PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN
JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Birgitta Galuh Widya Astuti NIM : 121414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN
JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Birgitta Galuh Widya Astuti NIM : 121414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah
semangatmu,
karena ada upah bagi usahamu!”
(2 Tawarikh 15:7)
Ku persembahkan skripsi ini penuh dengan sukacita dan cinta kasih
kepada
Allah Bapa dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku dalam suka
duka dan jatuh bangun ku dalam menyelesaikan skripsi ini demi masa
depan yang lebih baik.
Kedua orang tua ku, Fx. Tri Djalmo Hadi Putranto dan Angela
Chandra Dwita yang telah setia memberikan cinta kasih, semangat,
dan doa yang tak pernah terputus.
Kakak dan adik-adik ku, Kristoforus Gilang Kanigoro, Lidwina Gita
Ariany dan Bartolomeus Galang Wibisono
Teman hidupku Leonardus Ida Transetio
Sahabat ku Yaya, Heni, Ceha, Lusia, Iwak, Tina, Fani, Ita, Nonik,
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 Januari 2017
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Birgitta Galuh Widya Astuti
NIM : 121414039
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN
JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016”.
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Di buat di Yogyakarta
Pada tanggal : 05 Januari 2017 Yang menyatakan,
vii
ABSTRAK
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di
Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Birgitta Galuh Widya Astuti
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran matematika untuk topik prisma menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model pembelajaran Jigsaw tipe II. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang kurang inovatif dan masih berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah. Penggunaan alat peraga yang terbatas juga menjadi salah satu kendala beberapa siswa tidak berperan aktif dan kurang menghargai guru dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi prisma, mengetahui kualitas perangkat yang dihasilkan, dan mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika prisma dengan menggunakan PPR serta mengakomodasi teori Van Hiele dan Jigsaw tipe II.
Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall, yang meliputi: (1) Analisis Masalah dan Pengumpulan Data; (2) Perencanaan; (3) Pengembangan Produk Awal; (4) Ujicoba Lapangan Terbatas; (5) Revisi Ujicoba Lapangan Terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, THB dan penilaian sikap menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele danJigsaw tipe II. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa, dengan obyek semua perangkat pembelajaran matematika yang telah dikembangkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, pengambilan foto,video dan tes.
Deskripsi proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika adalah (1) menganalisis masalah dan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara pada guru matematika yang belum pernah menggunakan PPR dalam pembelajaran, (2) merencanakan penelitian, (3) pengembangan produk yang divalidasi oleh para ahli yaitu dosen dan guru matematika, (4) ujicoba terbatas yang dilakukan oleh guru yang pertama kali menggunakan PPR dan Jigsaw tipe II pada pembelajaran, dan (5) revisi hasil ujicoba terbatas. Hasil penelitian ini meliputi 1) hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,85 termasuk dalam kategori “Baik” yang divalidasi oleh para ahli yaitu dosen dan guru mata pelajaran. 2) respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan PPR mencapai 122,06 atau 76,29% termasuk dalam kategori “Bagus” hasil dari perhitungan kuesioner siswa, selain itu juga dilihat dari hasil refleksi siswa yang merasa senang dan menarik dengan pembelajaran ini.
viii ABSTRACT
The Development of Mathematic Learning Media Using Reflective Pedagogical Paradigm and Jigsaw Type II on Prism Topic in Class VIII E of SMP Negeri 1 Yogyakarta on 2015/2016 Academic Year
Birgitta Galuh Widya Astuti Sanata Dharma University
2016
This study was a research and development of mathematic learning media for prism topic using Reflective Pedagogical Paradigm and learning media of Jigsaw type II. The background of this study was mathematic learning which was not innovative and still focused on the teacher in explaining the material. The limited use of learning model tools also became one of the reasons why the students were passive and could not pay attention to the teacher in teaching and learning activity. The aims of this study were to describe the process of the development of mathematic learning media for prism topic, to know the quality of the produced learning media, and to know students’ responses on the mathematic learning process on prism topic by using Reflective Pedagogical Paradigm and by accommodating Van Hiele’s theory with learning media of Jigsaw type II.
The researcher used the procedure of research and development from Borg and Gall which included: (1) Problem Identification and Information Collecting; (2) Planning; (3) Early Product Development; (4) Preliminary Field Testing; (5) Revision of Preliminary Field Testing. Learning media which were developed were syllabus, lesson plan, learning material, students’ worksheet, THB and attitude assessment by using Reflective Pedagogical Paradigm which accommodated Van Hiele’s theory with learning media of Jigsaw type II. The research subjects were 35 students of Class VIII E of SMP Negeri 1 Yogyakarta and the research objects were all mathematic learning media which had been developed. The data gathering techniques which were used in this study were observation, questionnaire, interview, photo and video taking, and test.
ix
students’ reflection which showed that they felt excited and interested in this learning.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan atas penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan penuh suka cita dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” sebagai salah satu syarat penulis untuk memproleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dan penyususan skripsi ini tidak hanya hasil kerja penulis semata, semua atas bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat Roh Kudus yang diberikan pada penulis dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
xi
4. Ibu Maria Roostika S. Pd., selaku guru matematika kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah dengan sabar dan senang hati membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.
5. Kedua orang tua peneliti Fx. Tri Djalmo Hadi Putranto dan Angela Chandra Dwita yang telah memberikan cinta kasih, doa, dan semua dukungannya pada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
6. Siswa-siswi kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
7. Segenap keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu melancarkan proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
8. Leonardus Ida Transetio yang tidak ada bosannya memberikan semangat dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang Stephani Rangga Larasati, Theresia Hermin, Christina Novy Wijaya, Lusia Devi Astuti, Servyana Nony, Vibiana Risa, Stefani Desy Natalia, Ita Susanti, Natalia Ika, Trisona Agustina, Resty Yudha yang telah memberikan bantuan dan dukungannya serta doa kepada penulis selama perkuliahan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah berperan membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
xii
Yogyakarta, 05 Januari 2017 Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
B. Pembelajaran Matematika ... 22
C. Hasil Belajar ... 23
D. Paradigma Pedagogi Reflektif... 24
E. Pembelajaran Kooperatif ... 29
xiv
G. Teori Van Hiele ... 35
H. Perangkat Pembelajaran ... 39
I. Prisma ... 43
J. Penelitian Relevan ... 46
K. Kerangka Berfikir... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Setting Penelitian ... 51
C. Desain dan Prosedur Pengembangan ... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ... 57
E. Instrumen Penelitian... 59
F. Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 77
A. Hasil Penelitian ... 77
1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information Collection) ... 77
2. Merencanakan Penelitian (Planning) ... 81
3. Pengembangan Desain Produk (Developing Preliminary form of Product) ... 84
4. Uji Coba Terbatas (Preliminary Field Testing) ... 90
5. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas (Main Product Revision) ... 108
B. Pembahasan ... 108
1. Pengembangan perangkat pembelajaran prisma menggunakan PPR ... 108
2. Kualitas perangkat pembelajaran prisma yang menggunakan PPR .... 115
3. Respon siswa pada pembelajaran prisma menggunakan PPR ... 116
C. Keterbatasan Penelitian ... 119
BAB V PENUTUP ... 120
A. Kesimpulan ... 120
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penilaian Silabus ... 61
Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian RPP ... 62
Tabel 3.3 Kisi-kisi Penilaian LKS ... 64
Tabel 3.4 Kisi-kisi Penilaian Bahan Ajar ... 64
Tabel 3.5 Kisi-kisi Penilaian Sikap Conscience dan Compassion ... 65
Tabel 3.6 Kisi-kisi Penilaian Tes Hasil Belajar (Competence) ... 65
Tabel 3.7 Lembar Observasi ... 66
Tabel 3.9 Kisi-kisi Kuesioner ... 69
Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 71
Tabel 3.11 Konversi Nilai Skala Lima Menurut Widoyoko ... 72
Tabel 3.12 Kategori Skor Skala Lima ... 73
Tabel 3.13 Bobot Pernyataan Positif ... 74
Tabel 3.14 Bobot Pernyataan Negatif ... 74
Tabel 3. 15 Kriteria Respon Siswa... 75
Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 90
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 91
Tabel 4.3 Hasil THB Prisma ... 104
Tabel 4.4 Hasil Nilai Conscience ... 105
Tabel 4.5 Hasil Nilai Compassion ... 106
Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Respon Siswa ... 107
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Silabus ... 14
Gambar 1. 2 RPP... 16
Gambar 1. 3 LKS ... 17
Gambar 1. 4 Bahan Ajar ... 18
Gambar 1. 5 Penilaian Competence ... 19
Gambar 1. 6 Penilaian Compassion ... 20
Gambar 1. 7 Penilaian Consience ... 21
Gambar 2. 2 Prisma Tegak Segiempat ABCD.EFGH ... 44
Gambar 2. 3 Jaring-jaring prisma ... 45
Gambar 2. 4 Skema Kerangka Berpikir ... 49
Gambar 3. 1 Langkah-Langkah R&D Borg and Gall ... 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1Surat Ijin Penelitian 127
Lampiran A.2Surat Keterangan Sudah Penelitian 128 Lampiran B.1Lembar Validasi Ahli Pedoman Wawancara 129
Lampiran B.2Lembar Validasi Ahli Kuesioner 131
Lampiran B.3.1 Lembar Validasi Ahli 1 Silabus 133 Lampiran B.3.2 Lembar Validasi Ahli 2 Silabus 136
Lampiran B.4.1 Lembar Validasi Ahli 1 RPP 139
Lampiran B.4.2 Lembar Validasi Ahli 2 RPP 143
Lampiran B.5.1 Lembar Validasi Ahli 1 Bahan Ajar 147 Lampiran B.5.2 Lembar Validasi Ahli 2 Bahan Ajar 150
Lampiran B.6.1 Lembar Validasi Ahli 1 LKS 1 153
Lampiran B.6.2 Lembar Validasi Ahli 2 LKS 1 156
Lampiran B.7.1 Lembar Validasi Ahli 1 LKS 2 159
Lampiran B.7.2 Lembar Validasi Ahli 2 LKS 2 162
Lampiran B.8.1 Lembar Validasi Ahli 1 THB 165
Lampiran B.8.2 Lembar Validasi Ahli 2 THB 169
Lampiran B.9.1 Lembar Validasi Ahli 1 Penilaian Conscience 173 Lampiran B.9.2 Lembar Validasi Ahli 2 Penilaian Conscience 179 Lampiran B.10.1 Lembar Validasi Ahli 1 Penilaian Compassion 185 Lampiran B.10.2 Lembar Validasi Ahli 2 Penilaian Compassion 190
Lampiran C.1 Silabus 195
Lampiran C.2 RPP 198
Lampiran C.3 Bahan Ajar 217
Lampiran C.4 LKS 1 228
Lampiran C.5 LKS 2 245
Lampiran C.6 Penilaian Conscience dan Compassion 260
Lampiran D.1 Daftar Kelompok Utama 271
Lampiran D.2 Hasil Observasi Proses Pembelajaran 272
Lampiran D.3 Hasil Validasi Kuesioner 277
Lampiran D.4 Hasil Validasi Observasi 278
Lampiran D.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara 279 Lampiran D.6 Hasil Validasi Perangkat Ahli 1 dan 2 280 Lampiran D.7 Percakapan Pembelajaran Pertemuan 1 289 Lampiran D.8 Percakapan Pembelajaran Pertemuan 2 293
Lampiran E.1 Foto Penelitian 295
xviii
Lampiran E.9 Presensi Siswa 357
Lampiran E.10 Hasil Olah Data Kuesioner Siswa 363
Lampiran E.11 Hasil Penilaian Siswa 365
Lampiran E.12 Hasil Scan Observasi Proses Penelitian 373 Lampiran E.13 Hasil Scan Penilaian Pedoman Wawancara 382
Lampiran E.14 Penilaian Pedoman Wawancara 386
Lampiran E.15 Transkip Wawancara Guru 390
Lampiran E.16 Hasil Scan Validasi Observasi 393
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari asalkan strategi pembelajaran guru sesuai dengan kemampuan belajar siswa. Pernyataan ini dukung oleh Hudojo (1988: 96), yang mengemukakan bahwa populasi siswa yang berbakat matematika kira-kira 2,15%, sedangkan siswa yang normal kira-kira 68,26%, dan yang di bawah normal kira-kira 13,59%. Jadi sebagian besar adalah anak-anak normal yang diperkirakan akan dapat menguasai dan memahami matematika apabila disampaikan dengan strategi yang sesuai dengan kemampuannya. Banyak siswa merasa bosan pada pembelajaran matematika karena menggunakan model pembelajaran yang salah, sehingga kurang menarik jiwa juang siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah model yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mudah paham dan dapat meningkatkan kemampuan belajar.
dianggap sulit oleh para siswa. Faktor-faktor penyebab biasanya terjadi dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ceramah, kurangnya alat peraga, kurang ikut sertanya siswa dalam berdiskusi sehingga menyebabkan siswa kurang dapat memahami konsep-konsep dan materi geometri.
Dalam pengajaran bidang geometri terdapat teori yang dikemukakan oleh Van Hiele (dalam MKPBM, 2001: 51), yang menjelaskan bahwa terdapat teori belajar yang fase-fase pembelajaran geometri mampu mengembangkan mental anak. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yang bila ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak, yaitu waktu, materi pengajaran, dan model pengajaran yang diaplikasikan. Selain tiga unsur utama tersebut Van Hiele juga menguraikan fase-fase belajar anak dalam mempelajari geometri, yaitu: fase pengenalan (visualisasi), fase analisis, fase pengurutan, fase dedukasi, fase akurasi. Diharapkan dengan menggunakan fase-fase teori Van Hiele siswa dapat memahami materi geometri dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
diteliti sehingga peneliti mengobservasi guru dalam pembelajaran matematika dengan materi yang sedang diajarkan yaitu lingkaran.
Menurut hasil observasi terhadap guru dalam melakukan pembelajaran tampak bahwa media yang digunakan guru saat pembelajaran matematika dianggap belum cukup untuk mengajak siswa terampil, kreatif, efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan guru hanya memberikan buku sebagai sumber belajar saat pembelajaran tanpa media, sehingga siswa tidak dapat memberikan timbal balik dari yang siswa peroleh. Selain media, model yang digunakan guru masih dianggap belum memadai karena guru menggunakan model ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang diberikan guru tanpa melakukan kegiatan mandiri seperti kerja kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan. Suasana pembelajaran di kelas yang tampak bahwa beberapa siswa yang tidak mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan sibuk dengan siswa lain atau sibuk dengan gadget mereka. Memang hanya beberapa siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru akan tetapi hal tersebut dirasa mengganggu siswa lain dalam pembelajaran matematika. Dari situ dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru masih belum menarik bagi seluruh siswa dan dirasa membosankan.
ruang sisi datar. Permasalahan yang dialami guru selama mengajar materi geometri sering kesulitan dalam mengkondisikan kelas, kurangnya inovasi pembelajaran, alat peraga yang terbatas sehingga siswa merasa kurang tertarik, dan kurangnya pemahaman siswa pada materi geometri.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu paradigma pendidikan yang sudah sejak lama dilakukan dalam pendidikan Jesuit. Pedagogi yang bukan hanya sekedar model pembelajaran, tetapi merupakan cara pendekatan guru mendampingi siswa sehingga berkembang menjadi pribadi yang utuh. Pembelajaran menggunakan PPR merupakan pembelajaran yang mengintegritaskan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dikembangkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses ini diakhiri dengan evaluasi sebagai penilaian akhir. Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki tujuan untuk meningkatkan 3C. Karakter yang diharapkan dari PPR adalah yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik (competence) yang tinggi tetapi mampu mengintegrasikan competence, conscience, dan compassion sebagai identitas yang melekat dalam diri.
Jigsaw tipe II adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dalam pembelajarannya siswa dikelompokkan secara heterogen yang terdiri dari empat sampai enam anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus membaca secara keseluruhan materi yang akan dibahas dan materi yang akan menjadi tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik. Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II yaitu selain siswa mempelajari seluruh materi yang akan dibahas, kelompok juga harus saling berkompotensi untuk memperoleh skor tertinggi kelompok untuk memperoleh penghargaan pada kelompok. Penghargaan kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan merasa usahanya dihargai oleh guru.
penelitian pengembangan perangkat adalah penelitian Irsanti (2011), yang meneliti tentang penerapan PPR yang dapat meningkatkan penilaian 3C (competence, conscience, compassion) dalam proses pembelajaran hasil penelitian menunjukkan peningkatan competence siswa pada siklus 1 sebesar 79.35 dan siklus 2 sebesar 90.9, peningkatan pada conscience siswa pada siklus 1 sebesar 78.7 dan siklus 2 sebesar 90.8 dan peningkatan compassion siswa siklus 1 sebesar 75.7 dan siklus 2 sebesar 90.
Berdasarkan tiga penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan PPR mengakomodasi teori Van Hiele dan model pembelajaran koopertif Jigsaw tipe II yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru di kelas. Peneliti memilih PPR agar dapat mengembangkan dan membimbing siswa menjadi pribadi yang utuh secara akademik, sikap dan tindakan antar sesama manusia. Peneliti memilih Van Hiele agar siswa mampu memahami materi geometri bangun ruang sisi datar secara terstruktur dan menyenangkan sehingga pemahaman siswa dapat tercapai. Selain metode pembelajaran yang
digunakan masih membosankan, peneliti menggunakan model
Oleh sebab itu peneliti melaksanakan penelitian yang diberi judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini diindentifikasikan sebagai berikut.
1. Kurang inovasi pada model pembelajaran.
2. Siswa kurang paham akan pentingnya matematika. 3. Siswa masih sulit dalam pemahaman materi geometri. 4. Kurang alat peraga yang memadai.
5. Kondisi kelas yang belum kondusif.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
Perangkat pembelajaran yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran, media yang digunakan, dan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri serta pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari yang dikembangkan dengan pola pembelajaran PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada materi prisma. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan penilaian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut .
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta? 2. Bagaimana kualitas dari perangkat yang dihasilkan dalam materi
pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta?
mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta?
E. Batasan Istilah
1. Paradigma pedagogi reflektif adalah suatu pendekatan yang mengarahkan siswa mampu berefleksi agar dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran. pembelajaran yang meliputi 5 unsur, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan PPR terdiri dari 3 penilaian, yaitu competence, conscience, compassion.
2. Jigsaw tipe II merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk berkerjasama dalam dua kelompok, yaitu kelompok utama dan kelompok ahli/expert. Pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II melibatkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggungjawab pada tugas yang diberikan agar dapat mencapai tujuan bersama.
4. Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, THB, dan penilaian. 5. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar
(bidang alas dan bidang atas) dan bidang lain (bidang tegak) yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk sejajar.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta
2. Mengetahui kualitas dari perangkat yang dihasilkan dalam materi pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.
mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.
G. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peneliti sebagai calon guru dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi guru
Guru diharapkan dapat menggunakan perangkat yang peneliti kembangkan sebagai pacuan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.
3. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat memahami materi bangun ruang sisi datar
(prisma) dengan menggunakan pembelajaran PPR yang
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi ilmiah bagi peneliti lain yang ingin lebih mengembangkan perangkat pada masalah yang sama.
H. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar dan penilaian 3C (Competence, Consience, Compassion). Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.
1. Silabus
Silabus yang dikembangkan dibuat dengan pembelajaran berpola Paradigma Pedagogi Reflektif dan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.
Gambar 1.1 Silabus
SILABUS PEMBELAJARAN PPR Satuan Pendidikan :
Kelas / Semester : Teknik Bentuk Contoh
2. RPP
RPP yang disusun peneliti merupakan perpaduan antara KTSP, PPR, dan mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. RPP yang dikembangkan dengan menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II ini memiliki komponen-komponen yang terdiri dari : identitas; kompetensi inti; kompetensi dasar; indikator; tujuan pembelajaran; materi pelajaran; nilai kemanusiaan; pendekatan dan model pembelajaran; strategi pembelajaran; media pembelajaran; penilaian; dan sumber belajar. Perbedaan RPP yang disusun peneliti dengan RPP KTSP lainnya adalah sangat terlihat pada strategi pembelajaran. Dalam langkah-langkah strategi pembelajaran RPP ini menggunakan unsur-unsur PPR yang mengakomodasi fase-fase pembelajaran Van Hiele dengan model pembelajaran Jigsaw tipe II.
Gambar 1.2 RPP
G. Pendekatan dan Model Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran
a. PPR
b. Fase-fase Van Hiele
c. Jigsaw tipe II
3. LKS
LKS yang dikembangkan peneliti adalah LKS yang mencakup pola pembelajaran PPR dan mengakomodasi fase-fase pembelajaran teori Van Hiele yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Komponen –komponen yang terdapat dalam LKS ini adalah : identitas; tujuan pembelajaran; petunjuk pengerjaan LKS; dan kegiatan siswa. Pada kegiatan siswa mendukung pada pembelajaran PPR dan mengakomodasi fase-fase pembelajaran teori Van Hiele yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw tipe II.Berikut merupakan format LKS yang peneliti susun.
4. Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan peneliti disusun berdasarkan indikator dan tujuan yang ingin dicapai. Bahan ajar yang dikembangkan juga disertai gambar-gambar yang mendukung materi. Bahan ajar yang disusun juga menggunakan pola pembelajaran PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
Berikut merupakan format bahan ajar yang disusun peneliti.
Gambar 1.4 Bahan Ajar
5. Penilaian 3C (Competence, Conscience, Compassion)
Penilaian yang dikembangkan peneliti adalah penilaian 3c yaitu penilaian kompetensi (competence), penilaian hati nurani (conscience), penilaian bela rasa (compassion). Penilaian ini mengacu pada pola pembelajaran PPR sehingga tidak hanya pengetahuan yang dinilain
BAHAN AJAR
KELAS / SEMESTER :
MATERI PEMBELAJARAN
I. KONTEKS II. PENGALAMAN III. REFLEKSI IV. AKSI V. EVALUASI
melainkan sikap dan keterampilan juga dinilai. Berikut ini merupakan format penilaian yang peneliti susun.
Gambar 1.5 Penilaian Competence
a. Competence
Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester : Guru Pengampu :
No. Nama Siswa
Nomor Soal Nilai Akhir 1 2 3 4
1. 2.
Nilai =
Gambar 1.6 Penilaian Compassion
b. Compassion
Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester : Guru Pengampu :
No Nama Siswa Bekerja sama Peduli
KB C B SB KB C B SB
1. 2.
Keterangan :
Gambar 1.7 Penilaian Consience
c. Conscience
Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester : Guru Pengampu :
No Nama
Siswa
Percaya Diri Teliti Kerjasama
KB C B SB KB C B SB KB C B SB
1. 2.
Keterangan :
22
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
Pada sub bab ini peneliti membahas pembelajaran matematika, PPR, model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II, teori Van Hiele, perangkat pembelajaran, penilaian, dan tinjauan materi bangun ruang sisi datar (prisma).
B. Pembelajaran Matematika
Sesuai dengan pendapat yang telah disampaikan, pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang membangun pemahaman materi, konsep, dan prinsip serta mengembangkan kreatifitas siswa yang membutuhkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
C. Hasil Belajar
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukan para ahli dapat disimpulkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam melihat hasil belajar adalah siswa dan guru. Perkembangan hasil belajar dapat tercapai apabila tujuan yang ditingkatakan dalam kinerja siswa dan guru mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
D. Paradigma Pedagogi Reflektif a. Pengertian PPR
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata paradigma berarti model dalam teori ilmu pengetahuan atau suatu kerangka berpikir. Menurut Subagya (2012: 21), Pedagogi adalah cara guru
mendampingi para siswa dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Reflektif adalah meninjau kembali
pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka PPR adalah suatu pendekatan yang mengarahkan siswa mampu berefleksi agar dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran secara utuh. Pembelajaran yang meliputi 5 unsur , yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan PPR terdiri dari 3 penilaian, yaitu competence, conscience, compassion.
b. Tujuan PPR
Tujuan PPR yang menjadikan manusia utuh dalam pendidikan menurut Suparno (2015: 19), dirumuskan sebagai berikut.
1. Competence
Siswa mampu menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidang yang ditekuni secara intelek, afeksi, dan psikomotorik yang berkembang dengan baik.
2. Conscience
Siswa berkembang dalam hati nurani supaya mampu membedakan baik, buruk, serta dapat mengambil keputusan yang benar.
3. Compassion
b. Manfaat PPR
Manfaat yang diperoleh dari pola pembelajaran PPR menurut Suparno (2015: 19), bila dijalankan dengan kerjasama, jujur, dan terbuka antar guru dan siswa adalah sebagai berikut.
1. Manfaat bagi siswa
(a) Siswa berkembang secara utuh.
(b) Siswa berkembang menjadi pribadi yang kritis dan analitis dalam menyelesaikan persoalan.
(c) Siswa menguasai materi dengan baik.
(d) Siswa dapat membedakan yang baik dan buruk. (e) Siswa lebih dekat dengan Tuhan.
(f) Siswa menjadi realistik dalam kehidupan. 2. Manfaat bagi guru
(a) Guru dapat bekerjasama dengan siswa dalam menambah ilmu pengetahuan.
(b) Guru dapat mengembangkan kepribadian siswa menjadi manusia yang utuh.
(c) Guru dapat menjadi teman baik dengan siswa.
c. Prosedur pelaksanaan
Unsur utama PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Unsur-unsur utama ini dibantu oleh unsur sebelum pembelajaran yaitu konteks dan unsur sesudah pembelajaran yaitu evaluasi. Secara garis besar PPR mempunyai dinamika sebagai berikut: (1) konteks; (2) pengalaman; (3) refleksi; (4) aksi; dan (5) evaluasi.
Dinamika itu dapat digambarkan seperti berikut.
(Sumber: Suparno,2015) Gambar 2.1 Dinamika PPR
1) Konteks
Pendidik (guru, dosen) perlu mengerti konteks siswa/mahasiswa yang akan dibantu dalam studi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah konteks mahasiswanya,
2) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat mahasiswa. Pengalaman sangat
KONTEKS PENGALAMAN
COMPETENCE CONSCIENCE COMPASSION
REFLEKSI AKSI
berperan penting dalam proses PPR. Pengalaman yang dapat dialami adalah pengalaman secara langsung maupun tidak langsung, yang menyangkut aspek pengalaman kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang memyangkut pribadi (pikiran, hati, kehendak), menggunakan imaginasi, perasaan, ataupun pengalaman yang dilakukan dengan berbagai cara, serta pengalaman yang diberi waktu oleh dosen/Guru untuk mengalaminya sendiri.
3) Refleksi
Dalam fase ini siswa/mahasiswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Ada beberapa cara refleksi yang diterapkan yaitu refleksi mengambil makna, refleksi pertimbangan mendalam akan bahan, ide, pengalaman, tujuan, reaksi batin, ada pula refleksi mendayakan ingatan, kehendak, dan hati serta refleksi melihat gerak baik dan jahat dalam persoalan dan yang terakhir adalah catatan tentang refleksi mahasiswa/siswa.
4) Aksi
conscience-nya, mampu menilai bahan yang yang didalaminya dari
sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan dalam hidup yang lebih baik. Disini mereka juga diharapkan dapat berkembang dari segi afeksinya, hati dan kehendaknya sesuai dengan nilai yang diperoleh dalam refleksi sehingga siswa menjadi manusia yang punya compassion atau bela rasa dan kepekaan pada orang lain dan alam semeta. Secara menyeluruh maka siswa dikembangkan menjadi manusia yang utuh, yang berkembang baik dari segi kognitif, afeksi, dan psikomotoriknya.
5) Evaluasi
Sebagai suatu proses Pendidikan, agar dapat terus dikembangkan diperlukan evaluasi. Semua proses PPR, terutama proses pengalaman, refleksi, dan aksi, di atas perlu dievaluasi agar
tercapainya tujuan PPR yang mengembangkan pribadi siswa menjadi lebih competence, conscience, dan compassion.
E. Pembelajaran Kooperatif
Parker (dalam Huda 2012: 29), melengkapi pernyataan Roger yaitu bahwa pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil sebagai suasana pembelajaran di mana siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengajarkan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Johnson dan Johnson (dalam Huda 2012: 31), mendefinisikan pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut para ahli yang dikemukakan di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saling bekerja, belajar dan bertanggung jawab bersama dengan anggota lain demi tujuan dan prinsip bersama yang ingin dicapai.
F. Jigsaw tipe II
“berkompetensi” untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan mengerjakan kuis.
Jigsaw tipe II merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk berkerjasama dalam dua kelompok, yaitu kelompok utama dan kelompok ahli/expert. Pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II melibatkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab pada tugas yang diberikan agar dapat mencapai tujuan bersama.
Bila dilihat secara umum memang terlalu banyak perbedaan antara Jigsaw I dengan Jigsaw II. Akan tetapi penguasaan materi yang diperoleh menurut saya lebih baik manggunakan Jigsaw tipe II, karena siswa harus mempelajari secara keseluruhan terlebih dahulu secara individu atau kelompok lalu siswa baru dipilih untuk menguasai satu sub bab yang selanjutnya akan mereka bahas lebih dalam lagi dikelompok ahli. Selain itu apresiasi yang diberikan pada kelompok yang mendapatkan skor kelompok paling tinggi akan memperoleh hadiah adalah bentuk semangat yang diberikan dari guru untuk hasil usaha mereka selama berkerjasama dan tanggung jawab akan tugas.
berbeda akan tetapi ada perbedaan antara langkah Jigsaw I dengan Jigsaw II. Berikut ini adalah langkah-langkah Jigsaw II menurut Trianto (2010: 75), sebagai berikut.
a. Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses pembelajaran. mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam moel pembelajaran ini. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b. Pengelompokan
Selanjutnya kita akan membagi kedalam kelompok 4-6 orang perkelompok secara heterogen.
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli/expert
Selanjutnya grup ini dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya menjadi expert.
d. Diskusi pemaparan kelompok ahli dalam grup
Expertist (siswa ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing
Aturan dalam fase ini adalah
1) Setiap anggota kelompok tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. 2) Memperoleh pengetahuan tanggung jawab bersama.
3) Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada guru.
4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu grup lain.
5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e. Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikan ters tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenanakan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.
f. Pengakuan kelompok
Melengkapi pendapat Trianto tentang langkah-langkah pembelajaran inilah pendapat Slavin. Langkah-langkah kegiatan Jigsaw tipe II menurut Slavin (2005: 241), adalah sebagai berikut.
a. Siswa bekerja dalam tim yang heterogen.
b. Siswa diberikan tugas membaca bab atau unit yang akan dipelajari. c. Siswa diberi “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda
yang harus menjadi fokus masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
d. Siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik
mereka.
e. Para ahli tersebut kemudian kembali pda tim meraka dan secara bergantian mengajari teman stu timnya mengenai topik mereka. f. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor
kuis menjadi skor tim.
Slavin (2005: 241), mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw tipe II sebagai berikut.
a. Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.
b. Diskusi kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. c. Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka
d. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.
e. Perhitungan skor kelompok dan penghargaan kelompok.
G. Teori Van Hiele
Teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1964), menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak didik dalam bidang geometri. Menurut Van Hiele (dalam Pitajeng: 2015), ada tiga (3) unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga hal tadi ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Van Hiele juga menyatakan bahwa terdapat 5 fase belajar anak didik dalam belajar geometri, yaitu fase pengenalan, fase analisis, fase pengurutan, fase dedukasi, fase akurasi.
Menurut Walle (2008: 151), tingkat-tingkat pemikiran geometris Van Hiele fitur yang paling menonjol dari model tingkat pemikiran Van Hiele adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana cara kita berpikir dan jenis ide geometri. Lima hierarki tingkatan cara berpikir dalam pemahaman ide meliputi.
3. Level 2: Deduksi Informal 4. Level 3: Deduksi
5. Level 4: Ketepatan(Rigor)
Selain tingkatan-tingkatan penting dalam teori ini, menurut Walle (2008: 155), ada empat karakteristik terkait dari tingkatan pemikiran yang membutuhkan perhatian khusus. Berikut merupakan karakteristik dari tingkatan-tingkatan Van Hiele.
a. Tingkatan-tingkatan tersebut berfase. Menempuh sebuah tingkatan berarti siswa haruslah menguasai pemikiran geometri yang cocok pada tingkatan tersebut dan telah membuat sendiri tipe-tipe objek atau hubungan yang merupakan fokus pemikiran di tingkat selanjutnya.
b. Tingkatan-tingkatan tersebut tidaklah bergantung usia seperti fase perkembangan Piaget. Tetapi umur tentunya terkait dengan jumlah dan jenis pengalaman geometri yang siswa miliki.
c. Pengalaman geometri merupakan faktor tunggal terbesar dalam mempengaruhi perkembangan dalam tingkatan-tingkatan tersebut. d. Ketika instruksi atau bahasa yang digunakan terletak pada tingkatan
yang lebih tinggi daripada yang siswa miliki, akan ada komnikasi yang kurang.
(dalam Nur’aeni 2008 : 128), menyatakan bahwa: “kemajuan tingkat
berfikir geometri siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan lima fase atau sebagai hasil dari pengajaran yang terorganisir ke lima fase pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pengalaman pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau kematangan. Sejumlah pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan dalam satu tingkat atau ke satu tingkat yang lebih tinggi”.
Adapun fase-fase pembelajaran Van Hiele tersebut digambarkan sebagai berikut ini:
a. Fase 1 Informasi (Information): Melalui diskusi, guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi pada topik baru itu. Guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktifitas mengenai objek-objek, pengamatan dilakukan, pertanyaan dimunculkan dan kosakata khusus diperkenalkan.
b. Fase 2 Orientasi Terarah/Terpadu (Guided Orientation): Siswa menjajaki objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikan bahwa siswa menjajaki konsep-konsep spesifik.
mereka sendiri, guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat, guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
d. Fase 4 Orientasi Bebas (Free Orientation): Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).
e. Fase 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi.
H. Perangkat Pembelajaran
a. Pengertian perangkat pembelajaran 1) Silabus
Dalam Majid (2009) menurut Salim (1987: 98), istilah silabus adalah “Garis Besar”, ringkasan, ikhtisar, atau pokok
-pokok isi atau materi pelajaran.
Menurut Majid (2009), silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan,
pengurutan, dan penyajian materi kurikukum, yang
dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Dalam kurikulum 2004 yang dimaksud dengan silabus adalah: a) Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. b) Komponen silabus menjawab: 1) kompetensi apa yang akan
dikembangkan pada siswa?; 2) bagaimana cara
mengembangkannya?; 3) bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dicapai/dikuasai.
Menurut Trianto (2010: 201), Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan gari-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaia, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Prinsip-prinsip dalam pengembangan silabus yang harus dipenuhi antara lain adalah (1) ilmiah, (2) relevan, (3) sistematis, (4) konsisten, (5) memadai, (6) aktual dan kontekstual, (7) fleksibel, dan (8) menyeluruh.
Menurut beberapa pendapat para ahli di atas, jadi silabus adalah salah satu perangkat pembelajaran yang berisikan garis beras besar inti-inti pembelajaran pda materi tertentu.
2) RPP
Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah kegiatan pembelejaran, dan evaluasi.
Rencana pelakasanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus menurut Munthe (2009: 200).
RPP adalah panduan pembelajaran yang akan dilakukan di dalam kelas yang berisikan langkah-langkah yang sudah direncanakan untuk materi tertentu agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh guru.
3) Bahan Ajar
Trianto (2010: 227), mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatam pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains,informasi dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.
(1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; (3) disusun sistematis dan sederhana; dan (4) disertai petunjuk pembelajaran (Akbar, 2013)
Bahan ajar menurut pendapat para ahli di atas adalah buku panduan belajar yang digunakan sebagai salah satu sumber informasi kegiatan pembelajaran yang memuat materi, konsep, latihan soal, dan contoh-contoh.
4) LKS
Menurut Trianto (2010: 222), lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk paduan eksperimen atau demonstrasi.
Menurut pendapat ahli LKS adalah salah satu perangkat yang digunakan guru untuk melihat proses belajar siswa dikelas, proses kerjasama sesama siswa.
5) Penilaian
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proes dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan menurut Trianto (2010: 252). Berdasarkan Sunarti (2014: 7), penilaian adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah salah satu proses pembelajaran. Penilaian sebagai alat untuk menganalisis dan memperoleh data dan hasil belajar siswa serta sebagai pengambil keputusan. Penilaian dilakukan untuk mmengetahui pencapaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
I. Prisma
a. Pengertian Prisma
tersebut dinamakan prisma segitiga dan bila bidang alas dan bidang atasnya berbentuk segi– , maka prisma tersebut merupakan prisma segi– ( merupakan himpunan bilangan asli yang dimulai dari 3).
Gambar 2.2 Prisma Tegak Segiempat ABCD.EFGH
Berdasarkan prisma ABCD.EFGH pada gambar di atas, prisma memiliki bagian-bagian di dalamnya menurut Ismunamto (2011) sebagai berikut.
1) Sisi adalah daerah yang menjadi batas antara bidang luar dengan bidang dalam dari suatu bangun ruang. Sisi prisma segiempat berjumlah 6 sisi yaitu ABCD dan EFGH disebut sisi alas dan sisi atas, ABFE, BCHF, DCGH, ADHE disebut sisi tegak.
3) Titik sudut adalah suatu titik yang terbentuk dari perpotongan tiga rusuk. Prisma segiempat ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut yaitu meliputi A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4) Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada sisi dan rusuk yang sama. Prisma memiliki 4 diagonal ruang yaitu AG, BH, CE, dan DF. 5) Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari diagonal
sisi pada sisi alasnya dengan dua rusuk tegak. Prisma memiliki 6 bidang diagonal yaitu bidang ACGE, BDHF, HGBA, EFCD, FGDA, EHCB.
b. Jaring-jaring Prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang, sedemikian sehingga setiap sisi bersekutu dengan sisi lain.
c. Luas Permukaan Prisma adalah jumlah luas seluruh sisi prisma tersebut.
Luas permukaan prisma = (2 luas alas) + jumlah luas sisi tegak = (2 luas alas) + (keliling bidang alas tinggi)
d. Volume Prisma adalah banyaknya satu satuan volume yang memenuhi seluruh bagian prisma, satuan volume tersebut disebut kubik.
Volume prisma = Luas bidang alas tinggi.
J. Penelitian Relevan
Pertama, penelitian pengembangan perangkat yang berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi
Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Muhammad Arifin
(2012). Penelitian ini menghasilkan produk perangkat pembelajaran memperoleh skor 3,57 sehingga dapat dikatakan produk perangkat yang dihasilkan masuk kategori sangat baik.
Kedua, penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berupa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
ditentukan, yaitu lebih dari 95% pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga, penelitian mengenai penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif berupa skripsi berjudul “ Penerapan paradigma pedagogi
reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion (3C) siswa kelas IIIA SD Kanisius
Demangan Baru I Tahun Ajaran 2010/2011 yang dilakukan oleh Agustina Johan Irsanti (2011). Penelitian yang dihasilkan adalah peningkatan competence siswa pada siklus 1 sebesar 79.35 dan siklus 2 sebesar 90.9, peningkatan pada conscience siswa pada siklus 1 sebesar 78.7 dan siklus 2 sebesar 90.8 dan peningkatan compassion siswa siklus 1 sebesar 75.7 dan siklus 2 sebesar 90.
K. Kerangka Berfikir
Permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika SMP Negeri 1 Yogyakarta adalah kurangnya mengembangkan inovasi model pembelajaran selain diskusi dan ceramah. Guru yang masih cenderung menjadi pusat pembelajaran menjadi salah satu alasan kurang menariknya pembelajaran matematika. Selain itu terbatasya alat peraga membatasi kreatifitas siswa dalam berpikir.
kehidupan sehari-hari berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal dan kurang berkembangnya sikap siswa terhadap siswa lain dalam proses pembelajaran juga tidak terlihat karena cenderung hanya peduli dengan diri sendiri.
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menyikapi permasalahan tersebut adalah pengembangan perangkat pembelajaran matematika bangun ruang sisi datar prisma yang dapat memenuhi kebutuhan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menggunakan PPR dengan menggunakan Jigsaw tipe II dan mengakomodasi teori Van Hiele. Penggunaan Jigsaw tipe II dapat memenuhi kebutuhan siswa yang diharapkan siswa dapat aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajarana. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, THB, dan penilaian.
teori Van Hiele membantu siswa dalam proses pembelajaran geometri agar fase-fase pemikirannya terarah dan dapat pemahaman yang baik saat pembelajaran.
Skema berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian yang dilakukan.
Gambar 2. 4 Skema Kerangka Berpikir
PPR
Konteks
Refleksi
Aksi Pengalaman
Evaluasi
JigsawII
Van Hiele
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta untuk pokok bahasan bangun ruang sisi datar prisma. Penelitian ini menggunakan model Penelitian dan Pengembangan karena penelitian ini memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan model tersebut.
menjelaskan secara sederhana bahwa R & D didefinisikan sebagai model penelitian yang secara singkat bertujuan untuk mencari tahu, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan menguji keefektifan produk, model, strategi, jasa produk tertentu yang lebih unggul,efektif, efisien, produktif dan bermakna.
B. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri I Yogyakarta. Jumlah dari siswa kelas VIII E adalah 35 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif heterogen. Jumlah siswa laki-laki 17 dan siswa perempuan 18.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif dengan mengakomodasi teori pembelajaran Van Hiele dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.
3. Tempat Penelitian
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan November 2016. Pada bulan Februari hingga Maret melakukan validasi dosen ahli untuk instrumen dan perangkat pembelajaran. Pada bulan April hingga Mei melakukan observasi dan wawancara di tempat penelitian. Pada bulan Juni melaksanakan penelitian pembelajaran di kelas dan pada bulan Juli hingga November awal, peneliti menyelesaikan penulisan laporan.
C. Desain dan Prosedur Pengembangan
Model yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian dan pengmbangan atau Research and Development. Adapun langkah-langkah untuk melalukan R&D menurut Borg and Gall (dalam Hasyim 2016: 86), yaitu:
Gambar 3.1 Langkah-Langkah R&D Borg and Gall
Analisis Masalah dan Pengumpulan Data
1. Analisis Masalah dan Pengumpulan Data(Research and Information Collection)
Menganalisis masalah yang masih belum memenuhi kebutuhan pembelajaran. Mengumpulkan data-data yang menjadi masalah dalam pembelajaran. Masalah dapat ditemukan dengan wawancara dan observasi. Masalah yang belum baik dan kurang memenuhi kebutuhan dapat diselesaikan menggunakan model penelitian dan pengembangan dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Oleh sebab itu data yang dikumpulkan harus sesuai dengan yang menjadi kendala dan yang diharapkan.
2. Perencanaan (Planning)
Setelah menemukan masalah, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana penelitian yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan yang akan dicapai, merancang langkah-langkah penelitian.
3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary Form of Product)
4. Ujicoba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Uji coba lapangan awal yang dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah. Selain mengujikan produk yang sudah direvisi oleh para ahli yang relevan, dilakukan juga observasi, wawancara serta penyebaran angket untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
5. Revisi Ujicoba Lapangan Awal (Main Product Revision)
Kemungkinan ditemukannya kekurangan dari produk yang di uji cobakan di lapangan. Oleh sebab itu perlu dilakukan revisi hasil uji coba produk untuk memperbaiki dan menyempurnakan hasil uji coba berdasarkan masukan dari hasil uji coba produk awal.
6. Ujicoba Lapangan Awal (Main Field Testing)
Uji lapangan untuk produk utama. Dilakukan di 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Setelah itu hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.
7. Revisi Produk (Operational Product Revision)
Revisi produk untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan yang ditemukan saat uji lapangan. Menyempurnakan produk hasil uji lapangan berdasarkan hasil uji lapangan yang diperoleh.
8. Ujicoba Lapangan Skala Luas (Operational Field Testing)
9. Revisi Produk Final (Final Product Revision)
Revisi produk final dilakukan untuk menyempurnakan produk yang akan digunakan dalam penelitian.
10.Desiminasi dan Imlementasi (Disemination and Implementasi)
Desiminasi dan implementasi adalah melaporkan produk pada forum-forum profesional di dalam jurnal dan implementasi produk pada praktik pembelajaran.
Berdasarkan langkah-langkah menurut Borg and Gall tersebut peneliti menggunakan langkah tersebut dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini
peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran dengan
Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti saat penelitian adalah sebagai berikut.
Gambar 3.2 Langkah-Langkah R&D saat Pelaksanaan
1. Analisis Masalah dan Pengumpulan Data (Research and Information collection)
Peneliti menemukan masalah dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri I Yogyakarta, sedangkan wawancara dilakukan kepada guru matematika kelas tersebut dan beberapa siswa secara heterogen untuk menggali dan menjelaskan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. 2. Perencanaan (Planning)
Setelah memperoleh masalah yang terjadi, peneliti menyusun rencana yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dengan
mengumpulkan sumber-sumber, merumuskan tujuan untuk
menyelesaikan masalah, merancang langkah-langkah yang perlu dilakukan dan mengembangkan perangkat pembelajaran sebagai alat penelitian.
Analisis Masalah dan Pengumpulan Data
Perencanaan Pengembangan produk Awal
Ujicoba Lapangan Revisi Ujicoba Lapangan
3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary form of Product)
Perangkat yang digunakan sebagai alat penelitian harus dikembangkan terlebuh dahulu sebagaimana bentuknya agar tujuan penelitian pengembangan ini tercapai. Oleh sebab itu seteleh perangkat selesai dikembangkan, lalu perangkat dimasukkan pada para ahli yang relevan pada bidangnya.
4. Ujicoba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Setelah perangkat dianggap baik dan layak digunakan, peneliti mengujicobakan produk guna mengetahui bahwa produk yang dibuat telah layak untuk digunakan pada pembelajaran dikelas dalam skala terbatas.
5. Revisi Ujicoba Lapangan Awal (Main Product Revision)
Peneliti melakukan revisi kembali setelah melakukan uji coba produk. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan hasil uji coba lapangan serta masukan dari siswa serta guru SMP Negeri I Yogyakarta guna melengkapi kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada produk saat uji coba.
D. Teknik Pengumpulan Data