1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Sepatu Compass adalah salah satu brand sepatu lokal yang menggunakan sistem perakitan 100% vulcanized. Teknik perakitan vulcanized ini persis dengan cara pembuatan sepatu-sepatu berkualitas asal luar, seperti Converse dan Vans. Vulcanized atau proses vulkanisir adalah perakitan karet agar menjadi lebih kuat menggunakan temperatur tinggi. Teknik ini termasuk langka apabila dibandingkan dengan teknik membuat sepatu lain seperti menggunakan bahan canvas dan kulit.
Gambar 1.1 Logo Sepatu Compass
Sumber : sepatucompass.com (diakses 21 Februari 2020)
Sepatu Compass pertama kali di dirikan di Bandung, awalnya Sepatu Compass ini merupakan brand Gazelle Sport yang berdiri pada tahun 1988 oleh Alm. Kahar Setiadi dibawah naungan PT. Kompas Mas. Lalu pada tahun 1998 didirikanlah Sepatu Compass oleh anaknya yaitu Bapak Ir. Kahar Gunawan .MM. Materialnya menggunakan kain twiil yang tidak setebal kanvas pada body sepatu menjadikan sepatu lebih lentur dan diklaim berkualitas internasional. Sepatu Compass pernah buntu dalam pengembangannya. Tren itu pun dialami banyak juga produk lokal Indonesia di tengah gempuran merek luar negeri yang masuk Indonesia sejak awal tahun 2000-an yang membuat minat masyarakat lebih memilih sepatu luar dibandingkan sepatu lokal. Dari tahun itu, Compass mengalami pasang surut dan penjualan yang tidak stabil. Pada tahun 2017, Compass menggadang Aji Handoko Purbo sebagai creative director yang dengan sukses memberikan sentuhan baru dan
2 innovative ke brand asal Bandung ini. Compass kemudian memanfaatkan media sosial untuk melakukan rebranding.
Tak lama setelah Aji bergabung, compass mengeluarkan model sneakers Gazelle. Kemunculan Gazelle bahkan diklaim sanggup menjajarkan sneakers Compass setara dengan Vans. Sepatu ini pun di-review oleh para influencer fashion salah satunya Tirta Mandira Hudhi alias dr.Tirta.
Gambar 1.2 Sepatu Compass Model Gazelle
Sumber : https://id.valueq.com (diakses 26 Februari 2020)
Salah satu poin unik dari Gazelle terdapat pada toe cap yang berukuran serempat dari desain sneakers pada umumnya dan mengusung model vintage tahun 1940-an. Harga sepatu Compass di banderol dengan harga yang cukup terjangkau, misalnya Gazelle High sneakers seharga Rp. 328,000 dan Gazelle Low sneakers seharga Rp. 278,000. Walaupun harganya terbilang terjangkau, namun kualitas Sepatu Compass sangat baik. Contohnya stitching yang sangat rapi dapat dilihat dan bagian sol dengan perakitan vulcanized yang dapat tahan lama. Tak hanya itu, setiap pembelian Sepatu Compass juga akan mendapatkan Certificate of Authenticity untuk memastikan otentikasi dari produk.
Puncaknya, pada momen Asian Games 2018 muncul tren penggunaan produk lokal. Setelah itu, popularitas Compass semakin menjadi bagi para pecinta sepatu. Februari 2019, Compass merilis seri kolaborasi dengan seorang influencer, Bryant
3 Notodihardjo. Kolaborasi ini menghasilkan sepatu Compass dengan seri Bravo 001 yang dirilis saat Jakarta Sneaker Day 2019. Compass X Bryant dengan military style yang hanya di produksi 100 pasang dengan harga Rp398 ribu ludes terjual dalam 90 menit saja. Sepatu Compass edisi Research & Destroy Proto 1 Hi (Rp. 518,000) & Low (Rp. 468,000) juga terjual online hanya dalam waktu 1 menit. Prestasi ini membuktikan bahwa ada banyak peminat produk-produk dalam negeri yang berkualitas seperti sepatu compass.
Popularitas dari sepatu Compass ini merupakan mencirikan tren fashion yang memberikan simbol eksklusifitas bagi pemiliknya. Dalam perjalannya mode sepatu Compass tadinya sekedar usable menjadi fashionable. Kesan IndoPride dan simbol eksklusif yang disebar oleh influencer pun ternyata berpengaruh terhadap sepatu compass. Apalagi bagi para pemuda pemudi kelas menengah yang ingin menunjukkan dimana mereka berada di masyarakat. Ditambah lagi, gaya Presiden RI Joko Widodo yang sering memakai outfit brand lokal yang mendorong brand lokal seperti Compass disadari kehadirannya. Rasa bangga tentu akan muncul. Apalagi saat komunitas dan media social memberikan pengakuan terhadap pemilik. Secara tidak langsung Compass sebuah sepatu yang menjadi ikon identitas.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia sangatlah pesat, hal ini membuat setiap orang bisa memanfaatkannya seperti dalam bidang fashion. Dimana fashion pasti digunakan oleh setiap orang mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, fashion mencerminkan diri dan status sosial pemakainya. Dalam teori klasik sosiolog Marx Webber berpendapat jika keberhasilan penggunaan barang simbolik ini akan meningkatkan prestis dan solidaritas kelompok. Selain itu sosiolog Georg Simmel, melihat jika fashion adalah ruang untuk individu masuk ke dalam bagian kelompok tertentu.
Dorongan konsumen yang ingin tampil lebih baik dari orang lain dapat membuat konsumen dalam melakukan pembelian. Minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang mengambarkan rencana pembelian produk dengan merek tertentu (Adriansyah & Aryanto, 2012). Dalam pencapaiannya konsumen akan melakukan sebuah proses pencarian informasi tentang produk yang dimaksud.
4 Menurut Afianka (2012), minat mampu menciptakan motivasi yang terekam dalam benak konsumen dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat. Ketika konsumen harus memenuhi kebutuhannya, mereka akan mengaktualikasikan apa yang ada di dalam benaknya.
Salah satunya sepatu yang pada zaman sekarang bukan hanya alat sandang tetapi merupakan kebutuhan yang perlu di miliki setiap orang. Oleh karena itu, persaingan dalam industri sepatu sangat ketat, dapat dilihat dari banyaknya merek sepatu dalam negeri maupun luar negeri yang bersaing untuk memikat konsumennya. Perusahaan satu dengan perusahaan lainnya saling memberikan inovasi dan kreatifitas dalam menciptakan produknya agar bisa menarik konsumen dalam memutuskan untuk melakukan pembelian.
Brand lokal yang bergerek di bidang sneaker sudah sangat banyak tersebar di Indonesia, Salah satunya adalah Compass, Compass merupakan salah satu brand lokal yang bergerak di bidang fashion yaitu sepatu khususnya sneakers, yang berdiri sejak tahun 1998 dan berasal dari Kota Bandung. Compass merupakan salah satu local brand yang sudah berdiri cukup lama namun mulai sangat hangat diperbincangan pada satu atau dua tahun belakangan ini, hal tersebut dibuktikan dengan produknya yang selalu sold out dalam waktu beberapa menit saja, dan para pecinta sneakers yang selalu rela memperebutkan produk dari Compass tersebut. Brand lokal ini mampu menarik perhatian para konsumen khususnya anak muda. Salah satu pencapaian Compass yang sangat menarik perhatian adalah seperti yang dimuat dalam www.bisnis.tempo.co , dalam pagelaran Urban Sneaker Society yang dilangsungkan di Jakarta pada 9 November 2019 kemarin, Compass menjadi local brand yang sangat digandrungi para pecinta sneakers di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan diberlakukannya antrean khusus untuk para pembeli produk dari Compass tersebut. Hal tersebut dilakukan karena antusiasme dari para masyarakat yang sangat tinggi terhadap produk yang sangat rare tersebut.. Perusahaan ini pernah mengalami kebuntuan dan penjualan yang tidak stabil pada tahun 2000an, sebelum akhirnya pada tahun 2017 compass menggandeng Aji Handoko Purbo sebagai creative director dan melakukan rebranding terhadap merek sepatu ini. Aji memberikan sentuhan baru terhadap Compass lewat inovasi dan kreatifitasnya dengan mengeluarkan model-model baru seperti gazelle yang dapat diminati oleh konsumennya. Penjualan Compass terus meningkat dan
5 menjadi incaran banyak orang. Terdapat data yang menjadikan Compass masuk dalam sepatu lokal yang bersinar sepanjang tahun 2019, dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 8 Sepatu Lokal yang Bersinar Sepanjang 2019
Merek Sepatu Harga
Compass Rp. 300.000 NAH Project Rp. 270.000 - Rp. 415.000 Saint Barkley Rp. 350.000 – Rp. 500.000 Brodo Rp. 150.000 - Rp. 700.000 Word Division Rp. 400.000 Geoff Max Rp 285.000 - Rp 420.000 PijakBumi Rp. 300.000 - Rp. 1.000.000 Rafheoo Rp 350.000 - Rp 500.000
Sumber: lifestyle.kompas.com (diakses 4 Maret 2020)
Dari table diatas, diketahui bahwa Compass menjadi sepatu lokal yang paling bersinar di tahun 2019, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Compass terbilang sukses sehingga bisa bersaing di pasar sepatu Indonesia. Selain itu, Compass memiliki banyak pesaing dalam industri sepatu lokal seperti NAH Project, Saint Barkley, Brodo, Word Division, Geoff Max, PijakBumi dan Rafheoo. Tidak hanya brand sepatu lokal saja yang menjadi pesaing dari Compass, tetapi brand sepatu dari luar negeri seperti Vans, Converse dan Puma (lifestyle.kompas.com).
Untuk harga dari sepatu Compass terbilang terjangkau, namun kualitas sepatu Compass sangat baik. Contohnya stitching yang sangat rapi dapat dilihat dan bagian sol dengan perakitan vulkanisir yang dapat tahan lama. Tak hanya itu, setiap pembeliannya juga akan mendapatkan Certificate of Authenticity untuk memastikan otentikasi dari produk. Dalam proses produksi, Compass masih menggunakan teknik handmade, melibatkan masyarakat sekitar dalam pengerjaannya dengan ikatan kekerabatan. Oleh karena itu, Compass membatasi produksinya yang dalam sebulan maksimal di kisaran 3000 pasang. Pembatasan ini jumlah produksi ini dilakukan agar
6 pengerjaanya tidak terburu-buru dan menjaga kualitas dari sepatu itu sendiri. Selain itu juga pembatasan ini merupakan strategi dari Compass dimana mereka melakukan scalling-up bertahap agar permintaan pasar tetap terjaga, sehingga sepatu ini di pasaran menjadi masih langka yang membuat banyak orang mengincar sepatu tersebut. Supply yang terbatas membuat harga resell bisa berkalilipat dari harga retail, bahkan harga bekas dari sepatu ini bisa lebih mahal dari harga baru retailnya.
Strategi lain yang dilakukan Compass yaitu dengan berkolaborasi dengan influencer atau brand lain, seperti Brian Notodihardjo atau Bryant, yang merupakan seorang influencer sekaligus social media manager LOC. Bryant dan Compass merilis sepatu seri Bravo 001 pada Februari 2019, di mana sepatu seri ini juga di jual di event Jakarta Sneakers Dy 2019. Sepatu kolaborasi Compass dan Bryant ini, bisa ludes terjual, hanya dalam kurun waktu 90 menit saja, untuk 100 pasang sepatu (www.cekaja.com).
Compass melakukan penjualannya melalui marketplace dan store yang menjadi reseller yang dibatasi jumlahnya. Hal ini membuat sepatu Compass terjual habis hanya dalam beberapa menit saja, bahkan dalam perilisan salah satu model terbaru dari sepatu Compass sempat berakhir ricuh, dikutip dari kumparan.com Sepatu Compass merilis dua koleksi sepatu terbaru untuk Darahkubiru, lewat ‘Sepatu Compass 98 Vintage’ yang didesain Old Blue, dan yang didesain Pop Meets Pop. Koleksi tersebut rencananya diluncurkan hari ini, Sabtu (14/12), di gelaran Wall of Fades. Namun, peluncuran ini dibatalkan karena antrean peminat Sepatu Compass x Darahkubiru yang berakhir ricuh. Oleh karena hal itu, Compass memutuskan untuk melakukan perilisan sepatunya melalui marketplace (kumparan.com).
Padahal dalam beberapa tahun kebelakang sepatu Compass merupakan merek sepatu lokal yang kurang mempunyai nama di pasaran, tidak banyak yang tertarik untuk membeli sepatu Compass karena menganggap sepatu lokal yang biasa saja dan penjualannya juga tidak stabil. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, penjualan sepatu Compass mengalami peningkatan yang signifikan, banyak konsumen yang tertarik untuk membeli sepatu tersebut.
Dengan adanya peningkatan penjualan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa banyak masyarakat yang melakukan pembelian sepatu Compass, maka peneliti melakukan survey awal. Survey awal dilakukan dengan memberikan pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang jadi pilihan pertama saat melakukan
7 pembelian sepatu Compass. Dan teknik pengumpulannya dilakukan melalui kuesioner online.
Survei dilakukan kepada 30 orang yang pernah membeli sepatu Compass, faktor-faktor yang menjadi pilihan yaitu kualitas produk, promosi, merek, dan harga. Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui faktor utama yang menjadi keputusan pembelian sepatu Compass.
Dari hasil survei yang telah disebarkan yang, terdapat 80% konsumen pria yang dominan dibandingkan wanita. Kualitas menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass, faktor lainnya yaitu harga, merek dan promosi yang menjadi pilihan responden dalam keputusan pembelian sepatu Compass. Data pra survei dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1.2 Hasil Pra Survei
Alasan membeli sepatu Compass Persentase hasil
Kualitas produk 50%
Merek 10%
Harga 30%
Promosi 10 %
Sumber : Data Olahan Penulis (2020)
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Paramitha (2014) dengan judul penelitian “Analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk Rabbani di Bunker Rabbani Pucanng Surabaya” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk fashion rabbani adalah ditemukan tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk Rabbani di Bunker Rabbani Pucang Surabaya yaitu faktor produk, faktor harga dan tempat serta faktor store promotion. Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini ada faktor produk,harga dan tempat.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Surwati (2018) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemebelian sepatu adidas imitasi di wilayah Jatiyoso” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk sepatu Adidas imitasi di wilayah Jatiyoso
8 yaitu harga, citra merek, gaya hidup dan pengetahuan produk. Faktor harga dan citra merek yang mempengaruhi secara positif dan signifikan, gaya hidup hanya mempengaruhi secara signifikan dan yang pengetahuan produk tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menjadikan sepatu Compass menjadi objek penelitian, karena peningkatan penjualan yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penelitian ini diharapkan peneliti mampu memahami keputusan pembelian konsumen ketika ingin membeli sepatu Compass dan diharapkan dapat membantu perusahaan Compass dalam memahami keputusan pembelian pada para konsumennya. Sehingga perusahaan dapat menetapkan strategi yang tepat untuk mempertahankan konsumen dan daya saing di kota Bandung. Dengan menganalisis faktor-faktor terkait dengan keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung. sehingga judul yang diangkat peneliti adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sepatu Compass di Kota Bandung”.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung ?
2. Faktor – faktor baru apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung ?
3. Faktor – faktor dominan apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan dari penelitian ini dapat di jabarkan sebagai berikut, yaitu :
1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung.
9 2. Untuk mengetahui faktor – faktor baru apakah yang mempengaruhi keputusan
pembelian sepatu Compass di kota bandung.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor dominan apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu Compass di kota bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan penelitian ini dalam aspek praktis yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Compass.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan penelitian ini dalam aspek teoritis yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pengembangan ilmu dibidang manajemen pemasaran khususnya tentang keputusan pembelian dan menjadi bahan referensi untuk penelitian dengan bidang kajian sejenis.
1.6 Sistematis Penulisan
Sistematika penulisan merupakan suatu pola dalam menyusun karya ilmiah untuk memperoleh gambaran secara garis besar bab demi bab. Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari penelitian ini. Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka penelitian, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, skala pengukuran, teknik pengumpulan dan pengolahan data, populasi dan sampel, serta sistematika penelitian.
10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil analisis temuan dan saran mengenai penelitian.