• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI LIFE SKILL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI LIFE SKILL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI LIFE SKILL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS KEWIRAUSAHAAN

DI PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

Hasbullah, S.Pd., MT

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi 207 Bandung 40154

Email : hasbullahmsee@yahoo.com

Abstrak

Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) merupakan suatu media untuk menjembatani dunia pendidikan dengan masayarakat, dimana Perguruan Tinggi dihadapkan pada masalah bagaimana agar warga masyarakat mampu menghadapi tantangan lebih jauh ke depan di era globalisasi dengan berwirasusaha, mengenal berbagai keterampilan, dan berbagai bentuk pendidikan di luar sistem persekolahan. Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah garapan yang dapat dijadikan peluang untuk berwirausaha salah satunya adalah usaha dibidang Teknologi Informasi seprti Internet .. Dari kegiatan pelatihan ini peserta diberikan pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dengan memanfaatkan semaksimal mungkin Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di daerah tersebut untuk meningkatkan taraf hidup dan menambah pendapatan (income) keluarga. Pelaksanaan kegiatan pelatihan lifeskill dibidang Teknologi Informasi berbasi kewirausahaan yang dilaksanakan pada tanggal 29-31 Oktober 2008 di Pangalengan Kabupaten Bandung yang diikuti oleh 40 peserta yang merupakan remaja dan pemuda putus sekolah dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda. Pelatihan ini berisi materi tentang konfigurasi komputer, Jaringan komputer, komponen-komponen ICT , teknik jaringan, dan pemanfaatan internet dan wirausaha internet. Dengan kegiatan pelatihan ini diharapkan memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi para pemuda tentang teknologi rinformasi dan memberikan motivasi bagi mereka untuk membuka lapangan usaha dibidang komputer yang dapat menambah pendapatan bagi keluarga. Disamping itu kegiatan ini diharapkan memiliki kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi masyarakat terutama bagi daerah tertinggal untuk lebih meningkatkan taraf kehidupan dan pendapatan bagi keluarga sehingga mampu menopang ekonomi keluarga yang kurang mampu. Beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pelatihan komputer ini diantaranya keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki oleh tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Pendidikan Indonesia, sehingga materi pelatihan yang diberikan tidak dapat semua dilaksanakan, keterbatasan dalam fasilitas pendukung untuk praktikum dan presentasi. Dengan kondisi ini diharapkan kedepan diperlukan tindak lanjuti oleh pemda setempat dan seluruh pihak yang terkait untuk meyediakan segala hal yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai langkah awal untuk menumbuh kembangkan semangat jiwa wirausaha (entrepreneur) bagi pemuda putus sekolah. Oleh kaerenanya perlu ditingkatkan kerjasama yang lebih erat dan terencana antara Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah untuk menggali potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut.

Kata kunci : Teknologi informasi, life skill, internet, wirausaha, remaja putus sekolah

I. Pendahuluan A. Analisis Situasi

Pertumbuhan ekonomi dewasa ini sangat berpengaruh terhadap angka pengangguran. Menurut Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Bappenas, Bambang Priambodo, setiap satu persen pertumbuhan PDB, hanya mampu menyerap 300-400 ribu orang tenaga kerja. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2007 lalu hanya 6,2 persen saja.Itu artinya, untuk tahun 2008 ini, hanya 1,8 hingga 2 juta orang pengangguran saja yang bisa mendapatkan pekerjaan. Bisa dihitung, kalau Indonesia bertekad menuntaskan masalah pengangguran, maka pertumbuhan ekonomi harus lima kali lipat. Sebab, jumlah pengangguran terbuka kita sekitar 10,10 juta orang.

Melihat kenyataan ini, semestinya lembaga-lembaga pendidikan, punya tanggung jawab moral terhadap lulusannya, jangan sampai menambah deretan jumlah pengangguran yang sudah ada. Jalannya tentu saja membangun mentalitas entrepreneur dan kecakapan hidup (life skill), tamat dari studi, bukan mencari pekerjaan, melainkan menciptakan lapangan pekerjaan.

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada

(2)

peserta didik agar : 1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, 2) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global, 3) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya, 4) Memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

Secara kelas, kuantitas dari kalangan masyarakat ekonomi bawah di Indonesia masih sangat tinggi, hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang menunjukkan angka 80 juta orang serta jumlah pengangguran tahun 2001 sebanyak 36,9 juta orang (8%) dan angka ini akan terus semakin bertambah setiap tahunnya (Ditjen PLSP : 2003 )

Hal ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yang telah melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan pada Juli 2005, dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 5,14 juta orang atau 13,06% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut naik menjadi 5,46 juta orang atau 13,55% dari jumlah penduduk, pada Maret 2007 (Koran Sindo, 02/08/07).

Melalui kegiatan pelatihan diharapkan dapat diatasi ketimpangan antara keadaan saat ini (jumlah pengangguran) dengan keadaan yang diharapkan di masa mendatang (berkurangnya jumlah pengangguran). Bagi individu kegiatan pelatihan yang diikuti diharapkan akan dapat mengatasi kekurangan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki baik untuk bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan untuk mengadakan kegiatan mandiri berupa wiraswasta dan lain sebagainya

Berbagai kemungkinan dapat menyebabkan peserta didik tak dapat melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang memang karena ketidakmampuan orangtua, ada pula karena malas, bencana alam, dan lainnya. Justru itu, program life skill seperti bidang komputer, internet, jahit-menjahit, montir, bahasa Inggris serta lainnya sangat besar manfaatnya buat kehidupan.

Mentalitas entrepreneur saja tanpa dibarengi kecakapan hidup, boleh jadi akan hampa. Kecakapan hidup merupakan modal dasar yang tentu saja akan menemukan kesejatiannya jika dikombinasikan dengan entrepreneurial ship.

Apalagi keahlian-keahlian seperti komputer dipadu dengan kemampuan berbahasa asing, seperti bahasa Inggris maka peluang kerja – membuka lapangan pekerjaan maupun mencari kerja – akan semakin terbuka lebar. Saat ini – sesuai dengan tuntutan globalisasi – mengandalkan ijazah saja (bahkan S1) tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan kecapakan hidup (life skill).

Alternatif yang dapat dilakukan adalah pengadaan program life skill, yang sangat boleh jadi – selama mengikuti program ini – pesertanya akan lebih punya kecakapan dibanding S1 jurusan informatika komputer, misalnya. Bayangkan, kalau tiga bulan terus-menerus belajar (praktik) tentang informatika komputer, rasanya wajarlah kalau pesertanya menguasai apa-apa yang diajarkan .

Dewasa ini, kegiatan life skill sangat cocok diterapkan. Mengapa tidak, jumlah angkatan kerja yang menganggur cukup krusial untuk jadi perhatian serius. Angkatan kerja yang menganggur di Indonesia melampaui standar ILO (International Labour Organization), 20 persen dari jumlah penduduk. Sementara, angka pengangguran di Indonesia sudah melampaui 28 persen. Dengan upaya-upaya pelatihan life skill, niscaya angkatan kerja kita punya keterampilan yang siap pakai dan profesional, sehingga tidak menganggur atau menjadi tenaga kerja murahan. Jadi, jika ada program yang digulirkan pemerintah bekerjasama dengan lembaga swasta atau LSM maupun NGO, seharusnyalah peserta menghargai niat baik pemerintah ini dengan belajar bersungguh-sungguh.

Berangkat dari latar belakang tersebut, perlu kiranya dilakukan upaya untuk membantu menurunkan angka pengangguran dan membekai para remaja putus sekolah dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mewujudkan hal tersebut maka kami mencoba melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang Life Skill dibidang Teknologi Informasi yang berbasis kewirausahaan dengan judul :

IMPLEMENTASI LIFE SKILL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI (IT) BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

B. Tinjauan Pustaka

a. Definisi dan Karekteristik Life Skill

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan

(3)

dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.

Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik agar :

1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

2) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global

3) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya, dan

4) Memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.

Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS). Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

(4)

Konsep kecakapan hidup sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Konsep life skill

b. Kewirausahaan

Kata wirausaha atau “pengusaha” diambil dari bahasa Perancis “entrepreneur” yang pada mulanya berarti pemimpin musik atau pertunjukan (Jhingan, 1999: 425). Dalam ekonomi, seorang pengusaha berarti orang yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan peluang secara berhasil. Pengusaha bisa jadi seorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan terampil atau mungkin seorang buta huruf yang memiliki keahlian yang tinggi di antara orang-orang yang tidak demikian. Menurut Jhingan pengusaha mempunyai kreteria kualitas sebagai berikut, (1) energik, banyak akal, siap siaga terhadap peluang baru, mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dan mau menanggung resiko dalam perubahan dan perkembangan; (2) memperkenalkan perubahan tehnologi dan memperbaiki kualitas produknya; (3) mengembangkan skala operasi dan melakukan persekutuan, mengejar dan menginvestasikan kembali labanya. (Jhingan, 1999 : 426)

Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawanpun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman, 1980). Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997)

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Menurut Drucker (MPU Manjemen) Kewirausahaan adalah orang yang mampu membaca dan menciptakan peluang disetiap perubahan. Sementar itu S. Wijandi (1988). Mendefinisikan Kewirausahaan sebagaisuatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Echauz berpendapat bahwa Enterpreneur yang berhasil memulai dengan sebuah mimpi, kemudian direncanakan dengan pemikiran yang matang yang selanjutnya merealisasikan mimpi itu.Istilah kewirausahaan sangat spesifik berkaitan dengan sikap mental dalam melihat peluang usaha yang tak dilihat orang lain, berwawasan luas walaupun penuh resiko dan selalu menguntungkan (melaba).

c. Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara 107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006) dengan mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan dan jasa.

Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) ( Wilayah KBB) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angina muson dengan curah hujan rata – rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000mm /tahun, suhu rata – rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.

(5)

Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Bandung II. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mengingat potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh di wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung serta dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat maka perlu kiranya dilakukan pendidikan dan pelatihan dan penyuluhan khususnya para pemuda dan remaja putus sekolah serta masyarakat luas tenatang pendidikan kecakapan hidup (life skill) di bidang Teknologi Informasi yang berbasis wirausaha untuk peningkatan pendapatan keluarga . Permasalahan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dirangkum dalam beberapa pemikiran , antara lain :

1) Bentuk usaha apa yang dapat dikembangkan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan dalam memberikan bantuan kepada masyarakat agar masyarakat dapat meningkat taraf hidup dan kesejahteraan, khususnya dalam meningkatkan income keluarga.

2) Materi apa yang dapat dikembangkan, metode penyampaian informasi yang bagaimana yang akan digunakan agar masyarakat dapat dengan mudah melaksanakannya.

3) Bentuk penerangan/ penyuluhan dan pelatihan yang bagaimana yang akan diberikan kepada masyarakat sehingga diharapkan mereka mengerti tentang pentingnya penyuluhan dan pelatihan agar dapat digunakan sebaik mungkin baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

III. Tujuan dan Manfaat Kegiatan A. Tujuan Kegiatan

1) Memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang Pendidikan Life Skill di bidang Teknologi Informasi (Internet) berbasis kewirausahaan untuk peningkatan ekonomi keluarga dalam kerangka peningkatan angka partispiasi kerja di Kecamatan Pangelangan Kabupaten Bandung

2) Membantu meningkatkan APK dan menurunkan jumlah pengangguran pada masyarakat di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari pelatihan dan Penyulukan pendidikan Life skill di bidang TI yang dilaksanakan pada saat pengabdian masyarakat oleh tim KKN UPI .

3) Membantu menyukseskan program Wajib Belajar Dikdas Sembilan Tahun dengan ditandai adanya peningkatan angka partisipasi kasar masyarakat dalam pendidikan sebagai akibat dari peningkatan ekonomi dari masing-masing keluarga yang ada di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

4) Meningkatkan kesadaran tenaga edukatif UPI untuk ikut serta mengabdikan diri sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya untuk turut serta menyukseskan program Wajib Belajar Dikdas Sembilan Tahun khususnya di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

B. Manfaat Kegiatan Bagi Masyarakat dan Pemerintah Daerah

1. Masyarakat khususnya para remaja dan pemuda putus sekolah di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha dalam bidang Teknologi Informasi guna meningkatkan ekonomi keluarga dalam kerangka penurunan angka pengangguran di wilayah Kabupaten Bandung.

2. Memberikan dasar-dasar Life Skill sehingga para remaja memiliki keunggulan dari aspek-aspek kecakapan hidup yang terdiri dari kemampuan bersosialisasi, bersikap dan berfikir di samping

(6)

kemampuan akademik dan vokasional. Dengan kemampuan tersebut manusia akan mampu menyerap ilmu pengetauan (transfer knowledge) dan bagaimana memanfaatkan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan tersebut untuk mengatasi berbagai problema hidup di masyarakat dan meningkatkan taraf hidup (bekerja).

3. Terbinanya kerjasama yang baik antara masyarakat di Kecamatan Pangelangan Kabupaten Bandung dengan civitas akademika UPI khususnya yang melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di daerah tersebut.

Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

1. Terwujudnya dharma ketiga Perguruan Tinggi secara terpadu dan selaras serta langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.

2. Universitas Pendidikan Indonesia memperoleh kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan khususnya untuk meningkatkan pendapatan (income) keluarga.

3. Universitas Pendidikan Indonesia akan menerima umpan balik terhadap respon masyarakat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan masukan berarti bagi peningkatan mutu kegiatan ini.

IV. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A.Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah :

1. Dilakukan koordinasi dengan Camat, para Kepala Desa yang berada di lokasi/ wilayah binaan KKN UPI. 2. Setiap desa mengikutsertakan masyarakat/warga dan Remaja putus sekolah untuk mengikuti pelatihan

dan pendidikan Life Skill dibidang Teknologi Informasi untuk meningkatkan pendapatan keluarga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

3. Peserta diundang untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan Life Skill di salah satu Kecamatan wilayah binaan KKN UPI.

4. Materi pelatihan disusun oleh Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia.

5. Bahan-bahan pelatihan yang disusun dalam bentuk makalah dan jobsheet kemudian diperbanyak sesuai dengan jumlah peserta pelatihan.

6. Penyampaian materi digunakan dengan beberapa metode penyampaian yang relevan, antara lain : metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi serta praktek secara langsung.

7. Setelah selesai acara, para peserta diberikan angket/ kuesioner untuk mengukur sejauh mana tujuan pelatihan tercapai serta evaluasi terhadap hasil karya peserta pelatihan.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Realisasi Pemecahan Masalah

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dimaksudkan untuk membantu memperkenalkan kepada masyarakata khususnya bagi para pemuda putus sekaloah tentang pentinganya penguasaan teknologi informasi dan memberikan dasar-dasar Life Skill sehingga para remaja memiliki keunggulan dari aspek-aspek kecakapan hidup yang terdiri dari kemampuan bersosialisasi, bersikap dan berfikir di samping kemampuan akademik dan vokasional. Dengan kemampuan tersebut manusia akan mampu menyerap ilmu pengetauan (transfer knowledge) dan bagaimana memanfaatkan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan tersebut untuk mengatasi berbagai problema hidup di masyarakat dan meningkatkan taraf hidup keraha yang lebih baik.

Disamping itu mereka juga diberi pengethuan tentany dasar-dara kewirausahaan (entrepreneur), sehingga dengan demikian jiwa dan semangat kewirausahaan bagi remaja dan pemuda putus sekolah perlu terus tumbuhkembangkan . Oleh karena itu kepada masyarakat desa perlu diberikan pendidikan dan pelatihan yang mengarah pada tumbuhnya dan meningkatnya kemandirian untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Salah satu pelatihan yang diberikan adalah pelatihan wirausaha Internet (warnet) sehingga mereka disamping menguasai teknologi informasi juga secara tidak langsung mereka bisa mandiri dan membuka lapagan kerja baru yang dapat memberikan pendapatan bagi bagi masyarakat sekitarnya.

B. Khalayak Sasaran

Khalayak strategis yang menjadi sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan wirausaha dibidang Teknologi Informasi (Internet) adalah masyarakat yang belum memiliki pekerjaan secara tetap khususnya para remaja dan pemuda putus sekolah di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Dengan kegiatan ini diaharapkan mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan berwirausaha dalam bidang Teknologi Informasi

(7)

guna meningkatkan ekonomi keluarga dalam rangka menurunan angka pengangguran di wilayah Kabupaten Bandung.

Pendidikan dan Pelatihan Life Skill di Bidang Teknologi Informasi seperti Internet sebagai bekal untuk membuka wirausaha baru dibidang teknologi tersebut dapat menjadi salah satu alternatif bagi peningkatan ekonomi keluarga dan melatih kemandirian warga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, mengingat daerah tersebut memiliki potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan wirausaha tersebut.

Pelatihan Life Skill di bidang Teknologi Informasi dengan berbasis kewirausahaan dapat menjadi kegiatan yang dapat meningkatan ekonomi keluarga dalam kerangka peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Wajib Belajar Dikdas Sembilan Tahun dan Penurunan jangka pengangguran di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, mengingat daerah tersebut memiliki potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan ke arah tersebut. Pelatihan ini diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Pangalengan dengan menciptakan lapangan kerja secara mandiri dan menanamkan jiwa entrepreneur bagi pemuda guna meningkatkan tarafnya, sehingga program pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran dan kejahatan dapat terwujud dengan dukungan dari semua pihak, mulai dari masyarakat, aparat desa dan kalangan Perguruan Tinggi .

VI. KETERKAITAN

Pelatihan dan Pendidikan Life Skill di bidang Teknologi Informasi berbasis kewirausahaan di wilayah binaan KKN UPI yaitu di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung , sangat erat sekali kaitannya dengan program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan secara umum dan mengurangi angka pengangguran produktif khususnya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Program pelatihan ini pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan keluarga yang merupakan unit terkecil masyarakat. Apabila keluarga telah lebih sejahtera, maka diharapkan angka partisipasi kasar Wajib Belajar Sembilan Tahun dapat meningkat sehingga masyarakat menjadi lebih cerdas. Disamping itu kegiatan ini juga erat sekali kaitannya dengan kebutuhan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembinaan yang dilakukan oleh lembaga atau profesi bagi Pemuda Karang Taruna dan masyarakat lauas pada umumnya.

VII. METODE KEGIATAN

Dalam penyampaian materi pelatihan ini, di gunakan beberapa metode, antara lain

1. Metode Ceramah, yaitu digunakan untuk memaparkan materi yang telah disusun oleh Tim Pelaksana. 2. Metode Tanya Jawab, yaitu digunakan untuk merespon sampai sejauhmana tingkat pemahaman peserta

pelatihan tata rias yang telah disampaikan oleh Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Metode Diskusi, yaitu instruktur dan peserta melakukan dialog yang membahas masalah seputar teknologi informasi dalam memecahkan setiap masalah yang dikemukakan peserta.

4. Metode Simulasi dan praktek, yaitu digunakan untuk memperlihatkan langkah kerja dan cara-cara mengunakan internet, membuat jaringan internet dan bagaimana

usaha dibidang warnet

VIII. HASIL KEGIATAN

Pelatihan Tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi seperti internet dan jaringan yang dilaksanakan di Kabupatan Bandung ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana memafaatan berbagai hal yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi , sehingga diharapkan dengan dengan pelatihan ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk membuka lapangan usaha/ kerja yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup dan pendapatan keluarga terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang ekonomi lemah.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para perserta terutama dari kalangan pemuda akan bertambah pengetahuanya tentang apa itu teknologi informasi, internet, jaringan komputer komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan untuk membuat sebuah jaringan internet, bagaimana cara memanfaatkan internet untuk menjadi sumber informasi dan pengetahuan dari berbagai bidang kehidupan. Sehingga masyarakat menjadi paham dan ”melek teknologi” khusnya teknologi informasi dan memanfaatkanya sebagai salah satu unit usaha yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 29-31 Oktober 2008 ini secara keseluruhan berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Hal ini terlihat dari jumlah peserta sesuai dengan yang ditargetkan yaitu sekitar 40 orang yang memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Beberapa kendala yang dihadapi oleh Tim Pengabdian Pada Masyarakat FPTK UPI tidak dapat kami hindari, walaupun pada akhirnya kendala tersebut dapat kami atasi. Secara lebih rinci faktor

(8)

pendukung dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat pada saat kegiatan pelatihan life skill dibidang Teknologi Informasi berbasis wirausaha dijelaskan sebagai berikut.

Beberapa faktor pendukung kegiatan tersebut antara lain :

1. Para peserta memiliki kemauan yang kuat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam mengenal komputer dan jaringannya, internet dan segala macam jaringannya, bagaimana cara mencari informasi dan komunikasi lewat browsing, chating, email dan sebagainya dan mampu membuat jaringan internet dan intranet. Hal ini dapat dilihat dengan antusiasnya para peserta dalam mengikuti kegiatan ini dan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para peserta yang mengikuti acara ini hingga selesai.

2. Para peserta memiliki minat dan keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara memanfaatkan jaringan internet , menyeting komputer agak dapat mengakse informasi dari berbagi penjuru dunia melalui komputer pribadi (PC), merawat dan memperbaiki komputer dan jaringan internet sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama, disamping juga dapat dijadikan suatu unit usaha mandiri yang dapat dikembangkan untuk membuka lapangan pekerjaan.

3. Kegiatan pelatihan teknologi informasi berbasis kewirausahaan sangat didukung oleh aparat setempat yang secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pelatihan tersebut. Pihak pemerintah daerah setempat menyediakan fasilitas tempat kegiatan yang cukup refresentatif untuk melaksanakan pelatihan tersebut serta dukungan untuk menghimbau para peserta untuk mengikuti kegiatan pelatihan secara tekun dan sungguh-sungguh.

Beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pelatihan life skill dibidang teknologi informasi berbasis kewirausahaan antara lain :

1. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki oleh tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Pendidikan Indonesia sehingga materi pelatihan yang diberikan tidak dapat semua dilaksanakan

2. Adanya keterbatasan dalam fasilitas pendukung untuk melakukan pelatihan dan presentasi, diantaranya terbatasnya fasilitas komputer (PC) maupun LCD proyektor.

3. Kegiatan pelatihan yang direncanakan berjalan satu minggu tidak dapat terealisasi dikarenakan terbentur dengan aktivitas para peserta yang beragam dan jauhnya jarak antara lokasi kegiatan dengan tempat tinggal para peserta.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari berbagai uraian diatas, maka disimpulkan beberapa hal, antara lain :

1. Pelatihan Life skill dibidang teknologi informasi berbasis kewirausahaan bagi para pemuda di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung berisi tentang berisi materi tentang konfigurasi dan jaringan komputer, internet dan intranet, komponen-komponen yang mendukung internet dan fungsinya , teknik merakit jaringan internet (lokal area network/ LAN), melakukan chating,browsing, download, email dan lain-lain.

2. Pelatihan tentang Life skill dibidang Teknologi Informasi bagi para pemuda dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang manfaat teknologi informasi dan komunikasi di berbagai bidang kehidupan dan memberikan motivasi bagi mereka untuk membuka lapangan usaha dibidang internet. 3. Pelatihan dibidang Teknologi Informasi bagi pemuda merupakan kegiatan yang memiliki kontribusi yang

besar bagi pembangunan ekonomi masyarakat terutama bagi daerah tertinggal untuk lebih meningkatkan taraf kehidupan dan pendapatan bagi keluarga sehingga mampu menopang ekonomi keluarga yang kurang mampu.

4. Pengabdian Pada Masyarakat merupakan salah satu sarana untuk menjembatani dunia pendidikan dengan masyarakat, dimana Perguruan Tinggi dihadapkan pada masalah bagaimana agar warga masyarakat mampu menghadapi tantangan lebih jauh ke depan di era globalisasi dengan berwirausaha, mengenal berbagai keterampilan, dan berbagai bentuk pendidikan di luar sistem persekolahan.

5. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan memberikan pelatihan Teknologi Informasi menjadi jembatan bagi Perguruan Tinggi khususnya UPI dengan masyarakat dalam mengimplemantasikan dan mentransfer wawasan ilmu dan teknologinya sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya.

B.Saran-Saran

1. Peserta pelatihan life skill dibidang teknologi informasi bagi para pemuda di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung sangat antusias dan mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mencoba berwirausaha dibidang komputer dan internet. Hal ini perlu di tindak lanjuti oleh pemerintah daerah setempat dan seluruh pihak yang terkait untuk meyediakan segala hal yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai langkah awal untuk menumbuh kembamgkan jiwa wirausaha (entrepreneur) bagi pemuda putus sekolah.

(9)

2. Pihak Pemerintah daerah setempat khususnya di lingkungan kecamatan Pangalengan diharapkan lebih memotivasi para pemudanya untuk mempunyai semangat yang tinggi dalam menciptakan lapangan usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga membantu pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran.

3. Perlu dilakukan kerjasama yang lebih erat dan terencana antara Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah untuk menggali potensi-potensi yang ada sehingga mampu meningkatkan angka pendapatan daerah dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir & Terra CH. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset. Yogyakarta

Anugerah Pekerti. 1997. Mitos dan Teori dalam Pengembangan Kewirausahaan, Makalah Lokakarya Kewirausahaan PT, DP3M Dikti, Puncak Bogor, 18 – 20 Agustus 1997.

Center for ICT Studies, 2003, Kondisi Industri Warnet Indonesia, Kerjasama antar ICT Watch dengan USAID Australia

Basu Swastha, Ibnu Sukotjo E. (1995). Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Liberty Drucker, Peter F. (1994). Inovation and Entrepreneurship, Praktice and Principles. terjemahan. Rusdi Naib.

Jakarta : Gelora Aksara Pratama. Erlangga

Darlan, M.Noresanie (1983). Dasar-Dasar Pendidikan Luar Sekolah di Berbagai Negara, Unpar, Palangkaraya Depdiknas, 2004, Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill), Pusat Kurikulum

Balitbang Depdiknas, Jakarta.

Depnaker RI. 1999. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia (Suatu Tinjauan yang dilaksanakan pada tahun 1998). Jakarta.

---. 1999. Standarisasi Tes Kewirausahaan Versi Indonesia Sebagai Penunjang Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Laporan Pelaksanaan Penelitian. Pusbangnis UNS. Solo. Geoffrey G. Meredith, et.al. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Instruksi Presiden RI No. 4 Th. 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan

Kewirausahaan. Jakarta.

Justin G.Longenecker dkk. (2001). Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta : Penerbit Salemba Empat Patria.

Munawir Yusuf. 1997. Operasionalisasi Program Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (Satu Alternatif Konsep Model), Bahan Seminar Operasionalisasi KKNU dan KKB di UNISSULA Semarang tanggal 13 September 1997.

Nazarudin M, (2006), Komputer dan Trouble Shooting, Informatika, Jakarta

Natakusumah, E.K., "Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia.", Pusat Penelitian informatika – LIPI Bandung, 2002

Rulanti Satyodirgo. (1979). Pengelolaan Usaha. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Suparman Sumahamijaya. (1980). Membina Sikap Mental Wiraswasta, Jakarta : Gunung Jati.

Sagala, Saiful (2000). Manajemen dan Kebijakan Otonomi Pendidikan untuk Pemberdayaan Masyarakat, Makalah, PPS UPI, Bandung.

Tim Broad-Based Education, 2002, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Broad-Based Education (BBE), Departemen Pendidikan Nasional

Wasty Soemanto. (1989). Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Jakarta : Bina Aksara http:// www.wirausahakita.blogspot.com, diakses 10 Oktober 2008

http://dunia-wirausaha.com, diakses 15 Oktober 2008

Gambar

Gambar 1. Konsep life skill
Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Bandung  II. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Cakupan belajar sepanjang hayat dan menggembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3 , telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “

Beranjak dari judul tesis ini, yaitu : “ Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan Hukum Pertanahan” , maka

Based on the above statement it is necessary to proceed cytotoxicity assay of the “ekor naga” leaf ( Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott) extracts with different polarity of solvent

Strategi keamanan dan kerahasian dalam jaringan komputer bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mengamankan sistem jaringan komputer pada titik-titik yang

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

The ekor naga leaf ( Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott) D isolate had antiproliferative activity and promote apoptosis of the MCF-7 cells. Kitagawa, S., (2006), Inhibitor Effect