• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh: KURNIATI NIM 1103297

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Pembimbing II,

Dr. Dadang Anshori, M.Si.

NIP 197204031999031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

NIP 19660320 199103 004

PERSETUJUAN

(3)

Pembimbing I,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Pembimbing II,

Dr. Dadang Anshori, M.Si.

NIP 197204031999031002

Penguji I,

Prof. Dr. Yus Rusyana

Penguji II,

Dr. Sumiyadi, M.Hum.

NIP 19660320 199103 004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan

Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam

Pembelajaran Berbicara di SMK” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan

saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap

menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Bandung, April 2013

Yang membuat pernyataan

(5)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam

Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK”. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya upaya untuk menggali keunggulan budaya Bangka

nganggung sebagai bahan pembelajaran dalam pendidikan berbasis budaya yang

mengembangkan kecakapan hidup sebagai isu sentral pendidikan. Wacana kearifan lokal dan kecakapan hidup bertujuan untuk menjamin konsistensi antara tujuan pendidikan dengan pembentukan kepribadian manusia sehingga pendidikan menghasilkan anak-anak yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia (berilmu dan berbudaya). Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bertujuan untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja, melalui sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Akan tetapi hasil pembelajaran berbicara masih belum memuaskan. Pendidikan berbasis kekuatan budaya merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tradisi nganggung dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara. Melalui metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan strategi etnografi dengan data primer dan data sekunder berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi

nganggung. Data yang ada dianalisis dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan

kontekstualisasi. Hasil penelitian ini membagi keunggulan nganggung ke dalam konsep nganggung dipadukan sebagai teknik pembelajaran, fungsi budaya berintegrasi dengan tujuan pembelajaran, dan nilai-nilai budaya nganggung berguna sebagai materi pembelajaran. Kekuatan yang ada dijadikan kegiatan pembelajaran. Kepaduan tersebut menyangkut tujuan, materi, proses, budaya, dan keterpaduan lembaga pendidikan, kemudian dianalisis dan dikembangkan menjadi desain bahan ajar.

Aplikasi dalam pembelajaran, penelitian ini menghasilkan desain bahan ajar memuat konsep nganggung dengan teknik pembelajaran yang mengembangkan kecakapan sosial, fungsi nganggung diintegrasikan dengan tujuan berbicara, dapat mengembangkan kecakapan akademik dan kecakapan vokasional, dan nilai-nilai

nganggung sebagai bahan materi dapat mengembangkan kecakapan personal siswa.

Hasil uji coba untuk mengukur keterbacaan desain bahan ajar dilakukan pada siswa kelas XI PM1 SMKN 1 Sungailiat dengan respon penerimaan yang baik.

(6)

ABSTRACT

This thesis is titled “Inquiry of Nganggung Tradition in Bangka Community in Islamic Holiday Celebration and Its Exploitation as Teaching Material Oriented to Life Skill in Speaking Learning in Vocational Secondary School”. This study is back grounded by an effort to uncover the strength of Bangka culture namely nganggung as learning material in culture based education which develop life skill as education central issue. Local wisdom discourse and life skill aim to guarantee consistency between education aim and the shaping of human personality in order that education generate smart, creative and have lofty moral (knowledgeable and cultured) children. Indonesian language learning, particularly in Vocational Secondary School, aim to face the future challenge. Students’ ability in communicating become one of prerequisite to be success in working, through learning resource in a culture community. But, the outcome of speaking learning has not yet satisfying. Education based on culture strength is wise effort to reduce negative thing of education behavior. The aim of this study is to describe nganggung tradition and its exploitation as teaching material which is oriented to life skill in speaking learning. Through qualitative descriptive research method, this study use ethnography strategy with primary data and secondary data in the form of everything related with nganggung tradition. The existing data is analyzed by taxonomy technique, conceptualization and contextualization. This result of study divide the strength of nganggung into nganggung concept which is integrated as learning technique, cultural function integrated with learning aim, and cultural values of nganggung is useful as learning material. The existing strength is used to become learning activity. This integration in terms of aim, material, process, culture, and education establishment integrity, then analyzed and developed to become teaching material design.

As for application in learning, this study generate teaching material design which is contain nganggung concept with learning technique which develop social skill, nganggung function is integrated with speaking purpose, capable to develop academic skill and vocational skill, and nganggung values as teaching material capable to develop students’ personal skill. The trial result to measure the readability of teaching material design is conducted toward students of class XI PM1 SMKN 1 Sungaliat with good acceptance response.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian……….

1.2Identifikasi dan Pembatasan Penelitian………

1.3Rumusan Masalah Penelitian……… 1.4Tujuan Penelitian……….. 1.5Manfaat Penelitian……… 1.6Sistematika Tesis………..

1

9

11

11

12

(8)

BAB 2 LANDASAN TEORI

TRADISI, BAHAN AJAR, PENDIDIKAN KECAKAPAN

HIDUP, DAN PEMBELAJARAN BERBICARA

2.1 Kebudayaan dan Tradisi………. 2.1.1 Tradisi Lisan……….……….. 2.1.2 Pemanfaatan Tradisi………

2.1.2.1 Tradisi Nganggung………

2.1.2.2 Hari-Hari Besar Agama Islam………...

2.1.3 Konsep Budaya………... 2.1.4 Fungsi Budaya……… 2.1.5 Nilai Budaya……….. 2.2 Bahan Ajar, Pendidikan Berbasis Budaya, dan Pendidikan Kecakapan

Hidup

2.2.1 Bahan Ajar……….

2.2.1.1 Prinsip-prinsip dalam Memilih Bahan Ajar……….

2.2.1.2 Langkah-Langkah dalam Memilih Bahan Ajar………...

2.2.1.3 Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar………

2.2.1.4 Sumber Bahan Ajar ……….

2.2.1.5 Strategi dalam Memanfaatkan Bahan Ajar………..

2.2.1.6 Materi Prasyarat, Perbaikan dan Pengayaan………

2.2.2 Pendidikan Berbasis Budaya………..

2.2.1.1 Pembelajaran Melalui Budaya……….

2.2.3 Etnografik dan Etnopedagogik...………..………… 2.2.4 Pendidikan Kecakapan Hidup………

2.2.4.1 Pengembangan dan Prinsip Model Kecakapan Hidup………….

2.2.4.2 Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup……….

2.3 Keterampilan Berbicara ……….……….

2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK……….. 2.3.2 Tinjauan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK… 2.3.3 Kompetensi Berbicara………..

(9)

2.3.3.1 Tujuan Berbicara……….... 2.3.3.2 Ciri Khusus Berbicara……….. 2.3.3.3 Penilaian Keterampilan Berbicara………

2.3.4 Rancangan Bahan Ajar ………...………

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian………

4.1.4 Tradisi Nganggung Sebagai Identitas Budaya Bangka………

4.1.5 Penggunaan Bahasa……….

4.2 Analisis Tradisi Nganggung………

4.2.1 Nganggung pada Perayaan Maulid nabi Muhammad Saw 1434

(10)

Hijriah di desa Kemuja Kecamatan Mendobarat….……….

4.2.2 Nganggung pada Pembukaan STQ tahun 2013 Tingkat Kecamatan

4.3 Hasil Analisis………..

4.4 Analisis Konsep, Fungsi, dan Nilai Tradisi Nganggung………..

4.4.1 Konsep Tradisi Nganggung………

4.4.1.1 Manusia sebagai Mahkluk Sosial……….

4.4.1.2 Kebersamaan/Gotong Royong……….

4.4.1.3 Persaudaraan/Ikatan………

4.4.1.4 Makan Bersama………

4.4.1.5 Adat-istiadat/tradisi………..

4.4.2 Fungsi Tradisi Nganggung………..

4.4.2.1 Identitas Budaya Bangka……….

4.4.2.2 Warisan Budaya yang Bernilai………

4.4.2.3 Pembentuk Perilaku Sosial………..

4.4.2.4 Terapi Psikologis dalam Masyarakat………..

4.4.2.5 Pemersatu Masyarakat……….

4.4.2.6 Manisfestasi Keberadaan Manusia yang Beradap………..

4.4.3 Nilai-Nilai Tradisi Nganggung ………

(11)

4.4.3.6 Nilai Keindahan ………..

BAB 5 PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG SEBAGAI

BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

5.1 Pangantar……….

5.2 Pemanfaatan Tradisi Nganggung ………...

5.2.1 Konsep Nganggung dan Teknik Pembelajaran………..

5.2.2 Fungsi Nganggung dan Tujuan Berbicara……….

5.2.3 Nilai-Nilai Nganggung dan Materi Pembelajaran……….

5.3 Orientasi Kecakapan Hidup dalam Bahan Ajar Berbasis

Nganggung……….

5.3.1 Kecakapan Personal………... 5.3.2 Kecakapan Sosial…...……… 5.3.3 Kecakapan Akademik……… 5.3.4 Kecakapan Vokasional/Kejuruan………...

5.4 Desain Bahan Ajar (Modul) ……….. 5.5 Respon Validitas dan Keterbacaan Bahan Ajar………..

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup 50

Gambar 2.2 Bagan Pengintegrasian Kecakapan Hidup 51

Gambar 2.3 Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar 63

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 84

Gambar 4.1 Peta Pulau Bangka 88

Gambar 5.1 Pemetaan Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi

Kecakapan Hidup 170

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Buku Bimbingan

2. Fotokopi Surat Keputusan Pembimbing

3. Surat Keterangan dari Kepala Desa Kemuja

4. Surat Keterangan dari SMK Negeri 1 Sungailiat

5. Foto-foto Nganggung

6. Foto-foto Penerapan Keterbacaan Bahan Ajar

7. Bahan Ajar Modul

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Melestarikan tradisi hidup yang baik sebagai bekal bagi peserta didik dan

membangun kembali karakter bangsa merupakan salah satu tujuan

pendidikan.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Harapan

dari tujuan pendidikan yang telah dirumuskan adalah menjadikan peserta didik

yang dapat mengembangkan potensinya sebagai manusia secara utuh yang

memiliki kompetensi, kepribadian, keimanan, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehubungan dengan itu, pendidikan merupakan upaya untuk

membudayakan seseorang sehingga menjadi anggota masyarakat yang

aktif.Seperti dinyatakan Latif (2009:11) bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan

tidak terlepas dari pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan

masyarakat, dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan

visi masyarakat di mana pendidikan itu berada.Tujuan pendidikan selain

meningkatkan pengetahuan siswa; dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, juga dimaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam

sekitarnya.

Secara umum, pendidikan bertujuan membentuk manusia agar dapat

menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu

(15)

yang diutarakan oleh H.A.R. Tilaar (Latif, 2009:10) bahwa pendidikan merupakan

suatu proses menumbuhkembangkan peserta didik yang memasyarakat,

membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.

Berkaitan dengan hal di atas, sesuai dengan kerangka dasar dan struktur

kurikulum, pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran dalam

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, dan berkontribusi

dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui

penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan,

dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia

secara baik dan benar. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,

khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dilatarbelakangi oleh tujuan

untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik

berbahasa/berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja karena

pada era global penggunaan bahasa secara baik dan benar merupakan syarat

mutlak di dunia kerja.

Sebagaimana Wardhaugh (Chaer, 2009:33) menyatakan fungsi bahasa

adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan

pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan.Fungsi bahasa secara umum telah

mencakup fungsi ekspresi, fungsi informasi (menyampaikan sesuatu), fungsi

eksplorasi (penggunaan), fungsi persuasi (mempengaruhi), dan fungsi

entertainmen (menghibur).Melalui keterampilan berbahasa, siswa dapat

mempelajari berbagai ilmu, bahkan merupakan dasar untuk berkomunikasi atau

untuk mempelajari ilmu, di antaranya adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk

kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara lisan.Oleh

karena itu pembelajaran berbicara menjadi aspek yang mendukung bagi siswa

untuk meningkatkan eksistensi diri.Tarigan (2008:16) menyatakan, berbicara

adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

Ditambahkan pula bahwa keterampilan berbahasa (berbicara) ragam formal tidak

(16)

pembelajaran, lewat program yang direncanakan dan latihan-latihan (Purba,

2009:4).Menurut Sidi (2001:122) untuk merespon berbagai kondisi yang

diharapkan, salah satu kebutuhan penting yang dapat dilakukan adalah

menyediakan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan yang mampu

menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas setara dengan

standar.

Dalam konteks ini, pengajaran berbicara di sekolah sangat

berperan.Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk

kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara

lisan.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa juga dinyatakan

oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara

penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir,

membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih

ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan

menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Selain latihan dan praktik yang berkelanjutan, dalam mempersiapkan

pembelajaran berbicara banyak hal yang perlu dinalarkan. Di samping menyusun

rencana pembelajaran, guru harus memiliki model yang tepat agar bahan

pembelajaran dapat disajikan dan proses belajar mengajar lebih efektif dengan

perencanaan yang telah disusun. Seperti dinyatakan Tarigan (2008:22),

keterampilan yang turut menunjang, dan perlu disadari dalam keberhasilan

seseorang pembicara secara efisien adalah mengembangkan suatu keterampilan

dengan cara banyak berlatih secara teratur dan terencana.

Dengan demikian, kemampuan berbahasa terutama kemampuan berbicara

sebagai suatu kompetensi atau keterampilan, dapat dijadikan sebagai salah satu

sarana untuk menanamkan dan meningkatkan kecakapan hidup (life skill)

siswa.Kita mengenal konsep pendidikan demikian dengan pendidikan kecakapan

hidup.Arah kebijakan dan tujuan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan

pendidikan adalah untuk mengakrabkan peserta didik dengan kehidupan nyata

(17)

Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan

pendidikan.Ditambahkan oleh Nurseha (2010) dalam pelayanan pendidikan,

pendidikan kecakapan hidup merupakan jembatan penghubung antara penyiapan

peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia

kerja.Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum

dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian

profesional.Pendidikan kecakapan hidup berdasarkan pada konsep bahwa generasi

muda harus belajar untuk tahu, belajar untuk bisa, belajar untuk hidup dengan

orang lain, dan belajar untuk menjadi (sesuatu).

Akan tetapi, berdasarkan hasil pembelajaran berbicara selama ini,

diketahui bahwa pembelajaran berbicara di sekolah masih kurang

berhasil.Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang berhasilnya

pembelajaran, seperti rujukan hasil observasi di salah satu sekolah Menengah

Kejuruan di Kabupaten Bangka, di antaranya adalah dalam penerapan model yang

diajarkan pengajar.Pengajar (guru bidang studi) dalam pembelajaran kompetensi

berbicara, tidak menggunakan metode yang dapat memancing siswa untuk

berbicara.Menurut Mudini dan Purba (2009:41) selain penguasaan lambang dan

bunyi yang baik oleh pembicara, diperlukan pula penguasaan masalah dan

gagasan.Dalam hal ini, proses pembelajaran memerlukan pola penyampaian yang

dapat menggugah keinginan siswa untuk berbicara.Jika guru hanya menggunakan

metode ceramah maka pembelajaran menjadi tidak efektif karena guru

mendominasi pembicaraan di kelas.

Hal lain yang juga menjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara

dan berkaitan dengan proses berbicara adalah masalah durasi pembelajaran.

Berkenaan dengan waktu penerapan, durasi pembelajaranbahasa Indonesia di

sekolah selama ini dirasakan belum cukup memberikan ruang terjadinya proses

berbicara tersebut. Untuk sekolah menengah umum (SMA) selama satu minggu

pembelajaran di sekolah terdapat empat jam pelajaran bahasa Indonesia dengan

durasi @ 45 menit. Menurut guru pengajar materi pelajaran yang diujikan secara

(18)

perminggu saja masih sangat terasa kurang untuk mencapai target materi (Yamin,

2008:62-63).

Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dengan bobot pembelajaran yang lebih banyak, justru hanya

memberikan porsi pada pembelajaran bahasa Indonesia selama tiga tahun

sebanyak 192 jam. Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan kepada siswa kelas

XI dengan jumlah jam sebanyak 81 jam saja, 2 jam perminggu. Hal ini tentu dapat

saja memengaruhi hasil pembelajaran bahasa Indonesia, terutama pada

kompetensi berbicara. Oleh karena untuk terampil berbicara, siswa membutuhkan

suatu proses, dan proses adalah waktu.

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa masih banyak siswa SMK

yang mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasannya dalam berbicara. Salah

satu penyebabnya adalah masalah durasi pembelajaran yang tidak

mencukupi.Akibatnya, seperti yang dinyatakan Olii (2008:04), ketidakmampuan

mengungkapkan (berbicara) akan menghambat komunikasi walau seseorang

memiliki otak yang pandai. Akan tetapi, kemampuan berbicara dapat

dikembangkan melalui kesempatan yang tersedia dan strategi yang menggugah

untuk berbicara.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pembelajaran harus berlangsung secara

konstruktivis (membangun) yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu

peserta didik merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri

(Anas, 2011).Guna mencapai tujuan itu diperlukan pola dan strategi

penyelenggaraan dalam pelaksanaan pendidikan, melalui mata pelajaran yang

diperoleh siswa.Strategi pembelajaran yang pada saat ini sedang berkembang dan

marak dibicarakan adalah pembelajaran berbasis budaya.Pola dan strategi dalam

penyelenggaraan pembelajaran berbasis budaya mengintegrasikan prinsip

interaksi aktif antara siswa dan guru dengan sumber belajar dalam suatu

komunitas budaya, secara kontinyu dan konsisten serta memfasihkan peserta didik

terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, pendidikan

(19)

memberdayakan potensi daerah dalam upaya memenuhi tuntutan kebutuhan sosial

ekonomi (Anas, 2011:3). Pendidikan berbasis (keunggulan) kearifan lokal

menurut Ahmadi dkk (2012:9) adalah pendidikan yang memanfaatkan

(keunggulan) lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi

dan komunikasi, dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan

kompetensi peserta didik.

Pidarta (Alwasilah dkk, 2009:55) menyatakan, beragam etnik, budaya,

serta beragam kearifan lokal merupakan kekuatan yang masih perlu digali sama

halnya dengan aspek sosial, aspek budaya juga sangat berperan dalam proses

pendidikan. Bahkan dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur

budaya. Hal ini dipertegas oleh Alwasilah dkk (2009:18) bahwa variabel budaya

memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif

budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta pandangan

dunia tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, pola bahasa dan penerapan teknologi

dan lain-lain, saling berhubungan dan melekat dengan budaya. Oleh karena fakta

bahwa pendidikan adalah proses sosio-kultural, pengujian kritis peran budaya

dalam kehidupan manusia sangat diperlukan untuk memahami dan mengontrol

proses edukatif.

Negara Indonesia dalam hal ini, merupakan negara yang kaya dengan

kebudayaan. Adapun secara keseluruhan corak budaya Indonesia dapat dibedakan

menjadi tiga bentuk: kebudayaan Melayu, kebudayaan Jawa dan kebudayaan

nonmelayu dan nonjawa. Dari pembagian budaya tersebut, budaya Bangka

termasuk dalam rumpun budaya Melayu.Salah satu budaya melayu daerah Bangka

dan termasuk tradisi yang menjadi jati diri budaya yaitu tradisi

nganggung.Nganggung adalah budaya masyarakat Melayu Bangka yang sudah

mentradisi, dapat dikatakan sebagai salah satu identitas masyarakat Bangka,

sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang yang mencerminkan sifat

kegotong-royongan.Nganggung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap bubung

rumah membawa makanan di dalam dulang atau talam ke tempat (hajatan)

tertentu untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama.Tradisi ini

(20)

serta gotong-royong, dan selalu menjaga tali persaudaraan.Kegiatan ini

dilaksanakan penduduk setempat dalam rangka memperingati hari-hari besar

agama Islam.

Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, budaya atau tradisi

nganggung sebagai warisan bangsa yang dimiliki daerah dapat diposisikan

sebagai keunggulan lokal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus bagi

pemerintah dan menjadi bagian integral dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Kearifan lokal budaya nganggung merupakan kekuatan yang masih perlu digali

mengingat budaya ini erat dengan aspek sosial, dan menjadi aspek budaya yang

berperan dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan Alwasilah (2009:18) tidak

ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya, dan bahwa variabel budaya

memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif

budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta bahwa budaya

memuat tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, dan pola bahasa.

Menyadari bahwa pendidikan berbasis budaya menjadi alternatif yang

layak digunakan untuk memperbaiki proses pendidikan, tradisi nganggung pun

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Alwasilah dkk (2009:41)

menyatakan, agar pendidikan mampu merealisasikan cita-citanya, maka

diperlukan sebuah konsep atau kerangka pendidikan yang mampu

mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia bersama budaya.Konsep

ini yang disebut dengan etnopedagogi. Dengan kata lain etnopedagogik menurut

Alwasilah dkk (2009;41) berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan budaya yang

ada, merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku

pendidikan seperti kehilangan jati diri, tidak peka sosial dan tumpulnya

kecerdasan sosial.

Demikian dengan penelitian terhadap budaya nganggung, penelitian

tentang penerapan budaya ini terhadap pembelajaran di sekolah khususnya belum

banyak ditemukan.Kegiatan menganalisis budaya lokal yang ada dipadukan

dengan kecakapan hidup siswa, sesuai dengan isu sentral pendidikan kejuruan

misalnya, juga belum banyak dilakukan.Mengingat telah diketahui bahwa

(21)

bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan seperti siswa kurang

memahami identitas daerahnya, dan kurang berjiwa sosial. Konsep ini

sebagaimana dinyatakan Alwasilah (2009:41) diharapkan dapat menggali

berbagai unikum kearifan lokal (local genius) beserta nilai-nilai budaya yang

terkandung di dalamnya.

Latar belakang ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menggunakan budaya (tradisi nganggung) sebagai desain bahan

ajar/pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi

berbicara. Suatu metode atau bahan yang mudah dan tersedia untuk meningkatkan

kemampuan berbicara siswa yang berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan

ranah kejuruan yang dipilih siswa. Penulis termotivasi untuk memanfaatkan

budaya/tradisi nganggung sebagai bahan ajar dalam pembelajaran berbicara

karena tradisi ini memuat konsep bermusyawarah, bekerja sama, yang dapat

dikaitkan dengan teknik pembelajaran berbicara. Penulis ingin memberikan

strategi baru berkaitan dengan pembelajaran berbicara, dan pencapaian standar

dalam waktu yang efektif sesuai dengan tuntutan kurikulum di SMK melalui

pembelajaran berbasis budaya nganggung.

Sementara itu, hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa strategi

pengajaran dengan pembelajaran berbasis budaya telah menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa, di antaranya penerapan pembelajaran berbasis budaya (Sunda)

dalam mata pelajaran MIPA (Ikhsan, 2006) menunjukkan pencapaian dalam

keterampilan siswa memahami dan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis

budaya (Sunda) yang dilakukan oleh Hernawan (2009) yang mengkaji tingkat

keterlibatan/aktivitas siswa dalam proses belajar menulis dan menunjukkan

keefektivan model pembelajaran tersebut. Demikian juga pembelajaran berbasis

budaya (cerita rakyat Sunda) yang menggali sastra daerah sebagai bahan ajar

apresiasi sastra oleh Merdiyatna (2012) menyatakan bahwa cerita rakyat efektif

sebagai bahan kajian sastra bagi peserta didik.

Bidang budaya yang diterapkan dalam penelitian di atas merupakan

budaya sastra lisan yang memiliki wacana tulis dan dijadikan bahan bagi

(22)

sastra lisan dan dijadikan materi pembelajaran bagi siswa untuk menuliskan

kembali pengalaman mereka terhadap budaya yang ada.Penelitian tentang

penerapan pendidikan berbasis budaya berupa adat-istiadat masyarakat belum

banyak diteliti.Misalnya bagaimana suatu konsep budaya, nilai budaya dipandang

sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk

meningkatkan kompetensi sesuai dengan tingkatan keilmuan siswa.Hal inilah

yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis

lakukan.

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis menerapkan konsep

pembelajaran berbasis budaya Bangka, tradisi nganggung. Penelitian ini

memanfaatkan budaya nganggung sebagai desain bahan ajardalam proses

pembelajaran berbicara untuk siswa SMK. Pembelajaran ini diharapkan dapat

menguatkan aspek-aspek dengan berorientasi pada kecakapan hidup siswa.

Kecapakan hidup tersebut mencakup: kecakapan hidup akademis, kecakapan

hidup vokasional, kecakapan hidup sosial, dan kecakapan hidup personal.

Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana budaya atau tradisi nganggung,

dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam

pembelajaran berbicara siswa di SMK.Penelitian lapangan mengenai tradisi

nganggung secara umum dilakukan di kabupaten Bangka, dan penelitian secara

khusus dilakukan di Desa Kemuja Kecamatan Mendo Barat Kabupaten

Bangka.Uji coba keterbacaan bahan ajar dilakukan di SMK Negeri 1 Sungailiat

Kabupaten Bangka.Kegiatan ini penulis laksanakan melalui penelitian

deskriptifkualitatif dengan judul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat

Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK.”

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan kajian tradisi

nganggung, dan pemanfaatan tradisi nganggung bagipembelajaran bahasa

(23)

Penelitian ini berkenaan dengan budaya nganggung dan pembelajaran

yang meliputi:

1. Konsep, fungsi, dan nilai tradisi nganggung di Kabupaten Bangka.

2. Hal yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam

pembelajaran berbicara. Masalah-masalah yang terkait dengan kemarnpuan

berbicara siswa dan waktu pembelajaran.

3. Masalah yang terkait dengan kemampuan guru dalam proses pembelajaran

yaitu bagaimana membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan

berbicara dan harnbatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan pembelajaran.

4. Penerapan kecakapan hidup dalam pembelajaran di kelas.

5. Bagaimana guru dalam mendesain pembelajaran berbahan ajar budaya

nganggung berorientasi pada kecakapan hidup yang meliputi:

a. kecakapan hidup akademis (menguasai pengetahuan, bersikap ilmiah);

b. kecakapan hidup vokasional (kecakapan dalam bidang kejuruan);

c. kecakapan hidup sosial (cakap bekerja sama dan berkomunikasi); dan

d. kecakapan hidup personal (kesadaran diri dan kecakapan berpikir

menggunakan rasio atau pikiran).

6. Mengatasi masalah durasi pembelajaran yang telah ditentukan kurikulum

sekolah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Adapun kemampuan berbicara sesuai kompetensi dasar bahasa Indonesia

SMK pada tingkat XI, mencakup: berdiskusi yang bermakna dalam konteks

bekerja; bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja; dan

menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks bekerja.

Sementara itu situasi pembelajaran yang dihadapi di lapangan:

1) rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran berbicara;

2) kurangnya variasi guru dalam strategi kegiatan belajar mengajar di kelas;

3) kurangnya kemampuan berbicara siswa sesuai dengan tujuan berbicara;

4) kurangnya kemauan siswa dalam berbicara sesuai dengan tujuan

(24)

5) sedikitnya durasi pembelajaran mata diklat bahasa Indonesia dalam

seminggu, mengakibatkan terbatasnya waktu untuk berlatih.

Berdasarkan uraian di atas, pembatasan penelitian ini difokuskan pada

menganalisis budaya nganggung meliputi konsep, fungsi, dan nilai nganggung,

dan bagaimana desain pemanfaatannya, dengan berorientasi pada kecakapan

hidup sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran berbicara. Peristiwa budaya

yang dijadikan bahan pembelajaran adalah peristiwa nganggung, yaitu tradisi

masyarakat Melayu mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang (baki

besar) sebagai wujud sifat kebersamaan dan kegotong-royongan dalam merayakan

suatu acara.

Pembelajaran berbicara dengan pendekatan berbasis budaya bertujuan

mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa yang diharapkan mampu

mendorong siswa menghasilkan, menyimpan, menerapkan, dan mengelola

kompetensi dirinya.

1.3Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dikemukakan

rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah konsep nganggung?

2. Bagaimanakah fungsi tradisi nganggung ?

3. Nilai-nilai budaya apakah yang terdapat dalam tradisi nganggung?

4. Bagaimanakah orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam

penerapan tradisi nganggung dalam pembelajaran berbicara di SMK?

5. Bagaimanakah desain bahan ajar penerapan tradisi nganggung berorientasi

kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara di SMK?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi nganggung dan

pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup meningkatkan

kemampuan berbicara siswa SMK.

(25)

1. Mendeskripsikan konsep nganggung.

2. Mendeskripsikan fungsi tradisi nganggung.

3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi nganggung.

4. Mendeskripsikan orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam

penerapan tradisi nganggung sebagai bahan ajardalam pembelajaran

berbicara di SMK.

5. Menyusun dan mengembangkan desain bahan ajar dengan penerapan

tradisi nganggung berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran

berbicara di SMK.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1) Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap

perkembangan ilmu budaya, khususnya yang berkaitan dengan tradisi adat

istiadat nusantara, dan gambaran yang jelas tentang penerapan

pembelajaran berbasis budaya berorientasi kecakapan hidup dalam proses

pembelajaran (khususnya di SMK).

2) Manfaat Praktis

(1) Bagi siswa

a. Mengenal budaya yang ada dengan baik serta bersosialisasi dalam

budayanya.

b. Memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa

sehingga kompetensi berbicara menuju pada keterampilan

berbahasa meningkat.

c. Memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran

berbicara dalam menyatakan pendapat secara bersama dengan

pembelajaran melalui budaya sendiri (budaya nganggung).

d. Mengantarkan siswa akan kesadaran yang dilandasi kebijakan

(wisdom) pada kondisi dengan berbagai produk kearifan (budaya

(26)

(2) Bagi guru

Berguna sebagai informasi dan sumbangan pengetahuan/pemikiran

bagi pengajar bahasa Indonesia dan pengelola di SMK, sehingga dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK)-khususnya, yang menyiapkan lulusan agar

menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

(3) Bagi peneliti

Berguna sebagai ilmu pengetahuan tentang kebermanfaatan tradisi

nganggung sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam

pembelajaran berbicara, dan dapat meminimalisir kelemahan dalam

penerapan metode untuk meningkatkan kembali rancangan dan

aplikasi pembelajaran di kelas.

(4) Bagi pemerintah dan instansi terkait

Berguna sebagai referensi untuk mengadakan penelitian,

pengarsipan, pembinaan, sekaligus pelestarian budaya Bangka.

(5) Bagi budaya daerah

Sebagai wadah pembinaan dan pengeksplorasian budaya dalam

kepentingan sosialisasi dan revitalisasi.

1.6 Sistematika Penulisan Tesis

Perincian penulisan pada karya ini terdiri atas enam bab. Bab

Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Metode Penelitian, Bab Hasil dan

Pembahasan, Bab Desain Bahan Ajar, dan bab keenam; Bab Simpulan dan Saran.

BAB PENDAHULUAN berisi uraian tentang latar belakang diadakannya

penelitian ini. Pada bab ini terdiri atas subbab Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi dan Pembatasan Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, dan

(27)

BAB LANDASAN TEORI. Pada bab 2 ini berisi teori-teori dan referensi

lain yang digunakan selama penelitian. Teori dan referensi yang digunakan

merupakan bekal bagi peneliti untuk memahami situasi budaya/sosial yang

diteliti.Memahami situasi nganggung dari referensi yang ada dapat memerkaya

wawasan peneliti sehingga peneliti mampu bertanya dan menganalisis

bagian-bagian budaya atau jawaban responden. Teori dan referensi pada bab kedua ini,

berupa materi yang berkaitan dengan nganggung, bahan ajar, identifikasi

kecapakan hidup, pendidikan berbasis budaya, kurikulum mata pelajaran bahasa

Indonesia di SMK, dan pembelajaran berbicara.

BAB METODE PENELITIAN. Bab ketiga ini menjelaskan alasan

pemilihan metode yang digunakan, tempat penelitian, data penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data serta prosedur

penelitian.

BAB TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini terbagi atas dua bab

yaitu Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Pemanfaatan Tradisi

Nganggung yang berisipenerapan hasil kajian budaya sebagai desain bahan ajar.

Bab empat berisi deskripsi tradisi nganggung dan kajiannya melingkupi konsep,

penggunaan bahasa, fungsi, dan nilai yang terkandung di dalamnya. Temuan yang

dihasilkan selanjutnya dibahas, dan pada bab lima berisi implikasi budaya

nganggung (diintegrasikan) menjadi sebuah desain bahan ajar dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yang berbentuk modul.

BAB SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab keenam ini mendeskripsikan

ringkasan konsep dan fungsi tradisi nganggung serta nilai-nilai yang terkandung

didalamnya. Hasil kajian budaya itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar

berorientasi kecakapan hidup, yang mengutamakan bentuk kegiatan

gotong-royong dan kebersamaan dalam kegiatan pembelajaran berbicara di Sekolah

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian metode penelitian ini akan dijelaskan tentang metode

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, instrumenpenelitian, dan prosedur penelitian.

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.

Metode ini dipilih dengan alasan karena permasalahan dalam penelitian ini belum

jelas, holistik, dinamis, dan kompleks, sehingga tidak mungkin data pada situasi

sosial tersebut dijaring secara kuantitatif. Metode ini digunakan untuk

mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan menguraikan hal-hal yang

menjadi perhatian dan mendukung objek penelitian. Sukmadinata (2009:60) juga

menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

mendeskripsikan dan menjabarkan fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, dan

sikap, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dengan menggunakan

kata atau kalimat.

Pada penelitian ini data yang terkumpul berwujud kata-kata dan tidak

mengadakan perhitungan. Seperti dinyatakan Miles dan Huberman (1992:15)

pada penelitian kualitatif data yang muncul berwujud kata-kata dan penelitian

kualitatif tidak mengadakan perhitungan. Selain itu, peneliti bermaksud

memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola dan teori, bahkan

situasinya (Sugiyono, 2011:381).

Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif, dalam

konteks ini strategi penelitian yang digunakan adalah etnografi. Tujuan penelitian

dengan menggunakan metode ini untuk memperoleh gambaran umum mengenai

subjek penelitian (Creswell, 2010: 294). Etnografi adalah uraian dan penafsiran

suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti mengkaji kelompok tersebut

dan mempelajari pola perilaku, dan kebiasaan tradisi yang digunakan oleh

(29)

kehidupan sosial budaya suatu masyarakat (Maryaeni, 2005:59). Dengan

pengertian lain kegiatan melalui metode ini adalah sebuah proses dan hasil dari

sebuah penelitian yang berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat

menyingkap bagaimana manusia mendeskripsikan dan menstrukturkan dunia

(Fraenkel dan Wallen dalam Creswell, 2010:294).

Danandjaya (1997:193) menyatakan bahwa penelitian dengan tujuan

pengarsipan atau pendokumentasian bersifat penelitian di tempat. Dengan

penelitian seperti ini, menurutnya, ada tiga tahap yang harus dilalui oleh peneliti

agar penelitiannya berhasil, yaitu (1) tahap penelitian di tempat; (2) tahap

penelitian di tempat sesungguhnya; dan (3) cara pembuatan naskah bagian

pengarsipan. Berdasarkan langkah di atas, pengumpulan data dilakukan dengan

persiapan sebagai berikut:

1) Menetapkan daerah yang dijadikan tempat (lokasi) penelitian;

2) Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan

data;

3) Menentukan informan;

4) Merekam pertunjukan tradisi; dan

5) Melakukan wawancara terhadap penutur dan informan.

3.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat

Kabupaten Bangka. Lokasi ini dipilih karena desa ini merupakan salah satu desa

di Kabupaten Bangka yang tetap mempertahankan tradisi nganggung hingga

lestari dan dilaksanakan sebagai agenda pariwisata kabupaten. Guna memperoleh

data tambahan, data penelitian ini juga diambil dari beberapa desa lain yang juga

melaksanakan nganggung seperti Desa Kretak, Desa Zed, Desa Tuatunu, Desa

Jelutung, Desa Bakam, dan Desa Kayu Besi.

3.2.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan

(30)

atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan dan data

sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan artikel yang bersumber dari

berbagai media dan institusi.

3.2.1.2Data Primer

Peneliti melakukan wawancara dan pengamatan langsung di lokasi

penelitian, dengan menyiapkan pedoman wawancara agar dapat menggali

informasi sebanyak mungkin. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan

budayawan, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat. Sumber data dalam

penelitian ini diperoleh dari informan yang dianggap memiliki power dan otoritas

pada situasi sosial atau objek penelitian sehingga dapat “membuka jalan” ke mana

tujuan penelitian didapat.

3.2.1.2Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah ada yang telah diolah dalam

bentuk artikel, buku, situs internet dan dokumen lainnya yang mengetengahkan

perihal nganggung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan metode yang digunakan, data penelitian ini diperoleh dari

data di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik survey, dokumentasi, observasi, angket, wawancara, dan triangulasi. Untuk

lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.

1) Teknik Survei

Teknik ini lazim digunakan untuk memahami pendapat dan sikap

sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan

kelengkapan informasi dengan menggunakan interviu (Maryaeni,

2005:67-68). Pengayaan informasi dilakukan juga melalui kegiatan observasi.

2) Observasi

Observasi lapangan dilaksanakan pada tahap penelitian pendahuluan dengan

(31)

pustaka juga dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya. Edwards dan

Talbott (Maryaeni, 2005:68) menyatakan “All good practitioner research

studies start with observations”. Bentuk observasi yang dilakukan untuk merumuskan masalah, memahami detail permasalahan guna menemukan

detail pertanyaan yang akan dituangkan dalam pertanyaan juga untuk

menentukan strategi pengambilan data yang tepat. Hasil observasi pada

penelitian ini berupa catatan, rekaman dan dokumen peristiwa.

3) Teknik Angket

Angket diberikan kepada tokoh masyarakat untuk mengetahui budaya

nganggung. Angket juga diberikan kepada siswa untuk mendapatkan

informasi tentang proses pembelajaran berbicara.

4) Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali informasi tentang budaya nganggung

dari tokoh masyarakat/budaya setempat, dan informasi tambahan yang

bersumber dari siswa tentang aplikasi metode pembelajaran dalam

penelitian. Maryaeni (2005:70) dan Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233)

menyatakan, pengumpulan data dalam penelitian kebudayaan dengan teknik

interviu (wawancara) dapat dilakukan dalam bentuk terstruktur, semi

terstruktur, dan tak terstruktur.

Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik

pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi

apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara

pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan

wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan

pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti

dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Tentunya,

pengumpul data tersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang

sama.

Wawancara semiterstruktur (semistructure interview) sudah termasuk

(32)

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak

wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan

wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

variasi interviu secara bergantian untuk berbagai kesempatan.

Alat pengumpul data menggunakan:

1)tape redorder

Tape recorder digunakan untuk merekam pembicaraan pada saat peneliti

mengadakan wawancara dengan para informan mengenai tuturan-tuturan yang

berkaitan dengan tradisi nganggung.

2) kamera atau camecoder

Kamera atau camecoder diperlukan untuk mengambil gambar atau video pada

saat penelitian dilaksanakan baik pada saat ritualnya maupun pada saat

wawancara sebagai bukti yang paling akurat.

3) catatan lapangan

catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan

perlu dalam mendukung penelitian tersebut.

3.4Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei, observasi, angket, dan wawancara.

Teknik ini akan dijelaskan sebagai berikut.

 Teknik survei digunakan untuk memahami pendapat dan sikap

sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan

kelengkapan informasi dengan menggunakan pertanyaan.

 Teknik observasi, digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

(33)

mendeskripsikan model nganggung dan kualitas pembelajaran dengan

metode yang digunakan.

 Teknik angket, digunakan untuk mendapatkan informasi atau tanggapan

siswa tentang proses pembelajaran dalam penelitian.

 Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi tambahan yang

bersumber dari siswa dan tentang penerapan metode pembelajaran dalam

penelitian.

3.4.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif ada yang diperoleh saat peneliti

memasuki lapangan. Teknik analisis data adalah cara cepat yang operasional,

yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang

pada proses sistematis yang terdapat dalam metode (Iskandarwassid dan

Sunendar, 2009:43). Kegiatan analisis data meliputi kegiatan: (1) pengurutan data

sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin

diperoleh; (2) pengorganisasian data dalam formasi, kategori, ataupun unit perian

tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti; (3) interpretasi peneliti berkenaan

dengan signifikansi butir-butir atau pun satuan data yang sejalan dengan

pemahaman yang ingin diperoleh; (4) penilaian atas butir ataupun satuan data

sehingga membuahkan simpulan: baik atau buruk, tepat atau tidak tepat,

signifikan atau tidak signifikan (Maryaeni, 2005:75). Dengan demikian teknik

analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan

pengurutan data tentang konsep, fungsi, dan nilai budaya yang terdapat pada

tradisi yang diteliti, sehingga pada akhirnya dapat ditarik simpulan tentang

kajiannya dan pemanfaatan sebagai bahan ajar.

Analisis dilakukan terhadap data yang akan digunakan untuk menentukan

hasil yang sifatnya sementara karena data akan berkembang setelah di lapangan

(Sugiyono, 2010:336). Analisis data dilakukan dengan memperhatikan (1)

masalah, definisi konsep-konsep pokok, dan dasar penandaan berkenaan dengan

pemilahan dan penghubungan data penelitian yang lazimnya dihubungkan dengan

(34)

interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi (Becker dan Geer dalam Maryaeni,

2005:27). Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:334) menyatakan, dalam analisis

data, ada tiga langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1) Reduksi, yaitu memilih data mengenai mana yang penting, dan membuang

yang tidak digunakan.

2) Data display, yaitu menjadikan data ke dalam pola; dan

3) Conclusion/verification, yaitu membuat simpulan berupa teori yang

selanjutnya dikonstruksi.

Demikian dalam penelitian ini, memperhatikan relevansinya dengan

masalah, interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi, teknik analisis data

dilakukan dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan kontekstualisasi. Teknik

taksonomi merupakan suatu pencarian bagian-bagian dari suatu kebudayaan dan

hubungan dari berbagai bagian tersebut dengan keseluruhannya. Teknik

konseptualisasi merupakan kegiatan membentuk dan menyusun ide-ide dasar

dalam penelitian berdasarkan ciri-ciri umum dan khusus data yang diperoleh di

lapangan. Sementara itu teknik kontekstualisasi merupakan kegiatan

keterhubungan antara satu hal dengan yang lain dalam satu situasi tertentu.

Kejadian atau informasi yang erat dengan informasi sebelumnya. Studi

kontekstual merupakan telaah aspek kebudayaan yang bergantung pada situasi

dan kondisi sekitarnya (Patton dalam Maryaeni, 2005:27).

Adapun kegiatan analisis dilakukan sebagai berikut.

1. Data dianalisis sejak awal penelitian;

2. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, artinya didasarkan pada

kenyataan di lapangan;

3. Untuk menganalis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu

menentukan konsep (aspek-aspek struktur), fungsi, dan nilai-nilai tradisi

nganggung, menggunakan teknik taksonomi, konseptualisasi,

dankontekstualisasi;

4. Mengelompokkan data tersebut berdasarkan ke dalam kategori fungsi, konsep,

dan nilai budaya tradisi nganggung;

(35)

6. Menganalisis desain pembelajaran yang akan disusun;

7. Menyusun perencanaan desain pembelajaran;

8. Menarik simpulan; dan

10.Membuat laporan.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan teknik

pengumpulan data yang digunakan. Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data/mendapatkan data (Sudaryanto, 1988:9).

Instrumen penelitian ini berupa pedoman wawancara/observasi, pedoman

penilaian bahan ajar dan pedoman penilaian kemampuan berbicara. Dalam hal ini

peneliti sendiri menjadi kunci, seperti dinyatakan Nasution (Satori dan Komariah,

2009:16) bahwa peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus

yang ada di lingkungan yang harus diperkirakan bemakna atau tidak.

Kedua, peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

lingkungan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Ketiga, peneliti

sebagai instrumen dapat mengambil simpulan dan menafsirkannya, melahirkan

hipotesis yang timbul seketika. Keempat, hanya menusia yang dapat mengambil

simpulan dari data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakna untuk

memperoleh penegasan dan perubahan.

Pedoman observasi

Observasi dilakukan secara mendalam untuk mengetahui konsep, nilai

budaya, dan fungsi tradisinganggung. Bentuk tradisi akan dilihat pada kegiatan

yang berlangsung yang dinyatakan dalam setiap bentuk ekspresi, sikap, dan

tindakan berdasarkan syarat-syarat dan rukun perbuatan atau tindakan tertentu

yang diselenggarkan dalam prosesi atau upacara. Bentuk pedoman observasi yang

(36)

KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG, BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA

BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DAN KEMAMPUAN BERBICARA

5. Aspek kecakapan hidup

(37)

Pedoman Wawancara/observasi

Instrumen ini diperlukan untuk mendapatkan data berupa informasi tentang pesan,

fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi nganggung. Jawaban

Anda akan menjadi bahan yang sangat membantu memperdalam kajian ini.

Identitas Inforrnan

1. Nama lengkap :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Tempat Tinggal :

1. Bagaimanakah proses terbentuknya budaya nganggung? Atau mengapa budaya

nganggung ada?

2. Bagaimanakah perkembangan pelaksanaan nganggung pada masyarakat?

Bagaimana pelaksanaannya?

3. Apakah tujuan diadakan nganggung?

4. Apakah ada waktu khusus untuk melaksanakan kegiatan nganggung tersebut?

5. Berupa kegiatan apakah nganggung itu?

6. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut? Dan bagaimana

penyebarannya?

7. Tradisi yang dilakukan, apakah dalam bentuk acara pesta atau acara khusus

yang sangat sakral untuk suatu keperluan?

8. Bagaimanakah makanan dan minuman dikemas? Apakah ada menu khusus

yang disiapkan dalam tradisi tersebut, dan apa saja jenis makanan pada

umumnya?

9. Apakah ada ucapan (bahasa)/doa khusus/percakapan khusus yang dipakai

dalam proses pelaksanaannya? Bagaimana bahasanya?

10.Bahasa apakah yang digunakan dalam pelaksanaan nganggung? ( jelaskan

(38)

11.Bagaimanakah peran nganggung bagi masyarakat sendiri? Apakah nganggung

wajib dan mengikat masyarakat?

12.Tradisi nganggung selalu berkenaan dengan perayaan apa saja? Dan

bagaimana pelaksanaannya di daerah ini?

13.Bagaimana jika masyarakat setempat tidak mengikuti/melaksanakan

nganggung?

14.Pelaksanaan nganggung dapat dijadikan ciri/sifat warga mayarakatat di suatu

daerah, bagaiamana pendapat Saudara?

15.Siapa sajakah yang diperbolehkan makan bersama dalam tradisi nganggung?

16.Bagaimanakah pengaturan: makanan, tata letak duduk dan tradisi nganggung?

17.Bagaimana perasaan Saudara dan handai taulan bila mengikuti nganggung?

18.Selain sebagai pemersatu, apakah fungsi nganggung yang lain?

19.Apakah ada unsur nilai budaya yang terkandung dalam kegiatan itu: hubungan

manusia dengan Tuhan;

20.Bagaimana hubungan manusia dengan karyanya?

21.Bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya?

22.Bagaimana hubungan manusia dengan ruang waktu?

23.Nganggung biasanya menggunakan dulang, bagaimana konsep dulang dalam

tradisi nganggung?

24.Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan dalam tradisi nganggung?

25.Bagaimana bentuk pelestarian budaya nganggung?

26.Bagaimana peran pemerintah dalam melestarikan dan membudayakan tradisi

nganggung?

27.Dikaitkan dengan pendidikan, bagaimanakah tradisi nganggung dapat

(39)

2. Instrumen untuk Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi

Kecakapan Hidup

1. Pengantar

Bahan ajar berbasis tradisi nganggung yaitu bahan ajar yang mengadopsi

budaya nganggung ke dalam materi pembelajaran. Siswa diajak dalam kegiatan

belajar mengajar melalui budaya nganggung. Desain bahan ini dalam bentuk

bahan ajar cetak berupa modul pembelajaran. Dengan desain ini diharapkan akan

muncul pengembangan kecakapan hidup siswa, yaitu kecakapan personal,

kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejuruan siswa.

2. Petunjuk

Mohon dijawab item-item instrument bahan ajar berbasis budaya

berorientasi kecakapan hidup yang diterapkan oleh guru di kelas. Jawaban

diberikan dengan memberi tanda (√) cek list pada kolom ya atau tidak sesuai

temuan yang terdapat dalam desain bahan ajar. Jawaban yang diberikan sangat

membantu dalam menentukan kebermanfaatan bahan ajar ini.

3. Instrumen

No.

item Pertanyaan tentang bahan ajar Pernyataan

1 2 3 4

Ya Tidak

1 Cakupan materi bahan ajar sesuai dengan

kompetensi dasar (KD) siswa

2 Materi disajikan secara prosedural, sesuai

fakta, konsep dan paparan menarik

3 Materi disajikan sesuai dengan informasi yang sedang berkembang

4 Bahan materi disertai contoh-contoh yang

sesuai dengan kekinian, fakta, realita

(40)

6 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

7 Bahan ajar yang disajikan menggunakan

bahasa yang komunikatif

8 Bahan pembelajaran bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi berbicara siswa

9

Bahasan dalam materi bahan ajar disampaikan secara teratur dan utuh. Misalnya kegiatan dimulai dari kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar 2, dan seterusnya (pola pikir teratur)

10 Penyajian bahan menggunakan kaidah bahasa

Indonesia yang benar

11

Penyajian materi disisipi dengan penggunaan istilah sesuai dengan kompetensi kejuruan dan digunakan secara konsisten

12

Bahan ajar menyajikan peta konsep yang memperlihatkan adanya hubungan kompetensi dengan materi bahan ajar

13 Bahan ajar yang disajikan didukung dengan ilustrasi dan contoh yang menarik

14

Penyajian materi terbagi dalam tiga bagian yang berkesinambungan: pembukaan, isi dan penutup

15

Bahan ajar menyajikan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi

16 Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa

17 Materi bahan ajar sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang dituju

18

Materi yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran memuat konsep tradisi

nganggung yaitu: materi manusia sebagai

makhluk sosial, kebersamaan, persaudaraan dan tradisi

19

Kegiatan pembelajaran memberikan

(41)

nganggung,identitas budaya Bangka

20

Kegiatan pembelajaran memuat materi budaya

nganggung dengan langkah-langkah kegiatan

seperti struktur nganggung, dari siswa untuk siswa

21 Kegiatan pembelajaran memuat nilai-nilai

budaya nganggung; toleransi, kebersamaan, dan gotong-royong

22 Ilustrasi atau gambar yang disajikan memuat gambar-gambar budaya/tradisi nganggung

23

Kegiatan pembelajaran menggunakan konsep nganggung; mulai dari „rembugan sampai dengan makan bersama‟ kegiatan diskusi kecil sampai dengan penilaian secara bersama

24

Materi dalam bahan ajar yang disajikan memunculkan/mengembangkan kecakapan personal

a) Siswa beriman kepada Tuhan YME; b) Siswa dapat berpikir secara rasional,

berpikir logis;

c) Siswa terus menggali informasi dalam

belajar;

d) Siswa dapat mengambil keputusan dengan

cepat;

e) Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok

dengan prinsip kebersamaan.

25

Materi dalam bahan ajar yang disajikan menuntut siswa mengembangkan kecakapan sosial; di antaranya

a)Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok

tanpa menunggu perintah karena telah memahami tugas masing-masing;

b)Siswa bertanggung jawab terhadap

tugasnya;

c)Siswa berinteraksi dengan baik;

d)Siswa bersikap disiplin dalam kegiatan

belajar; dan

e)Siswa dapat mengemukakan pendapat di

depan umum dengan lancer dan baik.

(42)

memuat dan mengembangkan kecakapan akademik siswa, di antaranya:

a)Siswa mengenal lingkungannya dan

menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan;

b)Siswa dapat mengeluarkan solusi terhadap

permasalahan yang muncul;

c)Siswa dapat menggunakan teknologi;

d)Siswa dapat merumuskan masalah dengan

baik; dan

e)Siswa berpikir sesuai dengan keilmuan yang

ia peroleh

27

Materi dalam bahan ajar yang disajikan memuat dan mengembangkan kecakapan vokasional/kejuruan siswa, di antaranya;

a)Siswa terampil melakukan persiapan dan

pelaksanaan presentasi;

b)Siswa mampu melakukan negosiasi dengan

baik; dan

c)Siswa dapat menyampaikan/berkomunikasi

dengan baik kepada

publik/konsumen/pelanggan

28 Bahan ajar memuat proses evaluasi yang

sesuai materi

29 Evaluasi mencakup uji kognitif, keterampilan,

dan sikap

30 Evaluasi dapat mengukur keterampilan

berbicara siswa

31 Bahan ajar memuat judul dan kompetensi yang

dituju

32 Bahan ajar yang disajikan mencantumkan petunjuk umum sesuai dengan langkah-langkah sebuah modul

33 Materi yang disajikan utuh, sesuai dengan

tingkatan siswa pada kompetensi dasar

*Dikutip dari instrumen penilaian pusat perbukuan dengan beberapa perubahan

(43)

Jawaban diberikan dengan memberikan tanda ceklis ( √ ) pada salah satu aspek yang sesuai, dan memberikan nilai pada kolom penilaian yang disediakan sesuai dengan tolok ukur kemampuan siswa.

Nama Siswa :

jika isi pembicaraan memuat topik dan isi yang terjalin dengan baik, gagasannya menarik, menyajikan unsur budaya setempat, isi seuai dengan tema;

jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari keempat unsur di atas;

jika isi pembicaraan hanya memuat 2 dari keempat unsur;

jika isi pembicaraan hanya memuat 1 dari empat unsur pada point 4

Jika isi pembicaraan menyajikan struktur bahasa yang baik, pilihan kata, lafal, serta intonasi yang baik;

Jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari

3. Teknik 4 Jika isi pembicaraan disampaikan dengan penguasaan

(44)

penyampaian

3

2

1

materi yang baik, organisasi penyampaian teratur (pendahuluan, isi, penutup), memuat unsur budaya, dengan volume suara jelas;

Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 3 dari keempat hal di atas;

Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 2 dari keempat hal pada point 4;

Jika isi pembicaraan disampaikan hanya memenuhi satu dari empat hal.

4. Performasi 4

3

2

1

Jika penyampaian dilakukan dengan lancar, pandangan kepada audien menyebar, gerak-gerik (mimik) yang wajar, dan penampilan sesuai dengan tema;

Jika penyampaian yang diperlihatkan memenuhi tiga hal dari empat hal di atas;

Jika penyampaian memperlihatkan dua dari keempat hal pada point 4;

Jika penyampaian hanya memenuhi satu dari keempat hal di atas.

Sungailiat, Maret 2013

Pengamat

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup
gambar-gambar budaya/tradisi  Kegiatan pembelajaran menggunakan konsep
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Gambar 5.2  Implikasi Kegiatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan suatu sistem ekonomi yang masih menggunakan faktor-faktor produksi dengan pola tradisional atau adat kebiasaan yang tergantung pada faktor alam.. Motivasi

bukan pada 16s rRNA maka organism tersebut bukan bakteri dan atau PCR yang dilakukan. kurang sempurna yang mengakibatkan hasil PCR tidak dapat digunakan sebagai

Keputusan Walikota Semarang Nomor 640/488 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembayaran Angsuran dan Tata Cara Pemberian Pengurangan Keringinan dan Pembebasan Retribusi

- In 1977 two separate methods for sequencing DNA were developed: the chain termination method or cycle sequencing (Sanger et al.) and the chemical degradation method

Hal ini sejalan dengan nilai dari parameter rasa yang dihasilkan ketiga jenis stik ikan ini dimana tidak terdapat perbedaan yang nyata pada semua stik ikan

An Intergarted Analysis Framework for Customer Value, Customer Satosfactory, Switching Barrier, Repurchase Itention and Attitudinal Loyalty: Evidences from China Mobile

Dan buat semua teman-teman Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat. penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk kebersamaan

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..