viii
LEMBAR PENGESAHAN ………... LEMBAR PERNYATAAN ………... ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ………... UCAPAN TERIMAKASIH ……….. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR GAMBAR ……….
i ii iii iv v viii xi xi
BAB I PENDAHULUAN ………..………
A.Latar Belakang Masalah ………...
B.Identifikasi Masalah ……….………
C.Rumusan dan Batasan Masalah ………...…….
D.Tujuan Penelitian ………..…...
E. Manfaat Penelitian ………...
F. Anggapan Dasar ………...………
G.Pertanyaan Penelitian ………...
H.Definisi Operasional ……….…………
I. Kerangka Pikir ………..……...
1 1 11 13 14 15 16 17 18 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………
A.Peranan Pendidikan Nonformal dalam Pendidikan Nasional ………..
1. Kedudukan Pendidikan Nonformal ……….……
2. Konsep Pendidikan Nonformal ………
3. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Alternatif ………..
4. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai Landasan Pendidikan Nonformal …………
5. Kaitan Kursus Merakit Komputer Berbasis Teknologi Informasi dengan PNF...
B.Konsep Pembelajaran ………...
1. Konsep Belajar ……….
2. Konsep Pembelajaran ………..
3. Prinsip Belajar dan Pembelajaran ………
ix
2. Tujuan Kursus ……….
3. Penyelenggaraan Kursus ……….
4. Kaitan Kursus dengan Kemampuan Berwirausaha ………….………
D.Konsep Teknologi Informasi ……….………...
1. Pengertian Teknologi Informasi ………..
2. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan ……….
3. Pendekatan Implementasi Teknologi Informasi di Lembaga Pendidikan ………...
4. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran ………... 54 57 58 64 64 65 72 79
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ………..
A.Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian ………...
B.Pendekatan dan Metode Penelitian ………..
C.Teknik Pengumpulan Data ………...
1. Jenis Pengumpulan Data ……….
2. Teknik Sampel ……….
D.Langkah-langkah Penelitian ……….
E.Teknik Analisis Data ………
1. Tahapan Teknik Analisis Data ………
2. Desain Penelitian dan Batasan Analisis Penelitian ………. 85 85 86 88 88 90 93 95 95 98
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………
A.Gambaran Umum Yayasan Pengembangan Masyarakat – YPM Kab. Bandung ...
1. Sejarah singkat YPM ……….………..
2. Visi dan Misi YPM ……….……….
3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi YPM ……….……….
4. Struktur Organisasi YPM ………...…….
5. Sumber Daya Program Kursus YPM ……….……….
B.Deskripsi Hasil Penelitian ………
1. Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI ………
2. Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan TI ………...
x
Kewirausahaan Berbasis TI ……….
C.Pembahasan Hasil Penelitian ………...
1. Gambaran Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis
Teknologi Informasi ……...
2. Gambaran Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis
Teknologi Informasi ………....
3. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ……….
4. Gambaran Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ……….
5. Gambaran Faktor Pendukung dan Penghambat Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi ………
133 137 138 147 151 161 168
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...
A.Simpulan ...
1. Simpulan Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ………..
2. Simpulan Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis
Teknologi Informasi ………
3. Simpulan Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ……….
4. Simpulan Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ……….
5. Simpulan Faktor Pendukung dan Penghambat Kursus Kewirausahaan Berbasis
Teknologi Informasi ………
B. Rekomendasi ... 194 194 194 195 196 197 198 199
DAFTAR PUSTAKA ………. 202 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Hal
1.1 Pemetaan Aktivitas Belajar Mengajar dengan TI ……… 5
2.1 Keterkaitan antara Komponen Life Skills dalam Pembelajaran Masyarakat pada Satuan dan Program PLS ………. 54
2.2 Ciri-Ciri Wirausaha ……….. 61
3.1 Kisi-kisi Penelitian ………... 91
4.1 Hubungan Penerapan Metode Pembelajaran Conventional Learning dengan Virtual Learning ………... 125
4.2 Aspek Penilaian dan Pengawasan Kursus Wirausaha ………. 133
4.3 Penerapan Evaluasi Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI dalam “Blended Learning” ………. 166
4.4 Analisis SWOT Pemetaan Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi ……… 171
4.5 Perbandingan Konventional Learning dan Virtual Learning (analisis peneliti) …. 192 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Hal 1.1 Model Penyelenggaraan E-Learning ……… 8
1.2 Kerangka Pikir Peneliti ……….... 24
2.1 Penjabaran UU No 20 Th.2003 ……… 27
2.2 Hubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen PLS ……… 37
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Proses Belajar Mengajar ……… 52
2.4 Tujuan Pendidikan, Kursus dan Latihan ……….. 54
2.5 Kebutuhan Sistem, Kebutuhan Pendidikan dan Kebutuhan Ekonomis …………... 71
2.6 Pendekatan Implementasi Teknologi Informasi di Lembaga Pendidikan ... 74
3.1 Komponen dalam Analisis Data ……….. 95
3.2 Alur dan Langkah Penelitian ………... 98
xii
Learning” ……… 108
4.3 Prinsip Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI …………. 116
4.4 Alur Kinerja Pengorganisasian Kursus Sesuai dengan Tugas dan Fungsi ……….. 117
4.5 Model Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI
(berdasarkan analisis peneliti) ……….. 138
4.6 Tahapan Implementasi Visi dan Misi Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi Berdasarkan Pandangan Peneliti (Munir dan Sagala) ………. 140
4.7 Peta Konsep Design Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi
Informasi ……….. 145
4.8 Model Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI
(berdasarkan analisis peneliti) ……….. 148
4.9 Model Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI
(berdasarkan analisis peneliti) ………. 151
4.10 Pandangan Peneliti Tentang Tujuan Pembelajaran Kursus ………. 156
4.11 Model Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI ………….. 161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian terpenting dan integral dari pembangunan
nasional yang memiliki nilai dan kekuatan strategis dalam pembangunan sumber
daya manusia baik melalui pendidikan formal atau yang lebih dikenal dengan
pendidikan persekolahan maupun pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal
dengan pendidikan luar sekolah (PLS).
Dalam kenyataannya, penyelenggaraan pendidikan luar sekolah di
Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional melainkan
juga oleh departemen lain bahkan diselenggarakan pula oleh lembaga-lembaga
ataupun organisasi kemasyarakatan. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan
luar sekolah menurut Coombs (Sudjana, 2004: 22) sebagai berikut:
“Pendidikan luar sekolah (PLS) adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”.
Seiring dengan perkembangan zaman dan waktu, peranan pendidikan luar
sekolah berubah cepat. Dewasa ini, masyarakat sudah menyadari betapa
pentingnya peranan pendidikan luar sekolah untuk proses pengaplikasian
kecakapan hidup. Apabila dibandingkan dengan pendidikan formal yang
menyediakan waktu terbatas untuk proses belajar peserta didik, waktu belajar
dalam pendidikan nonformal adalah seluruh waktu hidup manusia, artinya waktu
pesat. Era globalisasi yang berlangsung saat ini mampu merubah
hubungan-hubungan perorangan dalam ruang yang tanpa sekat dan waktu yang tidak terbatas
sehingga peranan pendidikan sepanjang hayat diperlukan oleh siapapun dengan
tujuan untuk tetap menguasai nasib sendiri, bertahan hidup, dan meningkatkan
kehidupan.
Pendidikan luar sekolah memiliki keterkaitan dengan pendidikan
sepanjang hayat karena keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mampu
mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kaitannya
dengan kehidupan, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai wahana untuk
bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang di dalam ruang lingkup
pembelajaran.
Perkembangan pembelajaran yang dari waktu ke waktu semakin pesat
tentu saja memerlukan berbagai terobosan baru seperti pendekatan dan inovasi
pembelajaran yang mampu menjadi media pengetahuan bagi peserta didik yang
diluncurkan baik secara regional maupun global.
Ayi OLim mengatakan dalam tulisannya yang berjudul “The China Paper,
2004” (dalam http//: ayiolim.wordpress.com) mengenai penetapan inovasi
pembelajaran harus disesuaikan dengan pertimbangan pendekatan dalam
pembelajaran seperti kekuatan intelektual dan imajinatif, pemahaman dan
pembuatan, keterampilan komunikasi, keterampilan kerja sama, keterampilan
pemecahan masalah, perluasan perspektif pada disiplin keahlian, dan pendekatan
Beberapa pertimbangan tersebut memberikan gambaran bahwa tuntutan
dunia informasi dan perubahan zaman perlu diiringi dengan kemampuan
intelektualitas yang tinggi dengan disertai inisiatif dan kreativitas yang tinggi.
Selain itu, Kong Fu Tsu (The China Paper, 2004) dalam http//:
ayiolim.wordpress.com menyatakan sebuah peribahasa yakni bukan berikan ikan
tapi berikan pancing. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa adanya inovasi
pendidikan ditandai dengan hal-hal berikut:
“Memetakan konsep, perubahan konsep, pemecahan masalah, pembelajaran berbasis masalah, studi kasus, pemecahan isu-isu sosial, lokakarya, mengajar bantuan teknis, pembelajaran berbasis perpustakaan, pembelajaran berbasis web, dan pemodelan menggunakan komputer”.
Dewasa ini, inovasi pembelajaran masih sulit untuk direalisasikan karena
ketidaksiapan peserta didik dalam menerima inovasi tersebut.
Ayi Olim (di http//: ayiolim.wordpress.com) menjelaskan bahwa kesulitan
inovasi pembelajaran disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: pertama
kesulitan untuk merubah pola pikir praktisi mengenai kebiasaan yang dilakukan
keseharian terutama dari pembelajaran transmisi menjadi pembelajaran yang
inovatif serta kebiasaan sebagaian besar masyarakat dalam melakukan
pembelajaran transmisi. Kedua, resistensi dari kelompok warga belajar yang telah
terbiasa melakukan pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih
canggih karena dianggap memberatkan. Ketiga, daya dukung lingkungan yang
kurang kondusif untuk melakukan pembelajaran yang inovatif. Keempat, bagi
yang dimaksud dengan belajar adalah belajar menghapal dan bukan
mengaplikasikan konsep dalam kenyataan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi
pembelajaran berbasis web dan pemodelan dengan menggunakan komputer
merupakan salah satu contoh inovasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi
informasi merupakan langkah objektif pendidikan dalam melayani kebutuhan
masyarakat tanpa terbatas ruang dan waktu, di mana, serta kapanpun masyarakat
dapat mengakses bentuk pembelajaran. Teknologi informasi mulai diterapkan
dalam pendidikan karena adanya pandangan bahwa science dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Salah satu pemanfaatan teknologi informasi adalah kemampuan
masyarakat menggunakan internet. Grafik pertumbuhan pengguna Internet di
Indonesia pada tahun 2006-2010 versi IDC, P.T. Telkom, dan Nokia Siemens
Network dalam http://www.sharingvision.blz/2011/02/07/
grafik-eksponensial-survei-pengguna-internet-indonesia-2006-2010/, jumlah pengguna internet pada
tahun 2006 mencapai 20 juta, kemudian bertambah menjadi 25 juta (2007), 31
juta (2008), 40,4 juta (2009), hingga 48,7 juta pada akhir tahun 2010 lalu. Angka
ini sejalan dengan posisi pengguna facebook dan twitter di Indonesia yang sangat
banyak. Dengan rata-rata pertumbuhan pengguna 5,7 juta orang selama lima tahun
terakhir, grafik ini diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa
adanya peluang pemanfaatan internet atau teknologi informasi dengan tujuan
untuk mempermudah informasi dan komunikasi sekaligus sebagai industri kreatif
masyarakat. Selain itu, data tersebut menandakan pula bahwa kemampuan
masyarakat Indonesia terhadap teknologi informasi (internet) telah mencapai
tahap peningkatan teknologi (technology literatcy).
Teknologi pendidikan memegang peran yang penting terutama setelah
diberlakukannya kurikulum satuan pendidikan yang memuat teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) sebagai salah satu mata pelajaran, yakni komputer menjadi
bagian integral di dalamnya. Hal tersebut mampu memotivasi pengajar untuk
memanfaatkan penggunaan komputer seoptimal mungkin dalam bidang
pendidikan.
Teknologi informasi yang diterapkan di sektor pendidikan telah menggeser
pendidikan konvensional (klasikal) yang hanya mengandalkan kehadiran guru dan
murid pada tempat dan waktu yang sama. Teknologi informasi telah berkembang
saat ini, menjadi pendekatan pembelajaran yang modern dan hampir seluruh
aktivitas pembelajaran dapat diwakilkan oleh teknologi informasi. Berikut ini
pemetaaan aktivitas belajar-mengajar dengan teknologi informasi.
Tabel 1.1
Pemetaan Aktivitas Belajar-Mengajar dengan TI
Aktivitas Teknologi Offline Teknologi Online
Tatap Muka 1. Textbook (PDF, GhostView) 2. Presentasi(power point+
Audio, lotus screencam) 3. Video (MPEG, MOV, AVI,
streaming)
4. Animasi, simulasi, tutorial (flash, director)
5. Gabungan kombinasi dari semua media
1. Teleconferencing
(Audio+Videoconferencin g)
2. Televisi/Radio
3. Streaming video/audio
Diskusi 1. Mailing list 2. Newsgroup
1.Chatting (IRC, ICQ, messenger)
Aktivitas Teknologi Offline Teknologi Online
Konsultasi 1. E-mail 2. Newsgroup
1. Chatting (IRC, ICQ, messenger)
2. Audio/Videoconferenc ing
Tugas 1. E-mail
2. Situs Web
1. Audio/videoconferenci ng (lisan)
Ujian 1. E-mail
2. Formulir Ujian + Bank Soal
1. Audio/videoconferenci ng (lisan)
Sumber: www.jugaguru.com/article/all/tahun/2006/bulan/10/tanggal/05/id/176
Peranan pendidikan luar sekolah yang fleksibel harus mampu mengikuti
perkembangan zaman dan dituntut untuk selalu inovatif dalam mengembangkan
kurikulum pembelajaran. Desain kurikulum pendidikan konvensional dengan pola
tatap muka mulai bergeser dengan desain kurikulum online yang tidak hanya tatap
muka, tetapi juga lebih kepada strategi pengembangan sistem pembelajaran
berbasis internet.
Dewasa ini, strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet
telah banyak dikenal oleh masyarakat di antaranya web course, web centric
course, dan web enhanced course. Sihabudin (2009: 99) menjelaskan bahwa
strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet sebagai berikut:
(1) Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, peserta
didik dan pengajar terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata
lain, model ini menggunakan sistem jarak jauh.
(2) Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap muka.
Fungsinya saling melengkapi.
(3) Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dan
pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan
narasumber lain. Oleh karena itu, peran pengajar dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan
menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan
materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan
komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan”.
Dalam pembelajaran web centric course, tutor memberikan petunjuk pada
warga belajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya. Warga belajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih
banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut. Impelementasinya, e‐learning yang dikembangkan dan diadopsi ke
dalam pendidikan konvensional atau model konvensional diadopsi ke dalam
model e‐learning dengan sistem Blended Learning (campuran antara online
source dan tatap muka) bertujuan untuk memperluas kesempatan belajar dan
Sumber: Muhammad
Penerapan ku
dilakukan di dalam sa
kursus yang menyele
yang diuraikan di dala
“Kursus dan pela bekal pengetahuan, mengembangkan diri, melanjutkan pendidik
Adapun tekn
mempermudah dalam
informasi, menyimpa
Lucas (2002) dalam M
“Teknologi informa memproses dan meng komputer mainframe perangkat lunak lemb merupakan contoh tek
Everett M. Ro
teknologi informasi m
Gambar 1.1
Model Penyelenggaraan E-Learning
ad Adri (2008)
kurikulum dengan memanfaatkan teknologi i
satuan pendidikan luar sekolah, salah satunya
elenggarakan beberapa program kursus di ma
alam undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa
elatihan diselenggarakan bagi masyarakat yan n, keterampilan, kecakapan hidup, dan iri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha m
ikan ke jenjang yang lebih tinggi”.
nologi informasi sendiri dijadikan sebag
lam proses pembelajaran kursus, dalam
pan, dan menganalisis informasi seperti yang
Munir (9: 2010)
masi adalah segala bentuk teknologi yang d ngirimkan informasi dalam bentuk elektronis, me, pembaca barcode, perangkat lunak pemp
bar kerja (worksheet) dan peralatan komunika teknologi informasi”
Rogers (1986) dalam Munir (9: 2010) mengem
i merupakan perangkat keras yang bersifat or
i informasi dapat
nya yaitu lembaga
masyarakat seperti
wa
yang memerlukan an sikap untuk mandiri dan/atau
bagai alat untuk
menyampaikan
ng diuraikan oleh
diterapkan untuk s, mikrokomputer, mproses transaksi, ikasi serta jaringan
gemukakan bahwa
meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan,
memproses, dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak
lain.
Salah satu penerapan teknologi informasi sebagai kurikulum yang
terintegrasi ke dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah telah dilakukan oleh
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) yang beralamat di Jl. Raya
Pangalengan No. 438 Banjaran kabupaten Bandung. Yayasan tersebut telah
menyelenggarakan program kursus kewirausahaan merakit komputer dengan
mengintegrasikan teknologi Informasi ke dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran tatap muka (konvensional). Kursus ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan agar warga belajar mempunyai kecakapan dan
keahlian di bidang merakit komputer secara profesional sebagai bekal bagi
kehidupan di masa yang akan datang.
Pengelolaan pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) yang
diterapkan di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) adalah dengan
menggunakan aplikasi moodle (modular object-oriented dynamic learning
environment) dalam mendukung pembelajaran e-learning. Dengan asumsi sebagai
berikut:
1. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (instruktur, gedung,
laboratorium, buku dll.),
2. Menghemat waktu dalam proses belajar-mengajar,
4. Menjangkau wilayah yang lebih luas selama wilayah tersebut terhubung
dengan internet, dan
5. Melatih warga belajar agar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan.
Penggunaan aplikasi (program software) moodle ini dianggap lebih
populer dan memiliki fitur yang lengkap. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya
pengguna moodle sebanyak 51.960 situs yang tercatat pada bulan juli 2010
(http://www.moodle.org/stats/) dengan pertumbuhan komunitasnya mencapai
ratusan ribu user.
Moodle merupakan course management system (CMS) yang juga dikenal
sebagai learning management system (LMS) atau virtual learning environment
(VLE). Learning management system (LMS) atau virtual learning environment
(VLE) adalah paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar
berbasis web atau internet. Moodle merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan
mekanisme belajar-mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi dan lebih
dikenal dengan nama e-learning.
Moodle memiliki beraneka ragam fitur, di antaranya lebih dari 80 bahasa
dari 195 negara termasuk bahasa Indonesia, tersedianya management situs
keseluruhan, tersedianya manajemen user, manajemen mata latih/bahan ajar,
tersedianya plug in atau modul tambahan yang dapat digunakan seperti chat,
poling, forum, jurnal, kuis, dll.
Moodle dapat digunakan secara bebas sebagai produk open source di
moodle tetap memberikan kebabasan bagi siapa saja untuk meng-copy,
menggunakan dan atau memodifikasinya.
Upaya ini merupakan modal dasar pembangunan sebagai suatu lembaga
yang menyelenggarakan kegiatan belajar pendidikan luar sekolah khususnya yang
berkaitan dengan SDM (sumber daya manusia). Kursus merakit komputer tidak
hanya berorientasi pada pemberian pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga
berorientasi pada kemandirian wirausaha sebagai hasil belajar sehingga mereka
dapat berusaha sendiri untuk membuka lapangan kerja sendiri atau mampu
berwirausaha dan mengembangkan kepada orang lain yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa teknologi informasi mampu
diintegrasikan ke dalam kurikulum kursus. Pengintegrasian ini dapat
menghasilkan proses pembelajaran dua arah baik secara langsung maupun tidak
langsung tanpa menghilangkan makna tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Dengan internet, tutor dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan
langsung dengan subyek (peserta didik). Demikian pula, peserta didik dapat
sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau
internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut
"cyber teaching" atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan
dengan menggunakan internet. Istilah lain yang populer saat ini ialah e-learning,
yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi
dan informasi khususnya internet.
Di sisi lain, penyelenggaraan pembelajaran kursus kewirausahaan masih
mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah keterbatasan akses informasi
kegiatan belajar-mengajar (KBM). Warga belajar atau peserta didik mengalami
kesulitan untuk memperoleh informasi mata latih tertentu, uji evaluasi mata latih,
dan akses informasi atau pertemuan tatap muka karena disebabkan keterbatasan
warga belajar, di antaranya:
1. pendidikan kursus memerlukan pendekatan lain, tidak hanya mengarah pada
tatap muka,
2. jumlah warga belajar yang menyebar di setiap daerahnya,
3. keterbatasan warga belajar membeli buku-buku untuk mata latih tertentu,
4. banyaknya warga belajar karyawan (sedang bekerja) sehingga kesulitan untuk
membagi waktu belajar konvensional (class room),
5. tenaga ahli merakit komputer (produksi, upgrade) masih sedikit sehingga
menjadi peluang untuk berwirausaha di bidang komputer (PC),
6. struktur dan tenaga pengelola setiap lemabaga kursus berbasis teknologi
7. sulitnya komunikasi dengan tutor karena proses belajar-mengajar hanya
dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan jumlah jam pelajaran/mata
latih yang terbatas,
8. kesulitan warga belajar untuk melakukan bimbingan atau bertemu dengan
tutor jika tutor tidak hadir disebabkan kecenderungan proses belajar-mengajar
dilakukan hanya melalui tatap muka,
9. pendekatan teknologi sebagai media belajar dapat mempermudah kegiatan
belajar-mengajar yang belum optimal,
10. kegiatan belajar mandiri dirasa masih kurang dan tidak terkontrol,
11. pendidikan kursus belum sepenuhnya meningkatkan kemampuan
berwirausaha yang disebabkan layanan akses yang kurang memadai.
C. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar Penelitian tidak terlalu meluas, Peneliti merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan, yaitu “bagaimana perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi (blended learning) dalam mempersiapkan kemampuan
berwirausaha, serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis TI yang dilaksanakan oleh Yayasan Pengembangan
Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung”?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, Peneliti membatasi penelitian ini
mengungkap faktor-faktor penghambat dan pendukung pembelajaran kursus
berbasis TI dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi
informasi di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.
2. Mendeskripsikan pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan
berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan
berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten
Bandung.
3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.
4. Mendeskripsikan pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.
5. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM)
kabupaten Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Beberapa tahun belakangan ini, teknologi informasi berkembang dengan
begitu pesat sehingga hal tersebut dapat merubah paradigma masyarakat dalam
mencari dan mendapatkan informasi. Informasi yang didapat tidak hanya dari
surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga dari sumber‐sumber informasi
lain, salah satunya melalui jaringan internet. Selanjutnya, penelitian ini
diharapkan bermanfaat untuk:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan teori ilmu pendidikan terutama tentang penyelenggaraan dan
pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan, dan dapat memberikan
sumbangan terhadap konsep pengelolaan pembelajaran kursus berbasis teknologi
informasi sebagai bahan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi pengelolaan
suatu pembelajaran kursus kewirausahaan.
2. Secara praktis
a. Sebagai bahan kajian instansi dan lembaga terkait yang berfungsi untuk
mengelola berbagai kegiatan pendidikan kursus.
b. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pendidikan dan program
Indonesia serta memperkaya dan menunjang konsep pembelajaran dalam
Pendidikan Luar Sekolah.
c. Sebagai pengalaman praktis bagi Peneliti dalam mengaplikasikan konsep
dan teori yang diperoleh selama perkuliahan pada program studi
Pendidikan Luar Sekolah UPI.
F. Anggapan Dasar
1. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2010: 62), pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.
2. Menurut Sagala (2010: 64), pembelajaran adalah setiap kegiatan yang
dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar-mengajar.
3. Menurut Terry dalam Sagala (2010:140), fungsi manajemen dalam
pembelajaran merupakan fungsi yang khas terdiri atas tindakan–tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lain.
4. Undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa kursus dan pelatihan
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5. Pembelajaran jarak jauh merupakan pendidikan yang berlangsung sepanjang
hayat yang berorientasi pada kepentingan, kondisi, dan karakteristik
pembelajan, Munir (2010: 11).
6. Melalui teknologi informasi dan komunikasi, ada suatu peningkatan
keterhubungan orang dalam bidang pendidikan. Lingkungan pendidikan
global dipandang dalam beberapa hal untuk menjadi jawaban terhadap
kemiskinan dan permasalahan lain melalui meningkatnya peluang belajar
yang terdistribusi, Munir (2009:4).
7. Teknologi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang seharusnya dikuasai
oleh pembelajar sebagai bekal dalam proses pembelajaran dan kehidupannya.
Untuk itu, pengajar dapat mengintegrasikan teknologi dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi pembelajaran, Munir (2009:3).
G. Pertanyaan Penelitian
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, Peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana merencanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
2. Bagaimana mengorganisir pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam memersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
3. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
4. Bagaimana mengawasi pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis
teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di
Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembelajaran
kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan
kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM)
kabupaten Bandung?
H. Definisi Operasional 1. Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengelolaan berarti
penyelenggaraan sedangkan menurut Sudjana (2000:1) pengelolaan didefinisikan
sebagai berikut: “management as working together with or through people,
individual or groups, to accomplish organizational goal” jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, manajemen adalah kegiatan bekerjasama atau melalui orang
Adapun yang dimaksud dalam pengelolaan ini adalah upaya sistematis
yang dilakukan pengelola dan tutor, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian hingga tahap pengawasan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
2. Pembelajaran
Menurut Corey dalam Sagala (2010: 61), pembelajaran adalah suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran
merupakan subset khusus pendidikan.
Adapun yang dimaksud pembelajaran dalam penelitian ini adalah interaksi
edukasi yang dilakukan tutor atau pengelola kursus dengan warga belajar
sehingga terjadi proses komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Kursus
Soemardi dalam Srimulyani (2003: 25) mengemukakan bahwa kursus
merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar pendidikan
formal dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang tertentu. Konsep kursus dalam penelitian ini lebih menekankan pada aspek
pemilihan pengetahuan dan keterampilan hanya dalam bidang tertentu, misalnya
kursus budidaya jamur, kursus tata rias rambut, kursus merakit komputer dll.
4. Kewirausahaan
Kamil (2010: 120) mengemukakan bahwa kewirausahaan adalah kegiatan
sebagai hasil pelatihan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang
berguna sebagai penopang kehidupan keluarga.
Adapun kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya
untuk mempersiapkan (merencanakan) jiwa usaha peserta kursus yang
diselenggarakan oleh lembaga kursus.
5. Teknologi Informasi
Menurut Atler, Martin, dan Lucas (dalam Munir 2010: 8) teknologi
informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan
satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan,
menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau menampilkan data.
Teknologi informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat
software dan hardware yang mampu mendukung proses pembelajaran kursus
sehingga terjadi interaksi edukatif antara tutor dan warga belajar melalui media
elektronik.
6. Kemampuan Berwirausaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 49), kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Menurut Meredith dalam Suharyadi
(2007: 6) mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu
mengantisipasi peluang usaha, mengelola sumber daya untuk mendapatkan
keuntungan dan bertindak dengan tepat menuju sukses.
Kemampuan berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan usaha di bidang merakit komputer setelah mereka selesai mengikuti
kursus di Yayasan Pengembangan Masyarakat.
I. Kerangka Pikir
Penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM) adalah web centric course, yakni penggunaan
internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional).
Sebagian materi disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap
muka, fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini, tutor memberikan petunjuk
pada warga belajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya, warga belajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, warga belajar dan tutor lebih banyak
berdiskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Pembelajaran virtual learning yang diterapkan dengan menggunakan
aplikasi moodle adalah sebuah nama untuk
sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran
ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan warga belajar untuk masuk ke
dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran dengan
menggunakan moodle sehingga warga belajara dapat membuat materi
pembelajaran, kuis, jurnal elektronik, dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah
singkatan dari modular object oriented dynamic learning environment.
Dengan konsep ini, sistem pembelajaran tidak akan terbatas ruang dan
Begitu juga, seorang warga belajar dapat mengikuti pembelajaran dari mana saja
bahkan proses kegiatan tes ataupun kuis dapat dilakukan dengan jarak jauh.
Seorang tutor dapat membuat materi soal ujian secara online dengan sangat
mudah. Selain itu, pelaksanaan ujian atau kuis juga dapat dilakukan secara online
sehingga tidak membutuhkan kehadiran peserta ujian dalam suatu tempat. Peserta
ujian dapat mengikuti ujian di rumah, kantor, warnet bahkan di saat perjalanan
dengan membawa laptop yang sudah terkoneksi dengan internet.
Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi
moodle ini dan berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.
Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah kata microsoft word, materi
presentasi yang berasal dari microsoft power point, animasi flash dan materi
dalam format audio dan video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.
Beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh moodle adalah (1)
assignment, fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta
pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas
dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil pekerjaan
mereka, (2) chat, fasilitas ini digunakan untuk melakukan proses chatting
(percakapan online), pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog
teks secara online, (3) forum, sebuah forum diskusi secara online dapat diciptakan
dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta
pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi, (4)
kuis, dengan fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun tes secara
Fokus permasalahan penelitian yang dirancang didasarkan pada grand
design pengelolaan pembelajaran, yakni dalam menerapkan fungsi-fungsi
manajemen pembelajaran sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi
informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.
2. Pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi
informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.
3. Pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi
(internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.
4. Pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi
(internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat serta langkah-langkah yang
diambil pengelola untuk mengatasi hambatan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi yang dilaksanakan oleh Yayasan
Sumber: Kerangka Pikir Peneliti, 2011 Input
pembelajaran
1. Visi dan Misi YPM
2. Warga belajar 3. Tutor
4. Pengelola 5. Materi/kurikulum 6. Media
7. Kondisi
lingkungan WB Pengawasa Pemnelajara
Fungsi Manajemen Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Web Centric Course
85
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Objek Penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan
penting dalam suatu Penelitian karena di dalam objek Penelitian ini terdapat
variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti.
Program kursus dilaksanakan oleh yayasan Pengembangan Masyarakat
(YPM) yang berlokasi di Jl. Raya Pangalengan No. 438 Banjaran kabupaten
Bandung. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di Lab. Site. Adapun mitra kerja
YPM adalah rumah belajar masyarakat yang berlokasi di Jl. Dayeuhkolot Km. 365
desa Citeurep kec. Dayeuhkolot kabupaten Bandung. Lokasi Penelitian tersebut
merupakan tempat belajar atau kursus warga belajar secara conventional sekaligus
lokasi operator dan tutor dalam mengupdate pembelajaran berbasis TI (server
virtual learning).
Dalam Penelitian ini, subjek yang akan diteliti terdiri atas tiga bagian.
Pertama sebagai “sumber informasi” adalah penyelenggara atau pengelola yang
dapat memberikan informasi dan data tentang dirinya serta bagaimana
pengalamannya yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi dan peranannya dalam proses
pengelolaan pembelajaran. Kedua, “sumber informan” adalah tutor dan warga
sekaligus sebagai trianggulasi untuk menjamin akurasi data.
Subjek Penelitian memiliki karakteristik untuk dikaji berdasarkan metode
Penelitian yang digunakan, di antaranya penyelenggara, tutor, dan warga belajar.
Penyelenggara merupakan pihak pengelola program pembelajaran yang memiliki
kewenangan dalam mengadministrasikan proses pembelajaran, mengawasi proses
pembelajaran, mengembangkan model program pembelajaran, dan memiliki
kewenangan yang paling tinggi di dalam pengelolaan program pembelajaran.
Tutor merupakan tenaga pendidik yang bertugas memberikan pengajaran kepada
warga belajar melalui proses (interaksi edukasi) dengan berbagai metode,
pendekatan, dan strategi pembelajaran serta berbagai media yang mendukung
proses pembelajaran terutama dalam proses pembelajaran berbasis teknologi
informasi (virtual learning) dan proses pembelajaran tatap muka (conventional
learning) sehingga tutor memiliki kemampuan untuk mengoprasikan komputer
terutama internet. Warga belajar merupakan peserta didik atau sasaran dalam
proses pendidikan untuk dibina, di didik, dan dibimbing melalui interaksi edukatif
dengan model pembelajaran web centric course atau “blended learning system”
(penggabungan pembelajaran tatap muka dengan berbasis internet).
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Hakikat Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab permasalahan
secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data
empiris mengolah dan mencari kesimpulan atas jawaban masalah tersebut. Untuk
yang muncul dalam Penelitian.
Dalam pelaksanaanya, Penelitian ini berfokus pada gambaran pengelolaan
pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI dengan mendeskripsikan
faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mendeskripsikan solusi atas penanganan
berbagai hambatan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif dalam Penelitian ini
digunakan untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, memahami bahasa ,dan tafsiran mereka tentang aktivitas yang
ditekuninya.
Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dalam Penelitian ini dengan alasan
sebagai berikut: 1) lebih mudah berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara Peneliti dan responden, lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J.Moleong, 1993:5)
Dalam Penelitian ini, Peneliti memperhatikan fenomena-fenomena yang
terjadi di lapangan, kemudian ditafsirkan dan diberi makna sesuai tujuan
penelitian yakni mendeskripsikan tentang pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi dan faktor penghambat serta solusi
dalam memecahkan hambatan tersebut. Upaya mengungkap data dalam penelitian
ini dilakukan dengan penelusuran dan mencari informasi kepada pengelola atau
dicapai melalui penelitian. Adapun penelitian yang Peneliti lakukan bertujuan
untuk memperoleh data mengenai studi pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi di yayasan Pengembangan
Masyarakat. Selanjutnya, dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode
studi kasus. Metode studi kasus ini akan melibatkan Peneliti dalam penyelidikan
yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap perilaku
responden sebelum dan sesudah melaksanakan pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis teknologi informasi.
Winarno Surakhmad (1990:143) mengatakan bahwa studi kasus
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Sejalan
Winarno dalam Nana Sudjana, (2001: 69) mengungkapkan juga bahwa studi
kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang
mengalami suatu kasus tertentu.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, Peneliti mengklasifikasikannya ke dalam dua
kriteria, yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan analisis secara langsung dengan
cara pertama, penyelenggara atau pengelola yang dapat memberikan informasi,
kedua, tutor dan warga belajar kursus kewirausahaan. Data sekunder dikumpulkan
utama dalam Penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dukumen dan yang lainnya. Sumber data utama merupakan
kata-kata dan tindakan sehingga wawancara dan pengamatan atau observasi
merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Selain kedua teknik
pengumpulan data utama di atas, digunakan juga metode dan studi dokumentasi
sebagai metode pendukung. Adapun teknik pengumpulan data dalam Penelitian
menyesuaikan dengan pendapat di atas yaitu teknik observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui
langkah-langkah berikut.
a. Melakukan observasi, yakni pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mengetahui keadaan
sesungguhnya. Objek yang diteliti ini meliputi lingkungan atau iklim belajar,
sarana dan prasarana yang mendukung, program atau aplikasi komputer yang
digunakan, hingga bentuk interaksi yang dilakukan antara tutor dan warga
belajar.
b. Melakukan wawancara kepada penyelenggara, tutor, dan warga belajar
sebagai responden program kursus kewirausahaan berbasis IT. Cara ini
dilakukan agar dapat mengungkap fakta yang terjadi di lapangan.
c. Studi Literatur, digunakan untuk memperoleh pendapat para ahli dari berbagai
sumber bacaan baik berupa teori maupun konsep-konsep yang berhubungan
penelitian ini.
2. Teknik Sampel
Cara memperoleh informasi tentang pengelolaan pembelajaran kursus
kewirausahaan berbasis TI, sampel penelitian dipilih secara purporsif (sesuai
dengan tujuan). S. Nasution (1988:11) menyatakan bahwa metode naturalistik
tidak menggunakan populasi sampel yang banyak. Sampel atau subjek penelitian
biasanya sedikit dan dipilih berdasarkan tujuan (purporsive) penelitian. Pendapat
dari S. Nasution dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif tidak
membutuhkan populasi dan sampel yang banyak.
Hasil studi penjajagan dan observasi serta melakukan diskusi dengan
pihak penyelanggara, didapat informasi bahwa keseluruhan populasi terdiri atas 1
orang penyelenggara, 2 orang tutor, dan 10 orang warga belajar. Oleh karena itu,
Peneliti menggunakan sampel 1 orang penyelenggara, 2 orang tutor, dan 3 orang
warga belajar. Jadi, subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.
Untuk keperluan trianggulasi, Peneliti menetapkan informan yang meliputi
pihak tutor kursus kewirausahaan yang secara langsung melaksanakan operasional
pembelajaran dan pihak warga belajar kursus yang telah menggunakan fasilitas
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Warga belajar yang dipilih
disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut di antaranya
aktif dalam proses pembelajaran dan telah menggunakan fasilitas pembelajaran
lengkap, objektif, terinci, akurat, dan terpercaya.
Untuk mempermudah Peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti
membuat kisi-kisi pengamatan dan pedoman wawancara yang berfungsi untuk
menentukan operasional penelitian, merumuskan pertanyaan penelitian, dan
[image:36.595.108.556.214.730.2]membuat instrument penelitian.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian
Pertanyaan Penelitian Aspek yang
Diteliti
Indikator Jenis
Instrumen
Sumber Data
1. Bagaimana Perencanaan
Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan
Berwirausaha di Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung
2. Bagaimana Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Memersiapkan Kemampuan
Berwirausaha di Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM)
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
a. Pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana pembelajaran b. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam penyusunan rencana pembelajaran
c. Cara mengidentifikasi kebutuhan belajar d. Jenis kebutuhan yang
dapat diidentifikasi e. Komponen-komponen
yang direncanakan pembelajaran
f. Penetapan program pembelajaran
g. Penetapan strategi pembelajaran
h. Penetapan tutor i. Rekruitment warga
belajar
j. Penggalian dana belajar k. Penggalian sarana
belajar
a. Mengorganisasikan materi pembelajaran berdasarkan urutan konsep dan prinsip materi pembelajaran. b. Mengorganisir sumber
belajar dari buku, internet, laboratorium dan perpustakaan. c. Menentukan pola
pembelajaran beserta pola penilaian hasil
Kabupaten Bandung
3. Bagaimana Pelaksanaan
Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Memersiapkan Kemampuan
Berwirausaha di Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung
4. Bagaimana Pengawasan
Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan
Berwirausaha di Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung
5. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat serta
3. Pelaksanaan
4. Pengawasan
5. Faktor Pendukung, Faktor
belajar.
a. Program yang dikembangkan
b. Metoda yang digunakan
c. Jenis metode yang digunakan
d. Langkah-langkah metode yang digunakan e. Waktu pelaksanaan f. Tempat pelaksanaan g. Media yang digunakan h. Evaluasi pembelajaran i. Peran tutor
j. Peran warga belajar k. Penetapan strategi
pembelajaran
l. Media yang digunakan m. Contoh penggunaannya
a. Bentuk pemantauan pembelajaran
b. Bentuk supervise pembelajaran
c. Bentuk evaluasi pembelajaran
d. Bentuk pelaporan pembelajaran
e. Bentuk tindak lanjut pembelajaran
f. Pihak yang memantau, supervise,
mengevaluasi,
melaporkan dan menindaklanjuti program kursus g. Pendekatan yang
digunakan
h. Frekuensi penilaian i. Hasil evaluasi
j. Hasil pembelajaran dipandang dari pengetahuan, sikap, keterampilan
k. Barang/produk yang dihasilkan
a. Status dan Struktur Organisasi TI
b. Sumber daya manusia
bagaimana Pengelola Kursus mengatasi hambatan
Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan
Berwirausaha di Yayasan
Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung.
Penghambat, Upaya mengatasi hambatan
kursus kewirausahaan berbasis TI
c. Dukungan
pimpinan/pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan
d. Sarana dan prasarana (fisik)
e. Otomasi e-learning f. Anggaran
g. Warga belajar h. Kurikulum
i. Proses Pembelajaran j. Teknis Penilaian k. Ujian Lembaga l. Hasil pembelajaran
Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Warga Belajar
D. Langkah-langkah Penelitian
Prosedur penelitian kualitatif menurut Moleong (1998: 239) meliputi tiga
tahapan yakni: 1) tahap orientasi untuk mendapatkan informasi tentang apa yang
penting untuk ditemukan, 2) tahap eksplorasi untuk menemukan sesuatu secara
terpokus, dan 3) tahap member check untuk mengecek temuan menurut prosedur
dan memperoleh laporan akhir. Tahapan penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Tahap orientasi
Orientasi dalam penelitian kualitatif dilakukan unuk memperoleh
gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a) melakukan studi pendahuluan dan penjajagan ke lapangan yakni ke masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan atau fokus penelitian,
b) mempersiapkan berbagai referensi seperti buku, brosur, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian,
e) mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian. 2. Tahap ekplorasi
Tahap ini merupakan tahap awal kegiatan penelitian yang bertujuan untuk
menggali informasi dan pengumpulan data sesuai dengan fokus dan tujuan
penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut.
a) Menerima penjelasan dari pihak penyelanggara program yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, dan faktor
penghambat serta pemecahan hambatan tersebut yang dilaksanakan oleh
pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.
b) Melakukan wawancara secara lisan kepada subjek penelitian untuk
memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pembelajaran, dan faktor penghambat serta pemecahan hambatan tersebut
yang dilaksanakan oleh pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.
c) Menggali dokumentasi program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pembelajaran, dan faktor penghambat serta pemecahan hambatan tersebut
yang dilaksanakan oleh pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.
d) Membuat catatan hasil data yang terkumpul dari sumber penelitian.
e) Memilih, menyusun, dan mengklasifikasikan data sesuai jenis aspek-aspek
penelitian.
3. Tahap member check
Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap data yang
diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung
sampai penelitian dianggap selesai.
E. Teknik Analisis Data
1. Tahapan Teknis Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2007) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. Data yang dianalisis meliputi data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis data tersebut
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data
Sumber : Sugiyono (2007)
Data Collection
Data Reduction
Data Display
[image:40.595.113.522.205.634.2]Peneliti melakukan analisis data dimulai dari data hasil studi pendahuluan
atau data skunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus
penelitian ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah Peneliti melakukan
observasi secara lebih mendalam.
Dalam hal ini, data yang pertama kali Peneliti observasi adalah mengenai
latar belakang permasalahan di yayasan Pengembangan Masyarakat, profil
lembaga, jumlah warga belajar, tutor, struktur organisasi, dan program-program
yang bergerak di dalamnya. Peneliti menganggap program kursus kewirausahaan
berbasis TI ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terlebih bila dilihat dari
strategi pembelajarannya yang menggabungkan (blended model) antara
pembelajaran konvensional dan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan
media internet (aplikasi moodle).
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara di lapangan,
kemudian dicatat secara teliti dan rinci untuk dianalisis secara lebih mendalam.
Setelah data yang diperoleh dari hasil observasi dirasa cukup, dilakukanlah
analisis data melalui reduksi data, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting dengan menentukan tema dan polanya.
Dalam hal ini, Peneliti menemukan komponen-komponen yang terdapat
dalam pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI (Teknologi Informasi)
belajar.
c. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian
singkat, bagan, dan hubungan antarkategori. Dalam tahapan ini, Peneliti
melakukan urutan sistematis dengan kategori-kategori tertentu pada pengelolaan
program kursus kewirausahaan berbasis TI untuk kemudian dianalisis dengan
menghubungkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya.
d. Conclusion Drawing/Verification
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, conclusion
drawing/verification adalah tahapan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat atas kesimpulan yang dibuat
sementara. Akan tetapi, jika pada tahap awal kesimpulan yang dibuat telah sesuai
dengan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan dan konsisten serta dapat
dipertanggungjawabkan, kesimpulan yang dibuat Peneliti saat kembali ke
lapangan untuk mengumpulkan data merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih samar tetapi setelah dilakukan penelitian,
objek tersebut menjadi jelas. Temuan tersebut dapat berupa hubungan
Dalam penelitian ini, Peneliti telah memiliki batasan untuk menjelaskan,
mengkaji, dan mengeksplorasi hasil penelitian. Batasan tersebut bertujuan sebagai
fokus penelitian seperti yang dijelaskan pada sebelumnya yang telah disusun ke
dalam batasan masalah. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, Peneliti
[image:43.595.117.541.221.701.2]telah menyusun alur dan langkah-langkah Penelitian sebagai berikut.
Gambar 3.2
Alur dan Langkah Penelitian
Sumber: Alur Penelitian Peneliti, 2011 Pra – Pelaksanaan
Lapangan
Pengolahan Data
!
" #
" $
% " & & ' % "
( ) * +
& % ' ,
% " & & ' % "
( ) * +
& % ' ,
% " & & ' % "
( ) * +
& % ' ,
% ' " & & ' % "
( ) * +
& % ' -,
! . " /
" " " & & '
% " ( ) 0 ,
PERENCANAAN
PENGORGANISASIAN
PELAKSANAAN
PENGAWASAN
Faktor-faktor apa yang
mendukung dan menghambat serta bagaimana pengelola kursus mengatasi hambatan
194
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, Peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana merencanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
Perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di yayasan
Pengembangan Masyarakat diawali dengan melakukan identifikasi calon peserta
didik. Penyusunan desain pembelajaran dan pengadaan media pembelajaran
ditentukan oleh pihak penyelenggaraan program kursus merakit komputer, tutor
sebagai sumber belajar, dan komponen-komponen dalam rancangan/desain
pembelajaran yang sudah disusun sesuai dengan hal-hal pokok yang sebenarnya.
Penerapan strategi pembelajaran kursus berbasis teknologi adalah dengan
menggunakan model blended learning system sehingga dalam perencanaan
pembelajarannya memiliki dua pendekatan, yakni perencanaan tatap muka
(conventional learning) dan perencanaan berbasis teknologi informasi (virtual
learning). Perencanaan pembelajaran merupakan langkah-langkah prapelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh tutor sehingga perencanaan pembelajaran
tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan administrasi
teknologi informasi yang disusun merupakan langkah kolaboratif atau kerja sama
yang dibuat dengan mengikutsertakan personal lembaga, di antaranya pengelola
program kursus dan tutor keterampilan merakit komputer. Pendekatan partisipatif
dilakukan dalam langkah kolaboratif perencanaan pembelajaran sehingga
pembagian tugas dan fungsi masing-masing personal dalam program kursus
dibuat jelas. Setiap personal diharapkan mampu memunculkan perasaan untuk
saling memiliki (sense of belonging) sehingga dapat memberikan dorongan
kepada pengelola program dan tutor untuk mencapai indikator pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2. Bagaimana mengorganisir pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam memersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
Pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di
yayasan Pengembangan Masyarakat memiliki karakteristik tersendiri, yakni
uraian tugas yang jelas untuk setiap posisi mulai dari posisi tim penyelenggara,
tutor, pendamping tutor, penyelenggara ujian, sampai posisi peserta kursus.
Pengorganisasian pembelajaran, secara khusus, merupakan fase yang amat
penting dalam rancangan pembelajaran. Penggarapan strategi pengorganisasian
pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi materi kursus, ini
disebabkan oleh karena struktur isi materi kursus memiliki implikasi yang amat
struktur konseptual, dan struktur teoritik.
3. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
Perbedaan Pembelajaran konventional dengan virtual yaitu kelas
‘tradisional’, tutor dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada warga belajarnya. Sedangkan di dalam
pembelajaran ‘virtual’ fokus utamanya adalah warga belajar. Warga belajar
mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.
Suasana pembelajaran ‘virtual’ akan ‘memaksa’ warga belajar memainkan
peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Warga belajar membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Perlu digaris bawahi, bahwa kedudukan media pembelajaran internet
bukan dijadikan hal utama, karena kedudukan virtual learning terhadap
conventional learning adalah sebagai suplemen dan komplemen dalam
menjadikan tutor sebagai hal yang terpenting dalam proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di
yayasan Pengembangan Masyarakat, persentase pembelajaran ideal (kurikulum
merakit komputer) pada umumnya berjumlah 120 Jam @ 60 menit, yakni 70%
praktik sebanyak 84 jam dan 30% teori sebanyak 36 Jam. Penerapan model
blended learning system ini ternyata mampu meminimalisasi jumlah jam pelajaran
sebanyak18 jam.
Sebagian besar, materi yang disampaikan oleh tutor dapat dipahami oleh
peserta kursus. Fasilitas yang digunakan dalam pendidikan keterampilan masih
terbatas karena hal ini bergantung dari kelengkapan sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh yayasan Pengembangan Masyarakat.
4. Bagaimana mengawasi pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?
Proses monitoring dalam pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI
di yayasan Pengembangan Masyarakat, salah satunya didukung oleh instrumen
monitoring dan administratif kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini, tutor harus
memberikan la