• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas metode pembelajaran dalam hal perubahan konsep dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa pada pokok bahasan getaran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektivitas metode pembelajaran dalam hal perubahan konsep dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa pada pokok bahasan getaran - USD Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

DALAM HAL PERUBAHAN KONSEP DENGAN EKSPERIMEN TERBIMBING MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA

PADA POKOK BAHASAN GETARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Agata Sriyani

NIM. 031424009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Agata Sriyani, “Efektivitas Pembelajaran Dalam hal Perubahan Konsep Dengan Metode Eksperimen Terbimbing Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa Pada Pokok Bahasan Getaran”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2008.

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 14 September sampai 30 September 2007 di SMP Kansius Bambanglipuro Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran fisika pada pokok bahasan getaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa, dalam hal perubahan konsep.

Data perubahan konsep siswa diperoleh dengan memberikan pretes dan postes. Perubahan konsep diketahui dengan membandingkan mean pretes dan postes dengan menggunakan tes-T dengan taraf significan 0.05. Efektivitas perubahan konsep dinyatakan dengan prosentase rata-rata perubahan konsep seluruh siswa kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan.

(7)

vii

ABSTRACT

Agata Sriyani, ”The Effectiveness of Teaching and Learning Process on Vibration Using Guidance Experimental and the Students’ Worksheets in the Case of Concepts’ Changing.” Physics Education Study Program, Mathematics Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University. Yogyakarta. 2008.

The research is done at September 14th up to September 30th, 2007 in Kanisius Junior High School Bambanglipuro Bantul . The purpose of this research is to find out the effectiveness of physics teaching and learning process on vibration using guidance experimental and the students’ worksheets in the case of concepts’ changing.

Data of the students’ concepts changing is collected by pretest and postest. The concepts’ changing is tested by comparing the mean of pretest and postest using T-test with significant level 0,05. The effectiviness of teaching and learning process in the case of concepts’ changing is stated by the average of percentage of all students’ concepts changing then, compared with the defined criteria.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat yang begitu melimpah. Semua ini karena kasih karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN DALAM HAL

PERUBAHAN KONSEP DENGAN EKSPERIMEN TERBIMBING

MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA PADA POKOK BAHASAN GETARAN, ini dapat selesai.

Penelitian ini merupakan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Y Bambang Agung Santoso, selaku kepala sekolah SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul, yang telah memberikan izin, sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

(10)

x

4. Segenap siswa SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul yang telah ikut ambil bagian dalam penelitian.

5. Asih, Lusia dan Yeni yang telah membantu proses dokumentasi jalannya penelitian.

6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat bagi setiap pembaca.

Yogyakarta, 14 Februari 2008

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….………..………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..…………...ii

HALAMAN PENGESAHAN …..………...……….iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…..…..………...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...…….v

ABSTAK………...……….…vi

ABSTRACT………...vii

KATA PENGANTAR ………...……….…..ix

DAFTAR ISI……….……….xi

DAFTAR TABEL………...…………..…..xiv

DAFTAR GAMBAR………...……….xv

DAFTAR LAMPIRAN……….……....…..xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………1

B. Perumusan Masalah………3

C. Pembatasan Masalah………..3

D. Tujuan Penelitian………3

E. Manfaat Penelitian………..4

BAB II DASAR TEORI A. KBK dan KTSP………..5

A.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)………5

(12)

xii

B. Konsep dan Definisi………7

C. Perubahan Konsep………10

D. Pembelajaran yang Efektif………...11

E. Metode Inquiry dan Eksperimen……….13

F. LKS (Lembar Kegiatan Siswa)………20

G. Evaluasi………..21

H. Getaran……….………..25

H.1 Getaran pada pegas……….……….26

H.2 Getaran pada ayunan………..29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………..31

B. Waktu dan Tempat Penelitian……….31

C. Obyek Penelitian………...31

D. Ubahan………...32

E. Perlakuan………...32

F. Pengumpulan Data………32

G. Instrumen………...33

H. Metodologi Analisis Data………..34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Pelaksanan Penelitian……….40

B. Deskripsi Data………... ... 44

C. Analisis Data ……… 46

1. Analisis Pemahaman konsep awal dan akhir seluruh siswa ...46

2. Analisis Perubahan Konsep Siswa……….………46

3. Deskripsi Efektivitas Metode Pembelajaran………..….50

(13)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …..……….57

B. Saran ……….……….57

DAFTAR PUSTAKA………..59

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skor Jawaban Siswa ……….……… 35

Tabel 2. Analisis Pretes dan Postes ……...………..36

Tabel 3. Skor Perubahan Konsep ……….……….. 38

Tabel 4. Kualifikasi Perubahan Konsep dan Effektivitas

Pembelajaran……….. 39

Tabel 5 . Mean dan Standar Deviasi …...………..… 44

Tabel 6. Analisis Data Skor Pretes dan Skor Postes……….……… 47

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Simpangan Vs Waktu pada

Gerak Harmonik Teredam………….………. 25

Gambar 2. Grafik Energi Vs Simpangan pada Gerak

Harmonik Sederhana………. 26

Gambar 3. Ayunan Sederhana………. 29

Gambar 4. Grafik Pemahaman Konsep Awal Seluruh Siswa .……. 44

Gambar 5. Grafik Pemahaman Konsep Akhir Seluruh Siswa .……. 45

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran1. Kisi-kisi Rancangan Soal-soal Pretes dan Postes

Menurut Indikator Hasil Belajar dan Aspek

yang Diukur………. 61

Lampiran 2. Soal pretes………....63

Lampiran 3. Soal Postes………....67

Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)………...71

Lampiran 5. Kriteria Pengelompokan Jawaban Pretes ………82

Lampiran 6. Kriteria Pengelompokan Jawaban Postes ………... 85

Lampiran 7. Daftar Analisis Skor Pretes …….……….…………88

Lampiran 8. Daftar Analisis Skor Postes ……..………90

Lampiran 9. Daftar Skor Pretes Siswa ………….…..………92

Lampiran 10. Daftar Skor Postes Siswa ………….….………94

Lampiran 11. Daftar Skor Perubahan Konsep Siswa ………...……….…98

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sekarang ini digunakan sebenarnya adalah kurikulum berbasis kompetensi yang difokuskan kepada sekolah dalam hal penyusunannya. Seperti halnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi yaitu memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu pada peserta didik. Menurut kurikulum berbasis kompetensi, belajar merupakan perubahan dari tidak bisa menjadi bisa melakukan. Dan menurut teori konstruktivisme, pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari orang yang mempunyai pengetahuan (guru) ke orang yang belum memiliki pengetahuan (siswa). Setiap orang harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan. Hal ini memberikan implikasi terhadap metode pembelajaran yaitu pembelajaran haruslah berpusat pada siswa dan metode pembelajaran haruslah dipilih agar siswa memiliki pengalaman-pengalaman belajar yang membantu proses pembentukan konsep mereka secara aktif dan mandiri.

(18)

melibatkan siswa secara aktif membangun sendiri konsep mereka. Metode eksperimen membantu merangsang siswa agar lebih berminat terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan seperti: mengamati, mengukur, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Penelitian ini dikhususkan pada metode pembelajaran dengan menggunakan eksperimen terbimbing. Untuk mengoptimalkan keterlibatan siswa akan digunakan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berisi langkah-langkah eksperimen yang harus diikuti siswa dan juga pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa agar siswa pada akhirnya dapat memperoleh pemahaman yang lengkap mengenai konsep yang hendak disampaikan. Kegiatan-kegiatan dalam lembar kegiatan siswa (LKS) misalnya berupa membaca uraian, menjawab pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dengan adanya lembar kegiatan siswa (LKS) proses pembelajaran diharapkan akan dapat berlangsung efektif dan siswa akan terbantu dalam proses pembentukan konsepnya. Melalui pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa (LKS), siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang hendak disampaikan. Konsep yang tidak hanya sekedar diberikan oleh guru tetapi seolah-olah ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih bermakna dan akan lebih bertahan dalam pikiran siswa.

(19)

penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Dalam Hal Perubahan Konsep dengan Metode Eksperimen Terbimbing Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa Pada Pokok Bahasan Getaran”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa efektif dalam hal perubahan konsep siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini materi pelajaran akan dibatasi hanya pada materi getaran.

D. Tujuan Penelitian

(20)

E. Manfaat Penelitian

• Bagi peneliti

Menambah pengalaman dalam menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan, serta memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran fisika yang menekankan pada perubahan konsep untuk membentuk konsep baru.

• Bagi guru atau calon guru

(21)

BAB II

DASAR TEORI

A. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pelajaran

A.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2003: 38). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan atau latihan.

(22)

lingkungan belajar yang kondusif dengan memilih metode dan media pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi guru tidak lagi berperan sebagai aktor/aktris utama dalam proses pembelajaran, karena proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar (Mulyasa, 2003: 47). Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi guru harus mampu menggali potensi diri dan bakat peserta didik sehingga mampu mencari dan menemukan ilmu pengetahuannya sendiri. Dengan kata lain, para guru dituntut untuk mambuat rencana pembelajaran yang dapat menumbuhkan potensi siswanya. Untuk itu proses pembelajaran harus mengacu pada beberapa prinsip, yaitu: berpusat pada siswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan keingintahuan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan mengembangkan kreativitas siswa.

A.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(23)

satuan pendidikanlebih ditekankan pada sekolah untuk mendesain kurikulumnya, sementara pada kurikulum berbasis kompetensi masih didominasi oleh pusat.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan kreativitas peserta didik. Karena dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga metode ceramah perlu dikurangi (M. Umar Muslim, www.duniaguru.com). Dalam prakteknya proses pembelajaran dapat dilakukan dengan model demonstrasi di depan kelas, pengamatan, percobaan dan eksperimen di laboratorium.

B. Konsep dan Definisi

(24)

Vygotsky membedakan konsep menjadi dua yaitu konsep spontan dan konsep saintifik (Suparno, 2000:18). Konsep spontan adalah konsep yang diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari yang kadang-kadang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Sedangkan konsep saintifik adalah konsep yang didapat secara sistimatik, yaitu melalui suatu proses pengumpulan data, analisis data, dan menarik kesimpulan. Dalam kegiatan belajar, konsep spontan ini diubah menjadi konsep saintifik. Hal ini tidak berarti bahwa pendidik harus menolak konsep spontan siswa, karena meskipun konsep spontan kadang sering tidak sesuai dengan konsep ilmiah namun konsep spontan seringkali berguna dalam komunikasi sehari-hari. Tugas seorang pendidik dalam hal ini adalah membantu agar pemahaman siswa berkembang semakin mendekati pemahaman para ilmuwan (Suparno, 1997: 53).

(25)

matematis karena konsep ini tidak berhubungan dengan cara menghitung jarak yang ditempuh mobil dan bukan berhubungan langsung dengan obyek (mobil). Konsep ketiga yaitu konsep filosofis adalah konsep yang berhubungan dengan kualitas, misalnya baik, indah, cantik, jujur dan lain sebaginya. Konsep filosofis dapat dibedakan menurut derajatnya, misalnya konsep cantik dapat dibedakan menjadi sangat cantik, cukup cantik dan agak cantik. Dalam kegiatan belajar mengajar fisika, yang dihadapi adalah konsep fisis sedangkan konsep logika matematis merupakan alat.

(26)

C. Perubahan Konsep

Konsep seseorang mengenai sesuatu bisa saja tidak sesuai dengan konsep ilmiah, atau sering disebut miskonsepsi. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan miskonsepsi, di antaranya adalah karena pengalaman sehari-hari, buku, dan proses pengajaran yang tidak memungkinkan terbentuknya konsep dengan baik. Misalnya saja seorang anak beranggapan bahwa matahari itu mengitari bumi, konsep ini diperoleh dari pengalaman sehari-hari bahwa mataharilah yang seakan berjalan mengitari bumi, setiap pagi matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Konsep seseorang sangat mungkin mengalami perkembangan dan perubahan. Seiring dengan berjalannya waktu konsep seseorang dapat terus mengalami perubahan.

(27)

Untuk memungkinkan perubahan konsep, diperlukan situasi anomali yaitu suatu keadaan yang menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang seseorang untuk berfikir (Suparno, 1997: 60). Prinsip utama dalam perubahan konsep adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menujukkan pertentangan konsep mereka. Atau dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat (Euwe Van de Berg, 1991: 6). Dengan dihadapkan pada situasi yang menunjukkan kesalahan konsep awal siswa, siswa akan tertantang untuk mengubah konsep awal mereka. Proses perubahan konsep akan terjadi ketika peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan demikian perlu diciptakan lingkungan belajar yang merangsang siswa untuk ikut berfikir secara aktif.

D. Pembelajaran yang Efektif

(28)

(Mulyasa, 2004: 101). Suatu strategi adalah efektif bila dapat melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan mereka berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kartika Budi, 2001: 48). Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif baik dari segi proses maupun hasil, maka tugas seorang guru adalah menyediakan pengalaman belajar yang selalu melibatkan siswa secara aktif.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dari segi proses, guru mempunyai peran sebagai mediator dan fasilitator. Dalam (Suparno, 1997: 66), fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Demonstrasi, eksperimen dan praktikum merupakan beberapa metode pembelajaran yang sebisa mungkin perlu dikembangkan oleh guru.

2. Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik sehingga siswa terangsang berfikir secara produktif.

3. Memonitor, mengevaluasi dan menujukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

(29)

berlangsung. Praktik pendidikan yang bersifat hafalan seperti yang selama ini berlangsung jelas tidak memadai lagi, bahkan bertentangan dengan hakikat pengetahuan dan proses belajar itu sendiri (Paul Subianto, 2007). Dalam hal ini mengajar diartikan sebagai proses membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri. Tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra yang aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan murid mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep murid (Suparno, 1997: 72).

Metode pembelajaran dengan menggunakan eksperimen terbimbing merupakan salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan tercapainya pembelajaran yang efektif baik dari segi proses maupun hasil. Metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing memberikan banyak peluang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses perubahan konsep mereka. Selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan serangkaian kegiatan mulai dari merangkai alat eksperimen, melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh sendiri oleh siswa akan tersimpan menjadi konsep yang jauh lebih bermakna dibandingkan konsep yang diterima begitu saja oleh siswa.

E. Metode Inquiry dan Eksperimen

(30)

masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Muslimin Ibrahim). Menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler Inquiry adalah model pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan berfikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematis (Suparno, 2007: 65). Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang mampu melibatkan siswa aktif berfikir serta menemukan sendiri pengertian yang diharapkan melalui pengumpulan data dan tes hipotesis.

Inquiry sebagai salah satu strategi pembelajaran mengutamakan proses

penemuan dalam kegiatan pembelajarannya untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu di dalam pembelajaran inquiry guru harus selalu merancang kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan di dalam mengajarkan materi pelajaran yang diajarkan. Peran guru di dalam pembelajaran inquiry lebih sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan oleh siswa. Dalam proses inquiry siswa dituntut bertanggungjawab penuh terhadap proses belajarnya.

Kindsvatter, Wilen, & Ishler dalam Suparno (2007: 65) menjelaskan langkah-langkah metode inquiry sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan. 2. Membuat hipotesis.

3. Mengumpulkan data. 4. Menganalisis data. 5. Mengambil kesimpulan.

(31)

(hipotesis). Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan dan menganalisis data untuk membuktikan hipotesis mereka. Kemudian langkah terakhir adalah menarik kesimpulan apakah hipotesis awal mereka diterima atau tidak berdasarkan analisis data yang mereka lakukan.

Sund (1973: 160-161, Vaidya, 1976: 139) dalam (Kartika Budi, 2001: 48) eksperimen yaitu percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data, sehingga proses analisis dan kesimpulan dapat berlangsung. Pembelajaran dengan metode eksperimen sungguh melibatkan siswa dalam proses penemuan suatu konsep melalui serangkaian kegiatan dan pertanyaan yang mengarahkan siswa agar sampai pada suatu pengertian. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri suatu teori. Dengan eksperimen siswa akan melalui proses-proses mental seperti, mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan mereka.

Eksperimen dalam pelajaran fisika dapat dibedakan menurut tempat dan cara melakukannya:

1. Eksperimen murid: ini biasanya dilakukan oleh para murid sendiri dalam suatu kelompok, eksperimen semacam ini (yang sederhana) menyenangkan dan bersifat mendorong.

(32)

membantu pelaksanaanya. Kemudian para murid secara bersama-sama mendiskusikan hasil eksperimen.

Berdasarkan keterlibatan guru, metode eksperimen juga dapat dibedakan menjadi eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing. Pada proses pembelajaran dengan eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara terperinci, siswalah yang aktif dan guru berperan sebagai fasilitator (kurang dominan). Siswa harus lebih banyak berfikir sendiri bagaimana akan merangkai alat, apa yang harus diamati, data yang diperlukan, bagaimana menganalisis data dan menyimpulkannya. Dalam eksperimen terbimbing, seluruh jalannya percobaan telah dirancang oleh guru. Tugas guru dalam eksperimen terbimbing adalah:

1. Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.

2. Merencanakan langkah-langkah percobaan, seperti: apa tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus dikumpulkan, bagaimana menganalisis data dan apa kesimpulannya.

3. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat siswa melakukan eksperimen semua berjalan dengan lancar.

4. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa.

5. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar peralatan dapat jalan dengan baik.

(33)

7. Guru sebaiknya menyiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.

(Suparno, 2007: 78-79)

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengajaran eksperimen siswa (terbimbing), karena sangat penting mengikutsertakan siswa saat melakukan eksperimen dan jika melihat kemampuan siswa, siswa masih sangat memerlukan bimbingan dari guru saat melakukan eksperimen. Pada penelitian ini siswa melakukan eksperimen dengan pengarahan guru, dan petunjuk-petunjuk eksperimen yang telah disiapkan oleh guru berupa lembar kerja siswa.

Prosedur eksperimen terbimbing adalah persiapan, palaksanaan dan evaluasi. Pada langkah persiapan guru menyusun langkah eksperimen yang akan dilakukan siswa sehingga siswa akan sungguh-sungguh terlibat aktif. Langkah-langkah eksperimen tersebut disusun dalam sebuah lembar kerja siswa yang juga memuat pertanyaan-pertanyaan mengarah yang dimaksudkan untuk membimbing siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang menjadi tujuan pembelajaran.

(34)

satunya dapat ditempuh dengan memberikan penekanan kembali terhadap apa yang baru dilakukan siswa dan kesimpulan apa yang mereka dapatkan. Memberikan latihan-latihan soal dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penekanan kembali terhadap konsep yang telah dimiliki siswa, asalkan soal yang diberikan bukan hanya soal hafalan tetapi soal-soal pemahaman.

Dari pengertian eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis data dan kemudian menarik kesimpulan siswa akan terbantu dalam hal menemukan konsep secara mandiri. Metode eksperimen terbimbing dapat memberikan latihan melaksanakan metode atau proses ilmiah yaitu proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis, asalkan petunjuk eksperimen yang dibuat bukan berbentuk resep. Di dalam petunjuk eksperimen yang berbentuk resep semua petunjuk sudah diberikan dengan sedemikian jelas dan lengkap sehingga murid hanya bekerja seperti mesin, karena tidak ada lagi yang perlu dipikirkan kecuali mengikuti petunjuk-petunjuk yang sudah sangat terperinci. Di dalam menyusun petunjuk eksperimen guru harus membuat petunjuk sedemikian sehingga, masih terdapat hal-hal yang perlu dipikirkan siswa ketika melaksanakan kegiatannya. Sehingga siswa akan terlibat secara fisik dan mental selama proses pembelajaran.

(35)

diberitahukan akan lebih cepat hilang, (2) eksperimen terbimbing membantu siswa menjadi otonom dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya, (3) membantu siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan (4) membantu siswa memproses ingatan.

Selain kelebihan, metode eksperimen juga memiliki kelemahan, di antaranya adalah metode eksperimen membutuhkan waktu yang lebih lama karena memerlukan persiapan yang cukup panjang, biaya yang diperlukan juga relatif lebih mahal karena dibutuhkan alat dalam jumlah yang banyak, dan hasil eksperimen yang tidak sesuai dengan konsep yang diharapkan akan mengakibatkan salah penerimaan bagi siswa.

Dalam proses belajar metode eksperimen mempunyai kemiripan dengan metode inquiry yaitu sama-sama menekankan keterlibatan siswa dalam menemukan suatu pengertian, proses pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru melainkan siswalah yang menjadi pusat pembelajaran. Perbedaannya adalah inquiry lebih pada penyelidikan suatu masalah yang secara ketat mengikuti

(36)

F. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa merupakan lembar kerja siswa yang berfungsi melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini lembar kegiatan siswa berisi langkah-langkah eksperimen yang harus diikuti siswa dan juga pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa agar siswa pada akhirnya dapat memperoleh pemahaman yang lengkap mengenai konsep yang hendak disampaikan. Kegiatan-kegiatan dalam lembar kegiatan siswa misalnya berupa membaca uraian, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Selain kegiatan-kegiatan di atas lembar kegiatan siswa juga memuat komponen-komponen berikut (1) identitas mata pelajaran seperti pokok bahasan dan sub pokok bahasan; (2) indikator hasil belajar; (3) petunjuk umum serta kegiatan belajar; dan (4) identitas siswa.

(37)

Selain kelebihan, lembar kegiatan siswa juga memiliki kelemahan yaitu siswa harus terus menerus fokus mengikuti petunjuk dalam lembar kegiatan siswa misalnya saja dalam menjawab pertanyaan atau membaca uraian dalam lembar kegiatan siswa. Jika siswa tidak benar-benar memahami salah satu bagian dalam lembar kegiatan siswa maka sangat dimungkinkan siswa akan mengalami kebingungan pada langkah berikutnya. Hal ini disebabkan karena bagian-bagian dalam lembar kegiatan siswa saling berkaitan satu sama lain.

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, karena evaluasi merupakan salah satu alat untuk menentukan apakah suatu proses pembelajaran berhasil atau tidak. Viviane dan Gilbert de Lansheere dalam www.apfi-pppsi.com menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Sejauh mana tingkat pemahaman siswa dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Menurut prosedur pelaksanaannya, evaluasi dapat digolongkan menjadi: 1. Tes

• Tes tertulis: tes uraian, tes isian singkat dan tes obyektif.

• Tes lisan: kelompok atau individu.

• Tes perbuatan: kelompok atau individu. 2. Non tes: observasi dan wawancara.

(38)

1. Tes seleksi, tes untuk menentukan apakah seseorang memenuhi untuk masuk ke program tertentu.

2. Tes diagnotis, tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

3. Tes penempatan, tes untuk mengetahui program apa yang paling cocok untuk siswa.

Dalam penelitian ini bentuk tes yang akan dipilih adalah tes tertulis dengan bentuk uraian, karena dengan tes uraian siswa mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan buah pikirannya. Dengan demikian luas pengetahuan dan jenjang pengetahuan siswa akan benar-benar dapat dievaluasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan evaluasi (tes) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan mengadakan tes.

2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan. 3. Merumuskan indikator hasil belajar dari setiap bahan.

4. Menderetkan semua indikator hasil belajar dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator hasil belajar itu. 5. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator hasil belajar yang sudah

dituliskan pada tabel indikator hasil belajar dan aspek tingkah laku yang dicangkup. (Suharsimi Arikunto, 1991: 151-152)

(39)

mengadakan perincian tentang luas pengetahuan yang hendak diukur dan yang kedua tentang jenjang pengetahuan. Perincian tentang luas pengetahuan yang hendak diukur hendaknya berpedoman kepada ruang lingkup ilmu pengetahuan tersebut, sesuai dengan luas pengetahuan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah bersangkutan. Sedangkan perincian tentang jenjang pengetahuan yang hendak diukur dapat dilakukan dengan berpedoman kepada salah satu sistematika tentang jenjang pengetahuan. Salah satu sistematika jenjang pengetahuan yang sering dipakai adalah penggolongan pengetahuan menurut Bloom, yang lebih dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom. Menurut Bloom penggolongan jenjang pengetahuan adalah (a) daerah kognitif : ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. (b) daerah psikomotorik (keterampilan) dan (c) daerah afektif (sikap).

Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes kognitif, dengan uraian sebagai berikut:

1. Ingatan, dalam tahap ini siswa diminta untuk mendefinisikan, mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta sederhana. Contoh soal: Sebutkan bunyi asas Black.

2. Pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara konsep. Contoh soal: Jika thermometer celcius menujukkan 30 C berapa suhu yang ditunjukkan oleh thermometer fahrenheit.

(40)

baru secara tepat. Contoh soal: Pada suhu berapakah angka yang ditunjukkan skala fahrenheit sama dengan angka yang ditunjukkan pada skala celcius? 4. Analisis, dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisa suatu

hubungan atau situasi yang kompleks. Contoh soal: Buatlah grafik volume air Vs suhu yang menunjukkan sifat anomali air.

5. Sintesis, dengan soal sintesis siswa diminta untuk mengadakan sintesis yaitu menyimpulkan, melakukan generalisasi, membuat rencana. Contoh soal: Sebuah balok kayu dan balok logam berada pada temperatur yang sama. Bila balok-balok tersebut terasa dingin maka logam terasa lebih dingin daripada kayu, bila balok-balok tersebut terasa panas maka logam terasa lebih panas daripada kayu. Jelaskan mengapa demikian?

6. Evaluasi, soal evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. Contoh soal: Apa yang akan terjadi bila pendingin ruangan (AC) tidak dipasang dekat langit-langit tetapi dekat lantai?

Berdasarkan sistematika jenjang pengetahuan taksonomi Bloom di atas maka tingkat pemahaman seseorang akan suatu konsep dapat diketahui. Dengan membandingkan tingkat pemahaman siswa di awal dan di akhir proses pembelajaran akan diketahui bagaimana perubahan tingkat pemahaman siswa tersebut. Dengan demikian akan diperoleh informasi yang lebih jelas mengenai tingkat pemahaman siswa akan suatu konsep sebelum dan sesudah proses pembelajaran dan juga perubahannya.

(41)

H. Getaran

Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak periodik. Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, gerakannya disebut getaran. Banyak benda yang gerak bolak-baliknya tidak tepat sama karena adanya gaya gesekan disebut gerak harmonik teredam. Dalam gerak harmonik teredam, tenaga osilator berangsur-angsur berkurang oleh gesekan dan akhirnya menjadi nol pada waktunya.

Berdasarkan grafik di atas, amplitudo nampak mulai dari harga A dan meluruh secara eksponensial menuju nol ketika t ∞.

Untuk partikel yang berosilasi bolak-balik sepanjang garis lurus di antara dua batas tetap, pergeserannya (x) berubah secara periodik baik besar maupun arahnya, kecepatannya (v) dan percepatannya (a) juga berubah besar dan arahnya secara periodik, demikian juga gaya (F) yang bekerja pada partikel menurut hubungan F = m.a. Partikel yang berosilasi demikian disebut osilator harmonik sederhana dan gerakannya disebut gerak harmonik sederhana. Tenaga mekanis total (E) untuk pertikel yang berosilasi adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial, dengan E tetap konstan jika tidak ada gaya-gaya tak konservatif yang bekerja seperti misalnya gesekan.

Gambar 1

(42)

Grafik Energi Vs Simpangan pada Gerak Harmonik Sederhana

Grafik di atas menunjukkan energi (E) pada benda yang bergerak bolak-balik melalui titik setimbang. Pada saat simpangannya maksimum (x = A atau x = -A) energi yang bekerja adalah energi potensial dan pada saat setimbang (x = 0) energi yang bekerja adalah energi kinetik.

Aspek-aspek dalam getaran di antaranya adalah periode, frekuensi dan amplitudo. Periode getaran adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu satuan waktu. Sedangkan amplitudo adalah simpangan terjauh yang ditempuh getaran. Konsep getaran dapat dijelaskan dengan menganalisis gerakan bolak-balik pada pegas ataupun ayunan.

H.1 Getaran pada Pegas

Pada pegas, untuk meregang atau menekan diperlukan kerja. Energi yang tersimpan pada pegas saat teregang atau tertekan dinyatakan dengan:

Ep = ½ k x2 ...(persamaan 1) Ep = energi potensial pegas.

+X Gambar 2

U(x) E

0 -X

(43)

Karena energi total dari massa pegas adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial pegas, maka:

Etotal = ½ m V2 + ½ k x2 ...(persamaan 2)

Selama tidak ada gesekan, energi mekanik total konstan. Pada saat massa berosilasi bolak-balik, energi terus berubah dari energi potensial ke energi kinetik dan kembali lagi.

Pada titik ekstrim x = A dan x = -A, massa berhenti sebentar pada waktu berubah arah (V = 0) sehingga:

Etotal = ½ m (0)2 + ½ k (A)2

Untuk mendapatkan persamaan kecepatan sebagai fungsi posisi: ½ m V2 + ½ k x2 = ½ k (A)2 (persamaan 1 dan 3)

(44)

½ m V02 = ½ k (A)2 sehingga V02 =

Persamaan 5 ini menyatakan kecepatan benda di semua posisi x.

Periode GHS dapat ditentukan dengan membandingkan GHS dengan benda yang berotasi membentuk lingkaran. Sehingga diperoleh bahwa kecepatan sama dengan keliling lingkaran (jarak) dibagi periode.

V0 =

Dan untuk frekuensi, f =

(45)

G.2 Getaran pada Ayunan

Ayunan merupakan media yang sering digunakan untuk menjelaskan konsep getaran. Sebuah ayunan terdiri dari sebuah beban yang digantungkan pada seutas tali ringan. Bandul berosilasi sepanjang busur lingkaran dengan amplitudo yang sama pada sisi titik kesetimbangan dan ketika melalui titik kesetimbangan memiliki kecepatan maksimum.

Berikut gambar ayunan beserta gaya-gaya yang bekerja:

Pergeseran bandul sepanjang x, diberikan oleh x = L.θ, dengan θ adalah sudut yang dibuat oleh tali dengan garis vertikal, dan L adalah panjang tali. Gaya pemulih adalah komponen berat (mg) tangensial terhadap busur F= -mg sin θ, tanda minus berarti bahwa gaya berlawanan arah terhadap pergeseran sudut θ.

Untuk simpangan yang kecil, gerak pada ayunan merupakan harmonik sederhana. Periode ayunan dapat dicari dengan menggunakan persamaan 6

dimana untuk k diganti L mg

mg cos θ mg

θ

m T

x mg sin θ

L

(46)

T = 2π k m

= 2π

L mg

m /

T = 2π g L

=...persamaan 8

Dan untuk frekuensi, f = L g

π

2 1

...persamaan 9

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa. Aspek efektivitas yang akan diteliti adalah aspek perubahan konsep siswa. Berdasarkan pada tujuan tersebut, penelitian ini termasuk jenis deskriptif semi kualitatif. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik sehingga didapat informasi secara kuantitatif, dan berdasarkan pengamatan akan diuraikan proses pembelajaran secara kualitatif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : 14 September 2007 – 30 September 2007 Tempat: SMP Kanisius Bambanglipuro

C. Obyek Penelitian

(48)

D. Ubahan

1. Jenis Ubahan

Jenis ubahan penelitian ini adalah konsep awal siswa dan konsep akhir siswa. 2. Definisi Operasional Ubahan

Konsep awal siswa adalah skor pretes yang diperoleh siswa. Konsep akhir siswa adalah skor postes yang diperoleh siswa.

E. Perlakuan

1. Peneliti memberikan penjelasan secukupnya tentang kegiatan yang akan dilakukan.

2. Siswa mengerjakan soal pretes

3. Peneliti dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan metode pembelajaran dengan ekperimen terbimbing menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

4. Siswa mengerjakan soal postes.

F. Pengumpulan Data

(49)

G. Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari (1) instrumen pembelajaran yaitu lembar kegiatan siswa dan (2) instrumen pengumpulan data, yang terdiri dari pretes dan postes.

1. Instrumen Pembelajaran: Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa adalah lembaran yang berisi serangkaian petunjuk kegiatan siswa yang digunakan agar proses pembelajaran berlangsung lebih lancar. Komponen lembar kegiatan siswa yaitu (1) identitas mata pelajaran seperti pokok bahasan dan sub pokok bahasan; (2) indikator hasil belajar; (3) petunjuk umum serta kegiatan belajar; dan (4) identitas siswa. Kegiatan belajar terdiri dari uraian singkat mengenai apa yang akan dikerjakan, langkah-langkah percobaan, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa, tempat untuk menuliskan data dan jawaban siswa, dan kesimpulan hasil percobaan. Lembar kegiatan siswa dibuat berdasarkan pada langkah-langkah dan pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan siswa agar siswa sampai pada konsep yang diharapkan.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Pretes

(50)

Dengan melihat jawaban siswa pada pretes akan diperoleh gambaran konsep awal siswa secara menyeluruh.

b. Postes

Postes merupakan tes akhir yang diberikan setelah pembelajaran berlangsung, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui konsep siswa setelah pembelajaran berlangsung. Soal postes tidak sama persis seperti pada soal pretes, hal ini untuk menghindari siswa yang hanya mengingat jawabannya pada pretes. Kisi-kisi rancangan soal pretes dan postes menurut indikator hasil belajar dan aspek yang diukur terdapat dalam lampiran 1.

H. Metode Analisis Data

(51)

1. Menentukan Ada Tidaknya Perubahan Positif Konsep pada Siswa Dengan Membandingkan Mean Pretes dan Mean Postes.

Untuk menentukan ada tidaknya perubahan positif konsep pada siswa (apakah konsep siswa berubah secara signifikan) langkah pertama adalah menggolongkan setiap jawaban siswa berdasarkan tingkat ketepatan dan kelengkapan jawaban siswa. Kriteria penggolongan jawaban siswa terdapat dalam lampiran 5 dan 6. Berdasarkan kriteria tersebut, jawaban siswa digolongkan menjadi:

a. Salah (S).

b. Salah tetapi terdapat unsur kebenaran (SB). c. Benar tetapi kurang lengkap (BK).

d. Benar dan lengkap (BL).

Langkah kedua adalah menentukan skor setiap jawaban siswa berdasarkan penggolongan jawaban yang telah dilakukan. Pemberian skor ditentukan berdasarkan ketentuan seperti pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Skor Jawaban Siswa

Jawaban Skor

S 0

SB 1

BK 2

(52)

Selanjutnya nilai pretes dan postes yang telah diperoleh dianalisis ke dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Analisis Pretes dan Postes

No siswa Skor pretes (X1) Skor postes (X2) D = X2 – X1 D2

Kemudian data-data pada tabel 2 dianalisis menggunakan tes-T. Persamaan uji dengan tes-T:

(53)

Keterangan:

X 1= Mean skor pretes.

X 2 = Mean skor postes.

D = Perbedaan skor postes dan skor pretes (X2 - X1).

N = Jumlah pasangan skor (jumlah pasangan).

Langkah ketiga adalah menentukan nilai kritisnya (T crit). Berdasarkan nilai kritis (T crit) ditentukan daerah rejeksinya (daerah penolakan). Daerah dalam kurva di mana di daerah itu hipotesis nol (Ho) akan ditolak dan hipotesis alternatif (Hi) akan diterima (terjadi perubahan konsep), sedangkan di luar daerah itu Ho akan diterima dan Hi akan ditolak (tidak terjadi perubahan konsep).

2. Menentukan Tingkat Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Tingkat Efektivitas Perubahan Konsep yang Dialami Siswa.

(54)

Tabel 3. Skor Perubahan Konsep Perubahan konsep Skor S BL 3

Tidak terjadi perubahan 0

Dengan menggunakan ketentuan seperti pada tabel 3 diatas, ditentukan: (1) skor perubahan konsep setiap siswa (%), dan (2) rata-rata skor perubahan konsep seluruh siswa.

(1) Skor Perubahan Konsep Setiap Siswa (%):

Sp = x100%

Sp = skor perubahan konsep setiap siswa (%) Ss = jumlah skor yang diperoleh siswa

(55)

(2) Skor Rata-rata Perubahan Konsep Seluruh Siswa (Sp):

Berdasarkan skor rata-rata perubahan konsep seluruh siswa, ditentukan kriteria kualifikasi perubahan konsep yang mengacu pada kriteria penilaian dan efektivitas pembelajaran ditentukan berdasarkan pada kualifikasi perubahan konsep yang dicapai. Dengan ketentuan seperti pada tabel 4 berikut:

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian

(57)

Proses pembelajaran diawali dengan pretes. Untuk selanjutnya seluruh siswa dibagi dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Selama proses pembelajaran, siswa melakukan 6 kali eksperimen, kegiatan siswa selama eksperimen adalah mengamati, mengumpulkan data, menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Sedangkan yang dilakukan guru (peneliti) adalah menginformasikan tujuan dari setiap eksperimen yang akan dilakukan, selain itu guru juga membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah proses pembelajaran berakhir peneliti mengadakan postes dengan jumlah soal, meteri soal dan waktu yang sama pada saat pretes dilakukan.

Secara rinci, proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di laboratorium. Pembelajaran dimulai dengan pemberian informasi dari guru mengenai tujuan pembelajaran dan kompetensi apa yang hendak dicapai. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada setiap akhir kegiatan eksperimen guru meminta setiap kelompok membacakan kesimpulan eksperimen mereka.

(58)

Sedangkan konsep amplitudo, konsep satu getaran penuh dan hubungan antara periode dan frekuensi getaran dipelajari siswa dengan cara membaca uraian singkat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar kegiatan siswa.

Pada proses pembelajaran pertama siswa melakukan eksperimen untuk memahami pengertian getaran dengan mengamati gerakan pada pengaris, ayunan dan pegas yang bergerak bolak-balik. Secara umum kegiatan ini berjalan lancar, semua kelompok melakukan kegiatan sesuai petunjuk dalam lembar kegiatan siswa. Hanya saja keadaan kelas sangat ribut, beberapa siswa bermain-main menggunakan alat-alat eksperimen yang disediakan. Konsentrasi siswa terbagi antara mengikuti proses pembelajaran dan ketertarikan siswa dengan alat-alat eksperiemen dan alat-alat peraga lain yang ada di laboratorium. Hal ini dimungkinkan karena siswa jarang melakukan eksperimen (praktikum) di laboratorium sehingga kesan yang ditangkap siswa adalah saatnya untuk bermain-main.

Kegiatan selanjutnya, siswa membaca uraian singkat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa untuk memahami konsep amplitudo dan konsep satu getaran penuh. Pada saat menjawab pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa, beberapa siswa hanya sekedar menyalin jawaban siswa lain atau menirukan jawaban siswa lain sehingga siswa tidak benar-benar memahami konsep amplitudo dan konsep satu getaran penuh dengan baik.

(59)

melakukan kegiatan eksperimen, yaitu: mengamati, mengumpulkan data dan menganalisis data. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru. Pertanyaan yang muncul dari siswa masih sekitar teknik melakukan eksperimen dan pengisian tabel hasil pengamatan. Setiap siswa juga terlihat aktif menjawab pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa, nampak pula beberapa siswa yang hanya sekedar mengutip jawaban siswa lain sehingga dimungkinkan siswa tidak benar-benar mengerti dan memahami konsep periode dan frekuensi getaran dengan baik. Kerjasama dalam kelompok juga sangat terlihat, namun kerjasama ini masih terbatas pada kerjasama dalam melakukan kegiatan eksperimen dan kurang bekerjasama dalam hal menyelesaikan masalah yang muncul dan menyimpulkan hasil eksperimen. Biasanya siswa akan diam atau ribut setelah selesai melakukan eksperimen, sehingga guru harus terus mengingatkan siswa untuk menganalisis dan merumuskan kesimpulan hasil eksperimen mereka.

Kegiatan berikutnya, siswa membaca uraian singkat dan menjawab beberapa pertanyaan guna merumuskan hubungan antara periode dan frekuensi getaran. Pada kegiatan ini siswa mampu merumuskan pengertian periode dan frekuensi getaran dengan baik, namun siswa kurang mampu menghubungkannya. Guru membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membantu siswa menemukan hubungan antara periode dan frekuensi getaran.

(60)

pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan dengan bantuan guru siswa mampu menarik kesimpulan hasil eksperimen dengan baik. Hanya saja siswa kurang mampu memahami kesimpulan eksperimen mereka dengan baik. Siswa kurang mampu menerapkan hasil kesimpulan mereka.

B. Deskripsi Data

1. Mean dan Standar Deviasi dari Pemahaman Konsep Awal, Pemahaman

Konsep Akhir dan Perubahan Konsep Seluruh Siswa.

Tabel 5. Mean dan Standar Deviasi

No Data Mean (%) Standar deviasi (SD)

1 Pemahaman konsep awal 14,38 9,26

2 Pemahaman konsep akhir 48,27 21,90

3 Perubahan konsep 34,46 21,05

2. Grafik Pemahaman Konsep Awal Seluruh Siswa

Gambar 4. Grafik Pemahaman Konsep Awal Seluruh Siswa. 0

(0-10) (11-20) (21-30) (31-40) (41-50) (51-60) (61-70) (71-80) (81-90) (91-100)

(61)

3. Grafik Pemahaman Konsep Akhir Seluruh Siswa

Gambar 5. Grafik Pemahaman Konsep Akhir Seluruh Siswa.

4. Grafik Perubahan Konsep Seluruh Siswa

Gambar 6. Grafik Perubahan Konsep Seluruh Siswa. 0 interval tingkat pemahaman siswa

frekuensi

(-11) -(-1) (0-10) (11-20) (21-30) (31-40) (41-50) (51-60) (61-70) (71-80) (81-90) (91-100)

(62)

C. Analisis Data

1. Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Akhir Seluruh Siswa

Dari hasil pretes yang dilakukan, diperoleh skor rata-rata konsep awal seluruh siswa sebesar 14,38 %. Dengan menggunakan kriteria penilaian pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa kualifikasi konsep awal siswa sangat rendah. Sedangkan dari hasil postes yang telah dilakukan diperoleh skor rata-rata yang menunjukkan konsep akhir siswa sebesar 48,27 %, dan dengan menggunakan kriteria penilaian pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa kualifikasi konsep akhir siswa adalah sedang.

2. Analisis Perubahan Konsep Siswa

(63)
(64)

Tabel 6. Lanjutan

Level significan = 0.05 (two tailed test) Tcrit = 2,021 (dari tabel)

Daerah rejeksi (penolakan): Treal lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam

(65)

Diketahui dari tabel 7:

(66)

3. Analisis Efektivitas Metode Pembelajaran

Efektivitas metode pembelajaran akan ditentukan berdasarkan efektivitas perubahan konsep yang dialami siswa. Setiap jawaban untuk pretes dan postes dianalisis perubahannya dan perubahannya diberi skor. Data prosentase perubahan konsep masing-masing siswa terdapat dalam tabel 7 berikut:

Tabel 7. Analisis Perubahan Konsep Siswa No siswa Skor perubahan Perubahan konsep (%)

1 24 40

(67)

Tabel 7. Lanjutan

No siswa Skor perubahan Perubahan konsep (%)1

21 -2 -3,3

(68)

Rata-rata perubahan konsep seluruh siswa: 45

6 , 1549

= 34,44 %. Dengan

melihat nilai rata-rata perubahan konsep seluruh siswa, dan berdasarkan ketentuan tabel 4 maka kualifikasi perubahan konsepnya adalah rendah dan berdasarkan kualifikasi perubahan konsep yang dicapai dapat disimpulkan bahwa efektivitas metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa pada penelitian ini rendah.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa dalam penelitian ini menghasilkan perubahan positif konsep siswa, namun kualifikasinya rendah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran dalam hal perubahan konsep pada penelitan ini rendah.

Secara teoritis, metode pembelajaran dengan menggunakan eksperimen terbimbing merupakan metode pembelajaran yang efektif baik secara proses maupun hasil. Metode eksperimen memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat aktif dalam proses pembentukan konsep dan jelas bahwa konsep yang ditemukan sendiri oleh siswa jauh lebih bermakna daripada konsep yang hanya diterima begitu saja dari guru.

(69)

melakukan eksperimen di laboratorium, namun eksperimen ini dilakukan saat siswa masih duduk di kelas VII. Selama kelas VIII ini, siswa belum pernah melakukan eksperimen. Siswa selama ini terbiasa menerima pelajaran dengan cara duduk di dalam kelas, mendengarkan dan mencatat penjelasan guru kemudian mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. Siswa terbiasa menerima begitu saja suatu konsep tanpa usaha menemukannya. Sehingga saat siswa dihadapkan pada proses pembelajaran yang lebih menekankan keterlibatan pikiran siswa, siswa menjadi tidak siap. Siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa.

Selama proses pembelajaran tampak beberapa siswa enggan membaca petunjuk dalam lembar kegiatan siswa, siswa lebih sering bertanya kepada peneliti langkah apa yang harus mereka kerjakan. Ada juga siswa yang setelah menyelesaikan satu kegiatan eksperimen kemudian diam saja atau bermain-main dengan siswa lain, sehingga guru harus terus-menerus mengingatkan siswa untuk menganalisis hasil eksperimen mereka dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar kegiatan siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan dengan petunjuk berupa tulisan, siswa selama ini terbiasa melakukan berbagai kegiatan dengan petunjuk yang langsung disampaikan oleh guru.

(70)

data. Siswa aktif dan antusias pada saat melakukan pengamatan, pengukuran dan mengumpulkan data namun pada saat siswa harus menganalisis data, siswa lebih senang diam dan menunggu. Siswa terlihat kesulitan saat harus menyimpulkan, menganalisis dan menerapkan hasil eksperimen mereka, hal ini wajar karena kemampuan ini diperoleh dari proses yang dilakukan secara berulang-ulang. Siswa belum terbiasa berfikir secara mandiri, karena siswa selama ini lebih sering menerima suatu konsep langsung dari guru.

Pada saat peneliti memberikan penjelasan, beberapa siswa terlihat asik bermain-main sendiri dengan alat-alat eksperimen yang disediakan dan alat-alat peraga yang ada di laboratorium. Keadaan ini membuat konsentrasi belajar siswa terbagi antara penjelasan peneliti dan keingintahuan siswa terhadap alat-alat yang ada di laboratorium. Sehingga saat siswa melakukan eksperimen, beberapa siswa tampak bingung dan proses eksperimen berjalan kurang lancar. Kemungkinan penyebabnya adalah alat-alat eksperimen sudah dibagikan sejak awal pelajaran.

(71)

Dari uraian di atas, kemungkinan penyebab rendahnya efektivitas pembelajaran dalam hal perubahan konsep pada penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa.

2. Siswa belum terbiasa melakukan kegiatan dengan petunjuk berupa tulisan, siswa selama ini terbiasa melakukan berbagai kegiatan dengan petunjuk yang langsung disampaikan oleh guru.

3. Siswa belum terbiasa berfikir secara mandiri, karena siswa selama ini lebih sering menerima suatu konsep langsung dari guru.

4. Alat-alat eksperimen sudah dibagikan sejak awal pelajaran, sehingga siswa lebih tertarik pada alat-alat eksperimen daripada penjelasan guru.

5. Terdapat beberapa siswa yang hanya mencontek saat mengisi lembar kegiatan siswa, sehingga dimungkinkan siswa tidak benar-benar memahami konsep yang diharapkan.

(72)

merupakan salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan tecapainya tujuan ini, karena metode pembelajaran ini dapat mengusahakan agar:

1. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, hal ini akan memacu siswa dalam menggunakan kemandiriannya berfikir aktif dan produktif.

2. Semua siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep.

3. Siswa menjadi terampil menggunakan alat-alat eksperimen. 4. Siswa terlatih untuk berfikir dan bersikap ilmiah.

Metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing mengunakan lembar kegiatan siswa merupakan metode pembelajaran yang selaras dengan hakekat kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bukan memfokuskan pada seberapa banyak proses pembelajaran mampu mengakumulasi informasi, tetapi pada pengembangan kemampuan siswa untuk mengolah informasi. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge, tetapi benar-benar guru profesional yang bertugas mencerna ilmu dan menerjemahkan menjadi segala sesuatu yang harus dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran (Sarkim dalam EDUKARE, 2007: 8-9). Dengan kata lain guru harus menyediakan pengalaman belajar bagi siswa dan salah satunya adalah dengan eksperimen terbimbing.

(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data yang diperoleh dan berdasarkan analisis data, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa pada penelitian ini mampu merubah konsep siswa menjadi lebih baik.

2. Efektivitas pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa dalam hal perubahan konsep pada penelitian ini adalah rendah.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan efektivitas metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa, guru hendaknya sesering mungkin melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa. Dengan demikian siswa akan semakin terbiasa melakukan eksperimen dan berfikir secara mandiri.

(74)

3. Untuk alat-alat eksperimen yang mudah disiapkan, sebaiknya alat-alat eksperimen jangan dibagikan pada awal pelajaran, sehingga saat guru memberikan penjelasan pada awal pelajaran perhatian siswa tidak terbagi antara penjelasn guru dan alat-alat eksperimen yang sudah dibagikan.

4. Guru harus menekankan kepada siswa untuk mengerjakan lembar kegiatan siswa sesuai dengan kemampuan siswa sendiri.

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Berg, Euwe Van den (ed.). 1991. Miskonsepsi dan Remidiasi.

Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana.

Ibrahim, Muslimin. Pembelajaran Inkuiri. http//kpicener.org/index.php? option =com_content&task=view&id=37Item=1, 5 Desember 2007. Kartika, Budi. Fr. Y. 1987. Konsep: Pembentukan dan Pemahamannya, dalam

Marpaung dan Suparno (Ed.). sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika. Yogyakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Matematika/Informatika, FPMIPA. Universitas Sanata Dharma.

Kartika, Budi. Fr. Y. 1992. Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi. Widya Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kartika, Budi. Fr. Y. 2001. Berbagai Strategi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitasnya dan Sikap Mereka Pada Strategi Tersebut. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslim, Umar. M. KTSP. http://www.duniaguru.com, 23 November 2007. Sarkim, T. 2007. KTSP Lahir Prematur Perlu Penegakan Otonomi Sekolah.

Edukare [Nomor 41 IV Juli 2007]. Hlm 6-7.

Subianto, Paul. Proses Berfikir Aktif Siswa yang Terabaikan. www.balipost.co.id, 5 juli 2007.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

(76)

Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

(77)

61 Lampiran 1. Kisi-kisi Rancangan Soal-soal Pretes dan Postes Menurut Indikator Hasil Belajar dan Aspek yang Diukur

Aspek yang diukur Indikator hasil belajar Jml soal

ingatan pemahaman penerapan Sintesis analitis evaluasi

Dapat mendefinisikan getaran 1 1 (1)

Dapat menunjukkan lintasan benda yang

mengalami 1 getaran penuh 2 1 (2,3)

Dapat mendefinisikan periode getaran dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan sederhana

3 1 (4) 2 (5,6)

Dapat mendefinisikan frekuensi getaran dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan sederhana

3 1 (7) 2 (8,9)

Dapat menunjukkan hubungan periode-frekuensi getaran.dan mengunakan konsep hubungan antara periode-frekuensi getaran untuk menyelesaikan persoalan sederhana.

4 1 (10)

(78)

62 Lampiran 1. Lanjutan

Aspek yang diukur Indikator hasil belajar Jml soal

ingatan pemahaman penerapan Sintesis analitis evaluasi Dapat menjelaskan pengaruh simpangan

terhadap periode getaran.

2 1 (16) 1 (15)

Dapat menjelaskan pengaruh panjang tali terhadap periode

2 1 (18) 1 (17)

Dapat menjelaskan pengaruh massa beban terhadap periode

2 1 (20) 1 (19)

(79)

63 Lampiran 2. Soal Pretes

SOAL PRETES

Nama : Kelas/no abs:

1 Apakah yang dimaksud dengan getaran?

Jawab:……… 2

3 Tulis tiap titik yang dilewati bandul yang mengalami 1 getaran penuh, jika: a. Getaran dimulai dari titik A

b. Getaran dimulai dari titik B c. Getaran dimulai dari titik X

Jawab:

a……… b...

c... 4. Apa yang dimaksud dengan periode getaran?

Jawab:………

5. Apabila periode suatu getaran adalah 0,5 sekon, berapakah waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 getaran.

Jawab:……… ………... 6. Suatu getaran dalam 10 sekon melakukan 20 getaran, hitung periode getaran

tersebut.

Jarak titik Q-P-R pada ayunan disamping adalah 14 cm. Hitung amplitudo ayunan tersebut.

(80)

64 Lampiran 2. Lanjutan

7. Apa yang dimaksud dengan frekuensi getaran?

Jawab:………... 8. Apabila dalam selang waktu 5 sekon sebuah bandul mengalami 10 getaran,

tentukan frekuensi getaran ayunan tersebut.

Jawab:……… ………... 9. Apabila frekuensi suatu getaran adalah 4 Hz, berapakah jumlah getaran yang

terjadi selama 1 menit.

Jawab:……… ………... 10.Tuliskan persamaan (rumus) yang menyatakan hubungan periode (T) dan

frekuensi (f).

Jawab:……… 11.Jika frekuensi suatu getaran diperbesar 2 kali frekuensi mula-mula, maka

berapa besar periodenya dari periode mula-mula?

Jawab:……… ………... 12.Jika periode suatu getaran diubah menjadi 1/4 periode mula-mula, tentukan

besar frekuensinya dari frekuensi mula-mula?

Jawab:……… ………... 13.Jika diketahui periode suatu getaran diubah m kali periode mula-mula,

tentukan besar frekuensinya dari frekuensi mula-mula.

Jawab:……… ………... 14.Jika diketahui frekuensi suatu getaran diubah m kali frekuensi mula-mula,

tentukan besar periodenya dari periode mula-mula.

(81)

65 Lampiran 2. lanjutan

15.Apakah besarnya simpangan pada ayunan mempengaruhi besarnya periode? Jika mempengaruhi, bagaimana pengaruhnya.

Jawab:……… ………... 16.

Kedua ayunan diatas memiliki panjang tali dan massa beban yang sama. Tetapi simpangan pada ayunan kedua lebih besar dibandingkan simpangan pada ayunan pertama.

Menurut anda, sama atau berbedakah periode ayunan pertama dan ayunan kedua. Jika berbeda ayunan mana yang memiliki periode lebih besar? Jawab:……… ………... 17.Apakah panjang tali pada mempengaruhi besarnya periode? Jika

mempengaruhi, bagaimana pengaruhnya.

Jawab:……… ………...

B

A C

(82)

66 lampiran 2. Lanjutan

18.

Kedua ayunan diatas memiliki simpangan dan massa beban yang sama. Tetapi panjang tali pada ayunan kedua lebih panjang dibandingkan panjang tali pada ayunan pertama.

Menurut anda, sama atau berbedakah periode ayunan pertama dan ayunan kedua. Jika berbeda ayunan mana yang memiliki periode lebih besar? Jawab:……… ………... 19.Apakah besarnya massa beban pada ayunan mempengaruhi besarnya periode?

Jika mempengaruhi, bagaimana pengaruhnya.

Jawab:……… ………... 20.

Kedua ayunan diatas memiliki simpangan dan panjang tali yang sama. Tetapi massa beban pada ayunan kedua lebih besar dibandingkan massa beban pada ayunan pertama.

Menurut anda, sama atau berbedakah periode ayunan pertama dan ayunan kedua. Jika berbeda ayunan mana yang memiliki periode lebih besar? Jawab:……… ………...

Ayunan 1 Ayunan 2

Gambar

Tabel 1. Skor Jawaban Siswa …………………….………………… 35
Gambar 1  Grafik Simpangan Vs Waktu pada Gerak Harmonik Teredam
Grafik Energi Vs Simpangan pada Gerak Harmonik Sederhana
Gambar 3  Ayunan Sederhana
+7

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, we aim to effectively and efficiently map remote sensing data through a new combined unsupervised classification method that consists of a cooperative approach of

Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, kartu gudang berfungsi untuk mencatat mutasi kuantitas persediaan produk jadi karena transaksi

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan berakhirnya masa sanggah pada seleksi umum pekerjaan Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Kantor PN

NERACA SALDO YANG DISESUAIKAN NERACA LAJUR NERACA LAJUR PEMBUATAN NERACA SALDO PEMBUATAN NERACA SALDO PENYESUAIAN PENYESUAIAN NERACA SALDO PASCA PENUTUPAN NERACA SALDO PASCA

Akuntansi dilaksanakan baik dalam perusahaan yang berorientasi mencari laba maupun dalam organisasi nirlaba. Salah satu penyebabnya adalah karena hal

Hal ini dapat dilakukan dengan suatu wadah yang dikenal sebagai Website.Dalam hal ini website yang dibuat adalah Website Tentang Ramalan Zodiak & Shio Serta Tips Dan Kuisoner

(2) Untuk memperoleh Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), produsen atau impotir harus mengajukan permohonan secara tertulis

karyawan yang yang dipekerjakan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasikan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat komplektisitas