KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM
DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP
DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh: KURNIATI NIM 1103297
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
NIP 196407071989012001
Pembimbing II,
Dr. Dadang Anshori, M.Si.
NIP 197204031999031002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
NIP 19660320 199103 004
PERSETUJUAN
Pembimbing I,
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
NIP 196407071989012001
Pembimbing II,
Dr. Dadang Anshori, M.Si.
NIP 197204031999031002
Penguji I,
Prof. Dr. Yus Rusyana
Penguji II,
Dr. Sumiyadi, M.Hum.
NIP 19660320 199103 004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam
Pembelajaran Berbicara di SMK” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Bandung, April 2013
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Tesis ini berjudul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam
Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK”. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya upaya untuk menggali keunggulan budaya Bangka
nganggung sebagai bahan pembelajaran dalam pendidikan berbasis budaya yang
mengembangkan kecakapan hidup sebagai isu sentral pendidikan. Wacana kearifan lokal dan kecakapan hidup bertujuan untuk menjamin konsistensi antara tujuan pendidikan dengan pembentukan kepribadian manusia sehingga pendidikan menghasilkan anak-anak yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia (berilmu dan berbudaya). Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bertujuan untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja, melalui sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Akan tetapi hasil pembelajaran berbicara masih belum memuaskan. Pendidikan berbasis kekuatan budaya merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tradisi nganggung dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara. Melalui metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan strategi etnografi dengan data primer dan data sekunder berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi
nganggung. Data yang ada dianalisis dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan
kontekstualisasi. Hasil penelitian ini membagi keunggulan nganggung ke dalam konsep nganggung dipadukan sebagai teknik pembelajaran, fungsi budaya berintegrasi dengan tujuan pembelajaran, dan nilai-nilai budaya nganggung berguna sebagai materi pembelajaran. Kekuatan yang ada dijadikan kegiatan pembelajaran. Kepaduan tersebut menyangkut tujuan, materi, proses, budaya, dan keterpaduan lembaga pendidikan, kemudian dianalisis dan dikembangkan menjadi desain bahan ajar.
Aplikasi dalam pembelajaran, penelitian ini menghasilkan desain bahan ajar memuat konsep nganggung dengan teknik pembelajaran yang mengembangkan kecakapan sosial, fungsi nganggung diintegrasikan dengan tujuan berbicara, dapat mengembangkan kecakapan akademik dan kecakapan vokasional, dan nilai-nilai
nganggung sebagai bahan materi dapat mengembangkan kecakapan personal siswa.
Hasil uji coba untuk mengukur keterbacaan desain bahan ajar dilakukan pada siswa kelas XI PM1 SMKN 1 Sungailiat dengan respon penerimaan yang baik.
ABSTRACT
This thesis is titled “Inquiry of Nganggung Tradition in Bangka Community in Islamic Holiday Celebration and Its Exploitation as Teaching Material Oriented to Life Skill in Speaking Learning in Vocational Secondary School”. This study is back grounded by an effort to uncover the strength of Bangka culture namely nganggung as learning material in culture based education which develop life skill as education central issue. Local wisdom discourse and life skill aim to guarantee consistency between education aim and the shaping of human personality in order that education generate smart, creative and have lofty moral (knowledgeable and cultured) children. Indonesian language learning, particularly in Vocational Secondary School, aim to face the future challenge. Students’ ability in communicating become one of prerequisite to be success in working, through learning resource in a culture community. But, the outcome of speaking learning has not yet satisfying. Education based on culture strength is wise effort to reduce negative thing of education behavior. The aim of this study is to describe nganggung tradition and its exploitation as teaching material which is oriented to life skill in speaking learning. Through qualitative descriptive research method, this study use ethnography strategy with primary data and secondary data in the form of everything related with nganggung tradition. The existing data is analyzed by taxonomy technique, conceptualization and contextualization. This result of study divide the strength of nganggung into nganggung concept which is integrated as learning technique, cultural function integrated with learning aim, and cultural values of nganggung is useful as learning material. The existing strength is used to become learning activity. This integration in terms of aim, material, process, culture, and education establishment integrity, then analyzed and developed to become teaching material design.
As for application in learning, this study generate teaching material design which is contain nganggung concept with learning technique which develop social skill, nganggung function is integrated with speaking purpose, capable to develop academic skill and vocational skill, and nganggung values as teaching material capable to develop students’ personal skill. The trial result to measure the readability of teaching material design is conducted toward students of class XI PM1 SMKN 1 Sungaliat with good acceptance response.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian……….
1.2Identifikasi dan Pembatasan Penelitian………
1.3Rumusan Masalah Penelitian……… 1.4Tujuan Penelitian……….. 1.5Manfaat Penelitian……… 1.6Sistematika Tesis………..
1
9
11
11
12
BAB 2 LANDASAN TEORI
TRADISI, BAHAN AJAR, PENDIDIKAN KECAKAPAN
HIDUP, DAN PEMBELAJARAN BERBICARA
2.1 Kebudayaan dan Tradisi………. 2.1.1 Tradisi Lisan……….……….. 2.1.2 Pemanfaatan Tradisi………
2.1.2.1 Tradisi Nganggung………
2.1.2.2 Hari-Hari Besar Agama Islam………...
2.1.3 Konsep Budaya………... 2.1.4 Fungsi Budaya……… 2.1.5 Nilai Budaya……….. 2.2 Bahan Ajar, Pendidikan Berbasis Budaya, dan Pendidikan Kecakapan
Hidup
2.2.1 Bahan Ajar……….
2.2.1.1 Prinsip-prinsip dalam Memilih Bahan Ajar……….
2.2.1.2 Langkah-Langkah dalam Memilih Bahan Ajar………...
2.2.1.3 Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar………
2.2.1.4 Sumber Bahan Ajar ……….
2.2.1.5 Strategi dalam Memanfaatkan Bahan Ajar………..
2.2.1.6 Materi Prasyarat, Perbaikan dan Pengayaan………
2.2.2 Pendidikan Berbasis Budaya………..
2.2.1.1 Pembelajaran Melalui Budaya……….
2.2.3 Etnografik dan Etnopedagogik...………..………… 2.2.4 Pendidikan Kecakapan Hidup………
2.2.4.1 Pengembangan dan Prinsip Model Kecakapan Hidup………….
2.2.4.2 Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup……….
2.3 Keterampilan Berbicara ……….……….
2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK……….. 2.3.2 Tinjauan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK… 2.3.3 Kompetensi Berbicara………..
2.3.3.1 Tujuan Berbicara……….... 2.3.3.2 Ciri Khusus Berbicara……….. 2.3.3.3 Penilaian Keterampilan Berbicara………
2.3.4 Rancangan Bahan Ajar ………...………
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian………
4.1.4 Tradisi Nganggung Sebagai Identitas Budaya Bangka………
4.1.5 Penggunaan Bahasa……….
4.2 Analisis Tradisi Nganggung………
4.2.1 Nganggung pada Perayaan Maulid nabi Muhammad Saw 1434
Hijriah di desa Kemuja Kecamatan Mendobarat….……….
4.2.2 Nganggung pada Pembukaan STQ tahun 2013 Tingkat Kecamatan
4.3 Hasil Analisis………..
4.4 Analisis Konsep, Fungsi, dan Nilai Tradisi Nganggung………..
4.4.1 Konsep Tradisi Nganggung………
4.4.1.1 Manusia sebagai Mahkluk Sosial……….
4.4.1.2 Kebersamaan/Gotong Royong……….
4.4.1.3 Persaudaraan/Ikatan………
4.4.1.4 Makan Bersama………
4.4.1.5 Adat-istiadat/tradisi………..
4.4.2 Fungsi Tradisi Nganggung………..
4.4.2.1 Identitas Budaya Bangka……….
4.4.2.2 Warisan Budaya yang Bernilai………
4.4.2.3 Pembentuk Perilaku Sosial………..
4.4.2.4 Terapi Psikologis dalam Masyarakat………..
4.4.2.5 Pemersatu Masyarakat……….
4.4.2.6 Manisfestasi Keberadaan Manusia yang Beradap………..
4.4.3 Nilai-Nilai Tradisi Nganggung ………
4.4.3.6 Nilai Keindahan ………..
BAB 5 PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG SEBAGAI
BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP
5.1 Pangantar……….
5.2 Pemanfaatan Tradisi Nganggung ………...
5.2.1 Konsep Nganggung dan Teknik Pembelajaran………..
5.2.2 Fungsi Nganggung dan Tujuan Berbicara……….
5.2.3 Nilai-Nilai Nganggung dan Materi Pembelajaran……….
5.3 Orientasi Kecakapan Hidup dalam Bahan Ajar Berbasis
Nganggung……….
5.3.1 Kecakapan Personal………... 5.3.2 Kecakapan Sosial…...……… 5.3.3 Kecakapan Akademik……… 5.3.4 Kecakapan Vokasional/Kejuruan………...
5.4 Desain Bahan Ajar (Modul) ……….. 5.5 Respon Validitas dan Keterbacaan Bahan Ajar………..
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup 50
Gambar 2.2 Bagan Pengintegrasian Kecakapan Hidup 51
Gambar 2.3 Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar 63
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 84
Gambar 4.1 Peta Pulau Bangka 88
Gambar 5.1 Pemetaan Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi
Kecakapan Hidup 170
DAFTAR LAMPIRAN
1. Buku Bimbingan
2. Fotokopi Surat Keputusan Pembimbing
3. Surat Keterangan dari Kepala Desa Kemuja
4. Surat Keterangan dari SMK Negeri 1 Sungailiat
5. Foto-foto Nganggung
6. Foto-foto Penerapan Keterbacaan Bahan Ajar
7. Bahan Ajar Modul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Melestarikan tradisi hidup yang baik sebagai bekal bagi peserta didik dan
membangun kembali karakter bangsa merupakan salah satu tujuan
pendidikan.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Harapan
dari tujuan pendidikan yang telah dirumuskan adalah menjadikan peserta didik
yang dapat mengembangkan potensinya sebagai manusia secara utuh yang
memiliki kompetensi, kepribadian, keimanan, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehubungan dengan itu, pendidikan merupakan upaya untuk
membudayakan seseorang sehingga menjadi anggota masyarakat yang
aktif.Seperti dinyatakan Latif (2009:11) bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan
tidak terlepas dari pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan
masyarakat, dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan
visi masyarakat di mana pendidikan itu berada.Tujuan pendidikan selain
meningkatkan pengetahuan siswa; dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, juga dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitarnya.
Secara umum, pendidikan bertujuan membentuk manusia agar dapat
menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu
yang diutarakan oleh H.A.R. Tilaar (Latif, 2009:10) bahwa pendidikan merupakan
suatu proses menumbuhkembangkan peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Berkaitan dengan hal di atas, sesuai dengan kerangka dasar dan struktur
kurikulum, pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran dalam
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, dan berkontribusi
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui
penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan,
dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
secara baik dan benar. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,
khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dilatarbelakangi oleh tujuan
untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik
berbahasa/berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja karena
pada era global penggunaan bahasa secara baik dan benar merupakan syarat
mutlak di dunia kerja.
Sebagaimana Wardhaugh (Chaer, 2009:33) menyatakan fungsi bahasa
adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan.Fungsi bahasa secara umum telah
mencakup fungsi ekspresi, fungsi informasi (menyampaikan sesuatu), fungsi
eksplorasi (penggunaan), fungsi persuasi (mempengaruhi), dan fungsi
entertainmen (menghibur).Melalui keterampilan berbahasa, siswa dapat
mempelajari berbagai ilmu, bahkan merupakan dasar untuk berkomunikasi atau
untuk mempelajari ilmu, di antaranya adalah keterampilan berbicara.
Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk
kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara lisan.Oleh
karena itu pembelajaran berbicara menjadi aspek yang mendukung bagi siswa
untuk meningkatkan eksistensi diri.Tarigan (2008:16) menyatakan, berbicara
adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Ditambahkan pula bahwa keterampilan berbahasa (berbicara) ragam formal tidak
pembelajaran, lewat program yang direncanakan dan latihan-latihan (Purba,
2009:4).Menurut Sidi (2001:122) untuk merespon berbagai kondisi yang
diharapkan, salah satu kebutuhan penting yang dapat dilakukan adalah
menyediakan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan yang mampu
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas setara dengan
standar.
Dalam konteks ini, pengajaran berbicara di sekolah sangat
berperan.Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk
kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara
lisan.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa juga dinyatakan
oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara
penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir,
membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih
ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Selain latihan dan praktik yang berkelanjutan, dalam mempersiapkan
pembelajaran berbicara banyak hal yang perlu dinalarkan. Di samping menyusun
rencana pembelajaran, guru harus memiliki model yang tepat agar bahan
pembelajaran dapat disajikan dan proses belajar mengajar lebih efektif dengan
perencanaan yang telah disusun. Seperti dinyatakan Tarigan (2008:22),
keterampilan yang turut menunjang, dan perlu disadari dalam keberhasilan
seseorang pembicara secara efisien adalah mengembangkan suatu keterampilan
dengan cara banyak berlatih secara teratur dan terencana.
Dengan demikian, kemampuan berbahasa terutama kemampuan berbicara
sebagai suatu kompetensi atau keterampilan, dapat dijadikan sebagai salah satu
sarana untuk menanamkan dan meningkatkan kecakapan hidup (life skill)
siswa.Kita mengenal konsep pendidikan demikian dengan pendidikan kecakapan
hidup.Arah kebijakan dan tujuan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan
pendidikan adalah untuk mengakrabkan peserta didik dengan kehidupan nyata
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan
pendidikan.Ditambahkan oleh Nurseha (2010) dalam pelayanan pendidikan,
pendidikan kecakapan hidup merupakan jembatan penghubung antara penyiapan
peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia
kerja.Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum
dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian
profesional.Pendidikan kecakapan hidup berdasarkan pada konsep bahwa generasi
muda harus belajar untuk tahu, belajar untuk bisa, belajar untuk hidup dengan
orang lain, dan belajar untuk menjadi (sesuatu).
Akan tetapi, berdasarkan hasil pembelajaran berbicara selama ini,
diketahui bahwa pembelajaran berbicara di sekolah masih kurang
berhasil.Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang berhasilnya
pembelajaran, seperti rujukan hasil observasi di salah satu sekolah Menengah
Kejuruan di Kabupaten Bangka, di antaranya adalah dalam penerapan model yang
diajarkan pengajar.Pengajar (guru bidang studi) dalam pembelajaran kompetensi
berbicara, tidak menggunakan metode yang dapat memancing siswa untuk
berbicara.Menurut Mudini dan Purba (2009:41) selain penguasaan lambang dan
bunyi yang baik oleh pembicara, diperlukan pula penguasaan masalah dan
gagasan.Dalam hal ini, proses pembelajaran memerlukan pola penyampaian yang
dapat menggugah keinginan siswa untuk berbicara.Jika guru hanya menggunakan
metode ceramah maka pembelajaran menjadi tidak efektif karena guru
mendominasi pembicaraan di kelas.
Hal lain yang juga menjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara
dan berkaitan dengan proses berbicara adalah masalah durasi pembelajaran.
Berkenaan dengan waktu penerapan, durasi pembelajaranbahasa Indonesia di
sekolah selama ini dirasakan belum cukup memberikan ruang terjadinya proses
berbicara tersebut. Untuk sekolah menengah umum (SMA) selama satu minggu
pembelajaran di sekolah terdapat empat jam pelajaran bahasa Indonesia dengan
durasi @ 45 menit. Menurut guru pengajar materi pelajaran yang diujikan secara
perminggu saja masih sangat terasa kurang untuk mencapai target materi (Yamin,
2008:62-63).
Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan bobot pembelajaran yang lebih banyak, justru hanya
memberikan porsi pada pembelajaran bahasa Indonesia selama tiga tahun
sebanyak 192 jam. Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan kepada siswa kelas
XI dengan jumlah jam sebanyak 81 jam saja, 2 jam perminggu. Hal ini tentu dapat
saja memengaruhi hasil pembelajaran bahasa Indonesia, terutama pada
kompetensi berbicara. Oleh karena untuk terampil berbicara, siswa membutuhkan
suatu proses, dan proses adalah waktu.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa masih banyak siswa SMK
yang mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasannya dalam berbicara. Salah
satu penyebabnya adalah masalah durasi pembelajaran yang tidak
mencukupi.Akibatnya, seperti yang dinyatakan Olii (2008:04), ketidakmampuan
mengungkapkan (berbicara) akan menghambat komunikasi walau seseorang
memiliki otak yang pandai. Akan tetapi, kemampuan berbicara dapat
dikembangkan melalui kesempatan yang tersedia dan strategi yang menggugah
untuk berbicara.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pembelajaran harus berlangsung secara
konstruktivis (membangun) yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu
peserta didik merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri
(Anas, 2011).Guna mencapai tujuan itu diperlukan pola dan strategi
penyelenggaraan dalam pelaksanaan pendidikan, melalui mata pelajaran yang
diperoleh siswa.Strategi pembelajaran yang pada saat ini sedang berkembang dan
marak dibicarakan adalah pembelajaran berbasis budaya.Pola dan strategi dalam
penyelenggaraan pembelajaran berbasis budaya mengintegrasikan prinsip
interaksi aktif antara siswa dan guru dengan sumber belajar dalam suatu
komunitas budaya, secara kontinyu dan konsisten serta memfasihkan peserta didik
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, pendidikan
memberdayakan potensi daerah dalam upaya memenuhi tuntutan kebutuhan sosial
ekonomi (Anas, 2011:3). Pendidikan berbasis (keunggulan) kearifan lokal
menurut Ahmadi dkk (2012:9) adalah pendidikan yang memanfaatkan
(keunggulan) lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi
dan komunikasi, dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik.
Pidarta (Alwasilah dkk, 2009:55) menyatakan, beragam etnik, budaya,
serta beragam kearifan lokal merupakan kekuatan yang masih perlu digali sama
halnya dengan aspek sosial, aspek budaya juga sangat berperan dalam proses
pendidikan. Bahkan dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur
budaya. Hal ini dipertegas oleh Alwasilah dkk (2009:18) bahwa variabel budaya
memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif
budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta pandangan
dunia tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, pola bahasa dan penerapan teknologi
dan lain-lain, saling berhubungan dan melekat dengan budaya. Oleh karena fakta
bahwa pendidikan adalah proses sosio-kultural, pengujian kritis peran budaya
dalam kehidupan manusia sangat diperlukan untuk memahami dan mengontrol
proses edukatif.
Negara Indonesia dalam hal ini, merupakan negara yang kaya dengan
kebudayaan. Adapun secara keseluruhan corak budaya Indonesia dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk: kebudayaan Melayu, kebudayaan Jawa dan kebudayaan
nonmelayu dan nonjawa. Dari pembagian budaya tersebut, budaya Bangka
termasuk dalam rumpun budaya Melayu.Salah satu budaya melayu daerah Bangka
dan termasuk tradisi yang menjadi jati diri budaya yaitu tradisi
nganggung.Nganggung adalah budaya masyarakat Melayu Bangka yang sudah
mentradisi, dapat dikatakan sebagai salah satu identitas masyarakat Bangka,
sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang yang mencerminkan sifat
kegotong-royongan.Nganggung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap bubung
rumah membawa makanan di dalam dulang atau talam ke tempat (hajatan)
tertentu untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama.Tradisi ini
serta gotong-royong, dan selalu menjaga tali persaudaraan.Kegiatan ini
dilaksanakan penduduk setempat dalam rangka memperingati hari-hari besar
agama Islam.
Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, budaya atau tradisi
nganggung sebagai warisan bangsa yang dimiliki daerah dapat diposisikan
sebagai keunggulan lokal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus bagi
pemerintah dan menjadi bagian integral dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Kearifan lokal budaya nganggung merupakan kekuatan yang masih perlu digali
mengingat budaya ini erat dengan aspek sosial, dan menjadi aspek budaya yang
berperan dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan Alwasilah (2009:18) tidak
ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya, dan bahwa variabel budaya
memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif
budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta bahwa budaya
memuat tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, dan pola bahasa.
Menyadari bahwa pendidikan berbasis budaya menjadi alternatif yang
layak digunakan untuk memperbaiki proses pendidikan, tradisi nganggung pun
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Alwasilah dkk (2009:41)
menyatakan, agar pendidikan mampu merealisasikan cita-citanya, maka
diperlukan sebuah konsep atau kerangka pendidikan yang mampu
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia bersama budaya.Konsep
ini yang disebut dengan etnopedagogi. Dengan kata lain etnopedagogik menurut
Alwasilah dkk (2009;41) berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan budaya yang
ada, merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku
pendidikan seperti kehilangan jati diri, tidak peka sosial dan tumpulnya
kecerdasan sosial.
Demikian dengan penelitian terhadap budaya nganggung, penelitian
tentang penerapan budaya ini terhadap pembelajaran di sekolah khususnya belum
banyak ditemukan.Kegiatan menganalisis budaya lokal yang ada dipadukan
dengan kecakapan hidup siswa, sesuai dengan isu sentral pendidikan kejuruan
misalnya, juga belum banyak dilakukan.Mengingat telah diketahui bahwa
bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan seperti siswa kurang
memahami identitas daerahnya, dan kurang berjiwa sosial. Konsep ini
sebagaimana dinyatakan Alwasilah (2009:41) diharapkan dapat menggali
berbagai unikum kearifan lokal (local genius) beserta nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.
Latar belakang ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan budaya (tradisi nganggung) sebagai desain bahan
ajar/pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi
berbicara. Suatu metode atau bahan yang mudah dan tersedia untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa yang berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan
ranah kejuruan yang dipilih siswa. Penulis termotivasi untuk memanfaatkan
budaya/tradisi nganggung sebagai bahan ajar dalam pembelajaran berbicara
karena tradisi ini memuat konsep bermusyawarah, bekerja sama, yang dapat
dikaitkan dengan teknik pembelajaran berbicara. Penulis ingin memberikan
strategi baru berkaitan dengan pembelajaran berbicara, dan pencapaian standar
dalam waktu yang efektif sesuai dengan tuntutan kurikulum di SMK melalui
pembelajaran berbasis budaya nganggung.
Sementara itu, hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa strategi
pengajaran dengan pembelajaran berbasis budaya telah menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa, di antaranya penerapan pembelajaran berbasis budaya (Sunda)
dalam mata pelajaran MIPA (Ikhsan, 2006) menunjukkan pencapaian dalam
keterampilan siswa memahami dan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis
budaya (Sunda) yang dilakukan oleh Hernawan (2009) yang mengkaji tingkat
keterlibatan/aktivitas siswa dalam proses belajar menulis dan menunjukkan
keefektivan model pembelajaran tersebut. Demikian juga pembelajaran berbasis
budaya (cerita rakyat Sunda) yang menggali sastra daerah sebagai bahan ajar
apresiasi sastra oleh Merdiyatna (2012) menyatakan bahwa cerita rakyat efektif
sebagai bahan kajian sastra bagi peserta didik.
Bidang budaya yang diterapkan dalam penelitian di atas merupakan
budaya sastra lisan yang memiliki wacana tulis dan dijadikan bahan bagi
sastra lisan dan dijadikan materi pembelajaran bagi siswa untuk menuliskan
kembali pengalaman mereka terhadap budaya yang ada.Penelitian tentang
penerapan pendidikan berbasis budaya berupa adat-istiadat masyarakat belum
banyak diteliti.Misalnya bagaimana suatu konsep budaya, nilai budaya dipandang
sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk
meningkatkan kompetensi sesuai dengan tingkatan keilmuan siswa.Hal inilah
yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis
lakukan.
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis menerapkan konsep
pembelajaran berbasis budaya Bangka, tradisi nganggung. Penelitian ini
memanfaatkan budaya nganggung sebagai desain bahan ajardalam proses
pembelajaran berbicara untuk siswa SMK. Pembelajaran ini diharapkan dapat
menguatkan aspek-aspek dengan berorientasi pada kecakapan hidup siswa.
Kecapakan hidup tersebut mencakup: kecakapan hidup akademis, kecakapan
hidup vokasional, kecakapan hidup sosial, dan kecakapan hidup personal.
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana budaya atau tradisi nganggung,
dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam
pembelajaran berbicara siswa di SMK.Penelitian lapangan mengenai tradisi
nganggung secara umum dilakukan di kabupaten Bangka, dan penelitian secara
khusus dilakukan di Desa Kemuja Kecamatan Mendo Barat Kabupaten
Bangka.Uji coba keterbacaan bahan ajar dilakukan di SMK Negeri 1 Sungailiat
Kabupaten Bangka.Kegiatan ini penulis laksanakan melalui penelitian
deskriptifkualitatif dengan judul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat
Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK.”
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Penelitian
Identifikasi masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan kajian tradisi
nganggung, dan pemanfaatan tradisi nganggung bagipembelajaran bahasa
Penelitian ini berkenaan dengan budaya nganggung dan pembelajaran
yang meliputi:
1. Konsep, fungsi, dan nilai tradisi nganggung di Kabupaten Bangka.
2. Hal yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam
pembelajaran berbicara. Masalah-masalah yang terkait dengan kemarnpuan
berbicara siswa dan waktu pembelajaran.
3. Masalah yang terkait dengan kemampuan guru dalam proses pembelajaran
yaitu bagaimana membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan
berbicara dan harnbatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
4. Penerapan kecakapan hidup dalam pembelajaran di kelas.
5. Bagaimana guru dalam mendesain pembelajaran berbahan ajar budaya
nganggung berorientasi pada kecakapan hidup yang meliputi:
a. kecakapan hidup akademis (menguasai pengetahuan, bersikap ilmiah);
b. kecakapan hidup vokasional (kecakapan dalam bidang kejuruan);
c. kecakapan hidup sosial (cakap bekerja sama dan berkomunikasi); dan
d. kecakapan hidup personal (kesadaran diri dan kecakapan berpikir
menggunakan rasio atau pikiran).
6. Mengatasi masalah durasi pembelajaran yang telah ditentukan kurikulum
sekolah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Adapun kemampuan berbicara sesuai kompetensi dasar bahasa Indonesia
SMK pada tingkat XI, mencakup: berdiskusi yang bermakna dalam konteks
bekerja; bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja; dan
menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks bekerja.
Sementara itu situasi pembelajaran yang dihadapi di lapangan:
1) rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran berbicara;
2) kurangnya variasi guru dalam strategi kegiatan belajar mengajar di kelas;
3) kurangnya kemampuan berbicara siswa sesuai dengan tujuan berbicara;
4) kurangnya kemauan siswa dalam berbicara sesuai dengan tujuan
5) sedikitnya durasi pembelajaran mata diklat bahasa Indonesia dalam
seminggu, mengakibatkan terbatasnya waktu untuk berlatih.
Berdasarkan uraian di atas, pembatasan penelitian ini difokuskan pada
menganalisis budaya nganggung meliputi konsep, fungsi, dan nilai nganggung,
dan bagaimana desain pemanfaatannya, dengan berorientasi pada kecakapan
hidup sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran berbicara. Peristiwa budaya
yang dijadikan bahan pembelajaran adalah peristiwa nganggung, yaitu tradisi
masyarakat Melayu mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang (baki
besar) sebagai wujud sifat kebersamaan dan kegotong-royongan dalam merayakan
suatu acara.
Pembelajaran berbicara dengan pendekatan berbasis budaya bertujuan
mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa yang diharapkan mampu
mendorong siswa menghasilkan, menyimpan, menerapkan, dan mengelola
kompetensi dirinya.
1.3Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dikemukakan
rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah konsep nganggung?
2. Bagaimanakah fungsi tradisi nganggung ?
3. Nilai-nilai budaya apakah yang terdapat dalam tradisi nganggung?
4. Bagaimanakah orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam
penerapan tradisi nganggung dalam pembelajaran berbicara di SMK?
5. Bagaimanakah desain bahan ajar penerapan tradisi nganggung berorientasi
kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara di SMK?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi nganggung dan
pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup meningkatkan
kemampuan berbicara siswa SMK.
1. Mendeskripsikan konsep nganggung.
2. Mendeskripsikan fungsi tradisi nganggung.
3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi nganggung.
4. Mendeskripsikan orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam
penerapan tradisi nganggung sebagai bahan ajardalam pembelajaran
berbicara di SMK.
5. Menyusun dan mengembangkan desain bahan ajar dengan penerapan
tradisi nganggung berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran
berbicara di SMK.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1) Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap
perkembangan ilmu budaya, khususnya yang berkaitan dengan tradisi adat
istiadat nusantara, dan gambaran yang jelas tentang penerapan
pembelajaran berbasis budaya berorientasi kecakapan hidup dalam proses
pembelajaran (khususnya di SMK).
2) Manfaat Praktis
(1) Bagi siswa
a. Mengenal budaya yang ada dengan baik serta bersosialisasi dalam
budayanya.
b. Memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa
sehingga kompetensi berbicara menuju pada keterampilan
berbahasa meningkat.
c. Memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran
berbicara dalam menyatakan pendapat secara bersama dengan
pembelajaran melalui budaya sendiri (budaya nganggung).
d. Mengantarkan siswa akan kesadaran yang dilandasi kebijakan
(wisdom) pada kondisi dengan berbagai produk kearifan (budaya
(2) Bagi guru
Berguna sebagai informasi dan sumbangan pengetahuan/pemikiran
bagi pengajar bahasa Indonesia dan pengelola di SMK, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)-khususnya, yang menyiapkan lulusan agar
menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.
(3) Bagi peneliti
Berguna sebagai ilmu pengetahuan tentang kebermanfaatan tradisi
nganggung sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam
pembelajaran berbicara, dan dapat meminimalisir kelemahan dalam
penerapan metode untuk meningkatkan kembali rancangan dan
aplikasi pembelajaran di kelas.
(4) Bagi pemerintah dan instansi terkait
Berguna sebagai referensi untuk mengadakan penelitian,
pengarsipan, pembinaan, sekaligus pelestarian budaya Bangka.
(5) Bagi budaya daerah
Sebagai wadah pembinaan dan pengeksplorasian budaya dalam
kepentingan sosialisasi dan revitalisasi.
1.6 Sistematika Penulisan Tesis
Perincian penulisan pada karya ini terdiri atas enam bab. Bab
Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Metode Penelitian, Bab Hasil dan
Pembahasan, Bab Desain Bahan Ajar, dan bab keenam; Bab Simpulan dan Saran.
BAB PENDAHULUAN berisi uraian tentang latar belakang diadakannya
penelitian ini. Pada bab ini terdiri atas subbab Latar Belakang Penelitian,
Identifikasi dan Pembatasan Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, dan
BAB LANDASAN TEORI. Pada bab 2 ini berisi teori-teori dan referensi
lain yang digunakan selama penelitian. Teori dan referensi yang digunakan
merupakan bekal bagi peneliti untuk memahami situasi budaya/sosial yang
diteliti.Memahami situasi nganggung dari referensi yang ada dapat memerkaya
wawasan peneliti sehingga peneliti mampu bertanya dan menganalisis
bagian-bagian budaya atau jawaban responden. Teori dan referensi pada bab kedua ini,
berupa materi yang berkaitan dengan nganggung, bahan ajar, identifikasi
kecapakan hidup, pendidikan berbasis budaya, kurikulum mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMK, dan pembelajaran berbicara.
BAB METODE PENELITIAN. Bab ketiga ini menjelaskan alasan
pemilihan metode yang digunakan, tempat penelitian, data penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data serta prosedur
penelitian.
BAB TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini terbagi atas dua bab
yaitu Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Pemanfaatan Tradisi
Nganggung yang berisipenerapan hasil kajian budaya sebagai desain bahan ajar.
Bab empat berisi deskripsi tradisi nganggung dan kajiannya melingkupi konsep,
penggunaan bahasa, fungsi, dan nilai yang terkandung di dalamnya. Temuan yang
dihasilkan selanjutnya dibahas, dan pada bab lima berisi implikasi budaya
nganggung (diintegrasikan) menjadi sebuah desain bahan ajar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang berbentuk modul.
BAB SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab keenam ini mendeskripsikan
ringkasan konsep dan fungsi tradisi nganggung serta nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Hasil kajian budaya itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar
berorientasi kecakapan hidup, yang mengutamakan bentuk kegiatan
gotong-royong dan kebersamaan dalam kegiatan pembelajaran berbicara di Sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian metode penelitian ini akan dijelaskan tentang metode
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, instrumenpenelitian, dan prosedur penelitian.
3.1Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.
Metode ini dipilih dengan alasan karena permasalahan dalam penelitian ini belum
jelas, holistik, dinamis, dan kompleks, sehingga tidak mungkin data pada situasi
sosial tersebut dijaring secara kuantitatif. Metode ini digunakan untuk
mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan menguraikan hal-hal yang
menjadi perhatian dan mendukung objek penelitian. Sukmadinata (2009:60) juga
menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
mendeskripsikan dan menjabarkan fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, dan
sikap, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dengan menggunakan
kata atau kalimat.
Pada penelitian ini data yang terkumpul berwujud kata-kata dan tidak
mengadakan perhitungan. Seperti dinyatakan Miles dan Huberman (1992:15)
pada penelitian kualitatif data yang muncul berwujud kata-kata dan penelitian
kualitatif tidak mengadakan perhitungan. Selain itu, peneliti bermaksud
memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola dan teori, bahkan
situasinya (Sugiyono, 2011:381).
Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif, dalam
konteks ini strategi penelitian yang digunakan adalah etnografi. Tujuan penelitian
dengan menggunakan metode ini untuk memperoleh gambaran umum mengenai
subjek penelitian (Creswell, 2010: 294). Etnografi adalah uraian dan penafsiran
suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti mengkaji kelompok tersebut
dan mempelajari pola perilaku, dan kebiasaan tradisi yang digunakan oleh
kehidupan sosial budaya suatu masyarakat (Maryaeni, 2005:59). Dengan
pengertian lain kegiatan melalui metode ini adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian yang berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat
menyingkap bagaimana manusia mendeskripsikan dan menstrukturkan dunia
(Fraenkel dan Wallen dalam Creswell, 2010:294).
Danandjaya (1997:193) menyatakan bahwa penelitian dengan tujuan
pengarsipan atau pendokumentasian bersifat penelitian di tempat. Dengan
penelitian seperti ini, menurutnya, ada tiga tahap yang harus dilalui oleh peneliti
agar penelitiannya berhasil, yaitu (1) tahap penelitian di tempat; (2) tahap
penelitian di tempat sesungguhnya; dan (3) cara pembuatan naskah bagian
pengarsipan. Berdasarkan langkah di atas, pengumpulan data dilakukan dengan
persiapan sebagai berikut:
1) Menetapkan daerah yang dijadikan tempat (lokasi) penelitian;
2) Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data;
3) Menentukan informan;
4) Merekam pertunjukan tradisi; dan
5) Melakukan wawancara terhadap penutur dan informan.
3.2Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat
Kabupaten Bangka. Lokasi ini dipilih karena desa ini merupakan salah satu desa
di Kabupaten Bangka yang tetap mempertahankan tradisi nganggung hingga
lestari dan dilaksanakan sebagai agenda pariwisata kabupaten. Guna memperoleh
data tambahan, data penelitian ini juga diambil dari beberapa desa lain yang juga
melaksanakan nganggung seperti Desa Kretak, Desa Zed, Desa Tuatunu, Desa
Jelutung, Desa Bakam, dan Desa Kayu Besi.
3.2.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan
atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan dan data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan artikel yang bersumber dari
berbagai media dan institusi.
3.2.1.2Data Primer
Peneliti melakukan wawancara dan pengamatan langsung di lokasi
penelitian, dengan menyiapkan pedoman wawancara agar dapat menggali
informasi sebanyak mungkin. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
budayawan, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari informan yang dianggap memiliki power dan otoritas
pada situasi sosial atau objek penelitian sehingga dapat “membuka jalan” ke mana
tujuan penelitian didapat.
3.2.1.2Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang telah ada yang telah diolah dalam
bentuk artikel, buku, situs internet dan dokumen lainnya yang mengetengahkan
perihal nganggung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan metode yang digunakan, data penelitian ini diperoleh dari
data di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik survey, dokumentasi, observasi, angket, wawancara, dan triangulasi. Untuk
lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
1) Teknik Survei
Teknik ini lazim digunakan untuk memahami pendapat dan sikap
sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan
kelengkapan informasi dengan menggunakan interviu (Maryaeni,
2005:67-68). Pengayaan informasi dilakukan juga melalui kegiatan observasi.
2) Observasi
Observasi lapangan dilaksanakan pada tahap penelitian pendahuluan dengan
pustaka juga dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya. Edwards dan
Talbott (Maryaeni, 2005:68) menyatakan “All good practitioner research
studies start with observations”. Bentuk observasi yang dilakukan untuk merumuskan masalah, memahami detail permasalahan guna menemukan
detail pertanyaan yang akan dituangkan dalam pertanyaan juga untuk
menentukan strategi pengambilan data yang tepat. Hasil observasi pada
penelitian ini berupa catatan, rekaman dan dokumen peristiwa.
3) Teknik Angket
Angket diberikan kepada tokoh masyarakat untuk mengetahui budaya
nganggung. Angket juga diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
informasi tentang proses pembelajaran berbicara.
4) Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali informasi tentang budaya nganggung
dari tokoh masyarakat/budaya setempat, dan informasi tambahan yang
bersumber dari siswa tentang aplikasi metode pembelajaran dalam
penelitian. Maryaeni (2005:70) dan Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233)
menyatakan, pengumpulan data dalam penelitian kebudayaan dengan teknik
interviu (wawancara) dapat dilakukan dalam bentuk terstruktur, semi
terstruktur, dan tak terstruktur.
Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik
pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara
pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan
pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti
dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Tentunya,
pengumpul data tersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang
sama.
Wawancara semiterstruktur (semistructure interview) sudah termasuk
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak
wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan
wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
variasi interviu secara bergantian untuk berbagai kesempatan.
Alat pengumpul data menggunakan:
1)tape redorder
Tape recorder digunakan untuk merekam pembicaraan pada saat peneliti
mengadakan wawancara dengan para informan mengenai tuturan-tuturan yang
berkaitan dengan tradisi nganggung.
2) kamera atau camecoder
Kamera atau camecoder diperlukan untuk mengambil gambar atau video pada
saat penelitian dilaksanakan baik pada saat ritualnya maupun pada saat
wawancara sebagai bukti yang paling akurat.
3) catatan lapangan
catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
perlu dalam mendukung penelitian tersebut.
3.4Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan survei, observasi, angket, dan wawancara.
Teknik ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Teknik survei digunakan untuk memahami pendapat dan sikap
sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan
kelengkapan informasi dengan menggunakan pertanyaan.
Teknik observasi, digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
mendeskripsikan model nganggung dan kualitas pembelajaran dengan
metode yang digunakan.
Teknik angket, digunakan untuk mendapatkan informasi atau tanggapan
siswa tentang proses pembelajaran dalam penelitian.
Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi tambahan yang
bersumber dari siswa dan tentang penerapan metode pembelajaran dalam
penelitian.
3.4.1 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif ada yang diperoleh saat peneliti
memasuki lapangan. Teknik analisis data adalah cara cepat yang operasional,
yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang
pada proses sistematis yang terdapat dalam metode (Iskandarwassid dan
Sunendar, 2009:43). Kegiatan analisis data meliputi kegiatan: (1) pengurutan data
sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin
diperoleh; (2) pengorganisasian data dalam formasi, kategori, ataupun unit perian
tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti; (3) interpretasi peneliti berkenaan
dengan signifikansi butir-butir atau pun satuan data yang sejalan dengan
pemahaman yang ingin diperoleh; (4) penilaian atas butir ataupun satuan data
sehingga membuahkan simpulan: baik atau buruk, tepat atau tidak tepat,
signifikan atau tidak signifikan (Maryaeni, 2005:75). Dengan demikian teknik
analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan
pengurutan data tentang konsep, fungsi, dan nilai budaya yang terdapat pada
tradisi yang diteliti, sehingga pada akhirnya dapat ditarik simpulan tentang
kajiannya dan pemanfaatan sebagai bahan ajar.
Analisis dilakukan terhadap data yang akan digunakan untuk menentukan
hasil yang sifatnya sementara karena data akan berkembang setelah di lapangan
(Sugiyono, 2010:336). Analisis data dilakukan dengan memperhatikan (1)
masalah, definisi konsep-konsep pokok, dan dasar penandaan berkenaan dengan
pemilahan dan penghubungan data penelitian yang lazimnya dihubungkan dengan
interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi (Becker dan Geer dalam Maryaeni,
2005:27). Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:334) menyatakan, dalam analisis
data, ada tiga langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1) Reduksi, yaitu memilih data mengenai mana yang penting, dan membuang
yang tidak digunakan.
2) Data display, yaitu menjadikan data ke dalam pola; dan
3) Conclusion/verification, yaitu membuat simpulan berupa teori yang
selanjutnya dikonstruksi.
Demikian dalam penelitian ini, memperhatikan relevansinya dengan
masalah, interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi, teknik analisis data
dilakukan dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan kontekstualisasi. Teknik
taksonomi merupakan suatu pencarian bagian-bagian dari suatu kebudayaan dan
hubungan dari berbagai bagian tersebut dengan keseluruhannya. Teknik
konseptualisasi merupakan kegiatan membentuk dan menyusun ide-ide dasar
dalam penelitian berdasarkan ciri-ciri umum dan khusus data yang diperoleh di
lapangan. Sementara itu teknik kontekstualisasi merupakan kegiatan
keterhubungan antara satu hal dengan yang lain dalam satu situasi tertentu.
Kejadian atau informasi yang erat dengan informasi sebelumnya. Studi
kontekstual merupakan telaah aspek kebudayaan yang bergantung pada situasi
dan kondisi sekitarnya (Patton dalam Maryaeni, 2005:27).
Adapun kegiatan analisis dilakukan sebagai berikut.
1. Data dianalisis sejak awal penelitian;
2. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, artinya didasarkan pada
kenyataan di lapangan;
3. Untuk menganalis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu
menentukan konsep (aspek-aspek struktur), fungsi, dan nilai-nilai tradisi
nganggung, menggunakan teknik taksonomi, konseptualisasi,
dankontekstualisasi;
4. Mengelompokkan data tersebut berdasarkan ke dalam kategori fungsi, konsep,
dan nilai budaya tradisi nganggung;
6. Menganalisis desain pembelajaran yang akan disusun;
7. Menyusun perencanaan desain pembelajaran;
8. Menarik simpulan; dan
10.Membuat laporan.
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan teknik
pengumpulan data yang digunakan. Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data/mendapatkan data (Sudaryanto, 1988:9).
Instrumen penelitian ini berupa pedoman wawancara/observasi, pedoman
penilaian bahan ajar dan pedoman penilaian kemampuan berbicara. Dalam hal ini
peneliti sendiri menjadi kunci, seperti dinyatakan Nasution (Satori dan Komariah,
2009:16) bahwa peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus
yang ada di lingkungan yang harus diperkirakan bemakna atau tidak.
Kedua, peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
lingkungan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Ketiga, peneliti
sebagai instrumen dapat mengambil simpulan dan menafsirkannya, melahirkan
hipotesis yang timbul seketika. Keempat, hanya menusia yang dapat mengambil
simpulan dari data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakna untuk
memperoleh penegasan dan perubahan.
Pedoman observasi
Observasi dilakukan secara mendalam untuk mengetahui konsep, nilai
budaya, dan fungsi tradisinganggung. Bentuk tradisi akan dilihat pada kegiatan
yang berlangsung yang dinyatakan dalam setiap bentuk ekspresi, sikap, dan
tindakan berdasarkan syarat-syarat dan rukun perbuatan atau tindakan tertentu
yang diselenggarkan dalam prosesi atau upacara. Bentuk pedoman observasi yang
KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG, BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA
BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DAN KEMAMPUAN BERBICARA
5. Aspek kecakapan hidup
Pedoman Wawancara/observasi
Instrumen ini diperlukan untuk mendapatkan data berupa informasi tentang pesan,
fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi nganggung. Jawaban
Anda akan menjadi bahan yang sangat membantu memperdalam kajian ini.
Identitas Inforrnan
1. Nama lengkap :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Tempat Tinggal :
1. Bagaimanakah proses terbentuknya budaya nganggung? Atau mengapa budaya
nganggung ada?
2. Bagaimanakah perkembangan pelaksanaan nganggung pada masyarakat?
Bagaimana pelaksanaannya?
3. Apakah tujuan diadakan nganggung?
4. Apakah ada waktu khusus untuk melaksanakan kegiatan nganggung tersebut?
5. Berupa kegiatan apakah nganggung itu?
6. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut? Dan bagaimana
penyebarannya?
7. Tradisi yang dilakukan, apakah dalam bentuk acara pesta atau acara khusus
yang sangat sakral untuk suatu keperluan?
8. Bagaimanakah makanan dan minuman dikemas? Apakah ada menu khusus
yang disiapkan dalam tradisi tersebut, dan apa saja jenis makanan pada
umumnya?
9. Apakah ada ucapan (bahasa)/doa khusus/percakapan khusus yang dipakai
dalam proses pelaksanaannya? Bagaimana bahasanya?
10.Bahasa apakah yang digunakan dalam pelaksanaan nganggung? ( jelaskan
11.Bagaimanakah peran nganggung bagi masyarakat sendiri? Apakah nganggung
wajib dan mengikat masyarakat?
12.Tradisi nganggung selalu berkenaan dengan perayaan apa saja? Dan
bagaimana pelaksanaannya di daerah ini?
13.Bagaimana jika masyarakat setempat tidak mengikuti/melaksanakan
nganggung?
14.Pelaksanaan nganggung dapat dijadikan ciri/sifat warga mayarakatat di suatu
daerah, bagaiamana pendapat Saudara?
15.Siapa sajakah yang diperbolehkan makan bersama dalam tradisi nganggung?
16.Bagaimanakah pengaturan: makanan, tata letak duduk dan tradisi nganggung?
17.Bagaimana perasaan Saudara dan handai taulan bila mengikuti nganggung?
18.Selain sebagai pemersatu, apakah fungsi nganggung yang lain?
19.Apakah ada unsur nilai budaya yang terkandung dalam kegiatan itu: hubungan
manusia dengan Tuhan;
20.Bagaimana hubungan manusia dengan karyanya?
21.Bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya?
22.Bagaimana hubungan manusia dengan ruang waktu?
23.Nganggung biasanya menggunakan dulang, bagaimana konsep dulang dalam
tradisi nganggung?
24.Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan dalam tradisi nganggung?
25.Bagaimana bentuk pelestarian budaya nganggung?
26.Bagaimana peran pemerintah dalam melestarikan dan membudayakan tradisi
nganggung?
27.Dikaitkan dengan pendidikan, bagaimanakah tradisi nganggung dapat
2. Instrumen untuk Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi
Kecakapan Hidup
1. Pengantar
Bahan ajar berbasis tradisi nganggung yaitu bahan ajar yang mengadopsi
budaya nganggung ke dalam materi pembelajaran. Siswa diajak dalam kegiatan
belajar mengajar melalui budaya nganggung. Desain bahan ini dalam bentuk
bahan ajar cetak berupa modul pembelajaran. Dengan desain ini diharapkan akan
muncul pengembangan kecakapan hidup siswa, yaitu kecakapan personal,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejuruan siswa.
2. Petunjuk
Mohon dijawab item-item instrument bahan ajar berbasis budaya
berorientasi kecakapan hidup yang diterapkan oleh guru di kelas. Jawaban
diberikan dengan memberi tanda (√) cek list pada kolom ya atau tidak sesuai
temuan yang terdapat dalam desain bahan ajar. Jawaban yang diberikan sangat
membantu dalam menentukan kebermanfaatan bahan ajar ini.
3. Instrumen
No.
item Pertanyaan tentang bahan ajar Pernyataan
1 2 3 4
Ya Tidak
1 Cakupan materi bahan ajar sesuai dengan
kompetensi dasar (KD) siswa
2 Materi disajikan secara prosedural, sesuai
fakta, konsep dan paparan menarik
3 Materi disajikan sesuai dengan informasi yang sedang berkembang
4 Bahan materi disertai contoh-contoh yang
sesuai dengan kekinian, fakta, realita
6 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
7 Bahan ajar yang disajikan menggunakan
bahasa yang komunikatif
8 Bahan pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi berbicara siswa
9
Bahasan dalam materi bahan ajar disampaikan secara teratur dan utuh. Misalnya kegiatan dimulai dari kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar 2, dan seterusnya (pola pikir teratur)
10 Penyajian bahan menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang benar
11
Penyajian materi disisipi dengan penggunaan istilah sesuai dengan kompetensi kejuruan dan digunakan secara konsisten
12
Bahan ajar menyajikan peta konsep yang memperlihatkan adanya hubungan kompetensi dengan materi bahan ajar
13 Bahan ajar yang disajikan didukung dengan ilustrasi dan contoh yang menarik
14
Penyajian materi terbagi dalam tiga bagian yang berkesinambungan: pembukaan, isi dan penutup
15
Bahan ajar menyajikan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi
16 Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa
17 Materi bahan ajar sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang dituju
18
Materi yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran memuat konsep tradisi
nganggung yaitu: materi manusia sebagai
makhluk sosial, kebersamaan, persaudaraan dan tradisi
19
Kegiatan pembelajaran memberikan
nganggung,identitas budaya Bangka
20
Kegiatan pembelajaran memuat materi budaya
nganggung dengan langkah-langkah kegiatan
seperti struktur nganggung, dari siswa untuk siswa
21 Kegiatan pembelajaran memuat nilai-nilai
budaya nganggung; toleransi, kebersamaan, dan gotong-royong
22 Ilustrasi atau gambar yang disajikan memuat gambar-gambar budaya/tradisi nganggung
23
Kegiatan pembelajaran menggunakan konsep nganggung; mulai dari „rembugan sampai dengan makan bersama‟ kegiatan diskusi kecil sampai dengan penilaian secara bersama
24
Materi dalam bahan ajar yang disajikan memunculkan/mengembangkan kecakapan personal
a) Siswa beriman kepada Tuhan YME; b) Siswa dapat berpikir secara rasional,
berpikir logis;
c) Siswa terus menggali informasi dalam
belajar;
d) Siswa dapat mengambil keputusan dengan
cepat;
e) Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok
dengan prinsip kebersamaan.
25
Materi dalam bahan ajar yang disajikan menuntut siswa mengembangkan kecakapan sosial; di antaranya
a)Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok
tanpa menunggu perintah karena telah memahami tugas masing-masing;
b)Siswa bertanggung jawab terhadap
tugasnya;
c)Siswa berinteraksi dengan baik;
d)Siswa bersikap disiplin dalam kegiatan
belajar; dan
e)Siswa dapat mengemukakan pendapat di
depan umum dengan lancer dan baik.
memuat dan mengembangkan kecakapan akademik siswa, di antaranya:
a)Siswa mengenal lingkungannya dan
menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan;
b)Siswa dapat mengeluarkan solusi terhadap
permasalahan yang muncul;
c)Siswa dapat menggunakan teknologi;
d)Siswa dapat merumuskan masalah dengan
baik; dan
e)Siswa berpikir sesuai dengan keilmuan yang
ia peroleh
27
Materi dalam bahan ajar yang disajikan memuat dan mengembangkan kecakapan vokasional/kejuruan siswa, di antaranya;
a)Siswa terampil melakukan persiapan dan
pelaksanaan presentasi;
b)Siswa mampu melakukan negosiasi dengan
baik; dan
c)Siswa dapat menyampaikan/berkomunikasi
dengan baik kepada
publik/konsumen/pelanggan
28 Bahan ajar memuat proses evaluasi yang
sesuai materi
29 Evaluasi mencakup uji kognitif, keterampilan,
dan sikap
30 Evaluasi dapat mengukur keterampilan
berbicara siswa
31 Bahan ajar memuat judul dan kompetensi yang
dituju
32 Bahan ajar yang disajikan mencantumkan petunjuk umum sesuai dengan langkah-langkah sebuah modul
33 Materi yang disajikan utuh, sesuai dengan
tingkatan siswa pada kompetensi dasar
*Dikutip dari instrumen penilaian pusat perbukuan dengan beberapa perubahan
Jawaban diberikan dengan memberikan tanda ceklis ( √ ) pada salah satu aspek yang sesuai, dan memberikan nilai pada kolom penilaian yang disediakan sesuai dengan tolok ukur kemampuan siswa.
Nama Siswa :
jika isi pembicaraan memuat topik dan isi yang terjalin dengan baik, gagasannya menarik, menyajikan unsur budaya setempat, isi seuai dengan tema;
jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari keempat unsur di atas;
jika isi pembicaraan hanya memuat 2 dari keempat unsur;
jika isi pembicaraan hanya memuat 1 dari empat unsur pada point 4
Jika isi pembicaraan menyajikan struktur bahasa yang baik, pilihan kata, lafal, serta intonasi yang baik;
Jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari
3. Teknik 4 Jika isi pembicaraan disampaikan dengan penguasaan
penyampaian
3
2
1
materi yang baik, organisasi penyampaian teratur (pendahuluan, isi, penutup), memuat unsur budaya, dengan volume suara jelas;
Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 3 dari keempat hal di atas;
Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 2 dari keempat hal pada point 4;
Jika isi pembicaraan disampaikan hanya memenuhi satu dari empat hal.
4. Performasi 4
3
2
1
Jika penyampaian dilakukan dengan lancar, pandangan kepada audien menyebar, gerak-gerik (mimik) yang wajar, dan penampilan sesuai dengan tema;
Jika penyampaian yang diperlihatkan memenuhi tiga hal dari empat hal di atas;
Jika penyampaian memperlihatkan dua dari keempat hal pada point 4;
Jika penyampaian hanya memenuhi satu dari keempat hal di atas.
Sungailiat, Maret 2013
Pengamat