• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB HUKUM TOKOPEDIA TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANGGUNG JAWAB HUKUM TOKOPEDIA TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB HUKUM TOKOPEDIA TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

ZAHRA RAHMAWATI NIM: 11150480000107

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021 M

(2)

i

TANGGUNG JAWAB HUKUM TOKOPEDIA TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

ZAHRA RAHMAWATI NIM: 11150480000107

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021 M

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM TOKOPEDIA TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh.

ZAHRA RAHMAWATI NIM: 11150480000107

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021 M Dosen Pembimbing I

Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

NIP 19691121 199403 1 001

Dosen Pembimbing II

Mustolih, S.H.I, M.H., CLA.

NIDN. 2008088001

(4)

iii

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H.

NIP. 19760807 200312 1 001 Dekan,

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Tanggung Jawab Hukum Tokopedia Terhadap Konsumen atas Ketidaksesuaian Barang dalam Jual Beli Online telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 07 Juli 2021. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Agustus 2021 Mengesahkan

Dekan,

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

NIP. 19670203 201411 1 001 Sekretaris : Drs.Abu Thamrin, S.H., M.Hum.

NIP. 19650908 199503 1 001

Pembimbing I :Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

NIP. 19891121 199403 1 001 Pembimbing II : Mustolih, S.H.I, M.H., CLA.

NIDN. 2008088001 Penguji I : Dr. Nurhasanah, M.Ag.

NIP. 195911181 98603 2 002 Penguji II : M. Yasir, S.H., M.H.

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ZAHRA RAHMAWATI NIM : 11150480000107

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Komp. Depag. JL. Sunan Muria III Blok F76 Citayam Kontak : 085714254224

Email : Zahrarahmawati66@gmail.com Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2021

Materai 10.000

ZAHRA RAHMAWATI NIM: 11150480000107

(6)

v ABSTRAK

Zahra Rahmawati NIM 11150480000107. Pertanggung Jawaban Hukum Tokopedia Terhadap Konsumen atas Ketidaksesuaian Barang dalam Jual Beli Online. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1442 H/2021 M.

Skripsi ini membahas tentang Pertanggungjawaban Hukum Tokopedia terhadap setiap konsumennya jika terjadi ketidaksesuaian barang dalam jual beli online. Meskipun telah dibentuk regulasi mengenai teknis penyelenggaraan perdagangan elektronik, nyatanya aturan tersebut masih memiliki kelemahan dalam segi perlindungan hukum dikarenakan para pihak dalam transaksi elektronik baik penjual ataupun pembeli seringkali dirugikan oleh pihak-pihak yang melakukan perbuatan melanggar perjanjian serta penyelesaian sengketa yang disediakan melalui platform online dispute resolution dianggap masih merugikan salah satu pihak.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat normatif-empiris, serta pendekatan yang digunakan adalah statutory approach (undang-undang) Case approach (Kasus) yang dilakukan pada taraf sinkronisasi secara horizontal, yang mengukur sejauh mana suatu perundang-undangan yang mengatur serta kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban hukum Tokopedia terhadap konsumen dan perlindungan hukum yang diterima oleh para pihak dalam perdagangan elektronik.

Hasil Penelitian ini bahwa pengetahuan konsumen mengenai perlindungan konsumen di dalam transaksi secara elektronik sangatlah kurang. Maka yang terjadi di dalam kasus yang termuat di dalam skripsi ini adalah konsumen sebagai pembeli tidak dapat berbuat banyak, hanya dapat protes melalui situs penyedia layanan jual beli secara elektronik yaitu Tokopedia tersebut, dan sama sekali tidak menerima ganti rugi dari pihak produsen atau pelaku usaha sebagai penjual dalam situs tersebut dan di dalam kasus yang termuat di dalam skripsi ini produsen atau pelaku usaha selaku penjual telah berbuat tidak sejalan dengan beberapa ketentuan perundang-undangan. Terbukti karena produsen atau pelaku usaha selaku penjual di dalam kasus yang termuat dalam skripsi ini telah bertindak merugikan konsumen selaku pembeli di dalam transaksi elektronik tersebut.

Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Konsumen, Pelaku Usaha, Jual Beli Online.

Pembimbing Skripsi : 1. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

2. Mustolih, S.H.I, M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1987 sampai Tahun 2021

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Tokopedia Terhadap Konsumen atas Ketidaksesuaian Barang dalam Jual Beli Online” dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam, saya curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang berkat cahayanya berupa ilmu agama dan pengetahuan sehingga membawa risalah kebenaran bagi semua umatnya khususnya kepada umat Islam.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sedalam- dalamnya untuk bantuan, masukan, dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syaruf Hidayatullah Jakarta dan jajarannya.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi.

3. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. dan Mustolih, S.H.I, M.H., CLA.

pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi kepustakaan peneliti dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan, baik materil maupun imateriil berupa motivasi, do’a, bahkan kepercayaan untuk dapat duduk di bangku kuliah hingga menyelesaikan gelarsarjana ini.

(8)

vii

6. Kepada pihak yang terkait yang peneliti tidak dapat sebutkan Namanya satu persatu. Tidak ada yang dapat peniliti berikan, dukungan dansemangat kalian yang membuat peniliti dapat menyelesaikan skripsi ini selain ucapan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun bagi parapembaca khususnya di bidang hukum bisnis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Agustus 2021

Zahra Rahmawati

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metode Penelitian ... 7

E. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II TINJAUAN DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN ... 12

A. Kerangka Konseptual ... 12

1. Definisi Perjanjian ... 12

2. E-commerce ... 16

3. Konsumen ... 18

4. Perlindungan Hukum ... 21

5. Terlanggarnya Hak-Hak Konsumen ... 23

B. Kerangka Teori ... 25

C. Tinjauan (Review) Kajian terdahulu ... 30

1. Skripsi ... 30

2. Buku ... 30

3. Artikel Jurnal ... 31

BAB III MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KETIDAKSESUAIAN BARANG DI TOKOPEDIA ... 32

A. Profil Tokopedia ... 32

B. Layanan Tokopedia ... 34

(10)

ix

1. Keuntungan E-commerce... 35

2. Kerugian E-commerce ... 36

C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Barang di Tokopedia ... 36

D. Posisi Kasus Pembeli Yang dirugikan. ... 40

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM Tokopedia TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE ... 44

A. Pertanggungjawaban Tokopedia terhadap konsumen apabila terjadi ketidaksesuaian terhadap barang yang dikirim ... 44

B. Perlindungan Konsumen dalam jual beli online ... 58

BAB V KESIMPULAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Rekomendasi ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Manusia pun juga makhluk yang selalu ingin berinteraksi dan berkumpul dengan manusia di sekelilingnya. Salah satu interaksi dalam kehidupan manusia yaitu aktivitas jual-beli. Jual-beli merupakan aktivitas sehari-hari yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Perkembangan yang sangat pesat dalam bidang teknologi, dan manusia mengikuti perubahan dalam pola aktivitas yang terjadi, begitupun perdagangan. Perdagangan dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung untuk barter barang yang di jual maupun yang dibeli, dengan adanya media elektronik yang berbasis internet dapat mempermudah pembisnis untuk menjalankan usahanya dan mempermudah para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dan memberikan kesempatan terhadap dunia bisnis yang semakin kompetitif.

Perkembangan perdagangan saat ini berbasis tekhnologi internet yang dikenal dengan Jual Beli Online yang diharapkan dengan adanya Jual Beli Online mampu untuk memanfaatkan tekhnologi tersebut untuk memasarkan kegiatan Jual Beli Online untuk menembus batas lintas negara dan wilayah.

E-commerce adalah suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam suatu hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, jasa, dan peralihan hak. E- commerce bagian dari hukum bisnis atau hukum dagang, perkembangan dalam dua hal tersebut berlanjut dikarenakan efek dari perubahan zaman yang merubah teknologi. Pada transaksi jual beli melalui internet, para pihak yang terkait di dalamnya mekakukan hubungan hukum yang diruangkan secara elektronik. Electronic Commerce atau perdagangan elektronik yaitu Transaksi jual beli pada internet yang tidak berbeda dengan perdagangan pada umumnya, yang menjadi pembeda adalah media yang mempertemukan

(12)

penjual dengan pembeli secara tidak langsung atau betatap muka.1 Pengertian kontrak elektronik dijelaskan dalam pasal 1 angka 17 UU ITE yang berbunyi sebagai berikut: “Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik.” Sedangkan pengertian dari Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan atau menyebarkan Informasi Elektronik.2

Terdapat tiga pilar penting dalam perkembangan bisnis atau modernisasi, yaitu3 (1) Perlindungan hak atas kekayaan perorangan (2) Konsentrasi pasar (3) Persaingan yang sehat. Hal ini telah masuk pada periode perkembangan bisnis saat ini yang mana ke tiga pilar tersebut telah terpenuhi dan perkembangan bisnis masuk kedalam revolusi industri 4.0 yaitu semua perubahan beralih ke arah digital yang menimbulkan beberapa peristiwa baru seperti perdagangan elektronik, uang elektronik dan yurisdiksi hukum negara yang menjadi kabur atau hilang. Peristiwa hukum jual beli tidak terlepas dengan kesepakatan para pihak, dalam jual beli para pihak yang terikat disebut penjual dan pembeli. Dalam kesepakatan jual beli lahirlah perjanjian dimana penjual dan pembeli besepakat untuk melakukan jual beli. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan yang diakui oleh hukum.Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan termasuk juga menyangkut tenaga kerja.4

1 Heru Susilo, Implementasi E-commerce Sebagai media penjualan online, (Malang, Jurnal Hukum Brawijaya, 2015), h.2

2 Zakaria, Analisis Hubungan Hukum dan Akses dalam Transaksi Melalui Media Internet, (Jakarta,Media Neliti, 2017), h.2

3 Romli atmasasmita, Hukum Kejahatan bisnis teori dan praktik di era globalisasi, (Jakarta, Premedia Group, 2014), h.25

4 Abdul Kadir Muhammad,, Hukum Perjanjian,(Bandung : PT. Citra Aditya Abadi, 1992), h. 93.

(13)

Jual beli online sering disebut juga dengan online shopping, atau jual beli melalui media internet. Menurut Alimin mendefinisikan jual beli online sebagai satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan Informasi yang dilakukan secara elektronik. Lahirnya jual beli online dikarenakan adanya kontrak jual beli yang terjadi secara elektronik antara penjual dan pembeli. Kontrak ini dilakukan melalui media elektronik (digital medium) tanpa kehadiran fisik dari para pihak. Media ini terdapat di dalam jaringan umum dengan sistem terbuka, yaitu internet atau World Wide Web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat nasional.Transaksi jual beli online meliputi banyak hal, maka untuk membedakannya perlu dibagi dalam jenis. Jenis-jenis Jual Beli Online sebagai berikut :5

1. Business to Business

Transaksi yang terjadi antara perusahaan dalam hal ini, baik pembeli maupun penjual adalah sebuah perusahaan dan bukan perorangan biasanya transaksi ini dilakukan karena mereka telah sering mengetahui satu sama lain dan transaksi jual beli tersebut dilakukan untuk menjalin kerja sama antara perusahaan itu.

2. Business to Consumer

Transaksi antara perusahaan dengan konsumen atau individu. Pada jenis ini transaksi disebarkan secara umum, dan konsumen yang berinisiatif melakukan transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari konsumen tersebut biasanya system yang digunakan adalah system web karena system ini yang sudah umum dipakai dikalangan masyarakat.

3. Consumer to Consumen

Transaksi jual beli yang terjadi antar individu dengan individu yang akan saling menjual barang.

4. Consumer to Business

5 www.suduthukum.com/2017/04/perjanjian-jual-beli-online.html?m=1 Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 17.10 WIB.

(14)

Transaksi yang memungkinkan individu menjual barang pada perusahaan.

5. Non-Business Electronic Commerce

Transaksi yang merupakan kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain.

6. Intrabusiness (Orgnizational) Electronic Commerce

Kegiatan ini meliputi semua aktifitas internal organisasi melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa, Informasi dan menjual produk perusahaan kepada karyawan.

7. Governer to Citizens

Pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya melalui teknologi e-commerce, selain itu dapat digunakan untuk kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah lain atau dengan perusahaan.

8. Mobile Commerce

Memungkinkan penggunaan internet tanpa kabel, seperti mengakses internet melalui handphone.

Perjanjian jual beli online adalah kegiatan bisnus yang menyangkut konsumen, manufaktur, service providers, dan pedagang perantara dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer yaitu internet.6 Sedangkan pengertian lain dari perjanjian jual beli online (e-commerce) adalah suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam suatu hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, jasa, dan peralihan hak.7

Perdangan melalui perantara jaringan computer atau jaringan elektronik yang akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia dan menjadi kebutuhan mendasar bagi perkembangan dunia perdagangan di Indonesia menghasilkan peristiwa yang membutuhkan dasar hukum karena tugas negara adalah

6 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), h. 203.

7 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2004), h. 12.

(15)

memberikan perlindungan hukum bagi warga negaranya agar tujuan dari hukum itu sendiri tercapai.

Contoh kasus yang terjadi di Tokopedia

Cerita berawal saat pembeli bertransaksi di Tokopedia. Pembeli membeli sebuah radio recorder dengan merek Asastron R1051USB (4 band) dengan harga Rp. 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) dan ongkos kirim Rp. 10.000 (sepuluh ribu), total pembayaran sebesar Rp. 160.000 (seratus enam puluh ribu rupiah). Pada tanggal 2 November 2017, kiriman barang datang tapi barang yang dikirm adalah radio dengan merek Mitsuyama.

Sekilas, radio Mitsuyama ini mirip degan radio Asatron yang saya pesan, tapi kalau diperhatikan dengan seksama jelaslah sangat berbeda. Saya komplain ke Tokopedia, yang memberi solusi agar saya menghubungi penjualnya langsung. Disini pembeli merasa kecewa dengan solusi yang telah di sarankan oleh Tokopedia.

Dari pemaparan contoh di atas dapat diketahui bahwa Tokopedia harus bertanggung jawab atas kasus penerimaan barang yang tidaksesuai dengan barang yang dipesan terhadap pembeli yang telah di rugikan penjual dari salah satu toko yang berada di Tokopedia, pembeli harus mendapatkan perlindungan hukum dari pihak Tokopedia, dikarenakan si pembeli telah dirugikan karna barang yang dia dapat tidak sesuai dengan harga yang tercantum di kolom pembelian.

Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk menganalisis dan membahas masalah ini dalam bentuk skripsi dengan mengambil judul

“TANGGUNGJAWAB HUKUM Tokopedia TERHADAP KONSUMEN ATAS KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM JUAL BELI ONLINE”

yang akan diperdalam melalui penelitian lapangan dengan metode wawancara.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

(16)

Terdapat beberapa permasalahan yang dapat muncul dalam perlindungan konsumen dalam jual beli online kasus platform Tokopedia, dapat dirangkum bahwa masalah-masalah yang terdapat dalam perlindungan konsumen dalam jual beli online platform Tokopedia seperti:

a. Perlindungan konsumen dalam transaksi jual beli online b. Pertanggungjawaban Tokopedia terhadap konsumen c. Posisi konsumen dalam transaksi Jual beli online d. Tanggung jawab konsumen jika terjadi wanprestasi

e. Ketentuan dalam perlindungan konsumen dalam jual beli online f. Hak konsumen dalam jual beli online

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus terhadap pokok permaslaahan dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, penelitian dari identifikasi penulis membatasi permasalahan dalam ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pertanggung jawaban Tokopedia apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan barang yang dipesan.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan peneliti, maka peneliti merumuskan masalah berikut Pertanggung Jawaban Hukum Tokopedia terhadap konsumen. Untuk mempertegas permasalahan peneliti yang telah diuraikan di atas maka peneliti menjabarkan penulisan ini melalui rincian dalam bentuk pertanyaan :

a. Bagaimana tanggungjawab Tokopedia terhadap konsumen apabila terjadi ketidaksesuaian terhadap barang yang dikirim?

b. Bagaimana perlindungan konsumen dalam jual beli online?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasar pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan dan diuraikan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(17)

a. Untuk mengetahui Tanggung Jawab hukum Tokopedia terhadap konsumen apabila terjadi ketidaksesuaian terhadap barang yang dikirim

b. Untuk mengetahui ketentuan terhadap perlindungan konsumen dalam jual beli online.

2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan menuliskan hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan

b. Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan untuk di praktikan di lapangan

c. Memperoleh manfaat dibidang hukum pada umumnya maupun dalam bidang hukum perlindungan konsumen secara khususnya dengan mempelajari litelatur yang ada serta perkembangan hukum yang timbul didalam kehidupan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta masukan baik bagi untuk penulis/peneliti, konsumen dalam perlindungan hukum transaksi jual beli online.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui perundang-undangan (statute approach) dan (case approach) yang memfokuskan pada ketentuan perundang-undangan dan pendekatan secara kasus yang melihat peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat

2. Jenis Penelitian

(18)

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang termasuk penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku, yang dibangun berdasarkan objek hukum itu sendiri dan fakta yang terjadi pada masyarakat.8 Penelitian hukum normatif mengkaji hukum berdasarkan putusan pengadilan, perundang-undangan dan literatur yang berhubungan dengan penelitian. Tipe penelitian pada masalah ini adalah berdasarkan analisa yuridis terkait dengan perdagangan elektronik yang bersifat keperdataan.

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber hukum primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier yang diperoleh berdasarkan bahan-bahan pustaka.

a. Sumber data Primer yaitu sumber data yang diambil secara Informal dan Key Informal. Pengambilan data secara Informa yaitu dengan cara mewawancarai Costumer Service yang berada di Tokopedia, jika Key Informa Pengambilan data melalui Konsumen Tokopedia.

Sumber data lain bisa diperoleh secara tidak langsung yang telah dapat proses pengkajian terlebih dahulu seperti : Jurnal ilmiah, skripsi, thesis, desertasi, buku, kesimpulan diskusi serta tulisan- tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Sumber data sekunder sumber hukum atau ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-undangan yang telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia terkhusus undang-undang sebagai berikut:

1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

8 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif , (Surabaya, Bayumedia Publishing, 2005), h. 57.

(19)

4) Peraturan Menteri Kominfo Nomor 20 tahun 2016 tentang Perlindungan data pribadi dan sistem elektronik

5) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan E- commerce Indonesia.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

7) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan secara Elektronik

c. Sumber data tersier yaitu sumber data yang melanjutkan penjelasan dari data primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia, website dan portal berita.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengunakan metode Wawancara dan Observasi terhadap Informasi dan Key Informa.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian Observasi dan wawancara yang pada upayanya berusaha menemukan literature melalui buku, jurnal dan tulisan-tulisan ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian tersebut serta sesuai dengan fakta sosial yang ada.

5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari suatu analisis, penelitian ini melakukan pengolahan bahan hukum dengan menginterpretasi apa yang tertulis dalam literatur dan sumber tertulis lainnya.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang bersifat kualitatif yang berusaha menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus dan berdasarkan kepada data yang bersifat umum, dan karenanya penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan (Library Research) maka dilakukan dengan cara wawancara.

(20)

7. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini dengan mengacu pada buku Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Hidayatullah Jakarta Tahun 2017, yang terbagi dalam lima bab. Pada setiap bab berisikan beberapa sub bab yang nantikan akan memperjelaskan ruang lingkupnya tersendiri, guna menjawab permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dari setiap bab serta ini dari pembahasan setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab Pertama, Bab ini merupakan pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Rancangan Sistematika Penulisan

Bab Kedua, Bab ini menyajikan kajian pustaka yang didahului dengan konsep dasar dan kerangka teori dan kerangka konseptual tentang definisi perjanjian, definisi Jual Beli Online, definisi konsumen,dan perlindungan konsumen dan kemudian dilanjutkan dengan kajian teori yakni teori Perlindungan Hukum dan teori keadilan. Pada bab ini juga dibahas review studi terdahulu yang relevan yang fokus pembahasannya mendeskripskan persamaan dan perbedaan dengan rencana penelitiann yang penulis lakukan.

Bab Ketiga, Bab ini merupakan penyajian data dan penelitian data secara deskriptif dimana data yang dimaksud adalah mengenai perlindungan hukum jual beli online pada Tokopedia

Bab Keempat, Bab ini merupakan analisis permasalahan yang akan membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian ini yaitu tanggung jawab dan perlindungan hukum bagi konsumen ketika terjadi wanprestasi dalam tarnsaksi jual beli online

(21)

Bab Kelima, Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang dapat ditarik mengacu pada hasil penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang telah diterapkan dan rekomendasi yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian dan pengulasannya dalam skripsi.

(22)

12 BAB II

TINJAUAN DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Kerangka Konseptual

1. Definisi Perjanjian

Pengertian dari perjanjian itu sendiri diatur dalam Buku III dan Bab II KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi :“Suatu perjanjian (persetujuan) adalah satu perbuatan dengan mana satu orang, atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Secara umum pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata ini menerangkan secara sederhana pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata semua perjanjian yang dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.1

Perjanjian terbentuk karena adanya pernyataan kehendak dari para pihak dan tercapainya kata sepakat di antara para pihak tersebut.

Pernyataan kehendak dapat dilakukan dengan kata-kata lisan ataupun tertulis, sikap atau tindakan, singkatnya tanda-tanda atau simbol-simbol.

Tanda atau simbol tersebut biasanya berupa kata-kata yang merupakan alat

1 R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Jakarta : Pradnya Paramita, 2003), h. 338.

(23)

untuk menyatakan kehendak yang ditujukan untuk terjadinya suatu akibat hukum.

Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada subjek perjanjian untuk melakukan perjanjian dengan beberapa pembatasan tertentu.

Sehubungan dengan itu Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan:

1) Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya

2) Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat kedua belah pihak atau karena alasan undang-undang yang dinyatakan cukup untuk itu; dan

3) Perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

a. Syarat Sah Perjanjian

Adapun syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah:

1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

3) Suatu hal tertentu;

4) suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat obyektif karena mengenai perjanjian sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.

b. Asas - Asas Perjanjian

Sudikno Mertokusumo mengajukan tiga asas perjanjian yang dapat dirinci sebagai berikut:

1) Asas konsensualisme, yakni suatu persesuaian kehendak (berhubungan dengan lahirnya suatu perjanjian);

2) Asas kekuatan mengikatnya suatu perjanjian (berhubungan dengan akibat perjanjian; dan

3) Asas kebebasan berkontrak (berhubungan dengan isi perjanjian).

(24)

1) Asas Konsensualisme

Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak yang membuat perjanjian. Dengan asas konsensualisme, perjanjian dikatakan telah lahir jika ada kata sepakat atau persesuaian kehendak diantara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Arti luas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan tidaklah diperuntukan suatu formalitas. Dikatakan juga, bahwa perjanjian-perjanjian itu pada umumnya “konsensuil”.

Adakalanya undang-undang menetapkan, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diharuskan perjanjian itu dilakukan secara tertulis (perjanjian “perdamaian”) atau dengan akta notaris (perjanjian penghibahan barang tetap), tetapi hal yang demikian itu merupakan suatu kekecualian. Yang lazim, bahwa perjanjian itu sudah sah dalam arti sudah mengikat, apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian itu. Jual beli, tukar menukar, sewa-menyewa adalah perjanjian yang konsensuil.

2) Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sunt Servanda)

Dengan adanya janji timbul kemauan bagi para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk saling mengikatkan diri.

Kewajiban kontraktual tersebut menjadi sumber bagi para pihak untuk secara bebas menentukan kehendak tersebut dengan segala akibat hukumnya. Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak secara bebas mempertemukan kehendak masing-masing. Kehendak para pihak inilah yang menjadi dasar kontrak. Terjadinya perbuatan hukum itu ditentukan berdasar kata sepakat. Dengan adanya konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat perjanjian sebagaimana layaknya undang-undang

(25)

(pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang dalam suatu hubungan menjadi hukum bagi mereka. Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini bukan kewajiban moral, tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati.

3) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan tiang dari sistem hukum perdata, khususnya hukum perikatan yang diatur Buku III KUHPerdata. Bahkan menurut Rutten, hukum perdata, khususnya hukum perjanjian, seluruhnya didasarkan pada asas kebebasan berkontrak. Dengan diaturnya sistem terbuka, maka hukum perjanjian menyiratkan asas kebebasan berkontrak yang dapat disimpulkan dari Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang menjelaskan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

c. Perjanjian Jual Beli

Persoalan serius berikutnya dalam penyusunan kontrak atau perjanjian jual beli online adalah bentuk penerimaan yang sesuai.

Menurut Subekti, Perjanjian adalah suatu peristiwa orang berjanji kepada seorang yang lainnya atau dimana ketika adanya kedua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa tersebut timbulah hubungan antara kedua orang tersebut, yakni perikatan.

Perjanjian ini menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau ditulis.1

Dengan demikian hubungan perikatan dan perjanjian adalah bahwasannya sebuah perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan.

Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya terdapat sumber- sumber lainnya. Sebuah perjanjian juga dapat dinamakan persetujuan, karena atas kesepakatan bersama kedua belah pihak melaksanakan sesuatu tersebut. Dapat dikatakan kedua perkataan yakni perjanjian

1 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta:Ctk. Keempat belas Intermasa, 1992) h. 1

(26)

dan persetujuan atau kesepakatan adalah suatu yang sama artinya dalam hal tersebut.1

Tingkat ketidakpastian dalam hukum saat ini yang berkaitan dengan penyusunan kontrak secara online tidak terbatas pada persoalan umum penawaran dan penerimaan. Cara-cara melakukan perjanjian mengenai, dan ruang lingkup dari, ketentuan spesifik dari kontrak dapat lebih mempersulit proses penyusunan kontrak. Yang akan menjadi masalah utama adalah cara untuk memasukkan ketentuan-ketentuan mengenai pengiriman, risiko dan asuransi, harga dan cara pembayaran, Pembatasan/pengecualian dari pertanggungjawaban, dan hukum yang Mengaturnya, kedalam kontrak tersebut.

2. E-commerce

E-Commerse adalah adalah suatu perdagangan dengan mengunakan media jaringan internet yang pesat. Internet adalah suatu media komunikasi dan Informasi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan antara lain menjelajah, mencari data, berita, saling mengirim pesan dan perdagangan. Istilah E-commerce muncul dikarenakan gabungan dari bahasa inggris yaitu electronic commerce atau yang disingkat e-commerce.2 E-commerce dapat dipahami adalah jenis transaksi perdagangan barang ataupun jasa yang dilakukan melalui media internet, berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 10 undang-undang nomor 19 tahun 2016 tentang perdagangan perubahan atas undang-undang nomor 11 tahun 2008 menyebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan mengunakan jaringan dan komputer atau media elektronik. Pada transaksi ini jual-beli harus sesuai dengan ketentuan di atas yang memiliki beberapa pengaturan seperti dalam melakukan hubungan hukumnya perdagangan ini harus memiliki perjanjian atau

1 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian (Bandung, Ctk.

Pertama, PT. Citra Aditya Bakti, 1995) h. 67.

2 Latifah hanim, Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam E-commerce, (Semarang ,Jurnal Pembaruan Hukum, 2014), h.192.

(27)

kontrak yang juga dilakukan secara elektronik seperti pemberitahuan tertulis yang dikirimkan ke email, persetujuan mengikuti perjanjian berupa centang atau ceklis pada suatu kolom atau tanda tangan elektronik yang menandakan hubungan hukum yang dilakukan itu sah.1

Transaksi elektronik adalah transaksi yang meninggalkan kebiasaan transaksi lama yaitu dengan cara tatap muka dan satu pihak harus mendatangi pihak lainya, hal ini dikarenakan transaksi elektronik mengunakan basis mendia internet sebagai penghubung antara satu pihak dengan pihak lainya, namun walaupun tidak bertatap muka transaksi elektronik juga harus sesuai pada ketentuan undang-undang yang berlaku dikarenakan kedua pihak terlindungi oleh hukum yang berlaku.

Berdasarkan karakteristiknya E-commerce dibagi kedalam empat macam yaitu:2

a. Business to Business (B2B)

Dalam E-commerce ini sudah terjalin hubungan partner sebelumnya, hubungan bisnis yang terjadi dilakukan berulang-ulang oleh hanya subjek bisnis yang merupakan orang yang sudah dekat kemudian hal tersebut dilakukan secara terus menerus dan berjenjang sampai berlangsung dengan lama bisnis tersebut.

b. Business to Consumer (B2C)

Dalam E-commerce ini hubungan yang terjalin terbuka untuk umum, seluruh Informasi disebarluaskan secara terbuka, dan penjalanan bisnisnya berdasarkan permintaan yang masuk, pada karakter ini merupakan yang paling sering dijumpai dikarenakan konsumen yang melakukan transaksi langsung untuk digunakan keperluan pribadi atau dengan kata lain konsumen tersebut adalah pengkonsumi paling akhir dari rantai produksi.

1 Glend Biondi, Analisis Yuridis Keabsahan Kesepakatan Melalui Surat elektronik Berdasarkan Hukum Di Indonesia, (Jakarta, Jurnal Media Neliti, 2016), h.2.

2 Budi Agus, Regulasi Hukum dalam Transaksi E-commerce, (Jakarta , Jurnal Media Neliti, 2015), h.136.

(28)

c. Consumer to Consumer

Consumer to consumer adalah seorang konsumen secara langsung menjual barangnya kepada konsumen lainya, dalam hal ini konsumen membeli barangnya langsung namun pada akhirnya konsumen tersebut tidak mengkonsumsi barang ataupun jasa tersebut lantas konsumen tersebut mengiklankan barang/jasa tersebut untuk diperjual belikan kepada konsumen lainya untuk meraup keuntungan daripada proses bisnis tersebut.

d. Customer to Business (B2C)

Customer to Business adalah model yang meletakan konsep konsumen atau individu menciptakan nilai dan perusahaan mengkonsumsi nilai tersebut. Seperti halnya review terhadap suatu produk tertentu yang kemudian menjadi penilaian dari customer kemudia nilai tersebut dikonsumsi oleh perusahaan-perusahaan terkait, hal ini yang baru-baru ini marak, banyak konsumen mengkonsumsi sesuatu untuk dijadikan bisnis dikarenakan penilaian daripada konsumen dihargai oleh pihak perusahaan maka dari itu dijadikan bisnis untuk para konsumen.

3. Konsumen

a. Pengertian Konsumen

Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer itu adalah setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang dan jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Selain itu pengertian konsumen adalah setiap

(29)

pengguna barang atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk memproduksi barang atau jasa lain untuk memperdagangkan kembali.

Pengertian konsumen sesungguhnya dapat terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu:

1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu

2) Konsumen-antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial)

3) Konsumen-akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali(non-komersial).

Pengertian konsumen secara khusus telah dirumuskan dalam Pasal 1 Angka (2) UUPK. Berdasarkan Pasal 1 Angka (2) UUPK, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Selanjutnya, penjelasan Pasal 1 Angka (2) UUPK menentukan bahwa yang dimaksud konsumen adalah konsumen akhir.

Orang yang dimaksudkan dalam undang-undang ini wajiblah merupakan orang alami bukan badan hukum karena yang dapat memakai, menggunakan dan/atau memanfaatkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kepentingan hidup sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan ketentuan yang terdapat di dalam penjelasan UUPK bahwa konsumen dapat diartikan sebagai konsumen akhir. Konsumen akhir yaitu pengguna atau pemanfaaat akhir dari suatu produk.

(30)

b. Hak-Hak Konsumen

Hak secara harfiah adalah sesuatu hal yang boleh didapatkan dan juga tidak boleh didapatkan. Hal ini berarti bahwa hak memiliki sifat kebolehan yang tidak harus didapatkan oleh seseorang. Hukum perlindungan konsumen di dalam ketentuannya mengatur bahwa konsumen memiliki hak-hak tertentu yang diatur di dalam perundang- undangan yang berlaku. UUPK sebagai landasan upaya hukum perlindungan konsumen memberikan pengaturan mengenai hak konsumen di dalam Pasal 4 UUPK. Hak-hak konsumen menurut Pasal 4 UUPK adalah:1

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa

2) Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

3) Hak atas Informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan jasa yang digunakan

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian dan atau jasa yang digunakan; Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

6) Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi

7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

8) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

1 Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006), h. 147.

(31)

Kewajiban Konsumen Kewajiban Konsumen menurut Pasal 5 UUPK, adalah:

1) Membaca atau mengikuti petunjuk Informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

4. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan atau korban, yang dapat di wujudkan dalam bentuk seperti melalui restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.1

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman, sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.2

Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah perbuatan untuk melindungi setiap orang atas perbuatan yang melanggar hukum, atau melanggar hak orang lain, yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparatur penegak hukumnya dengan menggunakan cara-cara tertentu bedasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pemenuhan hak bagi tiap warga negara, termasuk atas perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh penguasa (aparatur penegak hukum itu sendiri).

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI Press, 1984) h. 133.

2 Setiono, Rule Of Law Supremasi Hukum (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret, 2004) h. 3.

(32)

Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum bagi rakyat, Philipus M. Hadjon membedakan dua macam sarana perlindungan hukum, yakni : a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif. Pada perlindungan hukum

preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang defintif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.

b. Sarana Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Indonesua termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.1

Sedangkan Muchsin, membedakan perlindungan hukum menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif.

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

1 Ibid. h. 20.

(33)

Sehingga atas dua pandangan yang dipaparkan oleh para pakar di atas, bahwa Perlindungan Hukum yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk perangkat aturan hukum dan cara-cara tertentu baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif. Hal tersebut merupakan representasi dari fungsi hukum itu sendiri untuk memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

5. Terlanggarnya Hak-Hak Konsumen

Selanjutnya adalah penjelasan mengenai hal-hal yang dapat memunculkan sengketa yang terjadi di E-commerce dalam prespektif undang-undang perlindungan konsumen, dalam transaksi E-commerce terdapat 3 subjek yang memiliki peran dalam transaksi ini yang pertama adalah pembeli yang kedua adalah penjual dan yang ketiga adalah pihak penyedia aplikasi jual beli tersebut. Sengketa dalam transaksi elektronik dapat timbul dikarenakan hak-hak konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen tersebut dilanggar, hak-hak konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut:1

Tertera dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Terkandung dalam pasal 4 ayat 1 sampai dengan ayat 9 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Konsumen berhak mendapatkan jaminan dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa selama waktu pengkonsumsian ataupun setelah pengkonsumsian tersebut sehingga pengusaha dapat dituntut apabila menimbulkan efek lain dilain waktu yang disebabkan dari pengkonsumsian produk ataupun jasa tersebut.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi jaminan yang

1 Arfian Setiantoro, Urgensi Perlindungan Hukum Konsumen dan Penyelesaian Sengketa E-commerce di Era Masyarakat Ekonomi Asean, (Semarang: Jurnal Rechtsvinding, 2018), h.7

(34)

dijanjikan. Bahwa konsumen berhak untuk memilih barang atau jasa dan mendapatkan hal tersebut sesuai dengan jaminan yang dijanjikan tanpa ada unsur pembohongan terhadap suatu peroduk ataupun jasa tersebut.

c. Hak atas Informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Bahwa konsumen berhak mendapatkan Informasi yang jelas tanpa ada sesuatu yang disembunyikan baik efek pengkonsumsian jangka panjang maupun jangka pendek terhadap suatu jasa ataupun barang, hal ini pun berlaku untuk Informasi pembuatan suatu produk disamping ada rahasia dagang yang melindungi suatu Informasi yang bernilai ekonomis.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. Suatu perusahaan harus dilengkapi dengan layanan konsumen yang berguna untuk mendengarkan pendapat dan keluhan daripada konsumen terhadap efek dari pengkonsumsian barang ataupun jasa.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Hak ini mengatur bagaimana hukum menempatkan konsumen agar mendapatkan hak hukumnya secara patut dalam penyelesaian sengketa konsumen.

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

Bahwa negara berkewajiban untuk membina dan mendidik konsumen agar konsumen dapat mendapatkan pengetahuan atas barang ataupun jasa yang dikonsumsinya.

g. Hak diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Dalam melakukan pelayanannya konsumen berhak untuk mendapatkan pelayanan secara benar dan jujur dari perusahaan atau produsen dan produsen berkewajiban untuk melayani seluruh konsumennya secara adil dan tidak diskriminatif.

(35)

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya. Konsumen berhak mendapatkan ganti rugi berupa penggantian uang ataupun barang dan jasa apabila tidak sesuai dengan hal yang dijanjikan sebelumnya, hal tersebut yang menjadi hak dasar bagi konsumen.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainya. Pasal ini tidak membatasi konsumen perihal hak yang harus dipenuhi dalam undang-undang tersebut tetapi dalam undang-undang lainya yang mencakup hak-hak konsumen.

Hal-hal tersebutlah yang dapat membuat terjadinya sengketa dalam transaksi elektronik seperti wanprestasi, perbuatan melawan hukum dan terlanggarnya hak-hak konsumen yang menjadi landasan untuk dijadikan sengketa dalam transaksi elektronik, sengketa tersebut dapat dilakukan secara penal ataupun non penal, jalur pengadilan ataupun jalur diluar pengadilan yang pada akhirnya akan memutus sengketa yang terjadi antara kedua pihak yang saling berselisih tentang hak atau kepentinganya yang terlanggar.

B. Kerangka Teori

Kepastian hukum merupakan salah satu dari beberapa tujuan hukum, kepastian hukum adalah bahwa hukum bersifat pasti dan digunakan secara umum-abstrak atau menyeluruh tidak hanya memberatkan beberapa pihak tetapi menjadi penjaminan setiap hak-hak manusia agar tetap terlindungi, kepastian hukum merupakan jati diri hukum. Hukum merupakan konsensus atau kesepakatan semua pihak yang terlibat maka dari itu adanya kesepakatan dari semua pihak ini menimbulkan kepastian hukum sehingga membuat penjaminan atas hak-hak warga negara menjadi terjamin.

Hukum merupakan sebuah system norma dan norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau Dass Sollen dengan menyertakan beberapa peraturan yang menekankan tentang apa yang harus dilakukan oleh

(36)

manusia dari norma tersebut. Undang-undang berisi pedoman bagi warga negara untuk bertingkah laku dan bermasyarakat, baik hubungan antar individu maupun hubungan antara individu dan masyarakat. Aturan tersebut menjadi batasan bagi masyarakat dalam melakukan tindakan terhadap individu lainya, adanya aturan pelaksanaan tersebut secara otomatis menimbulkan kepastian hukum.1

Perlindungan hukum adalah bahwa hukum harus menyambungkan dan menyelaraskan segala kepentingan yang ada didalam masyarakat serta membatasi kepentingan beberapa pihak lain agar tercipta suatu keseimbangan atau keadilan dalam hukum tersebut. perlindungan hukum terlahir dikarenakan terjadi konsensus atau kesepakatan seluruh elemen masyarakat untuk mengatur segala hubungan dan perilaku antar anggota masyarakat dan antar masyarakat hubungannya dengan pemerintah.2

Berikut merupakan pengertian perlindungan hukum menurut pendapat ahli,yakni sebagai berikut:3

1. Menurut C.S.T Kansil perindungan hukum adalah upaya negara melalui aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun pikiran dari ancaman pihak manapun.

2. Muktie A.Fadjar arti perlindungan hukum merupakan penyempitan dari pengertian perlindungan karena difokuskan hanya kepada perlindungan hukum. Perlindungan yang diberikan oleh hukum disisi lain hukum memiliki hak dan kewajiban, subjek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia harus ada pihak penengah dalam hal ini negara menjadi pihak penengan untuk memberikan perlindungan hukum kepada subjek hukum yang haknya terlanggar oleh kepentingan subjek hukum lainnya.

3. Menurut Philiphus M.Hadjon Perlindungan hukum adalah sebagai kumpulan kaidah, norma ataupun peraturan yang melindungi satuhal yang berkaitan dengan hal lainya. Berkaitan dengan warga negara berarti hukum

1 Peter Mahmud Marzuki, Penghantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h.158.

2 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,(Bandung: PT.Citra Aditya,2000), h.53.

3 Setiono, Rule of law, (Surakarta: Magister ilmu hukum universitas sebelas maret, tahun 2004)h.3.

(37)

memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga negara dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

4. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi warganegara dari perbuatan yang mengakibatkan hilangnya hak dari pada warganegara yang tidak sesuai dengan aturan hukum, hal ini dalam rangka mewujudkan ketentraman dan ketertiban sehingga manusia dapat menikamati martabatnya sebagai manusia.

Berikut merupakan pengertian perlindungan hukum menurut perndapat para ahli, yakni sebagai berikut:

Perlindungan hukum pada dasarnya adalah upaya pencegahan untuk terjadinya pelangaran hukum dan upaya untuk menangani apabila terdapat subjek hukum yang di nilai terlanggar hak hukumnya sebagai warga negara,1oleh karena itu dibutuhkan beberapa syarat agar hukum dapat berjalan secara efektif dan melindungi warga negara sebagai penjalan dan pelaku hukum pada kehidupan sehari-hari. Perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam2

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan Hukum Preventif adalah perlindungan yang diberikan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya pelangaran, dalam hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu tindakan.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan Hukum Represif adalah perlindungan hukum yang diberikan berupa sanksi seperti denda, penjara, kurungan ataupun pengantian uang berupa sengketa keperdataan guna mengembalikan keadaan kepada situasi sebelumnya. Perlindungan hukum merupakan salah satu tujuan hukum yang memberi garis besar dalam hukum bahwa hukum harus bersifat melindungi kepentingan subjek-subjek hukum, dan untuk

1 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya, 2009), h.38.

2 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor Indonesia, (Surakarta: Jurnal Magister FH UNS, 2003), h.14.

(38)

menghindari tumpang tindihnya kepentingan satu pihak dengan pihak lain sehingga negara memberi batasan tersebut dalam hukum tertulis atau Undang-undang yang ditujulam untuk memberi perlindungan hukum.

Teori dan Konsep Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum a. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Menurut Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan resprensif. Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.1

b. Teori Keadilan

Istilah keadilan berasal dari kata “adil” yang berarti: tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa pengertian keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakukan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih melainkan, semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan

1 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum ,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

(39)

kewajibannya.Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya dan seluruh wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya.

Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa didunia dan prinsip-prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antarbangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi, serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Menurut Aristoteles yang menggemukakan bahwa teori keadilan ialah tindakan yang terletak diantara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang dapat diartikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan memberi apa yang menjadi haknya.

Aristoteles juga membedakan antara keadilan distributif dengan keadilan korektif. Keadilan distributif menurutnya adalah keadilan yang berlaku dalam hukum publik, yaitu berfokus pada distribusi, honor kekayaan, dan barang-barang lain yang diperoleh oleh anggota masyarakat. Kemudian keadilan korektif berhubungan dengan pembetulan sesuatu yang salah, memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan atau hukuman yang pantas bagi pelaku kejahatan.

(40)

C. Tinjauan (Review) Kajian terdahulu 1. Skripsi

a. Skripsi ditulis oleh Bayu Adi Nugroho1

Pada Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli melalui internet yang berfokus dalam kasus di Distro Anyway di Yogyakarta sedangkan perbedaan dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis adalah mengenai platform yang di teliti oleh penulis. Persamaan dari penelitian ini adalah membahas terkait dengan perlindungan hukum terhadap konsumen pada jual beli Online.

b. Skripsi ditulis oleh Muhammad Khadafi2

Pada Skripsi ini membahas tentang perlindungan Hukum terhadap konsumen dalam transaksi E-commerce melalui media sosial Instagram, sedangkan perbedaan dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis adalah mengenai pertanggung jawaban Tokopedia terhadap ketidaksesuaian terhadap barang yang di pesan

2. Buku

a. Buku karya Janus Sidabalok 3

Bukunya yang berjudul“Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”. Buku ini berisi tentang penjelasan Hukum Perlindungan Konsumen terkait dengan Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernapas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara, dan bahkan negara wajib menjamin pemenuhannya. Menurut Janus Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di

1 Bayu Adi Nugroho, Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli melalui internet E-COMMERCE (Studi Kasus di Distri Anyway Yogyakarta) (Repository Universitas Muhammadiyah Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2017).

2 Muhammad Khadafi, Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam transaksi e- commerce (Studikasus E-commerce Melalui Sosial Media Instagram) (Repository: UIN Jakarta:

Skripsi UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2016).

3 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006) h. 23.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 1 Nama Perusahaan Sampel Lampiran 2 Variabel Profitabilitas (X1) Lampiran 3 Variabel Financial Leverage (X2) Lampiran 4 Variabel Kepemilikan Institusional (X3) Lampiran

Salah satu tanaman di Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan pengobatan alami yaitu daun kucai.Tanaman kucai (Allium schoenoprasum L.).daun dari tanaman kucai

Berdasarkan analisa AHP yaitu dengan menyatukan persepsi beberapa pihak terkait pengelolaan pulau lumpur Sarinah Kabupaten Sidoarjo, urutan prioritas yang dapat

Dengan demikian, hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha, yaitu terdapat interaksi antara pemanfaatan CD komputer BSE (klasikal dan kelompok kecil) dengan motivasi

Adapun pendapatan bunga bersih perseroan meningkat dari 84,33 miliar pada 2016 menjadi Rp173,05 miliar pada 2017. Tower Bersama Infrastructure (TBIG) berencana

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui Gambaran Penerapan Surgery Patient Safety Fase Sign Out Pada Pasien Post Operasi Bedah Mayor di Instalasi Bedah Sentral

Di SMPN 7 Kotabumi merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan, namun nilai luhur (karakter) belum tertanam dengan baik pada diri dan prilaku peserta didik

Berdasarkan alat uji IP yang ada, dimana ketepatan sudut jatuh air tidak menentu dan kondisi sekitar pengujian menjadi basah, maka perlu dilakukan perbaikan dalam