• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan Hukum Pertanahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan Hukum Pertanahan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber daya alam dan energi yang terkandung dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam yang tak terbarukan sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi

hidup orang banyak. Potensi sumber daya alam dan cadangan mineral metalik

(logam) tersebar di beberapa lokasi di Indonesia antara lain bagian barat, tengah dan

timur, seperti tembaga dan emas di Papua, emas di Nusa Tenggara, nikel di Sulawesi

dan kepulauan Indonesia Timur, bauksit dan batubara di Kalimantan, emas, batubara,

di Sumatera, dan mineral lainnya yang masih tersebar diberbagai wilayah dan tempat.

Sumber daya mineral sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki Bangsa

Indonesia, apabila dikelola dengan baik serta terencana akan memberikan kontribusi

terhadap pembangunan ekonomi negara. Oleh karena itu pengelolaannya harus

dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian

nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.1

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengingat Mineral dan Batubara sebagai

1

(2)

kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang

tak terbarukan pengelolaannya harus dilakukan seoptimal mungkin, efisien,

transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar

memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran demokrasi ekonomi secara

berkelanjutan.2 Menurut Jimly Asshiddiqie3

Dalam dunia pertambangan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya

kandungan Mineral yang siap diangkat kapan saja. Dari data yang diperoleh bahwa

Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditi timah, posisisi

terbesar keempat untuk komoditi tembaga, posisi kelima untuk komoditi nikel dan

posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas.

pada Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia 1945 menegaskan adanya prinsip berkelanjutan

terkandung dalam demokrasi ekonomi, “perekonomian nasional diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip berkelanjutan berwawasan

lingkungan”. Makna kata berkelanjutan terkait erat dengan perkembangan gagasan

tentang pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian dan perlindungan lingkungan

hidup yang sehat, di mana dewasa ini telah menjadi wacana dan kesadaran umum

diseluruh penjuru dunia untuk mengimplementasikannya.

4

2

Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

3

.Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Rajawali, Pres, 2009), hlm, 133.

4. Gatot Supramono, Op Cit, hlm 2.

Sedangkan mengenai pertambangan

Batubara dalam beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan pesat sebagaimana

(3)

batubara dunia baru mencapai 3.461 juta ton, pada tahun 2007 meningkat menjadi

5.522 juta ton atau rata-rata 3,5% pertahun. Selanjutnya IEA memperkirakan

konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 % pertahun antara periode

2005-2015.

Meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak terlepas dari meningkat

pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara pemasok energi kedua terbesar

setelah minyak dengan kontribusi 26 %, peran ini akan diperkirakan akan meningkat

29% pada tahun 2030 dalam percaturan perdagangan batubara dunia. Indonesia

memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen

maupun sebagai eksportir. Dari data diperoleh bahwa pada tahun 2007 Indonesia

berada di posisi ketujuh terbesar produsen batubara dunia dengan kontribusi 4,2 %

dan diposisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara dengan total volume ekspor

202 juta ton.5

Kemudian pada tahun 2009 Indonesia masih tetap berada diposisi ketujuh

terbesar produsen batubara dunia dengan kontribusi 4,2 % dan diposisi kedua

terbesar sebagai eksportir batubara dengan total volume ekspor 220 Mt.6

5

Gatot Supramono, Ibid.

6

Makmun, Prosapek Batubara ke Depan Cerah, artikel Majalah Tambang 6 Oktober 2010.

Sumber

daya mineral dalam hal ini pertambangan memiliki sifat tersendiri yaitu suatu lokasi

penyebarannya dan ukurannya terbatas, terdapat di dalam bumi mulai dari permukaan

(4)

daya alam tak terbarukan (non-renewable resources), waktu pemanfaatannya hanya

beberapa tahun, resiko investasi sangat tinggi, padat modal dan teknologi, persiapan

untuk melakukan penambangan memerlukan waktu lebih kurang 5 (lima) tahun. Hal

ini disebabkan letak potensi sumber daya mineral pada umumnya di daerah

pedalaman (remote areas), maka pembukaan suatu tambang akan menjadi pemicu

pembangunan dan pengembangan daerah tertinggal, seperti di daerah Irian Jaya,

Kabupaten Madina dan Dairi di provinsi Sumatera Utara dan daerah lainnya.

Keberadaan usaha pertambangan ini juga akan memberikan dampak ganda baik yang

bersifat positif dan negatif dalam berbagai sektor.

Prinsip dalam melakukan usaha pertambangan yang utama dapat dipastikan

pada berorientasi ke persoalan bisnis, karena seorang investor bersedia

menginvestasikan modalnya akan memperhitungkan untung ruginya lebih dahulu

dengan pengkajian dan studi kelayakan. Jika hasil studi kelayakan diperhitungkan

mendapat keuntungan investor akan besar menanamkan modalnya untuk usaha

tersebut. Apalagi keberadaan pertambangan pada umumnya berada di wilayah

pedesaan jauh dari perkampungan adakalanya tempatnya di bukit dan pegunungan

yang membutuhkan modal yang cukup besar.

Oleh karenanya sifat-sifat tersebut, maka penambangan suatu bahan galian

disuatu tempat harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain perhitungan (cost

benefit ratio)yang merupakan salah satu metode kelayakan investasi, agar

(5)

kegiatan penambangan tersebut bermanfaat pula bagi generasi mendatang. Untuk itu

pada setiap pembukaan tambang baru perlu dipersiapkan usaha untuk mencegah

terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan hidup dengan pertanggungjawaban

dibebankan pada pemilik atau penguasa pertambangan yang implementasinya dalam

bentuk Community Development (CD)7, dan Corporate Social Responsibility(CSR)8.

Dengan adanya program program tersebut jika tambang ditutup atau tidak beroperasi

lagi, masyarakat disekitar lokasi tambang telah menjadi masyarakat mandiri yang

lebih maju, lebih sejahtera dan dapat mengembangkan dirinya dari hasil atau manfaat

penambangan di daerah mereka. Akan tetapi dalam kenyataannya timbul

permasalahan antara masyarakat setempat dengan perusahaan pertambangan atas

dampak negatif yang ditimbulkannya, berupa pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup, terjadinya perampasan hak-hak atas tanah adat atau masyarakat

setempat, terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), baik oleh perusahaan,

maupun oleh oknum aparat, dengan dalih mengamankan kepentingan investasi dan

kepentingan nasional.9

Pengelolaan pertambangan harus memperhatikan sejumlah elemen dasar yaitu

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan10

7

Community Development merupakan bantuan perusahaan kepada masyarakat yang terkena dampak atas adanya kegiatan pertambangan.

8

Corporate Social Responbility, sebagai komitmen manajemen dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadaplingkungan hidup dan pelestarian alam.

9

Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik PertambanganIndonesia(Yogyakarta:Pustaka Indonesia, 2013) hlm 8.

, baik kelembagaan,

10

(6)

ekonomi, sosial dan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus

mengubah cara pengelolaan pertambangan yang didasari landasan hukum yang sesuai

dengan kaidah-kaidah penambangan.

Pada tanggal 12 Januari 2009 Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan

dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967,

dengan pertimbangan Undang-undang bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan

perkembangan situasi sekarang dan tantangan di masa depan. Disamping itu,

pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan

strategis, baik bersifat Nasional maupun Internasional. Tantangan yang utama

dihadapi oleh pertambangan Mineral dan Batubara adalah pengaruh globalisasi yang

mendorong demokratis, otonomi daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup,

perkembangan teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan

peningkatan peran swasta dan masyarakat. Pertimbangan lain sebagaimana

ditegaskan dalam konsideran Undang-undang tersebut, bahwa kegiatan usaha

pertambangan Mineral dan Batubara merupakan kegiatan usaha pertambangan di luar

panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam

(7)

memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan

pembangunan daerah secara berkelanjutan.11

Agus Ngadino

Salah satu instrumen lingkungan untuk mewujudkan pertambangan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup adalah izin lingkungan sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 yang

berbunyi: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau

UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan. yang diterbitkan oleh Pemerintah berdasarkan

keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau

rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Namun dalam kenyataannya banyak

perusahaan pertambangan di daerah yang belum memiliki izin lingkungan dan hal ini

akan menimbulkan kasus dan juga dapat menyulut terjadinya konflik sosial yang akan

menimbulkan dampak serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena

itu perizinan yang akan diterbitkan oleh Pemerintah harus memperhatikan hak-hak

warga negara dalam kehidupan demokrasi. Seyogianya adanya perizinan bukanlah

menimbulkan konflik sosial tetapi semestinya mampu menciptakan harmonisasi

kehidupan berbangsa dan bernegara.

12

11

Point Menimbang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Batubara, huruf b.

persoalan pengelolaan perizinan pertambangan harus

(8)

Sistem pengelolaan perizinan pertambangan yang masih bersifat sektoral. Pengaturan perizinan pertambangan masih belum terintegrasi dengan sistem perizinan yang dikembangkan dalam Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No.32 Tahun 2009). Selain itu adanya tumpang tindih dalam pemberian izin pertambangan menunjukkan carut marutnya pengelolaan perizinan pertambangan utamanya dalam hal pemberian dan pengawasan perizinan pertambangan. Lemahnya kordinasi antar kelembagaan, karena pengeloaan pertambangan terkait dengan sektor bidang pemerintahan, misalnya kegiatan usaha pertambangan akan terkait dengan Badan Pertanahan, kementerian perhubungan, kementerian perdagangan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, serta Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, pemberian izin perlu dikaji secara cermat dan akurat untuk menghindari dampak lingkungan, sosial dan budaya.13

Ketidakpaduan sistem perizinan bidang lingkungan hidup terjadi pada

pengaturan mengenai izin-izin sektoral diatur dalam Undang-undang tersendiri dan

mengutamakan kepentingan ekonomi. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang seharusnya menjadi pedoman bagi

penyelenggaraan perizinan sektoral, izin usaha atau kegiatan, justru berdiri sendiri.

Penyebabnya karena dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia

kedududukan Undang-undang terhadap undang-undang sederajat, dan ini akan

membawa akibat, masing-masing kementerian merasa memiliki wewenang yang

sama kuat. Penyelenggaraan Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaaan

Lingkungan Hidup tidak dapat mengontrol jalannya Undang Undang Pertambangan.

Ketidakpaduan juga terjadi pada persyaratan, prosedur, dan waktu serta biaya untuk

12

Agus Ngadino, Pengelolaan Perizinan Pertambangan Berdasarkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Proseding Seminar Nasional&Kongres Pembina Hukum Lingkungan se-Indonesia, Bandung 2013.

13

(9)

kekuasaan mendapatkan izin. Masing-masing sektor memiliki aturan sendiri. Terjadi

tumpang tindih persyaratan untuk mendapatkan izin usaha atau tidak memenuhi

syarat, namun izin tetap dikeluarkan oleh instansi sektoral. Selain itu masih ditambah

kurangnya koordinasi dan pengawasan pelaksanaan izin pada masing-masing instansi

sektoral.14

Sebidang tanah merupakan bagian dari bumi yang ketentuan hukumnya

berada pada bidang Hukum Agraria, Pemerintah Republik Indonesia telah

mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Undang-Undang Pokok Agraria pada tanggal 24 September 1960. Hukum agraria Sebagaimana telah diuraikan kegiatan pengelolaan pertambangan terkait

dengan sektor bidang pemerintahan salah satu diantaranya adalah Badan Pertanahan

Nasional atau Daerah yang berhubungan dengan pemberian status hak atas sebidang

tanah, karena kegiatan penambangan harus memiliki suatu kawasan atau hamparan

untuk melakukan penggalian tanah dengan kedalaman tertentu yang letaknya di

dalam perut bumi. Sebuah perusahaan pertambangan untuk dapat melakukan

penambangan harus memiliki izin dari pemerintah lebih dahulu. Namun dengan izin

yang dimilikinya perusahaan pertambangan tidak dapat langsung melakukan

penambangan sesuai dengan lokasi yang ditunjukkan dalam izin bersangkutan, akan

tetapi perlu melihat dahulu di lokasi penambangan, apakah di lokasi tersebut terdapat

hak-hak atas tanah yang dimiliki pihak lain.

14

(10)

ruang lingkupnya sangat luas karena obyek yang diatur adalah mengenai bumi, air

dan ruang angkasa. Undang-undang ini menyebutkan secara tidak langsung

bagian-bagian agaria yakni bumi, air, kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 1 ayat (2) serta Pasal

2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria menempatkan hak menguasai negara

sebagai dasar dan asal dari hak-hak keagrariaan. Berdasarkan kekuasaan negara ini

kemudian diterbitkan kekuasaan-kekuasaan dalam ukuran yang lebih kecil, dalam

bentuk, dan sifatnya beraneka ragam. Undang-Undang Pokok Agraria sebagai dasar

hak penguasaan negara, atas bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya termasuk pertambangan batubara. Pengelolaan

pertambangan tidak terlepas dari tanah, dalam implementasi asas perlekatan,

pemilikian tanah pada negara menggunakan haknya atas ruang bawah tanah berupa

penguasaan mineral dan batubara.

Dasar tujuan dari konsep dikuasai negara sebagaimana ditetapkan dalam

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 maupun UUPA, bahwa hak menguasai oleh negara

adalah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan berdasarkan tujuan tersebut ada

beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar, yaitu :

a. Apabila denganitikad baik tanah-tanah telah dikuasai dan dimanfaatkan oleh

rakyat, maka pernyataan itu harus dihormati dan dilindungi. Keberadaan

(11)

kemakmuran rakyat. Rakyat harus mendapat didahulukan dari pada accupant

baru yang menyatakan formalitas-formalitas hukum berlaku; dan

b. Tanah yang dikuasai negara, tetapi telah dimanfaatkan rakyat dengan itikat

baik hanya dapat dicabut atau diasingkan dari mereka, semata-mata untuk

kepentingan umum, yaitu untuk kepentingan sosial dan/atau kepentingan

negara.

c. Setiap pencabutan atau pemutusan hubungan hukum atau hubungan konkrit

yang diduduki atau dimanfaatkan dengan itikad baik, harus dijamin tidak akan

menurunkan status atau kualitas mereka karena hubungan mereka dengan

tanah tersebut.

Pasal 16 dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang

Pokok Agraria, hak atas tanah meliputi, Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, Hak Pakai, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan. Dalam

beberapa Undang-Undang yang ada di kenal Hak Masyarakat Hukum Adat. Apabila

ada hak-hak atas tanah tersebut yang melekat di areal atau kawasan yang akan

diusahakan pertambangan sedangkan dari hasil kajian yang telah dilakukan oleh

pihak perusahaan pertambangan terdapat sumber Mineral dan Batubara, tentunya

perusahaan pertambangan akan menghadapi masalah yaitu perbenturan kepentingan

antara penggunaan hak atas tanah dengan penggunaan hak penambangan pada

wilayah yang sama. Sementara itu pada umumnya hak atas tanah lebih dahulu

(12)

Permasalahan yang akan dihadapi menyangkut pembenturan kepentingan

penggunaan hak atas tanah sangat terbuka, dimana pemerintah hak atas tanah dan hak

atas pertambangan kepada dua orang yang berbeda tetapi berada di kawasan yang

sama. Pada permukaan tanah pemerintah memberikan hak milik, hak guna usaha, hak

guna bangunan, atau hak pakai sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pokok

Agraria kepada seseorang (individu, badan usaha berbentuk badan hukum atau non

badan hukum), sedangkan di bawah permukaan tanah pemerintah memberikan hak

atas pertambangan kepada orang lain sesuai dengan Undang-undang Pertambangan.

Konsekwensinya akan terjadi benturan secara horizontal antara peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan kawasan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor

5 tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 dan peraturan lain yang

terkait.

Dengan demikian berarti, bahwa pemilik hak atas pertambangan tentu tidak

dapat langsung melakukan penggalian atau pengeboran tanah karena disitu ada hak

atas tanah. Sedangkan pemilik hak atas tanah pada umumnya akan melarang orang

lain memasuki lahannya dan melakukan pertambangan. Apalagi hak atas tanah lebih

dahulu diberikan dari pada hak atas pertambangan, dan jika ini dipaksakan oleh

pemilik hak atas pertambangan yang telah diberikan oleh pemerintah untuk

melakukan penggalian atau pengeboran akan menimbulkan konflik atau sengketa

(13)

kosekwensinya pihak-pihak akan mengalami kerugian dan juga akan menimbulkan

keresahan dalam masyarakat.

Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga

mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu

keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan

manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung ditolak

masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI)

yang sangat merusak lingkungan.15

Berdasakan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral disebutkan bahwa setelah otonomi

daerah telah dikeluarkan lebih dari 10.000 Izin Usaha pertambangan. Hal mana telah

mendorong Direktorat Jenderal Mineral melakukan kebijakan Clean and Clearatau

penataan dan kejelasan terkait Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebagai langkah

mengatasi berbagai masalah perizinan tambang yang tidak tertata (tumpang tindih).

Hal mana dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara ternyata

hingga 14 Mei 2012 hanya 4 16

15

Rencana Jangka Pembangunan Menengah (RJPM) Republik Indonesia, Bab 32.

16

Mohamad Anis, Menjamin Pembangunan berkelanjutan, Warta Mineral Majalah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Edisi XII-April 2012, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, hlm.5.

dari lebih 10.000 izin yang tidak bermasalah atau

(14)

Sebagaiman telah diuraikan, bahwa persoalan perizin pertambangan juga

menjadi permasalahan, karena setiap orang atau perusahaan yang melakukan usaha

di bidang apa saja dalam hal ini Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya di sebut

IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan yang diterbitkan oleh

pihak yang berwenang yaitu Pemerintah. Dahulu izin yang diperlukan hanya

berhubungan dengan bidang usahanya, perusahaan berstatus sebagai perusahaan yang

resmi atau legal. Namun sejalan dengan perkembangan keadaan, semua usaha yang

berhubungan dengan pengeloaan Sumber Daya alam dan berkaitan dengan

lingkungan hidup, sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap perusahaan

wajib memiliki izin lingkungan, yang dapat digunakan sebagai dasar bagi perusahaan

untuk mengurus penerbitan izin usaha agar dapat menjalankan usahanya. Pasal 1

angka 1 dari Undang-undang tersebut menetapkan, Izin lingkungan adalah izin yang

diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib

AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

Berdasarkan dari uraian-uraian tersebut di atas, terdapat beberapa

permasalahan yang timbul atas hak pengelolaan pertambangan, meliputi perizinan

pertambangan, penerapan konsep pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan

usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan serta hak atas tanah yang terdapat

(15)

perundang-undangan yang tidak sinkron dan tumpang tindih yang harus ada koordinasi antara

sektor dan instansi yang terkait dalam kegiatan pertambangan. Berdasarkan uraian

tersebut di atas penulis memilih judul tesis : “Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan Hukum Pertanahan”

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi peraturan perundang-undangan hak atas pengelolaan

pertambangan dalam pemanfaatan Sumber DayaMineral dan Batubarayang

berwawasan lingkungan hidup?

2. Bagaimana hubungan kewenangan antara hak atas pengelolaan pertambangan

dengan hukum pertanahan dalam hal ini Undang-undang Pokok Agraria?

3. Bagaimana penyelesaian hukumnya jika terjadi benturan kepentingan antara

pemilik hak pertambangan dan pemilik hak atas tanah dalam pemanfaatan

fungsi atas hak yang melekat pada kedua hak tersebut.?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Soejono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan

(16)

tersebut.17

1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan hak atas pengelolaan

pertambangan dalam pemanfaatan Sumber DayaMineral dan Batubarayang

berwawasan lingkungan hidup.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan kewenangan antara hak atas

pengelolaan pertambangan dengan hukum pertanahan dalam hal ini

Undang-undang Pokok Agraria.

3. Untuk menganalisis dan alternatif pemecahannya jika terjadi benturan

kepentingan antara hak atas pertambangan dengan hak atas tanah dalam

pemanfaatan fungsi yang melekat pada kedua hak tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam rangka know how di

dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa

yang seyogianya atas isu yang diajukan. Mengingat penelitian hukum merupakan

suatu kegiatan dalam rangka know how, isu hukum hanya dapat diindetifikasi oleh

ahli hukum serta mempunyai expertise dalam menganalisis hukum yang mampu

melakukan penelitian hukum.18

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI-Press, 1986), hlm.118.

18

(17)

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam

memperoses ilmu pengetahuan.19 Secara operasional penelitian dapat berfungsi

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,

mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.20

a. Secara teoritis.

Sesuai dengan

tujuan penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas, diharapkan dengan penelitian

ini akan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini diharapkan akan membuka wawasan

dan paradigma berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum

yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan

Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya dengan Hukum Pertanahan.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan

referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

b. Secara praktis.

Sebagai pedoman dan masukan bagi Pemerintah dalam hal ini sektor yang

berhubungan dengan usaha pertambangan dan hak atas tanah yang diatur dalam

hukum agraria. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan kajian bagi legislatif

untuk penyusunan konsep-konsepakademis dibidang pertambangan yang

19

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju,2008), hlm.10.

20Ibid

(18)

berwawasan lingkungan dan hukum pertanahan. Diharapkan juga sebagai

informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk memahami hak atas

pengelolaan pertambangan dan hak-hak atas tanah dalam rangka pemanfaatan

sumber daya alamyang menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan

berwawasan lingkungan hidup yang terdapat dibawah lapisan tanah.

E. Keaslian Penelitian

Dari hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul “ Analisis Yuridis Atas

Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya

dengan Hukum Pertanahan”, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

F. Kerangka Teori Dan Konsep

1. Kerangka Teori

Menentukan suatu teori dalam penelitian dalah penting, sedemikian

pentingnya, sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong Q

Siahaan mengatakan “The basic purposes of scientific research is the theory he

adds that a good theory properly seen present a systematic view of phenomene by

(19)

prediction the phenomenona”21 Artinya dasar dari suatu penelitian adalah teori yang

secara sistematis dapat menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan sesuatu

yang akan dipredeksi atas fenomena tersebut. Teori harus mengungkapkan suatu tesis

atau argumentasi tentang fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk

substansi atau eksistensinya.22. Suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui

dunia sosial dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat

menghubungkan teori dengan ilmu bahkan ilmu pengetahuan lain.23 Menurut John

W.Best, teori pada dasarnya berisi penggambaran hubungan sebab akibat diantara

variabel-variabel. Suatu teori di dalam dirinya terkandung keunggulan untuk bisa

menjelaskan suatu gejala, tidak itu saja suatu teori juga berkekuatan untuk

mempredeksi suatu gejala.24 Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran

atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan

(problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.25

Kebutuhan akan kerangka teori semakin jelas bila dilihat dari fungsinya, yaitu

Pertama kerangka teori menguraikan variabel-variabel yang diperhitungkan atau yang

dijadikan sebagai objek yang diusulkan dalam suatu penelitian dan darinya memberi

hasil bagi pemecahan masalah. Kedua, memberikan batasan-batasan kepada

penyelidikan yang akan diajukan dengan menyarankan variabel-variabel mana yang

21

Lintong O. Siahaan, Prospek PTUN sebagaimana penyelesaian Sengketa Administrasi Indonesia, Cetakan pertama (Jakarta: Perum Percetakan Negara RI,2000), hlm 5.

22

H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung :Refika Aditama 2005), hlm. 23.

23

Ibid, hlm.23.

24

Uber Silalahi, Metode dan Metodologi Penelitian (Bandung, Bina Budaya, 1999), hlm 69.

25

(20)

harus dipandang sebagai tidak relevan dan karena itu harus diabaikan. Ketiga,

kerangka teori merupakan struktur yang memberikan arti kepada hasil-hasli

penelitian. Bagaimanapun juga arti hasil-hasil penelitian yang diperoleh melalui

analisis data adalah dengan mengacu kepada kerangka teori. Keempat kerangka teori

memberikan premis-premis dari mana peneliti dapat mendeduksikan obyek-obyek

penelitian.26

Menurut Koentjaraningrat dikatakan bahwa landasan teori atau lazim juga

disebut kerangka teori, berisikan teori yang dapat membantu peneliti dalam

menentukan tujuan dan arah penelitian, serta berguna untuk menentukan konsep

secara tepat.27

a. Teori Negara Hukum.

Berdasarkan uraian tentang kerangka teori di atas, maka teori yang digunakan

sebagai pisau analisis serta untuk menganalisis permasalahan mendasar dalam

penelitian ini adalah :

Penggunaan teori negara hukum (grand theory) dalam penelitian ini,

didasarkan pada pertimbangan bahwa UUD 1945 merupakan sumber tertinggi

hirachie peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan di dalamnya

dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Selanjutnya, di dalam

Konstitusi negara Republik Indonesia, yakni UUD 1945 yang sudah

26

Uber Silalahi, opcit, hlm 70.

27

(21)

diamandemen, dinyatakan pula Indonesia adalah negara hukum. Gagasan

negara hukum ini telah berkembang sejak Plato menulis Nomoiatau bahkan

jauh sebelum itu.28Gagasan negara hukum didasari oleh suatu keyakinan

bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atasdasar hukum yang baik dan

adil.29

Immanuel Kant, mengemukakan konsep negara hukum liberal, dimana paham

negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan fungsi rechtstaat, hanya

sebagai alat pelindung hak-hak individual dan kekuasaan negara diartikan

secara pasif, yang bertugas sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan

masyarakat.Paham Kant ini terkenal dengan sebutannachtwakerstaat

ataunachtwachterstaat.30

Hukum menjadi salah satu unsur penting dalam kehidupan bernegara

sebagaimana dikemukakan Sri Soemantri Martosoewigno, bahwa negara yang

dikategorikan sebagai negara hukum harus mempunyai unsur-unsur sebagai

berikut :31

1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan.

2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)

28

Padmo Wahjono, Indonesia Negara Beradasarkan Hukum (Jakarta :Ghalia Indonesia,1986), hlm 7.

29

Franz Magnis Suseno, Etika Politik (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 1994) hlm 295.

30

Muhamad Tahir Azhari, Negara Hukum-Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsip Dilihat Dari Hukum Islam, Implementasinya Pada Negara Madinah dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) hlm.66.

31

(22)

3. Adanya pengembagian kekuasaan dalam negara; dan

4. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechtterlijk controle).

b. Teori Negara hukum Kesejahteraan.

Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran negara

hukum yang kini dianut oleh negara-negara di dunia khususnya setelah perang

dunia kedua adalah negara kesajahteraan (welfare state). Menurut Lemaire

sebagaimana dikutip oleh S.F. Marbun, disebut bestuuszog (negara berfungsi

menyelenggarakan kesejahteraan umum, merupakan konsepsi negara hukum

modren, menempatkan peranan negara pada posisi yang kuat dan besar. Tugas

dan wewenang serta tanggung jawab pemerintah semakin berkembang dan

bertambah luas baik secara kuantitatif maupun kualitatif.32 Konsep negara

hukum kesejahteraan, (Lemaire menyebutnya bestuurzorg) 33

c. Teori Hak Menguasai Negara Atas Tanah.

negara selain

tunduk pada hukum yang berlaku, juga memiliki tugas dan tanggung jawab

mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Negara tidak semata-mata sebagai

penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat, tetapi bertanggung jawab

untuk mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum guna

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

32

Hasan Basri, Keadilan dan Kepastian Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Penggadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan PLTU di Lombok Barat), Jurnal IUS, Univ Mataram, 2013, hlm 81.

33

(23)

Hak menguasai tanah oleh negara sebagaimana telah diuraikan diatur dalam

Pasal 33 ayat (3) UUD-NRI 1945 yang dengan tegas dinyatakan :”Bumi dan

air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria merupakan aturan pelaksanaan Pasal

33 ayat (3) UUD NRI 1945 menjelaskan pengertian hak menguasai Sumber

daya alam oleh negara sebagai berikut :

1. Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 dan hal-hal sebagai

yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa termasuk

kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi

dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak

menguasai Negara tersebut dalam ayat pasal ini memberikan wewenang

untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,air, dan

ruang angkasa.

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan–perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang

(24)

2. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut

pada ayat 2 pasal 33 digunakan untuk mencapai kemakmuran rakyat

dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, kemerdekaan dalam masyarakat

dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur.

Dengan demikian berarti pengelolaannya dilaksanakan oleh negara

sebagai organisasi terbesar dalam sebuah bangsa. Dalam hal ini negara

memiliki hak dalam pengelolaan sumber daya alam, negara mendapatkan

hak ini tentu saja dari seluruh rakyat Indonesia melalui Hak Bangsa

(pemilik sumber daya alam tersebut).

Negara sebagai pemilik hak pengelolaan ini mendapat kewenangan dari

konstitusi dasar dan dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan

perundang-undangan sumber daya alam, antara lain adalah hak atas

pengelolaan pertambangan yang tercakup dalam hukum pertambangan

yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009, dan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, mempunyai saling

keterkaitan dengan substansi penyusunan tesis ini, namun sebagai pisau analisis yang

dipergunakan dalam penyusunan dan pembahasan tesis ini adalah teori negara negara

hukum kesejahteraanterutama dalam menjawab permasalah yang diajukan, yaitu

(25)

pertambangan dan Mineral dan Batubara adalah teori negara hukum, dalam hal ini

pemerintah melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal ini terdapat terdapat Undang-undang Nomor 5 tahun

1960 sebagai landasan hukum pertanahan di Indonesia, Undang-undang Nomor 4

tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru, dan Undang-undang Nomor

32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagai

penjabaran dan dasar hukum untuk mewujudkan pertambangan yang berwawasan

lingkungan hidup.

Demikian juga dengan masalah kedua, dan ketiga dipergunakan teori negara

hukum kesejahteraan didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan untuk memanfaatkan sumber daya untuk kemakmuran rakyat.

Hak menguasai negara untuk menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum

antara orang-orang dan perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa;

Wewenang yang bersumber pada hak menguasai negara digunakan untuk mencapai

kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, kemerdekaan dalam

masyarakat.

2. Kerangka Konsep

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang

(26)

operasional.34 Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori, peranan konsep

dalam penelitian ini adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara

abstraksi dan realita.35 Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif, dari segi

subyektif konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu.

Sedangkan dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan

intelek tersebut. Hasil dari tangkap akal manusia itu dinamakan konsep.36 Satjipto

Rahardjo, menguraikan bahwa konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum

disamping yang lain seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk

membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya

dalam hukum, Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan

oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.37

34

Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1992) hlm.10.

35

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta LP3ES, 1989), hlm 24.

36

Komaruddin, Yooke Tjuparmah.S, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm .122.

37

Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 70.

Dalam penelitian ini, kerangka konsep akan menjelaskan hal-hal yang

berkenaan dengan konsep yang akan dipergunakan oleh peneliti. Seperti telah

dikemukakan, bahwa konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang

digenarlisasikan dalam hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.

Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian

antara penafsiran mendua (debius) dari suatu istilah yang dipakai, selain itu

(27)

Beranjak dari judul tesis ini, yaitu : “Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan Hukum Pertanahan”, maka dapat dijelaskan konsep ataupun pengertian yang terkandung dari kata demi kata dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis (Kajian) adalah hasil peningkatan dari upaya dan kegiatan untuk

menambah pengetahuan38

2. Yuridisdalam hal ini dimaksudkan dengan hukum dapat diartikan keseluruhan

peraturan yang tertulis dan tidak tertulis, yang biasanya bersifat memaksa untuk

kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antar negara yang berorientasi

pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai dalam

masyarakat.

.

39

3. Hak (rights) merupakan aspek dan satu kesatuan, malah bagian dari hukum. Hak

dalam arti Inggris mempunyai kaitan dengan, rights as apposed wrong, rights as

correlative to duty.Dalam kaitannya dengan hukum, maka hak yang dimiliki dan

diberikan oleh hukum adalah hak untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

ada diberikan kepadanya.40

4. Pengelolaan ialah proses yang memberikan pengawasan pada pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.41

38

.Bambang Setyabudi, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), (Jakarta :DPTLKMNLHRI, 2007), hlm 168.

39

Notohamidjojo, Soal-Soal Filsafat Hukum, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1975) hlm.21.

40

A. Masyhur effendi, Membangun Kesadaran HAM Dalam Masyarakat Modern, dikutip dari Memahami Hukum (Jakarta:Rajawali Press 2011), hlm 82-83.

(28)

5. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan Mineral atau Batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan permurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

pascatambang.42

6. Berwawasan Lingkungan Hidup (Environmetally sustainable development)

adalah upaya sadar dan terencana memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan

ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan

hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi

masa kini dan generasi masa depan.43

7. Hukum Pertanahan, pertanahan disini dimaksudkan adalah agraria. Kata Agraria

seringkali dipakai dalam arti yang berbeda. Dalam bahasa latinager berarti tanah

atau sebidang tanah. Agraria dalam kamus berarti sebagai urusan pertanahan,

urusan pemilikan tanah, sedangkan agraris diartikan mengenai pertanian,

mengenai petani atau cara hidup petani; bersifat pertanian.44

Sebutan agraria atau dalam bahasa InggrisAgrarian diartikan tanah dan

dihubungkan dengan usaha pertanian. Sebutan Hukum Agraria atau Hukum

Pertanahan sering dipergunakan untuk menunjukkan kepada perangkat

peraturan-42

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.

43

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

44

(29)

peraturan hukum yang bertujuan mengadakan pembagian tanah-tanah yang luas

dalam rangka lebih meratakan penguasaan dan pemilikannya.45

Metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan

suatu masalah berdasarkan metode tertentu. Metode adalah cara kerja atau tata kerja

untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian dari ilmu pengetahuan

yang bersangkutan.

G. Metode Penelitian

46

Penelitian atau kegiatan ilmiah bertujuan untuk

mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.47 Penelitian

hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari gejala-gejala hukum dengan

cara menganalisisnya.48

45

Budi Harsono. Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Indonesia, Isi dan Pelaksanaannya (Jakarta: Djembatan, 2005). Hlm 5.

46

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian hukum Empiris (Jakarta Indonesia Hilco, 19909), hlm.106.

47

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2001).hlm.1. ).

48

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta Sinar Gratifika, 1996hlm.6

Pendekatan dalam penelitian tesis ini adalah yuridis normatif,

karena meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai

asas-asas, kaidah dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan hak atas

(30)

asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan

pengadilan atau disebut juga penelitian doctrinal.49

1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam tesis, makapenelitian

ini bentuknya bersifatpreskriftif analisisyaitu suatu penelitian yang ditujukan

untukmendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah

tertentuyangbertujuan mengambarkan dan mengkajihak atas pengelolaan

pertambangan dalam kaitannya dengan hukum pertanahan. Menggunakan

pendekatan yuridis normativeyaitu penelitian kepustakaan karena sasaran

penelitian adalah ketentuan hukum yang berkenaan dengan pertambangan,

hukum lingkungan dan pertanahan (Agraria) dari segi peraturan

perundang-undangan.

2. Sumber Data/Bahan Hukum

Data yang diperoleh dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder sebagai

data utama yang diperoleh dari Studi kepustakaan, arsip-arsip,

laporan-laporan penelitian, bahan pustaka yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer,50

49

Bismar Nasution, Methode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum Makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum Pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2013, hlm 1.

50

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta :Ghalia Indonesia,1988).hlm.55.

yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu

Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia, Undang-Undang-Undang-Undang

(31)

Undang-UndangPertambangan Mineral dan Batubara Undang-undang Nomor 4

tahun 2009, Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksananya meliputi

beberapa Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri.

b. Bahan hukum sekunder51

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum

primer dan sekunder seperti Kamus, Ensiklopedia dan sebagainya.

yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum primer, antara lain berupa jurnal, texs book, buku-buku dan

sebagainya.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitik beratkan pada studi

kepustakaan.Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penyusunan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

studi kepustakaan, arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi dari instansi yang

terkait serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

substansi dari tesis ini.

4. Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasi obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta

dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian ini diperoleh

melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :

51

(32)

a. Studi Dokumen.

Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan

membaca, menelaah, meneliti, mengindentifikasi dan menganalisis data

sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.52

b. Informan.

Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data dimana penulis

melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang

akan memberikan keterangan-keterangan dalam melengkapi data yang

telah diperoleh. Alat yang dipergunakan adalah pedoman wawancara

dengan melakukan wawancara langsung kepada nara sumber (informan)

yang berkompeten sesuai dengan substansi penelitian, yaitu Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Sumatera Utara, Dinas Pertambangan

Sumatera Utara dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara.

5. Analisa Data

Analisa data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui

verifikasi data sekunder dan primer. Untuk selanjutnya dilakukan

pengelompokan sesuai dengan pembahasan permasalahan Analisa data adalah

sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi

52

(33)

yang sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang

nyata.53

Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan secara kualitatif dengan

mengumpulkan data sekunder dan primer, selanjutnya dilakukan analisis dan

ditafsirkan secara logis dan sistematis. Kerangka berpikir deduktif dan

induktif akan membantu dalam penelitian ini khususnya dalam taraf

konsistensi, serta konseptual dengan prosedur dan tata cara sebagaimana yang

ditetapkan oleh asas-asas hukum yang berlaku umum dalam

perundang-undangan. Kemudian data yang disusun secara sistematik dianalisis untuk

menjawab permasalahan dari tesis ini, selanjutnya dikemukakan kesimpulan

dan saran.

53.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan ditetapkannya cuti bersama tahun 2017 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2017 ten tang Cuti Bersama Tahun 2017 dan untuk efektivitas pelaksanaan cuti

Küresel kriz ardından, dünya genelinde ilgi uyandıran İslami bankacılığın, Türkiye’deki adıyla katılım bankacılığının hangi unsurları itibarıyla geleneksel

Semua data hasil proses dari aplikasi akademik maupun data guru dan karyawan serta data lain yang masih ada kaitannya dengan sekolah akan terpusat di server lokal sekolah dan

Secara metodologi, penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu : pertama, meliputi pemisahan objek bangunan terhadap objek lainnya dengan menggunakan

Syahadat ini merupakan syahadat tauhid yang menyatakan ikrar atau sumpah seorang hamba bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT yang

Semakin meningkatnya suhu maka difusi yang terjadi juga semakin besar, sehingga proses ekstraksi juga akan berjalan lebih cepat dan konsentrasi karotenoid

Oleh hal yang demikian, dalam kajian ini beberapa teori KGND yang telah dibincangkan akan digabungkan dan daripada gabungan tersebut tiga jenis ganti nama diri

System pelayanan tertutup yaitu merupakan kegiatan layanan yang tidak memberikan kebebasan pada pengguna untuk mengambil langsung koleksi di rak, melainkan memilih koleksi