KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh
Muhamad Prisla Kamil
0900598
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA
Oleh
Muhamad Prisla Kamil
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
© Muhamad Prisla Kamil 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr.rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002
Pembimbing II,
Dr. Hernani, M.Si NIP. 196711091991012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia,
KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA
SMA
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA. Penelitian ini mengacu pada Model Rekonstruksi Pendidikan khususnya komponen pertama Klarifikasi dan Analisis Wacana yang bertujuan untuk merekonstruksi struktur konten ilmu/aplikasi kimia menjadi struktur konten kimia untuk pembelajaran di sekolah sehingga dapat diterima siswa dan mendukung pencapaian literasi sains. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods exploratory design yaitu data kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengeksporasi suatu fenomena, kemudian data kuantitatif dikumpulkan untuk menjelaskan hubungan yang ditemukan pada data kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi untuk tujuan pembelajaran aspek kognitif, tujuan pembelajaran aspek sikap dan teks materi pembelajaran. Data kualitatif pada penelitian ini adalah karakteristik buku ajar berkaitan dengan kriteria kualitas suatu buku ajar. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang diolah dengan CVR (Content Validity Ratio). Karakteristik buku ajar meliputi sudut pandang literasi sains, disusun dari sumber-sumber dari ahli di bidangnya, sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013, mengikuti prinsip reduksi didaktik dalam klarifikasi dan analisis wacana, dan mengikuti tahapan pembelajaran STL. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai CVR untuk ketepatan materi sebesar 0,91, kesesuaian konteks dan konten sebesar 0,86, kesesuaian materi dengan kurikulum sebesar 0,98, ketepatan ilustrasi, gambar, simbol, sketsa & percoban sebesar 0,93 dan kesesuaian materi dengan kemampuan kognitif siswa SMA sebesar 0,91 sehingga berdasarkan kriteria yang digunakan konstruksi buku ajar telah valid.
Kata kunci: Literasi sains, Ikatan Kimia, Keramik, Model Rekonstruksi
ABSTRACT
This study was to obtain instructional textbook of chemical bonding using ceramic context reconstructed to achieve high-school students’ scientific literacy. This study referred to the Model of Educational Reconstruction (MER) especially the first component namely Clarification and Analysis of Subject Matter whose purpose to reconstruct science/chemistry content structure into chemistry structure content for classroom instruction so that it can be accepted well by students and support the achievement of scientific literacy. This study used mixed methods exploratory design that collected qualitative data beforehand to explore a phenoemnon, then quantitative data was collected to explain a certain relationship found in qualitative data. Instruments used in this study was validation sheet for cognitive instructional objective as well as for attitude aspect, and validation sheet for subject matter text. Qualitative data in this study was characteristic of the developed textbook refers to quality criteria of textbooks. The quantitative data was validation result of experts for the construction of textbook processed using Content Validity Ratio (CVR). Characteristics of developed textbook included the scientific literacy point of view, compiled from leading sources issued by experts, suitable with Curriculum 2013 content standard, using didactical reduction principles in clarification and analysis of content, and followed the STL learning phases. Based on study results it was found that the CVR average value for content exactness was 0,91, content-context suitability was 0,86, suitability of subject content with curriculum was 0,98, effectiveness of ilustration, pictures, symbols and experiments was 0,93, and the suitability of subject content with high-school studets’ cognitive ability was 0,91. So that, based on the mentioned criteria the construction of textbook was valid.
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat penelitian... 6
F. Penjelasan Istilah... 6
G. Struktur Organisasi... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Literasi Sains dan Kimia... 10
B. Pengertian dan Fungsi Buku Ajar... 12
C. Kriteria Kualitas Buku Ajar ... 14
D. Buku Ajar Berbasis Literasi Sains... 15
E. Model Pemroduksian Buku Ajar... 17
F. Langkah Pemroduksian Wacana untuk Pengembangan Buku Ajar... 21
G. Deskripsi Materi... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41
A. Subjek/Objek Penelitian... 41
B. Model Penelitian... 41
C. Desain Penelitian... 42
D. Definisi Operasional... 43
E. Instrumen Penelitian... 43
F. Alur Penelitian... 44
G. Teknik Pengolahan Data... 47
H. Prosedur Pengolahan Data... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Karateristik Buku Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik.... 50
B. Validasi Ahli Terhadap Konstruksi Buku Ajar yang Dilakukan... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80
A. Kesimpulan... 80
B. Saran... 81
DAFTAR PUSTAKA... 82
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan
istilah dan struktur organisasi skripsi.
A. Latar Belakang
Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas,
2008). Pemahaman terhadap sains dan teknologi memang berkontribusi secara
signifikan pada kehidupan semua orang, baik dari segi personal, sosial,
profesional dan budaya. Sebagian besar situasi, masalah dan persoalan yang
dihadapi individu dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pemahaman terhadap
sains dan teknologi sebelum individu tersebut dapat benar-benar memahami apa
yang sedang dihadapi. Persoalan-persoalan yang terkait sains dan teknologi akan
dihadapi setiap individu pada level personal, komunitas, nasional, bahkan pada
level global (OECD, 2009).
Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan
“melek” (literate)sains menjadi hal yang penting. Literasi sains didefinisikan oleh
Program for International Student Assesment (PISA) sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan untuk mengidenifikasi isu-isu ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah
dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2006).
Hasil studi PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
literasi sains Indonesia tergolong sangat rendah. Dari enam tingkat penguasaan
literasi sains, 40% siswa Indonesia hanya mencapai tingkat pertama, yaitu dapat
menggunakan sains untuk menjelaskan fenomena yang ditemui apabila fenomena
siswa Indonesia lainnya memiliki literasi sains minimal pada tingkat kedua. Pada
tingkat ini siswa dapat menjelaskan fenomena yang dikenalnya melalui
penyelidikan dan pemecahan masalah yang sederhana. Menurut interpretasi
PISA, penguasaan literasi sains tingkat dua ini merupakan batas minimal
seseorang dapat berpartisipasi di masyarakat dalam masalah seputar sains.
Namun dari 40% siswa yang melampaui batas minimal ini, pencapaian tertinggi
siswa Indonesia hanya pada tingkat empat dengan persentase 0,5%. Hal ini
berarti sedikit sekali siswa Indonesia yang dapat aktif bertindak secara efektif
untuk mengatasi permasalahan ilmiah. Menurut studi ini praktis tidak ada siswa
Indonesia yang dapat menunjukkan literasi sains pada konteks yang kompleks
(atau yang tidak dikenal) dan tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan tentang
sains itu sendiri. Bahkan sekitar 20% dari siswa Indonesia belum memiliki
literasi sains sama sekali (OECD, 2010).
Salah satu faktor penyebab rendahnya literasi dan penguasaan sains di
Indonesia adalah proses pembelajaran sains di sekolah. Dalam pembelajaran sains
yang diterapkan di sekolah selama ini, siswa beranggapan bahwa sains merupakan
pelajaran yang terpisah dari tempat mereka berada. Hal ini menyebabkan siswa
tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari
untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka (Hoolbrook, 2005).
Pembelajaran sains, termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya
diarahkan pada penggunaan konteks aplikasi sebagai wahana untuk meningkatkan
literasi sains siswa (Show-Yu, 2009).
Dalam menyikapi hal ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya
meremediasi pembelajaran sains di Indonesia, salah satunya melalui Kurikulum
2013. Hasil Indonesia pada PISA menjadi landasan empiris dalam pengembangan
Kurikulum 2013. Kurikulum ini juga memiliki prinsip bahwa pendidikan tidak
boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan
kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan
lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
3
konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas
dalam kehidupan di masyarakat (Depdiknas, 2012). Prinsip ini sangat erat
kaitannya dengan literasi sains.
Berdasarkan Kurikulum 2013, ikatan kimia merupakan salah satu konsep
yang dipelajari siswa SMA pada kelas X. Menurut Barke, et al (2009), masalah
yang sering terjadi pada pembelajaran ikatan kimia adalah siswa tidak memahami
konsep partikel (atom, ion, molekul) yang terlibat dalam ikatan kimia, serta siswa
kesulitan menghubungkan antara ikatan kimia pada dengan sifat zatnya. Untuk
mengatasi hal ini diperlukan peningkatan kemampuan daya bayang ruang siswa
yang dapat dilakukan dengan mengkaitkan struktur zat dalam pembelajaran
ikatan kimia. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran
yang mengkaitkan ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya.
Penggunaan konteks juga sangat penting untuk pembelajaran yang dapat
meningkatkan literasi sains siswa. De Jong (2006) mengemukakan bahwa konteks
merupakan situasi/kejadian yang membantu siswa untuk dapat memperoleh
konsep, prinsip, hukum dan sebagainya. Untuk memilih konteks dalam
pembelajaran kimia, guru harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Konteks harus benar-benar dikenal oleh siswa
2. Konteks tidak boleh mengalihkan perhatian siswa terhadap konsep
3. Konteks tidak boleh terlalu rumit untuk siswa
4. Konteks tidak membingungkan siswa.
Salah satu konteks pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata
pelajaran kimia adalah keramik. Konteks keramik dapat digunakan untuk
membelajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas,
material berhidrat dan kerapatan (Baehr, et al.1995). Keramik dapat didefinisikan
sebagai material anorganik-nonlogam yang sebagian besar bersifat kristalin.
Keramik mulai digunakan manusia sejak zaman prasejarah dan diperkirakan akan
terus berkembang hingga masa depan. Keramik lebih keras dan kaku dibanding
logam; lebih tahan panas dan tahan korosi dibanding logam atau polimer;
(Heimann, 2010). Semua sifat ini berhubungan dengan ikatan kimia yang dimiliki
dan struktur zatnya. Sehingga penggunaan konteks keramik dapat membantu
mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran ikatan kimia seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Pembelajaran yang berbasis konteks juga akan lebih bermakna bagi siswa
karena konten yang mereka pelajari langsung dikaitkan dan/atau dapat
diaplikasikan di kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, dari segi afektif
pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap
kimia (OECD, 2009; Vaino, et al, 2012).
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran kimia diperlukan hubungan
penting antara konten kimia itu sendiri dengan kerangka berpikir siswa dalam
kehidupannya sehari-hari. Pada pembelajaran sains saat ini, hubungan tersebut
sering terlupakan. Oleh karena itu diperlukan suatu Model Rekonstruksi
Pendidikan (Model of Educational Reconstruction) (Kattman, et al, 1995; Duit,
2012). Dalam model ini dilakukan klarifikasi terhadap konten pembelajaran dan
analisis relevansinya untuk siswa.
Konteks keramik, walaupun dapat digunakan dalam pembelajaran ikatan
kimia, memerlukan pembatasan tertentu sebagai struktur konten untuk
pembelajaran. Menurut Model Rekonstruksi Pendidikan, baik aspek konten
maupun aspek kemampuan belajar siswa perlu perhatian yang sama (Duit dalam
Jorde dan Dillon, 2012). Oleh karena itu diperlukan suatu konstruksi untuk konten
pembelajaran ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa.
Pembelajaran berbasis konteks (kontekstual) tentunya membutuhkan
perangkat pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.
Perangkat pembelajaran yang dimaksud antara lain bahan ajar, media
pembelajaran dan alat penilaian. Penggunaan konteks dalam pembelajaran
memerlukan penyusunan bahan ajar yang sesuai. Salah satu bahan ajar yang
5
Buku ajar merupakan bahan ajar yang memiliki peranan yang dominan
dan esensial dalam pembelajaran sains. Hal ini dikarenakan informasi dapat
dituangkan secara terperinci dalam sebuah buku. Ditambah lagi, informasi dalam
buku dapat dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah dan didiskusikan
(Yager,1983; Wheatley,1991; Yore,1991; Kyle,1992 dalam Toharudin, dkk,
2011). Namun demikian, buku-buku ajar yang ada selama ini lebih
menitikberatkan pada konten daripada proses dan konteks, hal ini berlawanan
dengan yang disarankan dalam PISA untuk meningkatkan literasi sains siswa.
(Firman,2007).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah
melalui pencapaian literasi sains, diperlukan pembelajaran yang berbasis konteks.
Penerapan pembelajaran berbasis konteks menuntut adanya perangkat
pembelajaran yang sesuai. Perangkat pembelajaran yang dimaksud antara lain
buku ajar, media pembelajaran, desain pembelajaran dan alat evaluasi. Semua
perangkat pembelajaran tersebut perlu direkonstruksi untuk mendukung
pembelajaran yang berorientasi literasi sains. Diperlukan suatu analisis wacana
untuk mengkompositkan konten pembelajaran (ikatan kimia) dengan konteksnya
(keramik) menjadi materi pembelajaran yang relevan. Acuan yang digunakan
dalam proses tersebut adalah Standar Isi mata pelajaran Kimia Kurikulum 2013
dan Kompetensi Ilmiah dan Sikap PISA.
Dari beberapa perangkat pembelajaran yang disebutkan di atas, pada
penelitian ini dilakukan rekonstruksi terhadap buku ajar. Dengan demikian,
rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah rekonstruksi buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikembangkan dalam
proses pencapaian literasi sains (kimia) siswa SMA?”. Permasalahan umum
tersebut diuraikan menjadi submasalah-submasalah berikut:
1. Bagaimana karakteristik buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks
2. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang telah
dikembangkan?
C. Pembatasan Masalah
Pengembangan buku ajar yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan model rekonstruksi pendidikan. Model rekonstruksi pendidikan
terdiri atas tiga komponen yaitu, 1) klarifikasi analisis wacana, 2) penelitian
mengajar dan belajar, dan 3) implementasi dan evaluasi serta hubungannya yang
saling berkaitan. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen 1) yaitu klarifikasi
analisis wacana melalui buku ajar
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks
keramik yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains siswa SMA.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.
1. Bagi guru, tersedianya buku ajar ikatan kimia berbasis konteks yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Buku yang
dikembangkan diharapkan sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
kebutuhan siswa
2. Bagi siswa, buku yang dikembangkan dapat membuat belajar lebih bermakna
dan menarik dalam prosesnya
3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan
7
4. Bagi peneliti lain, menjadi bahan referensi dan motivasi untuk
mengembangkan buku ajar berbasis konteks untuk materi pokok lain dengan
konteks lain
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran beberapa istilah penting yang ada
dalam penelitian ini, berikut adalah penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut.
1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).
2. Keramik adalah material anorganik nonlogam dan tahan panas (refraktori).
Keramik meliputi produk tanah liat (gerabah) hingga keramik modern yang
terbuat dari senyawa oksida, karbida dan nitrida murni (Baehr, et al, 1995)
3. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk
memahami alam (OECD, 2009).`
4. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang
mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan
sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains
(PISA-OECD dalam Firman, 2007).
5. Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada
konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia
(PISA-OECD dalam Firman, 2007).
6. Sikap Sains adalah respon terhadap isu-isu sains (menunjukkan minat dalam
ilmu pengetahuan, dukungan untuk penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk
bertindak secara bertanggung jawab) (PISA–OECD, 2009)
Skripsi ini ditulis dalam lima bab yang saling berkaitan. Kelima bab
tersebut secara berurutan adalah pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Setelah kelima bab
tersebut terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Bab I yaitu pendahuluan terdiri atas latar belakang dilakukannya penelitian
ini. Dari latar belakang tersebut masalah-masalah yang ada diidentifikasi
kemudian dibuat rumusan masalah utama yang diangkat pada penelitian ini. Bab I
ini juga memuat tujuan peneletian yang merupakan output penelitian yang
diharapkan dan manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak yang terkait berkaitan
dengan rumusan masalah yang dipilih. Bagian selanjutnya yaitu penjelasan istilah,
dituliskan untuk mencegah misinterpretasi terhadap istilah yang akan sering
digunakan pada penelitian ini. Kemudian struktur organisasi berisi rincian urutan
penulisan skripsi dari Bab I hingga Bab terakhir.
Bab II yaitu tinjauan pustaka merupakan tinjauan teoritis dari berbagai
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka ini digunakan
sebagai dasar pemikiran penulis dalam meninterpretasikan hasil penelitian dan
menjawab rumusan masalah yang ditetapkan. Untuk rumusan masalah pertama
yaitu karakteristik buku ajar hasil rekonstruksi, dilakukan tinjauan pustaka
mengenai model rekonstruksi pendidikan, literasi sains, buku ajar, langkah
pemroduksian wacana dan deksripsi materi. Rumusan masalah kedua yaitu
validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar dijawab dengan menggunakan kriteria
ketepatan materi, kesesuaian konteks dan konten, kesesuaian materi dengan
kurikulum, ketepatan ilustrasi, gambar, simbol, sketsa dan percobaan dan
kesesuaian materi dengan kemampuan kognitif siswa SMA..
Bagaimana rumusan masalah akan dijawab melalui penelitian ini diuraikan
pada Bab III yaitu metodologi penelitian. Bab ini terdiri atas subjek penelitian,
metode penelitian dan alur penelitian yang menunjukkan kerangka kerja penelitian
sesuai dengan metode yang dipilih. Bagian selanjutnya adalah langkah-langkah
penelitian yang memaparkan alur penelitian secara lebih rinci. Beberapa elemen
9
bagian berikutnya yaitu definisi operasional. Beberapa bagian terakhir dari Bab III
ini berkaitan dengan bagaimana tiap rumusan masalah akan dijawab. Bagian
instrumen penelitian memaparkan jenis instrumen yang dipilih untuk tiap rumusan
masalah dan justifikasinya. Bagaimana instrumen ini digunakan dalam penelitian
dipaparkan pada bagian teknik pengumpulan data. Bagian selanjutnya berupa
pemaparan cara mengolah data yang didapatkan melalui instrumen penelitian
yang telah ditetapkan.
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Pembahasan
dilakukan dengan mengacu pada landasan teori yang dicantumkan pada Bab II
untuk menjawab tiap rumusan masalah. Kemudian Bab V berisi kesimpulan dari
pembahasan sebagai jawaban dari rumusan masalah, dan berisi saran sebagai
METODOLOGI PENELTIAN
Bab ini menguraikan mengenai subjek/objek penelitian, model penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian
yang digunakan, teknik pengumpulan serta analisis data.
A. Subjek/Objek Penelitian
Penelitian ini mengkaji konstruksi buku ajar ikatan kimia menggunakan
konteks keramik, meliputi karakteristik buku ajar dan validitas dari konstruksi isi
buku tersebut. Penelitian melibatkan 5 orang dosen ahli sebagai validator, yang
meliputi ahli materi subjek, ahli pedagogi materi subjek, serta dosen yang
berpengalaman di bidang literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan.
Sumber wacana untuk konteks diambil dari dua monograf mengenai keramik
sedangkan untuk konten ikatan kimia diambil dari tiga buku teks kimia tingkat
universitas.
B. Model Penelitian
Penelitian ini mengacu pada Model Rekonstruksi Pendidikan (Kattman, et
al., 1995; Komorek dan Duit, 2004; Duit, et al. dalam Jorde dan Dillon, 2012).
Model ini merekonstruksi hubungan antara pengetahuan dan fakta sains dengan
konsepsi siswa saat pembelajaran di kelas. Model ini terdiri atas tiga komponen
(gambar 2.1 halaman 10) yaitu: (1) Klarifikasi dan Analisis Wacana; (2)
Penelitian Belajar dan Mengajar; dan (3) Implementasi dan Evaluasi.
Penelitian ini dibatasi pada komponen pertama dari Model Rekonstruksi
Pendidikan yaitu Klarifikasi dan Analisis Wacana. Komponen ini bertujuan untuk
mengkonstruksi struktur konten ilmu/aplikasi kimia menjadi struktur konten kimia
untuk pembelajaran di sekolah sehingga dapat diterima siswa dan mendukung
pencapaian literasi sains. Terdapat dua proses yang perlu dilakukan yaitu
42
konstruksi ide-ide dasar tersebut menjadi struktur konten yang sesuai untuk
pembelajaran.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seperangkat rencana dan prosedur untuk suatu
penelitian yang menjangkau keputusan-keputusan dari asumsi-asumsi yang luas
hingga metode yang rinci dalam pengumpulan dan analisis data (Creswell, 2011).
Penelitian ini menggunakan mixed methods design. Mixed Methods Design adalah
suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis dan “menggabungkan”
metode kuantitatif maupun kualitatif dalam satu penelitian (Creswell & Plano
Clark, 2007 dalam Creswell, 2011). Desain ini digunakan karena penelitian ini
membutuhkan data kualitatif maupun data kuantitatif untuk menjawab rumusan
masalah. Data kualitatif mengenai konstruksi buku ajar didapatkan selama tahap
klarifikasi dan analisis wacana, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil
validasi ahli terhadap teks yang telah direkonstruksi. Untuk menjawab
rumusan-rumusan masalah pada Bab I, kedua jenis data ini perlu dianalisis dan dipadukan.
Jenis mixed methods design yang digunakan adalah exploratory design. Pada
desain ini data kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengeksporasi suatu
fenomena, baru kemudian dikumpulkan data kuantitatif untuk menjelaskan
[image:18.595.115.489.513.638.2]hubungan yang ditemukan pada data kualitatif (Creswell, 2011).
Gambar 3.1. Strategi Pengembangan Exploratory Mixed Method Design (Terrell,
2012).
Kualitatif (Pengumpulan Data)
Kualitatif (Analisis Data)
Interpretasi
Kuantitatif (Pengumpulan Data)
D.Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah
penting pada penelitian ini, berikut dijabarkan kembali definisi operasional terkait
penelitian yang dilakukan.
1. Konstruksi yang dimaksud adalah proses mengubah struktur konten ilmu
pengetahuan kimia menjadi struktur konten untuk pembelajaran kimia yang
dapatmembantu siswa untuk mencapai literasi sains (Duit, 2012).
2. Buku ajar yang dimaksud adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata
pelajaran kimia pada jenjang SMA kelas X, yang disusun secara sistematis dan
diseleksi berdasarkan tujuan pembelajaran, orientasi pembelajaran dan
perkembangan siswa.
3. Konten yang dimaksud adalah konsep dan teori fundamental untuk memahami
fenomena alam dan perubahannya (OECD, 2009). Konten pada penelitian ini
adalah konsep ikatan kimia sesuai Standar Isi Kurikulum 2013.
4. Konteks yang dimaksud adalah situasi dalam kehidupan sehari-hari yang
melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep
sains (OECD dalam Firman, 2007). Konteks pada penelitian ini adalah material
keramik.
5. Literasi Sains adalah pengetahuan dan penggunaan dari pengetahuan untuk
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menjelaskan fenomena
ilmiah dan menggambarkan kesimpulan berdasarkan fakta (PISA,2009). Pada
penelitian ini, aspek literasi sains diintegrasikan dalam konstruksi buku ajar
melalui Kompetensi Ilmiah dan Sikap PISA sebagai salah satu acuan
penyusunan tujuan pembelajaran.
E.Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang relevan dalam menjawab rumusan masalah,
penelitian yang akan dilakukan menggunakan instrumen berupa lembar validasi.
44
dilakukan. Validasi dilakukan terhadap indikator dan tujuan pembelajaran baik
aspek kognitif maupun aspek sikap, serta terhadap struktur konten pembelajaran
yang ada pada buku ajar. Lembar validasi tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif
dengan KI dan KD kurikulum 2013 serta kompetensi ilmiah PISA 2009.
b. Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap
dengan KI dan KD kurikulum 2013 serta kompetensi ilmiah PISA 2009.
c. Format analisis karakteristik buku ajar berdasarkan kriteria sudut pandang,
kebenaran konsep, relevansi dengan kurikulum, mudah dipahami dan
ilustratif, menarik minat dan memotivasi, memantapkan nilai-nilai dan
menunjang mata pelajaran lain.
d. Lembar validasi teks hasil komposit konten dan konteks sebagai struktur
konten pembelajaran dalam buku ajar. Validasi dilakukan berdasarkan
ketepatan isi konten dan konteks, kesesuaian antara konten dan konteks
dalam teks, kesesuaian teks dengan KD Kurikulum 2013, kesesuaian
komponen-komponen pendukung teks (gambar, ilustrasi, sketsa dan
percobaan) serta kesesuaian teks dengan kemampuan kognitif siswa.
F. Alur Penelitian
Untuk membantu mengarahkan langkah-langkah penelitian agar sesuai
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Sesuai dengan alur penelitian pada gambar 3.2, langkah-langkah penelitian
yang ditempuh dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Valid Validasi Analisis Standar Isi Mata Pelajaran
Kimia SMA Konten Ikatan Kimia
Analisis Kepustakaan Konteks Keramik
Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif melalui Telaah Konteks, Konten, dan
Aspek Kompetensi Ilmiah PISA 2009
Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran melalui Telaah Konteks, Konten, dan Aspek Sikap
PISA 2009
Revisi
Interpretasi Data
Kesimpulan
Tidak valid
Valid Tidak valid
Klarifikasi dan Analisis Wacana
Validasi Revisi
Analisis Kepustakaan Pembelajaran Literasi Sans
Fase Kuantitatif
46
a. Analisis Standar Isi mata pelajaran kimia dalam hal ini Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013 untuk konten ikatan kimia
b. Analisis Kepustakaan yang berhubungan dengan konteks keramik
c. Analisis Kepustakaan yang berhubungan dengan literasi sains dan
pembelajaran literasi sains melalui STL
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melaksanakan tahap persiapan, penelitian berlanjut ke tahap
pelaksanaan yang diuraikan sebagai berikut.
a. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui analisis
konteks dan konten
Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dirumuskan setelah analisis
konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran
aspek kognitif disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan
Kompetensi Ilmiah PISA 2009
b. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap melalui telaah
konten dan sikap
Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dirumuskan setelah analisis
konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran
aspek sikap disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan Aspek Sikap
PISA 2009.
c. Validasi terhadap rumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif
dan sikap
d. Klarifikasi dan Analisis Wacana
Pada tahap ini penelitian mulai memasuki pemroduksian wacana.
Pemroduksian wacana dimulai elementarisasi materi untuk konten dan konteks
secara terpisah. Sumber dari materi yang dielementarisasi untuk konten ikatan
kimia adalah buku-buku teks kimia [McMurry, (2004); Chang, (2005); Brown,
[Baehr, (1995); Heimann, (2010)]. Selanjutnya dilakukan modifikasi teks-teks
tersebut melalui analisis wacana yang dituangkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Format Analisis Wacana Buku Teks
Teks Asli Proses Penghalusan Teks Dasar Hasil
Penghalusan
Proses penghalusan meliputi penghilangan kata atau frasa yang tidak sesuai dan
penyisipan kata atau frasa yang perlu, agar konten dari teks sesuai untuk
digunakan sebagai konten pembelajaran.
Langkah selanjutnya dari klarifikasi dan analisis wacana adalah
mengkompositkan teks dasar konten dan konteks. Untuk melakukannya dibuat
struktur makro teks dan lesson sequence map yang mengikuti tahap-tahap
pembelajaran STL sebagai acuan agar pengkompositan teks dapat dikendalikan.
Hasil dari tahap ini berupa teks komposit yang dapat digunakan sebagai konten
pembelajaran
e. Validasi terhadap teks konten pembelajaran hasil analisis wacana
Validasi dilakukan oleh ahli pedagogi dan materi subjek. Tujuan dari validasi
adalah melihat ketepatan dan kesesuaian konten dan konteks dalam teks, juga
melihat kesesuaian teks tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tahap Akhir
Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengolahan
dan interpretasi data, perbaikan teks, kemudian penarikan kesimpulan.
G.Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah adalah
karakteristik buku ajar hasil rekonstruksi dan validasi ahli terhadap konstruksi
buku ajar yang dilakukan. Teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai
48
1. Karakteristik buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik hasil
rekonstruksi diketahui dengan menganalisis proses klarifikasi dan analisis
wacana (elementarisasi s.d. konstruksi), keterpaduan wacana konten ikatan
kimia dan konteks keramik dalam teks yang dihasilkan dan menganalisis
kesesuaian teks terhadap tahapan pembelajaran STL (Nentwig, et al, 2002).
2. Hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang dilakukan dengan
validasi kepada 5 orang dosen ahli yang meliputi ahli materi subjek, ahli
pedagogi materi subjek dan ahli yang berpengalaman di bidang pengembangan
literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan. Validasi dilakukan terhadap
indikator dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan, serta teks konten
pembelajaran hasil rekonstruksi sebagai elaborasi dari tujuan pembelajaran.
H.Prosedur Pengolahan Data
1. Karakteristik Buku ajar
Data yang diperoleh untuk mengetahui karakteristik buku ajar, yaitu teks
asli konten dan konteks serta rekonstruksinya hingga menjadi teks konten
pembelajaran, diolah melalui analisis secara deskriptif.
2. Validasi Ahli
Hasil validasi ahli dikelompokkan dan diolah, kemudian diinterpretasikan.
Data yang diperoleh dapat menggambarkan kualitas teks yang dikonstruksi juga
sebagai acuan untuk perbaikan. Hasil validasi ahli pada tiap lembar validasi diolah
melalui pendekatan kuantitatif dengan Content Validity Ratio (CVR). Data
validasi ahli dianalisis sebagai berikut
a. Kriteria validasi
Data tanggapan validator yang diperoleh berupa format ceklist.
Tabel 3.2 Kriteria Penelian Angket Tanggapan
Kriteria Bobot
Ya 1
b. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR (Content
Validity Ratio/Rasio Validitas Konten). Skor CVR diberikan untuk setiap item
yang divalidasi. Setelah semua item dihitung skornya, kemudian skor tersebut
diinterpretasikan.
1) Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)
CVR
ne : jumlah responden yang menyatakan Ya
N : total respon
Ketentuan nilai CVR adalah sebagai berikut
a) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden
maka nilai CVR = - (negatif)
b) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai
CVR = 0
c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur
menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).
d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total reponden maka
nilai CVR = 0-0,99.
2) Menghitung nilai CVI ( indeks validitas konten)
Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunakan
CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara
sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang
dijawab Ya.
(Lawshe, 1975)
3) Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI
Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Sesuai
50
CVR. Berdasarkan tabel nilai kritis CVR yang telah dikalkulasi ulang untuk lima
validator (α=0,1) (Wilson et al, 2012), nilai kritis adalah 0,573. Artinya hanya unit yang nilai CVR nya > 0,573 yang dinyatakan valid, sedangkan yang unit
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Karakteristik dari buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang
direkonstruksi untuk mencapai literasi sains siswa SMA adalah sebagai
berikut.
a. Buku ajar memiliki sudut pandang literasi sains seperti yang didefinisikan
oleh PISA 2009. Buku ajar juga mengandung domain literasi kimia,
dengan penekanan ada pada domain kimia dalam konteks.
b. Buku ajar dikonstruksi dari sumber-sumber yang terpercaya sehingga
memiliki kejelasan dan kebenaran konsep yang baik.
c. Buku ajar telah sesuai dengan Standar Isi Kurikulum 2013. Buku ajar juga
diperkaya dengan informasi mengenai aplikasi kimia dalam kehidupan
sebagai materi pengayaan berkaitan dengan pencapaian literasi sains
yang membuat pembelajaran lebih bermakna.
d. Buku ajar telah mengikuti tahapan Klarifikasi dan Analisis Wacana
sebagai komponen Model Rekonstruksi Pendidikan yang menggunakan
prinsip reduksi didaktik. Buku ajar ini merekonstruksi konsep-konsep
dan fakta ilmiah menjadi materi pembelajaran dengan menggunakan
prinsip reduksi didaktik siswa sehingga mudah dipahami dan ilustratif.
e. Buku ajar mengikuti tahapan pembelajaran STL yang terdiri dari tahap
kontak, tahap kuriositi, tahap elaborasi, tahap pengambilan keputusan,
tahap nexus dan tahap evaluasi. Penyajian materi berpusat pada
pertanyaan pada tahap kuriositi yang didesain untuk meningkatkan minat
81
f. Buku ajar berusaha memantapkan nilai kesadaran, penghargaan dan
apresiasi terhadap kontribusi ilmu kimia dalam pesatnya perkembangan
teknologi saat ini.
g. Buku ajar memiliki materi yang dapat saling menunjang dengan mata
pelajaran fisika (membahas daya hantar panas dan daya hantar listrik)
dan geografi (membahas tanah liat).
2. Konstruksi buku ajar dinyatakan valid dilihat dari ketepatan materi
(CVI=0,91), kesesuaian konten dan konteks (CVI=0,86), kesesuaian dengan
kurikulum (CVI=0,98), ketepatan ilustrasi dan komponen pendukung teks
(CVI=0,93) dan kesesuaian dengan kemampuan kognitif siswa SMA
(CVI=0,91).
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut.
1. Perlunya analisis lebih lanjut terhadap bagian-bagian tertentu pada buku
ajar yang diperbaiki. Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa revisi
yang dilakukan sudah tepat.
2. Perlunya implementasi dari buku ajar ikatan kimia dengan konteks
keramik yang telah direvisi pada situasi riil pembelajaran di kelas, untuk
mengetahui keefektifan buku ajar yang telah dikonstruksi ini dalam
pembelajaran kimia.
3. Dilanjutkannya penelitian pada komponen kedua Model Rekonstruksi
Pendidikan yaitu Penelitian Belajar dan Mengajar yang meneliti konsepsi
siswa terhadap buku ajar yang dihasilkan.
4. Dilakukannya konstruksi buku ajar untuk materi kimia lain menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Sjaeful. (2012). Pengolahan Bahan Ajar. Handout Perkuliahan. Tidak diterbitkan.
Baehr, G., Day, J., Dieskow, L., Faulsie, D., Overocker, E., Shwan, J.J. (1995).
Ceramics Windows to the Future. Urbana-Champaign: University of Illinois.
Barke, H.D., Al-Hazari, Yitbarek, S. (2009). Misconceptions in Chemistry. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Brown, et. al. (2009). Chemistry Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia.
Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2
(Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial Concept). Jakarta: Erlangga.
Creswell, J,W. (2011). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. New York: Pearson.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?.
83
Duit, R, Gropengieβer, H, Kattmann, U, Komorek, M, Parchmann, I. (2012). “The Model of Educational Rescontruction- A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Dalam Jorde and Dillon (Ed.). Science Educational Reseerch and Practice in Europe.
Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil PISA Nasional tahun 2006. Puspendik.
Hayat, B., & Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Heimann, R,B. (2010). Classic and Advanced Ceramics. Weinheim: 2010 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.
Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.
UNESCO.
Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.
Holbrook, J dan Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy. [online]. Tersedia: http://www.ut.ee/BG/miia_rannikmae/Publications/The_Meaning_ of_Scientific_Literacy.pdf [7 September 2013].
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.
Muslich, M. (2010). Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic
development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium Internasional
IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.
OECD. (2009). Pisa 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading Mathemathics and Science. Paris: OECD Publishing.
OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I). Paris: OECD Publishing.
Pusat Perbukuan. (2003). Pedoman Klasifikasi Buku Pendidikan. Jakarta : Pusat Perbukuan. Depdiknas.
Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT Humaniora.
Setiadi, R. (1998). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Pendidikan Kimia FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.
Setiadi, R. dan Agus, A. (2004). Dasar-Dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Show-Yu, L. (2009). “Chemical Literacy and Learning Sources of Non-Science Major Undergraduates on Understandings of Environmental Issues”.
85
Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). "The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assesing the development of Chemical Literacy among high-school Student". Chemical Education Research and Practice,7(4),203-225.
Tarigan, D. dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Terrell, S,R. (2012). “Mixed Methods Research Methodologies”. The Qualitative Report. 17, (1), 254-280.
Tim Penyusun. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Toharudin, U, Hendrawati S, dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.
Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical
Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Measurement and Evaluation in Counceling and Development. 45, (3), 197-210.