INTERN SEBAGAI RISK CONTROL SYSTEM
PEMBIAYAAN DI BMT RAMADANA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
RAKHMAD RIZKI YANTO
NIM: 201-14-007
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
INTERN SEBAGAI RISK CONTROL SYSTEM
PEMBIAYAAN DI BMT RAMADANA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
RAKHMAD RIZKI YANTO
NIM: 201-14-007
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vi
- MOTTO –
“dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya” (an-najm:39).
“sesungguhnya allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-ra’d: 11).
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah: 6).
“Ketika sesuatu berjalan tidak seperti apa yang direncanakan, bersabarlah dan percayalah karena bisa jadi allah memiliki rencana yang lebih baik untuk kita”
- PERSEMBAHAN -
Terimakasihku ku persembahkan kepada kedua Orang Tuaku tercinta, adikku tersayang, Saudaraku, Dosen-dosenku, Pembimbingku, pengelola BMT Ramadana, dan para Sahabatku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat serta waktu luang yang mereka berikan untuk menemaniku dalam setiap keadaan.
vii
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Semua ini tidakk terlepas dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari
semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita
selaku umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN SEBAGAI
RISK CONTROL SYSTEM PEMBIAYAAN DI BMT RAMADANA”. Penulis
mengakui bahwa semua ini tak akan terselesaikan tanpa bantuan dari semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan
tidak langsung telah membantu. Ungkapan terimakasih kadang tidak bisa
mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
viii
senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala bentuk
keluh kesah selama penelitian.
4. Bapak Drs. Alfred L, M.SI. selaku Ketua Jurusan DIII Perbankan Syari’ah
dan selakudosen pembimbing magang di BMT Ramadana.
5. Dr. Hikmah Endraswati selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku manajer BMT Ramadana
7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga,
khususnya Program Studi Perbankan Syari’ah D III yang telah memberikan
bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
9. Segenap karyawan KSPPS BMT Ramadana baik Kantor pusat maupun
Cabang yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga,
khususnya pada Prodi D III Perbankan Syari’ah kelas A maupun kelas B
angkatan tahun 2014 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
11. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam
kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian
ix
lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis, dan senantiasa diberikan
kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah dengan cipta-Nya. Dalam
penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu apapun
yang sempurna kecuali Allah SWT, oleh karena itu dengan senang hati penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 13 Juli 2017 Penulis,
x
Yanto, Rakhmad Rizki. 2017. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Risk Control System Pembiayaan di BMT Ramadana. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Mochlasin, M.Ag.
Kata Kunci: Pengendalian Intern, Risiko, Pembiayaan.
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metode Penelitian... 6
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
xii
1. Pengendalian Inten ... 16
2. Pembiayaan ... 25
3. Pengendalian Risiko (Risk Control System) ... 32
BAB III LAPORAN OBJEK ... 36
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 36
1. Sejarah Berdirinya BMT Ramadana ... 36
2. Visi, Misi dan Tujuan BMT Ramadana ... 37
3. Lokasi KSPPS BMT Ramadana ... 38
4. Landasan Pendirian ... 39
5. Struktur Organisasi BMT Ramadana ... 40
6. Ruang lingkup dan Wewenang ... 43
B. Data Deskriptif ... 53
1. Produk-produk KSPPS BMT Ramadana ... 53
2. Penyaluran Dana di BMT Ramadana ... 56
BAB IV ANALISIS DATA ... 59
A. Proses Penyaluran Pembiayaan di BMT Ramadana ... 59
B. Sistem Pengendalian Intern di BMT Ramadana ... 79
C. Risk Control System di BMT Ramadana Melalui Sistem Pengendalian Intern ... 84
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
xiii LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Ramadana ... 41
Gambar 3.2 Grafik Outstanding Lending tahun 2014-2016 ... 56
xv
Tabel 2.1 Beda Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ... 13
Tabel 3.2 Outstanding Lending BMT Ramadana tahun 2014-2016 ... 56
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan lembaga keuangan mikro non bank diawali pada
tahun 1992 lahirlah sebuah lembaga keuangan kecil yang beroperasi
menggunakan gabungan antara konsep Baitul Maal dan Baitut Tamwil, target,
sasarannya serta skalanya pada sektor usaha mikro (Yunus, 2009: 7).
Kemunculan lembaga Baitul Maal wa Tamwil yang melakukan kegiatan
operasional berdasarkan prinsip syariah dirasakan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, hal tersebut dikarenakan dapat memenuhi fungsi manfaat sosial
maupun ekonomi (Mislan, dkk, 2016: 5). Menurut kementrian koperasi dan
UMKM dalam (harian terbit, 21 maret 2015; 15:07 wib) mengatakan,
perkembangan koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) dalam bentuk Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) di Indonesia, sangat signifikan. Hal tersebut dapat
kita lihat dari beberapa tahun terakhir ini lembaga keuangan mikro syariah
yaitu BMT telah tumbuh dan berkembang di berbagai daerah. Perkembangan
BMT yang semakin pesat tersebut menimbulkan persaingan bisnis untuk
berlomba-lomba dalam mencari segmen pasar, baik itu penghimpunan dana
maupun penyaluran dana. untuk memenangkan persaingan tersebut
masing-masing BMT harus menyusun strategi mulai dari segi pelayanan, fasilitas,
BMT Ramadana adalah salah satu Lembaga Keuangan Mikro
Syariah yang menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. BMT
Ramadana menyediakan berbagai macam produk seperti simpanan, pinjaman,
dan pembiayaan. Pembiayaan adalah salah satu produk yang menjadi jantung
bagi BMT. Dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat baik dalam
bentuk produktif maupun konsumtif haruslah terukur dan terarah dengan
baik. Tidak sedikit kasus pembiayaan yang mengalami masalah dalam
pengembaliannya. Pembiayaan bermasalah tersebut terjadi bisa disebabkan
oleh banyak faktor. baik dari pihak BMT yang kurang teliti dalam
menganalisis tentang kondisi nasabah dan tidak adanya pedoman yang
mengatur tentang penyaluran pembiayaan maupun dari pihak nasabah yang
lalai atau ketidakmampuan nasabah untuk melunasi pembiayaan.
Untuk mengatasi masalah pembiayaan bermasalah tersebut perlu
adanya sistem pengendalian intern (SPI) yang efektif. Sistem pengendalian
intern (SPI) meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendororong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001: 163). Sistem pengendalian intern
(SPI) merupakan sebuah alat atau pedoman bagi perusahaan untuk
menjalankan kegiatan operasionalnya agar sejalan dengan tujuan perusahaan.
pencapaian tujuan usaha menurut Papalangi yang dibaca melalui (Sumarsan,
2010: 4).
Sistem pengendalian intern (SPI) merupakan salah satu cara untuk
menciptakan tata kelola suatu perusahaan yang baik good corporate
governance (GCG). Tujuan sistem pengendalian intern (SPI) sendiri sejalan
sejalan dengan teori stake holder dalam GCG. Teori stake holder sejalan
dengan paradigma ekonomi islam yang memperhatikan moral dan etika
dalam melakukan usaha (Abdullah, 2010: 47). GCG menurut perspektif islam
merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan guna
mencapai tujuannya dan memberikan perlindungan atas kepentingan dan hak
semua stake holder. Hal ini sejalan dengan fungsi LKMS sebagai lembaga
intermediasi yang menjembatani antara pihak nasabah pendanaan dan
pembiayaan. Sehingga perlunya sistem pengendalian intern (SPI) yang efektif
dan efisien terutama pada kegiatan penyaluran pembiayaan sehingga dapat
melindungi hak dan kewajiban para stake holder.
Dengan adanya sistem pengendalian yang mengatur tentang
pembiayaan khususnya diharapkan dapat dijadikan pedoman Lembaga
Keuangan Mikro Syariah dalam mengambil kebijakan untuk melakukan
analisis pembiayaan dengan efektif dan efisien, sehingga pembiayaan dapat
tepat sasaran. Disamping kebutuhan nasabah terpenuhi, risiko terjadinya
pembiayaan bermasalah pun dapat di minimalisir.
Sistem pengendalian intern (SPI) juga dapat dijadikan sebagai Risk
Mikro Syariah adalah lembaga intermediasi antara pihak nasabah pendanaan
dengngan nasabah pembiayaan, dimana dana milik nasabah yang dititipkan
oleh nasabah pendanaan dikelola oleh LKMS untuk di salurkan kepada
nasabah yang membutuhkan pembiayaan sehingga perlu adanya pengawasan
tentang pembiayaan yang diberikan agar dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui sistem
pengendalian intern yang dilakukan BMT Ramadana dalam menyalurkan
pembiayaannya, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian
dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern sebagai
Risk Control System Pembiayaan di BMT Ramadana”. Adapun penelitian
yang akan penulis lakukan menggunakan metode kualitatif dengan analisis
deskriptif dan objeknya adalah LKMS yaitu BMT yang segmen pasarnya
adaah usaha mikro kecil menengah UMKM.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis merumuskan masalah yang
akan diteliti diantaranya:
1. Bagaimana proses penyaluran pembiayaan di BMT Ramadana ?
2. Bagaimana sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh BMT
Ramadana ?
3. Bagaimana risk control system pembiayaan di BMT Ramadana melalui
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui proses penyaluran pembiayaan di BMT Ramadana.
2. Untuk mengetahui sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh BMT
Ramadana.
3. Untuk mengetahui risk control system yang di BMT Ramadana melalui
sistem pengendalian intern.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak penulis
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang sistem pengendalian
intern yang diterapkan oleh BMT Ramadana khususnya sebagai
instrument risk control system.
b. Sebagai syarat menempuh Diploma 3 Perbankan Syariah Iain
Salatiga.
2. Bagi pihak IAIN Salatiga
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan tentang
peran sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam menunjang
efektifitas pembiayaan di BMT kepada mahasiswa/i IAIN Salatiga
khususnya fakultas Ekonomi Bisnis Islam.
b. Diharapkan dapat dijadikan rujukan kepada peneliti yang hendak
3. Bagi pihak BMT
a. Sebagai salah satu bahan pertimbangan LMKS dalam menerapkan
sistem pengendalian intern khususnya tentang pembiayaan sebagai
instrumen risk control system.
b. Sebagai sarana mengenalkan BMT sebagai LKMS yang memiliki
Produk yang menjadi alternatif dari adanya bunga bank dan sehat.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif.
Penelitian jenis ini mengkaji atau menganalisis semata-mata ingin
mengungkapkan suatu peristiwa sesuai keadaan sebagaimana adanya.
Hasil penelitian dan kesimpulan yang diambil semata-mata
menggambarkan suatu peristiwa seperti yang terjadi sebenarnya.
Penelitian deskriptif secara garis besar merupakan kegiatan
penelitian yang hendak mencoba menggambarkan suatau peristiwa
secara sistematis, faktual dengan penyusunan yang akurat. Pada
penelitian ini kegitaan yang dilakukan yaitu mencari data untuk
menggambarkan suatu peristiwa secara apa adanya (supardi, 2005:
27-28).
2. Sumber data
Jenis data yang penulis gunakan adalah data kualitatif yang
peranan untuk menjelaskan secara deskriptif suatu masalah
(pabundutika, 2006: 57-58).
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan data sekunder.
Sumber data primer di peroleh langsung dari pihak-pihak yang
bersangkutan dari manajer pembiayaan. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian
yaitu melalui buku, dan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan
dokumentasi.
3. Teknik pengumpulan data
a. Data primer
1) Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
wawancara kepada pihak yang menjadi subjek penelitian
secara langsung. Dengan maksud untuk memperoleh
informasi secara rinci dari subjek penelitian. Dengan
menyusun daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada
manajer pembiayaan tentang bagaimana proses penyaluran
pembiayaan.
2) Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan secara langsung di objek penelitian mengenai
b. Data sekunder
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi
dokumentasi yaitu menggunakan dokumen dokumen terkait yang
diperoleh di objek penelittian dan melalui buku, jurnal, dan hasil
penelitian yang telah ada sebelumnya.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian deskriptif (descriptive researce) hanya
menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau
berbagai variabel. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan
data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau
gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status
subyek penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap
individu organisasi dan sebagainya. Data deskriptif pada umumnya
dikumpulkan melalui metode pengumpulan data, yaitu wawancara atau
metode observasi.
Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Sifatnya sekedar
mengungkap fakta (fact finding). Hasil penelitian lebih ditekankan pada
pemberian gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
obyek yang diselidiki. Akan tetapi, guna mendapatkan manfaat yang
lebih luas, di samping mengungkap fakta, diberikan interpretasi yang
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
pendahuluan terdiri dari hal-hal diantaranya latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
dalam bab ini membahas tentang penelitian sebelumnya
yang telah ada dengan tujuan sebagai referensi maupun
pembanding guna menentukan beda penelitian serta
menjelaskan teori tentang sistem pengendalian internal.
BAB III LAPORAN OBJEK
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian,
meliputi sejarah, visi misi, struktur organisasi dan hal-hal
umum lainnya tentang BMT RAMADANA dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan penelitian penulis.
BAB IV ANALISIS
Bab ini menjelaskan serta menjawab rumusan masalah
penelitian. Yaitu menjelaskan tentang proses penyaluran
pembiayaan dan Sistem Pengendalian Intern yang
dilakukan guna mengendalikan risiko pembiayaan di BMT
RAMADANA.
Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang dilakukan dan
saran kepada objek penelitian yang menjadi bahan
11
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Riska S Papalangi (2013) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
dengan judul “Penerapan SPI Dalam Menunjang Efektivitas Pemberian
Kredit Ukm pada PT. BRI (Persero) Tbk Manado” menyimpulkan bahwa
sistem pengendalian internal yang diterapkan telah memenuhi sebagian besar
unsur-unsur pengendalian internal. BRI memiliki sistem pengendalian
internal dalam perkreditan untuk mencegah adanya penyalahgunaan
wewenang. BRI menerapkan persyaratan tertentu untuk menjamin keamanan
atas kredit usaha tersebut. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa sistem
pengendalian internal pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Manado telah sesuai dengan teori yang ada sehingga dapat mendorong
tercapainya pemberian kredit yang efektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Faradila A Salim (2015) Fakultas
Ekonomi Jurusan AkuntansiUniversitas Sam Ratulangi Manado dengan judul
“Analisis Penerapan Sitem Informasi Akuntansi Dalam Mendukung
Pengendalian Internal Pemberian Kredit Pada PT. Bank Bukopin Manado”
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi
dalam mendukung pengendalian internal pemberian kredit pada PT. Bank
Bukopin Cabang Manado melakukan proses dan tehnik sesuai dengan
unsur-unsur pengendalian intern yang layak dan memadai sesuai dengan teori
pengendalian internal oleh COSO, maka pihak bank dapat mengatasi kredit
macet dan bank tidak akan mengalami kerugian yang besar. Pihak manajemen
bank sebaiknya dapat mempertahankan kinerjanya atau lebih meningkatkan
kinerja bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Hesty Harun (2013) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
dengan judul “Penerapan SPI Dalam Menunjang Efektivitas Pemberian
Kredit Usaha pada BRI Kcp Boulevard Manado” hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan pengendalian intern kredit usaha pada PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., KCP Boulevard Manado sudah cukup
efektif, hal ini terlihat dari diterapkannya unsur-unsur pengendalian intern
yang layak dan memadai ditunjang dengan kebijakan dan prosedur pemberian
kredit yang baik sesuai dengan teori pengendalian intern yang baik oleh
COSO.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Thoyibatun (2009) Universitas
Negeri Malang dengan judul “Struktur Pengendalian Intern Bank Perkreditan
Rakyat Syariah dan Konvensional” hasil penelitian menunjukkan bahwa BPR
konvensional menganggap SPI sebagai teknik bekerja yang diatur secara
mekanis yang tertuang dalam peraturan dan dilaksanakan secara formal.
Dalam mekanisme tersebut tercakup berbagai bagian yang antara satu dan
pengembangan SPI ditujukan untuk menekan timbulnya penyelewengan.
BPR syariah mengartikan SPI dengan makna yang flreksibel berdasar nilai
keyakinan yang diikuti. Pelaksanaan SPI dijalani melalui perundingan yang
mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan (bukan mencapai untung semata) dan
hubungan kekeluargaan. Nilai keyakinan tersebut tertanam pada nurani
pelaku dan terwujud sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan atas
segala perbuatan dan prestasi kerjanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahril, SE (2013) Program Studi
Akuntansi Syariah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI) dengan
judul “Peran Auditor Internal Dan Sistem pengendalian Intern (SPI) Dalam
Pengelolaan Risiko Di Lembaga Keuangan Syariah” hasil penelitian
menunjukkan bahwa auditor internal dan Sistem Pengendalian Intern (SPI)
mempunyai peran besar dalam proses pengelolaan risiko di lembaga
keuangan syariah.
Tabel 2.1
Beda Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
syariah, penulis
Adapun penelitian yang akan penulis ajukan berbeda dengan
penelitian diatas yaitu objeknya adalah sebuah Lembaga Keuangan Mikro
Syariah non bank yaitu BMT sedangkan penelitian diatas objeknya yaitu
Lembaga Keuangan Bank, kemudian fokus penelitiannya yaitu peran SPI
pembiayaan. Metode yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif
berdasarkan beda penelitian tersebut bahwa penelitian penulis tentang
“Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Risk Control System
Pembiayaan di BMT Ramadana” ini berbeda dengan penelitian yang telah
ada sebelumnya.
B. Kajian Teoritik
1. Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur
untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk
tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi
perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan
(peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah
dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan
perusahaan. Yang dimaksud ketentuan disini bisa saja meliputi tentang
peraturan bidang perpajakan, pasar modal, hukum bisnis, UU anti
korupsi dan sebagainya (Hery, 2015: 159).
Pengendalian internal dilakukan untuk memantau/mengawasi
apakah kegiatan operasional maupun finansial perusahaan telah berjalan
sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Dengan adanya penerapan sistem pengendalian secara ketat
maka diharapkan seluruh kegiatan operasional maupun finansial
perusahaan secara maksimal sehingga dapat tercapainya tujuan
perusahaan.
Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam pencapaian tujuan usaha menurut Papalangi yang
dibaca melalui (Sumarsan, 2010: 4). Sistem pengendalian intern meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi, mendororong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001: 163). Menurut Papalangi yang
dibaca melalui (Jusup, 2001: 252) pengendalian internal merupakan suatu
proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalan laporan keuangan.
b. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Komponen pengendalian menurut The Commitee of Sponsoring
Organizations (COSO) ada 5, yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi
dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
Lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika,
komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau
komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan
praktik sumber daya manusia.
b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan
adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
c. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan
untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
d. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, yang meliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan
catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan
melaporkan transaksi entitas. Komunikasi meliputi luasnya
pemahaman personil tentang bagaimana aktivitas mereka dalam
sistem informasi pelaporan keuangan berkaitan dengan pekerjaan
e. Pemantauan
Pemantauan merupakan proses penetapan kualitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan tindakan
perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan melalui aktivitas
pemantauan terus menerus, evaluasi secara terpisah atau kombinasi
diantara keduanya.
Menurut (Mulyadi, 2001: 164) Tujuan sistem pengendalian
intern menurut definisi tersebut adalah:
a. Menjaga kekayaan organisasi.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
c. Mendorong efisiensi.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern dibagi menjadi
2 macam (Mulyadi, 2001: 193).
a. Pengendalian intern akuntansi (internal accounting control)
Meliputi: struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan
ketelitian dan keandalan data akuntansi.
b. Pengendalian intern administratif (internal administrative control)
Meliputi: struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
Unsur pokok sistem pengendalian intern (Mulyadi, 2001: 165-170)
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam
organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi.
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan seluruh tahap suatu transaksi.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadiatas dasar
otorisasidari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi hanya
dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasiatas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur pencatatan
yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat
dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya
yang tinggi.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh
1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang
berwenag.
2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir
oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur
tangan dari orang atau unit organisasi lain.
4) Perputaran jabatan (job rotation).
5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya.
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.
d. Mutu karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya. Untuk
mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya,
berbagai cara berikut ini dapat ditempuh:
1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang
dituntutoleh pekerjaannya.
2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan
Efektivitas pengendalian intern dalam suatu perusahaan
dipengaruhi oleh lingkungan pengendalian intern. Lingkungan
pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan
manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian intern
perusahaan. Efektifitas unsur pengendalian intern sangat ditentukan oleh
atmosfer yang diciptakan lingkungan pengendaliaan (Mulyadi, 2001:
194).
a. Filosofi dan gaya operasi.
Filosofi adalah seperangkat keahlian dasar (basic beliefs)
yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya.
Philosophy merupakan apa yang seharusnya dan apa yang
seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi
mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu
kesatuaan usaha harus dilaksanakan.
b. Berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksaan.
Dewan komisaris berfungsi mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksankan oleh manajmemen (direksi). dengan
demikian dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat
mencegah konsentrasi pengendaliaan yang terlalu banyak di tangan
manajemen atau (direksi). Sedangkan pembentukan komite
pemeriksaan ditujukan untuk memperkuat independensi akuntan
publik yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran
Fungsi komite pemeriksaan yang secara langsung berdampak pada
akuntan publik adalah:
1) Menunjuk akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan
tahunan terhadap laporan keuangan perusahaan.
2) Membicarakan luas pemeriksaan dengan akuntan publik.
3) Meminta komunikasi langsung dengan akuntan publik mengenai
masalah-masalah besar yang ditemukan oleh akuntan dalam
pemeriksaannya.
4) Menelaah laporan keuangan dan laporan akuntan pada saat
pemeriksaan akuntan selesai dilakukan.
c. Metode pengendalian manajemen.
Metode pengendalian manajemen merupakan metode
perencanaan dan pengendalian alokasi sumber daya perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan dan pengendalian
manajemen dilakukan melalui empat tahap:
1) Penyusunan program (rencana jangka panjang).
2) Penyusunan anggaran (rencana jangka pendek).
3) Pelaksanaan dan pengukuran.
4) Pelaporan dan analisis.
d. Kesadaran pengendaliaan.
Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi yang
ditunjukkan oleh manajemen dari berbagai jenjang organisasi atas
publik. Jika manajemen segera melakukan tindakan koreksi atas
temuan kelemahan pengendalian yang dikemukakan oleh akuntan
intern atau akuntan publik, hal ini merupakan petunjuk adanya
komitmen manajemen terhadap penciptaan lingkungan pengendalian
yang baik.
Menurut (Mulyadi, 2001: 195) Tanggung jawab untuk
mengembangkan dan mengoperasikan pengendalian intern akuntansi
yang baik dalam perusahaan adalah terletak di tangan manajemen
puncak, karena dipundak merekalah tanggung jawab atas pengelolaan
dana yang dipercayakan oleh pemilik perusahaan terletak. Manajemen
puncak seringkali mempunyai konsep yang salah mengenai sistem
pengendalian intern. Konsep yang salah tersebut meliputi:
a. Sistem pengendaliaan intern dikira merupakan tanggung jawab
direktur keuangan saja, sehingga direksi umumnya menyerahkan
pengembangannya kepada direktur keuangan, tanpa dukungan penuh
dari anggota direksi yang lain.
b. Manajemen puncak memiliki persepsi bahwa sistem pengendaliaan
intern dapat menggantikan kekurang-ahliannya dalam mengelola
perusahaan.
c. Sistem pengendalian intern seringkali disamakan dengan unit
organisasi yang disebut dengan satuan pengawas intern dalam
Sistem pengendaliaan intern dalam perusahaan yang
menggunakan manual system dalam akuntansinya lebih dititikberatkan
pada orang yang melaksanakan sistem tersebut, atau dengan kata lain
lebih berorientasi pada orang (people-oriented system).
2. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
kegiatan operasional Bank maupun LKMS. karena dengan adanya
aktivitas pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan
menjadi kelangsungan usaha Bank maupun LKMS. Sebaliknya apabila
pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan yang akan
merugikan bagi usaha Bank maupun LKMS (Susilo, 2017: 109).
Menurut (Asiyah: 2015: 79) Tujuan analisis pembiayaan dalam
lembaga keuangan syariah yaitu:
a. Menilai kelayakan usaha calon peminjam.
b. Menilai risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
c. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Menurut (Asiyah, 2015: 79-80) dalam melakukan penyaluran
pembiayaan kepada nasabah ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
karena pembiayaan yang diberikan sangat berpengaruh pada stabilitas
a. Keamanan kredit/pembiayaan (safety).
Lembaga keuangan haruslah memastikan bahwa
kredit/pembiayaan yang diberikan dapat di lunasi oleh nasabah. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis yang
matang kepada calon nasabah.
b. Terarahnya tujuan penggunaan kredit/pembiayaan (sustinability).
Kredit/pembiayaan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan
dengan kepentingan masyarakat atau tidak bertentangan dengan
aturan yang berlaku. Dalam syariat Islam pembiayaan tersebut
haruslah memiliki tujuan yang bermanfaat, proporsional, dan tidak
bertentangan dengan prinsip syariat Islam.
c. Menguntungkan (profitable).
Kredit/pembiayaan yang diberikan haruslah menguntungkan,
khusunya bagi kedua belah pihak yaitu pihak lembaga keuangan
maupun pihak nasabah karena kebutuhannya tercukupi terlebih
kepada masyarakat umum.
Prinsip pembiayaan dengan analisis 5 C (Asiyah, 2015: 80-84):
a. Character
Penialiaan karater menjadi penilaian yang paling utama
dalam analisa pembiayaan, karena karakter merupakan sifat dasar
yang terbentuk dari proses waktu yang lama, sehingga telah menjadi
kebiasaan yang sulit untuk diubah. Dalam menilai karakter calon
1) Riwayat hidup calon nasabah.
2) Riwayat pembiayaan calon nasabah jika pernah memiliki
riwayat pebiayaan.
3) Reputasi dalam menepati janji dilingkungan tempat tinggal
usaha maupun tempat bekerja calon nasabah.
4) Meneliti dimana calon nasabah lingkungan nasabah.
5) Mencari tahu hobi dan kebiasaan yang sering calon nasabah
lakukan melalui orang-orang disekitar nasabah.
b. Capacity
Yaitu berkaitan dengan kemampuan nasabah untuk
menjalankan usahanya guna memperoleh laba sehingga dapat
melunasi kewajibannya dari laba yang dihasilkan. Penilaian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan nasabah dapat
melunasi kewajibannya melalui laba usahanya. Penilaian tersebut
dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1) Pendekatan historis
Yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu.
2) Pendekatan finansial
Yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini
3) Pendekatan yuridis
Yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas
untuk mewakili badan usaha untuk melakukan perjanjian
pembiayaan dengan lembaga keuangan atau tidak.
4) Pendekatan manajerial
Yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan dan ketrampilan
calon nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam
memimpin perusahaan.
5) Pendekatan teknis
Yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon
nasabahmengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja,
bahan baku, peralatan/mesin-mesin, administrasi keuangan,
industrial relation, sampai dengan kemampuan merebut pasar.
c. Capital
Yaitu berkaitan dengan besarnya modal yang diperlukan
calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu
semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya
dan bank akan merasa lebih yakin untuk memberikan
pembiayaannya. Kemampuan modal sendiri yang dimiliki nasabah
akan menjadi benteng yang kuat bagi usahannya bilamana terjadi
goncangan dari luar seperti inflasi. kemampuan modal calon nasabah
haruslah lebih besar dibandingkan pembiayaan yang diminta. Bentuk
aset/kekayaan lainnya seperti tanah, bangunan, mesin-mesin,
kendaraan dan lain sebagainya.
d. Collateral
Jaminan yang dimiliki calon nasabah yang akan dijaminkan
pada bank. penilaian terhadap jaminan meliputi jenis, lokasi, bukti
kepemilikan, dan status hukumnya. Bentuk jaminan tidak hanya
benbentuk benda melainkan bisa juga berbentuk jaminan pribadi
(borgtocht), letter of guarantea, letter of comfort, rekomendasi dan
avalis. Penilaian terhadap jaminan dapat ditinjau dari 2 segi:
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang yang
dijaminkan.
b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat
yuridis untuk dipakai sebagai agunan.
e. Condition of economy
Yaitu berkaitan dengan keadaan meliputi kebijakan
pemerintah, politik, segi budaya yang mempengaruhi perekonomian.
Penilaian terhadap kondisi ekonomi dapat dilihat dari:
1) Keadaan konjungtural.
2) Peraturan-peraturan pemerintah.
3) Situasi, politik dan perekonomian dunia.
Prinsip analisis pembiayaan yang lain yaitu dengan 7P terdiri dari
(Kasmir, 2003:93):
a. Personality yaitu menilai kepribadian calon nasabah. Personality
mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah. Jika calon nasabah memiliki kepribadian
yang baik maka akan mempengaruhi juga pada pengembalian
pembiayaan begitu pula sebaliknya.
b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
Hal ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam menyalurkan
fasilitas pembiayaan kepada nasabah yang mampu maupun terlihat
kurang mampu.
c. Purpose yaitu menyangkut tujuan penggunaan pembiayaan
konsumtif, produktif atau spekulatif. Sebelum menyalurkan
pembiayaan seorang analis pembiayaan harus melihat tujuan nasabah
mengajukan pembiayaan untuk apa, apakah untuk suatu kebutuhan
yang penting atau tidak sehingga dapat menentukan apakah
pembiayaan tersebut layak dibiayai atau tidak.
d. Prospect yaitu menilai pembiayaan yang calon nasabah ajukan.
Maksudnya apakah usaha milik calon nasabah yang akan dibiayai
prospek pada masa yang akan datang atau tidak, hal tersebut dapat
kita nilai dari bidang usaha, pengelolaan bidang usaha, kebijakan
e. Payment yaitu cara pengembalian atau pembayaran pembiayaan
yang akan diambil oleh nasabah. semakin banyak usaha calon
nasabah maka semakin baik. sehinggga jikasalah satu usahanya
merugi dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability yaitu untuk menilai kemampuan nasabah dalam
memperoleh laba. salah satu cara yang dilakukan adalah melihat
laporan arus kas usaha milik nasabah, apakah dari periode ke periode
mengalami peningkatan atau tidak. Hal tersebut berkaitan dengan
tambahan pembiayaan yang di ajukan oleh nasabah.
g. Protection yaitu bertujuan untuk menilai apakah pembiayaan yang
disalurkan aman atau tidak, dalam arti dapat dikembalikan oleh
nasabah atau tidak. Untuk itu perlu adanya jaminan sehingga dapat
melindungi nasabah atas pembiayaan yang diajukannya.
Prinsip analisis pembiayaan yang lain 3R yaitu (Susilo, 2017: 152):
a. Returns (hasil yang diperoleh)
Yaitu hasil yang diperoleh nasabah, ketika pembiayaan telah
dimanfaatkan oleh nasabah semisal untuk menjalankan usaha
pastilah akan memperoleh hasil. Hasil tersebut haruslah dapat
mencukupi guna membayar kembali pembiayaan dan marginnya
b. Repayment (pembayaran kembali)
Kemampuan membayar kembali dari pihak nasabah haruslah
dipertimbangkan untuk meminimalisir risiko yang diterima oleh
pihak bank maupun LKMS.
c. Risk bearing ability (kemampuan menanggung risiko)
Kemampuan nasabah dalam menanggung risiko terhadap usaha yang
dijalankannya haruslah diperhatikan. Misalnya apakah jaminan milik
nasabah dapat menutup pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.
3. Pengendalian Risiko (risk control system)
a. Definisi risiko
Menurut bank indonesia, risiko adalah potensi kerugian
akkibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. risiko dalam
konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
dapat diperkiraan (expected) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unexpected) yang berdampak negatif terhadap pendapatan maupun
permodalan bank. Risiko juga dapat dianggap sebagai dampak yang
timbul atas sebuah aktivitas yang terjadi sehingga menghambat
tercapinya suatu tujuan (Ikatan Bankir Indonesia, 2015: 6).
Manajemen risiko pada hakikatnya merupakan serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, melakukan mitigasi, memantau, dan mengendalikan
risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Manajemen
mendapatkan keuntungan dan tercapainya tujuan dikarenakan risiko
terhadap aktivitas bank telah diperhitungkan (Ikatan Bankir
Indonesia, 2015: 7).
b. Pengendalian risiko (Risk Control System)
Pengendalian risiko adalah upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko, disesuaikan dengan eksplosur risiko dan
tingkat risiko yang akan di ambil dan toleransi risiko bank.
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan mekanisme lindung
nilai, meminta garansi, melakukan sekuritisasi aset, menggunakan
credit derivatives serta penambahan modal bank untuk menyerap
potensi kerugian (Ikatan Bankir Indonesia, 2015:33-34).
c. Risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan merupakan risiko yang paling besar
dampak dan potensi terjadinya, maka risiko pembiayaan dalam
perbankan menjadi perhatian khusus, karena risiko pembiayaan bisa
berdampak pada risiko lainnya (Susilo, 2017: 76). bagi lembaga
keuangan mikro syariah khususnya risiko pembiayaan adalah hal
yang harus diperhatikan karena dapat berdampak pada kesehatan
Risiko pada perbankan dapat dijeaskan sebagai berikut (Susilo,
2017: 77-80):
1) Identifikasi
Langkah–langkah yang harus dilakukan adalah:
a) mengidentifikasi objek (aset) yang akan dilindungi.
b) penentuan ancaman yang akan dihadapi.
c) menetapkan peluang kejadian.
d) menghitung besarnya dampak dan kelemahan sistem.
e) menilai alat-alat pengamanan yang ada.
f) rekomendasi dan implementasi.
2) Pengukuran
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan mengukur
kecenderungan terjadinya risiko dan dampak dari terjadinya
risiko apakah berada pada tingkat yang rendah, sedang atau
tinggi.
3) Pengendalian risiko (RCS=Risk Control System)
Risk Control System pada perbankan dilakukan dengan langkah:
a) Pengawasan oleh direksi dan manajemen senior.
b) Kebijakan, prosedur dan limit.
c) Pengukuran, pemantauan, dan SIM risiko.
Adapun umpan balik dari strategi pengendalian risiko yang
telah dibuat kemudian dilakukan langkah-langkah:
1) Lakukan evaluasi dan monitoring secara terus menerus terhadap
risiko yang ada.
2) Dibuatkan laporan tertulis.
3) Dikomunikasikan kepada seluruh level jabatan atau karyawan
untuk memperoleh umpan balik.
36
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Berdirinya BMT Ramadana
BMT Ramadana mulai didirikan tahun 2012 melalui pertemuan
oleh kurang lebih 27 orang yang sebagian besar adalah para pedagang
pasar di jalan lingkar salatiga di daerah Kecandran, dari hasil pertemuan
tersebut, kemudian di bentuk Pra koperasi pada tahun 2012 yang
bertempat di kelurahan Pulutan tepatnya RT 01 RW 04 Sidorejo Salatiga.
Pada tahun 2012 para pengurus Pra koperasi mengajukan ijin pendirian
ke dinas perindustrian, perdagangan koperasi dan UMKM kota Salatiga
(Disperindagkop). Barulah pada tahun 2013 tepatnya tanggal 8 Maret
2013 Pra koperasi mendapatkan izin dengan nomor
518/STT/210/III/2013 dan mulai melakukan kegiatan operasional yaitu
simpanan dan pembiayaan. Kemudian segmen pasarnya meliputi pasar di
jalan lingkar, wilayah Pulutan dan Kecandran.
Seiring berjalannya waktu para pengurus berupaya ingin
mengembangkan koperasi dengan memperluas pasar. Sehingga pada
pertengahan tahun 2013 Pra koperasi mengajukan izin ke dinas koperasi
Salatiga. Namun pada tahun 2013 muncul undang-undang pemerintah
tentang koperasi tetapi pada waktu itu muncul Undang-undang
masyarakat. Sehingga dinas koperasi belum berani memberikan izin
koperasi. Seiring berjalanya waktu pada pertengahan tahun 2013 BMT
Ramadana mulai membangun gedung yang berada di Jalan Lingkar
Selatan (JLS) Semarang-Solo Km 1,8 Pulutan Salatiga dan mulai
menempati sekitar awal tahun 2014.
Kemudian seiring berjalannya waktu para pendiri berkonsultasi
kepada dinas koperasi daerah dan kemudian disarankan untuk
mengajukan ijin ke dinas koperasi provinsi. Kemudian pada tahun 2015
BMT Ramadana mendapat pengesahan badan hukum nomor
14364/BH/XIV/II/2015 sehingga dapat memperluas area usahanya pada
wilayah provinsi.
2. Visi, Misi dan Tujuan BMT Ramadana Salatiga
Visi BMT Ramadana adalah menjadi BMT dengan layanan
sepuluh ribu anggota dan aset 15 miliyar pada tahun 2020. Untuk
mewujudkan visi tersebut BMT Ramadana memiliki Misi:
a. Meningkatkan kualitas layanan pada anggota sebagai upaya
menciptakan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariahn
yang terpercaya.
b. Meningkatkan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi simpanan
anggota.
c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti perbankan,
d. Membina hubungan keanggotaan dengan instansi pemerintah,
perusahaan swasta, sekolah negeri maupun swasta dan lembaga
terkait lain.
e. Meningkatkan jumlah pembiayaan pada anggota dengan tetap
menjaga prinsip kehati-hatian.
f. Menekan jumlah pembiayaan yang bermasalah.
g. Meningkatkan kualitas manajemen.
Sedangkan Tujuan BMT Ramadana antara lain:
a. Menggapai mardhotillah.
b. Menciptakan lembaga keuangan rakyat berdasarkan syariat islam
sebagai sarana peningkatan kehidupan sosial ekonomi umat.
c. Membebaskan umat khususnya para pengusaha kecil mikro dari
kejeratan bunga dan rentenir.
d. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menabung.
3. Lokasi KSPPS BMT Ramadana Salatiga.
Secara geografis KSPS BMT Ramadana terletak di Kota Salatiga,
tepatnya di jalan Lingkar Salatiga (JLS) KM 1,8 Pulutan, Sidorejo,
Salatiga. Letak KSPS BMT Ramadana tergolong strategis karena berada
di jantung Kota Salatiga. Lokasi bangunan KSPS berada di pinggir jalan
Lingkar Salatiga menghadap ke barat. Di sebelah selatan KSPS ada
sebuah rumah makan yaitu BALE RAOS, di sebelah utara KSPS BMT
sekitarnya, yang memiliki potensi luar biasa untuk dapat
mengembangkan dan mengenalkan produk keuangan syariah.
Tempat yang stratgis tersebut menjadikan keuntungan tersendiri
bagi KSPS BMT Ramadana, karena tanpa melakukan pemasaran untuk
pembiayaan telah banyak nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk
menambah modal usaha mereka.Demikian gambaran singkat mengenai
KSPS BMT Ramadana baik dari letak maupun lokasi bangunan.
4. Landasan Pendirian
Pendirian KSPS BMT Ramadana berdasrkan pada dua landasan
yaitu landasan idiil dan landasan moril.
a. Landasan ideologi KSPPS BMT Ramadana adalah sebagai berikut:
Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. (Q.S Al-Maidah: 2 )
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka-suka di antara kamu. (Q.S.
An- Nisa’: 29)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
b. Landasan Moril
1) Riba bersifat menindas dan dapat menyerang atau dapat
menggunakan system pemerasan.
2) Riba memindahkan harta dari si miskin ke si kaya serta
menambah jurang pemisah di antara keduanya.
3) Riba menciptakan suatu kelas yang menganggur, namun
menerima pendapatan dari penumpukan harta kekayaan.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi KSPPS BMT Ramadana sendiri hampir sama
dengan struktur organisasi yang ada pada koperasi lainnya, dimana
kekuasaan tertinggi terletak pada rapat anggota tahunan (RAT) dengan
dipantau oleh dewan pengawas syari’ah. Secara umum, Struktur
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BMT Ramadana
Sumber: BMT Ramadana
RAT
PPOB
PENGAWAS PENGURUS
Manajer
KEPALA CABANG SEKERTARIS
Administrasi Teller
Pendanaan MAAL
Keterangan
a. Pengurus:
1) Ketua : DR. Faqih Nabhan, SE.,MM
2) Sekretaris : Ade Nur Setyanto, Amd. Sy
3) Bendahara : Winarti, S. Kom
b. Pengawas
1) Ketua : Sujatmika Dwi Atmaja, Spd
2) Anggota : K.H. Sonwasi Ridwan BA (Syariah)
: Dr. Nafis Irhami MA, M.Ag. (Syariah)
: Mukarrobin
c. Pengelola
1) Manajer : DR. Faqih Nabhan, SE.,MM
2) Sekretaris : Ema Nur Setiawati, SE
3) Kepala cabang : Diwan Abdillah, Amd. Sy
4) Pendanaan
a) Kabag : Alvana Rohman, Amd. Sy
b) Anggota : Muhammad Nur Wahid
: lailatul hidayah
: Muh Sa’li Rosid, SH
: Budi Utomo, Amd. Sy
: Rudy Prasetya
5) Pembiayaan
a) Kabag : Ade Nur Setyanto, Amd. Sy
b) Anggota : Hanantya A. WD. SE, Sy
6) Teller
a) Kabag : Winarti, S. Kom
b) Anggota : Erni Noviani, Amd. Sy
: Selvi Alvionita
7) PPOB
a) Kabag : Lailatul Hidayah
b) Anggota : Selvi Alvionita
8) Administrasi
a) Kabag : Selvi Alvionita
b) Anggota : Lailatul Hidayah
9) Maal
a) Kabag : Hanantya A. WD. SE, Sy
b) Anggota : Diwan Abdillah, Amd. Sy
: Muhammad Nur Wahid
6. Ruang Lingkup dan Wewenang
Kelembagaan BMT Ramadana merupakan koperasi yang struktur
oraganisasinya terdiri dari pengurus dan pengelola, dimana tugas
a. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Hubungan organisasi; bertanggung jawab kepada rapat anggota
BMT, dan membawa pengelola BMT.
Tugas dan Tanggung Jawab RAT:
1) Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum untuk
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT agar tercipta
kinerja yang sesuai dengan AD/ART.
3) Ikut serta dalam mensosialisasikan BMT.
4) Menyelenggarakan rapat pengurus pengelola untuk:
a) Mendiskusikan laporan kemajuan bulanan dan tingkat
kesehatan BMT.
b) Membicarakan segala masalah, terutama masalah-masalah
strategis dan pemecahnya.
c) Mempersiapkan laporan PINBUK.
5) Menyelenggarakan rapat anggota tahunan
a) Mendengarkan, menerima, atau menolak laporan
pertanggung jawaban pengurus.
b) Membebas tugaskan pengelola lama dan mengangkat
pengelola baru jika tiba masa akhir tugasnya.
c) Membahas rancangan anggaran BMT dan rencanaa kerja
d) Mengusulkan pembagian keuntungan tahunan BMT pada
rapat anggota.
6) Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang di ajukan kepada BMT yang jumlahnya melebihi
maksimum yang dapat di putuskan oleh pengelola.
7) Memberikan persetujuan berkala dari pengelola mengenai
laporan, meliputi:
a) Laporan keuangan.
b) Laporan perkembangan pembiayaan.
c) Laporan kredit bermasalah.
d) Laporan pengumpulan dana.
8) Memberikan persetujuan atau penolakan mengenai:
a) keanggotaan pendiri baru BMT.
b) kerja sama pinjaman dengan pihak ketiga.
c) usulan produk jenis simpanan atau pembiayaan.
b. Dewan Pengurus
Bertanggung jawab rapat anggota tahunan dan membawai pengelola
BMT.
Tugas Pengurus :
1) Menyusun dan merumuskan kebijakan umum untuk
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT agar tercipta
3) Menyelenggarakan rapat pengurus dan mengevaluasi laporan
bulanan kinerja BMT.
4) Menyelengggarakan rapat anggota tahunan BMT.
5) Membina hubungan terhadap jaringan atau instansi terkait dan
pihak ketiga hal penyelenggaraan dana/pinjaman.
Wewenang pengurus:
1) Penggurus bertanggung jawab atas terlaksananya tugas dan
wewenang yang di amanatkan.
2) Menganggkat dan memperhatikan karyawan.
3) Mengesahkan laporan bulanan yang di ajukan manajer.
c. Dewan Pengawas
Tugas dan tanggung jawab :
1) Mengevaluasi dan mengawasi kerja BMT sesuai AD/ART.
2) Ikut serta mensosialisasikan BMT.
3) Mengusulkan dan merumuskaan kebijaksanaan umum untuk
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
4) Menyelenggarakan rapat pengurus, pengelola guna
mempersiapkan laporan kepada PINBUK, mempersiapkan
bahan RAT dan mendiskusikan laporan bulanan guna mencapai
5) Menyelenggarakan RAT guna laporan pertanggung jawaban
pengurus membahas anggaran dan rencana kerja yang akan
datang serta mengusulkan pembagian keuntungan.
6) Memberi persetujuan mengenai kerja sama pinjaman usulan
produk dan keanggotaan pendiri baru BMT.
d. Manajer
Tugas dan tanggung jawab
1) Memimpin Usaha BMT Ramadana di wilayah kantor cabang
utama sesuai dengan tujuan perusahaan .
2) Merencanakan, mengoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari
anggota dan lainya serta penyaluran dana yang secara langsung
berhubungan dengan aktifitas utama tersebut dalam upaya
mencapai target kantor cabang utama.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota dan pihak lain (anggota)
yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan pelayanan
yang lebih baik.
5) Menjabarkan kebijakan umum BMT Ramadana.
6) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas
7) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan,
pengangkatan pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan oprasional BMT.
8) Mengamankan harta kekayaan BMT Ramadana agar terlindung
dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan,
serta seluruh asset BMT.
9) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.
10)Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan
dengan batas wewenang yang ada di wilayah kantor cabang.
11)meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kantor cabang utama
Wewenang manajer
1) Memimpin rapat komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiyaan
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan rapat komite
secara musyawarah dengan alas an-alasan yang jelas
3) Menyetujui/menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan
batasan wewenang
4) Menyetujui pengerluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya oprasional lain sesuai dengan batas wewenang
5) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai degan ketentuan
6) Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
e. Kepala Bagian Cabang
Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Cabang:
1) Melakssanakan dan menjabarkan kebijakan umum yang telah
digariskan oleh pengurus.
2) Bersama staf pemasaran cabang menyusun strategi operasional
yang berhubungan dengan tabungan, pembiayaan dan
konfirmasi.
3) Mencari peluang untuk sumber-sumber dana murah yang dapat
dihimpun dari anggota atau calon anggota.
4) Membantu laporan rutin kepada pengurus.
5) Bertanggung jawab atas terciptanya target pertumbuhan cabang.
6) Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan
administrasi laporan yang di susun oleh teller.
7) Bertanggung jawab atas kelengkapan berkas data pembiayaan.
Wewenang Kepala Bagian Cabang:
1) Melakukan pembinaan yang berstruktur terhadap karyawan
cabang demi peningkatan sumber daya insani.
2) Menyalidasi pembiayaan.
3) Mendelegasikan tugas kepada staf pemasaran dan teller sesuai
f. Bagian Administrasi dan Pembukuan
Tugas Bagian Administrasi dan Pembukuan:
1) Melaksanakan dan menjabarkan kebijakan umum yang telah
digariskan oleh pengurus.
2) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya
harian Membantu laporan secara rutin kepada pengurus.
Wewenang Bagian Administrasi dan Pembukuan:
1) Mengatur distribusi keutuhan inventarisasi dan kebutuhan
kantor.
2) Melakukan koordianasi terhadap teller yang berkaitan dengan
administrasi dan pembukaan.
3) Mengusulkan pendanaan renovasi.
4) Melakukan pengurusan dana administrasi dan pembukaan
kantor.
Tanggung Jawab Bagian Administrasi dan Pembukuan:
1) Bertanggung jawab atas terlaksananya mekanisme pencatatan
pelaporan dan kelancaran administarasi dan pembukuan.
2) Bertanggung jawab atas pengarsipan berkas, surat, dan dokumen
g. Bagian Pembiayaan
Tugas Bagian Pembiayaan:
1) Memeriksa permohonan pembiayaan yang masuk.
2) Membuat rencana survei, melakukan survei dan analisa hasil
survei.
3) Mengkoordinasikan dan mengkomitkan dari hasil pemeriksaan
dilapangan.
4) Memproses data dan survei yang masuk untuk menentukan rasio
kesehatan usaha calon anggota. Membina dan menangani
pembiayaan yang bermasalah.
5) Memberikan informasi kapan pembiayaaan dicairkan.
6) Memerikan masukan ke manager dalam hal data suvei, sebagai
bahan penetuan layak atau tidaknya pemohonan dicairkan.
h. Teller Pusat
Tugas Teller Pusat:
1) Pelaksanakan dan menjabarkan kebijakan teknis yang
dijabarkan oleh pengurus berkoordinasi dengan teller cabang.
2) Menandaatangani pengambilan dan penyetoran uang tunai dari
Wewenang Teller Pusat:
1) Mengatur distribusi keuangan.
2) Berhak memberikan teguran, kritik saran terhadap teller cabang
dalam raangka memacu produktivitas dan membentuk etos kerja
professional.
Tanggung jawab Teller Pusat:
1) Bertanggung jawab atas kelancaran distribusi keuangan di
cabang-cabang.
2) Bertanggung jawab atas kecocokan saldo akhir laporan harian
kas dengan saldo akhir tunai.
i. Teller Cabang
Tugas Teller Cabang:
1) Mengatur dan menyiapkan pengeluran uang tunai yang telah
disetujui oleh kepala cabang.
2) Menandatangani formulir-formulir serta slip-slip dari anggota
serta memasukan data ke computer.
3) Membuat muatasi harian atau laporan kas harian.
Tanggung Jawab Teller Cabang yaitu bertanggung jawab atas
B. Data Deskriptif
1. Produk-produk KSPPS BMT Ramadana
KSPPS BMT Ramadana mempunyai beberapa produk yang terbagi
menjadi 2 bagian antara lain: produk simpanan (funding), produk
pembiayaan (lending).
a. Produk- produk Simpanan (Funding)
1) Simpanan Suka Rela (SIRELA)
Simpanan Suka Rela (SIRELA) di sediakan bagi anggota yang
ingin menyimpan uangnya baik harian atau per minggunya
minimal 10.000,- dan kelebihan dari tabungan ini yaitu bias
diambil sewaktu-waktu tanpa adanya periode untuk
pengambilan tabungannya. Untuk pembukaan awal tabungan
minimal 20.000,- dan sudah menjadi saldo awal nasabah.
2) Simpanan berjangka (SISUKA)
Simpanan berjangka (SISUKA) jenis simpanan yang hanya bisa
diambil pada waktu tanggal jatuh tempo simpanan. Apabila
diambil pada waktu sebelum jatuh tempo dikenakan pinalty atau
denda 10% dari jumlah pengambilan.Jangka waktu diantaranya
3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sedangkan simpanan sisuka