• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Etika Pasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Etika Pasar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Etika Pasar Bebas

Makalah

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok etika bisnis dan GCG yang diberikan oleh

dosen kami, yaitu Ibu Ina Yulanti.

Disusun Oleh :

Kelompok

Annisa Yuliani | 1401154389

Aji Muhammad Kholis | 1401154207

Dania Syanetta Dennyra | 1401150305

Yonika Inwana Dewi | 1401154571

Kelas : MB-39-11

TELKOM UNIVERSITY

Jl. Telekomunikasi Dayeuhkolot Bandung 40257

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyusun makalah etika bisnis dan GCG ini dengan judul “Masyarakat Ekonomi

ASEAN dan Etika Pasar Bebas”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas kelompok dengan mata kuliah Etika Bisnis

dan GCG yang diberikan oleh dosen kami, yaitu Ibu Ina Yulanti.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan.

Semoga laporan ini berguna bagi teman-teman dan segenap pembaca yang turut membaca

makalah ini.

Terima Kasih.

Bandung, 26 Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 3

1.5 Metode Penyusunan Makalah ... 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kajian Teori ... 4

2.2 Pembahasan ... 13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN / MEA merupakan proses realisasi integrasi dari agenda

utama ASEAN 2020, namun dipercepat menjadi tahun 2015. Visi dari ASEAN tersebut

adalah aliran barang bebas ( free flow of goods ) dimana pada tahun 2015 perdagangan

barang dilakukan secara bebas tanpa ada hambatan, baik tarif maupun non-tarif. Selain itu

juga menciptakan kawasan Asia Tenggara dalam membangun kawasan perekonomian

yang merata, juga mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi.

Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana adanya perlakuan yang sama dan fair bagi

semua pelaku bisnis dengan aturan yang fair, transparan, konsekuen & objektif, memberi

peluang yang optimal bagi persaingan bebas yang sehat dalam pemerataan ekonomi. Pasar

bebas diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme.

Dalam realisasi program MEA tersebut, pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

sangat berhungan erat dengan Etika Pasar Bebas. Kebebasan perdagangan juga memiliki etika yang seharusnya dijalankan. Bebas tidak berarti „bebas‟ tanpa batasan dan aturan, dan masuknya pesaing asing dari luar tidak berarti mereka bebas bertindak tanpa

mengikuti aturan serta budaya yang berlaku di Indonesia. Maka dari itulah, Etika Pasar

Bebas harus diperhatikan dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu Masyarakat Ekonomi ASEAN ?

b. Apa yang dimaksud dari pasar bebas ?

c. Bagaimana etika dalam sistem pasar bebas ?

d. Bagaimana kaitan MEA dengan etika pasar bebas ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui apa yang dimaksud dari Masyarakat Ekonomi ASEAN

b. Mengetahui sistem ekonomi pasar bebas

c. Mengetahui etika dalam sistem ekonomi pasar bebas

(5)

1.4 Manfaat Penulisan

a. Menambah ilmu pengetahuan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN

b. Mengetahui bagaimana kaitan MEA dengan Etika Pasar Bebas

c. Melatih kemampuan dalam membuat makalah

d. Mengetahui pengertian dari etika pasar bebas

1.5 Metode Penyusunan Makalah

Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah metode pustaka,yaitu metode yang

dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

a. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 (bahasa Inggris: ASEAN Economic

Community (AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi

perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah

menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN

2020.

MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal

yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan adanya

mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru yang berinisiatif

ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada disektor-sektor prioritas;

memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki bakat dan terampil;

dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi langkah awal dalam

mewujudkan MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Di saat yang sama, MEA akan dapat mengatasi kesenjangan pada pembangunan dan

melakukan percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar, VIetnam dan Kamboja

lewat Initiative for ASEAN integration dan inisiatif dari regional yang lainnya.

Adapun bentuk kerjasamanya ialah :

– Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas – Pengakuan terkait kualifikasi profesional

– Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi. – Memilik langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.

– Meningkatkan infrastruktur.

– Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.

(7)

– Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Pentingnya digalakkannya perdagangan eksternal kepada ASEAN dan keperluan dalam

komunitas ASEAN yang secara keseluruhan untuk tetap dapat menatap kedepan.

Adapun ciri-ciri utama MEA :

– Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.

– Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.

– Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global – Basis dan pasar produksi tunggal.

Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada

unsur-unsur yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat

memastikan untuk konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur dan

pelaksanaannya yang tepat dan bisa saling mengkoordinasi antara para pemangku

kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi.

b. Pengertian Pasar Bebas

Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh

individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela. Pasar bebas

diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme.

Pasar bebas merupakan suatu pasar dimana harga barang-barang dan jasa disusun

secara lengkap oleh ketidak saling memaksa yang disetujui oleh para penjual dan

pembeli, ditetapkan pada umumnya oleh hukum penawaran dan permintaan dengan

tanpa campur tangan pemerintah dalam regulasi harga, penawaran dan permintaan.

Dalam etika pasar islami, ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak

antara pembeli dan penjual.

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu penjualan produk

antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.

Peran pemerintah dalam mengatasi pasar bebas adalah melakukan kebijakkan fiskal dan

moneter, secara langsung melakukan kegiatan ekonomi (mendirikan perusahaan)

(8)

dapat dihindari dan mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan

yang besar yang dapat mempengaruhi pasar.

Ciri – ciri sistem ekonomi pasar bebas ialah :

1. Alat dan sumber produksi dapat dimiliki dan diatur oleh perseorangan, masyarakat,

atau perusahaan.

syarat terselenggaranya pasar bebas, misalnya keamanan negara.

Menurut J Gremillion, seorang ekonom yang sangat mendukung pasar bebas, bahwa

salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa dan keberhasilan suatu pemerintahan di era

pasar bebas adalah tingkat kemampuannya untuk menguasai teknologi ekonomi.

Perdagangan Internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan

yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang

impor. Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan

bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung

oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru

kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena

melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

Kelebihan sistem ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.

2. Inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan.

3. Terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu.

4. Efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip

ekonomi.

(9)

1. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang kuat

ekonominya.

2. Menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat.

3. Munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan

ekonomi lemah.

4. Perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.

c. Pengertian Etika Pasar Bebas

Etika pasar bebas diatur berdasarkan dasar pemikiran UU no. 5 tahun 1999 tentang

monopoli dan persaingan tidak sehat. Inti sari dari UU Nomor 5 Tahun 1999 (

Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ) ini

mengandung 6 (enam) bagian pengaturan yang terdiri dari :

1. Perjanjian yang dilarang

2. Kegiatan yang dilarang

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

4. Penegakan hukum

5. Ketentuan lain-lain.

Dasar pemikiran UU No.5 Tahun 1999 adalah bahwa persaingan itu baik, sehingga

perlu dilaksanakan secara efektif. Bagi pelaku usaha, terbuka peluang untuk berusaha

dalam iklim persaingan usaha yang sehat, yaitu berkompetisi berdasarkan prestasi,

bukan dengan strategi untuk mematikan pesaing yang lain. Pelaku usaha dilindungi dari

kompetisi yangtidak sehat oleh pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha dominan.

1. Perjanjian Yang Dilarang

a) Oligopoli

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain secara

bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang

dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

b) Penetapan harga

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

(10)

konsumen, kecuali bila perjanjian itu dibuat dalam suatu usaha patungan atau

usaha memenuhi ketentuan UU.

c) Perbedaan harga

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli

yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus

dibayar pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama.

d) Pembagian Pasar

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau lokasi pasar terhadap

barang dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

e) Pemboikotan

Pelaku usaha secara bersama-sama melakukan penolakan untuk melakukan

transaksi dengan pelaku usaha lainnya, penolakan itu dilakukan secara

terencana dan sengaja.

f) Kartel

Kartel adalah kelompok pelaku usaha yang merupakan pesaing mengadakan

perjanjian yang bertujuan mempengaruhi harga dengan cara mengatur

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa.

g) Trust

Hampir sama dengan kartel, namun dilakukan dengan pelaku usaha lain yang

bukan pesaingnya.

h) Integrasi vertikal

Jika pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya dengan

tujuan untuk menguasai produksi sejumlah barang dan atau jasa tertentu

baik langsung maupun tidak langsung. Produk mana merupakan sebuah

rangkaian produksi.

i) Posisi Dominan

Adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang

berarti dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang

dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya

di pasar yang bersangkutan.

(11)

a) Pasal 4 dan 17 Larangan perjanjian bersama dan (Oligopoli dan Monopoli)

kegiatan yang mengarah pada penguasaan pangsa pasar

b) Pasal 5 Larangan perjanjian bersama untuk menetapkan harga (Price

Fixing/penetapan harga)

c) Pasal 6 Larangan perjanjian yang mengakibatkan diskriminasi harga (Price

Discrimination/ (satu atau beberapa pembeli mendapatkan harga lebih rendah

diskriminasi harga) atau lebih tinggi dari lainnya).

d) Pasal 7 dan 20 Larangan perjanjian dan kegiatan penetapan harga di bawah

(Jual rugi/Predatory harga pasar (jual rugi), untuk menyingkirkan pesaing

Pricing)

e) Pasal 8 Larangan perjanjian harga secara vertikal (pemasok menetapkan

(Resale Price Maintenance harga jual dan dilarang menurunkan harga)

f) Pasal 9 Larangan perjanjian (horizontal) pembagian wilayah pasar

(Pembagian wilayah pasar) (contoh dulu: Asosiasi Semen)

g) Pasal 10 Larangan perjanjian melakukan boikot yang menghalangi (Boikot)

pelaku usaha lain masuk pasar.

h) Pasal 11 Larangan perjanjian (horizontal) untuk menetapkan/ (Kartel)

mempengaruhi harga, produksi dan pemasaran.

i) Pasal 12 Larangan perjanjian membentuk gabungan usaha (lebih besar)

(Trust) untuk memperkuat anggota pelaku perjanjian, mengontrol produksi

dan pemasaran.

j) Pasal 13 Larangan perjanjian (vertikal) untuk (Oligopsoni) menguasai

pembelian dengan mengendalikan harga dan kuantitas pembelian. (Contoh:

Indikasi awal terlihat dari kontrol pabrik rokok atas gudang-gudang

pembelian yang cenderung merugikan petani tembakau).

k) Pasal 14 Larangan integrasi vertikal penguasaan produksi berangkai/ sejenis.

(Contoh: impor gandum, pengolahan gandum, dst).

l) Pasal 15 Larangan perjanjian tertutup hanya menerima dan memasok

(Exclusive kepada pihak tertentu. dealing)

m) Pasal 16 Larangan perjanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan

praktik monopoli.

n) Pasal 23 Larangan persekongkolan tender.

2. Kegiatan Yang Dilarang

(12)

Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran barang atau jasa

tertentu, sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum. Tindakan penguasaan dapat terjadi apabila

barang atau jasa tersebut belum ada subtitusinya , penguasaan tersebut

mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan usaha

barang atau jasa yang sama.

b) Monopsoni

Keadaan yang terjadi di suatu pasar, dimana hanya ada satu pembeli (yang

memiliki posisi dominan) bagi suatu produk tertentu. Pembeli dapat memaksa

penjual untuk menyetujui harga dan persyaratan2 yang ditetapkan oleh pembeli

tunggal tersebut.

c) Penguasaan Pasar

Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri2

maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :

- Menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan usaha

yang sama pada pasar yang bersangkutan.

- Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku pesaingnya untuk melakukan

hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya.

- Membatasi peredaran dan penjualan barang dan jasa pada pasar yang

bersangkutan.

- Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

Ukuran penguasaan pasar tidak harus 100 %, penguasaan 50 % atau 75 % saja

sudah dapat dikatakan mempunyai market power.

d) Persekongkolan

Persekongkolan dapat dilakukan oleh sesama pihak intern suatu perusahaan atau

dapat pula dilakukan oleh suatu perusahaan dengan pihak perusahaan lainnya.

Secara yuridis, pengertian persekongkolan atau conspiracy ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999 yakni : “sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk

menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang

(13)

- Persekongkolan Tender (Pasal 22)

Berdasarkan pada penjelasan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, tender

merupakan tawaran untuk mengajukan harga, memborong suatu pekerjaan,

untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Kegiatan

bersekongkol menentukan pemenang tender jelas merupakan perbuatan curang

karena pada dasarnya tender dan pemenangnya tidak diatur dan bersifat

rahasia. Ada 3 bentuk persekongkolan :

1. Persekongkolan horizontal Dilakukan oleh antar penawar tender.

2. Persekongkolan vertikal Dilakukan antara penawar dengan panitia

pelaksana tender.

3. Persekongkolan horizontal dan vertikal - Persekongkolan membocorkan

rahasia dagang perusahaan (Pasal 23)

- Persekongkolan menghambat perdagangan (Pasal 24)

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999, pelaku usaha

dilarang bersekongkol untuk :

a. Menghambat pelaku usaha pesaing dalam memproduksi

b. Menghambat pemasaran, atau memproduksi dan memasarkan barang,

jasa atau barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa, atau barang dan

jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang

atau menurun kualitasnya

c. Bertujuan untuk memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau

produksi dan pemasaran barang, jasa atau barang dan jasa yang sebelumnya

sudah dipersyaratkan, serta d. Kegiatan persekongkolan seperti itu dapat

menimbulkan praktik monopoli dan/ atau persaingan usaha tidak sehat.

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di

Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999

tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

(14)

a) Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk

secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran barang

dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan

usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga,

boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah,

kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang dapat

menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.

b) Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran

melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan

praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

c) Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang

dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau

menghambat bisnis pelaku usaha lain.

Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur pembuktian per se illegal, yaitu

sekadar membuktikan ada tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang

selain mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.

Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat:

a) Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker

b) Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan

pilihan

c) Efisiensi alokasi sumber daya alam

d) Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,

yang lazim ditemui pada pasar monopoli

e) Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan

kualitas dan layanannya

f) Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya

produksi

g) Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak

h) Menciptakan inovasi dalam perusahaan

(15)

KPPU akan memberikan sanksi berupa sanksi administratif dan pidana pada

pelanggar.

2.2. Pembahasan

Indonesia sebagai salah satu negara pertama yang memberlakukan hukum persaingan

telah berperan secara aktif menjadi centre of excellence dalam pengembangan hukum

persaingan ini di ASEAN melalui pembagian pengalaman (sharing experience). Dalam

perspektif kompetisi, konsekuensi dari terbukanya pasar akibat kebebasan peredaran barang

dan jasa (free flow of goods and services) adalah munculnya persaingan baru, pasar

bersangkutan baru dan potensi ketersentuhan pelaku usaha Indonesia dengan hukum

persaingan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yaitu Komisi yang bertugas mengawasi Persaingan Usaha

dengan Komisi VI DPR RI memiliki komitmen untuk mengamandemen Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat supaya

KPPU lebih “bertaring” dalam menjalankan tugas menangani perkara terkait persaingan

usaha sehat.

Secara garis besar peluang Indonesia menyongsong MEA antara lain mendapatkan

pangsa pasar potensial dunia, sebagai negara tujuan investasi, peluang sebagai negara

pengekspor, adanya liberalisasi perdagangan barang ASEAN, bonus demografi yang besar,

sektor jasa yang terbuka, dan aliran modal yang lebih lancar dan kontinyu. Sedangkan

tantangan yang akan dihadapi antara lain laju peningkatan ekspor dan impor yang lebih

kompetitif, peningkatan laju inflasi, dampak negatif arus modal yang lebih luas, adanya

kesamaan produk ekspor unggulan sehingga harus lebih kreatif mencari dan mengelola

produk unggulan dan tingkat perkembangan ekonomi yang masih beragam yang harus

dicarikan solusinya.

Berbagai upaya pemerintah dalam meng-hadapi MEA antara lain dengan penerbitan

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009 yang

intinya menginstruksikan agar dilakukan upaya sungguh-sungguh dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan

energi dan kualitas lingkungan. Lalu Inpres Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pemenuhan

(16)

ditopang secara kelembagaan dengan akan dibentuknya Komite Nasional yang terdiri dari

perwakilan pemerintah pusat dan daerah, Menteri, Gubernur, dunia usaha, pengamat dan

masyarakat untuk mempersiapkan seluruh elemen bangsa dalam menyambut Komunitas

Ekonomi ASEAN 2015. Peningkatan daya saing ini juga telah disadari sepenuhnya oleh

pemerintah salah satunya di sektor perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah

mempersiapkan Rancangan Instruksi Presiden (Inpres) Peningkatan Daya Saing Nasional

Sektor Kelautan dan Perikanan yang disusun dibawah koordinasi Kemenko Perekonomian

yang saat ini dalam proses penandatanganan Presiden. Di Kementerian Perdagangan sendiri

upaya untuk menjawab tantangan globalisasi bukan hanya MEA 2015 secara sempit dengan

membentuk Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melalui Peraturan

Menteri Perdagangan No. 31 Tahun 2010 yang telah disempurnakan dengan Peraturan

Menteri Perdagangan No. 57 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perdagangan dengan misi meningkatkan daya saing ekspor, meningkatkan pengawasan dan

perlindungan konsumen, serta berperan sebagai pengelola kebijakan maupun pelaksanaan

atas program pengembangan sekaligus pengamanan perdagangan dalam negeri.

Hal yang perlu mendapat prioritas untuk segera direalisasikan yaitu agar pemerintah

dan DPR segera mengamandemen Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat untuk memberikan amunisi bagi KPPU dalam

menjalankan tugas menangani perkara terkait persaingan usaha sehat dengan melibatkan

(17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MEA mempunyai tujuan untuk memajukan perekonomian bangsa-bangsa asean. Dan

tujuan MEA tersebut sesuai dengan tujuan pasar bebas. Peraturan-peraturan dan etika-etika

yang dianut MEA pun sudah sesuai dengan peraturan dan etika pasar bebas, hal ini terlihat

dari karakteristik-karakteristik MEA dan persetujuan yang terjadi diantara bangsa-bangsa

asean. Ditambah lagi dengan adanya KPPU yang berfungsi untuk mengawasi ada tidaknya

praktek-praktek monopoli dan sebagainya, yang membuat perusahaan-perusahan tidak dapat

seenaknya melakukan kecurangan.

3.2 Saran

1. Pemerintah melalui KPPU harus dapat membuat undang-undang yang berfungsi untuk

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://nandaagustika.blogspot.co.id/2014/12/etika-bisnis-pasar-bebas.html

http://pengertian.website/pengertian-mea-dan-ciri-ciri-masyarakat-ekonomi-asean/

http://agustya9.blogspot.co.id/2012/01/perjanjian-yang-dilarang-oleh-uu-no-5.html

http://kikigunadarma.blogspot.co.id/2011/12/intisari-dari-uu-anti-monopoli-dan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha

http://roysanjaya.blogspot.co.id/2011/01/kegiatan-yang-dilarang-dalam-hukum.html

http://rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/ART%202%20JRV%203%20NO%202%20PROTECT.

Referensi

Dokumen terkait

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan persuratan, penyusunan rencana program, keuangan, administrasi kepegawaian, perlengkapan, dokumentasi dan

Sistem kontrol dengan loop tertutup adalah suatu sistem kontrol yang sinyal output atau keluaran sistem berpengaruh langsung terhadap sinyal aksi pengontrolan sistem jika

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan sasaran sebagaimana tertuang dalam RPJP Kabupaten Mojokerto Tahun 2005-2025,

Mahasiswa dapat mengetahui, menguasai, memahami dan mengaplikasikan konsep mengenai Hakikat Pengembangan Bahan Pengajaran TK, Prinsip Pembelajaran TK, Bidang

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok I yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data

Pengendalian trypanosomiasis di Indonesia menurut Dirkeswan (2014) yaitu: ternak yang menderita Surra atau tersangka sakit diisolasi sehingga terlindung dari lalat (dengan

Idealnya suatu sistem tataniaga harus dapat meberikan kepuasan kepada produsen (petani), lembaga tataniaga yang terlibat dan konsumen melalui mekanisme yang efisien dalam sistem