PERBEDAAN EFEKTIVITAS TEKNIK PIJAT (MASSAGE EFFLEURAGE) DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I
FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG
Nida’an Khofia*), Zumrotul Choiriyyah**), Indri Mulyasari***) *) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Gizi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar Belakang:. Nyeri persalinan yang tidak ditangani secara adekuat menyebabkan ketidaknyamanan ibu dan akan mempengaruhi proses persalinan. Ada beberapa cara menanggulangi nyeri persalinan yaitu dengan teknik pijat (massage) dan kompres hangat. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Metode: Metode penelitian adalah quasy eksperimental dengan rancangan two group
pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin kala I fase aktif di
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah 28 responden yang dipilih secara accidental sampling. Analisis data menggunakan dependent t-test dan independent t-test serta menggunakan alat ukur berupa lembar observasi skala nyeri menurut bourbanis (α=0,05).
Hasil: Sebelum diberikan teknik pijat (massage) sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu 11 orang (78,6%),Sesudah diberikan teknik pijat (massage) sebagian besar responden mengalami nyeri sedang sejumlah 10 orang (71,4%). Sebelum diberikan kompres hangat sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu 11 orang (78,6%), sesudah diberikan kompres hangat sebagian besar mengalami nyeri sedang sejumlah 12 orang (85,7%). Ada perbedaan nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah diberikan teknik pijat (massage) (p-value 0,0001), Ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada ibu bersalin kala I fase aktif yaitu (p-value 0,0001). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai (p-value 0,259).
Simpulan: Tidak ada perbedaan yang bermakna antara teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada bidan/perawat agar dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu akan rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri saat memberikan pertolongan persalinan.
ABSTRACT
Background: The labor pain which is not treated adequately leads the mothers to feel
discomfort and it will affect the labor process. There are several ways to cope with labor pain including massage technique and warm compress.
Purpose: The purpose of this study is to find the differences in massage technique and warm
compress toward the first stage-active phase of labor pain at the working area of Bergas Health Center Semarang Regency.
Method: This study used quasi-experimental method with two group pretest-posttest design.
The population in this study was all puerperal women in the first stage-active phase at Bergas Health Center Semarang Regency. The samples in this study were 28 respondents sampled by using accidental sampling technique. The data analysis used the dependent and independent t-tests and the instrument used observation sheets of Bourbanis pain scale (α = 0.05).
Result: Before the massage technique was administered there were 11 respondents (78.6%)
having pain in medium scale, after that, there awere 10 respondents (71.4%) having pain in the medium scale. Before the warm compress was administered, there were 11 respondents (78.6%) having pain in medium scale, and after that, there were 12 respondents (85.7%) having pain in medium scale. There was a difference in the first stage-active phase of labor pain before and after massage technique was administered (p-value of 0.0001). There was a difference in the first stage-active phase of labor pain before and after warm compresses administered with p-value of 0.0001). There was no significant difference between the massage technique and warm compress to the first stage-active phase of labor pain at the working area of Bergas Health Center Semarang Regency with the p-value of 0.259.
Conclusion: There was no significant difference between the massage technique and warm
compress toward the first stage-active phase of labor pain at the working area of Bergas Health Center Semarang Regency. It is expected that this study can provide recommendations to the midwife/nurse in order to assist in fulfilling the mother’s needs of comfort in controlling pain during delivery process.
Keywords: Massage technique, Warm compress, First stage-active phase of labor pain
PENDAHULUAN
Nyeri persalinan adalah bagian dari proses normal dapat diprediksi munculnya nyeri yakni sekitar hamil aterm sehingga ada waktu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persalinan, nyeri yang muncul adalah bersifat akut memiliki tenggang waktu yang singkat, munculnya nyeri secara intermitten dan berhenti jika proses persalinan sudah berakhir (Manurung, 2011).
Menurt Manurung (2011), penyebab nyeri dalam persalinan salah satunya adalah pada kala I. Nyeri persalinan kala I merupakan nyeri visceral. Nyeri visceral berasal dari organ-organ internal yang berada dalam rongga thorak, abdomen dan
cranium. Kejadian nyeri kala I diawali dengan adanya kontraksi uterus yang menyebar dan membuat abdomen kram. Nyeri dikala I disebabkan oleh meregangnya uterus dan terjadinya eficement (pendataran) dan dilatasi serviks. Intensitas nyeri kala I bervariasi sesuai kemajuan dari dilatasi serviks yaitu kala I fase laten pembukaan 0-3 cm nyeri dirasakan sakit dan tidak nyaman dan kala I fase aktif pembukaan 4-7 cm nyeri agak menusuk dan pembukaan 7-10 cm nyeri menjadi lebih hebat, menusuk dan kaku.
Metode non-farmakologi dapat dilakukan melalui kegiatan tanpa obat antara lain dengan teknik massage, kompres panas atau dingin, sentuhan terapeutik, akupresur dan akupuntur,
TENS, musik, hidroterapi. Pengendalian nyeri non-farmakologi menjadi lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan. Disamping itu metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaan dan kekuatannya. Metode non-farmakologi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memberikan kenyamanan pada persalinan, salah satunya dengan menggunakan kompres hangat dan massagepunggung (Batbual, 2010).
Terdapat banyak teknik dalam mengurangi nyeri persalinan diantaranya adalah melakukan teknik massage dan kompres hangat. Teknik massage merupakanaspek naluriah manusia ketika merasa kesakitan pada beberapa bagian tubuh serta teknik ini menimbulkan reaksi pertamakali adalah mengeluas bagian tubuh yang sakit dengan tangan untuk mengurangi sakitnya (Rohmah, 2010). Teknik kompres hangat adalaah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh untuk mengurangi rasa nyeri (Potter dan Perry, 2006). Kedua teknik tersebut terdapat perbedaan dalam cara melakukannya sehingga mempunyai efek dan sensasi yang berbeda.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 26 September s/d 01 Oktober 2014 di Puskesmas Bergas didapatkan data pada tahun 2013 jumlah persalinan sebanyak 958. Diempat bidan praktek swasta (BPS) wilayah kerja puskesmas bergas didapatkan data pada tahun 2013 jumlah ibu melahirkan keseluruhan sebanyak 275 orang.
BAHAN DAN CARA Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasy
eksperimental dengan rancangan Two Group Pretest-Posttest design. Di dalam
hal ini perlakuan dilakukan sebanyak dua
kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Perlakuan yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest dan perlakuan setelah eksperimen disebut posttest. Dengan menekankan pada penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi berupa pemberian metode non-farmakologi dengan menggunakan
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilakukan pada Tanggal 22 Januari-06 Pebruari 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jumlah pasien persalinan dalam satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang berkisar 958 ibu bersalin.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin kala I fase aktif yang melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non random (non
Probability) sampling dengan metode
accidental sampling yaitu pengambilan sampel aksidental (accidental).
Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber melalui pengukuran rasa nyeri.
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data rekapitulasi jumlah ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi yang berisi data subjektif dan objektif terhadap responden.
Analisis Data
Analisis Univariat
Variabel yang di analisis adalah gambaran nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan baik pada kelompok A yang diberi teknik pijat (massage) maupun pada kelompok B yang diberi kompres hangat. Untuk analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribussi frekuensi.
Analisis Bivariat
Uji parametrik untuk intensitas nyeri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok teknikpijat (massage) dan kelompok kompres hangat adalah menggunakan uji statistik Dependent t
test/paired t test. Uji statistik yang
digunakan untuk membandingkan hipotesa komparatif pada dua kelompok yang tidak brpasangan menggunakan uji statistik
Independent t test/Unpaired t test.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden
Umur
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2014
Umur Teknik Massase Kompres Hangat
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) < 20 Tahun 20-35 Tahun 1 13 7,1 92,9 1 13 7,1 92,9 Jumlah 14 100 14 100 Paritas Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2014
Paritas Teknik Massase Kompres Hangat
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Primipara Multipara 9 5 64,3 35,7 8 6 57,1 42,9 Jumlah 14 100 14 100 Analisis Univariat
Skala Nyeri Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Pijat (Massage)
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skala Nyeri Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Pijat (Massage) pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2014
Skala Nyeri Sebelum Sesudah
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 0 11 3 0,0 78,6 21,4 4 10 0 28,6 71,4 0,0 Jumlah 10 100 10 100
Skala Nyeri Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skala Nyeri Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2015
Skala Nyeri Sebelum Sesudah
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 0 11 3 0,0 78,6 21,4 2 12 0 14,3 85,7 0,0 Jumlah 10 100 10 100 Analisis Bivariat
Perbedaan Skala Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Diberikan Teknik Pijat (Massage)
Tabel 5.
Perbedaan Skala Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Diberikan Teknik Pijat (Massage) pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2015
Variabel Perlakuan N Mean SD p-value
Skala Nyeri Sebelum Sesudah 14 14 5,64 4,14 1,151 0,949 0,0001
Berdasarkan uji t dependen,
didapatkan nilai t hitung sebesar 6,565 dengan p-value sebesar 0,0001. Terlihat bahwa p-value 0,0001< (0,05), ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah diberikan teknik pijat (massage) pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang.
Perbedaan Skala Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Diberikan Kompres Hangat
Tabel 6.
Perbedaan Skala Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Diberikan Kompres Hangat pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2015
Variabel Perlakuan n Mean SD p-value
Skala Nyeri Sebelum Sesudah 14 14 5,71 4,57 1,139 1,016 0,0001
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 4,947 dengan p-value sebesar 0,0001. Terlihat bahwa p-value 0,0001< (0,05), ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang.
Perbedaan Teknik Pijat (Massage) dan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Tabel 7.
Perbedaan Teknik Pijat (Massage) dan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang, 2015
Variabel Kelompok N Mean SD p-value
Skala Nyeri Teknik Massage Kompres Hangat 14 14 4,14 4,57 0,949 1,016 0,259
Berdasarkan uji t independen,
didapatkan nilai t hitung sebesar -1,153 dengan p-value 0,259. Karena p-value 0,259 > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kab. Semarang.
PEMBAHASAN Analisis Univariat
Gambaran nyeri persalinan Kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan Teknik pijat (Massage)
Umur dan gravida merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri selama persalinan.Sebagian besar pasien bersalin berumur 20-35 tahun sehingga rata-rata pasien bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang sudah masuk kedalam umur reproduksi sehat dan sebagian besar ibu bersalin primigravida sehingga rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tidak mempunyai pengalaman nyeri persalinan yang pernah dirasakan secara langsung.
Ibu primigravida akan memiliki sensasi nyeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien multigravida tetapi sama-sama merasakan rasa nyeri persalinan. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida denagan multigravida. Pada primigravida, Osteum Uteri Internum (OUI) akan membuka lebih dulu, sehingga servikss akan mendatar dan manipis. Baru
kemudian Osteum Uteri Eksternum (OUE) membuka.Pada multigravida OUI sudah sedikit terbuka (Johariyah dan Ningrum, 2012).
Gambaran Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah dilakukan Kompres Hangat
Faktor yang mempengaruhi respon nyeri selama persalinan dipengaruhi oleh umur dan gravida.Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu bersalin berumur 20-35 tahun.Dengan hasil tersebut rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang sudah termasuk dalam umur reproduksi sehat.Karena pada umur tersebut kondisi fisik calon ibu sangat prima dan mengalami tingkat kesuburan.
Dari hasil penelitian, rata-rata ibu bersalin sama-sama primigravida dan multigraavida. Ibu primigravida dan multigravida sama-sama mengalami nyeri tetapi mempunyai perbedaan tingkat nyeri yang dirasakaan suhingga menyebabkan letih dan lemah sehingga persepsi nyeri meningkat dan disertai rasa takut yang dapat meningkatkan rasa nyeri.
Analisis Bivariat
Perbedaan nyeri persalinan Kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan teknik pijat (massage)
Sentuhan dan massage, relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman
selama persalinan. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphine yang merupakan pereda sakit alami. Mekanisme teknik massage dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah (Maryunani, 2010).
Potter dan Perry (2005), mengemukakan nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh faktor psikososial dan kultur serta endorphine sesorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri. Dalam proses persalinan terutama pada kala I fase aktif atau pembukaan 4-10 cm pasien akan merasakan nyeri yng lebih hebat.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilkukan oleh rohmi (2007) yang berjudul Pengaruh Massage Effluerage terhadap pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara Di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pendekatan pre eksperimen desain yang digunakan Rohmi (2007) adalah one group pretest posttest untuk mengetahui pengaruh metode massage effluerage terhadap pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah intervensi. Adapun populasinya yaitu ibu-ibu dengan primipara dalam keadaan inpartu kala I fase aktif persalinan fisiologis. Hasil yang didapatkan Rohmi (2007) adalah teknik massage effluerage mempunyai pengaruh bermakna dalam menurunkan tingkat nyeri ibu bersalin kala I fase aktif pada primipara yang dibuktikan dengan nilai signifikan 0,00001.
Perbedaan nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat.
Sesudah diberikan kompres hangat, nyeri persalinan mengalami penurunan karena pemberian kompres hangat pada
kulit punggung dapat meningkatkan suhu local pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada jaringan untuk proses metabolism tubuh dan hal tersebut dapat mengurangi spasme otot dan mengurangi nyeri serta memberikan kenyamanan dan ketenangan pada ibu bersalin kala I fase aktif. Kompres hangat yang telah diberikan menyebabkan transmisi nyeri tertutup sehingga cortex cerebri tidak dapat menerima sinyal karena nyeri sudah diblok oleh stimulasi hangat sehingga nyeri berubah denga stimulasi hangat yang mencapai otak lebih dulu (Mander, 2004).
Kompres hangat selama proses persalinan merupakan salah satu teknik mengurangi rasa nyeri non-farmakologi yang dapat memberikan manfaat seperti memberikan ketenangan pada ibu bersalin ditengah kondisi yang tidak nyaman dan terasa nyeri, sehingga ibu memerlukan penanganan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu dalam proses persalinan.
Perbedaan Teknik Pijat (Mssage) dan
Kompres Hangat Terhadap nyeri
persalinan Kala I fase aktif
Perbedaan penurunan nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif sesudah dilakukan teknik pijat (massage) dan kompres hangat merupakan perubahan nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu bersalin kala I fase aktif pada pembukaan serviks 4-7 cm yang berlokasi pada abdomen bagian bawah, punggung bagian bawah dan paha bagian dalam yang terjadi karena dilatasi serviks dengan teknik pijat (massage) dan punggung.
Perbedaan ini terlihat dari cara pemberian antara pijat (massage) dan kompres hangat, dimana teknik pijat (massage) diberikan dengan cara pijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak terputus-putus yang dilakukan secara terus menerus di punggung ibu sedangkan kompres hangat adalah pemberian kompres dengan menggunakan air hangat atau buli-buli panas pada punggung ibu.
Pemberian pijat (massage) dapat membantu ibu rileks dengan cara mengusap bagian punggung. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphine yang merupakan pereda sakit alami.Endorphine juga menciptakan perasaan nyaman dan enak (Rukiah dkk, 2009).
Penurunan nyeri yang terjadi karena pemberian teknik pijat (massage) dan kompres hangat pada area punggung menstimulasi serabut kulit sehingga nyeri dapat dihambat dan korteks serebri tidak menerima sinyal nyeri tersebut, nyeri yang dirasakanpun dapat berkurang atau menurun.Pada prinsipnya rangsangan tersebut harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai otak. Pemijatan yang teratur dengan latihan pernapasan selama kontraksi.pemijatan tersebut membuat relaksasi otot sehingga memberikan perasaan nyaman pada ibu (Maslikhanah, 2011).
Keterbatasan penelitian
Keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri banyak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur, gravida, dan factor psikososial diantaranya kecemasan, dan ketakutan serta perhatian dan support dari keluarga juga mempengaruhi respon nyeri ibu bersalin.
KESIMPULAN
Ada perbedaan nyeri pada ibu bersalin sebelum dan sesudah dilakukan teknik pijat (massage) di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Ada perbedaan nyeri pada ibu bersalin sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Tidak ada perbedaan yang berbakna antara teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
SARAN
Institusi pendidikan hendaknya dapat menjadi wacana atau acuan dalam persiapan untuk mahasiaswa berikutnya dalam menyusun skripsi serta menambah refrensi dan sumber pustaka di perpustakaan kampus mengenai perbedaan teknuik pijat (massage) dan kompres hangat tethadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
Profesi bidan dan tenaga kesehatan lainnya hendaknya dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu akan rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri saat memberikan pertolongan persalinan dengan memberikan sentuhan massage dan kompres hangat
Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk pedoman dalam meneliti lebih lanjut tentang perbedaan teknik pijat (massage) dan kompres hangat terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep
dan Proses Keperawatan Nyeri,
Yogyakarta:Ar-Rus Media
[2] Batbual, Bringiwatty. (2012).
Hypnosis Hypnobirthing, Yogyakarta:
Gosyen Publishing
[3] Dahlan, Sopiyudi. (2010). Besar
Sampel dan Cara Pengambilan
Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta:Salemba Medika
[4] Ivana Eko Rusdiatin dan Darmasta Maulana (2007). Pengaruh Pemberian
Teknik Massage Effluerage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Di Rumah Sakit Rajawali Citra Potorono Banguntapan Bantul 2007. Diakses
tanggal 10 September jam 15.00 WIB, dari http://p3m.amikom.ac.id/p3m/80%20-%20PENGARUH%20TEKNIK%20E FFLUERAGE%20TERHADAP%20T INGKAT%20NYERI%20PERSALIN AN%20KALA%20I%20DI%20RUM AH%20SAKIT%20RAJAWALI%20 CITRA%20POTORONO%20BANG UNTAPAN%20BANTUL%202007.p df
[5] Johariyah dan Ningrum. (2012).
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta: Trans Info
Media
[6] Maryunani, Anik. (2010). Nyeri Dalam Persalinan, Jakarta:Trans Info
Media
[7] Manurung, Suryani. (2011). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Intranatal, Jakarta:Trans
Info Media
[8] Nursalam. (2011). Konsep dan
Penerapan Metodelogi Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
[9] Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodelogi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: PT Rineka Cipta
[10] Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan, Jakarta:
EGC
[11] Prawirohardjo, Sarwono. (2007). Ilmu
Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
[12] Rohmi Handayani, Winarni, dan Sudiyanto. (2013). Jurnal Kebidanan,
Vol.V, No. 01, Juni 2013, Purwokerto:
Akademi Kebidanan YLPP. Diakses tanggal 12 Sept 2014 jam 15.00 WIB, dari http://journal.akbiddeub.ac.id [13] Saryono. (2011). Metodelogi
Penelitian Kesehatan, Yogyakarta:
Mitra Cendekia Proses
[14] Sugiyono. (2009). Statistika untuk
Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta
[15] Yanti. (2009). Asuhan Kebidanan
Persalinan, Yogyakarta: Pustaka Rihama