6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana harga saham menjadi naik.
Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good
news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam harga saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya (contoh: investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian utama dalam pelaporan yang dapat dijadikan sebagai sarana penting untuk mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik internal maupun eksternal. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan agar dapat membantu menterjemahkan aktivitas ekonomi dari suatu perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya untuk pengambil keputusan (Agus,2001).
Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalkan untuk masa depan (Wetson & Copelan, 2005). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Seperti yang dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Boards (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan
sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Atas dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian bukan pada saat kas dan setara kas dibayar dan dicatat dalam catatan akutansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak kepada pemakai tidak hanya sebatas transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi meliputi kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang diterima masa depan.
Tujuan umum laporan keuangan menurut Wetson & Copelan adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis. Hal ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen dan menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.
b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang diarahkan pada pencapain laba agar dapat menunjukkan kepada investor hasil dividen yang diharapkan,
menunjukkan kemampuan operasi membayar kreditor, menyediakan pekerjaan bagi kayawan.
c. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan,
d. Menyediakan informasi lain yang dibutukan tentang perubahan sumber daya ekonomi dan kewajiban.
C. Earning Per Share (EPS)
1. Pengertian Earning Per Share (EPS)
Laba perlembar saham merupakan suatu ukuran yang sangat penting bagi penanam modal atau investor untuk membandingkan laba bersih dari berbagai perusahaan dengan modal yang berbeda-beda. Earning Per Share (EPS) biasanya dibatasi yaitu hanya untuk saham yang diterbitkan oleh perusahaan berupa saham biasa, sedangkan saham preferen tidak dilakukan dalam perhitungan.
Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Kieso (2007) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim adalah sebagai berikut :
“Earning Per Share adalah laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Semakin tinggi nilai Earning Per Share yang dimiliki suatu perusahaan menunjukkan semakin besar pula keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk setiap lembar sahamnya. Dengan demikian semakin banyak pula investor yang akan membayar atas saham perusahaan.”
Sedangkan menurut Theodurus M Tuana Kotta (2002) adalah sebagai berikut :
“Earning Per Share (EPS) / laba per lembar saham adalah angka yang paling sering digunakan dalam publikasi performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum, artinya bahwa Earning Per Share (EPS) mengandung makna yang sama penting untuk melakukan prediksi besarnya dividen tingkat harga saham dimasa yang akan datang.”
Menurut Arifin dan Fakhurudin, Earning Per Share (EPS)/ laba per saham:
“ Laba per saham adalah jumlah keuntungan perusahaan secara proporsional dapat didistribusikan untuk setiap saham yang dimiliki oleh pemegang saham perusahaan.”
Definisi lain tentang Earning Per Share (EPS) yaitu :
“Suatu pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode untuk lembar saham yang beredar.” (Zaki Baridwan 2002 :450)
Definisi diatas memberikan penjelasan bahwa dalam menghitung besarnya Earning Per Share (EPS) memerlukan perhitungan beberapa pendapat dan jumlah saham yang beredar. Earning Per Share (EPS) juga merupakan penilaian yang relevan bagi seorang investor untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividend yang akan diterima sebagai keuntungan dari penanaman saham.
2. Perhitungan Earning Per Share a. Struktur Modal Sederhana
Struktur modal sederhana adalah struktur modal yang terdiri dari saham biasa saja atau juga terdiri dari beberapa saham. Tetapi
secara profesional tidak mempunyai efek dilutif. Perusahaan yang stuktur modalnya sederhana diminta untuk menyajikan suatu data dalam laba per lembar saham pada halaman muka laporan keuangan rugi/laba.
b. Struktur Modal Komplek
1) Laba per lembar saham primer (Primary Earning Per Share) Perhitungan laba perlembar saham primer (Primary Earning Per Share). Mencakup rata-rata tertimbang dari lembar saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan dari saham biasa yang dianggap beredar untuk menunjukkan akibat negatif (dilutive) dari saham biasa ekuivalen. Perhitungan laba per lembar saham melalui suatu identitas surat-surat berharga yang diklasifikasikan melalui saham biasa. Dapat dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :
Maksud dari jumlah saham biasa berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average common share ) adalah jika emiten mengeluarkan saham biasa beberapa kali dalam periode 1 tahun, maka jumlah sahamnya harus dirata-ratakan berdasarkan bobot waktu.
Primary EPS = (Laba Bersih - Deviden Preferen)
Contoh permasalahan: emiten PT XYZ mencetak laba bersih Rp.25.000.000.000 memiliki di awal tahun 2001 memiliki saham biasa beredar 100.000.000 lembar, dan kemudian di tengah tahun, 30 Juni 2001, dikeluarkan saham biasa baru 50.000.000 lembar. PT XYZ tidak memiliki saham preferen.
Berapakah EPS 2001 PT XYZ?
(sumber : berdasarkan contoh soal Wetson & Copelan : 2005)
Perhitungan :
Rata-rata tertimbang jumlah saham biasa
= 100.000.000 + (50.000.000 x 0.5)
= 125.000.000
Maka dapat diperoleh, Earning Per Share (EPS)
= Rp 25.000.000.000
125.000.000 lembar
= Rp 200
2) Laba per lembar saham yang dilusi sepenuhnya (Full Diluted Earning Per Share)
Laba per lembar saham yang dilusi sepenuhnya adalah laba per lembar saham yang disajikan berdasarkan anggapan bahwa
seluruh penerbitan yang berlaku pasti saham-saham akan menurunkan tingkat laba persaham dan benar-benar terjadi walaupun surat berharga tersebut tidak memenuhi syarat ekuivalen saham biasa. Tujuan yamg ingin dicapai dari perhitungan dilusi sepenuhnya adalah untuk menunjukkan dilusi potensial maksimum laba per saham dengan suatu basis prospektif.
Untuk perusahaan yang memiliki seluruh instrumen konversi, perhitungan EPS perlu menggunakan Fully Diluted Earning
Per Share. Perhitungannya mengasumsikan bahwa pemegang
instrumen konversi telah menukarkan instrumen konversi menjadi saham biasa.
Dengan rumus sebagai berikut :
dimana t = tingkat pajak (tax rate) yang dikenakan untuk beban bunga
Contoh: emiten PT ABC memiliki saham biasa 200 juta lembar dan warran 100 juta lembar dengan rasio konversi 2:1 (3 lembar warran dapat dikonversi menjadi 1 lembar saham
Diluted EPS = [ Laba bersih - Dividen pref. + Dividen untuk convertible pref.+ (Beban bunga convertible debt x (1-t))]/ [ Jumlah saham biasa berdasarkan rata-rata tertimbang + saham dari instrumen konversi + Saham dari konversi option dan warran].
biasa). (sumber : berdasarkan contoh soal Wetson & Copelan : 2005).
Maka jumlah saham yang digunakan sebagai pembagi adalah sebesar :
= 200.000.000 + (100.000.000 / 2) = 250.000.000 lembar.
3. Pengaruh EPS Terhadap Perubahan Harga Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mengukur besarnya bagian keuntungan yang diperoleh para pemegang saham atas kepemilikan sahamnya. Earning Per Share (EPS) pada akhir periode dapat dijadikan indikator kinerja perusahaan tahun sebelumnya dan dapat digunakan investor dalam pengambilan keputusan.
Kinerja perusahaan dikatakan kurang baik atau buruk jika Earning Per Share (EPS) nya rendah. Sebaliknya jika EPS nya baik atau menunjukkan angka yang signifikan maka perusahaan tersebut dapat meningkatkan investor yang ingin menanamkan modalnya dalam sahamnya, sehingga tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan juga meningkat dan akan mempengaruhi harga saham. D. Deviden
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividend dan capital gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan dividend adalah pembagian keuntungan perusahaan.
Menurut Tangkilisan dan Hessel (2003;227) “Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity).”
Sedangkan menurut Rusdin (2006,73), “Dividend adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.” Sehingga dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividend adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada investor atau pemegang saham berdasarkan saham yang dimilikinya dan pembagian deviden ini akan mengurangi laba ditahan dan kas bagi perusahaan. Deviden juga merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan deviden yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
Menurut Halim (2005:94), ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu dividen dalam jumlah rupiah stabil, dividen dengan rasio pembayaran konstan, dan dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.
1. Deviden dalam jumlah rupiah stabil
Banyak dari perusahaan go public yang menjalankan kebijakan pembayaran deviden dengan stabil, artinya deviden per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil ini dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
2. Deviden dengan rasio pembayaran konstan.
Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah deviden dalam rupiah akan berfluktuasi
3. Deviden tetap yang rendah ditambah deviden ekstra
Pembayaran deviden ini hanyalah merupakan modifikasi dari cara 1 dan 2 di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya deviden mereka. Apabila perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.
3. Pengertian Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor).
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007), “Kebijakan deviden (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividend atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”
Dari pengertian dividend tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividend adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali laba yang diperoleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada para pemegang saham.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden menurut Brigham dan Houston :
Batasan dalam pembayaran deviden dapat dikategorikan menjadi berikut :
a. Kontrak obligasi
Kontrak utang sering membatasi pembayaran deviden hanya kepada laba yang terjadi stelah penjaman diberikan. Didalam kontrak utang juga biasanya tercantum bahwa deviden tidak akan dibayarkan kecuali apabila rasio lancar, rasio kelipatan pembayaran bunga dan rasio-rasio pengaman lainnya telah melebihi batas minimum yang telah ditentukan oleh perusahaan. b. Pembatasan Saham Preferen
Pada umumnya, deviden saham biasa tidak akan dibayarkan jika perusahaan telah menghapus deviden saham preferen. Tunggakan pembayaran deviden saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum deviden saham biasa dilanjutkan pembayarannya.
c. Aturan penurunan nilai modal
Pembayaran deviden tidak dapat melebihi item neraca “saldo laba ditahan”. Pembatasan yang legal ini, yang disebut sebagai aturan penurunan nilai modal, dirancang untuk melindungi para kreditor.
Deviden tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi, kekurangan kas di dalam bank dapat membatasi pembayaran deviden.
e. Sanksi pajak atas akumulasi laba secara tidak benar
Untuk mencegah individu yang kaya menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, undang-undang perpajakan memiliki peraturan akan adanya pajak tambahan atas akumulasi laba secara tidak benar. Faktor ini umumnya hanya relevan pada perusahaan yang dimiliki perseorangan.
2. Peluang Investasi
a. Peluang investasi yang menguntungkan
Apabila sebuah perusahaan umumnya memiliki sejumlah besar peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan menghasilkan sasaran rasio pembayaran yang rendah. Begitu pula sebaliknya, jika hanya terdapat sedikit peluang investasi perusahaan yang menguntungkan.
b. Kemungkinan untuk mempercepat atau menunda proyek
Kemampuan untuk mempercepat atau menunda proyek akan membuat sebuah perusahaan dapat lebih mengikuti kebijakan dividen yang stabil.
3. Sumber modal alternatif a. Biaya penjualan saham baru
Jika sebuah perusahaan perlu mendanai sejumlah investasi tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas mlalui saldo laba ditahan atau dengan menerbitkan saham biasa baru.
b. Kemampuan untuk menggantikan uang dengan ekuitas
Sebuah perusahaan dapat menandai investasi pada tingkat jumlah tertentu baik dengan utang maupun ekuitas.
c. Pengendalian
Apabila manajemen berkepentingan akan menjaga kendali perusahaan, manajemen akan enggan menjual saham baru, sehingga mungkin perusahaan akan menahan laba dalam jumlah yang lebih besar daripada yang seharusnya. Akan tetapi, jika para pemegang saham menginginkan deviden yang lebih tinggi dan terlihat adanya tanda-tanda perebutan wewenang, maka deviden akan dinaikkan.
4. Pengaruh kebijakan deviden pada Ks
Pengaruh kebijakan deviden pada Ks dapat dipertimbangkan dalam
hal empat faktor :
a. Keinginan dari para pemegang saham akan laba saat ini versus laba masa depan
b. Penerimaan tingkat risiko dividen versus keuntungan modal c. Keunggulan pajak dari keuntungan modal atas deviden, serta d. Kandungan informasi dari deviden.
Sehingga, dengan adanya faktor-faktor kebijakan deviden bisa disimpulkan bahwa kebijakan deviden juga merupakan suatu pelaksanaan dari pertimbangan yang terinformasi, dan bukan keputusan yang tidak dapat diukur secara akurat. Meskipun begitu, untuk membuat sebuah kebijakan deviden yang rasional, para manajer keuangan harus memperhitungkan seluruh hal yang menjadi sebuah kebijakan menjadi keputusan manajer.
5. Dividend Per Share (DPS)
Bagian integral dari kebijakan saham adalah penggunaan stock dividends (deviden saham) dan stock split (pemecahan saham). Deviden Saham hanyalah merupakan pembayaran saham tambahan saham biasa pada pemegang saham. Deviden saham tersebut tidak lebih dari rekapitulasi perusahaan, proporsi kepemilikan dari pemegang saham tetap tidak berubah.
Secara teoritis, deviden saham bukan sesuatu yang menyangkut nilai bagi para investor. Investor menerima sertifikat saham tambahan tetapi kepemilikan proposional mereka atas perusahaan tersebut tidak berubah. Harga pasar saham akan menurun secara proporsional sehingga nilai tunai saham investor tetap sama.
Apabila pemegang saham ingin menjual sahamnya untuk memperoleh penghasilan, maka deviden saham lebih memudahkan
penjualan tersebut. Tentunya, tanpa deviden saham para pemegang saham dapat juga menjual sebagian saham mereka untuk memperoleh penghasilan tambahan. Sedangkan, stock split didefinisikan sebagai stock deviden yang lebih besar dari 25 persen dari jumlah lembar yang ada (standar 25 persen hanya berlaku untuk perusahaan yang tercatat di NYSE).
Menurut Robbert Ang,1997 Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividend yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividend intern, deviden total atau deviden saham . Deviden saham merupakan pembayaran tambahan saham biasa kepada pemegang saham.
Dividend Per Share (DPS) menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham biasa. Dividend Per Share (DPS) bisa didapat dari rumus :
Perhitungan mengenai dividend per share (DPS) ditunjukkan dari contoh soal berikut ini (sumber : berdasarkan contoh soal Wetson & Copelan : 2005) :
DPS = Dividen
Laporan Laba Rugi Perusahaan XYZ Penjualan Rp 100.000.000 Biaya Variabel Rp 45.000.000 Margin Kontribusi Rp. 55.000.000 Biaya Tetap Rp 20.000.000 EBIT Rp 35.000.000 Bunga Rp 5.000.000 EBT Rp 30.000.000 Pajak Rp 12.000.000 EAT Rp 18.000.000
Dividen Saham Preferen Rp 5.000.000
EAPS Rp 13.000.000
Laba ditahan 40% Rp 5.200.000 Dividen Saham Biasa Rp 7.800.000
Diketahui nilai dari dividen saham biasa sebesar Rp 7.800.000 dan jumlah lembar saham yang beredar 100.000 lembar saham, maka kita dapat menghitung besarnya dividend per share (DPS) sebagai berikut:
Dividend per share (DPS) = Dividen Saham Biasa Jumlah lembar saham
= Rp 7.800.000 = Rp. 38
Rasio Pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas.
Jika rasio dibayarkan 30%, maka laba yang dibayarkan adalah :
30% x Rp 13.000.000 = Rp 3.900.000,
Per lembarnya menjadi Rp 3.900.000 : 100.000 = Rp 39
Jumlah ini berfluktuasi tergantung besarnya laba perusahaan. Untuk pembayaran dividen konstan per lembar berarti pembayaran deviden dari tahun ke tahun jumlahnya sama. Kenaikan jumlah deviden akan terlaksana jika manajemen yakin perusahaan sudah mampu membayarkannya dari tahun ke tahun, karena sekali naik, jumlah ini tidak akan turun lagi.
6. Pengaruh Dividen Per Share (DPS ) terhadap harga saham
Pengumuman kenaikan deviden merupakan kabar baik bagi para investor dan pada gilirannya akan menaikkan ekspektasi para investor mengenai pendapatan perusahaan. Kenaikan deviden merupakan suatu implikasi bahwa pengumuman kenaikan deviden akan menyebabkan kenaikan harga saham pada suatu perusahaan.
E. Saham
1. Pengertian Saham
Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan dan pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Sutrisno (2000) mendefinisikan saham adalah sebagai surat bukti kepemikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap. Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividen apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemgang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah kewajiban perusahaan telah dipenuhi.
Menurut Ang (1997), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Par Value (Nilai Nominal)
Merupakan nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan akutansi. Dalam modal suatu perseroan, dikenal adanya modal disetor. Perubaham modal
disetor ini sama dengan merupakan suatu nilai yang berguna bagi pencatatan akutansi, dimana nilai nominal dicatat sebagai model ekuitas perseroan didalam neraca.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitanya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant dan lain-lain, sehingga harga dasar yang baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang dterbitkan.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini menyatakan naik turunya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang diterbitkan, maka didapat market value.
2. Jenis-jenis Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Pada prinsipnya saham terbagi menjadi dua jenis saham menurut Martono dan Agus 2001 :
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa memiliki beberapa jenis, seperti kelas A, kelas B, kelas C, dan lainnya. Masing-masing kelas dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri dan simbol huruf tidak memiliki arti apa-apa. Biasanya saham biasa hanya memiliki satu jenis tapi dalam beberapa kasus terdapat lebih dari satu, tergantung dari kebutuhan perusahaan.
Saham Biasa memiliki karakteristik :
a. Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
b. Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
c. Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja 2. Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki karakteristik hampir sama dengan saham biasa. Saham preferen termasuk saham yang memberikan hak untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu dari saham biasa.
Saham Preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda
b. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen
c. dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
d. Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk.
Berdasarkan kinerja perdagangan, saham dapat dikelompokkan menjadi :
1. Blue Chip Stock
Merupakan saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industrinya. Saham biasa didalam kategori ini memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income stocks
Saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3. Growth stocks,
Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi.
4. Speculative stocks
Saham secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, namun belum pasti.
5. Counter cyclical stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
3. Pengertian Harga Saham
Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada sekuritas terjual (Hoena,1997:70).
Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasarna yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah denngan nilai pasar hutang. Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham beredar.
Horne (1997:5) megemukakan bahwa harga pasar bertidak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan
seberapa baik manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya diperusahaan lain. Tindakan – tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemeganng saham akan mengakibatkan turunya harga saham dipasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.
4. Metode menganalisis Harga Saham
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga saham (Husnan 2001:316), yaitu :
a) Pendekatan Tradisional
Dalam pendekatan ini menggunakan dua analisis, yaitu : 1) Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan (harga saham, volume perdagangan, indeks saham). Sasaran yang dicapai dalam sasaran ini adalah ketepatan waktu dan memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham.
2) Analisis Fundamental (fundamental Analysis)
Pendekatan ini didasarkan pada pendekatan intristik, nilai intristik diestimasikan oleh para investor. Hasil estimasi ini intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang, dalam membuat model peramalan harga saham tersebut hal yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (penjualan, biaya kebijakan dividen, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.
b) Pendekatan Portofolio Modern
Pendekatan portofolio modern menekankan psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis mengenai pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada pada bursa.
F. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Dividen Terhadap Harga Saham
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah meningkatkan atau memaksimalkan tingkat keuntungan atau kemakmuran pemegang saham, baik perkembangan atau prospek usahanya. Hal ini dapat dipahami karena para investor selalu ingin meningkatkan kemakmuran.
Earning Per Share (EPS) dan dividen merupakan elemen dari laporan keuangan yang sering dipergunakan investor untuk mengambil keputusan, karena jumlah laba yang besar belum tentu menjamin pendapat yang tinggi bagi pemegang saham. Sehingga, jika jumlah saham yang dimiliki pemegeng saham yang beredar juga besar bukan merupakan faktor penentu untuk mendapatkan dividen yang besar pula.
Harga saham dipasar modal tidak selalu dalam keadaan tetap melainkan selalu berfluktuasi sesuai dengan sifat yang selalu dipengaruhi permintaan dan penawaran pasar. Naik turunnya harga akan sangat menarik bagi investor baik bagi individu maupun individu maupun kelembagaan, karena naik turunya harga saham akan memberikan keuntungan bagi investor, dan juga dapat menderita kerugian dan tidak dapat menerima pembayaran deviden.
Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka dapat ditemukan bahwa berdasarkan Earning Per Share (EPS) dan dividen memberikan pengaruh yang cukup besar dalam rangka perolehan harga saham perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga cara meningkatkan Earning Per Share (EPS) dan dividen dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan, yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham dilantai bursa disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Madichah (2005)
Earning Per Share (EPS), Devidend Per Share (DPS)
dan Financial Leverage (FL) terhadap harga saham perusahaan manufaktur periode 2000-2002
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan analisis regresi berganda disimpulkan bahwa
Earning Per Share (EPS),
Devidend Per Share (DPS) dan
Financial Leverage (FL)
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2 Yurico (2008)
Pengaruh Cash Devidend,
Operating Cash Flow per Saham, ROE, ROA, Total Asset Turn over (TATO)
dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) hanya mempengaruhi harga saham secara signifikan. Tes secara signifikan dari Cash Devidend, Operating Cash Flow per Saham, ROE, ROA, Total Asset Turn over (TATO) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
3 Fanny Roswita
(2009)
pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio
(LDR), Non Performing
Ratio (NPL), Return on
Equity (ROE) dan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan yang menggunakan metode analisis statistik linier berganda dan hipotesis dapat diketahui sebagian variabel devidend per share (DPS) telah
Devidend per Share (DPS)
terhadap Harga Saham terhadap Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2007.
secara signifikan mempengaruhi harga saham dan sebagian Capital
Adequancy Ratio (CAR), Loan Deposite Ratio (LDR) , non performing ratio (NPL) dan Return on Equity (ROE) tidak dipengaruhi
signifikan harga saham.
H. Kerangka Kanseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual didalam penelitian ini adalah :
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya disuatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi diperusahaan yang mempunyai EPS tinggi. Apabila
Earning Per Share (x1) Dividend Per Share (x2) Harga saham/ Clossing Price (Y)
EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik, sehingga EPS berpengaruh terhadap harga saham.
Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, maka harga sahamnya juga akan meningkat, jika dividend per share (DPS) tinggi akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Jadi, dividend per share berpengaruh terhadap harga saham.