• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 96

Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi

Mardanu Eko Prasetyo (10320011) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang

ABSTRAK

Masalah penelitian yang diajukan adalah apakah melalui media animasidapat meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran sistem pengapian konvensional materi cara kerja sistem pengapian siswa kelas XII jurusan TKR SMK Katolik Santopius Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012 / 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.Subjek yang diteliti adalah sejumlah 33 anak.Model PTK yang digunakan model Kemmis danTargat dengan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tiga tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting) dan pengamatan (observing) ,dan refleksi (reflecting). Data penelitian untuk hasil belajar dan data tingkat keaktifan siswa diperoleh melalui pengamatan dari pembelajaran pada siklus, Kemudian data yang telah terkumpul diolah dengan analisis melalui presentase kenaikan setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan melalui media animasi dapat meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran sistem pengapian konvensional materi cara kerja sistem pengapian siswa kelas XII jurusan TKR SMK Katolik Santo pius Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012 / 2013.Pada tiap siklus hasil penelitian melalui pengamatan baik individu atau kelompok serta hasil dan kompetensi siswa mengenai cara kerja pengapian konvensional menunjukkan peningkatkan. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah 33 siswa pada pra siklus siswa yang tuntas KKM mencapai 30,30% dengan siswa tuntas 10 siswa tuntas, dan 23 belum tuntas. Pada siklus 1 siswa yang tuntas KKM mencapai 60,60% dengan siswa tuntas 20 siswa tuntas,dan 13 siswa belum tuntas disebabkan keaktifan siswa dan kompetesni guru dalam hal suara dan strategi bertanya. Pada sikus 2 mengalami perubahan setelah dilakukan peningkatan keaktifan siswa dalam hal bertanya dan menjawab dan kompetensi guru dalam hal suara dan metode bertanya sehingga siklus ke 2 mencapai 93,94%. Demikian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui media animasi dapat meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran sistem pengapian konvensional materi cara kerja sistem pengapian siswa kelas XII jurusan TKR SMK Katolik Santopius Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012 / 2013.

Kata Kunci: komptensi siswa,media animasi PENDAHULUAN

Tujuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah secara umum adalah untuk mentransfer ilmu dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan kepada peserta didik dengan melalui berbagai proses. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan berbagai metode untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu cocok pada semua siswa. Penyebabnya bisa saja karena latar belakang pendidikan siswa, kebiasaan belajar, minat, sarana, lingkungan belajar, metode mengajar guru dan sebagainya.

Hampir semua mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMK Teknologi harus dilaksanakan dengan cara praktek secara langsung ke benda kerja untuk tujuan memberikan keterampilan sebagai penerapan teori yang telah diajarkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya sangat banyak faktor pendukung yang akan ikut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Faktor faktor pendukung

(2)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 97 tersebut antara lain berupa ketersediaan sarana dan prasarana praktek, kenyamanan belajar, lingkungan yang mendukung dan lain-lain. Semua itu bertujuan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Kenyataan yang dihadapi dilapangan terkait dengan prestasi siswa kelas II Jurusan Teknik Mekanik Otomotif SMK Katolik ST Pius Blora pada umumnya mengalami kesulitan untuk pencapaian nilai lulus pada mata pelajaran Sistem Pengapian Konvensional. Ketika ditanya tentang masalah kesulitan belajar, pada umumnya siswa memiliki jawaban yang sama tentang kesulitan belajar sistem kelistrikan, yaitu karena cara kerja rangkaian kelistrikan tidak bisa diamati secara kasat mata, tetapi melalui pengukuran dan pengujian. Berbeda dengan pelajaran produktif lainnya di jurusan otomotif yang secara umum bisa dipelajari dengan memperhatikan konstruksi dan mekanismenya. Sebagai contoh, untuk nilai rata-rata mata diklat sistem pengapian konvensional diperoleh siswa di dalam kelas itu adalah 60. Masih belum mencapai standar minimal kelulusan yang ditentukan, yaitu sebesar 74. Sedangkan mata diklat produktif yang lain bisa dicapai siswa dengan nilai rata-rata 75.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tersebut diatas disebabkan oleh berbagai faktor. Antara lain kurangnya media yang memadai sebagai sarana praktek sistem pengapian konvensional, sehingga pembelajaran dalam bentuk pengalaman tidak cukup diperoleh siswa. Salah satu peluang untuk memberikan pengalaman kepada siswa adalah dengan menggunakan media yang bisa menunjukkan dengan jelas kepada siswa tentang cara kerja sistem pengapian konvensional dalam bentuk tayangan video maupun animasi. Cara ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang cara kerja tiap komponen pada rangkaian yang dipelajarinya.

Sistem pengapian ini digunakan khususnya kendaraan berbahan bakar bensin. Hal ini disebabkan karena pada motor bensin campuran bahan bakar dengan udara yang dikompresikan pada ruang bakar tidak bisa terbakar jika tidak ada percikan bunga api. Dengan demikian pada motor bensin diperlukan sistem pengapian agar dapat menghasilkan percikan bunga api pada busi diwaktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan mesin.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka diidentifikasikan penyebab kurangnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata diklat sistem pengapian konvensional di kelas XII Teknik Mekanik Otomotif SMK Katolik ST Pius Blora, diantaranya adalah sebagai berikut:

Metode pembelajaran yang diterapkan belum tepat sasaran, model pembelajaran kurang menarik bagi siswa, terlalu banyak siswa di dalam kelas, perlu adanya media pembelajaran audio visual seperti animasi, video, dan media interaktif, Minat belajar siswa kurang. Untuk mengatasi itu menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran pada kompetensi system pengapian konvensional.

(3)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 98 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional merupakan salah satu mata kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa jurusan teknik otomotif. Selain sebagai syarat untuk lulus dalam ujian, kompetensi ini harus dikuasai oleh siswa karena merupakan sistem utama yang akan menentukan apakah sebuah mesin bisa hidup atau tidak.

Kesulitan yang paling umum pada proses pembelajaran sistem pengapian konvensional adalah memberikan pemahaman kepada siswa tentang proses kerja dan menunjukkan kapan dan dalam kondisi bagaimana masing-masing komponen pada rangkaian sistem pengapian konvensional akan mulai atau berhenti bekerja. Karena itu siswa jurusan teknik otomotif tidak boleh memiliki penguasaan yang lemah di dalam bidang sistem kelistrikan, khususnya sistem pengapian konvensional.

Media Animasi

Animasi adalah susunan gambar diam (static graphics) yang dibuat efek sehingga seolah-olah tampak bergerak. Tulisan yang meluncur dari samping ke tengah layar, atau gambar yang dapat bergerak-gerak dari menghadap kiri berubah ke kanan atau gambar yang seolah-olah menunjukan gambar kartun yang sedang berlari-lari atau juga berjalan, itu adalah contoh animasi yang sederhana. Dalam aplikasinya gambar yang dianimasikan bisa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menampilkan perubahan dari suatu bentuk kebentuk lain. Kelebihan utama media animasi adalah kemampuan memberikan kesan hidup pada terhadap gambar yang ditampilkan untuk memperjelas penyampaian pesan pelajaran.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Suatu penelitian digunakan rancangan dan teknik tertentu dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan mempunyai arah yang tidak menyimpang dari tujuan yang akan digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain eksperimen yang semu/Quasi Eksperiment dengan pola pre test - post test one group design. Dalam rancangan ini yang digunakan adalah satu rombel pengikut yaitu kelas XII mata pelajaran system pengapian konvensional dengan pemberian media animasi sebelum pre test dan setelah post test, maka digunakann penelitian tindakan kelas ( PTK ). Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kelas XII TKR 2 Jurusan Teknik Mekanik Otomotif SMK Katolik ST Pius Blora. Mata pelajaran Perbaikan Sistem Pengapian dipelajari di kelas XII jurusan Teknik Mekanik Otomotif.

2. Waktu

(4)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 99 3. Subyek Penelitian

Siswa kelas XII TKR 2 kerena nilai rata-rata siswa rendah pada kompetensi system pengapian konvensional.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan cara melakukan tes tulis dan non tulis :

a. Data primer tentang hasil belajar Sistem Pengapian Konvensional diambil dari tes akhir siklus satu (1) dan hasil tes akhir siklus dua (2).

b. Data skunder mengenai perubahan sikap, kehadiran dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran diambil dengan cara pengamatan dan observasi.

HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Siklus I

a.

Perencanaan Tindakan

Pada siklus 1 persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah :

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sistem pengapian konvensional

b) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

c) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

d) Menyiapkan instrumen penilaian yang meliputi tes, catatan perilaku.

e) Menyiapkan soal evaluasi sistem pengapian konvensional, sebanyak 10 soal di kumpulkan dalam map untuk mengumpulkan hasil ulangan dari masing-masing siswa.

b.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus satu 3 kali pertemuan :

Pertemuan ke 1 (Tanggal 16 mei 2012) Pertemuan ke 2 (Tanggal 23 mei 2012) Pertemuan ke 3 (Tanggal 30 mei 2012)

c.

Hasil Pengamatan dan Evaluasi

Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat di SMK Katolik Santopius Kabupaten Blora mengikuti keseluruhan proses tindakan.

(5)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 100 Siswa :

a. Kompetensi:

Setelah siswa mendapatkan materi pada siklus satu mengalami peningkatan dalam hal pemahaman kompetensi system pengapian konvensional 30,30% dalam memahami kompetensi system pengapian konvensional.

Table 1. Nilai sebelum dan setelah menggunakan Media animasi Sebelum menggunakan media animasi Setelah menggunakan media animasi Nilai minimum 20 40 Nilaimaksimum 76 85 Nilai KKM

10 siswa nilai diatas KKM ( 30,30 %) 23 siswa dibawah KKM (69,70 %)

20 siswa Nilai diatas KKM (60,60 % ) 13 siswa Nilai dibawah KKM ( 39,40% )

Gambar 1. Grafik perkembangan media animasi

Dari grafik diatas dapat di deskripsikan siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 30,30%, siswa tuntas menjadi 60,60% siswa tuntas pada siklus 1, sehinggga ada kenaikan 30,30%. Dari grafik diatas terlihat melalui media animasi dapat meningkatkan kompetensi siswa namun perlu tindakan lanjutan pada siklus berikutnya.

b. Pendidikan Karakter :

Setelah siswa mendapatkan materi pada siklus satu dari pengamatan, dalam hal pendidikan karakter yang didapat siswa adalah sikap saling menghargai, toleransi, demokrasi dan berjiwa pemimpin dalam kerjasama berkelompok.

0 5 10 15 20 25 Fre ku en si Pers en ta se Fre ku en si Pers en ta se

Kondisi Awal Siklus I Jumlah Siswa 10 30, 30% 20 60,60% 23 60,70% 13 39,40% Tuntas Belum Tuntas

(6)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 101 Tabel 2. Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter

Kurang Cukup Baik

Saling menghargai 3 siswa 2 siswa 2 siswa

Toleransi 3 siswa 2 siswa 6 siswa

Berjiwa pemimpin 2 siswa 3 siswa 3 siswa

Demokrasi 2 siswa 4 siswa 1 siswa

Jumlah 10 siswa 11 siswa 12siswa

Dari table diatas dapat diketahui sikap-sikap yang ada pada siswa melalui pengamatan sesuai dengan pendidikan karakter yang telah di tentukan dari 33 siswa didapatkan 10 siswa kurang dalam pendidikan karakter, 11 siswa cukup dalam menerapkan pendidikan karakter, dan 12 siswa baik dalam menerapkan pendidikan karakter . dan prosentase pendidikan karakter dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 2. Prosentase pendidikan karakter siklus 1

Guru :

a. Rencana Pelaksaan Pembelajaran ( RPP )

Perencanaan yang baik dari guru mata pelajaran dari silabus dijabarkan masing-masing kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, dan materi ajar harus sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dengan metode yang tepat yaitu meliputi prosedur kebijakan dan sesuai SOP dan K3 pada materi pengapian.

b. Cara Penyampaian

Cara penyampaian materi oleh guru dapat dinilai, Tujuannya agar siswa selalu fokus dan siswa tidak bosan dalam menerima materi yang diajarkan.

Dan dari pengamatan terhadap hasil belajar berupa data kuanlitatif yang diperoleh dari rekap hasil ulangan siswa pada akhir tindakan siklus 1 dan pengamatan terhadap proses belajar yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi),catatan harian dan selama kegiatan siklus 1. Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan pengamatan terhadap proses belajar dilakukan oleh teman sejawat atau observer.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Column2 Column1 Prosentase pendidikan karakter

(7)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 102 Tabel 3. Kompetensi guru melakukan pembelajaran siklus 1

Kompetensi guru Hasil Yang dicapai Indicator keberhasilan

Presentasi 3 3 Pembelajaran tidak langsung 3 3 Pembelajaran langsung 3 3 suara 2 3 Strategi bertanya 4 3 Pemberian Balikan 2 3 Penguasaan Bahan 3 3 Tuntutan pencapaian 3 3 Jumlah 23 24 Rata-rata 2,9 3

Kategori Cukup Baik

Gambar 3. Diagram kompetensi guru.

Dari table diatas dapat diketahui kelengkapan / kompetensi guru dalam melakukan pembelajaran seperti perangkat pembelajaran guru baik, cara penyampaian guru cukup, penguasaan materi guru cukup dan kesesuaian materi yang diajarkan cukup yaitu pada prosentase 95,8 %.

Keterampilan mengajar guru pada siklus pertama masih mengalami kekurangan dikarenakan jumlah penilaian 23 sehingga masih dibawah kategori baik, dengan rincian nilai terendah 2 pada penilaian suara dan strategi bertanya, sedangkan untuk nilai tida dengan kategori baik dicapai pada penilaian presentasi, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran langsung, penguasaan bahan dan tuntutan pencapaian.

Pada penilaian kategori baik yaitu 4 diperoleh pada penilaian strategi bertanya guru mampu memancing pertanyaan kepada siswa sehingga para siswa mampu menjawab pertanyaan guru.

d.

Refleksi

Hasil tes pada siklus 1 tersebut apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 4 berikut ini.

95,8% 4,2% kompet ensi guru dalam pembel ajaran 95,8

(8)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 103 Tabel 4. Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar

Jumlah siswa

Frekuensi Persentase Indikator

1. Tuntas 10 30,30 % Diatas KKM 74

2. Belum Tuntas 23 69,69% Dibawah KKM

Jumlah 33 100%

Tabel 5. Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1 No Ketuntasan Belajar Jumlah siswa

Frekuensi Persentase Indicator

1. Tuntas 20 60,60% Diatas KKM 74

2. Belum Tuntas 13 39,40% Dibawah KKM

Jumlah 33 100%

Gambar 4. Grafik hasil belajar siklus 1

Terlihat siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 30,30% siswa tuntas pada kondisi awal menjadi 60,60% siswa tuntas pada siklus 1, sehinggga ada kenaikan 30,30%. Data ketuntasan belajar siswa pada tabel 6 dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti tampak pada gambar 5.

Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 1 0 5 10 15 20 25 Fre ku en si Pers en ta se Fre ku en si Pers en ta se

Kondisi Awal Siklus I Jumlah Siswa 10 30, 30% 20 60,60% 23 60,70% 13 39,40% Tuntas Belum Tuntas 60,60% 39,40% Tuntas Belum Tuntas

(9)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 104 Berdasarkan pengamatan tentang ketuntasaan belajar tersebut dapat diketahui dari sebanyak 33 siswa, yang sudah tuntas belajar sebanyak 60,60% atau 20 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 39,40% atau 13 siswa.

Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat atau observer. Pengamatan keaktifan siswa terutama pada keterampilan tentang kesulitan yang dialami dan menjawab pertanyaan dari guru ataupun dari temannya.

Adapun hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Keaktifan Siswa pada Siklus 1

No Tingkat Keaktifan siswa Jumlah siswa Frekuensi Persentase

1 Aktif 18 54,55%

2 Kurang aktif 7 21,21%

3 Tidak aktif 8 24,24%

Data keaktifan belajar siswa pada tabel diatas dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti dibawah ini.

Gambar 6. Diagram Keaktifan Siswa pada Siklus 1

Refleksi dari hasil belajar siswa terlihat ada kemajuan sejumlah 30.30 %, namun hasil ini belum maksimal sehingga perlu adanya siklus ke dua untuk menguji apakah media animasi dapat meningkatkan kompetensi siswa serta untuk memperbaiki serta untuk membuktikan materi pengapian

Deskripsi Hasil Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus 2 persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

b. Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

c. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa 0 5 10 15 20 Aktif Kurang aktif Tidak aktif 18 7 8 ,54,55% 21,21% 24,24% Jumlah Siswa Frekuensi Jumlah Siswa Prosentase

(10)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 105 d. Meyiapkan instrumen penilaian yang meliputi tes teori, catatan.

b.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana (Siklus Dua 3 kali pertemuan) : Pertemuan ke 1 (Tanggal 6 Juni 2012)

Pertemuan ke 2 (Tanggal 13 juni 2012) Pertemuan ke 3 (Tanggal 20 juni 2012)

c.

Hasil Pengamatan dan Evaluasi

Kegiatan observasi / pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat yang mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksankan di kelas. Observasi dilaksanakan secara detail keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan catatan harian siswa . Hasil observasi dan catatan harian siswa digunakan sebagai bahan refleksi dan simpulan penelitian.

Pengamatan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Siswa :

a. Kompetensi:

Setelah siswa mendapatkan materi pada siklus 2 mengalami peningkatan dalam hal pemahaman kompetensi system pengapian konvensional pada siklus 1 peningkatan hasil belajar 30,30% dan pada siklus 2 hasil belajar siswa menjadi 93,94 % dalam memahami kompetensi system pengapian konvensional

b. Pendidikan Karakter :

Setelah siswa mendapatkan materi pada siklus 2 dari pengamatan, dalam hal pendidikan karakter yang didapat siswa adalah sikap saling menghargai pendapat orang lain dalam kerjasama berkelompok dan mempunyai jiwa kepemimpinan.

Tabel 7. Pendidikan Karakter Pendidikan

Karakter

Kurang Cukup Baik

Saling menghargai 1 siswa 1 siswa 10 siswa

Toleransi 1 siswa 2 siswa 5 siswa

Berjiwa pemimpin 2 siswa 1 siswa 3 siswa

Demokrasi 1 siswa 2 siswa 5 siswa

Jumlah 4 siswa 6 siswa 23 siswa

Dari table diatas setelah dilakukan siklus 2 dapat diketahui ada peningkatan pada pendidikan karakter sikap-sikap yang ada pada siswa melalui pengamatan sesuai dengan pendidikan karakter yang telah di tentukan dari 33 siswa didapatkan 4 siswa kurang dalam pendidikan karakter, 6 siswa cukup dalam menerapkan pendidikan karakter, dan 23 siswa baik dalam menerapkan pendidikan karakter . dan prosentase pendidikan karakter dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

(11)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 106 Gambar 7. Prosentase Pendidikan karakter siklus 2

Guru :

a) Rencana Pelaksaan Pembelajaran ( RPP )

Perencanaan yang baik dari guru mata pelajaran dari silabus dijabarkan masing-masing kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, dan materi ajar harus sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dengan metode yang tepat.

b) Cara Penyampaian

Cara penyampaian materi guru harus baik dan atraktif, menyenangkan dalam penyapaian secara lisan, maksud dan tujuan yang di ajarkan harus sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan. Tujuannya agar siswa selalu fokus dan siswa tidak bosan dalam menerima materi yang diajarkan.

Tabel 8. Kompetensi guru melakukan pembelajaran siklus 2

Kompetensi guru Hasil Yang dicapai Indicator keberhasilan

Presentasi 4 3 Pembelajaran tidak langsung 4 3 Pembelajaran langsung 3 3 suara 4 3 Strategi bertanya 4 3 Pemberian Balikan 3 3 Penguasaan Bahan 3 3 Tuntutan pencapaian 3 3 Jumlah 28 24 Rata-rata 3,5 3

Kategori Baik Baik

Keterampilan mengajar guru pada siklus kedua mengalami peningkatan yang signifikan dikarenakan semula jumlah penilaian yaitu 23 anak naik menjadi 28 sehingga memperoleh kategori baik.

Hasil tes pada siklus 2 apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 9.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Column2 Column1

(12)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 107 Tabel 9. Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa pada siklus 2

No Ketuntasan Belajar

Jumlah siswa

Frekuensi Persentase Indikator

1. Tuntas 31 93,94% Diatas

KKM 74

2. Belum Tuntas 2 6,06% Dibawah

KKM

Jumlah 33 100%

Data ketuntasan belajar pada tabel 9 dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti gambar 8.

Gambar 8. Diagram Ketuntasan Belajar pada Siklus 2

Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah siswa kelas XII jurusan TKR sebanyak 33 siswa , yang sudah tuntas sebanyak 93,94%atau 31siswa dan yang belum tuntas sebanyak 6,06% atau 2 siswa.

Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat. Adapun hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat ditunjukkkan pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Keaktifan Siswa pada Siklus 2 No Tingkat Keaktifan siswa Jumlah siswa

Frekuensi Persentase

1 Aktif 27 82%

2 Kurang aktif 6 18%

3 Tidak aktif 0 0%

Data keaktifan siswa pada tabel dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti dibawah ini. Gambar 9. Diagram Keaktifan siswa

93,94% 6,06% Tuntas Belum Tuntas 0 5 10 15 20 25 30 Aktif Kurang aktif Tidak aktif 27 6 0 82% 18% 0% Jumlah siswa Frekuensi Jumlah siswa Persentase

(13)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 108 Berdasarkan data di atas, pada siklus 2 ini sebanyak 27 (82 %) siswa aktif , sebanyak 6 (18%) siswa kurang aktif dan siswa yang tidak aktif sudah tidak terlihat lagi. Fokus pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah keterampilan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.Pengamatan terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan media animasi menunjukkan hasil yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d.

Refleksi

Berdasarkan hasil tes siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat adanya peningkatan perolehan nilai siswa.Juga ada pengurangan jumlah siswa yang nilainya masih dibawah KKM.Perbandingan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Distribusi perbandingan ketuntasan belajar siklus 1 dan siklus 2

No Ketuntasan

Jumlah Siswa

Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. Tuntas 20 60,60 % 31 93,94 %

2. Belum

Tuntas 13 39,40 % 2 6,06 %

Jumlah 33 100 % 33 100 %

Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel di atas dapat diperjelas pada diagram berikut ini

Gambar 10. Diagram perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan siklus 2

Dari tabel dan diagram ketuntasan belajar tersebut terlihat siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 60,60% siswa tuntas belajar pada siklus 1 menjadi 93,94% siswa tuntas pada siklus 2, sehingga ada kenaikan sebesar 33,34%.

KESIMPULAN

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini menyebutkan bahwa melalui media anaimasi dapat meningkatkan kompetensi siswa matapelajaran sistem pengapian konvensional. Hipotesis tersebut ternyata didukung oleh kebenaran empirik yang berupa hasil tindakan kelas dalam dua siklus.

1. Hasil akhir tindakan tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar telah terjadi peningkatan prestasi belajar.Nilai rata-rata siklus 1 meningkat 10,14% dari kondisi awal, dan nilai

(14)

Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 109 rata-rata siklus 2 meningkat 11,37% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 21,51%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 30,30% dari kondisi awal, dan siklus 2 meningkat 33,34% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2 ketuntasan belajar meningkat sebesar 63,64% dari kondisi awal. Dan hasil tindakan tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar kondisi awal 30.30 % peningkatan pada siklus 1 sebesar 60.60% dan siklus 2 93,94% siswa sudah tuntas belajar dan lebih dari indicator keberhasilan 75%.

2. Penerapan media animasi dapat meningkatkan motivasi serta minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran sistem pengapian konvensional.

3. Adapun hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran menunjukkan perubahan yang positif yaitu siswa lebih aktif dan bersemangat selama proses pembelajaran berlangsung serta siswa meningkatkan kompetensi .

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi , (1990) manajemen Penelitian , Jakarta: Renika Cipta

Gulo.W, (2003), Media Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia .

Hari Pratama , (2004). Korelasi antara Kebiasaan Belajar Efektif dengan Prestasi Belajar Siswa.

Palangkaraya : Skripsi

http://um.ac.id.Soedirman. Media Pembelajaran Diambil tanggal 20 November 2012.

Kusriyanto Adi, (2006). Memakai Macromedia Flash Professional 8. Jakarta : Media Elek Komputindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Wardhani, IGAK. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

www.google.com ( Suharsimi Arikunto 1996 : 99 ) Diambil tanggal 13 November 2012. www.google.com (pengertian media pembelajaran) Diambil tanggal 13 November 2012.

Hakim, ( 1998 : 1 ). Belajar Adalah Suatu Proses Peningkatan Kualitas Tingkah Laku. Jakarta. Muhibbin syah ( 1997: 141 ). Prestasi Belajar Merupakan Taraf Keberhasilan Murid. Jakarta :

Rineka cipta.

Benjamin S. Bloom ( 1956 : 1-10 ). Klasifikasi Hasil Belajar. Jakarta. Soedjarto. Hasil Belajar Adalah Tingkat Penguasaan. Jakarta.

Sanjaya ( 2008 : 147 ). Metode Ceramah Menyajikan Penutura Secara Lisan. Jakarta. Ramadhan ( 2004 : 115 ). Animasi Adalah Proses Pergerakan Objek. Jakarta.

Gambar

Table 1. Nilai sebelum dan setelah menggunakan Media animasi  Sebelum  menggunakan  media animasi  Setelah  menggunakan media animasi  Nilai minimum  20  40  Nilaimaksimum  76  85  Nilai KKM
Gambar 2. Prosentase pendidikan karakter siklus 1
Gambar 3. Diagram kompetensi guru.
Tabel 5. Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1  No  Ketuntasan Belajar  Jumlah siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa selisih antara aktivitas antioksidan prediksi dengan aktivitas antioksidan eksperimen tidak terpaut jauh atau selisihya kecil,

Pupuk hayati bakteri endofitik dan Azolla pinnata belum memberikan pengaruh nyata terhadap populasi bakteri endofitik dalam tanaman padi pada salinitas 6 mmhos

Fokus pada penelitian ini adalah fungsi-fungsi yang terkait dengan sistem dan prosedur pembelian dan pengeluaran kas, dokumen dan catatan yang digunakan, jaringan prosedur

Menentukan suku pertama dan beda untuk pelabelan pada poin (cl) serta bagaimana rumus pelabelannya. 1) Menentukan becla (nilai d) yang berlaku pada pelabelan total

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran koopertatif

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran berbasis PBI dengan hasil keterlaksanaan RPP sebesar 100%,

(2013) menyatakan bahwa penggunaan suhu pemanasan yang tinggi serta waktu hidrolisis yang semakin lama dapat mendukung terjadinya proses pemutusan ikatan glikosidik

Dampak yang diharapkan setelah warga belajar mengikuti proses pelatihan keterampilan hidup (life skills) montir otomotif di PKBM Cepat Tepat Tepat Karawang ini adalah: