• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GO-FOOD (STUDI PADA KONSUMEN GO-FOOD DI STIE WIDYA WIWAHA) - STIE Widya Wiwaha Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GO-FOOD (STUDI PADA KONSUMEN GO-FOOD DI STIE WIDYA WIWAHA) - STIE Widya Wiwaha Repository"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Disusun Oleh : Nama : Heni Setiarsih Nomor Mahasiswa : 144114874

Jurusan : Manajemen

Bidang Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

2018

STIE

(2)

vi ABSTRAK

Heni Setiarsih, 2017. Analisis Pengaruh Citra Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Go Food (studi pada Mahasiswa STIE Widya Wiwaha Yogyakarta). Pembimbing : Drs. Amin Wibowo, MBA.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis (1) pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Go Food di Yogyakarta (2) pengaruh persepsi kualitas layanan terhadap keputusan pembelian Go Food di Yogyakarta. Hal ini menjadi menarik untuk lebih diteliti dan dikaji lebih dalam mengenai apa yang menjadi alasan konsumen melakukan keputusan pembelian terhadap layanan pesan-antar makanan Go Food. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Widya Wiwaha yang pernah menggunakan layanan Go Food. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 100 orang. Teknik analisis data dalam penelitian mengunakan analisis regresi linier dengan bantuan program SPSS versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel citra merek terhadap keputusan pembelian Go Food di Yogyakarta, (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Go Food di Yogyakarta.

Kata kunci : citra merek, persepsi kualitas, keputusan pembelian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GO-FOOD (STUDI PADA KONSUMEN GO FOOD DI STIE WIDYA WIWAHA)”. Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Muhammad Subkhan, MM. selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswi program studi Manajemen Strata 1 STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

2. Ibu Dila Damayanti, SE, MM. selaku Ketua Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta, yang telah memberikan motivasi dan arahan, serta kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen.

3. Bapak Drs. Amin Wibowo, MBA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan arahan, tenaga, pikiran, memberi nasehat, petunjuk dan dorongan yang besar manfaatnya bagi penulis selama menulisan skripsi ini.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(4)

x

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta. 5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Suwardi dan Ibunda Jumirah (almh.)

yang telah memberikan bimbingan, dorongan, kasih sayang yang berlimpah dan doa terbaik untuk penulis, serta I Dewa Bagas Suryajaya yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan penuh dalam setiap kegiatan penulis.

6. Teman-teman satu kelompok bimbingan Rina Destian Utami, Ade Aziz, Pak Suyadi, Chandra Wiradmoko dan Fahrudin Syaifulloh. Terima kasih atas kerja sama yang baik dan solid. Tak lupa juga sahabat satu angkatan yang menjadi tempat curahan hati penulis Ariska Putri, Rina Destian Utami, Estriyanti, Danty Aprilia , Ahmad Nur Soim, Doni Kristiawan. Semoga persahabatan kita tidak terhenti sampai disini.

7. Teman-teman kelas H Manajemen angkatan 2014 yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam melaksanakan perkuliahan, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan selalu terjaga.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan lebih lanjut. Penulis juga sangat berharap semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis untuk rekomendasi penelitiannya dan bagi semua pihak pada umumnya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Keputusan Pembelian ... 5

2.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 5

2.1.2. Keputusan Pembelian Online ... 9

2.2. Citra Merek ... 10

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(6)

xii

2.2.1. Pengertian Citra Merek (Brand Image) ... 10

2.2.2. Faktor Pembentuk Citra Merek ... 11

2.3. Persepsi Kualitas Jasa ... 13

2.3.1. Pengertian Persepsi Kualitas ... 13

2.3.2. Persepsi Kualitas Jasa ... 15

2.4. Penelitian Terdahulu ... 17

2.5. Hubungan Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian ... 18

2.6. Hubungan Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian.... 19

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

2.8. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Populasi dan Sampel ... 23

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 24

3.5.1. Keputusan Pembelian ... 25

3.5.2. Citra Merek ... 25

3.5.3. Persepsi Kualitas... 26

(7)

4.1 Profil Perusahaan ... 33

4.2 Karakteristik Responden ... 34

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 35

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... 35

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 35

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 36

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan ... 36

4.3 Hasil Uji Instrumen ... 37

4.3.1 Uji Validitas ... 37

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 39

4.4 Analisis Regresi ... 41

4.4.1 Hubungan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian ... 42

4.4.2 Hubungan Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian ... 44

4.5 Pembahasan dan Diskusi ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

5.3 Keterbatasan ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(8)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 6 Gambar 1.2 Kerangka Konseptual... 20

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier... 40

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner... 56

Lampiran 2 Hasil Kuisioner... 59

Lampiran 3 Karakteristik Responden... 68

Lampiran 4 Uji Validitas... 70

Lampiran 5 Uji Reliabilitas... 72

Lampiran 6 Uji Regresi Linier... 73

Lampiran 7 Uji Adjusted R Square/ Koefisien Determinasi... 74

Lampiran 8 Uji t... 75

Lampiran 9 Uji F... 76

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(11)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya teknologi, persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan saat ini semakin ketat, khususnya pada bisnis transportasi online. Konsumen akan memilih salah satu diantara pilihan alternatif yang menurutnya sesuai dengan yang diinginkan sampai pada keputusan untuk membeli produk tersebut. Amirulah (2002:62), keputusan pembelian adalah proses dimana konsumen diharuskan melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan yang disediakan dan diharapkan mampu memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu atau berdasarkan kebutuhan.

Adanya kecenderungan pengaruh persepsi kualitas dan citra merek terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut, mengisyaratkan bahwa manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan aspek perilaku konsumen, terutama proses pengambilan keputusan pembeliannya. Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri,2004:141).

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas dan merek yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sebagaimana yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(13)

dikemukakan oleh Nursya’bani (2006:19), kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas pelayanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan tersebut dikatakan berkualitas dan memuaskan. Sedangkan menurut Setiadi (2003: 180), citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

Suprapto dan Limakrisna (2011:128), citra merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek. Citra terhadap merek akan menentukan apa yang menjadi keputusan konsumen ketika dihadapkan pada suatu produk. Jika produk tersebut memiliki citra yang positif di mata konsumen, maka kemungkinan besar akan terjadi keputusan pembelian.

Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya dengan produk-produk lain (Simamora,2001:78). Persepsi kualitas produk-produk berupa barang atau jasa merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin dapat bersaing di pasar untuk menciptakan keputusan pembelian konsumen. Semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(14)

3

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti keputusan pembelian terhadap layanan Go Food. Alasan dipilihnya layanan Go-Food dalam penelitian ini adalah karena Go-Food merupakan salah satu layanan dari ojek online di Yogyakarta yang sedang menjadi tren gaya hidup di masyarakat modern saat ini. Peneliti tertarik untuk meneliti apakah citra merek dan persepsi kualitas layanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dituangkan dalam judul:

“ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK GO-FOOD (STUDI PADA KONSUMEN GO FOOD DI STIE WIDYA WIWAHA)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan citra merek terhadap keputusan pembelian? 2. Apakah terdapat hubungan persepsi kualitas terhadap keputusan

pembelian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1) Menguji dan menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan

pembelian.

2) Menguji dan menganalisis pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal menyusun alternatif strategi pemasaran dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi Perusahaan

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk mewujudkan pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas layanan di mata konsumen. 3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau pengetahuan baru kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya agar dapat menyusun tugas secara lebih baik dan benar.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(16)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai pendukung dalam pembuatan penelitian ini, maka perlu dikemukakan hal-hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan dalam penulisan penelitian. Disini yang menjadi pembahasan yaitu keputusan pembelian beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu citra merek dan persepsi kualitas, yang akan dikaji lebih jauh dalam tinjauan pustaka beserta kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.

2.1. Keputusan Pembelian

2.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh penilaian akan kualitas produk tersebut. Tuntutan permintaan akan sebuah produk jasa yang semakin berkualitas membuat perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk demi mempertahankan brand image (citra merek) produk yang mereka miliki. Amirulah (2002:62), keputusan pembelian adalah proses dimana konsumen diharuskan melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan yang disediakan dan diharapkan mampu memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu atau berdasarkan kebutuhan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007:16), adapun langkah-langkah konsumen

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(17)

dalam melakukan proses pengambilan keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 : Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Sumber: Schiffman dan Kanuk (2007:16)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati beberapa proses, yaitu:

Pengenalan kebutuhan, pada tahap ini konsumen merasakan bahwa ada hal yang dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi. Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara apa yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan perlunya memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar. Misalnya rasa haus (dari dalam), karena aroma kopi yang enak yang ada di food court suatu pusat perbelanjaan.

Pencarian informasi, konsumen umunya mencari informasi dari berbagai sumber. Tidak hanya dari sumber resmi yang dikeluarkan perusahaan seperti iklan atau dari pemasar melalui tenaga penjual, tetapi juga informasi dari pihak lain (terutama orang yang berpengalaman) untuk mendapatkan informasi yang benar-benar obyektif. Media juga menjadi salah satu sumber informasi penting bagi konsumen.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(18)

7

Evaluasi alternatif, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan. Konsumen akan mempertimbangkan manfaat termasuk kepercayaan merek dan biaya atau resiko yang akan diperoleh jika membeli suatu produk. Berbagai resiko seperti resiko waktu, tenaga, biaya, resiko psikologis, sosial akan dipertimbangkan oleh konsumen.

Keputusan pembelian, terdapat faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dan tujuan pembelian yaitu sikap orang lain, dan faktor situasional yang tidak dapat diprediksikan (tidak terduga). Pengaruh dari sikap orang lain tergantung pada intensitas sikap negatifnya terhadap alternatif pilihan konsumen yang akan membeli dan derajat motivasi dari konsumen yang akan membeli untuk mengikuti orang lain. Sedangkan keadaan tidak terduga merupakan faktor situasional yang menyebabkan konsumen mengubah tujuan pembelian maupun keputusan pembeliannya. Contohnya kondisi keuangan yang mendadak kurang baik.

Perilaku setelah pembelian, jika konsumen menilai kinerja produk atau layanan yang dirasakan sama atau melebihi apa yang diharapkan, maka konsumen akan merasa puas dan sebaliknya jika kinerja produk atau jasa yang diterima kurang dari yang diharapkan, maka konsumen tidak akan puas. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dialami konsumen akan berpengaruh terhadap perilaku selanjutnya (Schiffman dan Kanuk, 2007:16).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(19)

Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri,2004:141). Sedangkan menurut Setiadi (2003:94), keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh (a) faktor kebudayaan (b) sosial (c) pribadi (d) psikologis.

Faktor kebudayaan merupakan faktor penentu yang mendasari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Selain faktor budaya, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor sosial yang terdiri atas kelompok referensi, keluarga serta peran dan status seseorang dan lingkungannya. Ketika seseorang telah dipengaruhi oleh banyak referensi, selanjutnya yang akan berperan dalam pengambilan keputusan yaitu faktor pribadi. Faktor pribadi terdiri dari umur dan tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan diri dan sikap seorang konsumen.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(20)

9

satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.

2.1.2. Keputusan Pembelian Online

Teknologi saat ini mengalami perubahan yang semakin canggih, sehingga mengakibatkan banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produknya, termasuk perusahaan jasa. Kegiatan memanfaatkan teknologi ini mendorong terjadinya belanja online atau online shopping. Belanja online (online shopping) adalah proses dimana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa dan lain lain dari seorang penjual secara interaktif dan real-time tanpa suatu media perantara melalui Internet. Melalui belanja lewat Internet seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang dan jasa yang hendak ia belanjakan melalui web yang dipromosikan oleh penjual. Kegiatan belanja online ini merupakan bentuk komunikasi baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan ke seluruh dunia melalui media notebook, komputer, ataupun handphone yang tersambung dengan

layanan akses Internet. Belanja online adalah salah satu bentuk perdagangan elektronik yang digunakan untuk kegiatan transaksi penjual ke penjual ataupun penjual ke konsumen (Halim, 2010:02).

Keputusan membeli secara online semakin diperkuat dengan adanya smartphone yang bisa digunakan kapanpun dan dimanapun.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(21)

Kasali (2010:11), para pengguna smartphone saat ini sedang dalam masa transisi, dari yang hanya pengguna sekarang mulai menjadi gaya hidup. Gaya hidup sendiri adalah mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang. Dengan adanya smartphone maka semakin mempermudah konsumen dalam mendapatkan informasi sehingga mengacu pada terciptanya persepsi terhadap kualitas produk dan citra merek dari produk yang dilihat.

2.2. Citra Merek

2.2.1. Pengertian Citra Merek (Brand Image)

Dalam memutuskan pembelian seseorang akan mempertimbangkan dari segi citra merek. Setiadi (2003:180), citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu kegunaan utama dari iklan di antaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap merek. Citra yang positif di mata konsumen terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian produk tersebut. Ferrinadewi (2009:203), berpendapat citra merek adalah merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Ditambahkan citra merek adalah

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(22)

11

persepsi tentang merek yang digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Citra merek yang baik terhadap suatu produk akan meningkatkan persepsi yang baik pula terhadap seseorang. Suprapto dan Limakrisna (2011:128), citra merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek. Citra merek dapat menjadi sebuah pedoman bagi konsumen untuk mencoba atau menggunakan suatu merek, dimana hasil dari mencoba atau menggunakan produk dari merek tersebut merupakan suatu pengalaman (brand experience) yang kemudian menentukan sikap konsumen apakah tetap

loyal atau tidak pada suatu merek. 2.2.2. Faktor Pembentuk Citra Merek

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang membentuk citra merek di mata konsumen (Sulistian, 2011:33) : (a) kualitas atau mutu, (b) dapat dipercaya atau diandalkan, (c) kegunaan atau manfaat, (d) pelayanan, (e) resiko, (f) harga dan (g) citra merek. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. Produk dengan kualitas yang baik serta melebihi harapan konsumen akan membentuk persepsi konsumen terhadap citra merek itu sendiri. Dapat dipercaya atau diandalkan berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. Jika konsumen telah memberikan kepercayaan terhadap suatu produk yang diandalkan, maka

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(23)

besar kemungkinan bagi konsumen tersebut untuk menjadi kosumen yang loyal. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. Pelayanan yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani setiap pelanggan dengan baik. Kualitas yang baik tanpa didukung oleh pelayanan yang baik tentu tidak akan menghasilkan citra yang baik di mata konsumen. Resiko berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. Sebagai produsen sebaiknya mempertimbangkan besar kecilnya resiko yang akan diterima oleh konsumen pada saat memutuskan untuk membeli suatu produk berupa barang atau jasa. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. Konsumen akan memilih prouk dengan harga yang kompetitif dan sebanding dengan manfaat yang diterima. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri yang berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu (Sulistian, 2011:33).

Keller dalam Romadhoni (2015), faktor-faktor yang membentuk citra merek adalah (1) kekuatan asosiasi merek, yaitu tergantung bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari brand image, (2) keuntungan asosiasi merek, yaitu kesuksesan sebuah proses pemasar

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(24)

13

sering tergantung pada proses terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen dapat percaya dengan atribut yang diberikan sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, (3) keunikan asosiasi merek, suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan asosiasi merek dapat berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang diminati konsumen.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

2.3. Persepsi Kualitas Jasa

2.3.1. Pengertian Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara obyektif karena merupakan persepsi dari pelanggan Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(25)

(Durianto,2004:96). Persepsi kualitas produk berupa barang atau jasa merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin dapat bersaing di pasar untuk menciptakan keputusan pembelian konsumen. Simamora (2001:78), persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya dengan produk-produk lain. Semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Sedangkan menurut Nursya’bani (2006:19), kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas pelayanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan tersebut dikatakan berkualitas dan memuaskan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi kualitas produk berupa barang atau jasa merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin dapat bersaing di pasar untuk menciptakan keputusan pembelian konsumen. Semakin baik persepsi kualitas produk yang dihasilkan maka akan mendorong konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(26)

15

2.3.2. Persepsi Kualitas Jasa

Sebelum melakukan keputusan pembelian, konsumen biasanya memiliki persepsi terhadap suatu layanan jasa yang akan digunakan. Jasa adalah suatu usaha, perbuatan, kinerja atau aktifitas ekonomi yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Dengan adanya jasa, maka akan terjadi suatu aktivitas ekonomi dimana kedua pihak dapat saling bertukar nilai satu sama lainnya. Lovelock, et al. (2010:37), service atau jasa merupakan layanan yang diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak lain yang bersifat intangible, untuk melakukan evaluasinya konsumen harus merasakan terlebih dahulu manfaat dari jasa tersebut. Dengan adanya jasa konsumen dapat menyewa orang lain atau pihak lain untuk melakukan pekerjaan yang tidak ingin mereka lakukan sendiri atau pekerjaan yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri. Tjiptono dan Chandra (2011:55), terdapat beberapa dimensi kualitas pelayanan jasa, yaitu: (a) Reliabilitas (reliability), (b) Daya tanggap (responsiveness), (c) Jaminan (assurance), (d) Empati (empathy) dan (e) Bukti fisik (tangibles).

Reliabilitas (reliability) berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. Hal ini dapat menumbuhkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Daya tanggap (responsiveness) berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(27)

kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara tepat. Jika pelayanan memiliki daya tanggap yang baik maka akan sangat bermanfaat bagi pelanggan yang kesulitan pada saat melakukan pembelian. Jaminan (assurance) yaitu perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya Jaminan juga berarti bahawa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. Perusahaan yang memiliki jaminan akan mendapatkan kepercayaan tersendiri dari konsumen sehingga dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Empati (empathy) berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. Komunikasi yang baik antara karyawan dengan pelanggan akan mengurangi terjadinya kesalahan. Bukti fisik (tangibles) berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Hal ini dapat dilihat dari penampilan karyawan yang memakai atribut dari perusahaan yang bersangkutan sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan dari konsumen (Tjiptono dan Chandra, 2011:55).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas jasa adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(28)

17

suatu jasa berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi kualitas jasa dapat dilihat dari dimensi kualitas yang terdapat pada jasa itu sendiri. Semakin baik persepsi kualitas jasa yang dihasilkan maka akan mendorong konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya akan memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Berikut adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya :

Penelitian Apriyani (2013), meneliti tentang brand image, harga dan kualitas pelayanan sebagai variabel independen dan keputusan pembelian ulang sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand image terhadap keputusan pembelian ulang Pizza Hut di Kota Padang. (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang Pizza Hut di Kota Padang. (3) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian ulang Pizza Hut di Kota Padang. Harga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang Pizza Hut di Kota Padang

Penelitian Gusniar (2014), meneliti tentang citra merek (Brand Image) sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan tidak signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian produk hand

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(29)

and body lotion merek Citra pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UDINUS Semarang. (2) ada pengaruh positif dan signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian produk hand and body lotion merek Citra pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UDINUS Semarang. (3) ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk hand and body lotion merek Citra pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UDINUS Semarang.

Penelitian Oktaviana dan Budiadi (2014), meneliti gaya hidup dan persepsi kualitas produk sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya hidup dan persepsi kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone android merek Samsung

2.5. Hubungan Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian

Dalam memutuskan pembelian seseorang akan mempertimbangkan dari segi citra merek dan persepsi kualitas layanan sebelum benar-benar membeli atau menggunakan sebuah layanan. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat. Hal ini berkaitan dengan citra merek suatu produk atau jasa di mata konsumen pada saat akan melakukan keputusan pembelian. Ferrinadewi (2009: 203), citra merek merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Ditambahkan citra merek adalah persepsi tentang merek yang digambarkan oleh asosiasi merek

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(30)

19

yang ada dalam ingatan konsumen. Citra merek yang baik terhadap suatu produk akan meningkatkan persepsi yang baik pula terhadap seseorang.

Penelitian Apriyani (2013), meneliti tentang brand image, harga dan kualitas pelayanan sebagai variabel independen dan keputusan pembelian ulang sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel brand image terhadap keputusan pembelian ulang Pizza Hut di Kota Padang. Dengan demikian, citra merek yang baik terhadap suatu produk akan mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap produk tertentu.

2.6. Hubungan Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian Selain persepsi terhadap citra merek, keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh persepsi terhadap kualitas produk. Persepsi kualitas produk berupa barang atau jasa merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin dapat bersaing di pasar untuk menciptakan keputusan pembelian. Simamora (2001:78), persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa ditinjau dari fungsinya dengan produk-produk lain. Semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

Penelitian Gusniar (2014), meneliti tentang citra merek (Brand Image) sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(31)

signifikan antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian, persepsi kualitas yang baik terhadap suatu produk akan mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap produk tertentu.

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan telaah pustaka di atas terhadap variable-variabel yang dibahas dalam penelitian ini mengenai pengaruh citra merek dan persepsi kualitas layanan terhadap keputusan pembelian. Maka dapat ditampilkan pemikiran teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual

Pengaruh Citra Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian

Keterangan:

: Pengaruh antara masing-masing variabel H1 : Pengaruh (X1) terhadap Y

H2 : Pengaruh (X2) terhadap Y CITRA

MEREK (X1)

KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Y)

PERSEPSI KUALITAS

(X2)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(32)

21

Kerangka pemikiran teoritis yang disajikan di atas menjelaskan bahwa bahwa citra merek dan persepsi kualitas berpengaruh besar pada pembentukan keputusan pembelian suatu produk. Hal ini berkaitan dengan citra merek suatu produk atau jasa di mata konsumen pada saat akan melakukan keputusan pembelian. Selain persepsi terhadap citra merek, keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh persepsi terhadap kualitas produk. Semakin baik persepsi kualitas produk yang dihasilkan maka akan berpengaruh terhadap konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

2.8. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai tabulasi melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64). Selanjutnya hipotesis akan diterima apabila penelitian atau data menggambarkan pernyataan itu, dan hipotesis akan ditolak apabila kenyataan menyangkalnya.. Hipotesis yang dapat disusun dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(a) Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Go Food.

Ho : citra merek tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian Ha : citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (b) Pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Go Food.

Ho : persepsi kualitas tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

Ha : persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2011:14), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian layanan Go Food menjadi permasalahan yang ingin diteliti yaitu citra merek dan persepsi kualitas. Maka untuk mendeskripsikannya digunakan beberapa rumus statistik, sehingga penelitian ini dikenal dengan penelitian kuantitatif.

Babin (2010:85), penelitian kuantitatif dapat didefinisikan sebagai penelitian yang menyampaikan tujuan penelitian melalui penilaian empiris yang melibatkan berbagai pengukuran numerik dan berbagai pendekatan analisis. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Tujuan penulis menggunakan desain deskriptif untuk dapat menggambarkan karakteristik atau fenomena yang berkaitan dengan Go Food. Penelitian deskriptif ini menjelaskan karakteristik objek, manusia, kelompok, organisasi atau lingkungan. Pada penelitian ini penulis menggunakan desain deskriptif cross-sectional karena pada dasarnya desain deskriptif mampu mendeskripsikan karakteristik atau fenomena tentang suatu objek dari populasi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(34)

23

3.2.Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulan (Sunyoto, 2014:152). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Widya Wiwaha yang pernah menggunakan layanan Go Food.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:81). Pertimbangan yang dimaksud yaitu kriteria yang sudah ditentukan peneliti untuk menentukan sampel pengambilan data. Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut : (1) mahasiswa STIE Widya Wiwaha, (2) Usia di atas 18 tahun, (3) pendidikan minimal SMA/SMK, (4) intensitas penggunaan Go Food minimal 2 bulan sekali. Untuk memudahkan penelitian sehingga diambil sampel sebanyak 100 orang yang pernah menggunakan layanan Go Food dengan toleransi ketidaktelitian 5% (0,05).

3.3.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di SWIE Widya Wiwaha Yogyakarta secara langsung untuk mendapatkan data.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(35)

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Suhartanto (2014), sumber data primer adalah data yang dikumpulkan oleh seseorang (periset) untuk memecahkan masalah yang sedang diinvestigasi. Untuk mendapatkan data primer penulis melakukan survei dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data yang diperoleh dari responden berupa tanggapan pengaruh citra merek dan persepsi kualitas jasa terhadap keputusan pembelian layanan Go Food. Sedangkan data lainnya bersifat umum dari responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendapatan, dan intensitas penggunaan Go Food.

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Sugiama (2008:129), data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari pihak lain yang mana data tersebut mereka jadikan sebagai sarana untuk kepentingan mereka sendiri. Untuk mendapatkan data sekunder, penulis mendapatkan informasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya seperti jurnal dan web resmi Go Jek.

3.5.Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang diteliti sehubungan dengan Citra Merek dan Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian Go-Food dengan masing-masing indikator dan sumbernya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Keputusan Pembelian (Y). Sedangkan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(36)

25

variabel independen dalam penelitian ini adalah Citra Merek (X1) dan Persepsi Kualitas Jasa (X2).

3.5.1. Keputusan Pembelian

Dalam penelitian ini keputusan pembelian didefinisikan sebagai keputusan pembelian terhadap produk Go Food. Dimensi Keputusan Pembelian : (1) Kepercayaan pada Go Food, (2) Ketertarikan pada Go Food, (3) Kepuasan terhadap Go Food, (4) Menjadikan Go Food sebagai pilihan pertama, (5) Keinginan untuk merekomendasikan Go Food pada orang lain.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010:88). Setiap item pertanyaan diukur dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban netral (N), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).

3.5.2. Citra Merek

Citra merek didefinisikan sebagai penelitian konsumen terhadap layanan Go Food. Dimensi Citra Merek : (1) Citra layanan Go Food yang baik di mata konsumen, (2) Go Food dikenal di kalangan masyarakat, (3) Kerjasama Go Food dengan restoran ternama di

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(37)

Indonesia (4) Kesan positif yang diberikan Go Food pada konsumen (5) Aplikasi Go Food yang mudah diakses.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010:88). Setiap item pertanyaan diukur dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban netral (N), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).

3.5.3. Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas jasa dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan layanan Go Food berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Dimensi Persepsi Kualitas Jasa : (1) Kemampuan Go Food untuk memberikan layanan yang cepat, (2) Kemampuan Go Food untuk memberikan layanan yang tepat, (3) Kemampuan Go Food untuk memberikan jaminan yang baik, (4) Go Food memiliki daya tanggap yang baik (responsive), (5) Go Food memiliki bukti fisik yang dapat dipercaya.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010:88). Setiap item

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(38)

27

pertanyaan diukur dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban netral (N), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).

3.6.Teknik Analisis Data 3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas dan uji reliablitas dilakukan untuk mendukung analisis regresi. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor variabel dengan membandingkan r hitung (corrected item total corelation) > r tabel (df = n - 2) dalam hal ini adalah jumlah sampel dan kuesioner dikatakan tidak valid apabila r hitung < r tabel (Ghozali, 2009:53). Suatu pertanyaan atau indikator dinyatakan valid, apabila r hitung > r tabel dan nilai positif, namun jika r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid dan nilai negatif .

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji statistik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas serangkaian item menggunakan cronbach alpha, dengan r

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(39)

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

K = jumlah item pertanyaan yang diuji ∑ = jumlah varian skor item

SX2 = varian skor skor tes (seluruh item K)

Suatu variabel akan dikatakan reliabel jika memberikan nilai

cronbach alpha (α) > 0,60 (Ghozali, 2009:47). Sebaliknya jika

cronbach alpha (α) < 0,60 maka dianggap kurang handal, artinya jika variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

3.5.3 Uji Regresi Liner

Analisis linier digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu antara citra merek (X1) dan persepsi kualitas (X2) terhadap keputusan pembelian (Y). Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh citra merek dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian pada Layanan Go Food. Persamaan regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = α + b1X1 + b2X2 + e Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian α = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel citra merek (X1)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(40)

29

b2 = Koefisien regresi variabel persepsi kualitas (X2) e = Standard Error

X1 = Citra Merek

X2 = Persepsi Kualitas Jasa

3.5.4 Uji Hipotesis

3.5.4.1Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R²) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R²) nol variabel independent sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap varibel dependen. Selain itu koefisien determinasi dipergunakan untuk mengetahui presentase perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).

Penelitian ini berpatokan pada nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang sudah disesuaikan karena apabila memakai R Square akan menimbulkan suatu bias yang dapat meningkatkan R2 jika ada penambahan variabel independen. Berbeda dengan R Square, nilai Adjusted R Square tidak akan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(41)

menimbulkan bias karena nilai R Square dapat naik atau turun apabila sebuah variabel independen ditambahkan dalam model.

3.5.4.2Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:160). Uji t digunakan untuk menguji signifikansi variasi hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel X1 dan X2 benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y (keputusan pembelian). Penelitian ini dilakukan dengan melihat pada Coefficients yang membandingkan Unstandardized Coefficients B dan Standard error of estimate sehingga didapat hasil yang dinamakan t hitung. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka

variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.4.3Uji F

Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan (explained) oleh perubahan nilai semua variabel independen.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(42)

31

Penelitian ini dilakukan dengan melihat pada Anova yang membandingkan Mean Square dari regression dan Mean Square dari residual sehingga didapat hasil yang dinamakan F hitung. Apabila F hitung > F tabel dan apabila tingkat signifikansi < α (0,05), variabel independen berpengaruh pada variabel dependen.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(43)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(44)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Profil Perusahaan

PT. Go-Jek Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 2010 menyediakan jasa transportasi ojek online yang berbasis aplikasi dengan merk Go-Jek yang dilengkapi dengan fasilitas, yaitu sepeda motor dengan minimal keluaran tahun 2000, aplikasi yang terdapat nama, nomor telepon dan GPS untuk melacak keberadaan para drivernya, jaket, jas hujan, helm, asuransi, layanan order melalui aplikasi yang dapat digunakan dengan mudah, serta terdapat layanan pengaduan dan pada akhir pelayanan pelanggan dapat memberikan review dan rating untuk driver tentang pelayanan yang sudah didapatkannya sehingga perusahaan dapat mengetahui pelayanan yang telah didapatkan oleh konsumen dan perusahaan akan terus memperbaiki standar pelayanannya. Go-Jek menawarkan beberapa pilihan jasa yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya, yaitu: Ride (Ojek Online), Car (Taksi Online), Go-Food (Layanan Antar Makanan), Go-Mart (Layanan Belanja), Go-Send (Layanan Kurir), Go-Box (Layanan Pick Up), Go-Tix (Layanan Pembelian Tiket), Go-Med (Layanan Pembelian Obat), Go-Pay (Pembayaran Instan), Go-Points (Program Loyalti Khusus Pengguna Go-Pay), Go-Pulsa (Layanan Isi Ulang Pulsa), Go-Massage (Layanan Pijat), Go-Clean (Layanan Kebersihan), Go-Auto (Layanan Bengkel), Go-Glam (Layanan Salon Kecanikan). Kemudahan-kemudahan yang telah di tawarkan Go-Jek

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(45)

ini membuat masyarakat beralih menggunakan jasa Go-Jek. Dalam penelitian ini hanya meneliti pada variabel citra merek dan persepsi kualitas layanan pada Go Food yang merupakan salah satu produk unggulan dari Go-Jek.

Alasan dipilihnya layanan Go-Food khususnya di Yogyakarta dalam penelitian ini adalah karena Go-Food merupakan salah satu layanan dari ojek online di Yogyakarta yang sedang menjadi tren gaya hidup di masyarakat modern saat ini. Go-Food merupakan layanan pesan-antar makanan yang berbasis aplikasi sehingga hal ini menjadi menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam mengenai apa yang menjadi alasan konsumen melakukan keputusan pembelian pada layanan pesan-antar Go-Food di Yogyakarta.

4.2Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa pengguna aplikasi Go-Food di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta sebanyak 100 orang yang penulis temui pada saat penelitian berlangsung. Terdapat beberapa karakteristik responden yang dimasukkan dalam penelitian, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan intensitas penggunaan layanan Go Food.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(46)

35

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Usia

Hasil analisis data pada lampiran 3 halaman 68 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia konsumen Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta mayoritas adalah responden dengan usia 18-25 tahun berjumlah 54 orang (54 %). Responden dengan usia 18-25 tahun memiliki daya beli produk Go Food yang lebih tinggi dibandingkan usia lainnya. Pada usia tersebut kebutuhan akan layanan pesan-antar makanan dan gaya hidup yang modern, serta penggunaan smartphone dengan berbagai macam aplikasi masih tinggi.

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil analisis data pada lampiran 3 halaman 68 menunjukkan bahwa konsumen Go Food berjenis kelamin laki-laki berjumlah 59 orang (59%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 41 orang (41%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas konsumen Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih menyukai segala sesuatu yang praktis sehingga Go Food menjadi pilihan untuk mencukupi kebutuhan akan makanan.

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Hasil analisis data pada lampiran 3 halaman 68 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir. Diketahui bahwa konsumen Go Food di Daerah Istimewa

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(47)

Yogyakarta mayoritas memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK dengan jumlah 61 orang (61%). Responden dengan pendidikan SMA/SMK memiliki daya beli produk Go Food yang lebih tinggi dibandingkan lainnya karena aplikasi Go Food mudah dipahami sehingga tidak mengharuskan konsumen berpendidikan tinggi untuk dapat menggunakan layanan Go Food.

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Hasil analisis data pada lampiran 3 halaman 69 karakteristik responden berdasarkan pendapatan diketahui bahwa mayoritas konsumen Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki pendapatan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 dengan jumlah 57 orang (57%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa layanan Go Food dapat diterima oleh semua kalangan sehingga tidak mengharuskan konsumen yang memiliki pendapatan besar untuk dapat mengkonsumsi Go Food.

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan Hasil analisis data pada lampiran 3 halaman 69 karakteristik responden berdasarkan intensitas penggunaan diketahui bahwa mayoritas konsumen Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki intensitas penggunaan 2 minggu sekali dengan jumlah 38 orang (38%). Hal ini disebabkan Go Food sudah menjadi bagian dari gaya hidup di masyarakat sehingga rata-rata penggunaan Go Food mayoritas 2 minggu sekali.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(48)

37

4.3Hasil Uji Instrumen 4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu data dalam penelitian. Pengukuran validitas tersebut ditunjukan kepada mahasiswa STIE Widya Wiwaha Yogyakarta yang diambil dalam pengujian ini sebanyak 100 responden. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung (pada kolom Correlated Item-Total Correlation) dengan r table (df = n - 2) yaitu membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n - 2 dalam hal ini adalah jumlah sampel. Suatu pertanyaan atau indikator dinyatakan valid, apabila r hitung > r tabel dan nilai positif, namun jika r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid dan nilai negatif. Jadi df = n-k. jumlah sampel ada 100 maka 100-2=98. Berdasarkan lampiran 4 halaman 69 hasil perhitungan koefisien korelasi pada baris 98 memiliki angka r tabel 0,197.

Variabel citra merek (X1) memiliki 5 pertanyaan, yaitu pada pertanyaan 1 mempunyai nilai r hitung sebesar 0,614 > 0,197 (r tabel) yang artinya pertanyaan 1 dinyatakan valid. Hasil tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Pertanyaan 2 mempunyai nilai r hitung sebesar 0,645 > 0,197 (r tabel) yang berarti bahwa pertanyaan 2 adalah pertanyaan yang valid. Nilai tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Pada pertanyaan 3 diperoleh nilai r hitung 0,491 > 0,197 (r tabel) yang artinya pertanyaan 3 dinyatakan valid. Perolehan hasil

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(49)

tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Pertanyaan 4 mempunyai nilai r hitung 0,503 > 0,197 (r tabel) yang berarti bahwa pertanyaan 4 valid. Hasil tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Pertanyaan 5 mempunyai nilai r hitung 0,381 > 0,197 (r tabel) yang artinya pertanyaan 5 dinyatakan valid. Hasil tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70.

Variabel persepsi kualitas (X2) terdapat 5 pertanyaan yang diajukan, yaitu pada pertanyaaan 1 diperoleh hasil nilai r hitung 0,708 > 0,197 (r tabel), artinya pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang valid. Perolehan hasil tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Lampiran 4 halaman 70 juga membuktikan bahwa pertanyaan 2 adalah pertanyaan yang valid. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai r hitung sebesar 0,780 > 0,197 (r tabel). Pada pertanyaan 3 diperoleh hasil r hitung sebesar 0,661 > 0,197 (r tabel). Dengan demikian pertanyaan 3 dinyatakan valid sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Nilai r hitung 0,740 > 0,197 (r tabel) pada pertanyaan 4 juga membuktikan bahwa pertanyaan yang diajukan adalah valid. Sebagaimana hasil olah data yang terdapat pada lampiran 4 halaman 70. Pertanyaan 5 merupakan pertanyaan yang valid karena memiliki nilai r hitung 0,670 > 0,197 (r tabel). Hasil olah data tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70.

Variabel keputusan pembelian (Y) terdapat 5 pertanyaan yang seluruhnya dinyatakan valid. Hasil pengujian pada pertanyaan 1

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(50)

39

menunjukkan bahwa nilai r hitung 0,699 > 0,197 (r tabel), artinya pertanyaan 1 adalah pertanyaan yang valid. Hal ini sesuai dengan hasil yang terdapat pada lampiran 4 halaman 70. Nilai r hiung sebesar 0,717 > 0,197 (r tabel) pada pertanyaan 2 menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan valid. Nilai tersebut dapat dibuktikan pada lampiran 4 halaman 70. Lampiran 4 halaman 70 juga menunjukkan bahwa pertanyaan 3 merupakan pertanyaan valid. Terbukti dengan perolehan nilai r hitung sebesar 0,687 > 0,197 (r tabel) yang terdapat pada pertanyaan 3. Perolehan nilai r hitung 0,716 > 0,197 (r tabel) pada pertanyaan 4 menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut valid. Perolehan nilai tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Pertanyaan 5 mendapatkan perolehan nilai r hitung 0,589 > 0,197 (r tabel) yang berarti bahwa pertanyaan 5 adalah pertanyaan valid. Perolehan nilai tersebut sesuai dengan lampiran 4 halaman 70. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17 pada lampiran 4 halaman 70 ternyata semua pernyataan yang terdiri dari tiga bagian yaitu citra merek, persepsi kualitas, dan keputusan pembelian seluruhnya dinyatakan valid sehingga layak untuk dilakukan analisis.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Perhitungan untuk uji reliabilitas menggunakan software SPSS 17 dengan 100 responden. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat hasil perhitungan cronbach alpha (α). Suatu variabel

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(51)

akan dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0,60 (Ghozali, 2009:47). Jika variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Sebaliknya jika cronbach alpha (α) < 0,60 maka dianggap kurang handal, artinya jika variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Berdasarkan data lampiran 5 halaman 72 dapat dilihat nilai Cronbach Alpha citra merek adalah sebesar 0,753. Dengan demikian

instrumen pernyataan variabel citra merek dapat dikatakan reliabel karena Cronbach Alpha citra merek 0,753 > 0,60. Hal ini berarti jawaban responden terhadap item-item pernyataan citra merek dapat dikatakan konsisten. Data lampiran 5 halaman 72 dapat dilihat nilai Cronbach Alpha persepsi kualitas adalah sebesar 0,878. Dengan

demikian instrumen pernyataan variabel persepsi kualitas dapat dikatakan reliabel karena Cronbach Alpha persepsi kualitas 0,878 > 0,60. Artinya jawaban responden terhadap item-item pernyataan persepsi kualitas dapat dikatakan konsisten. Data lampiran 5 halaman 72 dapat dilihat nilai Cronbach Alpha persepsi kualitas adalah sebesar 0,861. Dengan demikian instrumen pernyataan variabel keputusan pembelian dapat dikatakan reliabel karena Cronbach Alpha keputusan pembelian 0,861 > 0,60. Artinya jawaban responden terhadap item-item pernyataan keputusan pembelian dapat dikatakan konsisten.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(52)

41

Dengan demikian, seluruh pertanyaan dalam kuisioner pada penelitian ini reliabel yang berarti bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner yang handal.

4.4Analisis Regresi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan : (1) pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Go Food (2) pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Go Food. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier. Hasil analisis regresi linier yang dilakukan dengan program SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier

Variabel Koefisien Regresi

T hitung Sig. Keterangan

Konstanta .287

Citra merek .674 5.286 .000 Signifikan Persepsi kualitas .310 3.101 .003 Signifikan R Square = 0.564

Adjusted R Square = 0,555 F hitung 62.637 dengan sig 0,000 N = 100

(Lihat lampiran 6, 7, 8, dan 9)

Dari hasil uji regresi linier dapat diketahui persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y= 0.287 + 0,674 X1 + 0,310 X2 + e

Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Nilai konstanta sebesar 0,287 dapat diartikan apabila variabel

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(53)

citra merek dan persepsi kualitas tetap, maka keputusan pembelian Go Food akan sebesar 0,287. (b) Nilai koefisien beta pada variabel citra merek sebesar 0,674 yang artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel citra merek mengalami kenaikan satu maka keputusan pembelian Go Food akan mengalami kenaikan sebesar 0,674 satuan. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel citra merek dengan keputusan pembelian. Semakin naik citra merek maka akan semakin meningkat keputusan pembelian Go Food. (c) Nilai koefisien beta pada variabel persepsi kualitas sebesar 0,310 yang artinya jika variabel independen lainnya tetap dan variabel persepsi kualitas mengalami kenaikan satu maka keputusan pembelian Go Food akan mengalami kenaikan sebesar 0,310 satuan. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel persepsi kualitas dengan keputusan pembelian. Semakin naik persepsi kualitas maka akan semakin meningkat keputusan pembelian Go Food.

4.4.1 Hubungan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian 4.4.1.1Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi menunjukkan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Dalam penelitian ini menunjukkan proporsi atau presentase total variabel keputusan pembelian yang dijelaskan oleh variabel citra merek dan persepsi kualitas. Hasil penelitian menunjukkan koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,555 atau 55,5% (lihat

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(54)

43

lampiran 7 halaman 74) dan hasil tersebut membuktikan bahwa variabel citra merek mempengaruhi variabel keputusan pembelian dan sisanya sebesar 44,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian selain citra merek dan persepsi kualitas.

4.4.1.2Uji T

Analisis uji t digunakan untuk membuktikan variabel independen yang mempunyai makna atau signifikan terhadap variabel dependen. Analisis uji t dilakukan dengan membandingkan nilai sig t dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini hasil analisis uji t bertujuan untuk membuktikan penelitian yang menyatakan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasil uji t pada variabel citra merek (X1) menunjukkan bahwa t hitung sebesar 5,286 > 1,984 (t tabel) dan nilai sig t sebesar 0,000 < 0,05 (lihat lampiran 8 halaman 75). Nilai tersebut membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti citra merek berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian Go Food. Jika citra merek meningkat maka keputusan pembelian juga akan meningkat.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(55)

Hal ini dikarenakan dalam melakukan penggunaan layanan, konsumen menginginkan layanan dengan citra merek yang baik dan berkualitas.

4.4.1.3Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan membandingkan sig f yang dihasilkan oleh regresi linier dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Hasil analisis uji F dimaksudkan untuk membuktikan penelitian yang menyatakan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila F hitung > F tabel dan apabila tingkat

signifikansi < α (0,05), maka variabel citra merek berpengaruh

terhadap variabel keputusan pembelian.

Hasil uji F pada variabel citra merek (X1) menunjukkan bahwa F hitung sebesar 62,637 > 3,09 (F tabel) dan nilai sig F sebesar 0,000 < 0,05 (lihat lampiran 9 halaman 76). Nilai tersebut membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, berarti semakin tinggi citra merek maka keputusan pembelian terhadap layanan Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta akan semakin tinggi.

4.4.2 Hubungan Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(56)

45

4.4.2.1Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi menunjukkan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Dalam penelitian ini menunjukkan proporsi atau presentase total variabel keputusan pembelian yang dijelaskan oleh variabel citra merek dan persepsi kualitas. Hasil penelitian menunjukkan koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,555 atau 55,5% (lihat lampiran 7 halaman 74) dan hasil tersebut membuktikan bahwa variabel persepsi kualitas berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian sebesar 44,5%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian selain citra merek dan persepsi kualitas.

4.4.2.2Uji T

Analisis uji t digunakan untuk membuktikan variabel independen yang mempunyai makna atau signifikan terhadap variabel dependen. Analisis uji t dilakukan dengan membandingkan nilai sig t dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini hasil analisis uji t bertujuan untuk membuktikan penelitian yang menyatakan persepsi kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian Go Food di Daerah Istimewa Yogyakarta.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual.......................................................................
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier..............................................
Gambar 1.1 : Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan membuat produk nata de banana dari pisang ambon, pisang kepok, dan pisang raja sebagai sumber karbon yang dikombinasi dengan ekstrak yeast dan

Tabel 4.9 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perancangan Untuk Sensor Tegangan Referensi ...68.. Tabel 4.10 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan

Batere pengganti terdiri dari 2 jenis, yaitu Hoppecke 3 OSP 150 dengan kapasitas 150 Ah dan 11 OSP 1100 dengan kapasitas 1100 Ah, dimana dimensinya berbeda dari batere yang lama,

Jika perbandingan tersebut dinaikkan menjadi 9:1 (jumlah serangga radiasi yang dilepas 9 kali dari jumlah serangga lapangan), maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang

Hasil penelitian kuantitatif tentang kematangan psikologis mahasiswa psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa dari total 53 subyek ditemukan

Bidang II: Keagamaan (Termasuk TPA) (Total JKEM 1200 menit) No. Subbidang, Program, dan Kegiatan Frek

1. Prosedur Revisi Safety Analysis Report Reaktor Serba Guna G.A. Peraturan BAPETEN dan Pedoman Pembuatan Laporan Analisis Keselamatan. Reaktor Penelitian Surat Keputusan

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan selalu diterima dengan terbuka supaya Tugas Akhir ini dapat berguna bagi para pembaca maupun pihak-pihak