• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU DI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU DI JAWA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU

DI JAWA BARAT

(Consumption pattern and preferences of milk in West Java)

SITI LIA MULIJANTI danSUGANDI

Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jl Kayuambon No. 80, Lembang-Bandung

ABSTRACT

This paper aims to analyze the pattern of milk consumption and preferences of West Java community. West Java communities most milk consumed in the form of dairy products, namely milk powder. Objectives for the fulfillment generally consume family nutrition and health reasons. The availability of milk in the neighborhood where the consumer a reason to consume milk consumers. Because of the limited availability of whole milk in the market so most consumers choose dairy products, because of easily available, practical, hygienic, better to know the benefits of dairy products from milk labels and promotions through print and lektronik and taste. Therefore, the marketing strategy is an extension of pure milk marketing areas, labeling the nutritional value of pure milk, the packaging is attractive, affordable commodity prices, and promotion via print and electronic media.

Key Words: Milk, Whole Milk, Dairy Products, Promotions

ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi dan preferensi susu masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat sebagian besar mengkonsumsi susu dalam bentuk susu olahan, yaitu susu bubuk. Tujuan mengkonsumsi umumnya untuk pemenuhan gizi keluarga dan alasan kesehatan. Ketersediaan susu di lokasi sekitar tempat tinggal konsumen menjadi alasan konsumen mengkonsumsi susu. Karena keterbatasan ketersediaan susu murni di pasaran maka sebagian besar konsumen memilih susu olahan, karena mudah didapat, praktis, higienis, lebih mengetahui manfaat susu olahan dari label kemasan susu dan promosi melalui media cetak dan elektronik dan sesuai selera. Oleh karena itu strategi pemasaran susu murni adalah perluasan daerah pemasaran, pelabelan nilai gizi susu murni, pengemasan yang menarik,harga komoditas yang terjangkau, dan promosi melalui media cetak dan elektronik.

Kata Kunci: Susu, Susu Murni, Susu Olahan, Promosi

PENDAHULUAN

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang. Oleh karena itu, kebiasaan minum susu secara rutin akan memberikan dampak positif bagi kesehatan, terutama kesehatan tulang karena susu mengandung sumber kalsium (Ca) yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tulang dan dapat mencegah penyakit perapuhan tulang atau

osteoporosis (http://www.detikpublishing.com). Susu merupakan bahan pangan yang sangat

kekebalan tubuh, mencegah osteoporosis, dan berbagai manfaat lain sehingga susu baik dikonsumsi sepanjang usia.

Meskipun sangat banyak manfaat, konsumsi susu dan produk-produk olahan susu oleh masyarakat Indonesia masih sangat rendah (SHIDDIEQY, 2006) Konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah, 4 kg/kapita/tahun sedangkan rata-rata konsumsi perkapita di negara maju seperti Amerika dan Jepang lebih dari 200 kg/tahun.

Berbagai faktor dikemukakan mengenai penyebab rendahnya konsumsi susu tersebut,

(2)

hidup. Pendapat lain mengatakan rendahnya konsumsi susu di Indonesia antara lain adanya kesalahpahaman pada sebagian masyarakat yang menilai susu merupakan makanan yang mewah dan mahal. Dalam slogan empat sehat lima sempurna, susu juga ditempatkan pada urutan kelima, sebagai makanan pelengkap. Akibatnya masyarakat merasa bahwa meminum susu bukanlah prioritas, sehingga boleh diabaikan. Masyarakat lebih mengutamakan mengkonsumsi makanan yang mengenyangkan dan lebih murah (IRDAM dan HERMIYATI, 2008).

Seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kemajuan teknologi informasi menyebabkan kesadaran akan pemenuhan konsumsi pangan yang bergizi meningkat, sehingga dapat dipastikan konsumsi produk susu oleh penduduk Indonesia akan meningkat. Hal ini menjadi dilema di satu sisi konsumsi susu perlu ditingkatkan sedangkan di sisi lain produksi susu dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan susu nasional. Saat ini produk susu dalam negeri baru dapat memasok sekitar 30% dari permintaan nasional atau sekitar 1.200 ton per tahun (SUTEJO, 2008) dan 70% sisanya impor. Besarnya permintaan susu ini tidak diimbangi dengan penggunaan susu lokal, karena kalah bersaing dengan susu impor yang harganya lebih murah karena dihapuskannya biaya import susu. Dampak kebijakan ini harga susu lokal kalah bersaing. Susu lokal yang semula menjadi pemasok bagi industri pengolahan susu (IPS) menjadi berkurang pasokannya karena IPS lebih menyukai menggunakan susu impor untuk menghasilkan susu olahan (susu kaleng).

Konsumsi susu perkapita pertahun adalah 5,1 kg (SUDJANA et al, 2000). Pilihan konsumsi susu masyarakat masih didominasi oleh produk susu bubuk hingga 82,1% dari total konsumsi susu. (LAILA, et al, 2008). Sebaliknya di negara lain seperti Thailand, lebih dari 88% susu yang dikonsumsi adalah susu murni

(PRASETYA, 2005). Hal ini mengakibatkan

banyaknya susu segar yang tidak dapat diserap IPS dan konsumen secara langsung sehingga banyak susu segar yang dibuang oleh peternak,

karena sifat susu yang mudah rusak dan peternak tidak dapat mengolah susu segar

Konsumen susu di Jawa Barat sudah terbiasa mengkonsumsi susu olahan (susu bubuk dan susu kental manis) karena mudah didapat, dan promosi yang kuat dari produk susu olahan tersebut. Hal ini bila dibiarkan berlarut-larut akan mematikan usaha ternak sapi perah rakyat, sehingga diperlukan pengkajian tentang pola konsumsi dan preferensi susu untuk meningkatkan minat konsumen akan susu murni.

MATERI DAN METODE

Pengkajian pola konsumsi dan preferensi susu di Jawa Barat dilaksanakan pada tahun 2009 di 12 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, sumber pendapatan, pengetahuan tentang susu, dan sumber informasi), perilaku konsumsi susu (jenis, bentuk, frekuensi, jumlah konsumsi, tempat pembelian, dan alasan mengkonsumsi susu), preferensi konsumen terhadap susu murni (jumlah, jenis, tempat membeli, alasan dan pengetahuan tentang susu murni, serta sumber informasi). Data sekunder meliputi populasi dan potensi ternak sapi perah di masing-masing Kabupaten yang diperoleh dari Laporan Dinas Peternakan setempat.

Metode yang digunakan adalah survey dengan menggunakan daftar pertanyaan (quesioner). Pada masing-masing lokasi dipilih 30 orang responden wanita yang memiliki pekerjaan tetap dengan pertimbangan wanita lebih mengetahui pola konsumsi susu bagi keluarganya, dan dengan memiliki pekerjaan tetap lebih memungkinkan untuk mengeluarkan pendapatannya untuk mengkonsumsi susu.

Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, untuk mengetahui pola konsumsi dan preferensi susu serta pengetahuan dan minat konsumen terhadap susu murni (SIEGAL. 1998).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden

Karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan tingkat usia, pendidikan dan pekerjaan. Tingkat usia dikelompokkan berdasarkan usia ibu rumah tangga produktif dan non produktif. Kelompok lainnya adalah berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan. Hasil karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (n = 360) Uraian Persentasi (%) Umur: 17 – 35 tahun 35 – 50 tahun 60 40 Tingkat Pendidikan: SLTA D3 S1 S2 30 20 40 10 Pekerjaan: PNS THL Wiraswasta 80 10 10

Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah sarjana (40%) dan SLTA (30%), hanya sebagian kecil responden yang lulusan Diploma dan S2. Dari segi pengetahuan tentang pangan dan gizi tingkat pendidikan responden telah cukup memadai. Tingkat pendidikan berkorelasi dengan pendapatan dan pengetahuan tentang pangan dan gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pendapatan dan pengetahuan tentang pangan dan gizi semakin meningkat pula (ARININGSIH, 2008).

Pendapatan merupakan faktor utama penentu daya beli keluarga (SIMATUPANG dan

ARIANI 1999), sehingga pendapatan

merupakan faktor utama penentu kombinasi barang dan jasa yang dapat diperoleh keluarga.

dengan meningkatnya tingkat pendapatan

(ARININGSIH, 2008). Dilihat dari mata

pencahariannya sebagian besar responden merupakan pegawai negeri sipil (PNS), yang telah memiliki sumber pendapatan tetap dan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan pola makan empat sehat lima sempurna

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh responden, diketahui sebagian besar responden mengkonsumsi susu, baik susu murni maupun susu olahan, hanya 10% responden yang tidak mengkonsumsi susu. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat sebenarnya telah cukup tinggi akan pentingnya susu untuk pertumbuhan dan kesehatan. Tabel 2. Preferensi susu dan tujuan mengkonsumsi

susu (n = 360)

Uraian Persentasi (%)

Konsumsi susu Mengkonsumsi susu Tidak mengkonsumsi susu

90 10 Alasan mengkonsumsi susu

Gizi Anak Gizi Ibu Gizi Keluarga Untuk tujuan khusus

40 10 40 10 Responden yang tidak mengkonsumsi susu disebabkan produk susu masih terasa mahal bagi mereka, dan bukan merupakan kebutuhan pokok dalam hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat IRDHAM dan HERMIYATI, (2008) rendahnya konsumsi susu di sebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah adanya kesalahpahaman pada sebagian masyarakat yang menilai susu merupakan makanan yang mewah dan mahal. Dalam slogan empat sehat lima sempurna, susu juga ditempatkan pada urutan kelima sebagai makanan pelengkap, sehingga masyarakat merasa bahwa minum susu bukanlah prioritas.

Meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan sebagian besar responden (90%) mengkonsumsi susu. Alasan mereka mengkonsumsi susu sebagian besar

(4)

dan untuk tujuan khusus yaitu mencegah osteoporosis, memperlancar pencernaan (kesehatan) 10%, serta untuk kebutuhan ibu hamil (10%). Hal ini menunjukkan masyarakat masih berpendapat bahwa susu hanya perlu diberikan pada anak-anak untuk pertumbuhannya. Padahal susu memiliki kandungan nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan dan dapat diserap oleh tubuh manusia pada segala usia. Nutrisi yang terdapat dalam susu tidak dapat digantikan secara sempurna oleh makanan lain.

Karakteristik produk

Susu mempunyai sifat lebih mudah rusak dibandingkan dengan hasil ternak lainnya sehingga penanganan susu harus tepat, cepat dan higienis. Produk susu terdiri atas dua jenis yaitu, susu segar dan susu olahan. Susu segar terdiri atas susu murni kemasan koperasi dan susu murni kemasan pabrik. Adapun susu olahan adalah susu murni yang diproduksi dengan cara memodifikasi proses penambahan maupun pengurangan komposisi zat-zat nutrisi, penambahan flavor dan aroma. Hasil modifikasi tersebut umumnya lebih disukai konsumen dibandingkan dengan susu segar.

Susu yang dikonsumsi responden bervariasi jenis dan bentuknya, meliputi susu murni, dan susu olahan susu bubuk (full cream, skim, susu berkalsium, susu rendah lemak) susu cair dan susu kental manis. Susu yang paling banyak dikonsumsi adalah susu yang mempunyai harga relatif terjangkau pendapatan dan mudah diperoleh di lokasi tempat tinggal responden, sehingga ketersediaan susu olahan di pasaran menjadi salah satu kriteria dipilihnya produk tersebut.

Susu olahan mengandung bahan campuran yang umumnya terdiri atas susu skim bubuk, gula, protein nabati, premix vitamin dan perisa. Susu skim bubuk sebagai bahan dasar pembuatan susu olahan baik susu olahan bentuk tepung maupun susu kental manis berasal dari tepung susu impor yang telah diambil zat gizinya oleh negara pengekspor, seperti lemak untuk dibuat keju dan butter, cream susu untuk dibuat creamer. Sehingga susu impor yang umumnya dalam bentuk tepung susu telah berkurang zat gizinya. Komposisi susu olahan dibuat untuk memenuhi

seluruh kandungan susu murni dengan penambahan zat gizi seperti protein nabati yang berasal dari kedelai atau minyak kelapa, premix vitamin, mineral, kalsium dan perisa susu.

Nilai kandungan gizi produk susu segar jauh lebih baik dibandingkan dengan susu olahan, karena susu segar masih mengandung zat gizi murni hewani tanpa penambahan zat-zat buatan (artificial). Hal ini umumnya belum disadari konsumen, ini dapat dilihat dari hasil survey yang menunjukkan konsumen hanya mengetahui zat gizi yang terkandung dalam susu melalui iklan dan kemasan susu. Komposisi yang tercantum dalam kemasan susu ditambahkan zat gizi (protein) berasal dari tumbuhan (kedelai, whey, kelapa sawit) untuk memenuhi kandungan susu olahan seperti susu segar. Sedangkan kandungan susu segar mengandung protein, lemak, laktosa, vitamin dan mineral berasal dari hewani.

Dari sisi ekonomi, harga susu segar lokal jauh lebih murah (Tabel 3) tetapi karena ketersediaannya dipasaran yang sulit diperoleh menyebabkan konsumen lebih memilih yang mudah dan praktis, disamping pengaruh iklan yang cukup gencar. Bila dibandingkan harga per gelas susu segar mencapai Rp. 730 bila dibandingkan dengan susu olahan antara susu segar lokal dengan susu segar kemasan pabrik maka harga susu segar kemasan pabrik jauh lebih mahal, karena ditambah biaya kemasan, biaya produksi dan biaya promosi yang cukup tinggi, seperti terlihat pada tabel 3.

Pengaruh lain yang cukup besar dari konsumsi susu adalah adanya promosi yang dilakukan produk susu secara kontinyu baik di media elektronik maupun media cetak, hal ini sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk susu. Ditambah dengan kemasan susu yang menarik, praktis dan lebih higienis sehingga menambah kepercayaan konsumen akan produk susu yang dibeli.

Preferensi susu olahan

Susu olahan adalah susu murni susu murni yang diproduksi dengan cara memodifikasi dengan proses penambahan maupun pengurangan komposisi zat-zat nutrisi, penambahan flavor dan aroma.

(5)

Tabel 3. Perbandingan harga susu segar lokal, kemasan dan susu olahan Produk Susu Harga/sajian (Rp) Keterangan Susu segar lokal 730

Susu segar kemasan 1.900 – 2.500

Susu Segar kemasan + Perisa 2.500 – 4.000 Rasa coklat, stroberry, vanila Susu segar kemasan kesehatan 3.000 – 4.000 Hi Cal, low fat-hi cal Susu olahan bubuk 1.300 – 1.550,-

Susu olahan bubuk kesehatan 2.000 – 4.000,- Hi Cal, low fat-hi cal

Hasil modifikasi tersebut umumnya lebih disukai konsumen dibandingkan dengan susu segar.

Berdasarkan merek susu yang biasa dikonsumsi responden, maka susu olahan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu susu kental manis, dan susu bubuk. Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden (70%) lebih menyukai susu olahan dalam bentuk susu bubuk, 25% susu kental manis dan 5% mengkonsumsi susu murni kemasan pabrik. Hal senada diungkapkan oleh KHOMSAN dalam PIKIRAN RAKYAT (30 April 2008) dan ARININGSIH (2008).

Alasan responden mengkonsumsi jenis susu tersebut karena rasa susu tersebut telah sesuai dengan selera mereka (45%), kualitasnya terjamin,lebih praktis dan kemasannya higienis sehingga dapat disimpan lama (25%). Alasan lain adalah harganya terjangkau dan mudah diperoleh di pasaran (30%).

Sumber informasi yang mereka peroleh sehingga tertarik mengkonsumsi jenis susu tersebut sebagian besar (80%) dari iklan di media elektronik maupun media cetak. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh iklan terhadap preferensi konsumen. Preferensi mereka juga dipengaruhi oleh label komposisi nutrisi pada label susu tersebut (15%) dan sisanya atas anjuran dokter.

Preferensi susu murni

Susu murni adalah susu segar hasil pemerasan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari

kebutuhan hewan dan manusia karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang.

Kriteria air susu sapi yang baik yaitu memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1) bebas dari bakteri patoghen; 2) bebas dari zat-zat berbahaya ataupun toksin seperti insektisida; 3) tidak tercemar oleh debu dan kotoran; 4) zat gizi yang tidak menyimpang dari codex air susu; dan 5) memiliki cita rasa normal.

Susu murni yang dimaksud dalam kegiatan ini terdiri atas dua jenis, yaitu susu murni kemasan pabrik dan susu murni non kemasan. Susu murni kemasan pabrik adalah susu murni yang dikemas oleh pabrik dengan merk tertentu tanpa menambahkan zat-zat nutrisi. Sedangkan susu murni non kemasan adalah susu murni yang dikemas oleh koperasi susu tanpa memberikan merk pada kemasannya.

Hasil wawancara menunjukkan sebagian (70%) besar responden tidak mengkonsumsi susu murni, dan sebagian besar (80%) responden tidak mengkonsumsi susu murni dengan alasan sulit memperoleh susu murni dipasaran, kalaupun ada harganya lebih mahal dibandingkan dengan susu olahan. Hanya sebagian kecil (20%) yang menyatakan tidak mengkonsumsi susu murni karena tidak menyukai rasanya. Kemudahan memperoleh susu murni mendukung responden untuk mengkonsumsi susu murni, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar (75%) responden yang mengkonsumsi susu murni mudah memperoleh susu karena adanya pedagang keliling yang menjual susu murni, sedangkan 25% dari peternak langsung, hal ini lebih dikarenakan

(6)

KESIMPULAN

Konsumsi susu masyarakat Jawa Barat umumnya didominasi oleh konsumsi susu olahan. Hal ini dikarenakan ketersediaan dan kemudahan memperoleh susu olahan dan harga yang relatif terjangkau. Disamping faktor pendukung lainnya berupa informasi tentang manfaat dan keungulan susu olahan lebih mudah diperoleh masyarakat terutama melalui media elektronik maupun media cetak.

Konsumsi susu murni masih rendah karena terbatasnya ketersediaannya dipasaran, hanya lokasi yang berdekatan dengan pusat peternakan sapi perah yang mudah memperoleh susu murni. Kemasan susu murni yang kurang menarik dan informasi manfaat dan kandungan susu murni yang terbatas karena tidak adanya iklan mengenai susu murni menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dan kelebihan susu murni dibandingkan dengan susu olahan.

Perluasan jalur pemasaran susu murni perlu dilakukan agar masyarakat mudah memperoleh susu murni di lokasi tempat tinggalnya. Produk susu murni sebaiknya dikemas dalam kemasan siap minum sehingga lebih praktis, higienis dan menarik dengan melampirkan kandungan gizi dan manfaat susu murni.

Metode dan media promosi yang efektif sebaiknya dilakukan melalui media cetak dan elektronik agar dapat diterima masyarakat secara luas. Promosi yang dilakukan meliputi kandungan gizi dan manfaat susu murni untuk kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Petunjuk praktis beternak sapi perah. Cetakan ke -6. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. IRDAM,A danHERMIYETI. 2008. Analisis produksi

susu dan konsumsi susu di Indonesia. Pros Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Pusat Penelitian Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia, Jakarta.

ARININGSIH,E. 2008. Pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap konsumsi susu dan produk olahan susu. Pros. Seminar Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Pusat Penelitian Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia, Jakarta. LAILA, I.P. SYAHLANI dan S. NURTINI. 2008,

Pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat dan perilaku membeli produk susu ultra high temperature. Prosiding Pros Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Pusat Penelitian Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia, Jakarta.

HTTP://WWW.DETIKPUBLISHING.COM

KAMAN, N. 2004. Strategi dan Kebijakan Pangan Tradisional Dalam Rangka Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional. Bogor, 6 Agustus 2004.

NURYATI, S. 2007. Tragedi 15 tetes susu. Sinar Harapan 24 Oktober 2007. http://www.sinarharapan.co.id/berita0710/24/o pi01.html (15 November 2007)

SIEGAL, S. 1998. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT Gramedia, Jakarta.

Gambar

Tabel 2.  Preferensi susu dan tujuan mengkonsumsi
Tabel 3.  Perbandingan harga susu segar lokal, kemasan dan susu olahan

Referensi

Dokumen terkait

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN Unit Organisasi

Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Lhokseumawe 11 ditetapkan untuk dapat mengusulkan penelitian dari dana DIKTI sangat banyak dosen

It can be concluded that there is a significant relationship between knowledge, attitudes, actions related to The Clean and Healthy Behavior and nutritional

Indonesia menggunakan data satelit altimetri dan data pasut. Saat ini data permukaan laut dapat diperoleh dalam periode panjang. Salah satu teknologi yang dapat menyajikan

Dalam penelitian ini variabel independen yang meliputi kesadaran merek, citra merek, asksesibilitas, hubungan emosional, harga, atribut produk, dan pengaruh

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari pengujian tersebut konsentrasi 70% silikon oksida, dan 30% alumina yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan hal ini

second language reflects the degree of differences there is between it and. the

Aktivitas dan sikap mandiri siswa dalam hal ini tercermin dalam berdiskusi kemudian bertanya dan minta bimbingan guru bagaimana membuat iklan baris baik iklan barang dan jasa