DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……….………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii
DAFTAR ISI ……….……… iv
DAFTAR TABEL ……….……… x
DAFTAR GAMBAR ……….………. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …..………... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ..……….. 8
C. Tujuan Penelitian ………. 9
D. Manfaat Penelitian ……… 10
E. Struktur Organisasi ………. 10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Jabatan Guru Sebagai Sebuah Profesi 1. Standar Kinerja Guru ……….. 13
2. Lembaga Pendidikan Guru ………... 21
3. Organisasi Profesi Guru ……… 23
4. Kode Etik Guru ………... 27
5. Sistem Imbalan ………. 30
7. Guru Sebagai Petugas Profesional ……… 35
B. Pemetaan Kebutuhan Guru 1. Kebutuhan Guru ……….. 37
2. Perencanaan Kebutuhan Guru ………. 39
3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dan Cara Menghitung Kebutuhan Guru ……….. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data Penelitian ………. 93
2. Seleksi Data ………. 95
3. Uji Normalitas Distribusi Data ……… 111
4. Uji Hipotesis ………. 113
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pemetaan Kebutuhan Guru ……….. 117
2. Mutu Layanan Pembelajaran Siswa SD ……… 126
3. Pengaruh Pemetaan Guru Terhadap Mutu Layanan
Pembelajaran Siswa SD Se-Kecamatan Pontang ……….. 131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 133
B. Saran ……….. 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 3.1 Kriteria Pengukuran Alternatif Skala Likert 74
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel X 78
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y 79
Tabel 3.4 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS 85
Tabel 3.5 Kriteria Koefesien Korelasi 89
Tabel 4.1 Jumlah Angket yang Tersebar, Terkumpul dan Diolah 94
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel X 96
Tabel 4.3 Nilai Kecenderungan Umum Setiap Sub-Variabel X 97
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Y 103
Tabel 4.5 Nilai Kecenderungan Umum Setiap Sub-Variabel Y 104
Tabel 4.6 Tabel Nilai Analisis Regresi 116
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 60
Gambar 2.2 Hipotesis Penelitian 62
Gambar 3.1 Desain Penelitian 66
Gambar 4.1 Grafik WMS Variabel X 97
Gambar 4.2 Grafik WMS Variabel Y 104
Gambar 4.3 Poligon Frekuensi Distribusi Data Variabel X 112
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan
dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga
Profesional, seperti profesi-profesi yang lainnya. Guru sebagai sumber daya
manusia (SDM) yang ada di sekolah mempunyai peranan yang sangat
menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan, karena guru adalah pengelola pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar bagi para siswa. Agar pelaksanaan tersebut ini berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran maka harus disediakan guru
yang profesional dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap sekolah
baik jumlah, kualifikasi maupun spesialisasinya. Sebagaimana dikemukakan
oleh Brand (Editor Dedi Supriadi, 2001:262 dalam Ono Wiharna, 2001)
bahwa :
“Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka
berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya berarti apabila melibatkan guru”.
Pernyataan diatas memiliki makna yang dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan guru yang cukup merupakan kunci utama dalam proses belajar
Handoko, 2004) bahwa : Secara umum perencanaan adalah 1) Pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi, dan 2) Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan SDM guru
dimaksudkan untuk melakukan perubahan dalam mencapai tujuan organisasi
yang juga selalu disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.
Proses perencanaan biasanya terdiri atas pengembangan program untuk
menjamin jumlah dan spesialisasi guru yang tersedia yang dapat dimanfaatkan
pada saat diperlukan untuk melayani kebutuhan pendidikan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Cheng (1996) bahwa : “sekolah mau berubah atau tidak
tergantung pada perubahan faktor-faktor eksternal sekolah seperti perubahan
politik, ekonomi, dan sosial berdampak pada organisasi”. Dengan demikian
sekolah perlu senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri.
Perubahan tuntutan-tuntutan itu akan berimplikasi pada perlunya pemetaan
sumber daya guru yang tepat. Sementara itu, masalah penempatan
dikemukakan oleh Schuler & Jackson Tahun 1996 (dalam buku SDM Marihot
Tua Efendi Hariandja, 2002) menyatakan bahwa: berkaitan dengan
pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya, berdasarkan
pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut.
Guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan disekolah, yang harus
menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu melekat pada pengetahuan,
sebaran daerah, jenjang pendidikan maupun kualifikasi pendidikan guru,
menjadi sangat urgen untuk dilakukan pemetaan guru yang benar.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional No.39 Tahun
2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan
Pendidikan, Pasal 1 Ayat (1) menetapkan beban kerja guru paling sedikit 24
jam tatap muka dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam satu minggu pada
satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki ijin pendirian dari pemerintah
atau pemerintah daerah. Dengan demikian beban wajib jam mengajar guru
adalah minimal 24 jam per minggu. Bila dalam satu sekolah, jumlah jam
mengajar tidak terpenuhi maka seorang guru dapat merangkap mengajar di
sekolah lain dengan ketentuan, jam mengajar di sekolah induk harus minimal
6 jam. Terkait dengan tugas guru sebagai pendidik serta posisi guru sebagai
profesi, maka guru merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
khusus. Profesi ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang,
kecuali oleh orang yang memiliki keahlian khusus di bidang keguruan. Tugas
guru sebagai pendidik yang profesioanal meliputi: mendidik, mengajar, dan
melatih. Jabatan fungsional guru adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak seseorang guru yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri.
Selanjutnya dikemukakan oleh Wardiman, 1996:381 (dalam Ono Wiharna,
meningkat sehubungan dengan program perluasan pendidikan, khusunya
Pendidikan Dasar”.
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6
tahun. Keberadaannya adalah sangat penting bagi kepentingan pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), sebab mulai pendidikan di SD seseorang
dikembangkan untuk menguasai berbagai kemampuan dasar sebagai bekal
dirinya bagi pendidikan selanjutnya. Setelah diberlakukannya Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajardikdas 9 tahun) yang dimulai tahun
1994, dengan pemantapan kurikulumnya memberikan kontribusi terhadap
bertambahnya kebutuhan tenaga guru.
Pada bagian lain antara kebutuhan SDM guru SD yang diperlukan tidak
sebanding dengan kemampuan pemerintah dalam merekrut calon pegawai
negeri sipil (CPNS) dan guru bantu. Untuk mendukung kebijakan pemerintah
rekrutment calon guru sebaiknya mengutamakan daerah asal, maka LPTK
harus pula mengutamakan peta persebaran guru disetiap kabupaten/kota pada
provinsi yang bersangkutan dan untuk itu calon guru direkrut berdasarkan
kebutuhan daerah-daerah yang dilayaninya (Editor Dedi Supriadi, 2001:258
dalam Ono Wiharna, 2001). Berdasarkan kondisi ini perlu dilakukan
pemerataan kebutuhan tenaga guru sehingga dapat diketahui kondisi
kebutuhan guru SD akan terjadi kekurangan atau kelebihan serta solusi
pemerintah daerah dan sekolah agar tuntutan guru dapat terpenuhi menurut
lembaga yang terus aktif dalam perbaikan mutu harus bekerja sama dengan
LPMP dalam mengembangkan program-program pemetaan kompetensi guru
secara optimal baik melalui uji kompetensi guru maupun quality mapping
(pemetaan mutu).
Sebagai bahan kajian ada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
perencanaan tenaga kependidikan diberbagai jenjang sekolah maupun wilayah
yang berbeda, adapun hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa dari hasil
proyeksi kebutuhan tenaga guru SD untuk tahun 2003/2004 sampai tahun
2007/2008 menunjukan tingkat pertumbuhan kebutuhan tenaga guru rata-rata
sebesar 3,83% pertahun.
Masalah guru yang tidak merata masih menjadi salah satu
permasalahannya, dalam Bandung, (PR) menunjukan pada saat ini 21%
sekolah diperkotaan, 37% sekolah diperdesaan dan 66% sekolah didaerah
terpencil kekurangan guru, tetapi ironisnya 68% sekolah diperkotaan
mengalami kelebihan guru. Dan pada saat ini fokus lulusan Perguruan Tinggi
menempatkan mereka sebagai tenaga pengajar SD di daerah yang
membutuhkan, karena pendidikan dasar merupakan langkah awal yang sangat
menentukan bagi kualitas masa depan. (PR, 30 Nov 2011).
Kelebihan dan kekurangan guru ini menjadi masalah dan kenyataan yang
tidak dapat di pecahkan dengan mudah. Kekurangan guru pada suatu sekolah
tidak dapat ditutup atau diisi oleh sekolah yang mengalami kelebihan tanpa
kekurangan guru, biasanya Kepala Sekolah mengambil kebijaksanaan antara
lain merekrut tenaga guru honorer, untuk memenuhi kekurangan guru di
sekolahnya dan atau dengan mengoptimalkan fungsi guru yang ada untuk
mengajar bidang studi lain walaupun tidak sesuai spesialisasinya. Upaya
pemenuhan kebutuhan guru disekolah dapat dilakukan dengan menambah
guru baru melalui rekrutmen pegawai baru, pemerataan guru melalui mutasi
dan atau alih spesialisasi guru dalam satu sekolah atau antar sekolah pada
provinsi yang sama dan menambah guru melalui program "guru kontrak".
Kebutuhan SDM yaitu guru mempengaruhi dalam proses pembelajaran,
dimana seorang guru dituntut untuk memberikan pelayanan pembelajaran
yang baik bagi siswa. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan stategi
pembelajaran yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran
untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Pembelajaran kelas
rangkap ini dapat diterapkan baik di sekolah kecil pada daerah pedesaan
maupun perkotaan, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah siswanya
kecil, maupun sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah siswanya memadai.
Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan pengelolaan pembelajaran yang
efektif (Raka Joni:1998 tersedia dalam http://belajar-ajaran.blogspot.com).
Kondisi Guru di Kecamatan Pontang dari 32 Sekolah Dasar (SD)
berjumlah 370 orang, dengan jumlah PNS 242 orang dan Non PNS 128 orang.
Untuk jumlah Rombongan Belajar (Rombel) sebanyak 213 dan jumlah siswa
6143 orang. Sedangkan untuk Guru Kelas secara keseluruhan berjumlah 218
Agama berjumlah 32 orang, Guru Olahraga sebanyak 21 ditambah dengan
Guru Penjaskes berjumlah 18 dengan jumlah keseluruhan PNS 39 orang dan
Non PNS 32 orang. Kualifikasi untuk Pendidik menurut Undang-undang No.
20 Tahun 2003 Pasal 42 ayat (1) pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, dan dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi,
kualifikasi guru di 32 SD di Kecamatan Pontang untuk S2 berjumlah 3 orang,
S1 berjumlah 188 orang, D2 berjumlah 139 orang, SMA berjumlah 48 orang.
Dari jumlah Guru serta jumlah Siswa dan Rombel pada masing-masing SD
di Kecamatan Pontang, maka dapat dilihat sekolah dasar (SD) yang memiliki
guru sesuai dengan kebutuhan, kegiatan belajar mengajar (KBM) akan
terlaksana dengan efektif dan efisien. SD yang mengalami kelebihan guru,
kegiatan belajar mengajarnya terlaksana dengan efektif tetapi tidak efisien. SD
yang mengalami kekurangan guru, kegiatan belajar mengajarnya tidak
terlaksana dengan baik dan tidak efektif. Sedangkan SD yang mengalami
kelebihan dan sekaligus kekurangan guru, kegiatan belajar mengajarnya tidak
akan terlaksana dengan baik, tidak efektif dan tidak efisien. Dapat dilihat pula
mutu layanan pembelajaran seperti apa yang akan didapatkan oleh pelanggan
(siswa) apabila guru pada masing-masing pada SD yang memiliki kelebihan
dan kekurangan guru.
pemerataan kebutuhan guru dalam memberikan layanan bagi pembelajaran
dibandingkan dengan konsep-konsep teoritik yang ada dengan judul:
“Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan
Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang telah digambarkan
di atas, maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana keadaan kebutuhan tenaga guru SD di Wilayah Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang
b. Bagaimana peta kecukupan guru SD di Kecamatan Pontang, terkait
dengan jumlah guru, jumlah jam mengajar, serta sebarannya (menurut
wilayah, dan status sekolah)
c. Bagaimana mutu layanan pembelajaran siswa di Wilayah Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang
Dalam penelitian masalah yang dikaji dibatasi pada :
1. Keadaan dan kualifikasi guru dalam pemenuhan kebutuhan tenaga
guru SD di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.
2. Dilihat dari sisi manajerial bagaimana dampak dari kebutuhan guru
dalam memberikan layanan pembelajaran siswa SD di Wilayah
Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat di
1. Bagaimana Pemetaan kebutuhan Guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang?
2. Bagaimana Mutu Layanan Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang?
3. Seberapa besar Pengaruh Pemetaan kecukupan Kebutuhan guru
terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar
Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus masalah yang telah dikemukakan, secara umum
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi
kebutuhan tenaga guru SD.
Penelitian ini bertujuan :
1. Memperoleh informasi tentang keadaan, kualifikasi dan prosedur
pemenuhan kebutuhan tenaga guru SD di Wilayah Kecamatan Pontang
Kabupaten Serang
2. Memperoleh informasi tentang mutu layanan pembelajaran siswa SD
di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten serang
3. Mengetahui seberapa besar Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru
Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya dan menambah
pengetahuan tentang ilmu Administrasi Pendidikan, khusunya dalam
menerapkan konsep dan teori perencanaan tenaga pendidik (tenaga guru
SD). Dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan di Jurusan
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan dan keahlian diri baik secara individu
maupun melalui organisasi dalam meningkatkan layanan pembelajaran.
3. Bagi Dinas Pendidikan
a. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para pengambil
kebijakan dan keputusan, khusunya di Dinas Pendidikan Kabupaten
Serang dalam menentukan kebutuhan tenaga pendidik (Guru SD).
b. Penelitian ini bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi guru sebagai
tenaga pendidik baik disekolah yang kelebihan maupun kekurangan
guru
E. Struktur Organisasi
Pembuatan skripsi ini memiliki struktur organisasi atau sistematika
penulisan yang sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia Nomor 4403/UN40/DT/2011. Adapun struktur
1. BAB I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis, berisi
mengenai landasan teori yang menjadi dasar penelitian, kerangka
pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian
3. BAB III Metode Penelitian, berisi mengenai lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian, desain dan justifikasi penelitian, metode
penelitian dan justifikasi penggunaan metode, definisi operasional,
instrument penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai analisis data
penelitian serta pengolahan data menggunakan cara perhitungan statistik.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis dan rekomendasi yang diberikan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi mengandung makna yang lebih luas menyangkut prosedur dan
cara melakukan pengujian data yang diperlukan untuk memecahkan atau
menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis. Peran
metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang
diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian akan
memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana
penelitian ini dilakukan. Dalam penelitian ini metodologi penelitian berisikan
mengenai bagaimana prosedurnya, jenis data yang dikumpulkan, alat yang
digunakan untuk memperoleh data, teknik analisis data dan sebagainya akan
dibahas lebih lanjut.
Bab ini mengemukakan beberapa hal yang menyangkut dalam metodologi
penelitian. Untuk itu bab ini membahas hal-hal sebagai berikut :
A.Lokasi, Subjek dan Populasi/Sampel Penelitian
B. Desain Penelitian
C.Metode Penelitian
D.Definisi Operasional
E. Instrument Penelitian
F. Proses Pengembangan Instrument
G.Teknik Pengumpulan Data
A. Lokasi, Subjek dan Populasi/Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini mengacu pada Sekolah Dasar
Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang yang terdiri dari 32 Sekolah Dasar.
2. Populasi Penelitian
Populasi yang menjadi sasaran penelitian merupakan hal yang sangat
penting sebelum menentukan sampel, karena kejelasan permasalahan
penelitian yang dirumuskan sangat berhubungan dengan penetapan sasaran
populasi tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut, penentuan populasi dalam penelitian
sangat diperlukan. Penentuan populasi merupakan tahap penting dalam
penelitian. Populasi dapat memberikan informasi atau data yang berguna
bagi suatu penelitian. Tanpa populasi penelitian tidak mungkin dapat
dilakukan.
Sugiono (2007:90) mengartikan populasi yaitu “wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Menurut Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa populasi adalah
“totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun
pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu
Untuk mendapatkan populasi yang relevan, maka seorang peneliti
terlebih dahulu harus mengindetifiksai jenis-jenis data yang diperlukan
dalam penelitian tersebut, yaitu mengacu pada permasalahan penelitian.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kepala Sekolah Dasar dan Guru Se-Kecamatan Pontang Kabupaten
Serang
b. Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan
Kecamatan Pontang. Kabupaten Serang dengan memilih sasaran
yaitu : Sub. Bag Kesiswaan dan Sub. Bag Kepegawaian.
c. Sejumlah dokumen yang berkaitan dengan guru dan siswa Sekolah
Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.
3. Sampel Penelitian
Penelitian yang ideal merupakan penelitian yang menggunakan seluruh
populasi sehingga hasil penelitian akan sesuai dengan kenyataan. Namun,
apabila jumlah populasi terlalu besar maka digunakan sejumlah sampel.
Dalam bukunya Arikunto (2006: 131) mengungkapkan bahwa “sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel harus dapat
dipertanggungjawabkan secara metodologis. Hal ini sesuai dengan
adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili
keseluruhan kelompok populasi. Berdasarkan pernyataan diatas penentuan
sampel yaitu Kepala Sekolah dari 32 Sekolah Dasar Se-Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan harus terlebih dahulu direncanakan, untuk
itu diperlukan desain penelitian. Menurut Nasution (2009: 23) “desain
penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis
data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan
penelitian itu.” Dengan adanya desain penelitian akan memberi pegangan
yang jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan
kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat
memecahkan permasalahan penelitian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan
oleh Surakhmad (1990:131) dalam Renny (2009:75), yaitu :
“Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk
mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan Pemetaan Kebutuhan Guru
(Variabel X)
Mutu Layanan Pembelajaran
setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan
penyelidikan dan situasi penyelidikan.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:99) “metode penelitian merupakan
cara kerja yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Sedangkan
menurut Purwanto (2010:164) “metode merupakan salah satu syarat ilmu.
Usaha mencapai kebenaran ilmu dilakukan menggunakan tertentu hingga
sampai kepada pemecahan masalah”. Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif. Menurut Winarno Surakhmad (2004: 139) mengungkapkan bahwa:
“Metode Deskriptif ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, musalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas hanya sampai pada
pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu.
Pada taraf yang terakhir, metode deskriptif harus sampai pada kesimpulan yang
didasarkan atas penelitian data.
Disamping penggunaan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu
pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian yang menjembatani antara konsep
suatu variabel dengan langkah penyusunan instrumen. Untuk menghindari
banyaknya istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu
didefinisikan secara khusus, sebagaimana yang diungkapkan oleh Komaruddin
(1974:29) bahwa “definisi operasional adalah pengertian yang lengkap tentang
sesuatu variabel yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama
variabel itu”.
Menurut Suryabrata dalam Purwanto (2010: 157) “definisi operasional
adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang
dapat diamati (diobservasi)”. Purwanto (2010: 157) menyimpulkan bahwa
“definisi operasional adalah pernyataan yang sangat jelas sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat diobservasi dan
dibuktikan perilakunya”. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dibawah ini
akan dijelaskan beberapa istilah dalam penelitian ini, yaitu:
a. Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:74) pengaruh adalah
“Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan”. Dalam penelitian ini
pula mengartikan pengaruh sebagai daya keterkaitan yang ditimbulkan
dari pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa
Sekolah Dasar.
b. Pemetaan
Peta sebaran Guru berdasarkan kebutuhan daerah-daerah yang dilayani,
c. Kebutuhan Tenaga Guru
Pemenuhan supply terhadap kebutuhan Guru dilapangan berdasarkan
perhitungan tertentu. Kebutuhan tenaga guru diikuti dengan adanya
lembaga pendidikan yang menyediakan kebutuhan tenaga guru seperti
LPTK. Kebutuhan guru yang dimaksud adalah kebutuhan tenaga guru atas
dasar jumlah dan kualifikasi di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan
Pontang Kabupaten Serang.
d. Mutu Layanan Pembelajaran
Pemenuhan pelayanan guru dalam pembelajaran terhadap siswa sesuai
dengan SOP. Mutu layanan pembelajaran siswa yang dimaksud adalah
kualitas pembelajaran yang diberikan sekolah kepada Sekolah Dasar (SD)
Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.
e. Sekolah Dasar Negeri
Pendidikan dasar menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Sekolah dasar negeri disini dimaksudkan merupakan jenjang
pendidikan formal yang ditempuh selama 6 tahun oleh pemerintah dan
sekolah dasar dalam penelitian ini berada di lingkungan UPTD Pendidikan
kecamatan Pontang kabupaten serang.
E. Instrument Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) “instrument penelitian adalah
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.”
Terdapat beberapa variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket terbuka
dan angket tertutup, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman
wawancara, pedoman pengamatan.
Sedangkan dalam penelitian ini, akan menggunakan jenis instrumen angket.
F. Proses Pengembangan Instrument Penelitian
Adapun proses pengembangan instrument pada penelitian ini terdiri dari
beberapa langkah yaitu sebagai berikut:
a. Penegasan indikator penelitian.
b. Memperjelas deskriptor indikator.
c. Mengembangkan kisi-kisi penelitian.
d. Diskusi akademik dengan Pembimbing.
e. Menyusun point-point pertanyaan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang merupakan langkah yang paling strategis
dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dalam proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan
dalam pengumpulan data tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik
Pengumpulan data adalah suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Seperti yang
telah diungkapkan oleh Moh. Nazir (1999:211): “Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan standar untuk memperolah data yang
diperlukan”. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam
metode ilmiah, karena data yang dikumpulkan digunakan untuk memecahkan
masalah yang diteliti.
1. Menentukan Alat Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan, dibutuhkan alat pengumpul
data yang sesuai dengan karakteristik sumber data. Suharsimi Arikunto
(1998, 225-226) mengemukakan faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam menentukan alat pengumpul data, yaitu : “jenis data yang diperlukan,
sumber data (orang, hal, tempat, dokumen), metode pengumpulan data,
keinginan-keinginan dan kendala-kendala yang ada pada diri peneliti”.
Dengan demikian untuk memperoleh data dari sumber yang telah
ditentukan, peneliti menggunakan teknik komunikasi tidak langsung yaitu
dengan angket.
Menurut Winarno Surakhmad (1998:162) mengemukakan bahwa :
Teknik komunikasi tidak langsung yakni teknik dimana penyelidik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan subjek penyelidikan melalui perantara alat yang sudah tersedia maupun alat yang khusus dibuat untuk keperluan itu; pelaksanaannya dapat berlangsung didalam situasi yang sebenarnya ataupun didalam situasi buatan.
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan yaitu
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya”.
Jenis angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek dan jawaban
diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu yang berupa tanda checklist
(√). hal ini sesuai dengan pernyataan Sanafiah Faisal (1982:178), yaitu :
Angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya panjang diberikan dengan member tanda tertentu disebut angket tertutup. Angket demikian biasanya meminta jawaban yang singkat dan jawaban yang membutuhkan tanda “check” (√) pada item yang termuat pada alternatif jawaban.
Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannyadan
responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif dari yang
sudah disediakan. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam
penelitian ini adalah agar :
a. Mudah diisi oleh responden
b. Dengan angket, responden memiliki keleluasaan dalam menjawab
pertanyaan karena tidak terpengaruhi oleh sikap mental sehubungan
antara peneliti dengan responden.
c. Pengumpulan data lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan
biaya.
d. Responden tidak dituntut untuk berfikir keras dalam mencari jawaban
Adapun kelebihan menggunakan angket, seperti yang diungkapkan oleh
Yatim Riyanto (2001:93) adalah :
a. Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data yang relato banyak.
b. Menghemat tenaga, waktu, dan biaya, jika dibandingkan dengan metode wawancara.
c. Dalam mengisi angket, responden dapar memilih waktu yang
senggangnya, sehingga tidak terlalu terganggu bila disbanding dengan wawancara.
d. Secara psokologis responden tidak merasa terpaksa, dan dapat menjawab lebih terbuka dan sebagainya.
2. Menyusun Alat Pengumpulan Data
Dalam merumuskan pertanyaan untuk memperoleh data, serta
memudahkan dalam menyusun alat pengumpul data, maka perlu dilakukan
oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menemukan variabel-variabel yang dianggap penting untuk
ditanyakan dan mengacu pada teori-teori mendasar.
b. Menetapkan indikator dari setiap variabel penelitian yang akan
ditanyakan pada responden berdasarkan teori yang diuraikan.
c. Membuat kisi-kisi angket untuk varibel X dan untuk variabel Y.
d. Membuat daftar pernyataan dari masing- masing variabel yang
merupakan penjabaran dari sub indikator disertai dengan alternatif
jawaban yang akan dipilih responden (terlampir)
Menetapkan bobot penilaian atau kriteria penskoran untuk setiap alternatif
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Likert Alternatif Jawaban Untuk Setiap Item
ALTERNATIF JAWABAN BOBOT
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-ragu (RG) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi
seseorang atau sekolompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
3. Prosedur Pelaksanaan Pengumpulan Data
Prosedur pelaksanaan pengumpulan data adalah segala sesuatu yang
menyangkut tata cara pengumpulan data yang terdiri dari serangkaian
kegiatan dalam upaya pelaksanaan pengumpulan data penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu
a. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan ini dilakukan langkah sebagai berikut:
a) Melakukan studi pendahuluan ke Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan
Pontang, yaitu kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh segala informasi yang berhubungan dengan penelitian
b) Persiapan penelitian yang meliputi langkah-langkah dalam hal
pembuatan surat perizinan:
Meminta surat pengantar dari Kantor Jurusan Administrasi
Pendidikan
Meneruskan surat pengantar dari Jurusan Administrasi Pendidikan
untuk meminta surat pengantar mengadakan penelitian dari Dekan
FIP UPI
Meneruskan surat pengantar dari Dekan FIP UPI untuk meminta
surat pengantar mengadakan penelitian dari pihak Rektorat UPI.
Meneruskan dengan mengajukan permohonan izin mengadakan
penelitian kepada Dinas Pendidikan Kab. Serang dan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kecamatan Pontang.
Meneruskannya dengan meminta dan memohon izin penelitian
surat pengantar bagi seluruh Kepala Sekolah yang ada di SD
Se-Kecamatan Pontang.
b. Uji coba Instrumen (Angket)
Uji coba instrumen (Angket) dilakukan sebelum angket yang
mengemukakan bahwa: “setelah angket disusun, lazimnya tidak
langsung disebar untuk penggunaan sesungguhnya, sangatlah mutlak
diperlukan uji terhadap isi maupun bahan angket yang telah disusun”.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan
yang terjadi, baik dalam bentuk redaksi maupun isi dari angket tersebut,
sehingga bisa dilakukan perbaikan agar angket tersebut memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan yaitu angket yang memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas.
Setelah angket tersebut diujicobakan, maka dilakukan statistik untuk
menguji menguji validitas dan reliabilitas dari angket tersebut. Degan
dilakukan uji coba tersebut, maka diharapkan hasil penelitian memiliki
validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Uji angket dilakukan di Sekolah Dasar tanggal 5-9 Juli 2012. Dengan
mengambil 10 Kepala Sekolah, dipilihnya sekolah ini sebagai lokasi
dalam pengujian angket, dikarenakan tempat tersebut berada diluar
populasi yang dijadikan objek penelitian serta memiliki karakteristik
yang sama dengan responden yang sebenarnya.
1) Uji Validitas Alat Pengumpul Data
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah
instrumen benar-benar dapat mengukur suatu atribut yang
dikehendaki. Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukkan
menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu
valid, sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono (2006:137).
Selanjutnya setelah data ada, maka pengujian validitas konstruksi
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar
skor item instrument dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor
faktor dengan skor total (Sugiono, 2007 : 141).
Adapun rumus yang dipergunakan dalam pengujian validitas
instrumen ini adalah rumus yang ditetapkan oleh Pearson yang
dikenal dengan korelasi Product Moment. Berikut merupakan
langkah-langkah uji validitas dalam penelitian ini.
rxy =
n ∑XY −(∑X) ( ∑Y ) n ∑(X²) − (∑X)² n ∑(Y2) − (∑Y)²
(Arikunto, 2002:162)
Keterangan :
n = jumlah responden ( subyek )
X = skor setiap item
Y = skor total
(∑X)² = kuadrat jumlah skor item
∑X² = jumlah kuadrat skor item
∑Y² = jumlah kuadrat skor total
(∑Y)² = kuadrat jumlah skor total
Setelah mendapatkan rhitung masing-masing item, selanjutnya dihitung
dengan Uji-t. Berikut adalah rumus Uji-t :
thitung = � �−
t hitung < t tabel berarti Tidak Valid
Berdasarkan hasil perhitungan (secara rinci terlampir), didapat hasil
validitas kedua variabel adalah sebegai berikut :
(a) Validitas Variabel X (Pemetaan Kebutuhan Guru)
Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh
nilai untuk setiap itemnya, sebagai berikut:
Tabel 3.2
Hasil perhitungan Uji Validitas Variabel X
NO r hitung t hitung t tabel Keterangan
1 0.604 2.145 1.86 VALID
2 0.827 4.160 1.86 VALID
3 0.579 2.008 1.86 VALID
8 0.728 3.033 1.86 VALID
Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X dapat
disimpulkan bahwa 22 item pertanyaan yang hendak ditanyakan
kepada responden dinyatakan Valid.
(b)Validitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran Siswa)
Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh
nilai untuk setiap itemnya, sebagai berikut
Tabel 3.3
Hasil perhitungan Uji Validitas Variabel Y
9 0.552 1,872 1.86 VALID
Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel Y dapat
disimpulkan bahwa 22 item pertanyaan yang hendak ditanyakan
kepada responden dinyatakan Valid.
2) Uji Realibilitas Alat Pengumpul Data
Uji realibilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Metode mencari reliabilitas internal yaitu
dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
a. Menghitung Varians Skor tiap-tiap butir dengan rumus:
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) reliabilitas dengan
menggunakan rumus diatas diperoleh hasil sebagai berikut:
(a) Reliabilitas Variabel X (Pemetaan Kebutuhan Guru
r11 =
�Selanjutnya mencari r tabel dengan signifikansi α = 0,05 dan dk =
10-1 = 9, diperoleh hasil bahwa rtabel = 0.666. Membuat keputusan
dengan membandingkan t hitung dant tabel.
Jika : r hitung > r tabel berarti Reliabel, dan
r hitung < r tabel berarti Tidak Reliabel
Dengan demikian rhitung> rtabel = 0,944 > 0,60. Maka instrumen
tersebut layak (reliabel) untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian
sudah melalui tahap uji validitas seperti yang telah dijelaskan di
layak untuk digunakan dalam proses pengumpulan data. Dengan
asumsi, bahwa angket yang sudah valid, sudah pasti reliabel.
Tetapi angket yang reliabel belum tentu valid.
(b)Reliabilitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran Siswa)
r
11=
10-1 = 9, diperoleh hasil bahwa r tabel = 0.666. Membuat keputusan
dengan membandingkan t hitung dant tabel.
Jika : r hitung > r tabel berarti Reliabel, dan
r hitung < r tabel berarti Tidak Reliabel
Dengan demikian rhitung > rtabel = 0,895 > 0,60. Maka instrumen
tersebut layak (reliabel) untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
H. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Angket
Setelah melakukan uji coba angket dan diketahui hasilnya bahwa angket
variabel X maupun angket variabel Y valid dan reliabel, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran angket untuk mendapatkan data
yang diinginkan. Angket disebar kepada Kepala Sekolah di SD Se-Kecamatan
I. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Suatu data yang disajikan dalam bentuk data mentah dalam suatu penelitian
tidak akan memberikan banyak arti. Oleh karena itu data yang terkumpul harus
diolah dan dianalisis terlebih dahulu agar menghasilkan suatu kesimpulan dari
penelitian tersebut. Dengan demikian kegiatan pengolahan data dalam kegiatan
penelitian merupakan kegiatan yang sangat penting yaitu untuk memperoleh
suatu kesimpulan atau generalisasi tenang masalah yang diteliti, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Moh. Ali (1985:151) bahwa “ Pengolahan data
merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian,
terutama diinginkan generalisasi dari kesimpulan tentang berbagai masalah
yang diteliti”.
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seleksi Angket
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan penyeleksian data yang
diperoleh dari responden melalui angket. Hal ini penting untuk dilakukan
agar dapat memberikan kepastian bahwa data yang terkumpul layak untuk
diolah lebih lanjut.
2. Menghitung Kecenderungan rata-rata variabel X dan variabel Y
Teknik ini digunakan untuk menentukan kecenderungan variabel X
dan variabel Y, sekaligus untuk menentukan kedudukan setiap item atau
dengan cara menghitung rata-rata dari setiap variabel, yaitu dengan
menggunakan rumus Weighted Means Scored (WMS), sebagai berikut:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk
setiap alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan WMS ini adalah sebagai
berikut:
a. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih.
b. Menghitung jumlah responden setiap item dan kategori jawaban
c. Menunjukan jawaban responden untuk setiap item dan langsung
dikalikan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri
d. Menghitung nilai rata-rata X untuk setiap item pada masing-masing
kolom
e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata
setiap item pada masing-masing kolom
f. Mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria
masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap
N
X
Tabel 3.4
Konsultasi Hasil Perhitungan WMS
Rentang Nilai Kriteria
4,60 – 5,00 Sangat Baik
3,60 – 4,50 Baik
2,60 – 3,50 Cukup Baik
1,60 – 2,50 Rendah
1,00 – 1,50 Sangat Rendah
3. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, digunakan rumus
menurut Sudjana (1996:104):
Keterangan:
Ti = Skor Baku yang dicari
Xi = Data Skor dari masing-masing responden
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
Untuk menggunakan rumus diatas, maka ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menyajikan disribusi skor mentah dari variabel penelitian
c. Menentukan rentang (R), yaitu skor tertinggi dikurangi skor
terendah, dengan rumus menurut Sudjana (1996:147):
i. R = St – Sr
d. Menentukan banyaknya kelas interval (bk) dengan menggunakan
rumus menurut Sudjana (1996:148):
i. BK = 1 + 3,3 log n
e. Menentukan panjang kelas interval (p) dengan rumus menurut
Sudjana (1996:149) :
f. Mencari rata-rata (X) dengan rumus:
g. Mencari simpangan baku (S) dengan rumus:
4. Uji Normalitas distribusi data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik
statistik apa yang akan digunakan pada pengolahan data selanjutnya.
Apabila penyebaran datanya normal, maka akan digunakan teknik
statistik parametrik, namun apabila penyebaran datanya tidak normal,
maka akan digunakan teknik statistik non parametrik. Rumus yang
digunakan dalam pengujian distribusi ini, yaitu rumus Chi Kuadrat (X2)
Keterangan:
�2 = nilai chi-kuadrat
Fo = Frekuensi yang observasi (frekuensi empiris)
fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan
rumus diatas adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi untuk memberikan harga-harga
yang digunakan dalam menentukan rentangan, kelas interval, panjang
kelas interval dan mencari rata-rata/simpangan baku.
b. Menentukan batas bawah dan batas atas interval
c. Mencari angka standar (Z) untuk batas kelas dengan rumus:
Keterangan :
BK = Skor batas kelas distribusi
� = Rata-rata untuk distribusi Sd = Standar deviasi
d. Mencari luas daerah antara O-Z dari tabel distribusi Chi Kuadrat.
e. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O-Z kelas
interval.
f. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan cara mengalikan luas
g. Mencari frekuensi hasil penelitian (Oi) yang diperoleh dengan cara
melihat jumlah setiap kelas interval pada tabel distribusi frekuensi.
h. Mencari Chi Kuadrat (X2) dengan memasukan harga-harga kedalam
rumus:
i. Menentukan keberartian X2 dengan membandingkan X2 hitung
dengan X2 tabel dengan kriteria: Distribusi data dikatakan normal
apabila X2 hitung < X2 tabel dan distribusi data dikatakan tidak normal
apabila X2 hitung > X2 tabel.
5. Menguji Hipotesis Penelitian
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan
antara variabel X dan variabel Y. Berdasarkan hasil uji normalitas
data, menghasilkan data variabel X dan Y yang berdistribusi normal
sehingga tehnik yang digunakan adalah teknik statistik parametrik.
Dalam statistic parametrik, pengujian hipotesisnya menggunakan
korelasi product moment. Rumus product moment (Sugiyono,
2003:213) adalah:
� = � � �−( �)( �)
� ��− (
�)� � ��− ( �)�
X = Skor responden untuk item pernyataan
Y = Skor total responden untuk keseluruhan item
∑X = Jumlah skor pertama
∑Y = Jumlah skor kedua
∑XY = Jumlah hasil perkalian skor pertama dan kedua ∑X2
= Jumlah hasil kuadrat skor pertama ∑Y2
= Jumlah hasil kuadrat skor kedua
Variabel-variabel yang akan dikorelasikan adalah variabel dependen
(X) dan variabel independen (Y), maka rxy merupakan hasil dari
koefisien korelasi variabel-variabel tersebut. Selanjutnya rxy hitung
dibandingkan dengan r xy tabel dengan taraf signifikasi 95%, bila harga
rxy hitung > rxy tabel dan bernilai positif maka terdapat hubungan
yang positif sebesar angka hasil perhitungan tersebut.
b. Menguji Signifikansi Koefisien Korelasi
Uji signifikansi untuk mengetahui tingkat keberartian korelasi
antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Akdon dan Sahlan (2005: 188), yaitu:
Keterangan:
determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya presentase
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y),
dengan menggunakan rumus menurut Akdon dan Sahlan (2005:188):
Dijelaskan bahwa “Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang
menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel
bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut, nilai R2 berkisar
antara 0 dan 1 (0< r2<1).” Dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika r2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.
Jika r2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.
d. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa
hubungan kausal atau fungsional. Untuk menetapkan kedua variabel
mempunyai hubungan kausal atau tidak, maka harus didasarkan pada
teori ataukonsep-konsep tentang dua variabel tersebut. Analisis regresi
di gunakan jika ingin mengetahui bagaimana variabel dependen dapat
diprediksikan melalui variabel independen, secara individual. Hasil
dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan
apakah naik dan menurunnya variabel dependen, atau untuk
meningkatkan keadan variabel dependen dapat dilakukan dengan
meningkatkan variabel independen dan sebaliknya.
Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah rumus regresi
linier sederhana, karena memiliki satu variabel independen dan satu
variabel dependen. Sugiyono (2003:243) mengemukakan bahwa
satu variabel independen dan satu variabel dependen. Rumus regresi
sederhana, adalah:
Y′ =a+bX
Keterangan:
Y' = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Peningkatan ataupun penurunan variabel independen. Bila b (+) maka
naik dan bila (-) maka terjadi penurunan. Harga a dan b dapat dicari
persamaan berdasarkan rumus regresi sederhana Y dan X.
J. Analisis Data Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini pertama dilakukan pengolahan data
secara khusus se-Kecamatan Pontang. Selanjutnya data diolah dengan
mengacu pada langkah-langkah yang telah ditentukan seperti seleksi angket,
perhitungan hasil angket, skorsing, uji normalitas distribusi data, linearitas,
korelasi dan regresi. Dari hasil pengolahan data maka bagian ini dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran
Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”, bahwa gambaran
secara umum untuk bagaimana Pemetaan Kebutuhan Guru Sekolah Dasar (SD)
di Kecamatan Pontang, dilihat dari kecenderungan setiap variabel menghasilkan
kriteria baik hal ini dilihat dari sub variabelnya yaitu kebutuhan guru, rekruitment
guru, seleksi guru dan penempatan guru yang sudah baik. Sedangkan bagaimana
Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pontang,
berada pada kriteria baik hal ini dilihat dari sub variabelnya yaitu materi
pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran yang sudah baik.
Untuk uji komparasi besaran perbedaan yang dilakukan pada pemetaan
kebutuhan guru yang diperoleh dari perhitungan tersebut sebesar 2,611. Hal ini
berarti koefisien korelasi signifikan, artinya terdapat korelasi antara pemetaan
kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa Sekolah Dasar (SD)
Se- Kecamatan Pontang.
Untuk koefesien determinasi yang dihasilkan adalah 18,52%, artinya bahwa
(SD) Se-Kecamatan Pontang ditentukan oleh Pemetaan Kebutuhan Guru sebesar
18,52% dan selebihnya, 81,48% ditentukan oleh faktor lain.
Selanjutnya, untuk analisis regresi yang digunkaan untuk mengetahui
besarnya perubahan meningkatnya Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Pontang, dipengaruhi oleh peningkatan Pemetaan
Kebutuhan Guru sebesar 0,42.
Kondisi Guru di Kecamatan Pontang dari 32 Sekolah Dasar (SD) berjumlah
370 orang, dengan jumlah PNS 242 orang dan Non PNS 128 orang. Untuk jumlah
Rombongan Belajar (Rombel) sebanyak 213 dan jumlah siswa 6143 orang.
Sedangkan untuk Guru Kelas secara keseluruhan berjumlah 218 orang dengan
PNS 158 orang dan Non PNS 60 orang, Guru Bidang Studi Agama berjumlah 32
orang, Guru Olahraga sebanyak 21 ditambah dengan Guru Penjaskes berjumlah
18 dengan jumlah keseluruhan PNS 39 orang dan Non PNS 32 orang.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan jumlah Guru yang dibutuhkan
oleh SD di Kecamatan Pontang sebanyak 315 orang. Sedangkan jumlah Guru
yang tersedia di SD Kecamatan Pontang sebanyak 361 orang sehingga SD di
Kecamatan Pontang mengalami kelebihan Guru sebanyak 46 orang. Dilihat dari
kualifikasi Guru di 32 SD di Kecamatan Pontang untuk S2 berjumlah 3 orang, S1
berjumlah 188 orang, D2 berjumlah 139 orang, dan SMA berjumlah 48 orang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai “Pengaruh Pemetaan
Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar
(SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”, terdapat beberapa hal yang dapat
dijadikan saran atau perbaikan.
a) Dilihat dari pemetaan kebutuhan guru (Variabel X) di Sekolah Dasar (SD)
Se-Kecamatan Pontang yaitu :
1. Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan bagi Dinas Pendidikan
agar mengupayakan persebaran Guru yang merata, dilihat dari
beberapa Sekolah di Kecamatan Pontang masih ada sekolah yang
memiliki kekurangan Guru sedangkan beberapa sekolah lainnya
memiliki kelebihan Guru.
2. Sekolah minimal memiliki Guru Agama yang disesuaikan dengan
ragam jenis agama yang dianut oleh siswa agar pembelajaran agama
yang diperoleh pun sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa.
3. Sekolah sebaiknya merekrut Guru yang sesuai dengan mata pelajaran
tertentu agar hasil pembelajaran yang diperoleh siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran dengan pencapaian yang optimal.
4. Sekolah sebaiknya merekrut 1 (satu) orang Guru Pendidikan khusus
dengan memiliki perhitungan yang setara dengan Guru kelas, hal ini
tertinggal pembelajaran pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
5. Bagi sekolah yang memiliki kelebihan Guru sebaiknya menempatkan
posisi guru sebagaimana tugas dan fungsinya, dan diupayakan tidak
ada Guru yang tidak sesuai dengan posisinya.
6. Upaya pemenuhan kebutuhan guru disekolah dapat dilakukan dengan
menambah guru baru melalui rekrutmen pegawai baru, pemerataan
guru melalui mutasi dan atau alih spesialisasi guru dalam satu sekolah
atau antar sekolah pada propinsi yang sama dan menambah guru
melalui program "guru kontrak".
b) Dilihat dari mutu layanan pembelajaran siswa (Variabel Y) di Sekolah Dasar
(SD) Se-Kecamatan Pontang yaitu :
1. Media pembelajaran yang ada di sekolah sebaiknya digunakan dan
dimanfaatkan secara optimal agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan kondusif.
2. Media pembelajaran yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan
sekolah sebaiknya mampu dikembangkan dan dimanfaatkan oleh guru
dalam proses belajar mengajar
3. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Guru pada proses belajar
4. Memberikan pelayanan pembelajaran yang baik bagi siswa.
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan stategi pembelajaran
yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk
mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Pembelajaran kelas
rangkap ini dapat diterapkan baik di sekolah kecil pada daerah
pedesaan maupun perkotaan, misalnya SD dengan jumlah guru dan
jumlah siswanya kecil, maupun sekolah biasa yang jumlah guru dan
jumlah siswanya memadai. Untuk mengatasi keadaan tersebut
diperlukan pengelolaan pembelajaran yang efektif.
c) Untuk Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, baik dalam prosedur, teori,
proses maupun hasilnya. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan
cara observasi dan wawancara yang berkelanjutan. Selain itu, penelitian
dilakukan dengan mengkaji lebih mendalam berbagai kondisi hubungan dan
berbagai permasalahan tentang pemetaan kebutuhan guru maupun mutu
layanan pembelajaran siswa.
Adapun saran bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai pengaruh
pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa
dilakukan pada jenjang SMP, SMA/SMK bahkan perguruan tinggi sekalipun
dengan menggunakan indikator-indikator berdasarkan dari kompetensi
masing-masing yang harus dimiliki yang sesuai dengan kualifikasi jenjang
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. E. (1998). Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta: PT. Gramedia Widiansaranaindo
Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta
Bafadal. I. (2003). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Baharum (2010), Guru Kreatif dan Profesional. (Tesedia dalam:
http://GuruKreatif.wordpress.com)
Baswedan, Anies. (2011). “Distribusi Guru tidak Merata”. Pikiran Rakyat (30, November 2011)
Cokroaminoto (2007), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu. (Tersedia dalam: http://cokroaminoto.wordpress.com)
Danim. S. (2006). Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dewi Ayu blog (2009) Kompetensi Dan Profesionalisme Guru. (Tersedia dalam:
http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/kompetensi-dan-profesionalisme-guru.html)
Faisal. S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Fattah. N. Analisis Kebutuhan Tenaga Kependidikan, (Sumber STEPES No. 4 dan 7 Th. 1988/1989)
Hidayatullah. (2012), Guru di Era Global. (Tersedia dalam: http://PGRI-Lebak.org/artikel//Guru-di-era-global.html.)
Marihot Tua. E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grasindo
Mudjiono. D. (2002), Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil
Rochman. N. (2002). Profesionalisasi Tenaga Kependidikan Guru dan
Pekerjaannya, Bandung : Departemen Pendidikan Nasional UPI Pascasarjana
Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Sudijono. A. (1995). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Tim Nusa Media. (2010). Peraturan perundang-undangan Tentang Pegawai Negeri Sipil, Bandung: Nusa Media
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (1999). Depdikbud: Balai Pustaka
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2011), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen