• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh

Muhamad Prisla Kamil

0900598

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

Oleh

Muhamad Prisla Kamil

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Muhamad Prisla Kamil 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr.rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002

Pembimbing II,

Dr. Hernani, M.Si NIP. 196711091991012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia,

(4)

KONSTRUKSI BUKU AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA

SMA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA. Penelitian ini mengacu pada Model Rekonstruksi Pendidikan khususnya komponen pertama Klarifikasi dan Analisis Wacana yang bertujuan untuk merekonstruksi struktur konten ilmu/aplikasi kimia menjadi struktur konten kimia untuk pembelajaran di sekolah sehingga dapat diterima siswa dan mendukung pencapaian literasi sains. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods exploratory design yaitu data kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengeksporasi suatu fenomena, kemudian data kuantitatif dikumpulkan untuk menjelaskan hubungan yang ditemukan pada data kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi untuk tujuan pembelajaran aspek kognitif, tujuan pembelajaran aspek sikap dan teks materi pembelajaran. Data kualitatif pada penelitian ini adalah karakteristik buku ajar berkaitan dengan kriteria kualitas suatu buku ajar. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang diolah dengan CVR (Content Validity Ratio). Karakteristik buku ajar meliputi sudut pandang literasi sains, disusun dari sumber-sumber dari ahli di bidangnya, sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013, mengikuti prinsip reduksi didaktik dalam klarifikasi dan analisis wacana, dan mengikuti tahapan pembelajaran STL. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai CVR untuk ketepatan materi sebesar 0,91, kesesuaian konteks dan konten sebesar 0,86, kesesuaian materi dengan kurikulum sebesar 0,98, ketepatan ilustrasi, gambar, simbol, sketsa & percoban sebesar 0,93 dan kesesuaian materi dengan kemampuan kognitif siswa SMA sebesar 0,91 sehingga berdasarkan kriteria yang digunakan konstruksi buku ajar telah valid.

Kata kunci: Literasi sains, Ikatan Kimia, Keramik, Model Rekonstruksi

(5)

ABSTRACT

This study was to obtain instructional textbook of chemical bonding using ceramic context reconstructed to achieve high-school students’ scientific literacy. This study referred to the Model of Educational Reconstruction (MER) especially the first component namely Clarification and Analysis of Subject Matter whose purpose to reconstruct science/chemistry content structure into chemistry structure content for classroom instruction so that it can be accepted well by students and support the achievement of scientific literacy. This study used mixed methods exploratory design that collected qualitative data beforehand to explore a phenoemnon, then quantitative data was collected to explain a certain relationship found in qualitative data. Instruments used in this study was validation sheet for cognitive instructional objective as well as for attitude aspect, and validation sheet for subject matter text. Qualitative data in this study was characteristic of the developed textbook refers to quality criteria of textbooks. The quantitative data was validation result of experts for the construction of textbook processed using Content Validity Ratio (CVR). Characteristics of developed textbook included the scientific literacy point of view, compiled from leading sources issued by experts, suitable with Curriculum 2013 content standard, using didactical reduction principles in clarification and analysis of content, and followed the STL learning phases. Based on study results it was found that the CVR average value for content exactness was 0,91, content-context suitability was 0,86, suitability of subject content with curriculum was 0,98, effectiveness of ilustration, pictures, symbols and experiments was 0,93, and the suitability of subject content with high-school studets’ cognitive ability was 0,91. So that, based on the mentioned criteria the construction of textbook was valid.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat penelitian... 6

F. Penjelasan Istilah... 6

G. Struktur Organisasi... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Literasi Sains dan Kimia... 10

B. Pengertian dan Fungsi Buku Ajar... 12

C. Kriteria Kualitas Buku Ajar ... 14

D. Buku Ajar Berbasis Literasi Sains... 15

E. Model Pemroduksian Buku Ajar... 17

F. Langkah Pemroduksian Wacana untuk Pengembangan Buku Ajar... 21

G. Deskripsi Materi... 25

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41

A. Subjek/Objek Penelitian... 41

B. Model Penelitian... 41

C. Desain Penelitian... 42

D. Definisi Operasional... 43

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Alur Penelitian... 44

G. Teknik Pengolahan Data... 47

H. Prosedur Pengolahan Data... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Karateristik Buku Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik.... 50

B. Validasi Ahli Terhadap Konstruksi Buku Ajar yang Dilakukan... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan

istilah dan struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang

Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas,

2008). Pemahaman terhadap sains dan teknologi memang berkontribusi secara

signifikan pada kehidupan semua orang, baik dari segi personal, sosial,

profesional dan budaya. Sebagian besar situasi, masalah dan persoalan yang

dihadapi individu dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pemahaman terhadap

sains dan teknologi sebelum individu tersebut dapat benar-benar memahami apa

yang sedang dihadapi. Persoalan-persoalan yang terkait sains dan teknologi akan

dihadapi setiap individu pada level personal, komunitas, nasional, bahkan pada

level global (OECD, 2009).

Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan

“melek” (literate)sains menjadi hal yang penting. Literasi sains didefinisikan oleh

Program for International Student Assesment (PISA) sebagai kemampuan

menggunakan pengetahuan untuk mengidenifikasi isu-isu ilmiah,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah

dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2006).

Hasil studi PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa tingkat penguasaan

literasi sains Indonesia tergolong sangat rendah. Dari enam tingkat penguasaan

literasi sains, 40% siswa Indonesia hanya mencapai tingkat pertama, yaitu dapat

menggunakan sains untuk menjelaskan fenomena yang ditemui apabila fenomena

(9)

siswa Indonesia lainnya memiliki literasi sains minimal pada tingkat kedua. Pada

tingkat ini siswa dapat menjelaskan fenomena yang dikenalnya melalui

penyelidikan dan pemecahan masalah yang sederhana. Menurut interpretasi

PISA, penguasaan literasi sains tingkat dua ini merupakan batas minimal

seseorang dapat berpartisipasi di masyarakat dalam masalah seputar sains.

Namun dari 40% siswa yang melampaui batas minimal ini, pencapaian tertinggi

siswa Indonesia hanya pada tingkat empat dengan persentase 0,5%. Hal ini

berarti sedikit sekali siswa Indonesia yang dapat aktif bertindak secara efektif

untuk mengatasi permasalahan ilmiah. Menurut studi ini praktis tidak ada siswa

Indonesia yang dapat menunjukkan literasi sains pada konteks yang kompleks

(atau yang tidak dikenal) dan tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan tentang

sains itu sendiri. Bahkan sekitar 20% dari siswa Indonesia belum memiliki

literasi sains sama sekali (OECD, 2010).

Salah satu faktor penyebab rendahnya literasi dan penguasaan sains di

Indonesia adalah proses pembelajaran sains di sekolah. Dalam pembelajaran sains

yang diterapkan di sekolah selama ini, siswa beranggapan bahwa sains merupakan

pelajaran yang terpisah dari tempat mereka berada. Hal ini menyebabkan siswa

tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari

untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka (Hoolbrook, 2005).

Pembelajaran sains, termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya

diarahkan pada penggunaan konteks aplikasi sebagai wahana untuk meningkatkan

literasi sains siswa (Show-Yu, 2009).

Dalam menyikapi hal ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya

meremediasi pembelajaran sains di Indonesia, salah satunya melalui Kurikulum

2013. Hasil Indonesia pada PISA menjadi landasan empiris dalam pengembangan

Kurikulum 2013. Kurikulum ini juga memiliki prinsip bahwa pendidikan tidak

boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan

kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan

lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta

(10)

3

konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas

dalam kehidupan di masyarakat (Depdiknas, 2012). Prinsip ini sangat erat

kaitannya dengan literasi sains.

Berdasarkan Kurikulum 2013, ikatan kimia merupakan salah satu konsep

yang dipelajari siswa SMA pada kelas X. Menurut Barke, et al (2009), masalah

yang sering terjadi pada pembelajaran ikatan kimia adalah siswa tidak memahami

konsep partikel (atom, ion, molekul) yang terlibat dalam ikatan kimia, serta siswa

kesulitan menghubungkan antara ikatan kimia pada dengan sifat zatnya. Untuk

mengatasi hal ini diperlukan peningkatan kemampuan daya bayang ruang siswa

yang dapat dilakukan dengan mengkaitkan struktur zat dalam pembelajaran

ikatan kimia. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran

yang mengkaitkan ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya.

Penggunaan konteks juga sangat penting untuk pembelajaran yang dapat

meningkatkan literasi sains siswa. De Jong (2006) mengemukakan bahwa konteks

merupakan situasi/kejadian yang membantu siswa untuk dapat memperoleh

konsep, prinsip, hukum dan sebagainya. Untuk memilih konteks dalam

pembelajaran kimia, guru harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1. Konteks harus benar-benar dikenal oleh siswa

2. Konteks tidak boleh mengalihkan perhatian siswa terhadap konsep

3. Konteks tidak boleh terlalu rumit untuk siswa

4. Konteks tidak membingungkan siswa.

Salah satu konteks pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata

pelajaran kimia adalah keramik. Konteks keramik dapat digunakan untuk

membelajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas,

material berhidrat dan kerapatan (Baehr, et al.1995). Keramik dapat didefinisikan

sebagai material anorganik-nonlogam yang sebagian besar bersifat kristalin.

Keramik mulai digunakan manusia sejak zaman prasejarah dan diperkirakan akan

terus berkembang hingga masa depan. Keramik lebih keras dan kaku dibanding

logam; lebih tahan panas dan tahan korosi dibanding logam atau polimer;

(11)

(Heimann, 2010). Semua sifat ini berhubungan dengan ikatan kimia yang dimiliki

dan struktur zatnya. Sehingga penggunaan konteks keramik dapat membantu

mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran ikatan kimia seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Pembelajaran yang berbasis konteks juga akan lebih bermakna bagi siswa

karena konten yang mereka pelajari langsung dikaitkan dan/atau dapat

diaplikasikan di kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, dari segi afektif

pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap

kimia (OECD, 2009; Vaino, et al, 2012).

Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran kimia diperlukan hubungan

penting antara konten kimia itu sendiri dengan kerangka berpikir siswa dalam

kehidupannya sehari-hari. Pada pembelajaran sains saat ini, hubungan tersebut

sering terlupakan. Oleh karena itu diperlukan suatu Model Rekonstruksi

Pendidikan (Model of Educational Reconstruction) (Kattman, et al, 1995; Duit,

2012). Dalam model ini dilakukan klarifikasi terhadap konten pembelajaran dan

analisis relevansinya untuk siswa.

Konteks keramik, walaupun dapat digunakan dalam pembelajaran ikatan

kimia, memerlukan pembatasan tertentu sebagai struktur konten untuk

pembelajaran. Menurut Model Rekonstruksi Pendidikan, baik aspek konten

maupun aspek kemampuan belajar siswa perlu perhatian yang sama (Duit dalam

Jorde dan Dillon, 2012). Oleh karena itu diperlukan suatu konstruksi untuk konten

pembelajaran ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang disesuaikan

dengan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa.

Pembelajaran berbasis konteks (kontekstual) tentunya membutuhkan

perangkat pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.

Perangkat pembelajaran yang dimaksud antara lain bahan ajar, media

pembelajaran dan alat penilaian. Penggunaan konteks dalam pembelajaran

memerlukan penyusunan bahan ajar yang sesuai. Salah satu bahan ajar yang

(12)

5

Buku ajar merupakan bahan ajar yang memiliki peranan yang dominan

dan esensial dalam pembelajaran sains. Hal ini dikarenakan informasi dapat

dituangkan secara terperinci dalam sebuah buku. Ditambah lagi, informasi dalam

buku dapat dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah dan didiskusikan

(Yager,1983; Wheatley,1991; Yore,1991; Kyle,1992 dalam Toharudin, dkk,

2011). Namun demikian, buku-buku ajar yang ada selama ini lebih

menitikberatkan pada konten daripada proses dan konteks, hal ini berlawanan

dengan yang disarankan dalam PISA untuk meningkatkan literasi sains siswa.

(Firman,2007).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah

melalui pencapaian literasi sains, diperlukan pembelajaran yang berbasis konteks.

Penerapan pembelajaran berbasis konteks menuntut adanya perangkat

pembelajaran yang sesuai. Perangkat pembelajaran yang dimaksud antara lain

buku ajar, media pembelajaran, desain pembelajaran dan alat evaluasi. Semua

perangkat pembelajaran tersebut perlu direkonstruksi untuk mendukung

pembelajaran yang berorientasi literasi sains. Diperlukan suatu analisis wacana

untuk mengkompositkan konten pembelajaran (ikatan kimia) dengan konteksnya

(keramik) menjadi materi pembelajaran yang relevan. Acuan yang digunakan

dalam proses tersebut adalah Standar Isi mata pelajaran Kimia Kurikulum 2013

dan Kompetensi Ilmiah dan Sikap PISA.

Dari beberapa perangkat pembelajaran yang disebutkan di atas, pada

penelitian ini dilakukan rekonstruksi terhadap buku ajar. Dengan demikian,

rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah rekonstruksi buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikembangkan dalam

proses pencapaian literasi sains (kimia) siswa SMA?”. Permasalahan umum

tersebut diuraikan menjadi submasalah-submasalah berikut:

1. Bagaimana karakteristik buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks

(13)

2. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang telah

dikembangkan?

C. Pembatasan Masalah

Pengembangan buku ajar yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan model rekonstruksi pendidikan. Model rekonstruksi pendidikan

terdiri atas tiga komponen yaitu, 1) klarifikasi analisis wacana, 2) penelitian

mengajar dan belajar, dan 3) implementasi dan evaluasi serta hubungannya yang

saling berkaitan. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen 1) yaitu klarifikasi

analisis wacana melalui buku ajar

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks

keramik yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains siswa SMA.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru, tersedianya buku ajar ikatan kimia berbasis konteks yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Buku yang

dikembangkan diharapkan sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum dan

kebutuhan siswa

2. Bagi siswa, buku yang dikembangkan dapat membuat belajar lebih bermakna

dan menarik dalam prosesnya

3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan

(14)

7

4. Bagi peneliti lain, menjadi bahan referensi dan motivasi untuk

mengembangkan buku ajar berbasis konteks untuk materi pokok lain dengan

konteks lain

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran beberapa istilah penting yang ada

dalam penelitian ini, berikut adalah penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut.

1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis

terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).

2. Keramik adalah material anorganik nonlogam dan tahan panas (refraktori).

Keramik meliputi produk tanah liat (gerabah) hingga keramik modern yang

terbuat dari senyawa oksida, karbida dan nitrida murni (Baehr, et al, 1995)

3. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk

memahami alam (OECD, 2009).`

4. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang

mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan

sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains

(PISA-OECD dalam Firman, 2007).

5. Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada

konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia

(PISA-OECD dalam Firman, 2007).

6. Sikap Sains adalah respon terhadap isu-isu sains (menunjukkan minat dalam

ilmu pengetahuan, dukungan untuk penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk

bertindak secara bertanggung jawab) (PISA–OECD, 2009)

(15)

Skripsi ini ditulis dalam lima bab yang saling berkaitan. Kelima bab

tersebut secara berurutan adalah pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Setelah kelima bab

tersebut terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Bab I yaitu pendahuluan terdiri atas latar belakang dilakukannya penelitian

ini. Dari latar belakang tersebut masalah-masalah yang ada diidentifikasi

kemudian dibuat rumusan masalah utama yang diangkat pada penelitian ini. Bab I

ini juga memuat tujuan peneletian yang merupakan output penelitian yang

diharapkan dan manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak yang terkait berkaitan

dengan rumusan masalah yang dipilih. Bagian selanjutnya yaitu penjelasan istilah,

dituliskan untuk mencegah misinterpretasi terhadap istilah yang akan sering

digunakan pada penelitian ini. Kemudian struktur organisasi berisi rincian urutan

penulisan skripsi dari Bab I hingga Bab terakhir.

Bab II yaitu tinjauan pustaka merupakan tinjauan teoritis dari berbagai

literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka ini digunakan

sebagai dasar pemikiran penulis dalam meninterpretasikan hasil penelitian dan

menjawab rumusan masalah yang ditetapkan. Untuk rumusan masalah pertama

yaitu karakteristik buku ajar hasil rekonstruksi, dilakukan tinjauan pustaka

mengenai model rekonstruksi pendidikan, literasi sains, buku ajar, langkah

pemroduksian wacana dan deksripsi materi. Rumusan masalah kedua yaitu

validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar dijawab dengan menggunakan kriteria

ketepatan materi, kesesuaian konteks dan konten, kesesuaian materi dengan

kurikulum, ketepatan ilustrasi, gambar, simbol, sketsa dan percobaan dan

kesesuaian materi dengan kemampuan kognitif siswa SMA..

Bagaimana rumusan masalah akan dijawab melalui penelitian ini diuraikan

pada Bab III yaitu metodologi penelitian. Bab ini terdiri atas subjek penelitian,

metode penelitian dan alur penelitian yang menunjukkan kerangka kerja penelitian

sesuai dengan metode yang dipilih. Bagian selanjutnya adalah langkah-langkah

penelitian yang memaparkan alur penelitian secara lebih rinci. Beberapa elemen

(16)

9

bagian berikutnya yaitu definisi operasional. Beberapa bagian terakhir dari Bab III

ini berkaitan dengan bagaimana tiap rumusan masalah akan dijawab. Bagian

instrumen penelitian memaparkan jenis instrumen yang dipilih untuk tiap rumusan

masalah dan justifikasinya. Bagaimana instrumen ini digunakan dalam penelitian

dipaparkan pada bagian teknik pengumpulan data. Bagian selanjutnya berupa

pemaparan cara mengolah data yang didapatkan melalui instrumen penelitian

yang telah ditetapkan.

Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Pembahasan

dilakukan dengan mengacu pada landasan teori yang dicantumkan pada Bab II

untuk menjawab tiap rumusan masalah. Kemudian Bab V berisi kesimpulan dari

pembahasan sebagai jawaban dari rumusan masalah, dan berisi saran sebagai

(17)

METODOLOGI PENELTIAN

Bab ini menguraikan mengenai subjek/objek penelitian, model penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian

yang digunakan, teknik pengumpulan serta analisis data.

A. Subjek/Objek Penelitian

Penelitian ini mengkaji konstruksi buku ajar ikatan kimia menggunakan

konteks keramik, meliputi karakteristik buku ajar dan validitas dari konstruksi isi

buku tersebut. Penelitian melibatkan 5 orang dosen ahli sebagai validator, yang

meliputi ahli materi subjek, ahli pedagogi materi subjek, serta dosen yang

berpengalaman di bidang literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan.

Sumber wacana untuk konteks diambil dari dua monograf mengenai keramik

sedangkan untuk konten ikatan kimia diambil dari tiga buku teks kimia tingkat

universitas.

B. Model Penelitian

Penelitian ini mengacu pada Model Rekonstruksi Pendidikan (Kattman, et

al., 1995; Komorek dan Duit, 2004; Duit, et al. dalam Jorde dan Dillon, 2012).

Model ini merekonstruksi hubungan antara pengetahuan dan fakta sains dengan

konsepsi siswa saat pembelajaran di kelas. Model ini terdiri atas tiga komponen

(gambar 2.1 halaman 10) yaitu: (1) Klarifikasi dan Analisis Wacana; (2)

Penelitian Belajar dan Mengajar; dan (3) Implementasi dan Evaluasi.

Penelitian ini dibatasi pada komponen pertama dari Model Rekonstruksi

Pendidikan yaitu Klarifikasi dan Analisis Wacana. Komponen ini bertujuan untuk

mengkonstruksi struktur konten ilmu/aplikasi kimia menjadi struktur konten kimia

untuk pembelajaran di sekolah sehingga dapat diterima siswa dan mendukung

pencapaian literasi sains. Terdapat dua proses yang perlu dilakukan yaitu

(18)

42

konstruksi ide-ide dasar tersebut menjadi struktur konten yang sesuai untuk

pembelajaran.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah seperangkat rencana dan prosedur untuk suatu

penelitian yang menjangkau keputusan-keputusan dari asumsi-asumsi yang luas

hingga metode yang rinci dalam pengumpulan dan analisis data (Creswell, 2011).

Penelitian ini menggunakan mixed methods design. Mixed Methods Design adalah

suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis dan “menggabungkan”

metode kuantitatif maupun kualitatif dalam satu penelitian (Creswell & Plano

Clark, 2007 dalam Creswell, 2011). Desain ini digunakan karena penelitian ini

membutuhkan data kualitatif maupun data kuantitatif untuk menjawab rumusan

masalah. Data kualitatif mengenai konstruksi buku ajar didapatkan selama tahap

klarifikasi dan analisis wacana, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil

validasi ahli terhadap teks yang telah direkonstruksi. Untuk menjawab

rumusan-rumusan masalah pada Bab I, kedua jenis data ini perlu dianalisis dan dipadukan.

Jenis mixed methods design yang digunakan adalah exploratory design. Pada

desain ini data kualitatif dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengeksporasi suatu

fenomena, baru kemudian dikumpulkan data kuantitatif untuk menjelaskan

[image:18.595.115.489.513.638.2]

hubungan yang ditemukan pada data kualitatif (Creswell, 2011).

Gambar 3.1. Strategi Pengembangan Exploratory Mixed Method Design (Terrell,

2012).

Kualitatif (Pengumpulan Data)

Kualitatif (Analisis Data)

Interpretasi

Kuantitatif (Pengumpulan Data)

(19)

D.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah

penting pada penelitian ini, berikut dijabarkan kembali definisi operasional terkait

penelitian yang dilakukan.

1. Konstruksi yang dimaksud adalah proses mengubah struktur konten ilmu

pengetahuan kimia menjadi struktur konten untuk pembelajaran kimia yang

dapatmembantu siswa untuk mencapai literasi sains (Duit, 2012).

2. Buku ajar yang dimaksud adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata

pelajaran kimia pada jenjang SMA kelas X, yang disusun secara sistematis dan

diseleksi berdasarkan tujuan pembelajaran, orientasi pembelajaran dan

perkembangan siswa.

3. Konten yang dimaksud adalah konsep dan teori fundamental untuk memahami

fenomena alam dan perubahannya (OECD, 2009). Konten pada penelitian ini

adalah konsep ikatan kimia sesuai Standar Isi Kurikulum 2013.

4. Konteks yang dimaksud adalah situasi dalam kehidupan sehari-hari yang

melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep

sains (OECD dalam Firman, 2007). Konteks pada penelitian ini adalah material

keramik.

5. Literasi Sains adalah pengetahuan dan penggunaan dari pengetahuan untuk

mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menjelaskan fenomena

ilmiah dan menggambarkan kesimpulan berdasarkan fakta (PISA,2009). Pada

penelitian ini, aspek literasi sains diintegrasikan dalam konstruksi buku ajar

melalui Kompetensi Ilmiah dan Sikap PISA sebagai salah satu acuan

penyusunan tujuan pembelajaran.

E.Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang relevan dalam menjawab rumusan masalah,

penelitian yang akan dilakukan menggunakan instrumen berupa lembar validasi.

(20)

44

dilakukan. Validasi dilakukan terhadap indikator dan tujuan pembelajaran baik

aspek kognitif maupun aspek sikap, serta terhadap struktur konten pembelajaran

yang ada pada buku ajar. Lembar validasi tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif

dengan KI dan KD kurikulum 2013 serta kompetensi ilmiah PISA 2009.

b. Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap

dengan KI dan KD kurikulum 2013 serta kompetensi ilmiah PISA 2009.

c. Format analisis karakteristik buku ajar berdasarkan kriteria sudut pandang,

kebenaran konsep, relevansi dengan kurikulum, mudah dipahami dan

ilustratif, menarik minat dan memotivasi, memantapkan nilai-nilai dan

menunjang mata pelajaran lain.

d. Lembar validasi teks hasil komposit konten dan konteks sebagai struktur

konten pembelajaran dalam buku ajar. Validasi dilakukan berdasarkan

ketepatan isi konten dan konteks, kesesuaian antara konten dan konteks

dalam teks, kesesuaian teks dengan KD Kurikulum 2013, kesesuaian

komponen-komponen pendukung teks (gambar, ilustrasi, sketsa dan

percobaan) serta kesesuaian teks dengan kemampuan kognitif siswa.

F. Alur Penelitian

Untuk membantu mengarahkan langkah-langkah penelitian agar sesuai

(21)
[image:21.595.86.531.247.631.2]

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Sesuai dengan alur penelitian pada gambar 3.2, langkah-langkah penelitian

yang ditempuh dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Valid Validasi Analisis Standar Isi Mata Pelajaran

Kimia SMA Konten Ikatan Kimia

Analisis Kepustakaan Konteks Keramik

Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif melalui Telaah Konteks, Konten, dan

Aspek Kompetensi Ilmiah PISA 2009

Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran melalui Telaah Konteks, Konten, dan Aspek Sikap

PISA 2009

Revisi

Interpretasi Data

Kesimpulan

Tidak valid

Valid Tidak valid

Klarifikasi dan Analisis Wacana

Validasi Revisi

Analisis Kepustakaan Pembelajaran Literasi Sans

Fase Kuantitatif

(22)

46

a. Analisis Standar Isi mata pelajaran kimia dalam hal ini Kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013 untuk konten ikatan kimia

b. Analisis Kepustakaan yang berhubungan dengan konteks keramik

c. Analisis Kepustakaan yang berhubungan dengan literasi sains dan

pembelajaran literasi sains melalui STL

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melaksanakan tahap persiapan, penelitian berlanjut ke tahap

pelaksanaan yang diuraikan sebagai berikut.

a. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui analisis

konteks dan konten

Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dirumuskan setelah analisis

konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran

aspek kognitif disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan

Kompetensi Ilmiah PISA 2009

b. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap melalui telaah

konten dan sikap

Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dirumuskan setelah analisis

konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran

aspek sikap disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan Aspek Sikap

PISA 2009.

c. Validasi terhadap rumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif

dan sikap

d. Klarifikasi dan Analisis Wacana

Pada tahap ini penelitian mulai memasuki pemroduksian wacana.

Pemroduksian wacana dimulai elementarisasi materi untuk konten dan konteks

secara terpisah. Sumber dari materi yang dielementarisasi untuk konten ikatan

kimia adalah buku-buku teks kimia [McMurry, (2004); Chang, (2005); Brown,

(23)

[Baehr, (1995); Heimann, (2010)]. Selanjutnya dilakukan modifikasi teks-teks

tersebut melalui analisis wacana yang dituangkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Format Analisis Wacana Buku Teks

Teks Asli Proses Penghalusan Teks Dasar Hasil

Penghalusan

Proses penghalusan meliputi penghilangan kata atau frasa yang tidak sesuai dan

penyisipan kata atau frasa yang perlu, agar konten dari teks sesuai untuk

digunakan sebagai konten pembelajaran.

Langkah selanjutnya dari klarifikasi dan analisis wacana adalah

mengkompositkan teks dasar konten dan konteks. Untuk melakukannya dibuat

struktur makro teks dan lesson sequence map yang mengikuti tahap-tahap

pembelajaran STL sebagai acuan agar pengkompositan teks dapat dikendalikan.

Hasil dari tahap ini berupa teks komposit yang dapat digunakan sebagai konten

pembelajaran

e. Validasi terhadap teks konten pembelajaran hasil analisis wacana

Validasi dilakukan oleh ahli pedagogi dan materi subjek. Tujuan dari validasi

adalah melihat ketepatan dan kesesuaian konten dan konteks dalam teks, juga

melihat kesesuaian teks tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengolahan

dan interpretasi data, perbaikan teks, kemudian penarikan kesimpulan.

G.Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah adalah

karakteristik buku ajar hasil rekonstruksi dan validasi ahli terhadap konstruksi

buku ajar yang dilakukan. Teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai

(24)

48

1. Karakteristik buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik hasil

rekonstruksi diketahui dengan menganalisis proses klarifikasi dan analisis

wacana (elementarisasi s.d. konstruksi), keterpaduan wacana konten ikatan

kimia dan konteks keramik dalam teks yang dihasilkan dan menganalisis

kesesuaian teks terhadap tahapan pembelajaran STL (Nentwig, et al, 2002).

2. Hasil validasi ahli terhadap konstruksi buku ajar yang dilakukan dengan

validasi kepada 5 orang dosen ahli yang meliputi ahli materi subjek, ahli

pedagogi materi subjek dan ahli yang berpengalaman di bidang pengembangan

literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan. Validasi dilakukan terhadap

indikator dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan, serta teks konten

pembelajaran hasil rekonstruksi sebagai elaborasi dari tujuan pembelajaran.

H.Prosedur Pengolahan Data

1. Karakteristik Buku ajar

Data yang diperoleh untuk mengetahui karakteristik buku ajar, yaitu teks

asli konten dan konteks serta rekonstruksinya hingga menjadi teks konten

pembelajaran, diolah melalui analisis secara deskriptif.

2. Validasi Ahli

Hasil validasi ahli dikelompokkan dan diolah, kemudian diinterpretasikan.

Data yang diperoleh dapat menggambarkan kualitas teks yang dikonstruksi juga

sebagai acuan untuk perbaikan. Hasil validasi ahli pada tiap lembar validasi diolah

melalui pendekatan kuantitatif dengan Content Validity Ratio (CVR). Data

validasi ahli dianalisis sebagai berikut

a. Kriteria validasi

Data tanggapan validator yang diperoleh berupa format ceklist.

Tabel 3.2 Kriteria Penelian Angket Tanggapan

Kriteria Bobot

Ya 1

(25)

b. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR (Content

Validity Ratio/Rasio Validitas Konten). Skor CVR diberikan untuk setiap item

yang divalidasi. Setelah semua item dihitung skornya, kemudian skor tersebut

diinterpretasikan.

1) Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)

CVR

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya

N : total respon

Ketentuan nilai CVR adalah sebagai berikut

a) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden

maka nilai CVR = - (negatif)

b) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai

CVR = 0

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur

menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).

d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total reponden maka

nilai CVR = 0-0,99.

2) Menghitung nilai CVI ( indeks validitas konten)

Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunakan

CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara

sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang

dijawab Ya.

(Lawshe, 1975)

3) Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Sesuai

(26)

50

CVR. Berdasarkan tabel nilai kritis CVR yang telah dikalkulasi ulang untuk lima

validator (α=0,1) (Wilson et al, 2012), nilai kritis adalah 0,573. Artinya hanya unit yang nilai CVR nya > 0,573 yang dinyatakan valid, sedangkan yang unit

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Karakteristik dari buku ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang

direkonstruksi untuk mencapai literasi sains siswa SMA adalah sebagai

berikut.

a. Buku ajar memiliki sudut pandang literasi sains seperti yang didefinisikan

oleh PISA 2009. Buku ajar juga mengandung domain literasi kimia,

dengan penekanan ada pada domain kimia dalam konteks.

b. Buku ajar dikonstruksi dari sumber-sumber yang terpercaya sehingga

memiliki kejelasan dan kebenaran konsep yang baik.

c. Buku ajar telah sesuai dengan Standar Isi Kurikulum 2013. Buku ajar juga

diperkaya dengan informasi mengenai aplikasi kimia dalam kehidupan

sebagai materi pengayaan berkaitan dengan pencapaian literasi sains

yang membuat pembelajaran lebih bermakna.

d. Buku ajar telah mengikuti tahapan Klarifikasi dan Analisis Wacana

sebagai komponen Model Rekonstruksi Pendidikan yang menggunakan

prinsip reduksi didaktik. Buku ajar ini merekonstruksi konsep-konsep

dan fakta ilmiah menjadi materi pembelajaran dengan menggunakan

prinsip reduksi didaktik siswa sehingga mudah dipahami dan ilustratif.

e. Buku ajar mengikuti tahapan pembelajaran STL yang terdiri dari tahap

kontak, tahap kuriositi, tahap elaborasi, tahap pengambilan keputusan,

tahap nexus dan tahap evaluasi. Penyajian materi berpusat pada

pertanyaan pada tahap kuriositi yang didesain untuk meningkatkan minat

(28)

81

f. Buku ajar berusaha memantapkan nilai kesadaran, penghargaan dan

apresiasi terhadap kontribusi ilmu kimia dalam pesatnya perkembangan

teknologi saat ini.

g. Buku ajar memiliki materi yang dapat saling menunjang dengan mata

pelajaran fisika (membahas daya hantar panas dan daya hantar listrik)

dan geografi (membahas tanah liat).

2. Konstruksi buku ajar dinyatakan valid dilihat dari ketepatan materi

(CVI=0,91), kesesuaian konten dan konteks (CVI=0,86), kesesuaian dengan

kurikulum (CVI=0,98), ketepatan ilustrasi dan komponen pendukung teks

(CVI=0,93) dan kesesuaian dengan kemampuan kognitif siswa SMA

(CVI=0,91).

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat

dikemukakan adalah sebagai berikut.

1. Perlunya analisis lebih lanjut terhadap bagian-bagian tertentu pada buku

ajar yang diperbaiki. Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa revisi

yang dilakukan sudah tepat.

2. Perlunya implementasi dari buku ajar ikatan kimia dengan konteks

keramik yang telah direvisi pada situasi riil pembelajaran di kelas, untuk

mengetahui keefektifan buku ajar yang telah dikonstruksi ini dalam

pembelajaran kimia.

3. Dilanjutkannya penelitian pada komponen kedua Model Rekonstruksi

Pendidikan yaitu Penelitian Belajar dan Mengajar yang meneliti konsepsi

siswa terhadap buku ajar yang dihasilkan.

4. Dilakukannya konstruksi buku ajar untuk materi kimia lain menggunakan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sjaeful. (2012). Pengolahan Bahan Ajar. Handout Perkuliahan. Tidak diterbitkan.

Baehr, G., Day, J., Dieskow, L., Faulsie, D., Overocker, E., Shwan, J.J. (1995).

Ceramics Windows to the Future. Urbana-Champaign: University of Illinois.

Barke, H.D., Al-Hazari, Yitbarek, S. (2009). Misconceptions in Chemistry. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Brown, et. al. (2009). Chemistry Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia.

Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2

(Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial Concept). Jakarta: Erlangga.

Creswell, J,W. (2011). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. New York: Pearson.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?.

(30)

83

Duit, R, Gropengieβer, H, Kattmann, U, Komorek, M, Parchmann, I. (2012). “The Model of Educational Rescontruction- A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Dalam Jorde and Dillon (Ed.). Science Educational Reseerch and Practice in Europe.

Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil PISA Nasional tahun 2006. Puspendik.

Hayat, B., & Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Heimann, R,B. (2010). Classic and Advanced Ceramics. Weinheim: 2010 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.

UNESCO.

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.

Holbrook, J dan Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy. [online]. Tersedia: http://www.ut.ee/BG/miia_rannikmae/Publications/The_Meaning_ of_Scientific_Literacy.pdf [7 September 2013].

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.

(31)

Muslich, M. (2010). Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium Internasional

IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2009). Pisa 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading Mathemathics and Science. Paris: OECD Publishing.

OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I). Paris: OECD Publishing.

Pusat Perbukuan. (2003). Pedoman Klasifikasi Buku Pendidikan. Jakarta : Pusat Perbukuan. Depdiknas.

Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT Humaniora.

Setiadi, R. (1998). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Pendidikan Kimia FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2004). Dasar-Dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Show-Yu, L. (2009). “Chemical Literacy and Learning Sources of Non-Science Major Undergraduates on Understandings of Environmental Issues”.

(32)

85

Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). "The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assesing the development of Chemical Literacy among high-school Student". Chemical Education Research and Practice,7(4),203-225.

Tarigan, D. dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Terrell, S,R. (2012). “Mixed Methods Research Methodologies”. The Qualitative Report. 17, (1), 254-280.

Tim Penyusun. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Toharudin, U, Hendrawati S, dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical

Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Measurement and Evaluation in Counceling and Development. 45, (3), 197-210.

Gambar

Gambar 3.1. Strategi Pengembangan Exploratory Mixed Method Design (Terrell,
Gambar 3.2 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

BUPATI  BARITO  KUALA PROVINSI  KALIMANTAN  SELATAN ITO  K KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 366 /KUM/2016 TENTANG

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Berdasarkan pendapat tersebut,

pada KPAD Kota Pematang Siantar yang mencakup pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi,. pelayanan pendidikan pemakai, pelayanan internet, dan

1) Dividen Tunai, dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). 2) Dividen Saham, dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam

ini berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Cash Position , dan Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang sebagai Variabel Intervening Pada

KEGIATAN MELIPAT KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB-C SUMBERSARI BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari hasil yang diperoleh maka kandungan minyak pada palm kernel sudah memenuhi standar perusahaan sebesar minimal 49 %.. Namun kandungan minyak pada palm kernel meal masih

KEGIATAN MELIPAT KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB-C SUMBERSARI BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu