ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG
MEMPENGARUHI CITRA MEREK
PADA SIKAT GIGI CIPTADENT
(Studi Kasus Pada Alfamart Kutisari Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
ARDHY HARYO MS.
0712010193 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG
MEMPENGARUHI CITRA MEREK
PADA SIKAT GIGI CIPTADENT
Yang diajukan
ARDHY HARYO MS.
0712010193 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Kustini, MSi Tanggal………
Mengetahui Wakil Dekan I
SKRIPSI
ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUHI CITRA MEREK PADA SIKAT GIGI CIPTADENT
(Studi Kasus Pada Alfamart Kutisari Surabaya)
Disusun Oleh:
ARDHY HARYO MS. 0712010193 / EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 September 2011
Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua
`
Dra. Ec. Kustini, MSi Dr. Ali Maskun, MS Sekretaris
Dra. Ec. Kustini, MSi Anggota
Dra. Ec. Sulastri Irbayuni , MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“ ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUHI CITRA
MEREK PADA SIKAT GIGI CIPTADENT (Studi kasus pada Alfamart
Kutisari Surabaya)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Dra. Ec. Kustini, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, September 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 6
1.3.
Tujuan Penelitian ... 7
1.4.
Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Konsep Pemasaran... 10
2.2.3. Strategi Pemasaran ... 10
2.2.3.1 Strategi Produk ... 11
2.2.3.2. Strategi Diversifikasi ... 12
2.2.4. Merek... 13
2.2.5. Pengetahuan Merek ... 18
2.2.6. Persepsi Kualitas ... 19
2.2.9 Citra Merek... 30
2.2.10. Pengaruh Pengetahuan Merek Terhadap
Sikap Brand Extention... 31
2.2.11. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap
Sikap Brand Extention... 31
2.2.12. Pengaruh Inovative Terhadap Sikap Brand Extention ... 33
2.2.13. Pengaruh Sikap Brand Extention Terhadap Citra Merek ... 33
2.3. Model Konseptual... 35
2.4. Hipotesis ... 35
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi
Operasional
dan Pengukuran Variabel ...
36
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...
38
3.2.1
Populasi
...
38
3.2.2
Sampel
...
38
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...
39
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...
43
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...
45
4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian...
46
4.2.3. Uji Outlier Multivariate ...
51
4.2.4. Uji Reliabilitas
...
51
4.2.5. Uji Validitas
...
53
4.2.6. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ...
53
4.2.7. Uji Normalitas
...
54
4.2.8. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM ...
56
4.2.9. Uji Kausalitas
...
57
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis ... 58
4.4. Pembahasan... 59
4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Merek Induk Terhadap
Sikap Brand Extention ... 59
4.4.2. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap
Sikap Brand Extention ... 60
4.4.3. Pengaruh Innovative Terhadap Sikap Brand Extention ... 61
4.4.4. Pengaruh Sikap Brand Extention Terhadap Citra Merek... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Top Brand Index Pasta Gigi Tahun 2008 – 2010...3
Tabel 1.2. Top Brand Index Sikat Gigi Tahun 2008 – 2010...4
Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...45
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Jenis Pekerjaan...45
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Pengetahuan Merek Induk (X1) ...46
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan
Variabel Persepsi kualitas (X2) ...47
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan
Variabel
Innovative
(X3)...48
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan
Variabel Sikap Brand Extention (Z)...49
Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan
Variabel Citra Merek (Y) ...50
Tabel 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate ...51
Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal...52
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas...53
Tabel 4.11. Construct Reliability & Variance Extrated ...54
Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...56
MEREK PADA SIKAT GIGI CIPTADENT
Ardhy Haryo MS.
ABSTRAK
Semakin luasnya pangsa pasar industri sikat gigi untuk terus
mengembangkan segala aspek yang ditawarkan, tidak cukup dengan
meningkatkan kualitas produk saja namun sikat gigi Ciptadent harus mampu
memanjakan para konsumennya dengan menciptakan value yang lebih untuk
mempertahankan para konsumennya dengan menawarkan kenyamanan dan
manfaat yang sesuai dengan keinginan konsumen salah satunya dengan
melakukan perluasan merek. Pada suatu kondisi dapat saja produk baru yang
menggunakan strategi perluasan merek gagal meningkatkan bahkan
mempertahankan citranya. Hal ini disebabkan bahwa dengan dilakukannya
strategi perluasan merek, maka akan muncul persepsi baru mengenai merek
tersebut di benak konsumen. Hal ini menyebabkan strategi ini menjadi bias dan
tidak focus dan produk tersebut kehilangtan positioningnya yang sudah ada,
sehingga terjadi penurunan citra produk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Sikap brand extention terhadap Citra Merek Pada Sikat
Gigi Ciptadent.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan sikat gigi merek
Ciptadent. Sampel pada penelitian ini 105 pelanggan. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation
Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa Faktor Brand Knowledge tidak berpengaruh positif terhadap
Faktor Brand Attitude, tidak dapat diterima. Faktor Quality Perception
berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Attitude, dapat diterima. Faktor
Innovative berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Attitude. Faktor Brand
Attitude berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Image, dapat diterima.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat kemampuan daya beli masyarakat menurun. Kejadian ini berpengaruh terhadap tindakan konsumsi masyarakat. Mereka akan lebih penuh pertimbangan dalam melakukan kegiatan konsumsi masyarakat. Mereka akan lebih penuh pertimbangan dalam melakukan kegiatan konsumsi. Dan fakta dilapangan menunjukkan bahwa produk yang harganya relatif murah akan cepat laku dipasaran. Karena terkadang dalam pembelian tersebut mereka tidak begitu berfikir tentang kualitas barang namun cenderung melihat harga barang. Apalagi jika produk atau barang tersebut berasal dari merek yang sudah terkenal tetapi harganya relatif murah, maka akan cepat diserbu konsumen.
Kondisi pemasaran produk yang sangat dinamis, membuat para pelaku pasar dan produsen berlomba untuk memenangkan kompetisi yang sangat ketat ini. Setiap saat baik melalui media televisi, radio, koran, majalah ataupun internet kita melihat peluncuran produk baru yang seolah tidak pernah berhenti. Produk-produk yang ditawarkan begitu beragam dengan merek yang juga sangat bervariasi. Begitu banyak hal yang ditawarkan pada konsumen. Hal ini tentu membuat para konsumen menjadi lebih leluasa dalam menentukan pilihannya. Sementara dampaknya bagi produsen, hal ini menjadi tantangan yang membuat mereka harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan Citra Merekkonsumennya. Para ahli pemasaran sepakat bahwa mempertahankan konsumen yang loyal lebih efisien daripada mencari pelanggan baru. Karena itulah, upaya menjaga Citra Merekkonsumen merupakan hal penting yang harus selalu dilakukan oleh produsen.
melakukan pengembangan merek (brand extension). “Pengembangan merek (brand extension) merupakan strategi perusahaan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produk baru dalam satu kategori baru (Rangkuti, 2004:11).”
Begitu juga dengan sikat gigi Ciptadent yang mengalami penurunan, padahal sikat gigi Ciptadent diproduksi diharapkan dapat mengikuti jejak produk utama yaitu pasta gigi Ciptadent, berikut adalah harga seperti yang ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Top Brand Index Pasta Gigi Tahun 2008 - 2010
Merek TBI
2008
TBI 2009
TBI 2010
Pepsodent 71.1 74.5 74.8
Ciptadent 9.7 9.5 7.7
Formula 8.7 6.3 6.8
Close Up 5.8 6.0 8.0
Sumber : SWA (2010)
Tabel 1.2. Top Brand Index Sikat Gigi Tahun 2008 - 2010
Merek TBI
2008
TBI 2009
TBI 2010
Formula 56.6 49.8 46.0
Pepsodent 30.2 34.7 37.9
Ciptadent 5.3 5.9 5.0
Oral B 6.0 5.1 7.0
Manful 1.0 1.3 2.0
Permasalahan yang terjadi pada kotegori Pasta Gigi Ciptadent dengan melakukan brand extention adalah Sikat Gigi Ciptadent dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 hanya menduduki peringkat ketiga masih kalah dari pesaingnya, yaitu Formula dan Pepsodent. Dan tidak sesuai dengan merek induk (brand parent) dari Pasta Gigi Ciptadent yang berhasil menduduki peringkat kedua. Selain itu penurunan penjualan juga terjadi pada tahun 2008 – 2010. Tidak dapatnya sikat gigi Ciptadent mengayamai dengan produk induknya yang menduduki peringkat kedua, hal tersebut dimungkinkan karena pengetahuan merek induk, persepsi kualitas dan inovasi yang dilakukan Sikat Gigi Ciptadent kurang. Hal inilah yang membuat Pasta Gigi Ciptadent gencar melakukan promosi melalui berbagai media elektronik.
Semakin luasnya pangsa pasar industri sikat gigi untuk terus mengembangkan segala aspek yang ditawarkan, tidak cukup dengan meningkatkan kualitas produk saja namun sikat gigi Ciptadent harus mampu memanjakan para konsumennya dengan menciptakan value yang lebih untuk mempertahankan para konsumennya dengan menawarkan kenyamanan dan manfaat yang sesuai dengan keinginan konsumen. Karena sikat gigi Ciptadent ini sangat berorientasi pada para konsumennya (Customer Oriented) disamping strategi pemasaran yang banyak dianut perusahaan
perusahaan sehingga menuntut perusahaan untuk dapat mengidentifikasi segala kebutuhan konsumen.
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek dalam ingatan (memori) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan merek tersebut (Keller, 2003). Informasi yang direkam dalam ingatan konsumen itu dapat berbentuk informasi verbal, visual, abstrak atau contextual. Secara umum, Keller, 2003 juga menyatakan bahwa pengetahuan merek dapat terbagi menjadi dua komponen yaitu brand awareness dan brand image.
Selain pengetahuan merek induk, persepsi kualitas juga mempengaruhi sikap brand extention, menurut Zeithaml (1998 dalam Barata, 2007: 65) mendefinisikan persepsi kualitas sebagai gambaran umum dari penilaian konsumen tentang keunggulan atau kesempurnaan dari suatu produk dan dalam level tertentu dapat dibandingkan dengan atribut tertentu dari produk baru yang dikenalkan dengan menggunakan brand extension dari merek induk yang sebelumnya telah dikenal, perusahaan ingin mendapatkan persepsi kualitas yang baik dari konsumen.
merek extensionnya, apakah invoasi yang ditawarkan oleh brand extention tersebut sesuai dengan persepsinya tentang merek induk.
Akan tetapi tidak selalu strategi perluasan merek akan sukses. Pada suatu kondisi dapat saja produk baru yang menggunakan strategi perluasan merek gagal meningkatkan bahkan mempertahankan citranya. Hal ini disebabkan bahwa dengan dilakukannya strategi perluasan merek, maka akan muncul persepsi baru mengenai merek tersebut di benak konsumen. Hal ini menyebabkan strategi ini menjadi bias dan tidak focus dan produk tersebut kehilangtan positioningnya yang sudah ada, sehingga terjadi penurunan citra produk.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUHI CITRA MEREK PADA SIKAT GIGI CIPTADENT”
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan merek induk berpengaruh terhadap sikap brand extention?
1.3.Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan merek induk berpengaruh terhadap sikap brand extention
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi kualitas berpengaruh terhadap sikap brand extention
3. Untuk menganalisis pengaruh innovative berpengaruh terhadap sikap brand extention
4. Untuk menganalisis pengaruh sikap brand extention terhadap Citra Merek
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Bisa menambah pengetahuan penulis khususnya berhubungan dengan usaha untuk menciptakan Citra Merek.
2. Manajemen
Memberikan masukan untuk pengembangan berbagai kebijakan operasional untuk menciptakan Citra Merek
3. Bagi Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk penelitian dengan masalah sikap brand extention (brand extension) memang sudah ada yang melakukan pada penelitian sebelumnya. Seperti penelitian :
1. Dharmayanti (2006), Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extension) Pada Margarine Merek Filma Di Surabaya
margarine Filma mendapat respon lebih tinggi dari para konsumen dibandingkan dengan minyak goreng Filma yang telah ada sebelumnya
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Konsep Pemasaran
Pemasaran berperan dalam memusatkan semua kegiatan organisasi yang diarah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Kotler (2000 : 19) menyebutkan konsep pemasaran (marketing concept) merupakan kunci untuk organisasi, yaitu perusahaan menjadi lebih efektif dari pada pesaing dalam menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan Citra Merek (customer value) pada pasar sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, perusahaan harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan diguankan oleh konsumen (Peter dan Olson, 2002 : 3).
2.2.3. Strategi Pemasaran
strategi progam pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk dirancang untuk memenuhi keinginan konsumen pasar sasaran.
2.2.3.1 Strategi Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke sesuatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Cravens, 1994 : 416). Produk-produk yang dipasrkan meliputi barang fisik (misalnya buku, mobil), jasa (misalnya salon dokter), orang (seperti artis, selebriti), tempat (misalnya tempat wisata), organisasi (misalnya Yayasan Jantung Indonesia), dan gagasan (misalnya cara memasak yang praktis).
Menurut Kotler (2000 : 449) menyatakan bahwa ada lima tingkat produk dalam merencanakan penawaran pasar. Tiap tingkat menambahkan lebih banyak Citra Merek dan kelimanya membentuk suatu hierarki Citra Merek.
Tingkatan produk tersebut yaitu: 1. Manfaat inti (core benefit)
Yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. Misalnya seorang tamu hotel membeli “istirahat dan tidur , atau pembeli alat bor membeli “lubang”. Pemsar harus memandang dirinya sendiri sebagai pemberi manfaat.
2. Produk dasar (basic product)
3. Produk yang diharapkan (expected product)
Yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika.
4. Produk yang ditingkatkan (augmented product)
Yaitu pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan yang dapat memenuhi keinginan pelanggan melampaui harapan mereka. Misalnya, sebuah hotel dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan satu set televisi dalam kamar, makana pagi, pelayanan kamar yang cepat, dan sebagainya.
5. Produk potensial (potencial product)
Yaitu mencakup semua peningkatan dan transfrormasi yang akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan. Di sinilah perusahaan secara agresif mencari berbagai cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan tawaranya.
2.2.3.2. Strategi Diversifikasi
Menurut Tjiptono (1997 : 132) diversifikasi adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas. Diversifikasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1. Diversifikasi konsentris
2. Diversifiakasi horizontal.
Yaitu perusahaan menambah produk-produk baru ayng tidak berkaitan dengan produk yang tealah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang sama.
3. Diversifikasi konglomerat.
Yaitu produk-produk yang dihasilkan sama sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan produk yang sudah ada dan dijual kepada pelanggan yang berbeda. Contoh, Canon yang memproduksi mesin fotocopy juga memasuki pasar kamera, computer, dan printer.
2.2.4. Merek
Menurut American Marketing Associattion (dalam Kotler, 2000 : 460) mendefinisikan merek sebagi berikut :
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi (Keegan, Moriarty, dan Duncan, 1995 : 145).
Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460) 1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagi mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi.
2. Manfaat (benefits)
Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai (Value)
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen. Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
6. Pemakai (user)
Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk tersebut.
Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400) 1. Nama merek (brand name)
Nama merek merupakan indicator inti yang mendasar dari merek, basis untuk kesadaran maupun usaha-usaha komunikasi. Bahkan sering kali nama merek bisa menghasilkan asosiasi-asosiasi yang mampu menggambarkan merek tersebut. Dengan kata lain, nama merek bisa membentuk esesnsi dari konsep suatu merek (Aaker, 1997: 277).
2. Simbol (symbol)
Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997:277). Sebuah symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa suka atau perasaan mempengaruhi Citra Merekatau kesan kualitas (Aaker, 1997: 294).
3. Pengemasan (the package)
4. The warranty
Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.
5. Citra merek (brand image)
Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk jasa.
Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan pamberian merek dapat menambah nilai produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 1997: 267). Pemberian merek dapat bernilai bagi perusahaan dan pelanggan. Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :
1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan menarik Citra Merek
2. Merek yang telah membangun dasar Citra Merekkonsumen telah mempunyai kekuatan.
3. Merek dengan Citra Merekkonsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih mudah.
4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs dalam lini produk.
Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen
Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu pembeli ke pembelian berikutnya.
2. Branding memfasilitasi belanja.
Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan sedikit waktu yang diperlukan untuk membandingkan dan mencari informasi. 3. Nama merek juga memberikan informasi kepada konsumen
Konsumen ingat rasa, isi, harga, dan kinerja suatu merek. Konsumen ingat merek mana yang memuaskan mereka dan mana yang tidak. Karena hal inilah branding membentuk kesempatan bagi konsumen untuk menjadi loyal pada
merek.
2.2.5. Pengetahuan Merek
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek dalam ingatan (memori) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan merek tersebut (Keller, 2003). Informasi yang direkam dalam ingatan konsumen itu dapat berbentuk informasi verbal, visual, abstrak atau contextual. Secara umum, Keller, 2003 juga menyatakan bahwa pengetahuan merek dapat terbagi menjadi dua komponen yaitu brand awareness dan brand image.
kecocokan dari produk yang menggunakan brand extention dengan memiliki pengetahuan tentang merek induknya
2.2.6. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Menurut Susanto (2004:129), persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keungulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Lebih lanjut, menurut Aaker (1997 : 91), apabila kesan kualitas adalah untuk dimengerti dan diatur,
Kesan kualitas yang positif di pikiran pelanggan dapat memberikan berbagai keuntungan bagi pengembangan merek, misalnya menciptakan positioning yang jelas dan membuka peluang bagi perluasan merek.
Zeithaml (1998 dalam Barata, 2007: 65) mendefinisikan persepsi kualitas sebagai gambaran umum dari penilaian konsumen tentang keunggulan atau kesempurnaan dari suatu produk dan dalam level tertentu dapat dibandingkan dengan atribut tertentu dari produk baru yang dikenalkan dengan menggunakan brand extension dari merek induk yang sebelumnya telah dikenal, perusahaan ingin mendapatkan persepsi kualitas yang baik dari konsumen.
2.2.7. Innovative
yang memberikan perhatian pada pentingnya suatu inovasi. Schumpeter (1949) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari lima unsur yaitu: (1) memperkenalkan produk baru atau perubahan kualitatif pada produk yang sudah ada, (2) memperkenalkan proses baru ke industri, (3) membuka pasar baru, (4) Mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau masukan lainnya, dan (5) perubahan pada organisasi industry
Dari berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa ada beberapa kemiripan mendasar dari konsep inovasi, yaitu sesuatu yang baru, baik berupa ide, barang, proses, atau jasa. Tetapi yang masih menunjukkan berbagai perbedaan adalah bagaimana cakupan dan cara pengukuran inovasi tersebut. Berdasarkan berbagai pengertian dari inovasi, ukuran inovasi dibagi dalam dua kelompok yaitu ukuran yang berhubungan dengan output dan input. Ukuran output misalnya (a) produk atau proses baru atau yang
Menurut Keller (2003) produk atau merek baru yang berhasil serta inovatif dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk yang modern atau up to date merupakan hasil dari investasi riset dan pengembangan produk. Dalam kaitannya dengan brand extension, konsumen cenderung untuk mengavaluasi produk baru tersebut dengan mencari kecocokan antara merek induk dengan merek extensionnya, apakah invoasi yang ditawarkan oleh brand extention tersebut sesuai dengan persepsinya tentang merek induk
2.2.8. Sikap Brand Extention
Menjalankan strategi brand extention bukanlah hal yang mudah. Sebuah merek bisa gagal dalam membentuk perluasan atau bisa menciptakan asosiasi-asosiasi yang dapat merusak perluasan tersebut. Bentuk lain juga buruk perluasan bisa berhasil atau setidaknya bertaha hidup tetapi merusak ekuitas merek asal dengan melemahkan asosiasi yang ada atau menambahkan asosiasi-asosiasi baru yang tidak diharapkan. Suatu keputusan perluasan yang salah bisa mengakibatkan kerusakan yang strategis (Aaker, 1997: 311).
Brand extention secara umum dapat dibedakan menjadi dua (Keller, 2003:453):
1. Perluasan lini (lini extension)
Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakn merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target pasar produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk. 2. Perluasan Kategori (category extension)
Artinya perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari dilayani oleh merek induk sekarang.
Jadi berdasarkan keterangan diatas maka brand extention secara keseluruhan adalah persepsi konsumen mengenai produk perluasan baik secara kualitas, produk dan harga serta secara keseluruhan. Dari Hal tersebut peneliti ingin mengetahui brand extention antar sebuah merek.
2.2.8.1. Keuntungan dan Kerugian Strategi brand extention Keuntungan dari brand extention: (2003, 1998: 455-463) 1. Memfasilitasi penerimaan produk
a. Mengurangi resiko yang dirasakan konsumen.
b. Meningkatkan kemungkinan memperoleh distribusi dan trial karena potensi peningkatan permintaan kosumen dihasilkan dari perkenalan produk baru, sebagai sebuah perluasan, akakn lebih mudah untuk meyakinkan retailer untuk mengadakan persediaan dan mempromosikan brand extention.
c. Meningkatkan efisiensi pengeluaran promosi.
Akan lebih mudah untuk menambah hubungan dari merek yang sudah ada dalam ingatan pada produk baru daripada harus memantapkan merek kedalam ingatan konsumen untuk yang pertama kali dan kemudian juga menghubungkan produk baru pada merek tersebut.
d. Mengurangi biaya perkenalan dan progam pemasaran lanjutan. e. Menghindari biaya perkembangan merek baru untuk melakukan
riset konsumen yang diperlukan dan mempekerjakan personel yang berketrampilan untuk mendesain nama merek yang berkualitas, logo, symbol, pengemasan, cirri, dan slogan yang bisa sangat mahal, dan tidak ada jaminan sukses.
f. Efisiensi pengem,asan dan pelabelan.
Kemasan dan label yang mirip untuk brand extention dapat menghasilkan biay produksi yang lebih rendah.
g. Mengijinkan konsumen mencari variable
puas, atau apapun dapt berpindah pada tipe produk jika mereka juga menginginkan sesuatu tanpa harus meninggalkan brandfamily.
2. Menyediakan manfaat timbale balik pada merek asal a. Memperjelas arti merek
Perluasan dapat membantu menjelaskan arti sebuah merek pada konsumen dan mendefinisikan segala hal tentang pasar penting. b. Meningkatkan citra merek asal.
Berdasarkan pada model ekuitas merek berbasis pelanggan (the customer based brand equity model) satu hasil yang diinginkan
dari perluasn merek yang berhasil adalah kemungkinan meningkatkan citra merek asal dengan memperkuat asosiasi merek yang sudah ada, memasukkan ketertarikan pada asosiasi merek yang sudah ada, dan atau menambah asosiasi merek baru. Satu cara penting agar brand extention mempengaruhi citra merek asal adalah dengan memantapkan asosiasi merek asal. Asosiasi merek asal adalah atribut dan manfaat yang menjadi cirri semua produk dalam lini merek yang diasosiasikan paling kuat.
c. Membawa pelanggan baru kedalam brand franchise. d. Mengaktifkan kembali merek.
Kerugian dari brand extention: (Keller, 2003: 463-469)
1. Dapat membingungkan atau menyebabkan konsumen frustasi. 2. Dapat mengancam ketahan retailer.
3. Dapat merusak citra merek.
Skenario terburuk yang mungkin dari brand extention adalah tidak hanya terjadi kerusakan, tapi membahayakan citra merek asal dalam banyak cara. Bagaimanapun pengaruh negatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu.
4. Bisa sukses tetapi mengkanibalisasi penjualan merek asal.
Bila penjualan brand extention tinggi dan memenuhi target, mungkin pendapatan ini bisa hanya dihasilkan dari peralihan konsumen pada perluasan dari produk yang ada yang ditawarkan merek asal dalam efek kanibalisasi merek asal dengan berkurangnya penjualan.
5. Bila sukses tapi mengurangi identifikasi denag satu kategori lain.
Satu resiko menghubungkan banyak produk pada satu merek adalah merek mungkin tidak diidentifikasi dengan kuat. brand extention bisa tidak jelas mengidentifikasi merek dengan kategori asalnya dan mengurangi awareness merek asal.
6. Bisa sukses tapi merusak citra merek asal
7. Bila merusak arti merek.
Kekurangan potensial dari identifikasi dengan satu kategori lain dan citra yang lemah mungkin secara khusus ditandai dengan kualitas yang tinggi atau merek prestise.
8. Bisa membatalkan kesempatan untuk mengembangkan merek baru.
Satu hal yang mudah untuk melihat kerugian dari brand extention adalah dengan memperkenalkan produk baru sebagi brand extention, perusahaan membatalkan kesempatan untuk menciptakan merek baru dengan citra dan ekuitas yang unik.
2.2.8.2. Cara Melakukan brand extention
Tiga langkah sistematis dalam mengembangkan sebuah brand extention (Aaker, 1997: 340-347).
1. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek.
Asosiasi-asosiasi merek akan menjadi lebih berguna jika berbagai asosiasi tersebut bisa memunculkan suatu kaitan (suatu basis kesesuaian) dengan kategori-kategori lain, dan memberikan dorongan yang kompetitif brand extention.
2. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi-asosiasi merek.
3. Memilih calon terbaik dari daftar produk tersebut untuk menguji konsep dan pengembangan produk baru.
Calon produk yang telah dipilih untuk dieksplorasi melalui tahp pengujian konsep. Dua kriteria utam yang seharusnya digunakan, yaitu: pertama, merek tersebut dianggap sesuai dengan perluasannya. Kedua, merek tersebut seharusnya memberikan beberapa poin keuntungan.
2.2.8.3. Hasil-hasil brand extention
brand extention dapat menghasilkan: (Aaker, 1997: 312-340) 1. The good: merek inti membantu brand extention.
2. More good: brand extention bisa menguatkan merek inti.
brand extention seharusnyan bisa menguatkan citra merek asal, yaitu dengan memberikan fungsi membangun. Suatu brand extention bisa meninmbulkan pengenalan merek dan asosiasi-asosiasi terhadap berbagai segmen baru.
3. The bad: merek gagal membantu brand extention.
Jika brand extention dilakukan hanya untuk menimbulkanpengenalan, kredibilitas, dan asosiasi kualitas, maka seringkali terdapat resiko besar untuk menjadi rentan terhadap kompetisi, seringkalipun merek tersebut berhasil pada awalnya. Strategi brand extention juga mempunyai resiko bisa merangsang asosiasi-asosiasi pelengkap yang nergatif. Asosiasi-asosiasi negative adakalanya bisa dikurangi atau ditekan dengan menambahkan merek kedua yang memiliki konotasi teapt, atau dengan menguraikan konsep tersebut. Penelitian Aaker (1997) menunjukan bahwa penjabaran konsep produk bisa mengurangi pengaru dari asosiasi-asosiasi negative. Keberhasilan tentunya akan bergantung pada sejauh mana asosiasi-asosiasi tersebut.
4. The ugly: peluasan merusak merek
Mengalami kegagalan dalam brand extention dapat merusak merek karena terciptanya asosiasi-asosiasi pelengkap yang tidak diinginkan, merusak kesan kualitas merek, atau mengubah asosiasi-asosiasi merek yang sudah ada.
brand extention yang menyalurkan asosiasi-asosiasi negatif pada merek asal (original brand) akan mengecil kemungkinannya apabila asosiasi-asosiasi merek asal dan peluasannya, dan perbedaan antara merek asal dan perluasannya begitu ekstrim sehingga membuat brand extention tersebut tampak tidak sebangun.
Karena sebuah merek diperluas, asosiasi-asosiasi kelas produknya mungkin melemah, namun merek tersebut mungkin juga mengembangkan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan tipe produk, sehingga akan terdapat lebih banyak ruang gerak. Dengan demikian asosiasi-asosiasi yang telah ada.
5. More ugly: brand extention mendahului.
brand extention bisa tidak hanya gagal, tetapi judga merusak posisi merek asal karena brand extention terlihat membingungkan dan merubah persepsi konsumen tentang nilai yang dimiliki merek asal. Barangkali potensi dampak terburuk dari suatu brand extention adalah peluang yang mendahului (foregene) untuk menciptakan suatu ekuitas merek baru.
2.2.9 Citra Merek
Kotler (2002:70) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu
merek. Karena itu dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat
ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler (2002:65) juga menambahkan
bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat. Simamora
(2002:65) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relative konsisten
dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk
membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya.
Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan
dengan merek lain, muncullah posisi merek. Pada dasarnya sama dengan
proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk
lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian
mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori (Mowen,
1995:47).
2.2.10. Pengaruh Pengetahuan Merek Terhadap Sikap Brand Extention Untuk menentukan gambaran kualitas dari suatu brand extension secara umum, maka pengetahuan konsumen tentang dari mana brand itu berasal dibutuhkan. Dalam kaitan ini, apabila konsumen ingin memperoleh sikap terhadap brand extension yang positif maka dibutuhkan pengetahuan tentang merek induk (Broniarczyk & Alba, 1994)
Dengan demikian pengetahuan konsumen tentang merek dibutuhkan untuk mengevaluasi merek tersebut. Dalam kaitannya dengan brand extention konsumen dapat lebih mudah mengevaluasi dan menilai persepsi kecocokan dari produk yang menggunakan brand extention dengan memiliki pengetahuan tentang merek induknya (Barata, 2007 : 67)
2.2.11. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Sikap Brand Extention
Hubungan antara persepsi kualitas dan sikap konsumen terhadap brand extension cenderung positif hanya ditunjukkan adanya kesesuaian (fit)
rendah perluasan justru akan merugikan. Hubungan antara persepsi kualitas dan sikap terhadap brand extension dijelaskan secara kuantitatif di studi dahulu dengan menghubungkan ukuran persepsi kualitas untuk mengukur semua contoh responden sikap brand extension. (Herlina, 2010, 11)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Boush (1987), penerapan perluasan merek memberi pengaruh yang sangat positif terhadap merek yang sudah ada. Namun demikian, pengaruh positif tersebut hanya akan terjadi pada saat merek produk lama dan produk yang baru memiliki persepsi yang sama. Dengan demikian, penelitian mengenai merek merupakan factor yang sangat penting, hal ini sangat mempengaruhi merek yang telah ada, khususnya apabila konsumen sangat mengetahui tentang merek tersebut (Briniarczyk dan Alba, 1994).
2.2.12. Pengaruh Inovative Terhadap Sikap Brand Extention
Aaker (1997) menyatakan bahwa kampanye pemasaran yang difokuskan pada informasi tentang kemampuan inovasi dari suatu merek, akan berpengaruh pada persepsi konsumen, khususnya yang berkaitan dengan keahlian unik dari perusahaan (corporate expertise). Dan hal tersebut juga mempengaruhi secara positif evaluasi konsumen terhadap brand extension nya.
Dalam kaitannya dengan brand extension, konsumen cenderung untuk mengavaluasi produk baru tersebut dengan mencari kecocokan antara merek induk dengan merek extensionnya, apakah invoasi yang ditawarkan oleh brand extention tersebut sesuai dengan persepsinya tentang merek induk. (Barata, 2007 : 70)
2.2.13. Pengaruh Sikap Brand Extention Terhadap Citra Merek
dengan sekuat mungkin membuat produk yang berkualitas. Akan tetapi ternyata dapat muncul berbagai kegagalan dalam penerapan perluasan merk yang mengakibatkan turunnya citra merk. Hal ini disebabkan bahwa dengan dilakukannya strategi perluasan merk, maka akan muncul persepsi baru mengenai merk tersebut di benak konsumen. Citra merk setelah dilakukan strategi ini menjadi bias dan tidak fokus. Produk tersebut temyata kehilangan positioning-nya yang sudah ada sehingga menyehabkan tejadinya penurunan citra merk.
Citra Merek (Y) Sikap Brand
Extention (Z) Persepsi
kualitas (X2) Pengetahuan merek induk
(X1)
Innovative (X3)
2.3. Kerangka Konseptual
H1 H2
H4
H3
2.3. Hipotesis
1. Diduga bahwa terdapat pengaruh positif antara pengetahuan merek induk terhadap sikap brand extention.
2. Diduga bahwa terdapat pengaruh positif antara persepsi kualitas terhadap sikap brand extention.
3. Diduga bahwa terdapat pengaruh positif antara innovative terhadap sikap brand extention.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah pengertian maka penulis perlu menguraikan dimensi operasional dalam penelitian ini, yaitu :
X1 = Pengetahuan merek induk yaitu adanya informasi tentang merek dalam ingatan konsumen, dengan indicator (Barata, 2007 : 70) : X1.1. = Brand awareness (kesadaran merek)
X1.2. = Brand attitude (sikap positif)
X2 = Persepsi kualitas yaitu penilaian konsumen mengenai keunggulan dari suatu produk, dengan indicator (Barata, 2007 : 70) :
X2.1. = Performance (tampilan fisik) X2.2. = Features (kelengkapan produk) X2.3. = Appearance (penampilan)
X3 = Innovative yaitu produk atau merek yang modern, karena melakukan pengembangan produk, dengan indikator (Barata, 2007 : 70):
X3.1. = Modern X3.2. = Unik
Z = Sikap Brand Extention, tantangan seseorang tentang produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yang berbeda dengan merek yang digunakannya. (Barata, 2007 : 70) dengan indikator: a. Kesukaan terhadap merek (Z.1.)
Y = Citra Merek persepsi dari sebuah organisasi yang direfleksikan dalam hubungannya dengan konsumen, (Danibrata, 2008:40), dengan dimensi:
a) Y1 = Knowledge with the brand, dengan indikator : Y1.1. = mengetahui merek
Y1.2. = frekuensi pembelian Y1.3. = informasi produk b) Y2 = Fit to brand, dengan indikator :
Y2.1. = kesesuaian produk baru dg produk perluasan Y2.2. = kesesuaian produk baru dengan image 3.1.1. Pengukuran Variabel
Variabel ini diukur dengan data yang berskala likert, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial. Skala ini disusun dalam satu garis kontinue dengan jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri.
1 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rating nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pelanggan.
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan yang berada pada pasta gigi Ciptadent di Surabaya, dengan jumlah 15 x 7 = 105 pelanggan.
3.3.1. Jenis Data a. Data Primer
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dimana data tersebut merupakan data yang sudah jadi. 3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden mengenai variabel yang berkaitan dengan penelitian dan data dari Ciptadent serta sumber data lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
3.3.3. Pengumpulan Data
Terkait dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan, berikut disajikan metode pengumpulan data terkait dengan penelitian yang dilakukan: Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Berdasarkan skala pengukuran yang dipakai dan kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui sejauh mana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur dengan AMOS 4.0, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis konfirmatori.
1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling) a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1 Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
4. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
b. Evaluasi Atas Outlier
1. Mengamati nilai Z score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. 2. Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak mahalonobis pada
tingkat P < 0,001. Jarak diuji dengan chi_square [X2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. (Hair, et,al, 1998:32).
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinan Matriks Covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matriks mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998:55).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu mengindikasikan senuah konstruk yang umum.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Pengujian Model dengan One – Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (One Step Approach to SEM). (Hair, 1998:45)
4. Evaluasi Model
dengan data. Amos dapat menguji apakah model-model “good fit” atau “poor fit”.
Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices
Goodness of Fit Index
Keterangan Cut-Off Value
X2 chi square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data]
Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks
covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi square
pada sampel besar
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians
dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90
C min / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00
TLI Perbandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model
≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
≥ 0,94
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan
Didirikan pada tahun 1891, Lion Corporation bertekad untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dan memperkaya kehidupan umat
manusia. Inovasi produk yang menawarkan nilai tambah maksimum
senantiasa diupayakan untuk mengantisipasi keinginan konsumen kami.
Lion Corporation memiliki range produk yang sangat luas antara lain pasta
gigi, sikat gigi, kosmetik, sabun, shampoo, detergent, detergent pencuci
piring, pembersih alat-alat kebutuhan rumah tangga, hingga makanan dan
obat-obatan. Semua produk-produk Lion corp. ini ditunjang dengan brand
yang kuat dan market share yang tinggi di tiap-tiap market yang
dimasukinya. Lion corp memiliki pengalaman yang panjang di Asia.
Kerjasama dengan Wings grup, salah satu pemain terbesar di Indonesia
untuk produk yang sama, Lion Corp. membentuk PT Lionindojaya pada
tahun 1981. Sejak itu, Lionindojaya memantapkan posisinya di bidang
marketing dan produksi dan untuk memenuhi permintaan yang terus
membesar. PT Lionindo telah memproduksi dan memasarkan
produk-produk kepada berbagai segmen pasar dengan merek yang terkenal,
bahkan saat ini Lionindojaya telah sukses menembus pasar eksport ke
komposisi kepemilikan saham, terhitung sejak awal tahun 2004, PT
Lionindojaya berganti nama menjadi PT Lion Wings. Pergantian nama ini
mencerminkan betapa perusahaan terus berkembang secara dinamis.
Dengan menyandang nama baru, perusahaan berkomitmen untuk melayani
pelanggan dan konsumen dengan lebih baik lagi.
Visi Perusahaan :
Berusaha untuk dapat memenuhi KEPUASAN PELANGGAN
Misi Perusahaan :
Untuk mencapai Visi perusahaan, kami menerapkan policy untuk
melakukan perbaikan terus-menerus dalam:
- Kualitas Produk
- Effisiensi Produksi
- Disiplin Waktu
- Konsistensi dalam Quality
Sikat gigi CIPTADENT
Sikat gigi yang dirancang untuk memberi hasil maksimal. Dengan bulu
sikat yang lembut dengan ujung bulu bulat, efektif membersihkan gigi,
tidak merusak email gigi, dan aman bagi gusi. Kepala sikat dirancang
sesuai dengan kebutuhan Anda. Full Head bagi mereka yang memerlukan
kepala sikat yang besar, dan Diamond Head untuk memudahkan
pencapaian daerah gigi yang sulit dijangkau. Leher sikat yang
melengkung, untuk menjangkau gigi dan gusi paling belakang, dan lentur
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1.
Analisis Statistik Deskriptif
Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap
unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.
a.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 105 responden 20 responden (19%)
adalah laki-laki, 85 responden (81%) perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki 20
19
Perempuan 85
81
Total 105 100
Sumber : Lampiran.
b.
Deskripsi responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden adalah berprofesi sebagai
mahasiswa sebanyak 63,6% dan sebagai pegawai swasta sebanyak 22,7% dan
Tabel 4.2
Identitas Responden Menurut Jenis Pekerjaan
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase
(%)
1. Mahasiswa
50
63,6
2. Pegawai
Swasta
30
22,7
3. PNS
15
13,7
Total
105
100
Sumber : Lampiran.
4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian
a.
Pengetahuan Merek Induk (X1)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 105 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel
4.3.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Pengetahuan Merek Induk (X1)
Skor Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Total
1 Ingatan yang tinggi terhadap
merek pasta gigi Ciptadent
0 0% 0 0% 37 35.2% 19 18.1% 19 18.1% 18 17.1% 12 11.4% 105
2 Sikap mendukung perluasan
merek pada pasta gigi Ciptadent 0 0% 1 1% 28 26.7% 32 30.5% 20 19.0% 17 16.2% 7 6.7% 105
Jumlah 0 1 65 51 39 35 19
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 3
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
memberikan pendapat bahwa ingatan konsumen terhadap merek sikat gigi
Ciptadent sangat kurang.
b.
Persepsi kualitas (X2)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 105 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel
4.4.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Persepsi kualitas (X2)
Skor Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Total
1 Sikat gigi Ciptadent sudah sesuai
dengan harapan 0 0% 2 1.9% 37 35.2% 32 30.5% 15 14.3% 17 16.2% 2 1.9% 105
2 Sikat gigi Ciptadent memiliki
variasi produk yang beraneka ragam 0 0% 1 1.0% 33 31.4% 22 21.0% 22 21.0% 21 20.0% 6 5.7% 105
3 Sikat gigi Ciptadent memiliki
desain kemasan yang menarik
0 0% 2 1.9% 35 33.3% 31 29.5% 21 20.0% 13 12.4% 3 2.9%
Jumlah 0 5 105 85 58 51 11
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 3
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 3. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa sikat gigi Ciptadent kurang memiliki variasi
c.
Innovative (X3)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 105 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel
4.5.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Innovative (X3)
Skor Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Total
1 Sikat gigi Ciptadent selalu
menerapkan produk yang canggih dan modern 0 0% 3 2.9% 8 7.6% 20 19.0% 28 26.7% 28 26.7% 18 17.1% 105
2 Sikat gigi Ciptadent selalu
melakukan pengembangan produk setiap tahun 0 0% 2 1.9% 4 3.8% 11 10.5% 28 26.7% 39 37.1% 21 20.0% 105
Jumlah 0 5 12 31 56 67 39
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 3
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 6. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa sikat gigi Ciptadent selalu melakukan
d.
Sikap Brand Extention (Z)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 105 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel
4.6.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Sikap Brand Extention (Z)
Skor Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Total
1 Kesukaan terhadap merek sikat
gigi Ciptadent 0 0% 0 0% 2 1.9% 9 8.6% 20 19.0% 41 39.0% 33 31.4% 105
2 Merek sikat gigi Ciptadent sangat
bagus 0 0% 0 0% 17 16.2% 29 27.6% 22 21.0% 17 16.2% 20 19.0% 105
3 Keyakinan terhadap merek sikat
gigi Ciptadent sangat tinggi 0
0% 0 0% 0 0% 6 5.7% 36 34.3% 23 21.9% 40 38.1%
Jumlah 0 0 19 44 78 81 93
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 3
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 7. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa Keyakinan terhadap merek sikat gigi
Ciptadent sangat tinggi
e.
Citra Merek (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 105 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel
4.7.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Citra Merek (Y)
Skor Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Total
1 Ciptadent mengeluarkan
perluasan merek dalam bentuk sikat gigi 0 0% 0 0% 0 0% 4 3.8% 33 31.4% 39 37.1% 29 27.6% 105
2 sering melakukan pembelian sikat
gigi Ciptadent 0 0% 0 0% 0 0% 3 2.9% 25 23.8% 38 36.2% 39 37.1% 105
3 informasi mengenai produk sikat
gigi Ciptadent 0 0% 0 0% 0 0% 20 19.0% 28 26.7% 39 37.1% 18 17.1% 105
4 Pasta Gigi Ciptadent memiliki
kesesuaian dengan produk perluasan yaitu sikat gigi Ciptadent 0 0% 0 0% 0 0% 11 10.5% 26 24.8% 51 48.6% 17 16.2% 105
5 Sikat gigi Ciptadent memiliki
citra yang sama dengan pasta gigi Ciptadent 0 0% 0 0% 0 0% 12 11.4% 22 21.0% 46 43.8% 25 23.8% 105
Jumlah 0 0 0 50 134 213 128
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 3
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 6. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa Sikat gigi Ciptadent memiliki citra yang
4.2.3. Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N
Predicted Value 17.048 98.685 53.000 16.558 105
Std. Predicted Value -2.171 2.759 0.000 1.000 105
Standard Error of Predicted
Value 6.713 15.192 10.669 1.589 105
Adjusted Predicted Value 15.500 113.267 53.177 17.361 105
Residual -58.979 66.282 0.000 25.560 105
Std. Residual -2.135 2.399 0.000 0.925 105
Stud. Residual -2.291 2.517 -0.003 1.001 105
Deleted Residual -67.938 72.967 -0.177 29.970 105
Stud. Deleted Residual -2.348 2.597 -0.003 1.009 105
Mahalanobis Distance [MD] 5.148 30.451 14.857 4.712 105
Cook's Distance 0.000 0.074 0.011 0.013 105
Centered Leverage Value 0.050 0.293 0.143 0.045 105
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan
bahwa tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD
Maksimum 30,451 < 37,697
4.2.4. Uji Reliabilitas
Koefisien cronbach’s alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala. Sementara itu item to total correlation digunakan
untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang
Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
X11 0.790
Pengetahuan
merek induk X12 0.722 0.252
X21 0.420
X22 0.795
Persepsi kualitas
X23 0.704
0.669
X31 0.813
Innovative
X32 0.754 0.372
Z1 0.534
Z2 0.690
Sikap brand extention
Z3 0.539
0.072
Y1 0.388
Y2 0.425
Y3 0.724
Y4 0.769
Citra Merek
Y5 0.709
0.642
Sumber : Lampiran
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena
nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya
≥
0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan kurang baik dimana koefisien Cronbach’s
Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang
4.2.5. Uji Validitas
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X11 0.999
Pengetahuan
merek induk X12 0.146
X22 0.999
Persepsi kualitas
X22 0.506
X31 0.501
Innovative
X32 0.536
Z1 0.145
Z2 0.568
Sikap brand extention
Z3 0.909
Y2 0.423
Y3 -0.014
Y4 -0.229
Citra Merek
Y5 0.000
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum seluruhnya
≥
0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap
konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
4.2.6. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha,
perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted.
Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan
memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
Tabel 4.11. Construct Reliability & Variance Extrated
Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFLKuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
X11 0.999 0.998 0.002
Pengetahuan
merek induk X12 0.146 0.021 0.979 0.572 0.510
X22 0.999 0.998 0.002
Persepsi kualitas
X22 0.506 0.256 0.744 0.752 0.627
X31 0.501 0.251 0.749
Innovative
X32 0.536 0.287 0.713 0.424 0.269
Z1 0.145 0.021 0.979
Z2 0.568 0.323 0.677
Sikap brand extention
Z3 0.909 0.826 0.174
0.590 0.390
Y2 0.650 0.423 0.578
Y3 0.423 0.179 0.821
Y4 -0.014 0.000 1.000
Citra Merek
Y5 -0.229 0.052 0.948
0.171 0.164
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber : Lampiran
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya
≥
0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70
pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan
pada tingkat 0,50.
4.2.7. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z
Tabel 4.12. Assessment of Normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 3 7 -1.201 -2.513
X12 2 7 -0.789 -1.651
X22 2 7 -1.100 -2.300
X23 2 7 -0.540 -1.129
X31 2 7 -0.490 -1.025
X32 2 7 0.514 1.075
Y2 4 7 -0.826 -1.728
Y3 4 7 -1.015 -2.123
Y4 4 7 -0.443 -0.928
Y5 4 7 -0.620 -1.296
Z1 3 7 -0.014 -0.028
Z2 3 7 -1.195 -2.500
Z3 4 7 -1.277 -2.672
Multivariate 0.160 0.042
Batas Normal ± 2,58
Sumber : Lampiran
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih
besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
[1%] yaitu sebesar ± 2,58.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar ±
2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak
menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa
jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood
estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat
menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam
4.2.8. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan
structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach
to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori
yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Knowledge, Quality Perception, Innovative, Brand Attitude, & Brand Image Model Specification : One Step Approach - Base Model
1 Brand Knowledge X11 0,005 er_1 X12 er_2 1 1 1 Quality Perception X21 0,005 er_3 X22 er_4 X23 er_5 1 1 1 Brand Attitude Z1 er_8 Z2 er_9 1 1 1 0,005 d_ba
1 Z3 er_10
1 1 Innovative X31 er_6 X32 er_7 1 1 Brand Image Y1 er_11 Y2 er_12 Y3 er_13 d_bi Y4 er_14 1 1 1 1 1 1
Y5 1er_15
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi
Model
Cmin/DF 1.263 ≤ 2,00 baik
Probability 0.105 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.050 ≤ 0,08 baik
GFI 0.914 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.861 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.749 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.817 ≥ 0,94 kurang baik
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata