Universitas Kristen Petra 7
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
1.1. Tinjauan Teori
Rancangan ini dibuat dengan berbagai sumber tentang hipertiroid, perancangan dengan tema yang sama, dan film, yang dicari didalam perpustakaan serta e-book yang dibutuhkan.
1.1.1. Pengertian Hipertiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar yang ada pada tubuh manusia. Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri, dan dihubungkan oleh suatu bagian sempit di tengah kelenjar. Bentuk kelenjar tiroid menyerupai kupu-kupu, dan terletak di atas trakea, tepat di bawah laring (Sherwood, 2015) (Nair & Peate, 2015). Hormon tiroid memiliki peran penting dalam berbagai proses metabolisme dan aktivitas fisiologik pada sebagian besar organ tubuh manusia, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan. Jika terjadi penyakit atau gangguan pada tiroid, maka akan menimbulkan perubahan bentuk maupun fungsinya.
Hipertiroid menurut Kamus Dorland merupakan berlebihnya aktivitas kelenjar tiroid, ditandai dengan peningkatan laju metabolisme, struma, dan gangguan sistem saraf autonom dan metabolisme kreatinin. Hipertiroid merupakan suatu kumpulan tanda dan gejala dari kelebihan hormon tiroid. Secara sederhana, hipertiroid berasal dari kata hiper yang artinya berlebih, dan tiroid yang merupakan salah satu kelenjar yang terletak di leher dan bentuknya menyerupai kupu-kupu.
Gangguan tiroid dapat disebabkan karena usia, jenis kelamin, genetik, merokok, stres, riwayat keluarga yang berhubungan dengan autoimun, zat kontras yang mengandung iodium, obat-obatan yang memicu penyakit tiroid, maupun faktor lingkungan. Tanda dan gejala hipertiroid adalah peningkatan frekuensi denyut jantung, gelisah, mudah marah, gemetar, tidak tahan panas, keringat berlebihan, penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar, mudah lelah, otot terasa lemas dan sebagainya. Selain itu, untuk memastikan diagnosa hipertiroid,
Universitas Kristen Petra 8
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika pasien memiliki TSH yang rendah dan T3 dan T4 yang tinggi dibandingkan dengan standartnya, maka manifestasi kliniknya adalah hipertiroid.
Penanganan yang dilakukan untuk penderita hipertiroid adalah melalui pembedahan, iodin radioaktif, pemberian obat-obatan antitiroid, penanganan simtomatik terhadap takikardia, palpitasi, tremor, dan kegelisahan. Selain itu, perlu adanya dukungan psikologi dan lingkungan yang tenang untuk menurunkan kegelisahan, pengadaan lingkungan yang sejuk dengan ventilasi untuk membantu penderita hipertiroid tetap nyaman, memberikan asupan cairan dengan teratur pada penderita hipertiroid yang berkeringat sangat banyak, menyediakan lingkungan yang nyaman untuk membantu penderita hipertiroid relaksasi dan tidur, serta perlu adanya pengawasan terkait serangan tiroid, terutama bagi penderita hipertiroid yang baru didiagnosa menderita hipertiroid.
1.1.2. Perancangan dengan Tema yang Sama
Untuk membedakan karya yang akan dirancang dari karya yang sudah ada, penulis telah melakukan studi literatur pada 5 karya sebelumnya. Karya yang pertama adalah rancangan dari Cindy Angko Iroth (2014), yang membahas tentang menumbuhkan rasa empati masyarakat terhadap para penderita kanker, dengan metode analisis kualitatif. Karya yang kedua smerupakan perancangan milik Christine Kurniati (2012), yang membahas tentang omtivasi bagi penyandang cacat di daerah Semarang, dengan metode analisa 5W+1H. Karya yang ketiga adalah rancangan Arya Setiawan (2009), yang membahas tentang Bahaya dan pencegahan meluasnya virus flu babi dengan menggunakan metode kualitatif.
Karya yang keempat merupakan perancangan dari Vania Marvely (2012), yang membahas tentang mencegah skoliosis sejak dini dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan data dikumpulkan melalui observasi dan studi dokumenter. Perancangan yang kelima dibuat oleh Andre Tjahjadi (2012), yang membahas tentang mendeteksi dan pencegahan dini kanker usus besar dengan menggunakan metode analisis yaitu dengan menggunakan 5W+1H. Berdasarkan 5 karya perancangan di atas, penulis pun memutuskan untuk mengangkat tema terkait penyakit dengan metode kualitatif dan berupa media film pendek.
Universitas Kristen Petra 9
1.1.3. Pengertian Film Pendek
Film pendek memiliki durasi yang sangat singkat untuk menceritakan sebuah cerita. Pembuat film pendek harus menceritakan cerita yang kontroversial, lucu dan unik, namun tidak memungkinkan akan berjalan dengan baik dalam fitur produksi yang panjang.
1.1.4. Macam Tipe Shot Dalam Pengambilan Gambar
Penjelasan tipe shot ada beberapa tipe dalam pengambilan gambar, yaitu Close Up, digunakan jika kita ingin mengambil gambar wajah saja contoh, saat
berdialog. Medium shot, digunakan untuk mengambil gambar setangah badan dari pemeran, bertujuan untuk menunjukkan gerak tubuh dari pemeran untuk mempermudah penonton mengerti apa yang dilakukan. Long shot, digunakan untuk menunjukkan keadaan sekitar dan menunjukkan seluruh tubuh pemeran di dalam kamera.
1.1.5. Proses Pembuatan Film Pendek
Pembuatan film pendek perlu melakukan beberapa persiapan yang harus dilakukan, mulai dari merencanakan shooting, dimana dalam merencanakan daftar adegan yang akan dilakukan, kita tidak terpaku pada daftar yang sudah dibuat, namun bisa diberi tambahkan adegan jika diperlukan. Memeriksa peralatan, periksa alat-alat yang akan digunakan sebelum melakukan shooting untuk mengetahui alat mana yang rusak dan sudah siap untuk digunakan. Walaupun dalam shooting pasti ada shoot dadakan, shooter atau pengambil gambar harus tetap memeriksa peralatannya sebelum shooting. Jika tidak melakukan pemeriksaan, akan sangat disayangkan jika terjadi kesalahan teknis dalam pengambilan gambar. Oleh karena itu, pemeriksaan peralatan ini sangat penting.
Memeriksa hasil rekaman. Dalam memeriksa hasil rekaman, kita tidak hanya melihat ketajaman gambar serta kejelasan suaranya, namun juga harus melihat kejernihan warnanya, apakah film ini memiliki mutu suara yang baik, bersih dan tidak berisik. Meninjau lokasi shooting. Melakukan pemeriksaan tempat shooting sebaiknya dua atau satu hari sebelum pengambilan gambar, agar kita dapat menyiapkan peralatan apa saja yang akan di gunakan untuk shooting ditempat tersebut. Selain itu, pertimbangkan terkait pemasangan pencahayaan, kamera serta pemasangan kabel-kabel.
Universitas Kristen Petra 10
1.1.5.1. Pra Produksi
Pra Produksi adalah proses yang akan dilakukan sebelum pengambilan gambar atau proses produksi.
1.1.5.1.1. Pembuatan Skrip
Skrip dibuat untuk membuat alur film dan mempermudah untuk melakukan proses pengambilan gambar yang akan dilakukan.
1.1.5.1.2. Mencari Pemeran
Mencari pemeran yang sesuai dengan kriteria film yang akan dibuat merupakan sebuah kepentingan dalam pembuatan film.
1.1.5.1.3. Membuat Konsep Karakter
Konsep karakter dalam sebuah film harus diperhatikan, sehingga karakter yang diciptakan sudah jelas dengan keadaan yang akan diperankan oleh artis atau pemeran lain.
1.1.5.1.4. Konsep setting
Konsep setting dilakukan untuk menentukan lokasi pengambilan gambar dalam pembuatan film pendek yang sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.
1.1.5.1.5. Membuat story board
Story board merupakan gambaran singkat mengenai posisi
pengambilan gambar, keadaan atau adegan yang akan dilakukan.
1.1.5.2. Produksi
Proses pembentukan rekaman dasar dari sebuah film yang dibuat. Proses produksi biasanya tidak membutuhkan waktu yang lama jika pada proses praproduksi sudah terencana dengan baik.
1.1.5.2.1. Pengambilan Gambar atau Shooting
Posisi pengambilan gambar yang digunakan memiliki beberapa posisi, posisi kamera dari bawah (Frog eye), digunakan untuk mengambil gambar dari bawah, dan biasa digunakan untuk mengambil shot anak-anak agar terlihat gagah, posisi kamera dari atas (Eagle eye), posisi pengambilan gambar dari atas yang akan membuat benda terkesan kecil, dan biasanya menggunakan drone untuk mengambil gambar yang mencengangkan karena tidak dapat langsung memandang alam yang begitu tinggi. Posisi kamera sebatas mata manusia
Universitas Kristen Petra 11
(Human eye), posisi ini sering digunakan dalam pengambilan film, dimana posisi kamera berhadapan langsung dengan pemeran, posisi ini juga dapat menampilkan kesan tertentu, seperti, pemeran dapat terlihat lebih cantik dan indah.
1.1.5.2.2. Mencari Soundtrack
Mencari soundtrack sangat penting untuk mengisi bagian sunyi dalam sebuah film, soundtrack sendiri bisa menjadi dasar pembangun mood dalam sebuah film untuk menunjukkan adegan ini menegangkan atau santai, bahkan romantis.
1.1.5.2.3. Pencahayaan
Pencahayaan perlu diatur karena setiap sumber cahaya, baik cahaya lampu ataupun cahaya buatan, memiliki kuat cahaya (kuantitas) dan panas warna (kualitas). Sifat lain cahaya seperti cahaya yang terarah atau menyebar, semua itu dapat menentukan mutu dari gambar (Rahmad, 1987). Posisi pencahayaan terdiri dari pencahayaan depan, samping, atas, dan belakang. Pencahayaan dari depan dapat menimbulkan kecerahan suasana, warna lebih cemerlang. Pada model, wajah akan tampak halus, namun memiliki kesan datar, tidak memiliki sisi tiga dimensi.
Pencahayaan dari samping dapat menimbulkan kesan 3 dimensi, karena sifat permukaan dan bentuk dari model terlihat. Wajah model akan terlihat kasar dan tajam. Pencahayaan dari atas dapat menampakkan garis bangun tulang- tulang pipi, hidung, dan bibir. Bayangan menimbulkan daya tarik yang tegas, keindahan mata dan lekuk bibir tergambar dengan baik. Pencahayaan dari belakang, cahaya dari belakang dapat memberikan kesan timbul, pundak model bersinar. Pencahayaan utama, jika kita menggunakan cahaya matahari atau lampu saja, maka cahaya itu termasuk pencahayaan utama, atau sumber dari cahaya.
1.1.5.2.4. Offline Editing
Editing Offline dilakukan untuk mengetahui hasil kasaran dari sebuah
film atau sebuah hasil rekaman yang sudah diambil dan akan disusun menjadi sebuah film.
1.1.5.3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah kegiatan yang dilakukan sesudah produksi atau
Universitas Kristen Petra 12
pengambilan gambar, proses ini melakukan editing akhir, melakukan pengisian suara, dan rendering.
1.1.5.3.1. Editing akhir
Editing akhir atau online editing dilakukan setelah proses offline
editing. Proses editing akhir dilakukan untuk memperhalus serta memberikan efek-efek yang dibutuhkan dalam sebuah film, serta membentuk alur cerita sesuai dengan naskah yang sudah dibuat pada proses praproduksi.
1.1.5.3.2. Pengisian Suara
Proses ini dilakukan untuk membangun suasana dan emosional, mendramatisasi film, serta memberikan informasi bukan hanya sebuah gambar bergerak, melainkan dengan suara yang disampaikan, agar informasi lebih mudah dimengerti.
1.1.5.3.3. Rendering
Proses terakhir ini dilakukan agar hasil editing yang dilakukan menjadi sebuah film utuh, dan bisa di unggah dan di tonton Youtube, TV, dan media audio visual lainnya.
1.2. Tinjauan Permasalahan Tentang Obyek dan Subyek Perancangan 1.2.1. Tinjauan Permasalahan
Dalam menjalani keseharian, pejuang hipertiroid memiliki kebutuhan yang lebih khusus dibandingkan dengan orang normal. Menurut Yunitawati & Latifah (2016) wanita usia subur yang memiliki hipertiroid lebih rentan mengalami masalah kecemasan dibandingkan wanita usia subur yang normal. Sedangkan menurut Supadmi et al. (2007), wanita usia subur yang menderita hipertiroid empat kali memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah dibandingkan wanita usia subur yang normal. Sedangkan untuk penderita hipertiroid pada pria, menurut (Chhetri, Youmin, Dai, & Adhikary (2017), hipertiroid dapat menyebabkan kemandulan akibat rendahnya jumlah sperma yang dihasilkan dan abnormalitas motilitas sperma.
Akibat kondisi di atas, seringkali pejuang hipertiroid membutuhkan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, jika pejuang tiroid tidak mendapat dukungan dari sekitar, maka rentan terjadi perselisihan, bahkan pengucilan terhadap pejuang hipertiroid. Kondisi ini tentunya dapat
Universitas Kristen Petra 13
memperburuk kesehatan dari pejuang hipertiroid, yang berujung pada depresi bahkan kematian. Penderita hipertiroid beresiko tinggi meninggal apabila kondisi kesehatannya memburuk (Selmer et al., 2014).
1.2.2. Fakta-Fakta Lapangan
Menurut riskesdas 2013, lebih dari 700.000 orang di Indonesia terdiagnosis hipertiroid, dengan pasien terbanyak berada di Jawa (InfoDATIN, 2015). Persentase dari penderita hipertiroid menurut riskesdas 2013 sebesar 0,4%
(176.689.336 jiwa).
Pita Tosca, sebuah komunitas peduli tiroid Indonesia yang menanggapi permasalahan penyakit Tiroid, yang anggotanya 589 orang dan banyak tersebar diberbagai daerah, dengan berbagai diagnosa penyakit tiroid. Komunitas ini membantu para penderita tiroid, salah satunya adalah hipertiroid, baik dalam hal psikologi penderita, maupun memberikan edukasi atau media pengetahuan untuk para penderita untuk menghadapi penyakit tiroid, termasuk hipertiroid.
Pita Tosca satu-satunya komunitas yang bergaul dengan penyakit tiroid di Indonesia. Dari 589 orang anggota, ada 27,7% persen atau 163 orang yang terdiagnosa hipertiroid, yang mengambil peringkat kedua dalam urutan penderita terbanyak dari Pita Tosca, dengan peringkat pertama ialah kanker tiroid sebesar 273 orang atau 46,3% yg menderita kanker tiroid.
1.2.2.1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan Ayu, Johanna, dan Maria, yang merupakan penderita hipertiroid. Wawancara dilakukan dengan tujuan agar perancang mengenal penyakit ini dari sisi penderita yang menghadapinya.
Wawancara juga dilakukan kepada Bunga sebagai founder dari komunitas pita tosca dan penderita kanker tiroid. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data dari komunitas yang menaungi penyakit tiroid dan mengerti lebih dalam terkait hipertiroid.
Wawancara juga ditujukan kepada dokter Sony Wibisono yang berprofesi sebagai dokter penyakit dalam, dan bertujuan untuk mendapatkan informasi data serta pendapat dari ahli. Wawancara secara keseluruhan dari yang sudah dilakukan bertujuan untuk menggali informasi serta data yang dibutuhkan oleh perancang, untuk merancang karya film pendek tentang Hipertiroid.
Universitas Kristen Petra 14
1.2.2.1.1. Komunitas Pita Tosca
Komunitas Pita Tosca dibentuk pada tanggal 26 Oktober 2014, dan berpusat di Perumahan AURI Kebantenan Indah, Blok D5 No. 11, Jalan Bronco Buntu, Bekasi 17423. Saat ini komunitas Pita Tosca sudah beranggotakan 589 orang anggota. Pita Tosca memiliki misi untuk mendampingi pejuang tiroid dalam bentuk dukungan psikologis, memberikan informasi seputar kesehatan dan pengobatannya, serta memperkenalkan dan melakukan edukasi kesehatan tiroid secara lebih luas ke masyarakat Indonesia.
Tujuan dari komunitas Pita Tosca untuk saling menyemangati dan mendampingi sesama penderita tiroid, yang terdiri dari penderita kanker tiroid, hipotiroid dan hipertiroid. Komunitas ini juga ingin membangun pengetahuan dan edukasi tentang penyakit tiroid, karena penyakit-penyakit ini sangat kurang dipandang oleh pemerintah. Bahkan, dari beberapa negara seperti Filipina dan Amerika Serikat, memiliki kesamaan dengan di Indonesia, yaitu kurangnya perhatian maupun dukungan dari pemerintah.
1.2.2.1.2. Penderita Hipertiroid
Penderita hipertiroid memberikan informasi bahwa penyakit ini berbahaya karena menambah detak jantung menjadi lebih cepat dan hidupnya menjadi bergantung pada obat, dimana obat tersebut digunakan untuk menekan produksi hormon tiroid yang seimbang dan tidak berlebih. Penderita hipertiroid memiliki pantangan dalam melakukan kegiatan yang berat, dan harus mengatur emosi yang tidak menentu. Penderita juga harus menjada kondisi tubuh agar tidak mendapat hasil yang jatuh dari standartnya, agar tidak terjadinya kondisi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman dan lebih sensitif terhadap perkataan atau tindakan orang lain yang menyinggungnya.
Penderita hipertiroid mengakui bahwa setiap hari merasa tidak bisa sesegar kondisi tubuh orang normal, dengan gejala yang dirasakan mayoritas adalah rambut yang rontok, mudah lelah, nafsu makan bertambah, namun berat badan turun drastis. Penderita hipertiroid tidak dapat melakukan olahraga berat, namun masih bisa berolahraga ringan seperti bersepeda maupun berenang.
1.2.2.1.3. Dokter
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dr. Sony Wibisono, Sp.PD, K-EMD,
Universitas Kristen Petra 15
bahwa pemasalahan seputar hipertiroid dapat diakses di Jurnal tiroid. Sedangkan untuk pengetahuan umum terkait hipertirod dapat ditanyakan kepada komunitas yang menaungi hipertiroid, dikarenakan wawancara kepada dokter hanya bisa dilakukan untuk mengklarifikasi suatu data maupun jurnal saja, dan sumber informasi yang objektif berasal dari jurnal, bukan opini dari ahli.
1.2.2.2. Observasi
Observasi yang dilakukan berada didaerah Malang kota baru, mengikuti kegiatan sehari-hari seorang mahasiswi di Malang dari kondisi tempat tinggal kos putri, kampus tempat ia berkuliah, dan kondisi kelas tempat mahasiswi ini menjalani aktifitas sehari-hari, yang masih sama seperti mahasiswa normal biasa lakukan. Observasi ini bertujuan agar perancang lebih mengenal pola hidup dari penderita hipertiroid dan mengenal karakter dari penderita hipertiroid.
Gambar 2.1. kondisi kos mahasiswi penderita hipertiroid, Jl. Terusan Cikampek, Malang.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Universitas Kristen Petra 16
Gambar 2.2. Kondisi kelas mahasiswi penderita hipertiroid mirip seperti mahasiswa/i pada normalnya, di Gedung GPP Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
1.2.3. Data Visual
Gambar 2.3. Pembesaran leher, gejala yang dialami oleh penderita hipertiroid.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.4. Mata melotot, gejala penyakit hipertiroid yang mudah terlihat secara fisik.
Sumber: Mediskus.com
Universitas Kristen Petra 17
Gambar 2.5. Tangan yang mudah berkeringat dan basah, karena lelah dan jantung yang berdebar dengan cepat.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
1.3. Analisis Masalah
Berdasarkan dari data yang sudah didapatkan, pembuatan film pendek atau media film lain yang membahas tentang hipertiroid masih belum ada di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena kurangnya tanggapan dari pemerintah mengenai penyakit hipertiroid ini, walaupun penyakit ini ada di Indonesia.
Hasil dari wawancara dengan komunitas dan pasien, mereka akan sangat senang jika adanya edukasi dalam bentuk sebuah film, karena film ini mudah diterima oleh masyarakat. Film pada jaman sekarang penyebarannya mudah dan cepat. Film juga cukup diminati oleh banyak orang dan memiliki daya tarik yang cukup mempengaruhi pendapat orang awam dengan penyakit hipertiroid, karena penyebaran melalui film memiliki banyak peminat untuk masa sekarang.
Penyakit hipertiroid mulai dikenal oleh perancang sejak tahun 2016 yang diperkenalkan oleh teman dekat perancang yang menderita penyakit hipertiroid, yang menjadi sebuah motivasi bagi perancang untuk menjalani keseharian dan hidup yang lebih baik, serta memotivasi untuk merancang film pendek.
Data hipertiroid didapat dari perbincangan dengan komunitas penderita gangguan tiroid, yang awalnya berupa dari beberapa penderita tiroid yang ingin memberikan semangat kepada penderita lain yang akhirnya memiliki misi untuk memberikan edukasi kepada penderita dan orang awam tentang penyakit tiroid.
Film pendek dibuat perancang berdasarkan pada data yang sudah dicari, melalui tanya jawab dengan komunitas dan penderita hipertiroid. Film pendek akan
Universitas Kristen Petra 18
dipublikasikan menggunakan media youtube, yang sering dipakai oleh para pecinta film untuk mencari hiburan maupun informasi baru.
Hipertiroid, penyakit kronis yang harus dijalani seumur hidup, dan perlu semangat juang tanpa akhir, agar tidak menyerah dalam menjalaninya. Tentunya tidak akan mudah jika harus dijalani sendiri, sehingga perlu adanya dukungan moral dari luar, untuk memberikan semangat agar terus berjuang. Di sisi lain, penderita hipertiroid bisa menjadi contoh yang baik untuk orang normal, dimana dalam kondisi sakit penderita hipertiroid masih mau berjuang agar terlihat seperti orang normal.
1.4. Simpulan
Hasil dari analisis permasalahan dan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, perancang mendapatkan kesimpulan bahwa film pendek ini merupakan media yang tepat untuk para penderita hipertiroid, terutama untuk mencari ilmu tambahan dalam menghadapi penyakit hipertiroid. Film pendek sebagai sarana pemecahan masalah secara desain komunikasi visual, yang menyampaikan pesan kepada penonton dengan media audio visual, yang dapat dilihat dan didengar.
Film pendek ini menjawab kebutuhan para penderita hipertiroid, karena mereka membutuhkan edukasi secara audio visual mengenai penyakit hipertiroid, yang bisa membangun semangat juang dalam menghadapi penyakit kronis yang diderita.
1.5. Usulan Pemecahan Masalah
Berdasarkan dari kesimpulan dan data yang sudah didapat, perancang membuat film pendek sebagai pemecahan masalah. Media film pendek dapat mempermudah pengamat untuk langsung melihat kondisi dari penderita hipertiroid dan melihat perjuangan penderita agar terlihat seperti orang normal.
Sarana film pendek menjadi pemecahan masalah yang baik, karena dengan durasi yang tidak begitu lama, dapat menyampaikan pesan penuh makna, melalui sebuah media komunikasi secara audio visual.
Diharapkan film pendek ini menjadi motivasi untuk tetap semangat menjalani kehidupan, yang memang layak untuk penderita hipertiroid jalani dan memotivasi orang yang sehat untuk lebih bersyukur dan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan yang dihadapi.