• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 3 Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian (Jakarta: UI Press, 1986), 129

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 3 Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian (Jakarta: UI Press, 1986), 129"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian menjadi sesuatu yang penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional.1Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengajak semua pihak utamanya petani agar bisa mewujudkan swasembada pangan. Tak tanggung-tanggung, impian mewujudkan swasembada pangan di tanah air diharapkan bisa terwujud pada tahun ini. Agar impian negeri ini terlepas dari bahan pangan impor, semua pemimpin daerah diharapkan menjalankan program meningkatkan produksi pertanian dan memanfaatkan lahan tidur.2

Swasembada sendiri ialah Swasembada dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan. Pangan adalah bahan- bahan makanan yang didalamnya terdapat hasil pertanian,perkebunan dan lain-lain. Jadi swasembada pangan adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan makanan sendiri tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar.3

Ahli pertanian harus menempatkan prioritas pertama pada belajar bagaimana membantu keluarga petani masyarakat pedesaan

1Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian (Jakarta: UI Press, 1986), 129

2Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian (Jakarta: UI Press, 1986), 129

3Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian (Jakarta: UI Press, 1986), 129

(2)

mengembangkan kecukupan gizi dan ekonomi. Perencanaan untuk meningkatkan pengadaaan pangan pada tingkat masyarakat yang tinggal di daerah pertanian adalah penting, baik untuk pembangunan nasional maupun untuk kesejahteraan manusia. Sekalipun umpamanya produksi pangan meningkat, masalah yang timbul karena pertambahan penduduk yang cepat seyogyanya di imbangi dengan jumlah pangan yang tersedia.

Tanpa adanya suatu kesepakatan di dunia untuk mengusahakan agar semua orang dapat memperoleh cukup pangan. Untuk mencapai sasaran ini adalah merupakan tugas yang tersulit. Dengan demikian penanganan akan memerlukan usaha kerjasama berbagai kelompok orang yang berkepentingan. Jika kementerian atau badan lain turut terlibat, seringkali terdiri dari intansi yang menangani pendidikan pertama atau dasar dan kesejahteraan keluraga atau teknologi rumah tangga.

Penanggulangan masalah yang berhubungan dengan kurang pangan memerlukan keahlian dan perhatian khusus berjangka panjang dari semua badan dan kelompok untuk memperbaiki keadaan ekonomi sosial dan budaya yang berpengaruh terhadap masyarakat, terutama di pedesaan. 4

Dalam konteks Indonesia peran pemerintah setidaknya mencakup peran minimal yang meliputi penyediaan barang-barang publik, pengadaan pangan dan perlindungan terhadap si miskin. Namun, pemerintah juga bisa saja mengambil peran aktif, seperti mendorong kegiataan swasta dan retribusi aset. Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal:

a) Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat.

b) Meningkatkan permintaan akan sektor produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier

4 Laura Jane Harperdkk, Pangan, Gizi dan Pertanian..., 8

(3)

c) Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang- barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus.

d) Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi Pemerintah.

e) Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaaan.5

Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produktivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Kenaikan per kapita akan sangat meningkatkan permintaan pangan. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk akibat kemerosotan tajam angka kematian penurunan yang lamban dan tingkat kesuburan lebih jauh lagi meningkatkan permintaan bahan pangan. Disamping itu, permintaan akan pangan akan meningkat karena perkembangan penduduk di kota-kota dan kawasan industri.

Dengan mempertimbangkan faktor ini maka kenaikan output pangan di sektor pertanian seharusnya lebih cepat dari pada laju kenaikan permintaan pangan6.

Kebijakan pangan dilaksanakan dengan istilah Program Kesejateraan Nasional yang bertujuan mencapai swasembada beras, yaitu dengan pedekatan penyuluhan dan percontohan. Pendekatan ini mengikuti penyuluhan Pemerintah Hindia Belanda, yang disebut oleh-oleh yang bertujuan memnyebarkanluaskan cara-cara bertani yang lebih baik.

Sedangkan program Bimas (bimbingan masyarakat) mencakup dan menyempurnakan pendekatan penyuluhan dan percontohan ini. Program ini yaitu berupa program penyuluhan yang dilakukan para mahasiswa Fakultas Pertanian IPB Bogor, sebagai inspirasi berkembangnya program Bimas. Program ini memberikan kerangka organisasi program intensifikasi program padi. Program Bimas di perluas dan menjadi terkenal dengan semboyan Panca Usaha Tani, yaitu lima cara kearah usaha tani yang baik Kelima cara tersebut mencakup :

5Mudrajad Kuncoro,Otonomi dan Pembangunan Daerah (Jakarta:Erlangga, 2004), 110

6 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 362

(4)

1. Penggunaan dan pengendalian air yang lebih baik.

2. Penggunaan bibit pilihan (bibit unggul).

3. Penggunaan pupuk dan pestisida yang seimbang.

4. Cara bercocok tanaman yang baik.

5. Koperasi yang kuat.7

Kegiatan yang dipilih masyarakat untuk menetap dan hidup ialah dari pemanfaatan lahan pertanian dan perternakan. Kegiatan usaha yang dijalankan masyarakat terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar (basic physical needs). Kebutuhan ini, yang sering juga dikenal sebagai kebutuhan fisiologis, biasanya bersifat baku, cenderung tidak berubah menurut waktu, dan universal dengan variasi yang terbatas. Pada era ini, sumber daya yang paling dibutuhkan adalah sumber daya penghasil energi, sedangkan potensi insani yang paling dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan produktif adalah tenaga dan kemampuan fisik manusia. Alam memang menyediakan sebagian besar energi yang dibutuhkan gratis, yaitu berupa energi matahari yang digunakan untuk pertumbuhan makanan. Untuk kegitan menanam, memelihara, memanen,mendistribusi dan mengolah hasil pertanian diperlukan teknologi penghasil tenaga berupa ketel uap, motor bakar, turbin dan kompresor, dalam jumlah dan dengan tenaga yang semakin besar, karena lahan yang diolah bukan saja makin luas melainkan produktivitas per satuan luasnya juga makin tinggi.8

Masalah kemiskinan rakyat petani yang dikaitkan dengan kurang responsifnya hukum agraria (dalam pertahanan) bukan hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga menjadi problem di banyak belahan dunia. Sebuah konferensi internasional berlangsung di Proto Alegre, Brasil dan tajukan “Konferensi Internasional tentang pembangunan Agraria

7Frans Mardi Hartanto, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 2009), 8

8Frans Mardi Hartanto, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 2009), 8

(5)

Membangun Pedesaan” bahwa setelah konperensi dunia tentang hal yang sama pada tahun 1979 di Roma menghasilkan beberapa keputusan untuk meningkatkan kehidupan petani, ternyata tidak ada perubahan , artinya kaum petani masih terpuruk. 9 Strategi Indonesia yang pro pedesaan mungkin berdasarkan pada dukungan politik dan militer rezim, khususnya daerah kekuasaan Jawa, dan kepercayaan bahwa keamanan di daerah ini akan memastikan kepopuleran di Orde Baru. Kenyataan bahwa beras sangat didukung, bertentangan dengan sektor hasil petani kecil yang kinerjanya buruk sekali, sebagain besar terletak diluar Jawa, memperkuat dukungan bahwa rezim lebih pro Jawa daripada pro pedesaan secara umum.10

Tingkat produktivitas tanaman pangan di Desa Malahayu dari tahun ke tahun menurun disebabkan karena banyaknya lahan yang menganggur dan sebagian warga memilih untuk bekerja diluar daerah serta lahan yang mulai menyempit karena pada saat ini banyak digunakan untuk pemukiman warga. Hal ini disebabkan oleh:

a) Lahannya kebanyakan dijadikan kebun, seperti kebun jati alasannya karena dengan ditanamnya pohon jati biaya yang dikeluarkan itu sedikit dan tidak membutuhkan perawatan yang ekstra.

b) Para petaninya sendiri sungkan mengolah sawahnya. Karena mengolah sawah itu tidak ada hasilnya/untungnya. Hal ini disebabkan karena pupuk yang susah dicari, upah pekerja yang semakin mahal sehingga ini pulalah yang menyebabkan para petani sungkan untuk mengolahnya, dan beralih profesi untuk merantau/bekerja keluar kota seperti Jakarta. Sementara lahan sawahnya sendiri di olah oleh orang lain dengan akad/ketentuan bagi hasil setelah panennya sehingga dengan demikian para petani tidak

9Abdul Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 118

10 Hal Hill, Ekonomi Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2002), 173

(6)

mengeluarkan tenaga dan modal tetapi tetap mendapatkan padi/beras. 11

Dengan menurunnya tingkat produktivitas di Desa Malahayu maka menyebabkan Desa Malahayu yang dulunya memiliki lumbuk padi yang menjadi kegiatan perekonomian untuk daerah sendiri maupun daerah lain. Karena di Desa Malahayu itu pernah menjadi daerah percontohaan pertanian khususnya padi. Tetapi bahkan seiringnya berjalan waktu Desa Malahayu mengalami penurunan tingkat produktivitas tanaman pangan yang sangat signifikan dan sangat mempengaruhi hasil pertanian di Desa Malahayu. Maka dari itu agar tingkat produktivitas tanaman pangan di Desa Malahayu ini dari tahun ke tahunnya semakin meningkat perlu adanya memberi arahan dari pemerintah dan perlu adanya partisipasi dari para petani agar tingkat produktivitasnya meningkat. Apabila hanya dari pemerintahnya saja mana mungkin tingkat produktivitas ini akan meningkat karena para petani pun sangat berpengaruh besar terhadap meningkatkannya tingkat produktivitas. Keberhasilan program pertanian tidak sebanding dengan dampak-dampak diantaranya kerusakaan, lingkungan, punahnya pengetahuan/kearifan lokal petani, kerusakaan lahan pertanian, hilangnya kemandirian petani dan dampak-dampak lainnya.12

Sebagian besar penduduk di Indonesia bermata penceharian sebagai petani. Petani Indonesia sebagian besar betempat tinggal di desa.

Desa dicirikan dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja dan masih tingginya tingkat kemiskinan. Lahan pertanian di desa semakin berkurang. Program pembangunan pertanian dan pembangunan pedesaan terutama dalam bidang kecukupan dan ketahanan pangan yang telah lama dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih

11 Hasil wawancara dengan Bapak Amin Mustaqim selaku aparatDesa Malahayu di Kantor Kelurahan Desa Malahayu, tanggal 16 Maret 2015

12Hasil wawancara dengan Bapak Amin Mustaqim selaku aparatDesa Malahayu di Kantor Kelurahan Desa Malahayu, tanggal 16 Maret 2015

(7)

memprihatinkan. Kualitas dan kuantitas pertanian di Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhaan pangan untuk negara sendiri bahkan cenderung bergantung pada impor produk pangan. Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian Indonesia. Bidang berperan akan menjadi kekuatan besar bila dikelola secara tepat. Modernisasi dalam bidang pertanian akan membawa dampak yang baik. Jika kondisi pertanian di Indonesia sudah baik maka kebutuhan, peningkatan kesempatan kerja dan ekspor produk pertanian ke luar negeri diharapkan dapat terjamin dan kesinambungan.

Berdasarkan penelitian awal dan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menjadikan analisis tersebut di dalam skripsi yang berjudul Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan Guna Mencapai Swasmbada Pangan 2015 (Studi di Desa Malahayu Kec Banjarharjo Kab Brebes).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat dirumuskan dan di identifikasikan beberapa masalah berikut batasan- batasan yang dijadikan obyek penelitian ini sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah a. Wilayah Penelitian

Wilayah peneliian ini termasuk ke dalam bidang Muamalah (Pemberdayaan local).

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan normatif.

c. Jenis Masalah

Jenis masalah dalam penelitian tentang peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas hasil petani guna mencapai swasmbada pangan 2015.

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pokok permasalahan, maka masalahnya di batasi pada studi peran pemerintah dalam meningkatkan

(8)

produktivitas pertanian tanaman pangan guna mencapai swasembada pangan 2015.

3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana tingkat produktivitas pertanian tanaman pangan di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes?

b. Bagaimanaperan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan petani di Desa Malahayu Kecamatan.

Banjarharjo Kabupaten Brebes?

c. Bagaimana dampak dan pandangan menurut ekonomi islam mengenai peran pemerintah atas hasil pertanian terhadap tanaman pangandi Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes?

4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian yang didapat, maka penelitian yang diajukan mempunyai tujuan dan kegunaan penelitian. Adapun untuk tujuan dan kegunaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a). Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Untuk tingkat produktivitas tanaman pangan di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.

b. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas hasil petani di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.

c. Untuk mengetahui dampak dan pandangan menurut ekonomi islam mengenai peran pemerintah atas hasil pertanian terhadap produktivitas tanaman di Desa Malahayu Kec.Banjarharjo Kab.Brebes.

b). Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Sebagai upaya untuk memberikan saran dan masukan kepada petani beras mengenai peningkatan produktivitas tanaman pangan, yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

(9)

b. Untuk melengkapi khasanah keilmuan bagi petani bawang beras pada umumnya, yang khususnya berkaitan dengan peningkatan produktuvitas tanaman pangan dalam hukum Islam.

C. Penelitian Terdahulu

Telah bnayak dibahas di skripsi-skripsi yang sudah ada. Adapun skripsi yang membahas tentang peran pemerintah meningkatkan produktivitas hasil petani dalam mencapai swasembada pangan 2015 salah satu skripsi yang berjudul:

1. Darsono dengan tesis yang berjudul, Faktor Utama Swasembada Pangan Tingkat Rumah Tangga Petani Lahan Di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.13

Penulis membahas tentang ukuran dinamika rawan pangan secara spesifik lokal sehingga memberikan andil perumusan dan memilih basis analisis karena daerah wonogiri merupakan protipe lahan kering dalam studi-studi nasional.

2. Deasy Ch Sagala dengan skripsi yang berjudul Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya-Upaya yang Di lakukan Di Kabupaten Samosir.14

Penulis membahas tentang masalah yang di hadapi dalam pencapaian swasembada pangan beras di daerah Samosir seperti kemarau, puting beliung, hama dan penyakit, pupuk serta obat-obatan, harga teknologi relatif sederhana, sarana dan prasana. Upaya untuk mencapai swasembada pangan beras adalah pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, menekan alih fungsi lahan, membuka lahan pertanian baru, penciptaan varitas unggul baru, meningkatkan penanaman padi gogo, serta penetapan harga pupuk dan obat-obatan.

13 Darsono, Faktor Utama Swasembada Pangan Tingakt Rumah Tangga Petani Lahan Kering Di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, Tesis Program Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

14Daeasy Ch Sagal ,Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya-Upaya yang Di lakukan Di Kabupaten Samosir , Skripsi Program Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumetra Utara Medan , 2012.

(10)

3. Prihatinah, Analisis Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangannya Wilayah Di Kabupaten Serdang Begadai.

Skripsi ini menjelaskan tentang faktor-faktor apa (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Begadai dan mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Begadai dan pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pendapatan petani. 15

4. Muhamad Nur Afandi, Pengaruh Ahli Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Di Jawa Barat.

Skripsi ini menjelaskan tentang kondisi ahli fungsi lahan pertanian, tidak segera dilakukan tindakan pencegahan dan produksi padi tidak dapat di pertahankan serta ditingkatkan melalui intensifikasi pertanian.

Pergeseran atau mutasi lahan sawah ke non sawah perlu dilihat dampaknya pada produksi padi. Dampak yang lebih luas tersebut termasuk pengaruh kestabilan politik yang di akibatkan oleh kerawanan pangan, perubahan sosial yang merugikan.16

5. Hikmah Rafika Mufti, Kebijakan Pangan Pemerintah Orde Baru dan Nasib Kaum Petani Produsen Beras 1969-1988.

Skripsi ini membahas tentang kebijakan pangan yang dijalankan Pemerintah Orde Baru pada tahun 1969-1988 dan dampak-dampak yang dirasakan oleh para petani sebagai pemeran utama selama kebijakan tersebut berjalan.17

15 Prihatinah, Analisis Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang B egadai, Tesis Program Studi Perencanaan Pengembang Wilayah Pedesaan Universitas SumateraUtara Medan, 2009

16Muhamad Nur Afandi, Pengaruh Ahli Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Di Jawa Barat, Tesis Program Magister Studi Pembangunan Seolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, 2008.

17Hikmah Rafika Mufti, Kebikan Pangan Pemerintah Orde Baru dan Nasib Kaum Petani Produsen Beras 1969-1988, Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009.

(11)

6. Gunawan Sumodiningrat, Potensi Pertanian Pedesaan dan Swasembada Pangan.

Jurnal ini membahas tentang peranan dan potensi sektor pertanian dalam pembangunan nasional, yang dikaitkan dengan ketahanan dan swasembada pangan, juga akan pertanian dan pedesaan.18 7. Nurmala, Pengembangan Lingkungan Terhadap Ketahanan

Pangan.

Jurnal ini membahas strategi dan cara penguatan masyarakat dalam pemberdayaan lingkungan terhadap ketahanan pangan.19

8. Nafiul’s, Peningkatan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras.

Jurnal ini membahas keadaan ketahanan pangan di Indonesia agar bisa tercapainya swasembada beras.20

9. Juliyatmono, Optimis Karanganyar Capai Swasembada Pangan.

Jurnal ini membahas daerah karanganyar yang telah mencapai swasembada pangan guna menhadapi situasi pangan secara global.21

10. Doddy S Singgih, Pangan, Penduduk, dan Teknologi Pertanian Sebuah Perdebatan Teoritis.

Jurnal ini membahas pangan yang sangat terkait dengan penduduk karena pangan sendiri adalah kebutuhan utama dalam melangsungkan hidup.22

C. Kerangka Pemikiran

Kebijakan di bidang pangan pada awal, memberikan tekanan pada bidang produksi dan konsumsi beras. Pada waktu itu kebijakan beras identik dengan kebijakan pangan. Alat-alat kebijakan pangan yang digunakan tidak

18Gunawan Sumodiningrat, Jurnal tentang Potensi Pertanian Pedesaan dan Swasembada Pangan.

19 Nurmala, Jurnal tentang Pengembangan Lingkungan Terhadap Ketahanan Pangan.

20 Nafiul’s, Jurnal tentang Peningkatan Ketahanan Pangan dengan Swasembada Beras .

21 Juliyatimono, Jurnal tentang Optomis Karanganyar Capai Swasembada Pangan

22Doddy S Singgih, Jurnal tentang Pangan, Penduduk, dan Teknologi Pertanian Sebuah Perdebatan Teoritis.

(12)

banyak berbeda dengan alat kebijakan pada masa sebelumnya.

Perbedaannnya terletak pada perencanaan yang lebih baik, keahlian yang makin mantap dan konsistensi dalam kebijkan-kebijakan tersebut.

Pertumbuhan perekonomian yang pesat, Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit pada kebijakan beras dan pembangunan ekonomi. Kebijakan swasembada beras di ganti dengan kebijakan yang lebih luas, yaitu swasembadadi bidang pangan.

Kenaikan produksi pangan terutama penghasilan perhektar dan pemasarannya. Penggunaan teknologi bibit unggul dan pupuk yang mengakibatkan peningkatan produksi padi telah menimbulkan harapan baru akan tercapainya swsembada beras. Sektor pertanian merupakan prioritas sektor pembangunan ekonomi. Sektor pertanian juga sebagai penyumbang utama PDB (produk domestik bruto).23 Selain mampu menyumbang PDB dan penyerapan tenaga kerja, swasembada pangan juga mendorong pertumbuhan industri di luar sektor pertanian yaitu sebagai penopang penyedian bahan baku industri (bahan mentah). Disamping itu kesejahteraan petani yang meningkat, dengan demikian kebutuhan barang-barang yang memenuhi kebutuhan hidup juga meningkat. Termasuk kebutuhan industri pertanian sampai kebutuhan rumah tangga lainnya. Di samping hal-hal tersebut di atas swasembada pangan sangat penting untuk menhadapai terjadinya krisis ekonomi dunia. Dan disisi lain karena kebutuhan akan pangan terpenuhi maka kualiatas gizi masyarakat menjadi lebih baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan stabilitas ekonomi nasional.Kebijakan pangan jangka pendek melalui intervensi di bidang perdagangan seperti dalam hal pajak ekspor, bea masuk, tarif yang mungkin masih diperlukan, walaupun tidak dapat dianggap sebagai kebijakan yang permanen. Elemen kebijakan untuk meningkatkan aspek ketersediaan faktor produksi pangan seperti pupuk, pestisida, dan lain-lain adalah elemen dasar yang harus menjadi prioritas para pengambil kebijakan, dari tingkat pusat sampai daerah. Kebijakan pangan perlu juga untuk melakukan perubahan

23Subandi, Sistem Ekonomi Indonesia, (Bandung : Alfabeta, 2005), 65

(13)

fundamental dalam hal pembangunan infrastruktur, baik berupa perbankan irigasi, riset dan pengembangan (R&D), sistem intensif dan dukungan kebijakan ekonomi makro menggerakan sektor pertanian.24

E. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (natural setting) dimana peneliti sebagai instrumen kunci,teknik pengumpulan data dilakukan triangulasi (gabungan), analisis data bersifatinduktif,

danhasilpenelitiankualitatiflebihmenekankanmaknadaripadageneralisasi.25Pe ndapatlainmengatakanbahwapenelitiankualitatifadalahjenispenelitian yang temuan-

temuannyatidakdiperolehmelaluiprosedurstatistikataubentukhitunganlainnya.

26Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Data yang dikumpulkan adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.27Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan menggunakan pendekatan induktif.

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.28Ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, metode penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri naturalistik

dandapatmemberikangambaransecarakhusustentangsuatukasussecaramendala m. Kualitatif dilakukan dengan cara peneliti benar-benar datang ke lokasi menggunakan alat kualitatif, kerangka berfikir kualitatif dan data yang

24 Faisal Basri, Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia,(Jakarta:Prenada Media Group, 2009), 163

25Sugiyono, MemahamiPenelitianKualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 2.

26Boedi Abdullah danBeni Ahmad Saebani, MetodePenelitianEkonomi Islam (Muamalah) (Bandung: PustakaSetia, 2014), 49.

27Lexi J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif (Bandung: RemajaRosdakarya, 2014), 11.

28Lexi J. Moleong, MetodologiPenelitian…, 11.

(14)

dikumpulkan juga data-data kualitatif. Kecuali untuk beberapa gejala tertentu yang bersifat penghitungan dikumpulkan juga data kuantitatif.29

1. TempatPenelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive sampel). Penelitian inidilakukan di Balai Desa dan Kantor Dinas Pertanian. Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.

Desa ini merupakan Desa terbanyak yang memproduksi Tanaman Pangan ( beras) dan mayoritas masyarakatnya sebagai petani .

Selain itu, penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan letak wilayah penelitian yang dekat dengan tempattinggal peneliti, sehingga peneliti pun dapat lebih leluasa dan juga mengetahui sedikitnya peran pemerintah dan produktivitas hasil pertanian masyarakat Desa Malahayu dalam mencapai swasembada pangan sehingga dapat mempermudah penelitian dan pembuatan skripsi.

2. Sumber Data a. Sumber data

1) Data Primer

Data primer adalah data-data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari sumbernya. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.30Data yang diperoleh peneliti dari informan, informan adalah orang-orang yang memberi informasi tentang segala yang terkait dengan penelitian.

Data primer yang digunakan peneliti yakni data-data yang didapatkan dari hasil wawancara serta pengamatan langsung yang dilakukan peneliti kepada para petani, dan masyarakat desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes mengenai peran pemerintah dalam mencapai swasembada pangan .

2) Data Sekunder

29Toto SyatoriNasehuddien,Metodologi Penelitian(Cirebon: Nurjati Press, 2011), 51.

30Sugiyono, MemahamiPenelitian…, 62.

(15)

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau dibuat oleh organisasi yang bukan pengelolanya. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.31Adapun data sekunder yang digunakan peneliti yakni perpustakaan, penelitian terdahulu, jurnal dan artikel-artikel dari internet yang dijadikan wejangan serta patokan dan sumber informasi peneliti dalam melakukan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalammemperoleh data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, ada beberapa teknik, caraatau metode yang dilakukan oleh penulis dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian melihat dengan teliti, mencermati dengan hati-hati, mengintip atau mengamati). Orang yang melakukan observasi disebut dengan istilah observer, sedangkan obyek yang diamati disebut observees. Observasi dapat dilakukan terhadap fenomena sosial atau gejala-gejala peristiwa alam dalam kegiatan penelitian lapangan.32

Dalam metode observasi ini peneliti memilih jenis observasi partisipatif pasif. Dalam observasi ini, peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.33 Pendapat lain mengatakan bahwaobservasi partisipatif ini merupakan model pengamatan terlibat, dimana peneliti berusaha menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungan sosial masyarakat yang sedang diteliti.34

Adapun partisipan mengadakan pengamatan langsung terhadap para petani, pemerintah, dan masyarakat desa Malahayu Kecamatan

31Sugiyono, MemahamiPenelitian…, 62.

32Toto Syator iNasehuddien,Metodologi Penelitian …, 101.

33Sugiyono, Memahami Penelitian…, 64.

34Toto Syatori Nasehuddien,Metodologi Penelitian …, 101.

(16)

Banjarharjo Kabupaten Brebes terkait dengan swasembada pangan tersebut.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.35Untuk melengkapi informasi, peneliti menerapkan teknik wawancara mendalam. Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada para petani dan pemerintah Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.Adapun wawancara yang dilakukan secara terbuka yakni penulis dengan para petani, masyarakat, dan Pemerintah Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan-catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen ini berupa bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.36 Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian disini yakni catatan-catatan kecil dan gambar-gambar yang ditemukan peneliti dilapangan.

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.37

35Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian…, 186.

36Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatifdan R&D (Bandung:Alfabeta, 2010),329.

37Sugiyono, Metode Penelitian...,222.

(17)

5. TeknikAnalisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.38 Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.39

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menyajikan kata-kata secara deskriptif, bukan rangkuman angka-angka. Sesuai dengan maknanya analisis kualitatif diartikan sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun dalam bentukteks yang diperluas, untuk menjelaskan beberapa pertanyaan yang telah dirumuskan. Proses analisis data kualitatif sesuai dengan petunjuk Miles dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah upaya mengurangi kesimpulan sementara atau melengkapi hasil pengamatan dengan cara pemilihan pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diambil dari catatan tertulis selama peneliti berada di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pelaksanaan penelitian kualitatif. Proses berikutnya dilakukan penyajian

38Triangulasi adalah bentuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Lihat Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam …, 59.

39Sugiyono, Memahami Penelitian…, 87-89.

(18)

data dengan cara mengklasifikasikan data menurut isu dan kebutuhan secara menyusun sekumpulan informasi dan pengambilan keputusan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari:

Sistematika penulisan ialah menjelaskan tentang bagian-bagian awal dari penelitian sampai akhir penelitian yang akan memberikan informasi kepada pembaca dalam bentuk uraiaran deskriptif tentang kandungan penelitian yang akan dilakukan. Agar pembaca mudah dalam mengetahui pembahasanya dalam tiap Bab-bab akan diuraikan, maka sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

Pada Bab I merupakan pendahuluan yang teridiri ataslatarbelakangmasalah, selanjutnya rumusan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah,penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,metodologi penelitiandan sistematika penulisan.

Pada Bab II Menggambarkan tingkat produktivitas petani tanaman pangan di Desa Malahayu Kec.Banjarharjo Kab.Brebes, sejarah Desa Malahayu, letak geografis, jumlah penduduk, mata penceharian, pimpinan desa Malahayu, hasil pertanian Desa Malahayu

Bab III mendeskripsikan tingkat produktiviras pertanian tanaman pangan yang pertama mengenai target pemerintah terkait swasembada pangan, kedua program pemerintah terkait swasembada pangan, dan yang ketiga strategi pemerintah terkait swasembada pangan.

Pada Bab IV menjelaskan dampak dan pandangan menurut ekonomi islam mengenai peran pemerintah atas hasil pertanian terhadap produktivitas tanaman pangan.

Pada Bab V Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Kesimpulan merupakan uraian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah, setelah melalui analisis pada bab sebelumnya. Sementara itu, sub bab saran berisi rekomendasi dari peneliti mengenai permasalahan yang diteliti sesuai hasil kesimpulan yang diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini penulis menentukan teknik data mining yang digunakan untuk mengolah data yang sudah disiapkan sebelumnya. Teknik yang dilakukan yaitu dengan clustering

Menurut Sugiyono (2013:193) menjelaskan “Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data primer adalah data yang

Tujuan konseling kelompok, yang dikemukakan oleh Gibson danMitchell (dalam Latipun, 2008), konseling kelompok berfokus pada usahamembantu klien dalam melakukan

Jika browser menemukan alamat dari tujuan link tersebut, browser akan menampilkan informasi yang ada, dan jika tidak menemukannya browser akan memberikan suatu pesan yang

Argumentasi yang disampaikan MD untuk mencitrakan JIL sebagai anti dialog di atas tampak bersifat repetitif semata dari pencitraan yang sama yang dilakukan oleh media

Pekerjaan ini mempunyai total float (S) selama 28 hari. Jadi pekerjaan ini dapat dimulai pada hari ke-175 dan selesai pada hari ke-210.. Tahap terakhir adalah perhitungan

Hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung sebesar 0,578 sedangkan t tabel sebesar 2,007 ini menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan