• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI UANG MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI TUKANGAN KEC.AMPEL KAB.BOYOLALI TAHUN AJARAN 20162017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI UANG MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI TUKANGAN KEC.AMPEL KAB.BOYOLALI TAHUN AJARAN 20162017"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI UANG MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS III

MI TUKANGAN KEC.AMPEL KAB.BOYOLALI TAHUN

AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

NAJMUL LAILA

NIM 115-12-062

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI UANG MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS III

MI TUKANGAN KEC.AMPEL KAB.BOYOLALI TAHUN

AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

NAJMUL LAILA

NIM 115-12-062

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Ketika kamu berada tinggi di atas sana, jangan tinggi hati. Ketika

kamu jatuh, janganlah takluk kepada keputus-asaan. Apa yang ada

dalam hati mulah yang penting

(Najmul Laila)”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini orang-orang yang sangat kukasihi dan kusayangi:

1. Bapak dan ibu tercinta Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku persembah kan karya kecil ini kepada bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan , dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat bapak dan Ibu bahagia.

2. Saudara laki-lakiku: Ahmad Subhandan Muhammad HamdaYuafi.

3. Sahabat Terbaikku Paramitha Ayu Ekasari, Vina Ardiyanti, Muhammad Afif yang tak pernah henti mendukungku, memberi semangat padaku. 4. Teman-taman PGMI satu angakatan.

5. Teman-teman KKN IAIN Salatiga posko 48. 6. Teman-teman PPL di Kumpulrejo 02 Salatiga.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga Laporan Penelitian ini dapat kami laksanakan dan kami selesai kan sesuai rencana.

Sebagai guru kita tentunya bangga dengan hasil prestasi siswa yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, dengan menggunakan pendekatan yang tepat dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam belajar, maka dari itu penilitian kami beri judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Uang dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidayah Tukangan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

Pelakasanaan Penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya pemberian kesempatan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampai kan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. BapakDrs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.i. yang sangat sabar dan teliti di dalam membimbing skripsi penulis.

3. Guru Kelas III MI Tukangan Ibu Sri Hartini, S.Pd.i.

4. Bapak serta ibu yang takhenti-hentinya memberikan motivasi baik berupa material maupun spiritual.

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Laila, Najmul 2016/2017, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Uang dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidayah Tukangan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran. Skipsi Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembibing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

Kata Kunci: hasil belajar dan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Matematika. Matematika diajarakan di sekolah dasar bersifat deduktif dan objek kajiannya abstrak. Jika sifat matematika ini dikaitkan dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar yang masih berada dalam taraf oprasional kongkrit, maka akan terjadi kesenjangan yang berakibat kegagalan dalam mempelajarinya kegagalan tersebut ditandai dengan rendahnya hasil belajar seperti yang dialami siswa kelas III MI Tukangan. Hal ini disebabkan karena guru hanya menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya sehingga pemahaman siswa tentang konsep sangan lemah. Berdasarkan uraian diatas penulis berusaha meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan CTL. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Uang dikelas III MI Tukangan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas III MI Tukangan yang berjumlah 20 siswa. Penelitian terdiri dari 3 siklus, masing-masing siklus melalui 4 tahapan yaitu 1) perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Pengambilan data melalui 1) Observasi, 2) Dokumentasi, dan 3) wawancara. Indikator

keberhasilan yanf dicapai yaitu hasil tuntas belajar mencapai (nilai≥65)

mencapai 85%.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

(13)

xiii

G. Model Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Belajar ... 23

B. Pembelajaran Matematika ... 36

C. Pemecahan masalah berkaiatan dengan uang ... 41

D. Pembelajaran Contextual Teaching and learning (CTL) ... 47

E. Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) ... 55

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. GambaranUmum Madrasah ... 61

B. Subyek Penelitian... 62

C. Pelaksanaan Penelitian ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan Hasil Penelitian...104

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN...105

B. SARAN...105

DAFTAR PUSTAKA...107

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Siklus Penelitian ... 13

Tabel 2.1 Hasil Penetapan KKM ... 57

Tabel 3.1 Perbatasan MI Tukangan ... 60

Tabel 3.2 Fasilitas sarana dan prasarana MI Tukangan ... 60

Tabel 3.3 Data guru dan staf MI Tukangan ... 61

Tabel 3.4 Daftar nama siswa kelas III MI Tukangan ... 62

Tabel 4.1 Nilai Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.2 Nilai Siswa Siklus II ... 84

Tabel 4.3 Nilai Siswa Siklus III...87

Tabel 4.4 Data Nilai Keseluruhan Hasil Belajar Siswa...89

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Penelitian Siklus I ...96

Lembar Pengamatan Guru Siklus I ...108

Rencana Pelaksanaan Penelitian Siklus II ...111

Lembar Pengamatan Guru Siklus II ...122

Rencana Pelaksanaan Guru Siklus III ...125

Lembar Pengamatan Guru Siklus III ...134

Silabus ...136

Dokumentasi Penelitian ...138

Lembar Konsultasi ...141

Surat Ijin Penelitian ...142

Surat Keterangan Penelitian ...143

Daftar Nilai SKK ...144

(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendiddikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendiddikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Nasional. Manusia telah menggunakan matematika sejak adanya catatan tertulis. Matematika berkaitan dengan penyelesaian jumlah dan bentuk serta pembahasannya. Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika (Suharyanto, Darmono I.S, 2006 : halaman sampul luar).

(18)

2

sulit. Hal itu antara lain terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah cara pembelajaran yang dilakukan sekarang ini didasarkan pada anggapan, bahwa pengetahuan itu bisa ditrasfer dari pikiran orang lain sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental.

Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan sebagai implementasi dari kreativitas siswa. Siswa dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktivitas yang dapat mendukung proses belajar diantaranya dengan cara berdiskusi, membaca dan memahami materi pelajaran, melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan guru atau mencari sumber-sumber materi lain yang sekiranya dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran lain-lain. hal tersebut dpat membuat siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajar baik mengajar baik secara fisik maupun mental.

Idealnya pembelajaran dalam setiap mata pelajaran disekolah perlu menekankan pada partisipasi aktif siswa. Termasuk dalam mata pelajaran Matematika, hal tersebut dikarenakan kenyataan di lapangan bahwa proses pembelajaran Matematika di sekolah kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dikelas.

(19)

3

mungkin dianggap para guru adalah metode paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tampa persiapan. Mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pembelajaran matematika. Jadi siswa tidak bisa menerima pembelajaran yang telah diberikan gurunya sehingga tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika kurang dari yang diharapkan. Begitu pula yang terjadi di MI Tukangan, Ampel Kab. Boyolali pembelajarannya masih tradisional dimana siswa hanya menerima informasi secara pasif dan pembelajarannya tidak memperhatikan pengalaman siswa.

Guru dalam KBM diharapkan mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif agar siswa dapat belajar dengan baik dan bersemangat. Siswa akan diharapkan pada suasana untuk mengexplor secara sehat serta menimbulkan motivasi dalam belajar. Hal ini berdampak positif dalam pencampaian hasil belajar yang optimal. Untuk mendapat respon siswa, guru sebaiknya menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran dan media yang tepat. Pemilihan dan penggunaan pendekatan pembelajaran merupakan hal penting dan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya, mendorong siswa untuk bertanya dan berdiskusi, serta dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

(20)

4

dalam tahap operasional konkrit namun tidak menutup kemungkinan mereka masih berada pada tahap praoperasi. Bila anak berada pada tahap praoperasi maka mereka belum memahami hukum-hukum kekekalan, sehingga bila diajarkan konsep penjumlahan besar kemungkinan mereka tidak akan mengerti. Sedangkan siswa yang berada pada tahap operasi konkrit memahami hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berfikir secara deduktif, sehingga pembuktian dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka. Hal ini berarti bahwa stratergi pembelajaran matematika haruslah sesuai dengan perkembangan intelektual atau perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga pembelajaran matematika di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan.

(21)

5

lembar kerja siswa menambah penyebab siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) khususnya di kelas III MI Tukangan.

Setelah memperhatikan keadaan kelas diatas, maka perlu dipikirkan cara penyajian dan suasana pembelajaran Matematika yang tepat untuk siswa sehingga siswa dapat berpartisiapasi aktif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pendekatan pembelajaran yang menarik membuat siswa berperan aktif dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan guru.

Mengingat pentingnya matematika dan kesulitan permasalahan dalam matematika, idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran dengan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.untuk mewujudkan itu salah satu caranya adalah dengan Penerapan Pendekatan (Contextual Teaching and Learning– CTL).

(22)

6

Pendekatan (Contextual Teaching and Learning – CTL). Hal ini lah yang

mendorong penulis untuk mengambil judul “ Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Materi Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tukangan,

Kecamatann Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Uang pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tukangan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar matematika materi uang melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tukangan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

(23)

7

Hipotensis menurut Arikunto (2002 : 56) adalah tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan. Dalam penelitian inin, rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

”Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Uang serta dapat meningkatkan KKM pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tuakangan, kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017”.

Penulis menetapkan Indikator keberhasilan yang ingin dicapai siklus tindakan terakhir sebagai berikut:

Siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika materi uang melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bersifat praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoritis

(24)

8

b) Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi peneliti yang akan datang.

c) Secara khusus peneliti ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran berupa penggeseran dari paradigma mengajar menuju keparadigma belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan diharap memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, sekolah maupun penulis sendiri.

a) Bagi siswa

Siswa juga hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan seharian.

b) Bagi guru

(25)

9

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi sesama guru Matematika untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

c) Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

d) Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti dan merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliah.

F. Definisi Operasional

Agar dalam pembahasan ini nanti searah dengan yang penulis maksud, maka perlu ada penjelasan istilah yang terdapat dalam rumusan judul, yaitu sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

(26)

10

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belaajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K.Brahim (2007 : 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

2. Matematika

Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. Sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau teori-teori yang sudah dibuktikan kebenaranya (Ismunamto 2011:2).

3. Uang

Menurut M.khafid dan Suyati (2004: 118) Media uang dalam pembelajaran siswa usia dini digunakan untuk mengenalkan tentang nilai mata uang dalam kehidupan sehari-hari baik uang logam maupun uang kertas. Dari pengenalan uang logam Rp. 50,00 sampai dengan Rp.1000,00 dan pengenalan uang kertas dari uang Rp.500,00 sampai dengan Rp.100.000,00.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

(27)

11

siswa melibatkan makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan nya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, budayanya.

G. Model Penelitian

1) Rencana Penelitian

Penelitian ini bersifat kolabosasi yaitu, kolaborasi antara peneliti dengan rekan sejawat sebagai kolaborasi. Penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaborasi adalah dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan masing-masing anggota. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika dalam materi uang dikelas III MI Tukangan Ampel.

(28)

12 2) Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Subjek

Siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tukangan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali tahun 2016. Yang berjumlah 20 siswa 11 perempuan 9 laki-laki.

Guru mata pelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Tukangan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

b. Lokasi

Madrasah Ibtidaiyah Tukangan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2016/2017.

c. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MI Tukangan Ampel pada 27 Juli 2016 sampai selesai.

3) Langkah – langkah Penelitian

(29)

13

Gambar 1.1 Siklus penelitian bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral (Suharsini Arikunto, 2002:74)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan beberapa siklus hingga indikator benar-benar tercapai. Adapun tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS III

Refleksi

(30)

14 a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti telah menyiapkan rencana pembelajaran yaitu:

1. Menentukan kompetensi dasar.

2. Menyusun RPP dengan model pembelajaran yang disusun daklam PTK.

3. Menyusun skenario pembelajaran dengan model pembelajaran CTL rancana pelaksanaan pembelajaran.

4. Menyusun tugas siswa.

5. Menyusun pertanyaan untuk tanya jawab.

6. Membuat lembar observasi.

7. Mendesain pembelajaran pada siklus I, II, dan III.

8. Menyusun soal penelitian untuk siswa.

9. Membuat instrument penilaian.

(31)

15 b. Pelaksanaan

1. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan adalah merujuk pada skenario pembelajaran seperti yang telah direncanakan yaitu melalui pendekatan (CTL) .

2. Guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing proses pembelajaran.

3. Peserta didik melakukan kegiatan belajar berdasarkan langkah yang sudah disampaikan.

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan tentang proses pembelajaran yang berlangsung mengenai perhatian peserta didik, partisipasi peserta didik meliputi keaktifan dan inisiatif siswa selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Dan pada RPP bagian inti meliputi elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi. Pantauan guru saat pelajaran berlangsung. Kondisi siswa mampu menyerap konsentrasi secara maksimal atau tidak.

d. Tahap Refleksi

(32)

16

Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Dan pada RPP bagian inti meliputi elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi.Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan telah selesai. Hasil refleksi berupa perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya.

4) Instrumen penelitian

Bentuk instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi berdasarkan indikator yang telah didesain berdasarkan fokus penelitian. Adapun hasil observasi ini berbentuk catatan lapangan yang mendeskripsikan proses kegiatan pembelajaran yang meliputi, antusiasnya peserta didik dan kemampuan siswa setelah melakukan pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran CTL.

b. Tes

(33)

17

inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127).

c. Rpp

d. Silabus

e. Materi

Untuk mengetahui kemampuan siswa dan pemahaman yang diperoleh oleh siswa, terkait dengan pembelajaran Matematika materi Mata Uang.

5) Pengumpulan Data

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data.

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memantau proses pembelajaran matematika yang sedang berlangsung dikelas. Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.

b. Dokumen

(34)

18

peraturan-peraturan, foto-foto serta data yang relevan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi hanya berbentuk foto-foto mengenai aktivitas siswa dikelas mengenai proses pembelajaran.

c. Wawancara

6) Analisis Data

Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelolah data yang sudah diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian data terwujud sesuai dengan menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data yang telah dikumpulkan disetiap siklusnya.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis data peneliti sebagai berikut:

a. Pengelompokan aspek yang diamati berdasarkan penerapan pendekatan CTL, ketujuan hakikat itu adalah konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

(35)

19

c. Menghitung pencapaian aspek indikator proses pembelajaran matematika siswa.

M= ∑𝑋 𝑁

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai kelas

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 302)

d. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

P = 𝐹

𝑁 × 100%

Keterangan:

P = Jumlah nilai dalam persen

F = Frekuensi

(36)

20 H. Sistematik Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Pada bab ini mencakup dengan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka

Dalam bab ini menguraikan tentang Tinjauan Hasil Penelitian, Pembelajaran Matematika, Pemecahan Masalah Berkaiatan Dengan Uang, Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Kriteria Ketuntasan Minimal, Kaitan Pembelajaran Matematika Dengan CTL Materi Uang.

BAB III: Pelaksanaan Penelitian

(37)

21

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini memuat Hasil Penelitian dan Pembahasan dari Siklus I Siklus II dan Siklus III.

BAB V: Penutup

(38)

22 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Tinjuan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak kita jumpai keanekaragaman definisi belajar yang dikemukakan para ahlli psikologi. Hal ini disebabkan karena point of view mileu (lingkungsn sekitar mereka) dan pendekatan antara satu dengan lainya terdapat perbedaan.

“belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya”. HR.At-Tabrani. (www.ilmusaudara.com/2015/10/dalil-al-quran-dan-hadit-tentang.html ).

“wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan

kepadamu,”berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscahya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdiri kamu, maka berdirilah, niscahya Allah akan mengangkat derajar orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”.Q.S.Al-Mujadalah ayat 11.

(39)

23

a) Chaplin

Mengungkapkan definisi belajar menjadi dua rumusan. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

b) Witting

Menganggap belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

c) Biggs

Merumuskan definisi belajar menjadi tiga macam, yaitu secara kuantitatif, institusional dan kualitatif. Secara kuantitatif, belajar merupakan aktivitas pengisiian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institutionnal berarti proses validasi terhadap penguasaan siswaatas materi yang telah ia pelajari. Secara kuantitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa.

(40)

24

didefinisikan sebagai tahapan perubahan perilaku individual yang relatif menetap sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya dan latihan yang diperkuatnya.

2. Tujuan Belajar

Secara eksplisit, tujuan belajar adalah untuk mencapai tindakan instruksional (Instructional effects) yang berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan sampingan lainnya adalah untuk mencapai nurturant effects seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain (Kastolani 2014:66).

Dari uraian tersebut, secara umum tujuan belajar adalah: a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengamn pengetahuan dan kemampuan berpikir. Kemampuan pengembangan berpikir membutuhkan adanya bahan pengetahuan, dan kemampuan berpikir dapat memperluas pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

(41)

25

sedang belajar, atau keterampilan ruhani yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatau masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Adalah guru harus bertindak bijak dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa. Ia harus cakap dalam mengarahkan motivasi dan berpikir bahwa pribadi guru harus dipakai sebagai uswah (Sardiman, 2000: 26-28).

3. Ciri-ciri Belajar

Setelah melakukan kegiatan mengajar matematika diharapkan menemukan ciri-ciri belajar melalui perubahan-perubahan perilaku. Burhanudin dan Nur Wahyuni, (2008: 15) mendefinisikan ada beberapa ciri belajar yaitu:

(42)

26

b. Perubahan perilaku relatif permanen ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancar seumur hidup.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sdang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengamatan atau latihan itu dapat memberikan penguatan sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

f. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar yaitu ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang relatif permanen.

4. Prinsip-prinsip Belajar

(43)

27

dan ritunitas dalam proses pembelajaran, sebaliknya lebih mengarah pada pengembangan gagasan, ide, dan perilaku yang kreatif.

Menurut Gage dan Berliner (dalam Hosnan), prinsip-prinsip belajar siswa yang dapat dipakai oleh guru dalam meningkatkan kreativitas belajar yang mungkin dapat digunakan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar, antara lain meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Pemberian perhatian dan motivasi siswa.

b) Mendorong dan memotivasi keaktifan siswa.

c) Keterlibatan langsung siswa.

d) Pemberian pengulangan.

e) Pemberian tantangan.

f) Umpan balik dan penguatan.

g) Memeperhatikan perbedaan individual siswa (Hosnan, 2014:8).

5. Hakikat Hasil belajar

(44)

28

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karenan belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

(45)

29

sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Dalam sistem pendidikan Nasional, baik tujuan kurikulum maupun tujuan intraksional menggunakan lklasikal hasil belajar dari Benjamin Bloom meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Nana Sudjana, 2005 : 22).

1. Aspek Kognitif

Evaluasi aspek Kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi : pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

Klasifikasi tujuan Kognitif oleh Bloom (1956) domain Kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut:

a. Ingatan/recall

(46)

30 b. Pemahaman

Mengacu kepada kemampuan memehami makna materi. Aspek ini satu tingkat diatas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c. Penerapan

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari pada pemahaman.

d. Analisis

Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau fakta penyebab dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pda aspek pemahaman maupun penerapan.

e. Sintesis

(47)

31

struktur dan bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintensis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi dari pada kemampuan sebelmunya. f. Evaluasi

Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

2. Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosional, sikap, derajat penerapan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam penilaian.

Klasifikasi tujuan terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:

a. Penerimaan

(48)

32 b. Pemberian Respon

Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.

c. Penilaian

Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan dari pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi ‘sikap’

dan ‘apresiasi’.

d. Pengorganisasian

Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsiten dapat menimbulkan konflik-konflik internal membentuksuatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam falsafah hidup.

e. Karakterisasi

(49)

33

hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.

3. Aspek Psikomotorik

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotorik ditunjukkan pada keterampilan dalam menrangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk mengukur sejauh man siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitik beratkan pada unjuk kerja siswa. Klasifikasi tujuan psikomotorik terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:

a. Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberikan respons serupa dengan yang diamati. Menggurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi

(50)

34

ini siswa menampilkan susatu menurit petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibaasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dengan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantaranya gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan

Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik mmaupun psikis. Gerakan dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domaian psikomotorik.

(51)

35

dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kondrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri mauppun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh duahal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa ; dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua , lingkungan ; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan.

B. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran

(52)

36

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah lakunya.

Menurut Dimyati (2006:97) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogam dalam disai instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktifitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dalapat berlangsung secara efetktif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru, kedua aspek ini akan berkolaborasi sehingga membentuk interaksi anatar keduanya sehingga pencapaian hasil belajar dapat terpenuhi. Belajar tertuju pada subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

2. Pengertian Matematika

(53)

37

Mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Dalam bahasa

Belanda matematika disebut Wiskunande atau ilmu pasti yang keseluruhannya berkaitan dengan penalaran.hal tersebut tertulis dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2002: 723).

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar khas, jadi dibandingkan dengan ilmu yang lain. kegiatan belajar mengajar matematika tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena setiap siswa yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuanya. Maka kegiatan belajar mengajar matematika haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan siswa. Salah satu aspek dalam matematika adalah berhitung. Berhitung merupakan salah satu aspek dalam matematika yang terdapat pada hampir setiap cabang matematika seperti aljabar, geometri, dan statistika(Ismunanton, 2011:14).

3. Tujuan mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(54)

38

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(55)

39

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

4. Fungsi Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas III tahun 2007, fungsi matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Menurut Cornelius dalam Suyati (2003: 253) mengemukakan perlunya matematika diberikan kepada siswa karena matematika merupakan : (a) sarana berfikir yang jelas dan logis, (b) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (c) sarana mengenal polapola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) sarana untuk mengembangkan kreatifitas, (e) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

(56)

40

keruangan, dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk berfikir logis, analitis, kritis, dan mengembangkan kreatifitas, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.

C. Pemecahan masalah berkaitan dengan Uang

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2008: 10) terdapat Standar Kompetensi:

1) melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

2) menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar (1.5) memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang.

1) Mengenal berbagai nilai mata Uang rupiah

(57)

41

dapat diterima oleh setiap orang dimasyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sebelm uang diciptakan, masyarakat pada zaman dahulu melakukan perdagangan dengan cara barter. Barter merupakan pertukaran barang dengan barang.

Didalam pembahasan ini diharapkan siswa dapat mengetahui atau mengenal berbagai nilai mata uang dari Rp50,00 samapai dengan Rp100.000,00 berupa uang logam dan uang kertas( Nur dan Fajariyah, 2008: 99) .

Contoh nilai mata uang yang berlaku: a. Uang Logam

Perhatikan bentuk uang logam di bawah ini!

b. U

ang Kertas

(58)

42

2) Menghitung nilai sekelompok mata Uang Pada bagian ini siswa diharapkan dapat menghiting sekelompok mata uang yang disajikan dimulai dari sekelompok mata uang sejenis kemudian diteruskan dengan kelompok uang yang beragam dengan cara menjumplahkan dan untuk bisa menghitung nilai sekelompok mata uang, kita harus mengetahui terlebih dahulu nilai dari masing-masing mata uang tersebut.

(59)

43

Sekelompok mata uang diatas nilainya Rp3000,00, dibaca tiga ribu rupiah.

Asalnya = Rp1.000,00 + Rp1.000,00 + Rp1.000,00

= Rp 3.000,00

Contoh: 2. Berapakah nilai dari sekelompok mata uang dibawah ini?

Sekelompok mata uang diatas nilainya Rp 6.500,00, dibaca enam ribu lima ratus rupiah.

Asalnya = Rp5.000,00 + Rp 1.000,00 + Rp500,00 = Rp 6.500,00

(60)

44

Pada bagian ini siswa diharapkan dapat melakukan tukar menukar uang.Dimana nilai yang ditukar berjumlah sama.

Contoh: Satu lembar uang 5.000 rupiah dapat ditukar dengan

5 uang 1.000 rupiah, karena 5.000 rupiah= 5 x 1.000 rupiah

2) Menaksir jumlah harga dari sekelompok barang

Diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan uang.

Contoh 1 :

Ana membeli alat tu;is dengan rincian barang dan harga seperti berikut:

1 pensil seharga RP1.200,00

(61)

45 1 bolpoin seharga Rp1.700,00

Harga seluruhnya Rp4.700,00

Ana membayar dengan 1 lembar uang lima ribuan, maka uang kembaliannya adalah Rp5.000,00 – Rp4.700,00 = Rp300,00.

Contoh 2 :

Yuna mempunyai uang Rp10.000,00 ia diberi uang pamannya sebanyak Rp7.500,00. Yuna membeli buku seharga Rp15.000,00. Berapa sisa uang Yuna sekarang?.

Sisa uang Yuna sekarang :

Rp10.000,00 + Rp7.500,00 – Rp15.000,00

Rp17.500,00 – Rp15.000,00 = Rp2.500,00

Jadi uang Yuna sekarang adalah Rp2.500,00

3) Menentukan jenis barang yang dapat dibeli jika diketahui harga satuan barang dan jumlah uang yang dimiliki.

Contoh :

a. Buku gambar Rp1.500,00

b. Buku tulis Rp1.500,00

(62)

46 d. Tepat pensil Rp4.000,00

e. Bolpoin Rp5.000,00

f. Jangka Rp2.000,00

g. Penghapus Rp 5.00,00

Dengan uang Rp5.000,00 dapat dibeli 1 bolpoin atau 2 buku gamba dan 1 jangka.

Dengan uang Rp10.000,00 dapat membeli 1 tempat pensil, 1 bolpoin dan 1 pengaris.

D. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

1) Hakikat pendekatan pembelajaran CTL

Kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti “hubungan, konteks, suasana atau keadaan”. Dengan demikian, contextual diartikan “yang berhubungan dengan suasana (konteks)”. Sehingga, contextual

teahing and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan 2014:267).

Menurut Depdiknas (2003 : 5) Contextual Teaching and Learning

(63)

47

Nurhadi (2003: 13) menyatakan Pendekatan (Contextual Teaching and Learning – CTL ) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Menurut Nurhadi (dalam Muslich, 2009 : 41) mengemukakan bahwa pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Elaine B Johnson (2002 : 88) menyatakan bahwa CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pembelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain, menncapai standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.

(64)

48

bagi siswa, pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya.membantu guru dalam mengaitkan bahan ajarnya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Prinsip-prinsip Pendekatan Kontextual (CTL)

Setiap model pembelajaran, disamping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontektual yang harus dikembangkan oleh guru yaitu :

a) Konstruktivisme (Constructivism)

(65)

49 b) Menemukan (Inquiry)

Komponen kedua dalam CTL adalah inquiry. Inquiry, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematik secara umum proses. Inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu merumuskan masalah. Mengajukan hipotesa, mengumpulkan data,. Menguji hipotensis dan membuat kesimpulan menurut Sanjaya dalam M.Hosnan (2006: 265).

c) Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan menceritajkan kemampuan seseorang dalam berpikir menurut Sanjaya dalam M.Hosnan (2006 : 266).

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

(66)

50

kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru menurut Sanjaya dalam M.Hosnan ( 2006 : 267).

e) Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling, siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadi verbalisme menurut Sanjaya dalam M.Hosnan (2006 : 267).

f) Reflekssi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhirnya proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya menurut Sanjaya dalam M.Hosnan ( 2006:268).

g) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

 Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(67)

51

 Dilakukan melakui berbagai cara (tes dan nontes).

 Alternatif bentuk kinerja, Observasi, portofolio, dan atau jurnal (Hosnan 2014:273).

3) Komponen Pembelajaran Kontekstual

Komponen pembelajaran kontekstual meliputi : (a) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections); (b) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bearti (doing significant work); (c) melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulsted learning); (d) mengadakan kolaborasi (collaborating); (e) berfikir kritis dan kreatif (critical and crative thinking); (f) memberikan layanan secara individual (nurturing the individual); (g) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (raching high standards); (h) menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment) (Johnson B.Elaine 2002:192).

4) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL

a. Kelebihan

(68)

52

yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

 Pembelajaran lebih produktif dan mampuan menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena motode pembelajaran CTL menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme, sisea diharapkan belajar

melalui “mengalami” bukan “menghafal”.

b. Kelemahan

 Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketempilan yang baru bagi siswa. Guru lebih intensif dalam membimbing siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau

“penguasa” yang memaksa kehendak, melainkan guru adalah

pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangan.

(69)

53

siswa agar menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun, dalam konteks ini, tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula (Hosnan 2014:279).

5) Skenario pembelajaran CTL

Sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran, dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

(70)

54

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa (Johnson B Elaine 2002:199).

E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakin menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik encapai ketuntasan dimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Kemendiknas, 2008 : 4).

(71)

55

didik dan atau orang tua. Kriteria ketuntasan minimall harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik(Kemendiknas, 2008 : 5).

2. Fungsi Kreteria Ketuntasan Minimal

a) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

b) Sebagai acuan peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.

c) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.

d) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

e) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran (Kemendiknas, 2008: 5).

3. Prinsip Penetapan KKM

(72)

56

1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.

2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator.

3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar tersebut.

4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.

5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester (Kemendiknas, 2008: 7).

4. Langkah – langkah Penetapan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut :

(73)

57

1. Kompleksitas atau tingkat kesulitan setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

2. Kemampuan dalam sumberdaya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.

3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata pesertadidik disekolah yang bersangkutan. Dengan skema sebaga iberikut:

Bagan 2.1

Hasil penetapan KKM indicator berlanjut pada KD, SK dan MP (Kemendiknas, 2008 : 8)

b.

c.

d.

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.

(74)

58

c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.

d. KKM dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) pada saat penilaian dilaporkan kepada orang tua atau wali peserta didik (Kemendiknas, 2008: 8).

Adapun nilai KKM yang telah disepakati untuk mata pelajaran Matematika kelas III di MI Tukangan Ampel adalah 65 dengan ketuntasan klasikal 85 %.

F. Kaitan Pembelajaran Matematika dengan CTL Materi Uang

(75)

59

(76)

60 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Tukangan

Penelitian ini dilakukan di MI Tukangan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Berikut adalah table perbatasan MI Tukangan :

Tabel 3.1 Perbatasan MI Tukangan

No. Arah Batas

1. Sebelah Selatan SMP Islam Sudirman

2. Sebelah Barat RumahWarga

3. SebelahTimur RumahWarga

4. Sebelah Utara Jalan Raya Simo

MI Tukangan ini berdiri di atas tanah yang luasnya 884 M2 yang didirikan pada tahun 1997. Tanah ini milik yayasan yang sudah memiliki sertifikatakte yang sah.

1. Fasilitas Sarana dan Prasarana

Tabel 3.2 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Tukangan

(77)

61 2. Guru dan Staf

Tabel 3.3 Data guru dan Staf MI Tukangan 2016/2017

NO. NAMA NIP

1. Anifah S.H. -

2. MuhRofiq S.s.s.p -

3. Sujiyem, S.Pd. GTT

4. Sri Hartati, Ama. GTT

5. Iin KhotimahS.Pd. GTT

6. Siti WijAyu L GTT

7. Irfani, S.Pdi. GTT

B. Subjek Penelitian dan Karakteristik Obyek Penelitian

(78)

62

DAFTAR NAMA SISWA KELAS III MI TUKANGAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2015/2016

Tabel 3.4 daftar nama siswa kelas III MI Tukangan

No No. Induk Nama Jenis Kelamin

Karakteristik siswa sebagai subjek penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Usia rata-rata siswa adalah 10 tahun. 2. Kemampuan siswa rata-rata sedang. 3. Siswa malu bertanya.

(79)

63

5. Latar belakang pendidikan orang tua siswa sebagian besar berpendidikan rendah.

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016 dengan rincian sebagai berikut

1. Observasi, Selasa,11 April 2016. 2. Kegiatan Siklus I, 27 Juli 2016. 3. KegiatanSiklus II, 29 Juli 2016. 4. Kegiatan Siklus III, 3 Agustus 2016.

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Dalam pelaksanaan siklus ini terdiri dari emapat tahapan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu 27 Juli 2016. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Sebelum peneliti melaksanakan penelitian, terlebih dahulu membuat RPP. Penelitian menggunakan Pendekatan CTL. Adapun tahap perencanaan penelitian.

(80)

64

2) Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Rabu 27 Juli 2016.

3) Menetapkan materi yang akan diajarkan pada siklus I. 4) Menyusun Indikator yang akan dicapai setelah

pembelajaran.

5) Membuat instrumen penelitian yaitu :

a) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai intrumen, karena hasil belajar bisa dicapai juga siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran.

b) Tes formatif sebagai alat pengukuran hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Materi Mata Uang. 6) Menyiapkan alat pembelajaran.

b. Pelaksanakan Tindakan 1) PraPembelajaran

a) Guru mengkondisikan siswa untuk tenang dan memperhatikan pembelajaran yang akan berlangsung. b) Menyiapkan RPP.

(81)

65 2) KegiatanAwal

a) Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam.

b) Guru membuka pelajaran dengan doa dengan penuh khidmad.

c) Guru menanyakan kabar siswa. d) Guru mengecek kehadiran siswa.

e) Guru mempersilakan siswa untuk menyiapkan alat tulis. f) Guru menyampaikan indicator dan tujuan pembelajaran.

3) Kegiatan Inti Eksplorasi:

a) Guru menyampaikan materi tentang berkaiatan dengan mata uang.

b) Guru Bertanya jawab dengan siswa mengenai materi berkaiatan dengan mata uang.

Elaborasi:

a) Guru menyampaikan informasi tentang berkaitan dengan uang.

b) Guru dengan menggunakan media kongkrit, menjelaskan materi mengenai nilai mata uang kertas dan logam.

(82)

66

d) Guru bersama-sama dengan siswa mengenali macam-macam nilai mata uang.

e) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang diangap belum jelas.

f) Guru mengistruksikan siswa untuk membentuk kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

g) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa kepada masing-masing kelompok.

h) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengisi Lembar Kerja Siswa

i) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk penugasan, selama kegiatan penugasan guru memberikan bimbingan.

j) Guru mengistruksikan kepada masing-masing kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya.

Konfirmasi:

a) Guru bertanya kepada siswa tentang pemahaman mengenai materi yang telah dipelajari.

(83)

67

c) Guru memberikan lembar evaluasi dari kegiatann yang telah dilakukan.

4) Kegiatan Akhir

a) Guru melakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakuka dengan bertanya tentang kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru menutup kegiatan pembelajaran, dan mengingatkan siswa untuk belajar materi pembelajaran selanjutnya.

c) Guru menutup pelajaran dengan doa.

c. Pengamatanatau Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran berlangsung, yaitu:

1) Memperhatikan sikap dan perilaku peserta didiksaat proses pembelajaran sedang berlangsung.

2) Pengamatan mengamati dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan untuk melakukan pengamatan.

d. Refleksi

Tahap akhir dari siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan beberapa keberhasilan yang dicapai, diantaranya: 1) Sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan

(84)

68

2) Sebagian siswa aktif mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

3) Sebagian siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru.

Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran namun masih ada banyak kekurangan dalam pembelajaran tersebut, diantaranya:

1) Dalam pembelajaran masih ada beberapa siswa yang kurangaktif dan sedikit mengabaikan materi pembelajaran. 2) Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

masih kurang.

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya tidak terja dikekurangan yang sama.

1) Guru lebih terampil dalam mengelola kondisi siswa pada saat pembelajaran.

2) Memotivasi siswa agar lebih aktif di dalam kelas.

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Dalam pelaksanaan siklus ini terdiri dari empat tahapan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Siklus kedua dilaksankan pada hari jum’at tanggal 29 Juli 2016.

(85)

69 a. Perencanaan

Sebelum penelitian melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat RPP. Penelitian menggunakan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran. Adapun tahap perencanaan meliputi:

1) Merencanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pendekatan CTL pada mata pelajaran Matematika kelas III.

2) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada hari

Jum’at tanggal 29 Juli 2016.

3) Menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus II 4) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah

pembelajaran.

5) Membuat instrumen penelitian yaitu:

a) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran.

b) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi berkaiatan dengan uang logam dan kertas.

6) Menyiapkan alat pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan

(86)

70

a) Guru mengkondisikan siswa untuk tenang dan memperhatikan pembelajaran yang akan berlangsung. b) Menyiapkan RPP.

c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dan Lembar Evaluasi. 2) Kegiatan Awal

a) Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam.

b) Guru membuka pelajaran dengan doa .

c) Guru menanyakan kabar siswa.

d) Guru mengecek kehadiran siswa.

e) Guru mempersilakan siswa untuk menyiap kanala tulis.

f) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran.

3) Kegiatan Inti Eksplorasi

a) Guru memberikan pertanyaan apresiasi yang berhubungan dengan materi memecahkan masalah perhitungan termasuk yanga berkaiatan dengan uang. b) Guru menanyakan kepada siswa tentang pengalaman

yang berhubungan dengan materi. Misalnya : berapa uang saku hari ini?

Gambar

Gambar 1.1 Siklus penelitian bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model
Tabel 3.1 Perbatasan MI Tukangan
Tabel 3.3 Data guru dan Staf MI Tukangan 2016/2017
Tabel 3.4 daftar nama siswa kelas III MI Tukangan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah Algoritma untuk menyisipkan I TEM ke dalam list, tepat sesudah simpul A, atau jika LOC = NULL, maka I TEM disisipkan sebagai simpul pertama dari list.. Misalkan

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Tertib serta tatanan hukum Indonesia yang memilih sistem kodifikasi seperti yang berlangsung dewasa ini, secara historis tidak dapat dilepaskan dari tradisi hukum

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Melalui Metode Drill di Kelas II SDN Sukabumi Selatan

Skripsi yang berjudul “ Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Incest” (Studi Putusan No. 1349/Pid.sus/2015/PN.Mdn)Anak merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai

cara membaca huruf- huruf hijaiyah sesuai mahraj dan tanda bacanya (fathatain, kasratain, damatain, sukun dan tasydid). - -

menggambarkannya dengan melakukan sketsa terlebih dahulu dilanjutkan dengan menyiapkan properti yang dibutuhkan dan pada saat memotret harus diperhatikan teknik

Namun pada perkembangannya saat ini, tidak hanya berkomunikasi dengan sebuah program yang telah dirancang dapat memberikan hiburan pada seseorang. Akan tetapi dapat digunakan