• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITASMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE(TTW)BERBANTUAN MEDIA QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI BENTUK MOLEKUL BERDASARKAN TEORI HIBRIDISASI KELAS XI IPA 2 SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITASMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE(TTW)BERBANTUAN MEDIA QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI BENTUK MOLEKUL BERDASARKAN TEORI HIBRIDISASI KELAS XI IPA 2 SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITASMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE(TTW)BERBANTUAN MEDIA QUESTION CARD

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI BENTUK MOLEKUL BERDASARKAN TEORI HIBRIDISASI KELAS XI IPA 2

SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

SKRIPSI

oleh:

MARHAYATI

NPM: 131620170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

(2)

EFEKTIVITASMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALKWRITE(TTW)BERBANTUAN MEDIA QUESTION CARD

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI BENTUK MOLEKUL BERDASARKAN TEORI HIBRIDISASI KELAS IX IPA 2

SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

SKRIPSI

oleh:

MARHAYATI

NPM: 131620170

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja

keras (untuk urusan yang lain)”

(Qs. 94:6-7)

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen

Bersama untuk menyelesaikannya

“Banyak kegagalan dalam hidup in

i dikarenakan

Orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya

Mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edision)

Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa. Selalu

Ada jalan begi mereka yang sering berusaha

(7)

PERSEMBAHAN

Rasa terimakasih akan kupersembahkan kepada Allah SWT dan orang-orang

yang mendukung serta mencintaiku sampai ajal menjemputku yaitu

^^ Kedua orang tua ku ayahanda ( Sukarjo)

Ibunda ku (Ratna Dewi) ^^

^Serta abang dan adikku yaitu Sendri & Riri Santika ^

Dan keluarga besar ayahanda dan ibunda

yang telah menjadi motivasi dan inspirasi

Dan tiada henti memberikan dukungan doanya buat aku.

“Sahabat

-sahabat dunia akhirat yaitu Dinta Winisandia, Ningsih,

Eka Nurmala, Maghfiratul Rahmi, Retno, Winarni, Purwanti Suci,

Besti, Sutri, Devi, Halimah Tusakdiah dan Toni”.

“Serta seseorang yang

akan mendampingiku di dunia yang

akan menjadi penuntun ku hingga ke Jannah-Nya dan para pejuang pendidikan

(Pendidikan Kimia 2013)

dinta,rahmi,wina,retno,wenti,mala,kiki,asma,rani,endang,zul,ikbal,yuda,

novi,vita,supia,selvi,ucu,wiji,lia,fiza,nuraini,gustiah,nina,isti,wulan,amoi,

shela,tika,rima dan saidah

Skripsi ini aku persembahkan untuk kalian karena kalian yang memberikan

warna dalam hidupku dan menemani hari-hariku

disaat senang maupun susah.

(8)

ABSTRAK

MARHAYATI. 131620170. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Question Card pada Sub Materi Bentuk Molekul Berdasarkan Teori Hibridisasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak. Dibimbing oleh FITRIANI, S.Si, M.Si, M.Sc dan TUTI KURNIATI, S.Pd, M.Si.

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak pada pembelajaran kimia khususnya sub materi bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi. Untuk itu diperlukan model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep bentuk molekul yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada sub materi bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak. Penelitian ini adalah Control Group Pretest-Postest Design dengan subjek penelitian 30 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak. Teknik dan alat pengumpul data menggunakan tes hasil belajar, observasi dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 36,91 dan nilai rata-rata posttest sebesar 41,15 sedangkan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 31,46 dan nilai rata-rata nilai posttest sebesar 66,58 . Hasil analisis statistik uji U Mann- Whitney menunjukkan nilai 0,000 yaitu lebih kecil dari α (0,000<0,05) yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Besarnya peningkatan hasil belajar diketahui dari perhitungan nilai effect size sebesar 1,06 dalam kategori tinggi. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan media question card dapat diterapkan pada sub materi bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan pada Allah SWT, rabb semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Allah yang selalu melimpahkan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikanskripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Question Card Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Bentuk Molekul Berdasarkan Teori Hibridisasi Kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang dengan sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa setia, istiqomah memegang teguh diin yang mulia ini hingga akhir zaman. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan pihak lain yang turut memberikan sumbangsihnya, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin memberikan ucapan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberikan pengarahan, dorongan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Fitriani, S.Si, M.Si, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I dan Tuti Kurniati, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Rizmahardian Azhari Kurniawan S.Si, M.Si, M.Sc selaku Penguji 1 dan Raudhatul Fahdillah, S. Pd, M. Si selaku Penguji II yang telah memberikan masukan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Hamdil Mukhlisin, M.Pd, Nurdianti Awaliyah, S.Si, M.Pd dan Yudhi Astono, SP selaku ahli media, ahli materi dan ahli kontruksi yang telah memvalidasi dan memberikan saran serta masukan selama penyusunan.

(10)

7. Yudhi Astono, SP selaku guru mata pelajaran kimia yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di SMA Panca Bhakti Pontianak. 8. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan do’a, dukungan, dan

motivasi yang tak terhingga.

9. Para dosen dan staf di lingkungan FKIP Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman mahasiswa FKIP Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa peneliti harapkan untuk perbaikan kedepannya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya, Semoga Allah SWT berkenan menjadikannya sebagai amal baik.

Pontianak, Oktober 2017

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR PERSAMAAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ... 10

B. Media Question Card ... 13

C. Hasil Belajar ... 13

D. Bentuk Molekul Berdasarkan Teori Hibridisasi ... 14

E. Hipotesis Penelitian... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Metode dan Bentuk Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Variabel Penelitian ... 23

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 24

F. Validitas dan Reliabilitas ... 27

(12)

H. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Perbedaan Hasil Belajar ... 35

B. Analisis Uji Statistik ... 38

C. Perbedaan Proses Pembelajaran ... 40

D. Efektivitas Model Pembelajaran ... 47

BAB V PENUTUP ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Presentase Ketuntasan Ulangan Harian Semester Genap Kelas XI IPA SMA

Panca Bhakti Pontianak Tahun Ajaran 2016/2017 ... 2

TABEL 1.2 Orbital Hibrida Yang Penting Dan Bentuknya ... 19

TABEL 3.1 Rancangan Control Group Pretest-Postest Design ... 21

TABEL 3.2 Daftar Pelaksanaan Penelitian ... 24

TABEL 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 29

TABEL 4.1 Rata-Rata Pretest Dan Postest Kelas Kontrol... 35

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR PERSAMAAN

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A (Data Pra Penelitian)

Lampiran A-1 Hasil Wawancara Guru ... 53

Lampiran A-2 Hasil Observasi di kelas XI IPA 1 SMA Panca Bhakti Pontianak .... 56

Lampiran A-3 Hasil Wawancara Siswa SMA Panca Bhakti Pontianak ... 58

Lampiran A-4 Daftar Nilai Ulangan Harian Kelas XI Semester Ganjil SMA Panca Bhakti Pontianak ... 64

Lampiran B (Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian) Lampiran B-1 Kisi-kisi Soal Pretest ... 66

Lampiran B-2Soal Pretest ... 67

Lampiran B-3 Kriteria Penskoran Soal Pretest ... 68

Lampiran B-4 Kisi-kisi Soal Posttest ... 72

Lampiran B-5 Soal Posttest ... 73

Lampiran B-6 Kriteria Penskoran Soal Posttest ... 74

Lampiran B-7 Kisi-kisi Soal Media Question Card ... 78

Lampiran B-8Soal Media Question Card ... 79

Lampiran B-9 Kunci Jawaban Soal Media Question Card ... 80

Lampiran B-10Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 90

Lampiran B-11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 99

Lampiran B-12Pedoman Validasi Soal Pretest ... 107

Lampiran B-13Pedoman Validasi Soal Posttest ... 108

Lampiran B-14Pedoman Telaah RPP Model TTW ... 109

Lampiran B-15Pedoman Telaah RRP Metode Ceramah ... 110

Lampiran B-16Lembar Observasi Pembelajaran Dengan Model TTW Berbantuan Media Question Card ... 111

Lampiran B-17Lembar Observasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Ceramah 113 Lampiran B-18Pedoman Wawancara Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran TTW Berbantuan Media Question Card ... 115

(17)

Lampiran C-2 LembarHasil Validasi Soal Posttest ... 117

Lampiran C-3 Lembar Hasil Validasi RPP Penggunaan Model TTW Berbantuan Media Question Card ... 118

Lampiran C-4Lembar Hasil Validasi RPP Menggunakan Metode Ceramah ... 119

Lampiran C-5Skor Hasil Uji Coba Soal Postest ... 120

Lampiran C-6 Perhitungan Reliabilitas Soal Postest ... 121

Lampiran C-7 Nilai Hasil Pretest Kelas XI IPA 1 ... 123

Lampiran C-8 Nilai Hasil Postest Kelas XI IPA 1 ... 124

Lampiran C-9 Nilai Hasil Pretest Kelas XI IPA 2 ... 125

Lampiran C-10Nilai Hasil Postest Kelas XI IPA 2 ... 126

Lampiran C-11 Lembar Pretest dan Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .. 127

Lampiran C-12 Hasil Uji Statistik Pretest ... 128

Lampiran C-13 Hasil Uji Statistik Postest ... 130

Lampiran C-14 Hasil Perhitungan Effect Size ... 132

Lampiran C-15 Tabel Z ... 133

Lampiran C-16Hasil Question Card Kelompok ... 134

Lampiran C-17 Hasil Question Card Kelompok ... 137

Lampiran C-18 Observer Pembelajaran Model TTW Berbantuan Media Question Card 140 Lampiran C-19 Observer Pembelajaran Menggunakan Metode Ceramah ... 142

Lampiran C-20 Hasil Wawancara Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Ceramah ... 144

Lampiran C-21Hasil Wawancara Siswa Terhadap Model TTW Berbantuan Media Question Card ... 147

Lampiran C-22Hasil Wawancara Siswa Terhadap Soal Pretest dan Postest ... 152

Lampiran D (Surat Penelitian) Lampiran D-1 Surat Pernyataan Validator ... 154

Lampiran D-2 Surat Izin Penelitian ... 157

Lampiran D-3 Surat Pelaksanaan Penelitian... 158

Lampiran E (Dokumentasi) Lampiran E-1 Lembar Hasil Uji coba Soal Postest ... 159

(18)

Lampiran E-3 Lembar Hasil Belajar Siswa Postest Kelas Kontrol ... 163

Lampiran E-4 Lembar Hasil Belajar Siswa Pretest Kelas Eksperimen ... 164

Lampiran E-5 Lembar Hasil Belajar Siswa Protest Kelas Eksperimen ... 166

Lampiran E-6 Dokumentasi Uji Coba Soal ... 168

Lampiran E-7 Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 169

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai tujuan agar siswa memahami konsep–konsep kimia dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari–hari. Tetapi mata pelajaran ini dianggap sulit karena karakteristik dari ilmu kimia itu sendiri bersifat abstrak dan konsep yang dipelajari sangat banyak. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan konsep dasar kimia (Ristiyani & Bahriah, 2016).

Materi bentuk molekul adalah salah satu materi yang ada dalam mata pelajaran kimia yang dianggap sulit bagi siswa. Hal ini dikarenakan materi tersebut termasuk konsep kimia yang berkaitan dengan struktur zat sebab bentuk molekul merupakan susunan tiga dimensi atom-atom yang ditentukan oleh jumlah ikatan dan besar sudut-sudut ikatan yang dikeliling oleh atom pusat (Effendy, 2010).

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang studi kimia di SMA Panca Bhakti Pontianak pada tanggal 20 Februari 2017 (Lampiran A-1) menyatakan bahwa nilai mata pelajaran kimia masih rendah di kelas XI IPA dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 pada tahun ajaran 2016/2017. Salah satu materi pelajaran yang rendah yaitu bentuk molekul. Kesulitan yang dialami siswa pada materi bentuk molekul terdapat pada sub materi hibridisasi. Sulitnya materi bentuk molekul ditunjukkan oleh persentase ketuntasan ulangan harian kimia kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak tahun ajaran 2016/2017 pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Ulangan Harian Kimia Kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak Tahun Ajaran 2016/2017

Kelas Struktur Atom dan SPU Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul

Termokimia Laju Reaksi

T (%) TT (%) T (%) TT (%) T (%) TT (%) T (%) TT (%) XI IPA 1 77,78 22,22 40,74 59,25 66,67 33,33 51,85 48,14

XI IPA 2 83,33 16,67 50,00 50,00 80,00 20,00 83,33 16,67

Rata-Rata 80,55 19,44 45,37 54,62 73,33 26,66 67,59 32,40

(20)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil ulangan harian kimia siswa pada materi bentuk molekul memiliki persentase ketidaktuntasan paling tinggi (54,62%) karena tidak mencapai KKM sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi bentuk molekul.

Kesulitan mempelajari materi bentuk molekul juga dialami oleh siswa di SMA Panca Bhakti Pontianak. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara siswa kelas XI IPA 2 di SMA Panca Bhakti Pontianak pada tanggal 22 Februari 2017 (Lampiran A-3), dengan jumlah 6 siswa di antaranya 2 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah yang menyatakan masih mengalami kesulitan pada materi bentuk molekul khususnya pada sub materi teori hibridisasi. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara bahwa siswa kesulitan dalam membuat konfigurasi elektron, menggambarkan elektron pada diagram orbital dan menentukan jenis hibridisasi dari suatu senyawa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPA 1 SMA Panca Bhakti Pontianak pada tanggal 25 Maret 2017 (Lampiran A-2) proses pembelajaran kimia di kelas masih menggunakan metode ceramah seperti menjelaskan materi di depan kelas, membaca buku, mencatat, dan mengerjakan soal latihan pada buku pelajaran. Metode ceramah yang diterapkan di dalam kelas cenderung membuat siswa kurang aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan kurang memperhatikan guru dalam menjelaskan sehingga materi bentuk molekul khususnya sub materi teori hibridisasi tidak dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil ulangan harian siswa materi bentuk molekul (Tabel 1.1). Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi bentuk molekul pada sub materi teori hibridisasi yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi diri.

(21)

TTW merupakan pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Suyatno (2009:66) mengemukakan bahwa model pembelajaran TTW adalah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir dengan bahasa bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi. Pembelajaran kooperatif tipe TTW ini akan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran dan aktif dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe TTW ini dapat mengembangkan tulisan dengan lancar dan dapat melatih bahasa sebelum dituliskan. Aktivitas berpikir, berbicara dan menulis ini adalah satu bentuk aktivitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif (Huda, 2013).

Model pembelajaran TTW akan dibantu dengan media question card, yaitu media visual berupa kertas berukuran 10 cm x 10 cm. Isi dari kartu ini yaitu sebagian berisi soal-soal tentang materi yang akan diajarkan (Harjanto,2005:243). Penggunaan media kartu ini merupakan sarana yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa ditugaskan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kartu soal untuk menambah poin. Salah satu kelebihan dari media question card adalah membuat siswa terampil mengerjakan soal-soal sendiri dan belajar mengatasi masalah serta menumbuhkan suasana kreatif. Dengan media question card memungkinkan siswa belajar lebih rileks dengan memainkan kartu soal, di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Media question card belum pernah diterapkan di SMA Panca Bhakti Pontianak, selain itu media question card mudah dibuat dan didapatkan.

Beberapa penelitian sebelumnya membahas model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang dilakukan oleh Rizkiyati (2012) menunjukkan persentase peningkatan hasil belajar kelas eksperimen 60,2% lebih tinggi dari kelas kontrol 51,1% pada materi koloid. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang dilakukan oleh Andriani (2015) memberikan pengaruh sebesar 64,51% terhadap peningkatan hasil belajar kognitif kimia Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Bawang Banjarnegara. Penelitian media kartu pintar dan kartu soal dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan oleh Qurniawati, dkk (2013) menunjukkan persentase peningkatan prestasi belajar kelas eksperimen 59,5% dan pada kelas kontrol 52,6% sehingga terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar sebesar 6,9% pada materi hidrokarbon.

(22)

Card Pada Materi Bentuk Molekul Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak”. Melalui penerapan model dan media pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa pada mata pelajaran kimia serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramahpada materi bentuk molekul kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak?

2. Seberapa besar efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card pada materi bentuk molekul terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini di antaranya untuk :

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada materi bentuk molekul kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak.

2. Mengetahui besarnya efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card pada materi bentuk molekul terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis

(23)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi siswa terutama sebagai subjek penelitian, mampu meningkatkan hasil belajar kimia, melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sekelasnya dan melatih siswa dalam memecahkan suatu permasalahan mengenai pemahaman materi.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar di kelas.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan ide yang baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat memberikan gambaran dalam upaya perbaikan-perbaikan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran kimia melalui model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan media question card.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan memberikan gambaran yang sama antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Efektivitas

Efektivitas dalam penelitian ini adalah suatu keadaan atau ukuran yang menunjukkan adanya pengaruh atau hasil yang diharapkan menggunakan effect size. Libertsax dalam (Arikunto, 2006) mengemukan bahwa efektivitas dapat diukur dengan pendekatan eksperimen, yaitu dengan cara membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan catatan kedua kelompok dengan kondisi yang sama, untuk kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, akan diketahui efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat hasil belajarnya. Media question card berbasis model pembelajaran kooperatif tipe TTW dikatakan efektif jika hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.

2. Metode Ceramah

(24)

a. Tahap Persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan yang baik sebelum mengajar dimulai.

b. Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.

c. Tahap asosiasi (komparasi), artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ajar yang telah diterima siswa. Pada tahap ini diberikan tanya jawab.

d. Tahap regenerasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diajarkan.

e. Tahap aplikasi atau evaluasi. Tahap ini, diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi bias dalam bentuk lisan, tuliasa, tugas, dan lain-lain.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Berbantuan Question Card Suyatno (2009: 66) )mengemukakan bahwa model pembelajaran TTW adalah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir dengan bahasa bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi. Suhendar (2011:74) mengemukakan bahwa model pembelajaran TTW pada dasarnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, sehingga dalam pelaksanaannya model ini membagi sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana pembelajaran lebih efektif.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan model TTW ini menurut Hamdayana (2014: 219) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagikan question card yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.

2. Siswa membaca masalah yang ada dalam question card dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang siswa ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut (think).

3. Guru membagi siswadalam kelompok kecil (3-5 siswa).

4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri untuk menyampai kan ide-ide dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan

(25)

(write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu, siswa menghubungkan ide-ide yang di perolehnya melalui diskusi.

6. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok 7. Penghargaan kelompok

8. Melakukan evaluasi

Media pembelajaran Kartu soal (question card) adalah sebuah kartu yang di dalamnya terdapat soal/permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang mendapat kartu tersebut. Pengembangan media question card adalah penyempurnaan media question card yang sudah pernah dibuat oleh Ifadhoh (2012). Media question card yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media yang digunakan pada saat proses diskusi berlangsung. Media question card dibuat dari kertas buffalo warna-warni berukuran 10cm x 10cm yang berisi pertanyaan atau soal-soal yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

4. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar (Slameto, 2010:5). Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang berbentuk tes pada sub materi hibridisasi dengan kelas yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan media question card yang berupa pretest yang dilakukan sehari sebelum perlakuan dan posttest dilakukan setelah perlakuan. Tes yang diberikan berbentuk esay dengan pretest dan posttest masing-masing terdiri atas 5 soal.

5. Bentuk Molekul

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

TTW merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (dalam Huda, 2013:218) ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan model pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Model ini merupakan model yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara siswa.

Suyatno (2009: 66) mengemukakan bahwa model pembelajaran TTW adalah pembelajaran yang dimulai dengan berfikir dengan bahasa bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi. Suhendar (2011:74) mengemukakan bahwa model pembelajaran TTW pada dasarnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, sehingga dalam pelaksanaannya model ini membagi sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana pembelajaran lebih efektif.

Menurut Hamdayana (2014:216) model pembelajaran TTW melibatkan empat tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran,yaitu :

1. Berpikir (Think)

Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks bacaan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini, peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Membuat catatan kecil dalam meningkatkan siswa dalam berpikir dan menulis.

2. Berbicara (Talk)

(27)

3. Menulis (Write)

Fase write yaitu menuliskan hasil diskusi atau pada lembar kerja siswa (LKS) yang disediakan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivita smenulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkin kan guru melihat pengembangan konsep siswa.

4. Presentasi

Presentasi ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar, yaitu dengan teman satu kelas.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan model TTW ini menurut Hamdayana (2014: 219) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagikan question card yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswaserta petunjuk pelaksanaannya.

2. Siswa membaca masalah yang ada dalam question card dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang siswa ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut (think).

3. Guru membagi siswadalam kelompok kecil(3-5 siswa).

4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusiatas soal yang diberikan

5. Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu, siswa menghubungkan ide-ide yang di perolehnya melalui diskusi.

6. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok. 7. Penghargaan kelompok

8. Melakukan evalusi

b. Kelebihan dan kekurangan model TTW

(28)

1. Kelebihan Model TTW

a. Mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual.

b. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

c. Dengan memberikan soal open ended, dapat mengembangkan keterampilan berpikir

kritis dankreatif siswa.

d. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa

secara aktif dalam belajar.

e. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan

dengan diri sendiri.

2. Kekurangan Model TTW

a. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan

Kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh siswa yang mampu.

b. Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam

menerapkan model pembelajaran ini tidak mengalami kesulitan.

2. Media Question Card

Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran setelah metode pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran (Arsyad, 2011). Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kondisi siswa. Sehingga media pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep materi yang diajarkan serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Arsyad, 2011). Kartu merupakan media pembelajaran karena didalam kartu terdapat informasi yang akan diterjemahkan oleh siswa yaitu berupa gambar, keterangan gambar, pertanyaan atau jawaban pertanyaan, tergantung dari kreativitas guru dalam menuangkan materi pembelajaran kedalam kartu (Sativa, 2012).

(29)

pembelajaran di kelas karena ukuran nya yang minimalis, desain yang bisa disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan mudah digunakan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar (Slameto, 2010:5). Hasil belajar adalah kemampuan yang diterima oleh siswa melalui pendidikan atau pelatihan yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa yang akan menghasilkan kemampuan, pengetahuan, dan nilai yang dapat diimplementasikan siswa dalam kehidupannya, baik diaplikasikan dimasyarakat, dalam keluarga maupun dunia kerja. Hasil belajar dapat meliputi keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap (Dimyati & Mudjiono, 2006). Kemampuan yang diperoleh seseorang setelah menerima pengalaman dan pelatihan dari belajarnya disebut hasil belajar. Hasil belajar diperoleh melalui pengalaman belajar yang terdiri dari tiga komponen yaitu komponen isi atau materi, format belajar berdasarkan belajar teori, praktik dan pengalaman lapangan serta tasiran waktu belajar (Aisyah, 2015).

Hasil belajar sebagai pengaruh dapat memberikan suatu ukuran nilai setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diukur dengan alat pengukur berupa tes (ulangan harian) dan diberikan oleh guru setelah suatu materi pelajaran diberikan kepada siswa. Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar obeservasi psikomotor kinerja siswa (Asep & Haris, 2008). Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif untuk penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal (Asep & Haris, 2008).

Bloom mengklasifikasikan kategori hasil belajar kedalam tiga kawasan yang disebut domain, yaitu (Dimyati & Mudjiono, 2006):

1. Domain kognitif adalah segala kecakapan yang berkenaan dengan pikiran manusia 2. Domain afektif adalah kecakapan yang ada hubungannya dengan perasaan manusia,

menyangkut nilai, sikap, estetika dan sebagainya

(30)

4. Bentuk Molekul Berdasarkan Teori Hibridisasi

Teori Valence Shell Electron Repulsion (VSEPR) sangat bermanfaat untuk meramalkan struktur molekul suatu senyawa, tetapi teori tersebut tidak menjelaskan tentang bagaimana elektron-elektron dalam kulit valensi atom pusat dapat membentuk struktur tertentu. Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan hibridisasi orbital atom sebagai implementasi dari teori ikatan valensi (Sunarya, 2010):

1. Hibridisasi dan Model Ikatan Valensi Terarah

menurut teori ikatan valensi, ikatan akan terbentuk antara dua atom jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Sunarya, 2010):

a. Dalam membentuk ikatan, orbital-orbital pada atom pusat mengadakan restrukturisasi melalui proses hibridisasi membentuk orbital hibrida. Selanjutnya orbital hibrida ini berikatan dengan orbital atom lain.

b. Orbital-orbital yang berikatan harus bertumpangsuh (overlapping) satu sama lain.

c. Jumlah elektron dalam orbital ikatan yang bertumpangsuh maksimal dua elektron dengan spin berlawanan.

d. Kekuatan ikatan bergantung pada derajat tumpangsuh. Makin besar daerah tumpangsuh makin kuat ikatan yang terbentuk.

e. Orbital-orbital atom selain orbitals dalam berikatan memiliki arah tertentu sesuai orientasi orbital atom yang berikatan.

Sebagai contoh molekul CH4 :

Empat atom hidrogen berikatan dengan atom karbon melalui ikatan kovalen, dimana atom karbon sebagai atom pusat. Ikatan ini terbentuk melalui tumpangsuh orbital sp3 dari atom karbon dengan orbital 1s dari atom hidrogen.

Gambar 2.1 Struktur Molekul CH4

Kedua orbital yang berikatan (1s-sp3) dilokalisasikan sepanjang ikatan C-H. Oleh karena itu, orbital yang terbentuk dinamakan ikatan terlokalisasi yang diorientasikan pada daerah di antara atom karbon dan hidrogen.

(31)

Konsep orbital atom yang saling tumpang-tindih seharusnya dapat diterapkan juga untuk molekul-molekul poliatomik. Tetapi, skema pengikatan yang memuaskan harus menjelaskan geometri molekul (Chang, 2005: 305-308).

1) Hibridisasi sp

Molekul berilium klorida (BeCl2) diramalkan linier oleh teori tolakan pasangan elektron

kulit valensi (TPEKV). Diagram orbital untuk elektron valensi Be adalah

Untuk mengetahui bahwa pada keadaan dasar, Be tidak membentuk ikatan kovalen dengan Cl karena elektronnya berpasangan dalam orbital 2s. Jadi kembali pada hibridisasi untuk menjelaskan perilaku ikatan Be. Pertama-tama terjadi eksitasi elektron 2s ke orbital 2p menghasilkan

Sekarang terdapat dua orbital Be yang tersedia untuk ikatan, yaitu 2s dan 2p. Tetapi, jika dua atom Cl bergabung dengan Be dalam keadaan tereksitasi ini, satu atom Cl akan berbagi elektron 2s dan atom Cl yang lain akan berbagai elektron 2p, membuat dua ikatan BeCl yang tidak setara. Skema ini bertentangan dengan bukti percobaan. Dalam molekul BeCl2 yang

sebenarnya, kedua ikatan BeCl identik dalam berbagai hal. Jadi orbital 2s dan 2p harus tercampur atau terhibridisasi, untuk membentuk dua orbital hibrida sp yang setara.

2) Hibridisasi sp2

Molekul BF3 (boron trifluorida), yang dikenal memiliki trigonal berdasarkan TPEKV.

Dengan hanya memperhatikan elektron valensi, diagram orbital B adalah

↑↓

2s 2p

↑ ↑

2s 2p

↑ ↑

Orbitalsp Orbital2p yang kosong

↑↓ ↑

(32)

Pertama-tama, terjadi eksitasi elektron 2s ke orbital 2p yang kosong:

Pencampuran orbital 2s dan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2

3) Hibridisasi sp3

molekul CH4 dengan memusatkan perhatian hanya pada elektron valensi, sehingga dapat

menggambarkan diagram orbital C sebagai.

Karena atom karbon memiliki dua elektron tak berpasangan (satu dalam tiap orbital 2p), atom karbon hanya dapat membentuk dua ikatan dengan hidrogen dalam keadaan dasar walau spesi CH2 memang dikenal, spesi ini sangat tidak stabil untuk menjelaskan keempat ikatan C

– H dalam metana, dapat mencoba mempromosikan satu elektron (yaitu mengeksistasi dengan bantuan energi) dari orbital 2s ke orbital 2p.

Untuk menjelaskan ikatan dalam metana, teori ikatan valensi menggunakan orbital hibrida (hybrid orbital) hipotesis, yaitu orbital atom yang diperoleh ketika dua atau lebih orbital yang tidak setara pada atom yang sama bergabung untuk bersiap-siap membentuk ikatan kovalen. Hibridisasi (hybridization) adalah istilah yang digunakan untuk pencampuran orbital-orbital atom dalam suatu atom (biasanya atom pusat) untuk menghasilakan sekumpulan orbital hibrida. Untuk dapat menghasilkan empat orbital hibrida yang setara untuk atom karbondengan mencampurkan orbital 2s dan tiga orbital 2p:

↑ ↑ ↑

2s 2p

↑ ↑ ↑

Orbitalsp2 Orbital 2p

yang kosong

↑↓ ↑ ↑

2s 2p

↑ ↑ ↑ ↑

2s 2p

↑ ↑ ↑ ↑

(33)

4) Hibridisasi Orbital s, p, dan d

Untuk unsur-unsur dalam periode ketiga dan seterusnya tidak selalu dapat menjelaskan geometri molekul dengan mengasumsikan hanya orbital s dan p yang mengalami hibridisasi. Misalnya untuk memahami pembentukan molekul dengan geometri segitiga bipiramida atau oktahedral, harus menyertakan orbital d dalam konsep hibridisasi (Chang, 2005: 312).

Orbital hibrida yang terbentuk melibatkan orbital-d dan senyawa yang terbentuk tergolong superoktet. Contoh molekul dengan bentuk trigonal bipiramida adalah PCl5 dan

contoh molekul oktahedral adalah SF6.

Molekul PCl5 dengan atom P sebagai atom pusat. Konfigurasi elektronnya 15P: 1s2 2s2

2p6 3s2 3p3 3d0. Hibridisasi satu orbital 3s, tiga orbital 3p dan satu orbital 3d menghasilkan lima orbital hibrida sp3d dengan struktur trigonal bipiramida yang simetris. Kelima orbital hibrida sp3d memiliki sifat-sifat menarik sebab ada dua orbital hibrida yang tidak setara.

Hibridisasi Promosi elektron

Orbital-orbital hibrida sp3d membentuk dua susunan yang tidak setara. Susunan pertama terdiri atas tiga orbital hibrida ekuilateral yang setara dan susunan kedua terdiri dari dua orbital aksial yang setara. Kelima orbital ikatan P-Cl dibentuk melalui tumpang tindih setiap orbital hibrida sp3d dengan orbital 3p dari atom klorin. Sepuluh elektron valensi menghuni lima orbital ikatan sigma terlokalisasi membentuk lima ikatan kovalen terlokalisasi.

Pada struktur oktahedral diperlukan enam orbital dengan elektron tidak berpasangan. Keenam orbital tersebut dibentuk melalui hibridisasi 1 orbital s, 3 orbital p, dan 2 orbital d membentuk orbital hibrida sp3d2. Molekul SF6 orbital pada kulit valensi atom S mengadakan

hiberidisasi membentuk orbital hibrida sp3d2 dengan struktur oktahedral.

Hibridisasi Promosi Elektron

↑↓ ↑ ↑

↑ ↑ ↑ ↑ ↑

Orbital sp3d

↑↓ ↑↓ ↑ ↑

↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑

Orbital d kosong

(34)

Untuk meringkas hibridisasi sp, sp2, sp3 dan jenis-jenis lain dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Orbital Hibrida yang Penting dan Bentuknya Orbital Atom

Asli dari Pusat Atom Hibridisasi Dari Atom Pusat Jumlah Orbital Hibrida Bentuk Orbital Hibrida Contoh

s, p sp 2 Linier BeCl2

s, p, p sp2 3 Segitiga Planar BF

3

s, p, p, p sp3 4 Tetrahedral CH

4

s, p, p, p, d sp3d 5 Bipiramida

trigonal

PCl5

s, p, p, p, d, d sp3d2 6 Oktahedral SF

6

(Chang, 2005: 309)

b. Prosedur Hibridisasi Orbital Atom

Pada dasarnya, hibridisasi hanyalah perluasan teori Lewis dan model TPEKV. Untuk menentukan keadaan hibridisasi yang cocok pada atom pusat dalam suatu molekul, seharusnya memiliki beberapa gagasan tentang geometri molekul. Langkah-langkahnya adalah (Chang, 2005: 312):

1) Menggambar struktur Lewis molekul tersebut.

2) Meramalkan susunan pasangan elektron secara keseluruhan (baik pasangan elektron ikatan maupun pasangan elektron bebas) dengan menggunakan model TPEKV

3) Menurunkan hibridisasi atom pusat dengan mencocokkan susunan pasangan elekton dengan yang terdapat pada orbital hibrida yang tercantum pada Tabel 2.1

5. Hipotesis

(35)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan dua perlakuan dengan model pembelajaan kooperatif tipe Think Talk Write berbantuan media question card dengan menggunakan metode ceramah.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experimental Research). Tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Arikunto, 2006: 92). Peneliti akan mencoba mengungkapkan akibat perlakuan pengejaran dengan pembelajaran konvensional metode ceramah untuk kelas kontrol dan membendingkannya dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write berbantuan media question card.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Control Group Pretest-Postest Design dengan pola seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Rancangan Control Group Pretest-Postest Design

E O1 X1 O2

K O3 X2 O4

(Arikunto, 2006: 86)

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol

(36)

X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write berbantuan media question card

X2 : Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah

O2 : Posttest pada kelas eksperimen O4 : Posttest pada kelas kontrol

Kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengukuran masing-masing sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Pengukuran sebelum perlakuan disebut pretest (O1 dan O3), pengukuran sesudah perlakuan disebut posttest (O2 dan O4). Perbedaan pencapaian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diasumsikan sebagai efek dari perlakuan (Sugiyono, 2011: 113).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2012: 116). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebanyak 32 siswa dan XI IPA 2 sebanyak 30 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Berdasarkan hasil tersebut, maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling jenuh (Arikunto, 2013). Setelah dilakukan teknik sampling jenuh, maka sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Variabel-variabel dalam penelitian ini di antaranya:

(37)

Menurut Sugiyono (2012), variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) berbantuan media quastion card pada materi bentuk molekul.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Menurut Sugiyono (2012), variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada materi bentuk molekul.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011: 41). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar yaitu peneliti.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Panca Bhakti Pontianak, pada kelas XI IPA Semester ganjil pada tahun ajaran 2017/2018. Adapun waktu pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Daftar Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Hari/Tanggal Waktu

1 Uji Coba Soal (Kelas XII IPA 1) Selasa/12-09-2017

10.00-11.00 WIB

2. Pretest (Kelas kontrol) Rabu/20-09-2017 07.00-07.20 WIB 3. Perlakuan Rabu/20-09-2017 07.20-08-10 WIB 4. Postest Rabu/20-09-2017 08.10-08.30 WIB 5. Pretest (Kelas kontrol) Rabu/13-09-2017 07.00-07.20 WIB 6 Perlakuan (Kelas eksperimen) Rabu/13-09-2017 07.20-08.30 WIB 7 Postest

Sabtu/16-09-2017

(38)

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian (Sugiyono, 2012). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan cara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik Pengukuran

Menurut Nawawi (2012), teknik pengukuran adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan hubungan tidak langsung atau dengan perantara alat, baik berupa alat yang sudah tersedia maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu. Teknik pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemberian skor pada jawaban soal-soal pretest dan posttest yang telah dikerjakan oleh siswa kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak.

b. Observasi

Observasi adalah cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Menurut Sudjana (2010) ada tiga observasi, yaitu observasi langsung, observasi dangan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung, dimana peneliti mengamati yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya. Teknik observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengamati keterlaksanaan RPP yang telah dirancang saat pelaksanaan penelitian. Observer yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang.

c. Teknik Komunikasi Langsung

Menurut Nawawi (2012), teknik komunikasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face). Teknik komunikasi langsung yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua responden, dalam kalimat dan urutan yang seragam (Basuki, 2006).

(39)

dan 2 siswa yang berkemampuan tinggi. Narasumber yang diwawancarai terhadap ketidaktuntasan pretest dan postest sebanyak 3 siswa yang tidak mencapai KKM.

2. Alat Pengumpulan Data a. Tes Hasil Belajar Siswa

Pengumpul data dalam penelitian ini adalah dengan tes. Menurut Sudjana (2010) tes sebagai alat penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk tes lisan (lisan), bentuk tulisan (tes tertulis) atau bentuk perbuatan (tes tindakan). Dua macam tes yaitu tes uraian dan tes objektif.

Tes uraian adalah pertanyaan yang memuat siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendistribusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntunan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Sedangkan tes obejktif terdiri dari beberapa bentuk yaitu bentuk pilihan dalam benar, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan dan isisan pendek atau melengkapi.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk essay yang berjumlah 2 soal. Tes bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan dan uraian kata-kata. Tes diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (postest). Pretest digunakan untuk melihat kemampuan awal siswa, sedangkan postest digunakan untuk melihat kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan media question card.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan dalam melakukan penelitian terhadap indikator-indikator dari aspek diamati. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi tertutup atau terstruktur. Lembar observasi tertutup digunakan untuk melihat keterlaksanaan RPP yang telah dirancang. Lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan RPP disusun dalam bentuk daftar cek (cheklist) berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam RPP.

c. Pedoman Wawancara

(40)

untuk mengungkapkan pendapat siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

F. Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006: 168) instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel yaitu sebagai berikut:

1. Validasi

Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Seluruh instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang teliti secara tepat.

Penelitian ini validitas yang diuji adalah validitas isi. Apabila mengukur tujuan khusus yang sejalan materi atau isi pelajaran yang diberikan uji validitas isi dilakukan dengan membuat kisi-kisi tes penilaian. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006: 166).

Instrumen yang divaliditas dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar bentuk molekul dengan pedoman penelitian telaah butir soal. Sedangkan perangkat pembelajaran yang divalidasi yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Validasi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh tim ahli atau disebut validator yaitu dosen FKIP Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak dan guru bidang studi kimia. Untuk instrument setiap item soal divalidasi bedasarkan bidang penelaah berupa materi, kontruksi dan bahasa yang digunakan. Kemudian validator memberikan kesimpulan berupa LD (layak digunakan), LDP (layak digunakan dengan perbaikan), TLD (tidak layak digunakan) terhadap soal tersebut.

(41)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkatan pada suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur. Reliabilitas dinyatakan dengan angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien, koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi (Sukmadinata, 2007). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, maka tes diuji coba terhadap siswa kelas XII IPA 1 SMA Panca Bhakti Pontianak yang telah mempelajari materi bentuk molekul dengan sub materi bentuk molekul berdasarka teori hibridisasi. Karena tes berbentuk essay maka reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus alpha seperti pada persamaan 1 berikut (Arikunto):

Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur atau yang hendak diukur. Dalam rangka menentukan apakah tes yang disusun telah memiliki daya ketetapan atau keajegan mengukur atau reliabilitas yang tinggi ataukah belum, maka dapat menggunakan rumus alpha sebagai berikut (Anas Sudijono, 2011: 207-208):

𝐫𝟏𝟏= ( 𝐤

𝐤−𝟏)(𝟏 − ∑𝛔𝐢𝛔𝐭𝟐)

(1)

r11 adalah reliabilitas instrumen, k adalah banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya

soal, ∑𝛔i adalah jumlah varians butir dan 𝛔t2 adalah varians total.

Rumus varians yang digunakan untuk menghitung pada persamaan 2:

𝛔𝐭𝟐= ∑𝐱

𝟐 − (∑𝐱𝟐 𝐍 )

𝐍 (2)

Keterangan :

𝜎₁² = varians total

(∑x𝑁)² = Kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa

∑x 2 = Jumlah skor yang diperoleh siswa

N = Jumlah Subjek

𝛔t2 adalah varians, (∑x2) adalah kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa, ∑x2adalah jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa dan N adalah jumlah subjek.

Kriteria reliabilitas (r11) yang digunakan adalah berdasarkan kriteria besarnya

(42)

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Nilai Reliabilitas Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi sekali

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat rendah

Instrument dapat digunakan jika tingkat reliabilitas berada pada kategori yang tinggi (Arikunto, 2010). Hasil perhitungan reliabilitas tes (Lampiran C-1) dengan menggunakan rumus alpha diperoleh reliabilitas soal postest adalah 0,612 yang terletak pada rentang 0,600 – 0,799 dengan kriteria reliabilitas tinggi pada kelas XII IPA SMA Panca Bhakti Pontianak.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Penelitian

a. Wawancara kepada guru kimia dan siswa kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak tahun ajaran 2016/2017

b. Observasi proses kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPA SMA Panca Bhakti Pontianak tahun ajaran 2016/2017

2. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal pretest dan posttest c. Melakukan validasi instrumen dan perangkat pembelajaran

d. Perangkat pembelajaran dan instrumen yang dinyatakan tidak valid oleh validator maka akan dilakukan proses perbaikan sampai perangkat pembelajaran dan instrumen dinyatakan valid

e. Instrumen penelitian berupa soal pretest dan posttest yang sudah diperbaikai dan dinyatakan valid akan diuji coba

f. Melakukan reliabilitas terhadap instrumen yang sudah diuji coba

g. Instrumen yang dinyatakan tidak reliabel, maka akan dilakukan proses perbaikan sampai instrumen tersebut dinyatakan reliabel

(43)

a. Memberikan pretest materi bentuk molekul dengan sub materi bentuk molekul berdasarkan hibridisasi pada kelas eksperimen

b. Memberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) berbantuan media quastion card pada kelas eksperimen c. Mengadakan posttest setelah perlakuan

4. Tahap Akhir

a. Menganalisis data hasil penelitian b. Membuat kesimpulan

c. Menyusun laporan penelitian.

(44)
(45)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar dengan pengolahan sebagai berikut :

1. Menjawab sub pertanyaan pertama yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa pada lembar tes dikelas eksperimen dan kelas kontrol sesuai dengan pedoman penskoran tes.

b. Menghitung nilai pretest siswa pada kelas kontrol dan eksperimen.

c. Nilai pretest diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof – Smirnorf, uji ini dilakukan untuk mengetahui data yang yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho : Data terdistribusi normal dengan kriteria pengujian diterima jika signifikasi > 0,05.

Ha : Data tidak terdistribusi normal dengan kriteria pengujian ditolak jika signifikasi < 0,05.

Berdasarkan hasil yang diperoleh signikasi pada kelas kontrol adalah 0,051 dan kelas eksperimen 0,001 hal ini menandakan bahwa salah satu data tidak terdistribusi normal yaitu kelas eksperimen.

d. Melakukan uji non parametrik dengan uji statistik nonparametrik menggunakan uji U Mann- Whitney karena terdapat dua kelas yang memperoleh hasil pretest tidak berdistribusi normal. Adapun langkah-langkah uji U Mann- Whitney pada program SPSS 22,0 for windows yaitu dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho : Hasil belajar kelas eksperimen sama dengan hasil belajar kelas kontrol dengan kriteria pengujian diterima jika signifikasi > 0,05.

(46)

Berdasarkan hasil yang diperoleh signikasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diatas 0,05 hal ini menandakan bahwa kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama.

e. Nilai posttest diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof – Smirnorf, uji ini dilakukan untuk mengetahui data yang yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho : Data terdistribusi normal dengan kriteria pengujian diterima jika signifikasi > 0,05.

Ha : Data tidak terdistribusi normal dengan kriteria pengujian ditolak jika signifikasi < 0,05.

Berdasarkan hasil yang diperoleh signikasi pada kelas kontrol adalah 0,200 dan kelas eksperimen 0,000 hal ini menandakan bahwa salah satu data tidak berdistribusi normal yaitu kelas kontrol.

f. Melakukan uji non parametrik dengan uji statistik non parametrik menggunakan uji U Mann- Whitney karena terdapat dua kelas yang memperoleh hasil pretest tidak berdistribusi normal. Adapun langkah-langkah uji U Mann- Whitney pada program SPSS 22,0 for windows yaitu dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho : Hasil belajar kelas eksperimen sama dengan hasil belajar kelas kontrol dengan kriteria pengujian diterima jika signifikasi > 0,05.

Ha : Hasil belajar kelas eksperimen berbeda dengan hasil belajar kelas kontrol dengan kriteria pengujian diterima jika signifikasi < 0,05

Berdasarkan hasil yang diperoleh signikasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen di bawah 0,05 hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(47)

ES = 𝑋𝑒̅̅̅̅−𝑋𝑐̅̅̅̅

𝑆𝑐

Keterangan:

ES = Effect Size

𝑋𝑒

̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelas Eksperimen

𝑋𝑐

̅̅̅̅ = Rata-Rata Kelas Kontrol Sc = Standar DeviasiKelas Kontrol

Kriteria besar Effect Size dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sugiyono, 2011: 275):

Kriteria Tingkat Kriteria

ES ≤ 0,2 Rendah

0,2 < ES ≤ 0,8 Sedang

ES > 0,8 Tinggi

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen

Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 SMA Panca Bhakti Pontianak, data yang diperoleh yaitu data dari hasil tes awal (pretest) dan data dari hasil tes akhir (postest) pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada sub materi bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi. Bentuk tes yang diberikan berupa tes esai yang berjumlah 2 soal dengan skor total 100.

1. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Data hasil belajar siswa pada kelas kontrol berupa rata-rata nilai pretest dan postest menggunakan metode ceramah pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol Kelas Kontrol

Nilai pretest Nilai postest

Tuntas 2 5

Tidak Tuntas 30 27

Rata-Rata 36,91 41,52

(49)

konfigurasi elektron, keadaan awal dari suatu senyawa, mengalami eksitasi, menuliskan hibridisasi senyawa dan menentukan bentuk molekul dari suatu senyawa (Lampiran C-20).

2. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berupa rata-rata skor pretest dan postest pada sub materi bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi serta standar deviasinya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) berbantuan question card yang ditunjukkan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Nilai pretest Nilai postest

Tuntas 3 22

Tidak Tuntas 27 8

Rata-Rata 31,46 66,58

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen meningkat dari 31,46 saat Pretest menjadi 66,58 pada saat postestdengan KKM adalah 75. Berdasarkan nilai pretest dan postest bahwa pada saat Pretest terdapat 3 siswa yang tuntas sedangkan pada postest sebanyak 22 siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar.

Berdasarkan hasil postest sebanyak 8 siswa yang tidak tuntas yaitu ARS, AS, A dan DA dengan nilai 35, hanya bisa menjawab soal nomor satu yaitu pengertian orbital hibrida dan nomor dua bagian a,b,c dan d hanya menjawab bagian menentukan konfigurasi elektron dan menentukan keadaan dasarnya saja. Sedangkan NMS, NRF, RN dengan nilai 35, hanya menjawab soal nomor 1 yaitu pengertian orbital hibrida dan nomor dua bagian a, yaitu menjawab menentukan konfigurasi elektron, keadaan awal, tereksitasi, bentuk hibridisasi dan bentuk molekulnya. Sedangkan MAR dengan nilai 37,5, hanya menjawab soal nomor satu yaitu pengertian orbital hibrida dan nomor dua bagian a, yaitu menjawab menentukan konfigurasi elektron, keadaan awal, tereksitasi, bentuk hibridisasi dan bentuk molekulnya serta bagian b hanya menjawab menentukan konfigurasi elektron (Lampiran C-21).

(50)

dan aktif serta menerapkan kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Sehingga model pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatansiswa dalamberpikiratau berdialog dengandirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) denganteman kelompoknya sebelummenulis (Huda, 2013). Model ini merupakan model yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicarasiswa. Pembelajaran TTW juga menuntut siswa berkompetisi dalam memecahkan masalah yang ada di question card dan menemukan jawaban dari question card tersebut.

Berdasarkan data nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana nilai pretest diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan perlakuan, sedangkan nilai posttest diperlukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Selain itu, nilai posttest diperlukan juga untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan Media question card. Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 36,91 dan nilai rata-rata posttest sebesar 41,15 dan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 31,46 dan nilai rata-rata posttest sebesar 66,58. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara sisw

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Molekul CH4
Tabel 2.1 Orbital Hibrida yang Penting dan Bentuknya
Tabel 3.2 Daftar Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan dosis resep obat telinga, mata, mulut dan gigi ... Interaksi resep obat telinga, mata, mulut dan

(1) Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengendalikan pengoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan tugas meliputi

Pada penelitian ini penulis melakukan upaya penghematan energi data center secara menyeluruh baik dari sisi hardware, software, jaringan, permodelan sistem

Berdasarkan temuan Tim Inspeksi Veteriner dan semakin meningkatnya jumlah perusahaan pengolah perikanan Indonesia yang masuk dalam daftar RASFF Komisi Eropa, serta respon yang

Hasil analisa diperoleh bahwa pengetahuan responden terhadap kriteria kerusakan rumah tinggal untuk kategori rusak ringan adalah jawaban tertinggi Kurang Tahu

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan dalam Waserda Koperasi Unit Desa Pakis, dengan cara mengidentifikasi faktor

Natrium sitrat juga merupakan salah satu agen hidrotrop dalam sistem hidrotropik yang telah dilaporkan dapat meningkatkan kelarutan obat sukar larut melalui reaksi kompleksasi