembina dan penggerak terkait) 18
Kegiatan Posyandu 20
Kesehatan ibu dan anak 21
Pil KB 21
Imunisasi 21
Penimbangan dan pemberian vitamin A 21
Pencegahan dan penanggulangan diare 22
Tingkat Perkembangan Posyandu 22
Posyandu pratama 22
Posyandu madya 22
Posyandu purnama 23
Landasan Teori 24
Kerangka Berpikir 25
Metode Penelitian 27
Jenis Penelitian 27
Lokasi dan Waktu Penelitian 27
Subjek Penelitian 27
Definisi Konsep 28
Metode Pengumpulan Data 29
Metode Analisis Data 29
Hasil Penelitian dan Pembahasan 31
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31
Letak umum geografis 31
Sarana kesehatan 31
Karakteristik Informan 32
Perkembangan Posyandu yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota 33
Pihak-Pihak yang Ikut Serta dalam Penyelenggaraan Program
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 35
Sarana dan Prasarana 37
Sumber Pendanaan untuk Posyandu 38
Persiapan Pra H Posyandu 41
Pelaksanaan Program Posyandu Pada Saat Hari Buka Posyandu 42
Pelaksanaan Posyandu Post H 44
Keterbatasan Penelitian 46
Kesimpulan dan Saran 47
Kesimpulan 47
Saran 47
Daftar Pustaka 49
Lampiran 51
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Penyelenggaraan Kegiatan Posyandu 15
2 Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu 24
3 Karakteristik Informan 32
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Landasan teori 25
2 Kerangka berpikir 25
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Pedoman Wawancara 51
2 Matriks 59
3 Surat Izin Penelitian 65
4 Surat Selesai Penelitian 66
5 Dokumentasi 67
Daftar Istilah
AKI Angka Kematian Ibu
AKB Angka Kematian Bayi
BAPPEDA Badan Perencana Pembangunan Daerah
BGM Bawah Garis Merah
BPMPD Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
D/S Datang per Sasaran
KB Keluarga Berencana
KEK Kurang Energi Kronis
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIE Komunikasi, Edukasi dan Komunikasi
KMS Kartu Menuju Sehat
LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
MMD Musyawarah Masyarakat Desa
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHC Primary Health Care
PKK Pemberdaya Kesejahteraan Keluarga PKMD Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
PMT Pemberian Makanan Tambahan
POKJANAL Kelompok Kerja Operasional POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu
PUS Pasangan Usia Subur
PUSKESMAS Pusat Kesehatan Masyarakat
SMD Survei Mawas Diri
SOP Standard Operating Procedures
UKBM Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
WUS Wanita Usia Subur
Pendahuluan
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan dapat dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia di sebuah negara, karena melalui pelayanan kesehatan dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara. Selain itu, kesehatan merupakan faktor penting bagi individu, karena tingkat kesehatan individu mempengaruhi tercapainya suatu kondisi yang sejahtera.
Sehubungan dengan hal di atas, maka kesehatan merupakan salah satu faktor dalam mencapai tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial pasal 1 ayat 1 bahwa kesejahteraan sosial merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dalam rangka memberdayakan dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan maka mulai Tahun 1975 pemerintah mengenalkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang setahun kemudian ditetapkan bahwa PKMD merupakan pendekatan strategis untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berkembangnya PKMD memunculkan banyak UKBM seperti Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, dan Pos Kesehatan. Agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap secara lebih mudah di satu
tempat maka dibentuk sebuah integrasi upaya swadaya masyarakat yang dinamakan Pos Pelayanan Terpadu atau disingkat Posyandu (Hartono, 2011).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama untuk memperoleh penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama posyandu dan sebagai salah satu program perbaikan gizi masyarakat. Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita penting dilakukan setiap 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang balita, setelah balita di timbang akan di catat di buku KMS sehingga akan terlihat berat badannya naik, tidak naik ataupun turun. Adapun kegiatan penimbangan balita yang biasa dilakukan di posyandu meliputi pendaftaran pengunjung posyandu, penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu, mencatat hasil penimbangan di buku KMS, melaksanakan kegiatan penyuluhan, serta memberikan pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Penimbangan balita sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika
3
ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018, cakupan balita ditimbang (D/S) Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2018 sebesar 86,24%, terjadi peningkatan apabila dibandingkan pada Tahun 2017 sebesar 85,45%, dan Tahun 2016 sebesar 70,96%. Sedangkan, cakupan D/S di Kota Medan Tahun 2016 sebesar 88,78%, pada Tahun 2017 sebesar 84,42%, dan terjadi peningkatan pada Tahun 2018 menjadi sebesar 87,30%
Cakupan penimbangan balita yang masih rendah erat kaitannya dengan peran kader posyandu sebagai penggerak kegiatan posyandu. Kader posyandu merupakan anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Kementerian Kesehatan R1, 2012).
Puskesmas Teladan terletak di Kota Medan dan salah satu puskesmas yang terdapat di Kecamatan Medan Kota selain Puskesmas Pasar Merah dan Puskesmas Simpang Limun. Berdasarkan laporan Puskesmas Teladan Tahun 2018 diketahui bahwa terdapat 22 buah Posyandu yang mana semuanya termasuk posyandu
purnama dan terbagi di Kelurahan Teladan Barat ada 7 buah, Kelurahan Masjid ada 4 buah, Kelurahan Pasar Baru ada 3 buah, Kelurahan Pusat Pasar ada 3 buah, dan di Kelurahan Pandau Hulu ada 5 buah. Jumlah petugas posyandu seluruhnya adalah 17 orang dan terdiri dari 5 orang kader di setiap posyandu.
Pada wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota sepanjang Tahun 2018 jumlah seluruh balita yang ada sebesar 1.928 balita, dari jumlah tersebut yang ditimbang sebanyak 1.684 balita dengan pencapaian D/S pada Tahun 2018 sebesar 86,7%, dan jumlah balita yang BGM sebanyak 45 balita (2,33%). Jika dibandingkan dengan puskesmas lain di Kecamatan Medan Kota cakupan tersebut tergolong rendah, dimana cakupan penimbangan D/S Tahun 2018 di Puskesmas Pasar Merah sebesar 88,17% (Profil Kesehatan Puskesmas Teladan, 2018).
Menurut Profil Kesehatan Kota Medan balita di Kelurahan Teladan Barat setiap tahun menurun jumlah balita yang ditimbang dan setelah dilakukan penelitian dari 5 kelurahan, kelurahan Teladan Barat memiliki angka jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam % (N/D) yang tidak stabil. Menurut hasil survei beberapa balita hasil penimbangannya tidak naik bahkan cenderung menurun. Jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang (N/D) sebesar 62,5%.
Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2019 didapatkan bahwa tenaga yang diperlukan dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota sudah mencukupi dari segi kuantitas.
5
Hal ini terlihat dari data yang telah dikumpulkan bahwa setiap posyandu telah memiliki masing-masing 5 kader dan petugas puskesmas sebanyak 4 orang yang bertugas melaksanakan posyandu. Sedangkan, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh posyandu meliputi meja, kursi, dan penimbangan gantung. Sampai saat ini, dana untuk pembuatan makanan tambahan masih berasal dari puskesmas, dikarenakan dana dari masyarakat belum mencukupi, dan kurangnya kepedulian masyarakat akan posyandu.
Sementara itu, tugas kader tidak hanya di hari buka posyandu melainkan sebelum hari buka dan sesudah hari buka posyandu. Menurut wawancara dengan petugas puskesmas yang mendampingi kader, didapatkan bahwa kader menginformasikan tentang hari buka posyandu kepada warga setempat beberapa jam sebelum posyandu di buka, dimana seharusnya dilakukan beberapa hari sebelumnya. Hal ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab kader dalam bekerja.
Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan pada saat hari buka posyandu. Pada saat kegiatan penimbangan, kader terlihat mengabaikan tata cara menimbang balita dengan benar. Kader hanya menimbang balita seadanya saja terlebih lagi pada saat peserta dalam kegiatan penimbangan balita ramai, kader menimbang hanya 1 menit agar kegiatan penimbangan balita cepat selesai. Selain itu, kader hanya menerka hasil timbangan bayi/balita tersebut bila bayi/balita menangis tidak mau ditimbang. Kemudian setelah kegiatan posyandu selesai adanya kader yang langsung pulang dan meninggalkan tempat sebelum melengkapi dan menyelesaikan pencatatan buku laporan.
Pelaksanaan kegiatan penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Teladan yang belum terlaksana dengan baik berdampak pada sulitnya mendeteksi sedini mungkin masalah pertumbuhan pada balita sehingga mengakibatkan kasus gizi buruk. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Teladan, tercatat ditemukannya kasus gizi buruk pada balita 1 orang pada Tahun 2017, dan 1 orang pada Tahun 2018.
Menurut wawancara dengan kader yang terlibat dalam pelaksanaan program posyandu didapatkan bahwa pelatihan bagi kader dalam penimbangan balita yang diberikan petugas puskesmas tidak dilakukan secara berkesinambungan/berkelanjutan sehingga dalam pelaksanaan tugasnya, masih banyak kader yang kinerjanya kurang baik. Selanjutnya, ibu balita berpendapat bahwa imunisasi saja sudah lengkap, dan tidak perlu datang lagi ke posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan. Hal ini menyebabkan tidak terpantaunya tumbuh kembang balita.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Ariska (2016) tentang analisis implementasi program posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu Langit Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 menunjukkan bahwa persiapan yang dilakukan kader sebelum hari buka posyandu yaitu menyebarkan hari buka posyandu di masjid, sedangkan pada hari buka posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan dan penyuluhan yang dilakukan kader atau petugas puskesmas, dan pada hari selesai dilaksanakannya posyandu yaitu membuat catatan hasil kegiatan posyandu, membuat diagram SKDN. Kendala yang ditemukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pintu
7
Langit adalah banyaknya ibu balita yang tidak ikut melakukan penimbangan balita karena bekerja atau karena keperluan lainnya sehingga puskesmas diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dalam pelaksanaan program posyandu terutama dalam hal penentuan jadwal dan jam buka posyandu.
Temuan penelitian Regina (2016) tentang evaluasi kegiatan utama pelayanan posyandu di Kecamatan Jatinangor menunjukkan bahwa kegiatan utama pelayanan posyandu masih belum terlaksana dengan baik, seperti kurangnya dukungan SDM, dana dan prasarana, dan bantuan dan melalui advokasi lintas sektor, kemudian tidak terlaksananya penyuluhan setiap selesai dilakukan penimbangan sehingga perlu dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara berkala terhadap kegiatan utama posyandu.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimanakah implementasi program posyandu dalam penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Untuk menganalisis implementasi program posyandu dalam penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019.
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis input (Tenaga, dana, sarana dan prasarana) pelaksanaan program posyandu dalam penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019.
2. Untuk menganalisis proses (tugas kader) pelaksanaan program posyandu dalam penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019.
3. Untuk menganalisis output (cakupan D/S) pelaksanaan program posyandu dalam penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi posyandu dalam hal peningkatan pelaksanaan dalam upaya kesehatan ibu dan anak.
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya
Tinjauan Pustaka
Konsep Implementasi
Kusumanegara (2010) mendefinisikan implementasi sebagai proses administrasi dari hukum yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai actor, organisasi, prosedur, dan teknik yang dilakukan agar kebijakan yang telah ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan. Implementasi dapat dikonseptualisasikan sebagai proses karena yang didalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang berkelanjutan. Konsep implementasi juga harus diperhatikan dari berbagi aspek pemahaman seperti proses, output, dan outcome.
Fungsi implementasi sendiri berguna untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan publik sebagai outcome kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu fungsi implementasi terdiri pula dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang dirancang/didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan- tujuan dan sasaran-sasaran yang yang dikehendaki. Mendalami implementasi berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses legislasi, baik menyangkut usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa (Wahab, 2008).
Terdapat beberapa model implementasi menurut para ahli. Berikut diuraikan beberapa model-model tersebut.
1. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Menurut Van Matter dan Carl Van Horn (dalam Kusumanegara, 2010) ada 6 variabel yang memengaruhi kinerja kebijakan, yaitu:
a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan ini dapat diukur apabila ukuran dan tujuan kebijakan realistis dengan sosiokultur yang ada di level pelaksana kebijakan.
b. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
c. Sikap/Kecenderungan Pelaksana
Penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan dari implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi orang-orang yang terkait langsung dengan kebijakan yang memahami secara mendalam permasalahan.
d. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Dalam implementasi kebijakan public komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Semakin baik komunikasi diantara para agen pelaksana maka diasumsikan kesalahan-kesalahan yang terjadi akan lebih kecil.
e. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Menurut Van Metter dan Van Horn hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi adaah sejauh mana lingkungan
11
eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan social, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.
Oleh karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
2. Model George Edward III
Menurut George Edward III (dalam Widodo, 2011) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi yaitu factor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur pelaksana.
a. Komunikasi
Diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Hal ini menyangkut bagaimana program dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik. Implementor harus mengetahui apa yang harus dilaksanakan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran sehingga mengurangi distorsi implementasi. Jika tujuan dan sasaran tidak jelas dan bahkan tidak diketahui samasekali oleh kelompok sasaran maka kemungkinan akan menjadi resistensi dari kelompok sasaran. Komunikasi memiliki beberapa dimensi yaitu:
1) Dimensi transmisi yaitu menghendaki agar program tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan namun juga disampaikan kepada kelompok sasaran dan pihak lain yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Dimensi kejelasan yaitu menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada pelaksana, target group, dan yang berkepentingan secara jelas sehingga mereka mengerti maksud, tujuan, sasaran, serta substansi program sehingga masing-masing mengetahui apa yang mesti dipersiapkan serta dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan tersebut secara efektif dan efisien.
3) Dimensi konsistensi yang diperlukan agar informasi tidak simpang siur sehingga membingungkan pelaksana kepentingan, target group dan pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Sumberdaya
Sumberdaya merupakan hal yang penting dalam implementasi. Apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan maka implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Sumberdaya ini meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran, sumberdaya peralatan, dan sumberdaya kewenangan.
c. Disposisi
Disposisi merupakan watak dan karakter/sikap yang dimiliki implementor dalam menjalankan program seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Jika implementor memiliki sifat /perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan menjadi tidak efektif.
13
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi merupakan struktur bertugas mengimplementasikan program seperti ketersediaan SOP (standard operating procedures) dan stuktur organisasi masyarakat yang bertugas melaksanakan program.
Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Posyandu mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan dan kesehatan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan, dan kesejahteraan sosial. Wadah ini dibimbing oleh petugas puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain: gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.
Definisi lain Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Tujuan posyandu. Adapun tujuan dari Posyandu menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu:
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak, dan balita.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk menurunkan IMR.
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan – kegiatan yang lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.
5. Pendekatan dan pemerataan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan.
6. Peningkatan dan penggunaan peran serta masyarakat dalam alih tehnologi untuk swakelola usaha–usaha kesehatan masyarakat.
Sasaran posyandu. Sasaran pada Posyandu adalah seluruh masyarakat, yaitu terutama. (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
1. Bayi 2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui 4. Pasangan usia subur (PUS)
Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan setiap satu bulan sekali, untuk hari dan waktu ditentukan dari hasil kesepakatan, hari buka posyandu juga bisa
15
buka lebih dari sekali jika diperlukan. Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
Kegiatan ini digerakkan oleh Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sistim 5 langkah.
Tabel 1
Penyelenggaraan Kegiatan Posyandu
Langkah Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader
Kelima Pelayanan kesehatan
Kader atau kader bersama petugas kesehatan Sumber: Kementerian Kesehatan RI 2011
Selain itu, terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak.
Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
Kader. Adapun tugas kader dalam pelaksanaan posyandu yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
c. Mempersiapkan sarana Posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.
2. Pada hari buka Posyandu (Kementerian Kesehatan RI, 2011), antara lain:
a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya.
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orang tua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain sebagainya.
c. Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan orang tua/keluarga anak balita.
e. Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
17
f. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari posyandu berikutnya.
g. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
h. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
3. Di luar hari buka Posyandu, antara lain:
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita
b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap 1. Sasaran yang tidak datang. 2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka.
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan
Petugas puskesmas. Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan di posyandu satu kali dalam sebulan. Peran petugas puskesmas pada
hari buka posyandu antara lain sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
1. Membimbing kader dalam penyelenggaraan posyandu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu sesuai dengan kewenangannya
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
4. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
5. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.
Stakeholder (unsur pembina dan penggerak terkait). Adapun tugas dan
tanggungjawab dari stakeholder tersebut adalah (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
1. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu kecamatan:
a. Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.
b. Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu.
19
c. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.
2. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja Posyandu desa/kelurahan:
a. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Posyandu.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu
c. Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.
d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lainnya.
e. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.
3. Instansi/Lembaga Terkait:
a. Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.
b. Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA
atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.
c. SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan dalam penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat melalui BKB dan BKL.
d. BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum, dukungan program dan anggaran serta evaluasi.
e. Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya, berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
Kegiatan Posyandu
Posyandu dilaksanakan setiap sebulan sekali, untuk tanggal dan waktunya ditentukan oleh kader, tim penggerak PKK desa / kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas. Pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistim 5 meja, yakni:
Meja 1 : Pendaftaran.
Meja 2 : Penimbangan.
Meja3 : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat).
Meja4 : Komunikasi / penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.Kegiatan
Meja 5 : Tindakan (pelayanan imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes mulut tiap bulan Februari dan Agustus, pengobatan ringan, pembagian pil atau kondom, konsultasi KB-Kesehatan) (Cahyanti, 2016).
Kegiatan posyandu terdiri dari 5 program utama, yaitu :
21
Kesehatan ibu dan anak. Kegiatan posyandu pada kesehatan ibu dan anak yaitu terdiri dari:
1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus)
3. PMT 4. Imunisasi
Pil KB. Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
Imunisasi. Pelayanan imunisasi di posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
Penimbangan dan pemberian vitamin A. Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke puskesmas atau poskesdes.
Pencegahan dan penanggulangan diare. Pencegahan diare di posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan melalui pemberian oralit.
Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)
Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu sebagai berikut:
Posyandu pratama. Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
Posyandu madya. Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih
23
rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul posyandu dengan metode simulasi.
2. Menerapkan SMD dan MMD di posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.
Posyandu purnama. Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:
Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK.
Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan posyandu mengikutsertakan pula pengurus posyandu.
Posyandu mandiri. Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu.
Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing
Tabel 2
Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Frekuensi penimbangan <8 ≥8 ≥8 ≥8
Rerata kader tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5
Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan kumulatif KIA* <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan kumulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan kumulatif imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%
Program tambahan - - + +
Cakupan dan sehat <50% <50% <50% ≥50%
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011 Landasan Teori
Teori Ivancevich et al (2007) yang meliputi masukan, proses serta keluaran merupakan acuan atau landasan teori yang diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas.
25
Gambar 1. Landasan teori Kerangka Berpikir
Gambar 2. Kerangka berpikir Keterangan:
Adapun definisi dari kerangka pikir penelitian, yaitu:
1. Input
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari :
a. Tenaga adalah orang yang bertugas dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan
b. Sarana dan Prasarana adalah seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan Input
a. Tenaga b. Sarana
dan Prasarana c. Dana
Proses
Pelaksanaan kegiatan posyandu : a. Tugas kader :
- Mempersiapkan tempat posyandu
- Mempersiapkan sarana Posyandu
- Melakukan pendaftaran sasaran posyandu
- Melakukan penimbangan - Membuat diagram batang
(balok) SKDN
Output Cakupan pelaksanaan program
posyandu dalam penimbangan balita, yaitu : - cakupan D/S
>80%
Masukan (Input)
- Man - Materials - Money - Machine - Methods - Market
Proses:
- Planning - Organizing - Staffing - Directing - Controlling
Keluaran (Output)
c. Dana adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk diperguanakan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan.
2. Proses
Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh kader di wilaya kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari:
a. Tugas kader adalah kegiatan yang dilakukan sebelum hari buka Posyandu, pada hari buka posyandu, dan di luar kegiatan posyandu yang meliputi pelaksanaan persiapan tempat posyandu, pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya, melakukan penimbangan balita, dan membuat diagram batang (balok) SKDN.
3. Output
Keluaran (Output) adalah hasil akhir yang diharapkan dari adanya pelaksanaan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh kader di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari :
a. Cakupan D/S, yaitu meningkatnya cakupan penimbangan balita sesuai dengan standar pelayanan minimal untuk D/S yaitu 80%
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2019.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Teladan Jl. Sisimangaraja No.65, Teladan Baru, Kecamatan Medan Kota.
Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sampai Agustus 2019.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini diambil secara purposive (bertujuan), yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mampu memberi informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu sebanyak 10 subjek, yang terdiri dari:
1. Kepala Puskesmas Teladan Medan Kota
2. Koordinator pelaksana program Posyandu Puskesmas Teladan Medan Kota 3. Kepala lingkungan
4. Kepala Lurah Teladan
5. Kader posyandu bagian penimbangan 6. Kader posyandu bagian pencatatan
8. Ibu balita yang sering ke posyandu 9. Ibu balita yang jarang ke posyandu 10. Ibu balita yang tidak pernah ke posyandu Definisi Konsep
1. Input
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari :
a. Tenaga adalah orang yang bertugas dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan
b. Sarana dan Prasarana adalah seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan c. Dana adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk diperguanakan dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan.
2. Proses
Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh kader di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari :
a. Tugas kader adalah kegiatan yang dilakukan sebelum hari buka Posyandu, pada hari buka posyandu, dan di luar kegiatan posyandu yang meliputi pelaksanaan persiapan tempat posyandu, pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya, melakukan penimbangan balita, dan membuat diagram batang (balok) SKDN.
29
3. Output
Keluaran (Output) adalah hasil akhir yang diharapkan dari adanya pelaksanaan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh kader di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yang terdiri dari :
a. Cakupan D/S, yaitu meningkatnya cakupan penimbangan balita sesuai dengan standar pelayanan minimal untuk D/S yaitu 80%.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi/pengamatan dan wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada informan yang dijadikan objek penelitian referensi dari buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan posyandu.
Metode Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009) analisa data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian, data disajikan dengan teks yang bersifat naratif, serta dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Triangulasi. Pelaksanaan triangulasi adalah untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang disampaikan oleh informan ketika dilakukan wawancara terstruktur. Pada penelitian ini, triangulasi yang dilakukan adalah : 1. Triangulasi sumber, dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2. Triangulasi metode, dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak umum geografis. Puskesmas Teladan terletak di Jalan SM Raja No.65 Kelurahan Teladan Barat Kecamatan Medan Kota. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja kurang lebih 229,1 Ha dengan akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat, yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan yaitu sebagai berikut:
1. Kelurahan Mesjid
2. Kelurahan Teladan Barat 3. Kelurahan Pasar Baru 4. Kelurahan Pusat Pasar 5. Kelurahan Pandahulu I
Secara geografi batas-batas Puskesmas Teladan adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Maimun
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Teladan Timur 3. Sebelah timur berbatasan dengan Medan Perjuangan
4. Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Limun
Wilayah kerja Puskesmas Teladan memiliki jumlah penduduk sebanyak 36.438 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 17.444 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 18.994 orang. Mayoritas mata pencaharian Penduduk di wilayah kerja ini adalah pedagang dan wiraswasta.
Sarana kesehatan. Sarana kesehatan di lima wilayah kerja puskesmas meliputi sarana kesehatan untuk bayi, balita, bumil dan bulin. Sarana-sarana
tersebut paling banyak dimanfaatkan oleh ibu hamil dan ibu melahirkan. Sarana transportasi dimiliki Puskesmas Teladan Tahun 2015 yaitu puskesmas keliling (ambulance) 1 buah, mobil operasional dinas 1 buah dan sepeda motor 3 buah.
Selain sarana transportasi, puskesmas ini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas demi menjalankan perannya sebagai fasilitas kesehatan yaitu meja, kursi, lemari arsip, komputer sebanyak 8 unit, printer 3 unit, kartu berobat pasien, kartu Family Folder, berkas rekam medik, buku catatan arsip, buku laporan, formulir kegiatan, buku laporan kegiatan, kartu KIA / KB, buku bendahara, papan tulis dan lain-lain
Karakteristik Informan
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Karakteristik Informan
Informan Nama Informan Umur
(Tahun) Pendidikan Jabatan 1 dr. Kas Puji Astuti 48 tahun S-1 Kepala Puskesmas 2 Sondang R.
Simanjuntak, S.K.M.
45 tahun S-1 Koordinator pelaksana program Posyandu 3 Ramli, S.E. 48 tahun S-1 Kepala lingkungan
4 Hotlar 50 tahun SMA Kepala lurah
5 Rusmawati 48 tahun SMP Kader posyandu 6 Zulaikha 45 tahun SMA Kader posyandu 7 Nopriyanti 52 tahun SMP Kader posyandu
8 Siti Hajar 35 tahun SMA Ibu balita yang sering ke posyandu
9 Nuraini 37 tahun SMP Ibu balita yang jarang ke posyandu
10 Parini 40 tahun SD Ibu balita yang tidak pernah ke posyandu
33
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 10 informan, yang terdiri dari satu informan kepala puskesmas yang berusia 48 tahun dengan pendidikan S1, satu informan koordinator pelaksana program posyandu yang berusia 45 tahun dengan pendidikan S1, satu informan kepala lingkungan yang berusia 48 tahun dengan pendidikan S1, satu informan kepala lurah yang berusia 50 tahun dengan pendidikan SMA, tiga informan kader posyandu bagian penimbangan, pencatatan dan penyuluhan yang masing-masing berusia 48 tahun, 45 tahun, 52 tahun dengan pendidikan SMP, SMA, dan SMP dan tiga orang ibu balita yang yang terdiri dari ibu balita yang sering ke posyandu, yang jarang ke posyandu, dan tidak pernah ke posyandu yang masing masing berusia 35 tahun, 37 tahun, dan 40 tahun, dan masing-masing berpendidikan SMA, SMP, dan SD.
Perkembangan Posyandu yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota
Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat menurut Kemenkes RI (2011), yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama, dan posyandu mandiri. Adapun pernyataan informan :
“Kalau strata posyandu kami madya, makanya dibilang madya diatas 50%, aktif aktif (Informan 1)”
“Posyandu aktif dek jumlahnya 22, sekarang sudah mulai berkembang ya, stratanya mulai naik dari madya ke purnama. Kader juga aktif melakukan sweeping kepada masyarakat yang tidak hadir di posyandu untuk ditimbang (Informan 2)”
”Perkembangannya baik dek, sejak datang posyandu di desa kami mudah-mudahan sangat bermanfaat bagi masyarakat desa (Informan 3)”
“Aktif masih, dan makin banyak masyarakat yang berpartisipasi (Informan 4)”
”Bagus perkembangannya, setiap bulan masyarakat aktif datang ke posyandu untuk melakukan imunisasi, penimbangan, pemberian makanan tambahan, dan pelayanan kesehatan. Ibu hamil juga datang ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (Informan 5)”
“Perkembangan posyandu suah cukup bagus, masyrakat juga aktif datang ke posyandu untuk melakukan imunisasi, penimbangan pemberian makanan tambahan untuk anak mereka. Terkadang ada juga ibu hamil yangatang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (Informan 6)”
“Sudah bagus perkembangannya, karena banyak ibu-ibu yang membawa anaknya ke posyandu (Informan 7)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, didapatkan bahwa posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Teladan sudah berjalan dengan aktif setiap bulannya. Terdapat 22 posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Teladan. Setiap bulan masyarakat aktif datang ke posyandu untuk melakukan imunisasi, penimbangan, pemberian makanan tambahan, dan pelayanan kesehatan. Ibu hamil juga datang ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Kader juga aktif melakukan sweeping kepada masyarakat yang tidak hadir di posyandu untuk ditimbang. Selain posyandu balita terdapat juga posyandu untuk usia lanjut di posyandu wilayah kerja Puskesmas Teladan.
35
Pihak-Pihak yang Ikut Serta dalam Penyelenggaraan Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Selain itu, terselenggaranya pelayanan posyandu melibatkan banyak pihak seperti kader, petugas puskesmas, lurah, camat, dan perangkat lingkungan lainnya.
Adapun pernyataan informan :
”Aparatur lingkungan itulah, misalnya PKK, ya kebetulan sekali-sekali ikut PKK kelurahan (Informan 1)”
“kalau di posyandu yang ikut kamilah petugas puskesmasnya ama kader, kalo kepala desa gitu jarangnya itu, nggaknya pun tau-tau dia itu kayaknya (Informan 2)”
”Untuk pembentukan posyandu pertama kali di lingkungan yang ikut berpartisipasi adalah kepala lingkungan dan aparatur pemerintahan, anggota posyandu dibentuk kepala lingkungan, perwakilan camat, perwakilan dinas kesehatan. Sedangkan pada saat pelaksaan posyandu yang ikut serta adalah petugas puskesmas, kader, dan sesekali kepala puskesmas, kepala lingkungan, dan penggerak PKK kecamatan (Informan 3)”
“Setau saya yang ikut serta itu lurah dalam mengeluarkan SK, Kader itulah memberikan dukungan dan himbauan kepada masyarakat pengguna posyandu agar hadir tepat waktu saat kegiatan posyandu, ibu PKK, Tokoh masyarakat, petugas dari puskesmas biasanya ikut juga dek dalam pelaksanaan posyandu (Informan 4)”
“Kader, kader ikutnya itu semua. Petugas puskesmasnya iya, kepala puskesmasnya pun kadang-kadang datang kemari dia (Informan 5)”
“Kadang kepala puskesmas kemari tapi paling sering kader-kadernya ajayang datang (Informan 6)”
“Kader-kadernya saja yang nampak yang lainnya jarang (Informan 7)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, didapatkan bahwa pihak-pihak yang ikut serta dalam pembentukan posyandu di Kecamatan Medan Kota yaitu aparatur lingkungan, PKK lingkungan, dan PKK kecamatan. Menurut kepala Puskesmas Teladan pihak yang ikut serta dalam melaksanakan posyandu di wilayah kerjanya
adalah kader, petugas puskesmas, kepala lurah, dan camat yang diwakilkan penggerak PKK kecamatan.
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pintu Langit sudah mencukupi dari segi kuantitas. Hal ini terlihat dari data yang telah dikumpulkan bahwa setiap posyandu telah memiliki masing-masing 4 kader dan petugas puskesmas sebanyak 2 orang yang bertugas melaksanakan posyandu. Keempat kader ini memiliki tugas masing- masing yaitu 2 untuk pendaftaran, 1 untuk penimbangan, 1 untuk mencatat hasil penimbangan.
Sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan program posyandu ini terdiri dari banyak pihak seperti kader, petugas puskesmas, kepala lingkungan, Pokja/Pokjanal, camat, dan instansi terkait lainnya. Namun secara operasional posyandu dilaksanakan oleh kader dan petugas kesehatan, sedangkan pihak lainnya bertugas dalam fungsi pembinaan dan pengawasan.
Lalu jika dilihat dari segi kualitas kader yang dimiliki sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan. Kualitas ini dilihat dari kegiatan kader pada saat sebelum, saat, dan sesudah posyandu. Kegiatan kader sebelum posyandu dibuka sudah baik yang meliputi mengajak warga untuk datang ke posyandu, mempersiapkan tempat dan sarana, melakukan pembagian tugas, koordiansi dengan petugas, dan menyiapkan PMT. Saat kegiatan posyandu masih perlu ditingkatkan yaitu dari kegiatan penyuluhan masing jarang dilakukan karena kader belum memiliki pengetahuan yang cukup sehingga belum mampu untuk melaksanakan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan biasanya diberikan oleh petugas
37
puskesmas. Lalu setelah hari buka posyandu kader juga telah melakukan sweeping pada warga yang tidak berhadir dan membuat diagram SKDN dan laporan lainnya.
Sarana dan Prasarana
“Dari desa, Kami hanya melaksanakan. Tempat, apa semua, desanya itu nya itu menyediakan. (Informan 1)”
“Kalau alatnya misalnya penimbangan adanya itu masing-masing posyandu dikasi dari Dinas Kesehatan, itulah yang kami bawa ke posyandu, kalo alat yang lain kamilah yang bawa, mejalah ada disedian dari desanya. (Informan 2)”
“Kalo mejanya itu dulu kita buat sendiri, istilahnya partisipasi dari pemerintahan desanya. Haa trataknya kita belikan. Sama ibu PKK la, distu masih ada, masih ada disitu meja ama kursinya itu. Timbangan- timbangan gk dari kita itu, dari puskesmasnya, ditarok orang itu disini.
Saya kurang tau masalah itu, pokoknya timbangan adanya kutengok disitu. (Informan 3)”
“Itulah dek, alat-alat cukupnya, karena adanya alat kami, baru timbangan adanya dikasih dari dinas, meja kursi itulah suruh disediain sama warganya (Informan 4)”
“Untuk sarana dan prasarana di posyandu ini dulu dapat bantuan dari dinas kesehatan kota medan, seperti dacin itu dek, tapi udah 2 tahun belakangan gaada bantuan lagi, kalau peralatan seperti meja dan kursi pun kita terbatas. Mejanya cuma 2 inilah (Informan 5)”
“Biasanya dapat bantuan dari Dinkes Kota Medan, tapisudah 2 tahun belangan ini tidak ada dapat (Informan 6)”
“Dapat dari Dinkes tapi bulan ini kurang tau (Informan7)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, didapatkan bahwa sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan program posyandu di wilayah kerja puskesmas Teladan belum mencukupi seperti terbatasnya meja dan kursi.
Sedangkan untuk alat-alat kesehatan dibawa sendiri oleh petugas puskesmas.
kesehatan adalah dacin, kemudian untuk meja dan kursi disediakan oleh kader posyandu dibantu dengan masyarakat sekitar.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardani (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan posyandu model didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan kader dan kelengkapan sarana dengan keberhasilan posyandu model serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan dana dengan keberhasilan pelaksanaan posyandu model. Selain itu hasil penelitian Iman (2007) bahwa ciri- ciri posyandu denagn cakupan penimbangan lebih dari 70% di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Karawang adalah memiliki sarana yang lengkap, ada ketua kader yang baik, PMT dan pengobatan yang baik, ditambah dukungan dan PMT yang baik dari bidan dan puskesmas.
Sumber Pendanaan untuk Posyandu
Ada beberapa sumber daya untuk pelaksanaan posyandu yaitu dari masyarakat, swasta/dunia usaha, hasil usaha yang dilakukan kader, dan dari pemerintah yang berupa stimulan atau bantuan lainnya. Adapun pernyataan informan:
”Dana ya dari operasional kesehatan yaitu BOK puskesmas, kalau untuk kader biasa dana nya ada dari kecamatan (Informan 1)”
“Dananya masih berasal dari BOK puskesmas, semua posyandu sudah purnama, tapi belum mandiri karena kami belum ada dana sehat nya.
Kalau dana untuk transportasi petugas puskesmas dari BOK sebesar Rp.
40.000 dan dana untuk transportasi kader berasal dari kecamatan yang dibayar setiap 3 bulan sekali (Informan 2)”
“Kalau dananya, iya, masih dari puskemas, kalo setau kita orang itunya yang kemari, petugas puskesmasnya, orang itu yang membelikan kadang
39
”Kalau dana mandiri dari masyarakat belum ada, dari puskesmas (Informan 4)”
“Dana untuk posyandu masih dari puskesmas. Dana untuk transportasi kader ya ada dek dari kecamatan, tiap 3 bulan sekali itu dikasih Rp.
150.000 per orang . (Informan 5)”
“Sejauh in dana posyandu masih dari puskesmas, tapi umtuk kader itu dapat dari kecamatan 3 bulan sekali (Imforman 6)”
“Untuk pendanaan posyandu dari puskesmas dan umtuk kader itu dari kecamatan biasanya (Informan 7)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, didapatkan bahwa sumber pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan program posyandu di wilayah kerja Puskesmas Teladan masih bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) puskemas karena belum ada dana mandiri dari masyarakat. Selain itu untuk gaji kader menurut kepala puskesmas bersumber dari dana kecamatan. Gaji kader yang diberikan saat ini setiap tiga bulan kepada kader adalah sebesar Rp.150.000.
Sampai saat ini, sumberdaya finansial seluruhnya masih bersumber dari puskemas yaitu untuk dana pembuatan makanan tambahan. Sedangkan dana dari masyarakat belum ada karena masyarakat masih kurang kepeduliaannya akan posyandu. Hal ini mengakibatkan belum ada program tambahan apapun yang dilakukan di posyandu. Semua informan mengakui bahwa sulit untuk mengharapkan dana mandiri dari masyarakat. Bahkan masyarakat merasa malas untuk berkunjung ke posyandu jika tidak diberi makanan tambahan. Dalam Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu (2011) disebutkan bahwa pembiayaan posyandu berasal dari berbagi sumber, antara lain: