• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SATU MINGGU DAN DAYA LEDAK TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SATU MINGGU DAN DAYA LEDAK TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Dalam kurikulum Pendidikan Jasmani dan kesehatan, ada dua program kegiatan yaitu intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Intrakurikuler merupakan kegiatan tatap muka yang wajib diikuti oleh siswa sedangkan ekstrakurikuler merupakan

PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SATU MINGGU

DAN DAYA LEDAK TUNGKAI TERHADAP HASIL

LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

Abd. Hamid

Pendidikan Jasmani, PGSD JPOK FKIP Unlam Banjarmasin

Abstract: This experimental research has objectives to find out the difference between the

three-time-a-week training and the four-time-a-three-time-a-week training upon the result of tuck style long jump, and to find the difference of long term between high leg explosive and low leg explosive upon the result of tuck style long jump, and to figure out the interaction between the frequency of one-week training and leg explosive power upon the result of tuck style long jump. The result of the research in the first hypothesis testing indicated that there was a significantly different effect between the tree-time-a-week training frequency and the four-time-a-week training frequency on the result of tuck style long jump. The second hypothesis testing was that there was a significantly different effect between high leg explosive power and low leg explosive power upon the result of tuck style long jump. The third hypothesis testing was that there was a relationship between the a-week training frequently and the leg explosive to tuck style long jump.

Abstrak: Penelitian eksperiment ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara latihan tiga kali

satu minggu dan latihan empat kali satu minggu terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok, dan untuk mengetahui perbedaan pada jangka panjang antara daya ledak tungkai tinggi dan daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. Hasil pengujian hipotesis pertama penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan tiga kali satu minggu dan latihan empat kali satu minggu terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara daya ledak tungkai tinggi dan daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi latihan satu minggu dan daya ledak tungkai terhadap hasil lompatan jauh gaya jongkok.

Key words: leg explosive power, week training, and long jump

kegiatan tidak wajib bagi siswa. Salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler adalah olahraga atletik. Nomor-nomor atletik tersebut mencakup (1) jalan cepat, (2) lari, (3) lompat, (4) lempar/tolak. Nomor lompat dapat dibedakan menjadi lompat jauh, lompat, tinggi, lompat jangkit, dan lompat galah.

(2)

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat pertama yang harus diajarkan di dalam instrakurikuler atau dilatihkan dalam ekstrakurikuler. Lompat jauh diberikan pada siswa kelas 1 catur wulan 2 (GBPP, 1993 : 8), siswa kelas II catur wilan 2 (GBPP, 1993: 12), dan siswa kelas III catur wulan 2 (GBPP, 1993: 17).

Dalam lompat jauh ada banyak gaya yang dapat dilatihkan kepada siswa. Salah satunya di antaranya ialah lompat jauh gaya jongkok. Walaupun gaya jongkok dalam lompat jauh mudah dilakukan oleh siswa, namun dalam kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk mencapai hasil lompatan/prestasi yang maksimal. Mungkin penyebab permasalahan ini adalah waktu yang disediakan untuk latihan sangat terbatas, frekuensi latihan yang renggang dan guru pendidikan jasmani kurang memerhatikan unsur daya ledak dalam latihan/pengajaran lompat jauh. Dengan terbatasnya waktu latihan dan frekuensi latihan yang renggang dan kurangnya perhatian guru pendidikan jasmani pada unsur daya ledak, siswa selanjutnya sulit menguasai teknik dasar lompat jauh gaya jongkok yang meliputi awalan, tumpuan, melayani, dan mendarat dengan sempurna. Menurut Singer (1980:382), “Banyaknya berlatih bergantung pada faktor kriteria untuk pencapaian keterampilan. Berlatih setelah satu percobaan tercapai, lalu ditambah, maka itu disebut

over learning. Berlatih melebihi kriteria latihan dan

tanpa variasi juga hasil overlearning menjadikan ingatan lebih baik dari pada berlatih satu percobaan dalam waktu yang sama”. Dengan demikian, berlatih yang banyak dan diulang-ulang secara teratur akan dapat meningkatkan keterampilan.

Upaya pembinaan olahraga cabang atletik, khususnya nomor lompat jauh harus memerhatikan banyak faktor. Faktor-faktor penentu prestasi olahraga di antaranya adalah (1) faktor fisik, (2) faktor teknik, (3) faktor intelegensi, (4) faktor psikologis, dan (5) faktor lingkungan penunjang. Faktor fisik sebagai salah satu faktor penentu prestasi olahraga terdiri dari kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya ledak, daya tahan, kelenturan, ketepatan, keseimbangan, dan koordinasi.

Dalam proses berlatih keterampilan gerak lompat jauh untuk mencapai hasil lompatan yang maksimal seorang pelompat harus memiliki daya ledak otot tungkai yang baik untuk melakukan

lompatan pada balok tumpuan. Soegito, dkk (1993: 6) menyatkaan bahwa ketepatan tumpuan pada balok tumpu serta besarnya tenaga tolakan pada balok tumpuan yang dihasilkan oleh kaki (eksplosive

power kaki) sangat menentukan pencapaian hasil

lompatan”.

Oleh karenanya, tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh berbeda antara frekuensi latihan 3 kali satu minggu dengan frekuensi 4 kali satu minggu terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok; (2) Untuk mengetahui pengaruh yang berbeda antara daya ledak tungkai tinggi dengan daya ledak otot tungkai tendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok; (3) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara frekuensi latihan satu minggu dengan daya ledak tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. METODE

Secara teoritis populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, sementara populasi terjangkaunya adalah siswa putra kelas II SLTP Negeri 2 kota Banjarbaru sebanyak 155 siswa. Sampel ditarik dari populasi terjangkau dengan teknik perposive sampling. Menurut Kerlinger (2000:206), ciri sampling purposive adalah penilaian dan upaya cermat untuk memeroleh sampel representatif dengan cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya. Nasution (2002:98) mengatakan, sampling purposive dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Hadi (1975: 74) menyatakan dengan teknik ordinal Pairing, masing-masing kelompok dibagi menjadi dua sub kelompok sehingga menjadi 4 (empat) macam sub kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 siswa, yaitu sub kelompok yang memiliki daya ledak tungkai tinggi dan dilatih dengan frekuensi latihan 3 kali satu minggu, sub kelompok yang memiliki daya ledak tungkai tinggi dan dilatih dengan frekuensi latihan 4 kali satu minggu, sub kelompok yang memiliki daya ledak tungkai rendah dan dilatih dengan frekuensi latihan 3 kali satu minggu, sub kelompok yang memiliki daya ledak tungkai rendah dan dilatih dengan fekuensi latihan 4 kali satu minggu. Dari hasil tes daya ledak tungkai terhadap siswa,

(3)

selanjutnya dipilih 20 siswa yang memiliki daya ledak tungkai rendah.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen faktorial 2x2. Sudjana (1996:109) menjelaskan bahwa “eksperimen faktorial adalah eksperimen yang menegaskan bahwa semua (hampir semua) taraf pada sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau dihilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen tersebut”. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis frekuensi latihan satu minggu yang dibandingkan hasilnya, yaitu frekuensi latihan 3 kali satu minggu dan frekuensi latihan 4 kali satu minggu. Daya ledak tungkai merupakan variabel atributif dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok daya ledak tungkai tinggi dan kelompok daya ledak tungkai rendah. Frekuensi latihan satu minggu dan daya ledak tungkai sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil lompat jauh gaya jongkok yang merupakan dampak latihan sebagai akibat dari perlakuan kelompok perlakuan dalam eksperimen. yaitu:

1. Kelompok frekuensi latihan 3 kali satu minggu untuk sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi (A1B1) sebanyak sepuluh siswa;

2. Kelompok frekuensi latihan 3 kali satu minggu untuk sampel yang memiliki daya ledak tungkai rendah (A1B2) sebanyak sepuluh siswa;

3. Kelompok frekuensi latihan 4 kali satu minggu untuk sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi (A2B1) sebanyak sepuluh siswa;

4. Kelompok frekuensi latihan 4 kali satu minggu untuk sampel yang memiliki daya ledak tungkai rendah (A2B2) sebanyak sepuluh siswa.

Keempat instrumen di atas akan diuji dengan kriteria pengkuran, yaitu validitas, reliabilitas, dan obyektivitas. Untuk instrumen yang tidak ada uji validitas, dan obyektivitas yang sudah baku, maka untuk mencarinya dengan diuji intrumen tersebut. Untuk megetahui validitas, intrumen yang diujicobakan menggunakan uji daya pembeda dengan menggunakan uji terhadap 27 % skor kelompok tinggi dan 27 % skor kelompok rendah (usman & akbar,2000 : 228). Dengan uji-t, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid.

Untuk mengetahui reliabilitas, instrumen yang diujicobakan menggunakan’ uji tes ulang, yaitu suatu instrumen diujicobakan kepada kelompok A,

selanjutnya dihitung skornya. Waktu-waktu selang tertentu instrumen yang sama diujicobakan kembali kepada kelompok A yang sama pula dan dihitung skornya. Kedua skor yang dihitung tadi dikorelasikan. (Usman & Akbar, 2000: 289). Dengan korelasi product moment, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varians dua jalan, pada taraf signifikansi 95% (a=0.05). Kerlinger (200:395) mengatakan bahwa “analisis varians adalah metode statistik yang menganalisis akibat-akibat mandiri dan akibat-akibat-akibat-akibat interaksi dari dua variabel bebas atau terhadap suatu variabel terikat”. Untuk melihat kelompok mana yang lebih unggul, maka digunakan uji ganda dengan uji Tukey. Uji Tukey ini didasarkan pada persyartan penelitian, yaitu pengujian normalitas sampel dan pengujian homogenitas dampel. Untuk uji nomalitas digunakan uji lilliefors (Sudjana 1996:466) dan uji Homogenitas digunakan uji Bertlett (Sudjana 1996:261).

Eksperimen selama 6 (enam) minggu dengan 118 hari efektif latihan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu tiap hari seniin, rabu dan jum’at, dan 24 jam hari efektif latihan, tiap minggu latihan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu setiap hari senin, rabu, jum’at dan minggu. Pelaksanaan latihan menggunakan prinsip beban lebih, yaitu untuk tiap minggu 2 kali latihan terdiri dari 3 set atau tahapan dan istirahat 2-5 menit dengan jumlah pengulangan sebagai berikut:

1. Minggu pertama dan keempat 9, 9, 10 pengulangan;

2. Minggu ke tiga dan keempat 11, 11, 12 pengulangan;

3. Minggu kelima dan keenam 12, 13, 12 pengulangan.

Untuk tiap minggu 4 kali latihan terdiri dari 3 set atau tahapan dan istirahat 2-5 menit dengan jumlah pengulangan sebagai berikut:

1. Minggu pertama dan minggu kedua 7,7,8 pengulangan;

2. Minggu ketiga dan minggu keempat 9,9,10 pengulangan,

3. Minggu keenem dan minggu keenam 11,11,12 pengulangan.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil tes akhir lompat jauh gaya jongkok menunjukkan bahwa rata-rata hasil lompatan kelompok sampel yang diberi frekuensi latihan 3 kali satu minggu adalah 3,97 m atau rata-rata 3 kali dalam skor 202,65, sedangkan rata-rata lompatan kelompok sampel yang diberi frekuensi latihan 4 kali satu minggu adalah 4,26 m atau rata-rata dalam skor 250,35. Rata-rata hasil lompatan kelompok frekuensi latihan 3 kali satu minggu daya ledak tungkai tinggi (A1B1) adalah 4,03 m/211,4 rata-rata skor dengan SD 39,3, sedangkan rata-rata kelompok frekuensi latihan 3 kali adalah 3,9 m/193,9 rata-rata skor dengan SD 44,28. Rata-rata hasil lompatan kelompok frekuensi latihan 4 kali sehingga daya ledak tungkai tinggii (A2,B1) adalah 4,51 m 293 rata-rata skor dengan SD 29,87, sementara rata-rata-rata-rata kelompok frekuensi latihan 4 kali sehingga daya ledak tungkai rendah (A2B2) adalah 4,0/m / 207,7 rata-rata skor dengan SD 29,96 (Suyono, 1991:23-24, untuk tabel skor lompat jauh). Untuk memenuhi persyaratan analisis data tabel dilakukan pengujian normalitas sampel dan homogenitas variansi populasi.

Pada pengujian normalitas sampel didapatkan harga L0 untuk semua kelompok sehingga ini bisa lebih kecil dibandingkan harga L1

dan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa data dari setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada pengujian homogenitas sampel didapatkan harga X2 hitung = 1,92 dan ini

lebih kecil dari harga X2 tabel = 7,81 pada taraf á=

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki varians populasi yang homogen. Keberartian hasil penelitian ini diuji dengan perhitungan uji F dua jalan (Analisis Varians dua jalan). Fo > Ft (17,19>4,11), maka hasilnya signifikan sehingga ini berarti ada perbedaan yang cukup berarti antara yang diberi kelompok frekuensi latihan 3 kali satu minggu dengan kelompok yang diberi frekuensi latihan 4 kali satu minggu terhadap hasil lompatan jauh gaya jongkok. Sementara ada perbedaan yang cukup berarti antara kelompok daya ledak tungkai tinggi dan daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok karena Fo > Ft (19,96 > 4,11). Frekuensi latihan satu minggu dengan tingkat daya ledak tungkai mempunyai interaksi yang cukup berarti karena Fo > Ft (8,68>4,11).

Uji lanjut untuk mengetahui kelompok yang lebih unggul, digunakan Uji Tukey dan hasilnya: 1. Selisih dari perbandingan antara kelompok A1B1

dan A2B1 lebih besar dari CD (critical difference = perbedaan kritis), selisih = 816 > CD = 332, 48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 4 kali satu minggu memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan frekuensi latihan 3 kali satu minggu untuk kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok;

2. Selisih dari perbandingan antara kelompok A1B2 dan A2B2 lebih kecil dari CD, selisih = 138 < CD = 332,48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya tidak signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 3 kali satu minggu memberi pengaruh yang sama dengan frekuensi latihan 4 kali satu minggu untuk kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok;

3. Selisih dari perbandingan antara kelompok A1B1 dan A1B2 lebih kecil dari CD, selisih =175 < CD = 322,48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya tidak signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 3 kali satu minggu memberi pengaruh yang sama pada kelompok yang memiliki daya ledak tungkai tinggi, dibandingkan dengan kelompok daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok;

4. Selisih dari perbandingan antara kelompok A2B1 dan A2B2 lebih besar dari CD, selisih = 853 > CD = 332,48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 4 kali satu minggu mempunyai pengaruh yang lebih baik pada kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi, dibandingkan dengan kelompok daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok;

5. Selisih dari perbandingan antara kelompok A1B1 dan A2B2 lebih kecil dari CD, Selisih =37 < CD = 332,48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya tidak signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 3 kali satu minggu mempunyai pengaruh yang sama pada

(5)

kelompok yang memiliki daya ledak tungkai tinggi, dibandingkan dengan frekuensi latihan 4 kali satu minggu pada kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok;

6. Selisih dari perbandingan antara kelompok A1B2 dan A2B1 lebih besar dari CD, selisih = 991 > CD

= 332,48 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai rata-ratanya signifikan. Dengan demikian, frekuensi latihan 4 kali satu minggu pada kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi, mempunyai pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan frekuensi latihan 3 kali satu minggu pada kelompok yang memiliki daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

KESIMPULAN

Terdapat pengaruh yang berbeda antara frekuensi latihan 3 kali satu minggu dan frekuensi latihan 4 kali satu minggu terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. Bahkan juga terdapat pengaruh yang berbeda antara daya ledak tungkai tinggi dan daya ledak tungkai rendah terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok. Terdapat interaksi antara frekuensi latihan satu minggu dan daya ledak tungkai terhadap hasil lompatan jauh gaya jongkok. Kelompok sampel yang memiliki daya ledak tungkai tinggi frekuensi latihan 4 kali satu minggu memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan frekuensi latihan 3 kali satu minggu terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

SARAN

Kepada para pelatih, pembina dan guru dan pendidikan jasmani diharapkan agar dalam menyusun progam latihan untuk meningkatkan prestasi lompat jauh, terlebih dahulu mengadakan tes daya ledak tungkai karena frekuensi latihan 3 kali satu minggu dan frekuensi latihan kali satu minggu memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

Penyusunan program latihan harus mempertimbangkan frekuensi latihan satu minggu. Karena terdapat interaksi antara frekuensi latihan satu minggu dan daya ledak tungkai, maka dalam membuat program latihan lompat jauh hendaknya mempertimbangkan tingkat daya ledak tungkai

yang dimiliki atlet terhadap jenis frekuensi latihan satu minggu yang digunakan.

Para pelatih, pembina, guru pendidikan jasmani apabila meneliti dengan menerapkan faktor penentu lain, misalnya kecepatan (speed), kekuatan (strength), kelentukan (flexibility), dan keseim-bangan (balance).

DAFTAR PUSTAKA

Bernhard Gunter. 1993. Atletik, Prinsip dasar Latihan

Lompat Tinggi, Jauh, Jangkit, dan Lompat Galah

(terjemahan). Semarang Dahara.

Hadi, Sutrisno, 1975. Seudi-seudi Ekperimen. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakualitas Psikologi UGM.

Jarvers. Jess. 1999. Athletics Fundamental. London: David and Charle Neuton Abbat.

Kerlinger. Fred, N. 2000. Asas-Asas Penelitian

Bahavioral. Penerj: Landung R. simatupang.

Yagyakarta: Gaja Madu University Press. Kurikulum Pendidikan Dasar/SLTP 1994 dan 1993.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:

Depdikbud.

Noer, A. Hamidsyah. dkk. 1993. Kepelatihan Dasar

Modul 1-9. Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu

Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan. Jakarta: Bagian Proyek Guru Penjaskes SD Setara D-II.

Sajato, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan

Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human

Performance. New York: Macmillian Publishing Co.Inc.

Soegito, Wijanarko, Bambang dan Ismaryati. 1993.

Pendidikan Atletik Modul 16. Depdikbud Proyek

Peningkatan Mutu Guru SD setara D-II dan Pendidikan Kependudukan. Jakarta: Bagian Proyek Guru Penjaskes SD setara D-II.

Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. 1996. Desain dan Analisis Eksperimen.

Bandung: Tarsito.

Suyono, DS. 1991. Tabel Penilaian Panca, Sapta dan

Dasa Lomba. Jakarta PB PASI.

Usman, Husaini dan Akbar R. Purnomo Setiady. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wirhed Rolf.1994. Athletic Ability: the Anatomy of

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui informasi yang didapatkan dari hasil pengujian model, maka usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan image sebuah Authorized Apple Store di Bandung dapat

Apa faktor yang mempengaruhi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina memisahkan diri dari Pangudi Luhur. Mendeskripsikan Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama

ibadah yang telah dirancang dapat memberikan. faedah yang positif bagi umat manusia

Puji dan syukur atas segala rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Komparatif Kandungan

Selanjutnya sistem penyimpanan arsip dikatakan baik apabila untuk menemukan kembali yang telah disimpan tidak memakan waktu yang lama, sehingga diperlukan penataan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi nilai karakter kreatif melalui ekstrakurikuler di SMK Muhammadiyah 3 Sukolilo, untuk mendeskripsikan

Lilis Sondari dalam skripsinya yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Investasi Dana Zakat Infaq Dan Shadaqah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Sehubungan dengan itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tahun 2011 merencanakan pengembangan kedelai pada area 1,036 juta ha dengan produktivitas 1,5 t/ha guna mencapai