• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan

Komaruddin dalam Ensiklopedia Manajemen (1994:768) mengemukakan bahwa pengertian peranan adalah sebagai berikut :

“ 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya.

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat“.

Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa peranan dalam skripsi ini adalah fungsi dari setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

2.2 Akuntansi Biaya

2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Manajemen dalam menjalankan fungsinya merupakan salah satu dari pemakaian informasi yang dihasilkan akuntansi, dan salah satunya adalah akuntansi biaya. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai akuntansi biaya, penulis akan mengemukakan pengertian akuntansi biaya menurut beberapa ahli:

Pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi (2005:7) adalah:

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Pengertian akuntansi biaya menurut Hongren (2003:3) adalah:

“Cost accounting measure and report financial and nonfinancial information relating to the cost of acquiring or utilizing resources in an organization”.

(2)

Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah kumpulan teknik pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa yang merupakan bagian dari akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan.

2.2.2 Fungsi Akuntansi Biaya

Fungsi akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:10) adalah:

“Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan tertentu guna menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatannya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha tersebut”.

Sedangkan fungsi akuntansi biaya menurut Kusnadi, dkk (1999:4) adalah:

“1. Melakukan perhitungan dan pelaporan biaya (harga) pokok suatu produk

2. Memperinci biaya (harga) pokok produk pada segenap unsurnya 3. Memberikan informasi dasar untuk membuat perencanaan biaya

dan beban

4. Memberikan data bagi proses penyusunan anggaran

5 Memberikan informasi biaya bagi manajemen guna dipakai didalam pengendalian manajemen”.

Jadi fungsi akuntansi biaya adalah memberikan informasi bagi manajemen yaitu dengan menganalisa data biaya dan pendapatan yang telah dikumpulkan dan dicatat. Manajemen dapat menghitung laba bersih perusahaan secara tepat, dengan cara menghubungkan antara besarnya biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang dihasilkan pada periode tertentu, dari data biaya dan pendapatan tersebut.

2.2.3 Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mempunyai beberapa tujuan. Menurut Mulyadi (2005:7) adalah:

“Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: Penetapan harga pokok produk, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan khusus”.

(3)

Sedangkan tujuan akuntansi biaya menurut kusnadi, dkk (1999:4) adalah “1. Penentuan harga pokok produk

2. Menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen 3. Sebagai alat perencanaan

4. Pengendalian biaya 5. Pengambilan keputusan

6. Menghitung laba perusahaan pada setiap periode tertentu”.

Maka secara garis besar tujuan akuntansi biaya adalah membantu manajemen dalam memberikan informasi yang memadai mengenai harga pokok, juga sebagai alat bantu pengendalian biaya serta pengambilan keputusan yang diperlukan.

2.3 Biaya

2.3.1 Pengertian Biaya

Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk membuat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan dengan baik. Untuk itu manajemen harus mempunyai informasi yang lengkap mengenai perusahaan. Diantara informasi tersebut adalah informasi biaya yang lebih dikenal dengan istilah cost dengan expense.

Dalam praktik, istilah tersebut sulit dibedakan, padahal membedakan cost dan expense adalah hal yang penting. Untuk memperjelas diantara keduanya.

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2005:8) adalah:

“Di dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi maupun kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.

Menurut Kusnadi, dkk (1999:8) menyatakan bahwa biaya adalah:

“Biaya didefinisikan sebagai manfaat (benefit) yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa”.

Sedangkan menurut Horngren, dkk (2003:30) menyatakan sebagai berikut:

“. . .is a resource sacrified or forgone to achieve a specific objective. It is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods and service”.

(4)

Adapun menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:18) paragrap tujuh puluh menyatakan bahwa:

“Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Jadi dapat dikatakan bahwa Cost (biaya) adalah nilai dari suatu asset yang dikorbankan atau akan dikorbankan untuk memperoleh asset yang lain dan dapat memberikan manfaat untuk kegiatan masa yang akan datang, sedangkan expense (beban) adalah merupakan nilai dari suatu asset yang dikorbankan untuk mendapatkan pendapatan dan tidak dapat memberikan manfaat lagi pada masa yang akan datang.

2.3.2 Penggolongan Biaya

Agar data biaya dapat digunakan secara optimum oleh manajer baik untuk perencanaan laba, pengendalian biaya maupun untuk kepentingan lainnya, maka biaya-biaya harus diklasifikasikan. Dimana pengklasifikasian sendiri merupakan suatu proses pengelompokan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai arti.

Penggolongan biaya menurut Supriyono (2000:18) adalah:

“1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok kegiatan perusahaan

2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan

3. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume

4. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya

5. Penggolongan biaya sesuai dengan pengambilan keputusan”.

menurut Carter dan Usry (2004:40), Penggolongan biaya yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini.

“1. Produk

(5)

3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur

4. Periode akuntansi

5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi”.

Ad. 1 Biaya dalam hubungannya dengan produk

Dalam klasifikasi ini biaya total yang dikeluarkan untuk suatu perusahaan manufaktur terdiri dari:

a) Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi ini terdiri dari dari tiga unsur biaya yaitu:

1) Bahan Baku

2) Tenaga kerja langsung 3) Overhead pabrik

b) Biaya komersial terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu:

1) Biaya pemasaran adalah biaya ini dimulai pada saat proses pabrikasi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap untuk dijual. Biaya ini meliputi biaya promosi, penjualan, dan pengiriman. 2) Biaya administrasi dan umum, meliputi biaya yang dikeluarkan

dalam mengatur dan mengendaliakn organisasi.

Ad. 2 Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Berikut ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel:

1. Perlengkapan 2. Bahan bakar 3. Peralatan kecil

4. Kerusakan, sisa dan beban reklamasi 5. Biaya peneriman

6. Royalti

(6)

8. Upah lembur

9. Penanganan bahan baku

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah seiring dengan perubahan volume produk. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap:

1. Gaji eksekutif produksi 2. Depresiasi

3. Pajak property 4. Amortisasi paten 5. Gaji supervisor 6. Asuransi

7. Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan 8. Sewa

Biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Misalnya, biaya listrik biasanya adalah biaya semivaribel. Listrik yang digunakan untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa memperdulikan tingkat aktivitas, sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi bergantung pada penggunaan peralatan.

Ad. 3 Biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi, atau segmen lainnya.

a) Departemen produksi atau departemen jasa

Departemen-departemen dalam sebuah pabrik pada umumnya digolongkan oleh dua kategori yaitu: departemen produksi jika biaya yang dikeluarkan oleh departemen ini dibebankan atas produk, departemen jasa jika membebankan biaya atas dasar jasa/ pelayanan yang diberikan bagi departemen lain. Dalam hubungannya dengan pembebanan biaya pada departemen dikenal dua macam biaya yaitu: biaya langsung dan tidak langsung.

(7)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebabnya karena adanya sesuatu yang dibiayai.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.

b) Biaya bersama dan biaya gabungan

Biaya bersama yaitu biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih, sedangkan biaya gabungan adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari suatu jenis produk.

Ad. 4 Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi Biaya dapat digolongkan menjadi:

a) Capital Expenditure adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

b) Revenue Expenditure adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran dan dicatat sebagai beban.

Ad. 5 Biaya dalam hubunganya dengan suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi.

Dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu:

a) Biaya differensial, yaitu biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan, yang menyangkut pemilihan alternatif masa yang akan datang. b) Biaya kesempatan, yaitu pendapatan atau penghematan biaya yang

dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu..

2.4 Biaya Produksi

2.4.1 Pengertian biaya produksi

Biaya produksi adalah semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai untuk dijual. Biaya produksi ini khususnya biaya bahan baku yang diambil penulis sebagai objeknya.

Menurut Mulyadi (2005:14) biaya produksi adalah:

“Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual”.

(8)

Sedangkan menurut Munawir (2002:326) biaya produksi adalah:

“Biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan atau mengubah bahan baku menjadi barang yang siap dijual atau dikonsumsi, maupun biaya pelaksanaan atau pemberian jasa/ pelayanan”.

Biaya produksi ini dibagi menjadi beberapa unsur, diantaranya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.

2.4.2 Unsur-unsur Biaya Produksi

2.4.2.1 Biaya Bahan Baku

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai biaya bahan baku terlebih dahulu penulis akan membahas mengenai pengertian dari bahan baku. Berikut ini definisi dari bahan baku menurut Abdul Halim (1999:39) adalah;

“Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan dapat didefinisikan secara langsung pada produk bersangkutan”.

Sedangkan bahan baku menurut Mulyadi (2005:275) adalah:

“Bahan baku adalah harga pokok bahan baku yang diolah dalam proses produksi”.

Menurut Horngren, dkk (2003:36) biaya bahan baku mengemukakan: “Direct material cost are the the acquisition costs of all materials that eventually become part of the cost object, and that can be traced to the cost object in an economically feasible way”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah biaya dari semua bahan yang membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari barang jadi. Besarnya biaya bahan baku ditentukan oleh biaya perolehannya yaitu biaya sejak pembelian sampai dengan biaya tersebut dapat digunakan dalam proses produksi.

2.4.2.2 Biaya Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2005:319) Biaya tanaga kerja adalah:

“Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.

(9)

Pada umumnya identifikasi dari penggunaan tenaga kerja langsung dinyatakan dalam jam kerja. Untuk satu unit produk dinyatakan beberapa jam kerja yang dibebankan dalam pembuatan produk.

2.4.2.3 Biaya Overhead Pabrik

Menurut Horngren, dkk (2003:36) biaya overhead pabrik adalah:

“Indirect manufacturing cost are all manufacturing cost that are considered part of the cost object, unit finished or in process, but that cannot be traced to that cost object in an economically feasible way”. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya produk kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperlukan dalam produksi.

2.5 Biaya Standar

2.5.1 Pengertian Biaya Standar

Dalan perusahaan, prestasi perlu dievaluasi sebagai dasar untuk pelaksanaan (performance) yang merupakan salah satu tugas manajemen yang paling penting. Untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan kegiatan secara objektif dan akurat diperlukan alat ukur. Alat ukur ini disebut “standar”, yang berguna sebagai alat pembanding hasil aktifitas dan juga sebagai alat pengendalian.

Dalam perusahaan industri, standar yang digunakan untuk menghasilkan produk adalah standar bahan baku, standar tenaga kerja dan standar overhead pabrik. Standar tersebut bila dinyatakan dalam ukuran kuantitatif disebut biaya standar.

Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya secara ilmiah, yakni berdasarkan hasil penelitian yang cermat tentang kegiatan masa lalu dengan mempertimbangkan kondisi yang akan datang dan berguna bagi manajemen sebagai alat pengendalian biaya. Dengan kata lain biaya standar adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk tertentu atau proses produksi tertentu pada tingkat efisien atau volume produksi tertentu.

(10)

Seperti biaya standar dijelaskan menurut Blocher ,dkk (2001:730)

“Biaya standar merupakan pengeluaran perusahaan yang ditentukan sebelumnya yang dibutuhkan dalam operasinya”

Sedangkan biaya standar menurut Munawir (2002:361) adalah:

“Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu unit produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor tertentu”.

Jadi dapat dikatakan bahwa biaya standar merupakan biaya yang ditetapkan dimuka untuk menghasilkan satu satuan produk. biaya yang ditentukan dimuka merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya, jika biaya sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasarinya tidak berubah.

2.5.2 Jenis-jenis Standar

Jenis-jenis standar menurut Mulyadi (2005:394-395) menggolongkan standar atas tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut:

1) Standar teoritis

Standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dicapai tetapi berguna untuk jangka waktu yang relatif lama.

2) Rata-rata biaya waktu yang lalu

Standar ini cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya. Rata-rata biaya waktu yang lalu banyak mengandung biaya-biaya yang tidak efisien yang seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar, namun standar ini berguna pada saat permulaan perusahaan menerapkan system biaya standar.

3) Standar Normal

Standar yang didasarkan atas taksiran biaya dimasa yang akan datang dibawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal dan berguna dalam perencanaan kegiatan jangka panjang dan dalam pengambil keputusan yang bersifat jangka panjang.

(11)

4) Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai

Merupakan kriteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan yang didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidak efisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.

2.5.3 Manfaat dan kelemahan biaya standar

Biaya standar berguna di dalam membantu perencanaan dan pengendalian operasi dan dalam menetapkan yang lebih jelas mengenai pengaruh keputusan manajer terhadap tingkat biaya dan laba.

Manfaat biaya standar menurut Willson, dkk (1996:244) adalah:

“1. Standar memberikan suatu tolak ukur yang lebih baik mengenai prestasi

2. Memungkinkan digunakannya “prinsip pengecualian” (principle of exception) dengan akibat adanya penghematan waktu

3. Memungkinkan biaya akuntansi yang lebih ekonomis

4. Memungkinkan pelaporan yang segera atas informasi pengendalian biaya

5. Standar berlaku sebagai insentif karyawan”.

Manfaat biaya standar menurut Mulyadi (2005:388-389) adalah sebagai berikut:

“1. Biaya standar merupakan alat yang penting dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis maka akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif.

2. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk kegiatan tertentu sehingga memudahkan mereka dalam pembuatan rencana dan pengambilann keputusan”.

Manfaat biaya standar menurut Abdul Halim (1999:270-271) adalah: “1) Perencanaan dan penyusun anggaran

2) Pengendalian biaya

3) Menilai hasil pelaksanaan

4) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghematan biaya 5) Menerapkan manajemen objektif

6) Pengambil keputusan tentang harga jual produk , strategi pengembangan produk dan lain sebagainya

(12)

Disamping manfaat-manfaat yang telah dikemukakan, biaya standar juga memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan menurut Mulyadi (2005:389), antara lain:

1) Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan di dalam perusahaan secara keseluruhan dengan tingkat keketatan atau kelonggaran yang sama.

2) Seringkali standar cenderung untuk menjadikan kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek.

2.5.4. Metode Penetapan Standar

Mengenai penetapan standar, dikemukakan oleh Willson, dkk (1996:249) dalah sebagai berikut:

“Standar harus ditetapkan oleh mereka yang paling baik, terlatih dan berpengalaman untuk menilai bagaimana seharusnya pelaksanaan yang baik. Dalam hal ini sering merupakan proses gabungan yang memerlukan kerja sama diantara para staf dari dua atau beberapa divisi perusahaan. Pada dasarnya penetapan standar memerlukan pengujian dan analisis yang teliti”.

2.5.5 Penetapan Biaya Standar Bahan Baku

Menurut Supriyono (2000:102) definisi standar biaya bahan baku adalah “Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengolahan satu satuan produk”.

Standar bahan baku terdiri atas standar kualitas bahan baku dan standar harga bahan baku. Sebelum kedua standar tersebut dibahas, maka perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menyusun standar bahan baku, menurut Supriyono (2000:102):

”1) Diperlukan anggaran bahan baku yang akurat 2) Kewajiban pembelian rutin

3) Pengawasan atas pengiriman bahan baku yang dibeli dan diangkut

4) Fasilitas penerimaan dan penyimpanan bahan baku yang memadai

(13)

6) Metode yang memadai untuk mengidentifikasi dan mengawasi bahan baku di dalam proses

7) Kewajiban dari penyimpanan dan pengiriman produk selesai”.

1. Standar harga bahan baku

Standar bahan baku adalah harga bahan baku per satuan yang seharusnya terjadi di dalam pembelian bahan baku. Harga standar ini dapat diperoleh dari daftar harga pemasok, katalog atau informasi lain yang sejenis. Jika biaya angkut dan pengurusan bahan baku dibebankan pada bahan baku, maka harga standar tersebut harus juga memperhitungkan biaya tersebut. Begitu juga dengan potongan pembelian dari pemasok, harus dikurangi dari harga beli bruto dalam penetapan harga standar.

Menurut Mulyadi (2005:392) harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa:

1) Harga yang akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun

2) Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar

3) Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang

Kegunaan dari standar bahan baku adalah:

1) Mengecek prestasi kerja departemen pembelian dan pengaruh berbagai factor internal maupun eksternal

2) Mengukur pengaruh dari turun naiknya harga terhadap laba perusahaan

2. Standar Kuantitas (pemakaian) bahan baku

Standar kuantitas bahan baku adalah jumlah kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai dalam pengolahan satu satuan produk tertentu

Menurut Mulyadi (2005:391), standar kuantitas bahan baku dapat dinyatakan dengan menggunakan:

1) Penyelidikan teknis

2) Analisa catatan masa lalu dalam bentuk:

a) Menghitung rata-rata pemakain bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.

b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.

(14)

c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik

Jadi penetapan standar kuantitas selain ditentukan dengan melakukan penyelidikan teknis dan analisis pengolahan masa lalu mengenai spesifikasi jenis dan jumlah bahan baku yang akan digunakan, juga harus memperhitungkan kelonggaran standar untuk pemborosan atau kerugian dalam tingkat yang wajar. Selain itu, standar kuantitas biasanya ditentukan berdasarkan perekayasaan, pengalaman masa lalu dan percobaan pengujian (test-run).

2.5.6 Metode Pencatatan Biaya Standar

Ada dua metode pencatatan biaya standar di dalam system akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:414-419) adalah:

1) Metode Partial plan

Yaitu suatu cara pencatatan dimana pada mulanya seluruh biaya produksi yang dibebankan ke rekening barang dalam proses dicatat sebesar biaya sesungguhnya, tetapi saat barang jadi diakui sebesar biaya standar.Dalam metode ini, perkiraan dalam proses didebit dengan biaya sebenarnya dan dikredit dengan biaya standar jika barang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi. Setiap saldo yang ada pada persediaan barang dalam proses terdiri dari dua unsur, yaitu:

a) Biaya standar untuk barang yang masih dalam proses b) Selisih antara biaya sebenarnya dengan biaya standar 2) Metode Single Plan

Yaitu suatu cara pencatatan dimana seluruh biaya produksi yang dibebankan ke rekening dalam proses dicatat sebesar biaya standar, dan saat barang jadi dicatat sebesar biaya standar. Dalam metode single plan, perkiraan barang dalam proses didebit dan dikredit dengan biaya standar begitu juga dengan perkiraan persediaan barang jadi dan perkiraan harga pokok penjualan untuk selisih dicatat pada perkiraan selisih terpisah.

(15)

2.5.7 Revisi Standar

Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentunya telah mengalami perubahan, yaitu apabila terjadi perubahan yang penting dalam metode produksi, tenaga kerja atau bahan baku yang dipakai baik kuantitas maupun kualitasnya, dan apabila terjadi perubahan hendaknya diterapkan pada standar tertentu tanpa mengganggu system biaya standar secara keseluruhan. Sistem biaya standar harus ditinjau secara periodik, sehingga bisa dilakukan perbaikan jika standar tersebut ternyata keliru atau menjadi ketinggalan terhadap metode produksi.

Revisi terhadap biaya standar dapat dilakukan dengan cara, menurut Mulyadi (2005:435) adalah:

1) Revisi dilakukan pada akhir periode akuntansi

Revisi pada periode akuntansi berjalan memerlukan waktu , tenaga dan biaya sehingga lebih menghemat apabila dilakukan revisi pada akhir periode akuntansi. Konsekuensi dari cara yang ini bahwa standar yang telah ada tidak lagi digunakan sebagai alat pengendalian dan mengukur prestasi.

2) Revisi dilakukan pada saat diketahui bahwa biaya standar harus direvisi tanpa menunggu habisnya periode akuntansi.

Dengan cara ini diharapkan bahwa standar harus tetap digunakan sebagai alat pengendalian biaya. Penerapan biaya standar yang dimaksudkan untuk pengendalian biaya produksi khususnya biaya bahan baku akan sangat membantu perusahaan guna meningkatkan efisiensi. Pada akhirnya, biaya standar bahan baku merupakan elemen dari harga pokok perlu direvisi dengan cara-cara tersebut diatas agar standar tersebut tetap dapat dipergunakan sesuai dengan tujuan pengendalian biaya.

(16)

2.6 Pengendalian

2.6.1 Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan fungsi dari suatu proses manajemen yang bertujuan untuk mengarahkan aktivitas operasi kepada apa yang sudah direncanakan serta mendeteksi atau mengoreksi ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang direncanakan.

Mengenai pengertian pengendalian, Supriyono (2000:8) mengemukakan sebagai berikut:

“Pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali, menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan ”.

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa pengendalian adalah suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan telah ditetapkan dengan cara membandingkan antara rencana yang dibuat dengan yang sesungguhnya terjadi, jadi dalam proses pengendalian, mutlak dibutuhkan adanya tolak ukur untuk melakukan perbandingan. Dengan cara ini dapat diketahui penyimpangannya, setelah diketahui penyimpangannya dilakukan tindakan perbaikan.

2.6.2 Pengendalian Biaya Bahan Baku

Dikaitkan dengan biaya, maka fungsi pengendalian biaya diartikan sebagai usaha mengerahkan pemakaian biaya agar biaya yang dikeluarkan sesuai dengan rencana sehingga tujuan tercapai.

Pengendalian biaya bahan baku dimulai dengan pengumpulan data biaya bahan baku dan mengolah data tersebut untuk menentukan rencana berupa penetapan standar, kemudian membandingkan biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi dengan biaya bahan baku menurut standar dan apabila terjadi selisih dilakukan tindakan perbaikan.

Menurut Willson dkk (1996:321) pengendalian bahan baku adalah:

“Pengendalian bahan baku adalah penyediaan bahan dengan kuantitas dan kualitas yang diisyaratkan pada waktu dan tempat yang diperlukan pada proses produksi”.

(17)

Ini mengandung implikasi, bahwa bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya, dan mesti dipertanggung jawabkan secara penuh dan dipergunakan sesuai dengan dimaksud, jadi jelas bahwa pengendalian bahan baku luas lingkupnya dan harus mencangkup banyak fase atau bidang pengendalian seperti rencana dan spesifikasi, pembelian, penggunaan dan bahan sisa pemborosan.

2.6.3 Tujuan Pengendalian Biaya Bahan Baku

Menurut Willson, dkk (1996:252) tujuan pengendalian biaya menyatakan: “Dalam analisis terakhir, tujuan pengendalian biaya adalah untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang dikehendaki, dari pemakaian sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja, usaha dan fasilitas, yaitu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi-kondisi yang ada”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian biaya yang efektif bukan melalui pengurangan biaya yang sebegitu besar dengan mengabaikan kualitas produk yang dihasilkan, akan tetapi dengan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi yang ada.

2.6.4 Proses Pengendalian Biaya Bahan Baku

Proses pengendalian biaya merupakan kebijaksanaan manajemen dengan tujuan mencapai biaya bahan baku yang efisien. Proses tersebut melalui beberapa langkah dalam mengendalikan pelaksanaan pengendalian biaya bahan baku menurut willson, dkk (1996:252) sebagai berikut:

” 1. Menetapkan standar perbandingan

2. Mencatat prestasi pelaksanaan yang sebenarnya

3. Membandingkan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar mencakup:

a. Menetapkan perbedaan antara standar dengan prestasi pelaksanaan sesungguhnya

b. Menganalisa sebab-sebab terjadinya perbedaan

c. Mengambil tindakan perbaikan untuk mengendalikan biaya sesungguhnya yang tidak memuaskan, agar sesuai dengan standar yang ditetapkan terlebih dahulu”.

(18)

Berdasarkan definisi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Ad. 1 Menetapkan standar perbandingan

Pengendalian pada tahap ini dengan menetapkan standar biaya bahan baku sebgai tolak ukur atau dasar dalam menilai dan membandingkan prestasinya dengan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar biaya bahan baku yang ditetapkan terdiri dari standar biaya bahan baku dan standar pemakaian bahan baku untuk berbagai tingkat produksi.

Ad. 2 Mencatat prestasi pelaksanaan yang sebenarnya

Pengendalian pada tahap ini dilakukan dengan mencatat prestasi pelaksanaan yang sebenarnya, artinya setiap biaya bahan baku yang terjadi dalam proses produksi dicatat secara benar oleh manajemen perusahaan. Dalam hal ini telah mencatat semua biaya bahan baku dikeluarkan untuk memproduksi suatu produksi.

Ad.3 Membandingkan biaya sesungguhnya terjadi dengan biaya standar mencakupi:

a) Menetapkan perbedaan antara standar dengan prestasi pelaksanaan sesungguhnya

Penyimpangan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar yang terjadi disebut selisih (variance). Selisih yang terjadi dapat merupakan selisih yang menguntungkan (favorable) atau selisih yang tidak menguntungkan (unfavourable).

b) Menganalisa sebab-sebab terjadinya perbedaan

Selisih yang terjadi baik yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan akan dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih dan dilakukan tindakan bila diperlukan, analisis ini dilakukan tiap bulan.

c) Mengambil tindakan perbaikan untuk mengendalikan biaya sesungguhnya yang tidak memuaskan, agar sesuai dengan standar yang ditetapkan terlebih dahulu.

(19)

Setelah bagian akun melaporkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya selisih tersebut kepada kreditur utama untuk dipelajari, selanjutnya diadakan rapat direksi yang dihadiri oleh direktur utama, direktur, manajemen produksi, manajemen keuangan, dan bagian umum untul dievaluasi penyimpangan yang terjadi, terutama terhadap selisih yang tidak menguntungkan untuk selanjutnya dilakukan tindakan koreksi yang diperlukan.

2.6.5 Peranan Standar Dalam Pengendalian Biaya

Kebutuhan penetapan standar pada biaya bahan baku untuk mengendalikan biaya secara efektif merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan finansial perusahaan.

Tujuan utama perusahaan dalam pengendalian biaya yang efisien bukan melalui pengurangan biaya yang begitu besar dan mengabaikan kualitas produk yang dihasilkan produk, akan tetapi untuk menuju sasaran yang akan dituju yaitu menghasilkan produksi yang berkualitas baik dengan biaya yang murah.

Penetapan standar produksi dalam perusahaan akan dapat mengukur operasi produksi yang dijalankan berjalan efisiensi atau tidak. Pemeriksaan atas perbedaan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar akan menunjukkan pada bagian mana terdapat perbedaan yang terbesar, sehingga dengan informasi ini dapat diambil langkah-langkah perbaikan sehingga biaya akan terkendalikan dan produktifitas perusahaan akan meningkat.

Selanjutnya Willson, dkk(1996:244) secara ringkas mengungkapkan kegunaan atau keuntungan utama biaya standar dalam pengendalian biaya yaitu:

“1. Standar memberikan suatu tolak ukur yang lebih baik mengenai prestasi pelaksanaan

2. Memungkinkan dipergunakannya “prinsip pengecualian” (principle of exception) dengan akibat penghematan waktu 3. Memungkinkan biaya akuntansi yang ekonomis

4. Memungkinkan pelaporan yang segera atas informasi pengendalian biaya

(20)

Sebagai alat pengendalian biaya, biaya standar memberikan suatu tolak ukur atau patokan untuk menilai aktivitas perusahaan, dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui besarnya penyimpangan yang terjadi untuk dianalisis dan diambil tindakan koreksi seperlunya. Dengan adanya patokan ini, maka manajemen dapat meningkatkan efisiensi operasi melalui pengarahan aktivitas perusahaan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Pada pelaksanaannya pasti akan terjadi ketidaksesuaian atau selisih antara pengeluaran biaya yang terjadi sesungguhnya dengan biaya standar untuk suatu produk. Untuk itu harus dilakukan analisis guna mengetahui dan mengukur sampai sejauhmana biaya produksi dapat dikendalikan yang dikenal dengan analisis selisih (variance analysis). Disamping itu analisis juga berguna untuk menilai apakah standar yang ada perlu direvisi.

2.7 Analisis Selisih

Selisih (variance) adalah perbedaan yang timbul karena hasil yang sesunguhnya tidak sama dengan standar, yang dapat disebabkan oleh fakor-faktor internal maupun eksternal. Evaluasi penyimpangan hasil sebenarnya dari standar yang ditetapkan, dilakukan dengan menggunakan teknis analisis yaitu membandingkan biaya produksi standar dengan biaya produksi yang sesungguhnya. Sesuai dengan judul skripsi ini, maka biaya produksi yang akan dibahas adalah hanyalah biaya bahan baku.

2.7.1 Pengertian Selisih

Menurut Mulyadi (2005:395) analisis selisih adalah:

“Selisih (variance) adalah penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar”

Pengertian selisih menurut Hongren (2003:218) adalah:

“Variance is the difference between an actual result and a budgeted amount. The budgeted amount is a benchmarkl, that is it is a point of reference from which comparisons may be made”.

(21)

Menurut Kusnadi, dkk (1999:259) selisih adalah:

“Perbedaan yang timbul karena hasil sesunguhnya tidak sama dengan standar yang dapat disebabkan oleh factor eksternal dan internal”.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa selisih (variance) adalah perbedaan yang timbul antara hasil aktual dengan hasil standar (yang direncanakan). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis dan dari analisis tersebut diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih merupakan alat untuk menentukan keberhasilan pengendalian biaya.

2.7.2 Manfaat Analisis Selisih

Menurut Supriyono (2000:104-106) menjelaskan lebih khusus mengenai manfaat anlisis selisih sebagai berikut:

“1) Selisih harga bahan baku pada dasarnya adalah tanggungjawab dari bagian pembelian karena bagian-bagian tersebut telah membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dibanding standar. Oleh karena itu, perhitungan selisih harga bahan baku dapat dipakai untuk menilai prestasi bagian pembelian.

2) Perhitungan analisis selisih kuantitas bahan baku berguna untuk mengukur pengaruh akibat efisiensi pemakain bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat analisis selisih adalah:

1) Sebagai alat mengukur dan menilai prestasi beberapa kegiatan departemen perusahaan

2) Sebagai alat untuk mengukur pelaksanaan kerja yang efisien dan efektif

3) Sebagai alat untuk mengoreksi ketidak efisienan dalam kegiatan produksi

(22)

2.7.3 Penyebab Terjadinya Selisih

Menurut Supriyono (2000:104-106) mengemukakan beberapa penyebab terjadinya selisih:

“Penyebab selisih harga bahan baku

1) Fluktuasi harga pasar bahan baku yang bersangkutan

2) Kontrak jangka waktu pembelian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan

3) Pembelian dari supplier yang lokasinya lebih menguntungkan atau tidak menguntungkan

4) Kegagalan di dalam memanfaatkan kesempatan potongan pembelian atau ketidaktepatan jumlah potongan pmbelian yang diharapkan

5) Tambahan pembayaran harga bahan baku karena adanya pembelian khusus yang dilakukan

6) Pembelian dalam jumlah yang ekonomis atau tidak ekonomis 7) Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus dilakukan

pembelian bahan yang mendadak (rush purchases)

Penyebab selisih kuantitas bahan baku:

1) Perubahan dan rancangan produk, mesin, peralatan, atau metode pengolahan produk yang belum dinyatakan dalam standar

2) Pemakaian bahan baku subtitusi yang menguntungkan atau merugikan

3) Selisih hasil dari bahan baku yang mengakibatkan kuantitas yang dipakai lebih besar atau lebih kecil dibanding standar

4) Kerugian bahan baku rusak karena atau susut yang disebabkan karyawan tidak terlatih, tidak diawasi, teledor atau bekerja tidak memuaskan baik di pabrik maupun di gudang bahan

5) Pengawasan yang terlalu kaku 6) Kurangnya peralatan atau mesin

7) Kegagalan di dalam mengatur mesin dan peralatan dalam kondisi yang baik”.

Jadi dapat dikatakan bahwa penyebab dari analisis biaya terdapat beberapa faktor. Setiap selisih yang besar, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan harus diselidiki atau dianalisis secara kritis. Apakah mungkin karena pelaksanaan kerja telah menyimpang dari standar atau apakah standar itu sendiri yang salah.

(23)

2.7.4 Pengendalian Atas Selisih

Pengendalian atas selisih biaya standar dalam perusahaan merupakan tanggung jawab manajer yang ditunjuk. Dengan diperkirakan bahwa akan timbul selisih, harus dinyatakan “seberapa besar selisih atas standar yang bisa ditolerir sebelum hal itu dianggap tidak wajar”. Dengan perkataan lain, berapa batas atau jangkauan toleransi harus ditetapkan, sehingga apabila selisih biaya tersebut belum melewati batas itu, masih dapat dianggap wajar. Jika selisih berada diluar batas ini, harus dilakukan penyelidikan, sekiranya biaya untuk melakukan penyelidikan itu tidak terlalu besar. Dengan cara ini, prinsip manajemen berdasarkan penyimpangan dapat diterapkan secara efektif dan efisien.

Setiap selisih harus disoroti dengan menunjukkan apakah selisih tersebut masih berada dalam batas pengendalian. Informasi semacam ini memungkinkan manajer yang diserahkan tanggung jawab untuk menerima penyimpangan dari standar sebagai suatu alat yang berguna bagi pengendalian biaya.

Data masa lalu mengenai operasi yang mapan, yang diperbaiki dengan memperkirakan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang, biasanya memberikan dasar yang kokoh atau andal guna mengestimasikan biaya yang diharapkan dan menghitung batas-batas pengendalian yangberfungsi sebagai petunjuk bagi operasi yang baik maupun yang buruk dan membantu dalam pengambilan keputusan guna menyelidiki suatu selisih. Batasan ini dapt dinyatakan dalam jumlah uang minimum atau sebagai selisih persentase.

2.7.5 Perhitungan Analisis Selisih

Menurut Mulyadi (2005:395-398) ada tiga model analisis selisih biaya bahan baku:

d. Model satu selisih (The one-away model) e. Model dua selisih (The two-away model) f. Model tiga selisih (The three-away model)

(24)

1) Model satu selisih (The one-away model) Rumus : St = (Hst * Kst) - (Hs * Ks) Dimana : St = Total selisih

Hst = Harga standar Kst = Kuantitas standar Hs = Harga sesungguhnya Ks = Kuantitas sesungguhnya 2) Model dua selisih (The two-away model)

Rumus perhitungan selisih harga : Sh = (Hst - Hs)* Ks Rumus perhitungan selisih kuantitas ; Sk = (Kst – Ks)* Hst Dimana : Sh = Selisih harga

Hst = Harga standar Hs = Harga sesungguhnya Sk = Selisih kuantitas/efisiensi Kst = Kuantitas standar

Ks = Kuantitas sesungguhnya 3) Model tiga selisih (The three-away model)

Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecahkan menjadi tiga macam selisih berikut ini: selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga/kuantitas.

Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut:

1) Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas sesungguhnya

2) Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya 3) Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya

(25)

2.8 Efisien Biaya Bahan Baku

2.8.1 Pengertian Efisiensi

Untuk lebih memahami pengendalian biaya bahan baku, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian efisiensi menurut Supriyono (2000:26) adalah:

“Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggung jawaban dan tujuannya, sedangkan efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan”.

Sedangkan menurut Joel G. Siegel, dkk (1999:160) efisiensi adalah: “Biaya input (masukan) untuk tiap unit output (keluaran) yang diproduksi”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan. efektivitas cenderung dihubungkan dengan hasil guna, dimana efektivitas adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan sedangkan efisiensi lebih sering dihubungkan dengan biaya, ketepatan dan tepat waktu atau dapat dikatakan bahwa efisiensi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat tanpa menghabiskan waktu dan biaya.

Sedangkan menurut Mulyadi (2000:296) efisiensi biaya bahan baku adalah:

“Mengefisiensikan pemakaian atau atau kualitas biaya bahan baku standar dan mendapatkan harga pembelian bahan baku yang seminimal mungkin”.

2.8.2 Penilaian Efisiensi Biaya Bahan Baku

Menurut Irfa Nur Arafah (2004:22), terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi Biaya Bahan Baku, yaitu:

1. Penggunaan anggaran (budget)

Efisiensi dari biaya bahan baku dapat diukur melalui perbandingan antara biaya bahan baku aktual atau biaya bahan baku yang sebenarnya terjadi atau yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan biaya bahan baku yang dianggarkan oleh perusahaan. Bila biaya bahan baku aktual yang terjadi lebih kecil

(26)

daripada biaya bahan baku yang dianggarkan, maka biaya bahan baku tersebut dapat dikatakan efisien. Demikian pula sebaliknya, apabila biaya bahan baku aktual yang terjadi lebih besar daripada biaya bahan baku yang dianggarkan perusahaan, maka biaya bahan baku tersebut dapat dikatakan tidak efisien. 2. Penggunaan standar

Efisiensi dihitung dengan membandingkan antara biaya bahan baku per unit aktual dengan biaya bahan baku per unit standar. Bila hasil perbandingan yang didapat semakin kecil, berarti biaya bahan baku tersebut semakin efisien.

Efisiensi biaya bahan baku = Biaya bahan baku actual per unit Biaya bahan baku standar per unit

2.8.3 Peranan Biaya Standar Untuk Mencapai Efisiensi Biaya Bahan Baku Pengendalian biaya akan membantu manajemen untuk melakukan perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, salah satu alat pengendalian yang sering digunakan adalah biaya standar. Pengendalian biaya bahan baku merupakan suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan produk yang dikehendaki sesuai dengan biaya standar yang ditetapkan.

Penentuan biaya seringkali sulit, karena biaya yang digunakan lebih banyak faktor ekstern, bukan oleh manajemen perusahaan. Biaya standar ini tergantung dari daftar harga pemasok, katalog atau informasi sejenis. Tapi akan membantu memberikan pegangan akan harga yang dapat diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang untuk jangka waktu satu tahun, atau harga saat penyusunan standar dan untuk waktu yang lama, serta juga untuk membantu mengecek pelaksanaan pekerjaan departemen pembangunan juga mengukur akibat kenaikan atau penyusunan harga standar terhadap laba perusahaan.

Tujuan utama perusahaan dalam pengendalian biaya bahan baku yang efisiensi bukan hanya melalui pengurangan biaya yang besar dengan mengabaikan kualitas produk yang dihasilkan, akan tetapi untuk menuju sasaran yang akan dituju yaitu menghasilkan produk berkualitas baik dengan biaya yang efisien. Penetapan standar biaya dalam perusahaan akan dapat mengukur operasi

(27)

produksi yang dilaksanakan berjalan efisien atau tidak. Pemeriksaan atas perbedaan antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar akan menunjukkan pada bagian mana terdapat perbedaan besar, sehingga dengan informasi ini dapat diambil langkah-langkah perbaikan sehingga biaya akan terkendalikan dan efisiensi biaya bahan baku perusahaan akan tercapai.

Referensi

Dokumen terkait

sendo baten bultzatzaile da, aipaturiko egunkariaren argumentazio berbera erabiliz hauteskundeen emaitzak interpretatzeko: ez-katalanismoa gehiengoa da gizarte

Dari pengertian dividend tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividend adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali laba yang diperoleh dari

Hasil penelitian ini meliputi: (1) tokoh utama dalam karangan narasi siswa berupa tokoh “aku”, sedangkan tokoh sampingan berupa keluarga dan teman; (3) latar yang

Metode lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja dari teknik monoalphabetic sederhana adalah dengan menggunakan substitusi monoalphabetic yang berbeda sebagai satu proses

Berdasar analisis yang telah peneliti lakukan, motif yang melatarbelakangi perempuan Surabaya membaca rubrik For Her Jawa Pos adalah motif Pengawasan, motif

Majelis Hakim telah memperoleh fakta-fakta hukum dan menyimpulkan bahwa terbukti telah terjadi peristiwa wanprestasi atas perjanjian utang-piutang, sehingga Majelis

DKI Jakarta misalnya, ibu Kota Republik Indonesia yang juga merupakan episentrum penyebaran virus corona ini telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Daerah

Hubungan baik antara PGN dan Pertamina sebagai mitra bisnis serta dukungan dan proteksi penuh dari pemerintah kepada BUMN Migas khususnya PGN, dapat menjadi